10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran fisik 2.1.1. Pengertian Kebugaran Fisik Beberapa definisi mengenai kebugaran fisik yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 2011). Pengertian lain menyatakan kebugaran fisik adalah suatu keadaan kemampuan fisik yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas fisik tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus di atasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo dan Mucchtamaji, 2005). Menurut Corbin dkk., kebugaran fisik atau physical fitnes adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Setiap orang membutuhkan kebugaran fisik yang baik, agar ia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Corbin Dkk., 2008). 10 11 Kebugaran fisik adalah kesanggupan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang di lakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan rasa kelelahan yang berlebihan atau tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang mendadak ( Anonim, 2012). Kartina dkk., (2006) dalam buku sport medicine mendefinisikan kebugaran fisik adalah salah satu kunci untuk tetap sehat dan merupakan serangkaian karakteristik terhadap pekerjaan kapasitas jantung dan paru-paru, kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas sendi terkait dengan kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan fisik ( Kartina Dkk., 2006 ). Kategori fisik merupakan cikal bakal dari kesegaran jasmani secara umum. Jadi apabila orang dalam keadaan segar salah satu aspek pokok yang nampak adalah keadaan penampilan fisiknya ( Pollowek dan Wilmore, 1990 ). Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang mendadak (Giriwijoyo dan Sidik, 2010), kebugaran fisik harus ditingkatkan agar kemampuan cadangan untuk menghadapi tugas-tugas ekstra khususnya bagi kesejahteraan keluarga, bagi kegiatan kemasyarakatan dan guna menghadapi keadaan darurat dapat bertambah (Giriwijoyo dan Muchtamaji, 2005). 12 2.1.2. Kemampuan Kebugaran Fisik Kemampuan biomotorik atau unsur biomotorik merupakan kemampuan dasar gerak fisik atau aktifitas fisik dari tubuh manusia (Nala, 2011). Status kebugaran fisik seseorang dijadikan dasar untuk menentukan tingkat beban kinerja yang boleh dilakukan sehingga dapat mencegah hal yang tidak diinginkan (Adiatmaja, 2002). Menurut Depertemen Kesehatan RI (Anonim, 1994), kebugaran fisik (physical fitnes) terdiri atas 10 komponen yaitu : 1) Daya tahan kardiovaskuler (cardiovasculer Endurance) 2) Daya tahan otot (Muscular Endurace) 3) Kekuatan otot (Muscular Streength) 4) Kelentukan (Flexibility) 5) Komposisi tubuh ( Body Composition) 6) Kecepatan (Speed) 7) Kelincahan (Agility) 8) Keseimbangan (Balance) 9) Kecepatan reaksi (Reaction time) 10) Koordinasi (coordination) 2.1.2.1. Daya Tahan Kardiovaskular (cardiovasculer Endurance) Daya tahan kardiovaskular adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga 13 dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh (Boreham dkk., 2006; perry, 2008) Saat beraktivitas kenaikan frekuensi denyut jantung lebih lama. Setelah beraktifitas fisik, denyut jantung, pernapasan dan pembuluh darah akan lebih cepat kembali ke keadaan normal dari pada orang yang tidak terlatih (Boreham dkk., 2006). Efek akibat terciptanya peningkatan kebugaran fisik pada daya tahan kardiovaskuler yaitu terjadinya pembesaran otot jantung sehingga ukuran jantung meningkat, isi darah sekuncup perdenyut jantung bertambah sehingga volume yang dipompakan keseluruh tubuh lebih banyak, (denyut jantung orang yang terlatih 6-8 kali lebih sedikit dari yang tidak terlatih) dan peningkatan tekanan darah lebih sedikit (Boreham, 2006 ) 2.1.2.2. Daya tahan otot (Muscular Endurace) Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus, dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (Borcham, 2006). Jika otot tidak kuat dan daya tahannya kurang baik maka tidak akan tercapai tujuan pelatihan (Chander dan Brown, 2008). Seseorang dengan keterampilan yang tinggi sekalipun tidak ada artinya tanpa dukungan oleh daya tahan yang baik (Nala, 2011). Faktor penentu daya tahan otot meliputi : jenis fibril otot, kualitas pernapasan dan peredaran darah, proses metabolisme dalam otot dan kerja hormon, pengaturan sistem saraf pusat maupun sistem saraf perifer, kekuatan maksimal ledak dan power endurance, koordinasi gerakan otot, irama gerakan, susunan serat otot, dan jenis kelamin (Tozeren, 2000 ). 