Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI IBU POST PARTUM PERVAGINAM ANTARA YANG DILAKUKAN DAN TIDAK DILAKUKAN TEHNIK PENGUATAN OTOT TRANVERSUS ABDOMINIS Jamingatun Istiqomah* Puji Lestari** Yuliaji Siswanto** *Alumni Program Studi D-IV Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo **Dosen Program Studi D-IV Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo E- mail : [email protected] ABSTRAK Involusi adalah proses dimana uterus kembali pada kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 6 gram, proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontaksi otot-otot polos uterus. Indikator proses involusi uteri dapat dilihat melalui TFU. Tehnik penguatan otot tranversus abdominis adalah suatu latihan dengan memberikan stimulus pada bagian muscullus tranversus abdominis dengan mengontraksikan otot tersebut sehingga dapat meningkatkan tekanan intra abdoment. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan penurunan TFU ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Desain penelitian ini dengan non random prettest posttest with contol design. Populasinya sebanyak 22 ibu post partum pervaginam dan sampelnya masing-masing kelompok 10 responden dengan tehnik pengambilan sampel puposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan SOP. Analisis yang digunakan yaitu t test independent. Hasil penelitian didapatkan rata-rata penurunan TFU pada kelompok intevensi 5,2 cm dan kelompok kontrol 1,6 cm (P <0,001), maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan penurunan TFU antara kelompok intervensi dan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, Pondok Bersalin As Syifa dan Annisa hendaknya menerapkan tehnik penguatan otot tranversus abdominis pada penatalaksanaan post partum sehingga dapat mempercepat penurunan TFU sehingga proses involusi uteri berjalan dengan baik. Kata kunci : Involusi, Abdominis Kepustakaan : 37 Pustaka (2005-2015). LOWERING THE DIFFERENCE HIGH FUNDUS POSTPARTUM VAGINAL BETWEEN MOTHER MADE AND DO NOT MUSCLE STRENGTHENING TECHNICAL TRANVERSUS ABDOMINIS Jamingatun Istiqomah * Puji Lestari Yuliaji Siswanto ** ** * Alumni Program D-IV Midwifery, STIKES Ngudi Waluyo ** Lecturer D-IV Program Midwifery, STIKES Ngudi Waluyo E- mail: [email protected] ABSTRACT Uterine involution is the process by which the uterus back to pre pregnancy condition weighing about 6 grams, this process begins as soon as the placenta due kontaksi smooth muscles of the uterus. Uterine involution process indicators can be seen through the TFU. Transversus abdominis muscle strengthening techniques is an exercise to provide stimulus in the muscullus tranversus abdominis by contracting the muscles thus increasing the pressure intra abdoment.The purpose of this study to determine differences in decline in maternal TFU 2 hours post partum until the second day post partum vaginal between does and does not do tranversus abdominis muscle strengthening techniques. Design of this study with non-random prettest posttest design with contol. The population were 22 mothers post partum pervaginam and sample each group of 10 respondents with sampling purposive sampling technique. The instrument used is the observation sheet and SOP. The analysis is independent t test . The result showed an average reduction in the TFU intervention group of 5.2 cm and 1.6 cm in the control group (P <0.001), it can be concluded there is a differences between the TFU decrease in the intervention and control groups . Based on this research, midwife stations As Syifa and Annisa should include tranversus abdominis muscle strengthening techniques in the management of post partum so as to accelerate the decline TFU that uterine involution process went well. Keywords : Involution, Abdominis Bibliography : 37 Library (2005-2015) Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis PENDAHULUAN Masa nifas (puerperium) adalah masa persalinan selama dan tepat setelah kelahiran, masa ini mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi (Cunningham, 2006). Masa nifas juga dapat diartikan sebagai masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau sebelum hamil (Sulistyawati, 2009). Selama masa nifas tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis. Perubahan psikologis lebih banyak disebabkan karena perubahan peran barunya yaitu peran menjadi seorang ibu. Sedangkan perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas merupakan proses pengembalian fisik ibu seperti keadaan semula sebelum hamil. Perubahan