14 2.1.2.3. Kekuatan otot (Muscle Streength) Kekuatan merupakan komponen yang paling penting pada setiap pelatihan olahraga. Boreham dkk., (2006 ) menjelaskan bahwa : Strength training aims to increase the athlete’s competition performanced by : (a) enhancing the neural component of muscle contraction, and (b) augmenting the muscle fibre size. Exercise training causes an accumulation of metabolites which specifically induce the adeptive synthesis of structural and enzyme proteins resulting in larger and more efficient muscle. Maksud dari penjelasan tersebut adalah pelatihan kekuatan bertujuan untuk meningkatkan komponen saraf dan kontraksi otot, menambah serat otot, menyebabkan akumulakasi metabolik yang secara khusus menginduksi sintesis protein dan enzim dalam menghasilkan otot yang besar dan efisien. Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal yang di hasilkan oleh otototot dan kemampuannya di titik beratkan pada otot tangan, kaki, bahu, dada, perut, tungkai kaki, dan punggung agar dapat memegang, mengangkat, mengayun, menarik, melempar, mendorong, dan menolak ( Juliantine, dkk., 2007). Bompa (2009) kekuatan otot secara psikologis dapat di artikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses sistem saraf dan perangkat otot untuk melakukan gerakan dalam waktu tertentu. 2.1.2.4. Kelentukan (Flexibility) Kelentukan adalah kemampuan tubuh mengulur dari seluas-luasnya yang di tunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakkan tubuh dan anggota tubuh seluas-luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan 15 gerakan kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya ( Chandler dan Brown, 2008 ). Semakin tua usia seseorang kelentukan akan semakin menurun yang di sebabkan karena elastik otot semakin berkurang (Nala, 2011). Ketentuan membuat sendi-sendi dapat digerakkan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan (Chandler dan Brown, 2008). Kehilangan kelentukan berarti mengurangi efisiensi gerakan dan kemungkinan terjadi cidera sangat besar (Nala, 2011). Menurut Parks dan Beverly (1990) pelatihan-pelatihan kelenukan sangat penting dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki keluwesan dan kekenyalan, mengembangkan aliran darah yang lebih efisien dalam jaringan kapiler untuk mengurangi cidera. Pelatihan senam adalah pelatihan yang cocok untuk meningkatkan ketentuan bergerak (Anonim, 2009). 2.1.2.5. Komposisi tubuh ( Body Composition) Komposisi tubuh adalah komponen yang menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif terutama otot di bandingkan dengan bagian yang kurang aktif yaitu lemak (Tozeren, 2000). Komponen tubuh dihitung dengan menggunakan perhitungan IMT atau Indeks Massa Tubuh (Sudarssono, 2008; Tozeren, 2000). Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Makin kecil persentase lemak makin baik kinerja seseorang (Berger, 1982, Tozeren, 2000) membuktikan bahwa jumlah porsi “muscle mass” dan lemak yang rapat akan menambah kekuatan. Tubuh yang mempunyai berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif lebih kecil. Secara garis besar indeks massa 16 tubuh di pengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran tubuh, ras, asupan nutrisi serta rasio pinggang atlit yang sesuai dengan kesehatan estimasi tingkat minimum dari lemak tubuh adalah 5% untuk pria dan 12% untuk wanita (Anonim, 2012). 2.1.2.6. Kecapatan (Speed) Menurut torzern (2000) kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lainnya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Harsono (2003) mengatakan kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yanng sejenisnya secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan merupakan komponen fisik yang erat kaitannya dengan komponen biomotorik lain terutama kekuatan, kelincahan, koordinasi, waktu reaksi dan daya tahan. (Nala, 2011). 2.1.2.7. Kelincahan (Agility) Kelincahan (Agility) adalah kemampuan untuk mengubah posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika sedang bergerak cepat tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran orientasi terhadap posisi tubuh. Komponen kelincahan ini erat sekali kaitannya dengan komponen kecepatan (gerakan dan reaksi), keseimbangan dan koordinasi (Nala, 2011). Untuk dapat meningkatkan kelincahan dibutuhkan kualitas dan latihan khusus terhadap tiga komponen penting yaitu kelentukan (fleksibility), kecepatan gerak (speed), dan ketepatan gerak (accuracy) dimana latihan yang dapat di berikan mencakup luas pergerakan persendian untuk meningkatkan kelentukan, kekuatan otot, untuk 17 meningkatkan kecepatan gerak dan koordinasi fungsi otot untuk meningkatkan ketepatan gerak dan memelihara keseimbangan (Giriwijoyo dan Zidik, 2010; McGinnis, 2005). 2.1.2.8. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil terkendali (Nala, 2011; McGinnis,2005). Keseimbangan adalah suatu kemampuan mempertahankan posisi tubuh dalam keseimbangan pada situasi gerakan statis maupun dinamis dan juga merupakan kemampuan statis atau mengontrol sistem neuromuskular dalam kondisi statis maupun dinamis (Harson,2003). 2.1.2.9. Kecepaan reaksi (Reaction time) Kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor somatik, kinestatik, atau vestibular atau kemampuan tubuh untuk melakukan aktifitas kinatis secepatnya akibat suatu rangsangan yang diterima oleh reseptor (Nala, 2011). Rangsangan muncul dan diterima reseptor dan kemudian dialihkan melalui saraf aferen sensoris menuju ke sistem saraf pusat dan menghasilkan pesan yang akan dihantarkan kepada efektor (otot skeletal) melalui saraf eferenmotorik sehingga munculah kontraksi, gerakan, aktifitas fisik atau kerja. Komponen waktu reaksi ini sangat erat kaitannya dengan waktu bergerak atau waktu berpindah (Nala, 2011: McGinnis 2005). 18 2.1.2.10. Koordinasi (coordination) Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistem motor dan sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien. Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan secara harmonis (Nala,2011). Kontraksi dan relaksasi otot berjalan secara mulus bila terjadi koordinasi yang tinggi keseimbangan tidak terganggu sasaran yang diinginkan tepat terjangkau, tidak cepat lelah dan mengurangi kemungkinan cidera. Bompa (2009) faktor yang berpengaruh terhadap koordinaasi adalah intelegensia, semakin tinggi intelegensia akan semakin baik pengembangan komponen koordinasinya, kepekaan organ sensoris yang tinggi terutama dibutuhkan pada sensor analisis motorik dan kinestetik (Bompa, 2009). 2.2. Pelatihan Fisik 2.2.1. Pengertian Pelatihan Fisik Pelatihan adalah suatu usaha atau proses yang sistematik terhadap organ atau alat tubuh yang dilakukan berulang-ulang dengan penambahan beban pelatihan dan pekerjaannya secara progresif dan fungsinya yang bertujuan untuk mengoptimalkan penampilan dan kinerja. Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematik, dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati dan harus dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan ( Parks dan Beverly, 1990). Menurut Bompa (2009), pelatihan merupakan suatu aktivitas komplek, suatu kinerja yang dilakukan secara sistematik dalam durasi yang panjang, progresif dan berjenjang ( Bompa 2009;58) bahwa : 19 “Physical training has two main goals, the first is to increase the athlete’s physiological potential, and the second is to maximize sport-specipic biomotor abilities” . Ia membagi dua tujuan yang akan dicapai dari pelatihan fisik, yaitu meningkatkan potensi fisik serta meningkatkan kemampuan biomotor agar mencapai hasil yang maksimal. Pelatihan fisik merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematik dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) yang lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif (Bertahap) dan individual, dengan tujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktifitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal ( Boreham dkk., 2006). Pelatihan fisik yang akan di terapkan pada penelitian ini adalah pelatihan Senam Ayo Sergerak dan Senam Kesegaran Jasmani 2012 pada mahasiswa Poltekkes YRSU Dr. Rusdi Medan. 