tersebut meliputi: perubahan sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskuloskeletal, sistem endokrin, tanda vital, sistem kardiovaskuler, dan perubahan sistem hematologi. (Sulistyawati, 2009). Salah satu perubahan fisiologis masa nifas adalah perubahan sistem reproduksi dimana meliputi perubahan corpus uterin, cervix, vulva dan vagina, serta otot-otot pendukung pelvis. Kemudian perubahan pada corpus uterin salah satunya adalah involusi uterus yaitu pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi yang diketahui sebagai involusi (Cunningham, 2006).3 Involusi uterus dimulai setelah persalinan yaitu setelah plasenta dilahirkan, dimana proses involusi uterus berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Involusi uteri pada ibu post partum harus berjalan dengan baik, karena jika proses involusi tidak berjalan dengan baik dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi subinvolusi uteri yang dapat mengakibatkan perdarahan, selain itu adalah hiperinvolusi uteri, kelainan fisik lain adalah pemisahan otot perut atau yang biasa disebut dengan diastasis rectus abdominis (Ambarwati, 2008). Kontraksi otot perut akan membantu proses involusi yang dimulai setelah plasenta keluar segera setelah melahirkan. Ambulasi secepat mungkin dengan frekuensi sering sangat diperlukan dalam proses involusi. Kelancaran proses involusi dapat dideteksi dengan pemeriksaan lochea, konsistensi uterus, dan pengukuran tinggi fundus uteri (William dan Wilkins, 2005). Keuntungan atau manfaat yang dapat diperoleh karena proses pemulihan fisik yang cepat dan baik bagi ibu adalah perasaan yang lebih baik, lebih sehat, lebih kuat, dan memungkinkan untuk dapat segera merawat dan membesarkan bayinya. Keuntungan bagi Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis bayi adalah mendapatkan perawatan yang lebih baik dan kebutuhan yang dapat diperoleh dari ibu dapat terpenuhi (Ambarwati, 2008). Menurut Brayshaw (2008) faktor-faktor yang menyebabkan percepatan involusi uterus (penurunan tinggi fundus uteri) salah satunya yaitu kontraksi. Kontraksi dapat ditimbulkan dari tekanan intra abdoment/ kekuatan otot abdoment yang baik. Latihan penguatan otot tranversus abdominis merupakan suatu latihan dengan memberikan stimulus pada bagian muscullus tranversus abdominis dengan mengontraksikan otot-otot tersebut sehingga dapat meningkatkan tekanan intra abdoment. Manfaat dilakukanya penguatan otot tranversus abdominis adalah mengencangkan dinding rahim, mempercepat involusi uteri dan memperlancar pengeluaran lochea. Latihan yang dilakukan pada otot-otot tertentu akan memberi efek yaitu aliran darah otot meningkat sehingga pengangkutan oksigen dan nutrisi lain untuk otot juga meningkat, hal ini akan memberikan kekuatan pada otot secara maksimal. Proses involusi uteri berhubungan dengan penurunan tinggi fundus uteri karena salah satu indikator dalam proses involusi adalah tinggi fundus uteri. Salah satu cara untuk memperlancar proses involusi uteri adalah dengan melakukan pengencangan otot abdomen. Pengencangan otot abdomen merupakan latihan yang dilakukan oleh ibu nifas untuk menjaga otot abdominal agar menjadi lebih kuat setelah melewati proses persalinan (Brayshaw, 2008). TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dalam upaya percepatan proses involusi uteri di Pondok Bersalin As Syifa Gedanganak dan Pondok Bersalin Annisa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur. METODE Jenis penelitian quasi Experiment dengan jenis experiment ulang non andom (nonrandomized prettest-posttest with control design). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum pervaginam menggunakan purposive sampling didapatkan sebanyak 22 ibu post partum pevaginam. Data diperoleh melalui lembar observasi. Data yang dikumpulkan meliputi : Nama, alamat, waktu persalinan,umur,paritas. Pengolahan data dianalisis dengan uji t test independent (α=0,05). Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan di Pondok Bersalin As Syifa Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur setelah diberikan tehnik penguatan otot tranversus abdominis 10 (100%) mengalami penurunan TFU cepat dengan rata-rata penurunan TFU yaitu 5,25 cm. Hal ini disebabkan karena pada kelompok perlakuan tekanan pada intra abdomen meningkat sehingga terjadi kontraksi yang kuat pada bagian muscullus tranversus abdominis akibat dari latihan tehnik penguatan otot tranvesus abdominis. Selain itu pada kelompok intervensi juga sebelumnya dilakukan tehnik penguatan otot tranversus abdominis juga sudah dilakukan mobilisasi dini post partum paada 2 jam post partum oleh bidan di Pondok Bersalin tersebut sehingga hal tersebut dapat membantu menambah percepatan penurunan TFU. Selain hal tersebut di atas, pada kelompok intervensi sebagaimana yang disajikan pada tabel 4.1 menunjukan bahwa usia responden paling banyak pada kelompok perlakuan berumur 20 – 35 tahun sejumlah 9 orang (90,0%) dan sebagian kecil berumur >35 tahun, yaitu sebanyak 1 orang (10,0%). Hasil penelitian disebabkan karena pada kelompok perlakuan dilakukan tehnik penguatan otot tranversus abdominis sehingga dapat meningkatkan tekanan intra abdominal dan berpengaruh pada pengeluaran lochea sehingga terjadi penurunan TFU, karena manfaat dilakukanya penguatan otot tranversus abdominis adalah mengencangkan dinding rahim, mempercepat involusi uteri dan memperlancar pengeluaran lochea. Ketika musculus transverses abdominis kontraksi (pulled in), semua otot abdomen akan berkontraksi secara bersama-sama karena mempunyai tempat sambungan bersama (linea alba), sehingga gaya yang sampai dinding abdomen akan dipantulkan kembali dan akan meningkatkan tekanan intra abdomen, dan akhirnya akan memperbesar gaya dorong ke dalam cavum uteri. Gaya dorong dalam cavum uteri akanmembuat uterus berkontraksi dan mendorong cairan lochea, sehingga akhirnya cairan lochea keluar melalui vagina. Keadaan demikian berarti terjadi proses involusi uteri yang baik/ normal. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Ambarwati 2010 yang menyatakan bahwa proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat melahirkan. Usia 20- 30 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini disebabkan karena faktor elastisitas dari otot uterus. Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Cunningham (2006) bahwa otot dinding abdomen berfungsi sebagai stabilisator (brace) sehingga gaya yang sampai dinding abdomen akan dipantulkan kembali dan akan meningkatkan tekanan intra abdomen, dan akhirnya akan memperbesar gaya dorong ke dalam cavum uteri. Gaya dorong dalam cavum uteri akan mendorong cairan lochea, sehingga akhirnya cairan lochea keluar melalui vagina dan terjadi penurunan fundus uteri. Keadaan demikian berarti terjadi proses involusi uteri yang baik/ normal. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Siregar (2013) yang menyatakan bahwa setelah ibu post partum melakukan senam nifas yang di dalam gerakan senam nifas terdapat latihan penguatan tranversus abdominis selama 3 hari dengan gerakan yang benar, rata-rata penurunan tinggi fundus uterus yaitu 5 cm per hari. Sedangkan penurunan tinggi fundus uterus pada ibu post partum yang tidak melakukan senam nifas rata-rata 2 cm per hari. Selain itu sebagian besar responden pada kelompok perlakuan berumur 20 – 35 tahun. Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat melahirkan. Usia 20- 30 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini disebabkan enelitian ini karena faktor elastisitas dari otot uterus. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Ambarwati (2010) bahwa pada ibu usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum maksimal karena organ reproduksi yang belum matang, sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi komplikasi saat sebelum dan setelah kelahiran dikarenakan elastisitas otot berkurang sehingga menyebabkan kontraksi uterus tidak maksimal. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kategori penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan Penurunan TFU f % Cepat Lambat 10 0 100,0 0,0 Jumlah 10 100,0 Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis 2. Penurunan Tinggi Fundus Uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan di Pondok Bersalin As Syifa Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur setelah diberikan tehnik penguatan otot tranversus abdominis 3 (30%) mengalami penurunan TFU cepat dengan rata-rata penurunan TFU yaitu 1,60 cm dengan TFU terendah 1,0 cm dan tertinggi 2,5 cm. Hal tersebut dikarenakan pada kelompok kontrol hanya diberikan upaya untuk mempercepat proses involusi uteri yaitu IMD sehingga pada kelompok kontrol tidak terjadi tekanan intra abdominal yang dapat menyebabkan kontraksi uterus yang kuat menjadikan proses involusi uterus terhambat dan menyebabkan pengeluaran lochea lambat sehingga berdampak pada penurunan TFU yang lambat, hal ini menyebabkan proses involusi uteri lambat/ sub involusi. Hasil penelitian juga disebabkan karena pada kelompok kontrol tidak dilakukan tehnik penguatan otot tranversus abdominis yang dapat menyebabkan tekanan intra abdominal dan menyebabkan kontraksi uterus yang kuat sehingga pada kelompok kontrol penurunan TFU hanya sedikit. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Ambarwati (2010) yang menyatakan bahwa setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami konraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pambuluh darah besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Pada hari pertama ibu nifas tinggi fundus uteri kira-kira satu jari di bawah pusat (1cm). Pada hari ke 5-7 fundus uteri tengah dari pusat dan sympisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kategori penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok kontrol Penurunan TFU Cepat Lambat Jumlah f 3 7 10 % 30,0 70,0 100,0 B. Analisis Bivariat 1. Perbedaan penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi fundus uteri (cm) pada kelompok perlakuan setelah diberikan tehnik penguatan otot tranversus abdominis adalah 5,25 cm dengan standar deviasi 1,006, sedangkan pada kelompok kontrol setelah kelompok perlakuan diberikan tehnik penguatan otot tranversus abdominis rata-rata tinggi fundus uteri (cm) adalah 1,60 cm dengan standar deviasi 0,459. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,000 pada alpha 5%, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Pondok Bersalin As Syifa dan Pondok Bersalin Annisa Ungaran Timur. Hasil penelitian disebabkan karena pada kelompok perlakuan dilakukan tehnik penguatan otot tranversus abdominis sehingga dapat meningkatkan tekanan intra abdominal dan berpengaruh pada pengeluaran lochea sehingga terjadi penurunan TFU, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan tehnik penguatan otot tranversus abdominis sehingga penurunan TFU hanya sedikit. Hasil penelitian relevan dengan hasil penelitian Hartono dan Wahyuni (2009) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Diastasis Musculus Rectus Abdominis dengan InvolusiUteri Post Partum Pervaginam 2-24 jampascapersalinan plasenta. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi product momentsebesar 0,646, dan hasil tstat 3,489; yang lebih besar dari tCriticα 0,05 dk 36 = 2,03; berada pada 0,40 < KK ≤ 0,70, artinya: korelasi yang cukup berarti. Penghitungan Koefisien Penentu (Koefisien Determinasi) didapatkan hasil Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis penghitungan sebesar (0,646)2 (100 %) = 42%, artinya kontribusi Diastasis Musculus Rectus abdominis terhadap Involusi Uteri pada ibu nifas Pasca persalianan Pervaginam 2-24 jam pasca persalinan plasenta sebesar 42%. Hasil penelitian juga relevan dengan penelitian Siregar (2014) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian dapat disebabkan karena teknik penguatan otot tranversus abdominis menyebabkan terjadinya kontraksi uterus sehingga dapat mempercepat involusi uteri dan memperlancar pengeluaran lochea dan membantu penurunan fundus uteri. Penguatan otot tranversus abdominis dapat memberikan stimulus pada bagian muscullus tranversus abdominis dengan mengontraksikan otot tersebut sehingga dapat meningkatkan tekanan intra abdominal. Tekanan intra abdominal ini menimbulkan kontraksi. Kontraksi otot akan menghasilkan tegangan aktif (active tension), yakni gaya atau ke-kuatan yang bila diterapkan pada suatu objek (benda) maka objek tersebut akan terangkat/ terdorong. Arah gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi otot polos berbeda dengan yang ditimbulkan oleh otot skelat, dimana arah gaya yang ditimbulkan otot rangka ialah sejajar dengan sumbu panjang otot, sedangkan yang ditimbulkan otot polos menuju kesegala arah (multidireksional). Hal ini menimbulkan pembangkitan gaya yang multidireksional pada otot polos myometrium yang memungkinkan kesanggupan pengarahan gaya dorong ke segala arah sehingga uterus melakukan kontraksi, relaksasi dan retraksi, sampai mencapai ukuran dan tempat sebelum kehamilan. Gaya yang dihasilkan oleh kontraksi myometrium menyebar ke segala arah, termasuk sampai ke otot-otot dinding abdomen. Otot dinding abdomen berfungsi sebagai brace (stabilisator) sehingga gaya yang sampai dinding abdomen akan dipantulkan kembali dan akan meningkatkan tekanan intra abdomen, dan akhirnya akan memperbesar gaya dorong ke dalam cavum uteri. Gaya dorong dalam cavum uteri akan mendorong cairan lochea, sehingga akhirnya cairan lochea keluar melalui vagina dan terjadi penurunan fundus uteri. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Brayshaw (2008) yang menyatakan bahwa otot abdomen adalah otot yang mendukung dan melindungi organ-organ perut. Kontraksi dari otot-otot perut membentuk fungsi-fungsi lain. Otot abdomen menyebabkan fleksi dari kolumna vertebralis dan kompresi dari organ-organ perut selama kencing, buang air besar, dan persalinan. Penguatan otot transversus abdominis adalah suatu latihan dengan memberikan stimulus pada bagian musculus transversus abdominis dengan mengkontraksikan otot tersebut sehingga dapat meningkatkan tekanan intra abdominal. Manfaat dilakukannya penguatan otot transversus abdominis adalah mengencangkan dinding rahim, mempercepat involusio uteri dan memperlancar pengeluaran lochea. Latihan yang dilakukan pada otot-otot tertentu akan memberi efek yaitu aliran darah otot meningkat sehingga pengangkutan oksigen dan nutrisi lain untuk otot juga ikut meningkat, hal ini akan memberikan kekuatan pada otot secara maksimal. Seluruh otot abdomen memerlukan latihan untuk mencapai panjang dan kekuatan semula, namun otot yang terpenting karena perannya dalam menjaga kestabilan panggul ialah otot transverses abdominis. Latihan penguatan otot transverses abdominis dapat dimulai kapan pun ibu merasa mampu dan harus dilakukan sering sambil ibu melakukan aktivitasnya bersama bayi. Penguatan otot transversus abdominis bermanfaat dalam proses involusi uteri karena tekanan pada abdomen akan merangsang uterus berkontraksi sehingga mempercepat involusi dan penurunan fundus uteri. Penguatanan otot abdomen merupakan latihan yang dilakukan oleh ibu nifas untuk menjaga otot abdominal agar menjadi lebih kuat setelah melewati proses persalinan. Penguatan otot abdomen bermanfaat untuk mengencangkan dinding rahim, mempercepat involusi uterus dan memperlancar pengeluaran lochea. Ketika musculus transversus abdominis kontraksi (pulled in), semua otot abdomen akan berkontraksi secara bersama-sama karena mempunyai tempat sambungan bersama (linea alba), maka kontraksi otot yang dilakukan bersama-sama akan memberikan penekanan (pressure) organ viscera (peningkatan tekanan intra abdomen) dan dan akhirnya akan memperbesar gaya dorong ke dalam cavum uteri. Hasil penelitian juga sejalan dengan pendapat Cunningham (2006) bahwa otot dinding abdomen berfungsi sebagai stabilisator (brace) sehingga gaya yang sampai dinding abdomen akan dipantulkan kembali dan akan meningkatkan tekanan intra Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis abdomen, dan akhirnya akan memperbesar gaya dorong ke dalam cavum uteri. Gaya dorong dalam cavum uteri akan mendorong cairan lochea, sehingga akhirnya cairan lochea keluar melalui vagina dan terjadi penurunan fundus uteri. Keadaan demikian berarti terjadi proses involusi uteri yang baik/ normal. Tabel 4.5 Perbedaan penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Pondok Bersalin As Syifa dan Pondok Bersalin Annisa Ungaran Timur Tinggi Fundus Uteri (cm) Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol N Mean SD SE 10 10 5,25 1,60 1,006 0,459 0,318 0,145 t p value 10,429 P < 0,001 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Semua ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan mempunyai penurunan TFU dalam kategori cepat (100,0%). 2. Sebagian besar ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok kontrol mempunyai penurunan TFU dalam kategori lambat, yaitu sebanyak 7 orang (70,0%). 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan tinggi fundus uteri (cm) ibu 2 jam post partum sampai hari kedua post partum pervaginam pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Pondok Bersalin As Syifa Gedanganak dan Pondok Bersalin Annisa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur (t = 10,429, p = 0,001). SARAN 1. Bagi Pondok Besalin As Syifa dan Pondok Besalin Annisa Hendaknya dapat menerapkan teknik penguatan otot tranversus abdominis pada penatalaksanaan post partum sehingga dapat mempercepat penurunan tinggi fundus uteri dan involusi uteri. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis 2. Bagi Bidan Hendaknya bidan pada setiap pelayanan kebidanan khususnya dalam menangani ibu post partum dapat memberikan teknik penguatan otot tranversus abdominis sehingga dapat mempercepat penurunan tinggi fundus uteri dan involusi uteri dan risiko terjadinya involusi uteri lama dapat lebih diminimalkan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hendaknya dapat melakukan penelitian yang sejenis dengan mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uteri seperti umur dan paritas, serta dapat mengambil jumlah sampel yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Paktik, EGC, Jakarta. 