2.2.2. Tujuan pelatihan Setiap pelatihan tentu mempunyai tujuan, jika tidak ditetapkan terlebih dahulu dalam setiap pelatihan akan menuliskan penyusunan program pelatihan. Menurut Bompa (2009) tujuan pelatihan secara garis besar adalah : mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral, mengembangkan komponen fisik khusus, meningkatkan derajat kesehatan dengan memberikan takaran dan peningkatan yang sesuai dengan kemampuan, mencegah cedera (lakukan pemanasan) sehingga dapat meningkatkan komponen kelentukan, 20 kekuatan otot, tendon dan ligamentum terlebih dahulu bagi pemula ( Bompa dan Gregory, 2009). 2.2.3. Prinsip- Prinsip Dasar Latihan Senam Latihan fisik pada olahraga senam dan cabang olahraga yang lain pada prinsipnya adalah memberikan stress fisik terhadap tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan kerja secara teratur atau meningkatkan kebugaran fisik secara nyata (Boreham, 2006). Kondisi fisik yang berbeda dalam keadaan baik akan menyebabkan terjadinya peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, juga terjadi peningkatan dalam komponen kekuatan, kelentukan, stamina, kelincahan, ekonomisasi gerak yang baik serta pemulihan lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah pelatihan. ( Harsono, 2003; Kenney dkk.,2012). Ada pun prinsip latihan senam terdiri dari : 2.2.3.1. Pemanasan Saat istirahat denyut nadi berada keadaan rendah, begitu juga dengan isi sekuncup jantung atau volume jantung, sedangkan otot-otot skelet dalam keadaan kaku. Pemanasan ditujukan agar otot-otot rangka yang akan di gerakkan mulai beradaptasi sehingga mencegah terjadinya cedera otot. Oleh karena itu, otot tubuh siap menerima pembebanan dan dengan meregangkan dan atau melemaskan otot tubuh, maka jantung juga bereaksi (Suharno, 1993). Denyut jantung dan tekanan darah akan meningkat sehingga isi (volume) jantung akan bertambah besar. Volume jantung yang besar akan menghasilkan aliran darah yang besar dan dan 21 tekanan darah yang mulai naik. Bertambahnya denyut jantung dan tekanan darah, maka aliran darah ke jantung dan otot jantung akan meningkat sehingga jantung siap menerima pembebanan (Suharno, 1993). Peningkatan sirkulasi juga terjadi ke otot-otot yang bergerak. Pembuluh darah jadi lebar pada otot yang bergerak karena tahanan atau hambatan di tempat itu menurun (Kusmana, 2007). Pemanasan merupakan upaya tubuh untuk menyesuaikan diri dengan peningkatan sirkulasi secara bertahap serta meminimalkan kekurangan oksigen dan pembentukan asam laktat. 2.2.3.2. Latihan Inti Sesudah pemanasan, seseorang dapat diberikan latihan inti. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung dan masuk kedalam zona latihan, menggerakkan seluruh otot, tulang dan persendian tubuh untuk mencapai kebugaran fisik yang diinginkan (Kusmana, 2007). 2.2.3.3. Pendinginan Pada pendinginan akan terjadi penurunan tekanan darah dan denyut jantung yang berangsur-angsur turun kembali, tidak menurun drastis dan tidak melampaui tekanan darah dan denyut jantung sebelum latihan. pendinginan berguna memulihkan dan melepaskan otot-otot yang digunakan dalam latihan dan mengeluarkan sisa pembakaran (Kusmana, 2007). 2.2.4. Format Latihan Senam Pada umumnya setiap olahraga prinsipnya harus memenuhi format latihan yang benar yaitu FITT (Frekuensi, Intensitas, Time/waktu dan Tipe) serta 22 memiliki prinsip latihan PLP ( Pemanasan, Latihan dan Pendinginan) (Kusmana,2007). 