2. Anggraini Y, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta. 3. Ambarwati & Wulandari, 2010, Asuhan Kebidanan Nifas, cetakan kelima, Nuha Medika, Yogyakarta. 4. Bobak. Iene, M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi : 4 Alih Bahasa : Maia & Peter, EGC, Jakarta. 5. Brayshaw, E. (2008). Senam Hamil dan Nifas, Jakarta : EGC. 6. Chapman L, Durham R. 2010. Maternal Newborn Nursing: The Critical Components Of Nursing Care, Philadepia: F.A, Davis Company. 7. Cunningham, F. Gary. 2006, Obstetri Williams (Williams Obstetric), Alih Bahasa Suyono dan Hartono, Edisi 18, EGC, Jakarta. 8. Dustal M, Coad J. 2007. Anatomy and Physiology For Midwives. Mosby. 9. Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC. 10. F Helena. 2009. Evidence for Beneļ¬t of Transversus Abdominis Training Alone or in Combination With Pelvic Floor Muscle Training to Treat Female Urinary Incontinence: A Systematic Review.Diaksesdarihttp://www.ipts.org.il/_Uploads/dbsAttachedFiles/TA.pdf tanggal 18 Mei 2015. 11. Hartono, 2009, Hubungan Antara Diastasis Musculus Rectus Abdominis Dengan Involusi Uteri Postpartum Pervaginam, Jurnal Fisioterapi Vol. 9 No. 2, Oktober 2009. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis 12. Hulliana, Melliyana. 2005. Peawatan Ibu Pasca Melahirkan, Purwaswara. Jakata. 13. Kenneth J, Leveno. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas, EGC, Jakarta. 14. Marmi, 2014, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”peurperium care”, Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 15. Mochtar R, 2012, Obstetri Opratifi Dan Obstetri Sosial. EGC. Jakarta. 16. Notoatmodjo, 2010, Metodologi Pendidikan Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. 17. Nurmawati dkk, 2014, Manfaat Penguatan Otot Transversus Abdominis dan Muscle Pumping Ekstremitas Inferior Terhadap Diastasis Recti Abdominis pada Ibu Nifas, Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 1 Edisi Juni 2014, hlm. 94-102 18. Purwarini, 2008, Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Lamanya Persalinan Kala III dan Proses Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum di RSUD Koja Jakarta dan RSUD Kota Bekasi, Tesis, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta. 19. Rasjidi. 2008. Metodologi Penelitian Klinis, EGC, Jakarta. 20. Riyanto, 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan pertama, Nuha Medika, Yogyakarta. 21. Saifudin. 2008. Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogjakarta. 22. Saputri, Wardani & Nursetta, 2015, Efektivitas Senam Nifas Pada Ibu Menyusui Terhadap Involusi Uterus (TFU) Ibu Multipara Hari 1-7 Postpartum Di Puskesmas Ciptomulyo Malang, BIMABI Volume 3 No.1, Januari-Juni 2015. 23. Saryono, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Cetakan pertama, Nuha Medika, Yogyakarta. 24. Sasongko, 2010, Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Senam Pasca Persalinan di BPS Reni Desa Bakungan kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi, Karya Tulis Ilmiah, Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi. 25. Setiawan A, Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendekia, Yogyakarta. 26. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B, Alfabeta, Bandung. 27. Sulistyawati, 2009, Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, Andi Offset, Yogyakarta. 28. Taufik, 2008, Pengaruh Senam Nifas Terhadap Kecepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Postpartum Hari Pertama Sampai Hari Ke Empat Di RSD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, Skripsi, Stikes Surya Global Yogyakarta. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Post Partum Pervaginam Antara Yang Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Tehnik Penguatan Otot Tranversus Abdominis 29. Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta. 30. Widjaja, 2009, Anatomi Abdomen, EGC, Jakarta. 31. William, Wilkins. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta. 32. William B, baker R, Bick Thomas P. 2009. Emotional Procesing In Childbirth : A Predicato Of Post Partum Depession British Journal Of Midwifery Vol: 17: 154-59. 33. Winkjosastro, H, 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 34. Yuswanto & Yulifah 2008, Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Nifas, Jurnal Kesehatan, Vol. 6, No. 2, hal. 113 – 118. 35. Smeltzer, S.C. & Brenda G. B. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Jakarta: ECG