2.2.4.1. Frekuensi Latihan Senam Frekuensi adalah beberapa kali dalam seminggu olahraga senam dilakukan agar memberi efek latihan. Menurut Cooper (2005), olahraga senam minimal dilakukan tiga kali dalam seminggu pada hari yang bergantian, artinya berselang sehari dan tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam atau dua hari. Jika dilakukan lebih dari 5 kali dalam seminggu maka akan menimbulkan komplikasi psikologis maupun fisiologis, sering timbul beban mental kalau tidak berolahraga atau timbul cedera pada tungkai bila olahraga cukup berat. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan latihan senam dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan selang 1 hari di antara hari latihan (Cooper, 2005). 2.2.4.2. Intensitas latihan senam Intensitas mengandung arti beban latihan yang diberikan agar memberi efek yang tidak membahayakan (Kusmana, 2007). Intensitas latihan pada Senam Ayo Bergerak di lakukan selama 42 menit 22 detik dengan gerakan pemanasan dilakukan selama 15 menit 12 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit 40 detik dan pendinginan dilakukan selama 6 menit 30 detik. Sedangkan pada Senam Kesegaran Jasmani dilakukan selama 37 menit 38 detik terdiri dari pemanasan yang di lakukan selama 11 menit 4 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit 26 detik serta pendinginan dilakukan selama 6 menit 8 detik. 23 2.2.4.3. Time atau Waktu Latihan Senam Waktu latihan mengandung arti jangka waktu atau lamanya latihan senam diberikan agar memberi manfaat (Kumana, 2007). Menurut Nala (1998) target kebugaran fisik akan tercapai mulai dari 6 – 8 minggu waktu latihan. Pada penelitian ini waktu untuk pelatihan senam dilaksanakan selama 8 minggu. 2.2.4.4. Tipe Latihan Tipe latihan merupakan jenis atau aktivitas fisik pada olahraga yang akan dikembangkan atau dilatih (Sudarsono, 2011). Dalam hal ini tipe latihan yang akan dilakukan adalah olahraga senam. 2.3. Kajian Senam dan Pelatihannya Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Senam biasa digunakan untuk prestasi, relaksasi ataupun rekreasi untuk meningkatkan kebugaran fisik. Salah satu bentuk senam yang berkembang di Indonesia adalah Senam Ayo Bergerak yang baru di rilis pada akhir tahun 2012 oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), Senam Kesegaran Jasmani 2012 ini beserta musik yang mengiringinya menjadi sangat populer pada tahun '80-an dan '90-an saat masa pemerintahan Orde Baru. Seri Senam Pagi Indonesia (SPI) diperkenalkan di akhir '70-an. Senam Kesegaran Jasmani diperkenalkan pada awal 1984 berdasarkan Surat Perintah Menpora untuk diajarkan ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan tujuan meningkatkan kebugaran fisik. Kedua senam tersebut akan dijadikan bahan penelitian penulis. 24 Senam merupakan aktivitas fisik yang bisa dijadikan cabang olahraga atau sebagai latihan untuk cabang olahraga lain. Senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu pada setiap anggota bagian tubuh dari komponen-komponen kemampuan motoric seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan dan ketepatan (Anonim, 2009; Utomo dkk., 2012). Dengan koordinasi yang sesuai tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk gerakkan yang menarik (Anonim, 2009). Menurut Christopher Sommer dalam bukunya yang berjudul The Science Of Gymnastic Strengeth Tranning (Sommer, 2008) ciri-ciri senam antara lain : 1. Gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja. 2. Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah keterampilan, meningkatkan keindahan gerak, dan meningkatkan kesehatan tubuh). 3. Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematik (Sommer, 2008). Salah satu jenis senam yaitu senam aerobik. Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Senam aerobik adalah gerakan yang menggunakan seluruh otot terutama otot-otot besar, dilakukan terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Senam aerobic adalah olahraga untuk peningkatan kesegaran jasmani dan merupakan olahraga preventif yang dapat dilakukan secara massal (Utomo dkk., 2012 ; Kushartanti, 2012). Lynne Brick dalam bukunya yang berjudul Fitness Aerobic (bugar dengan Senam Aerobik) (2001) menulis keuntungan dari senam aerobic untuk 25 meningkatkan kebugaran fisik terhadap peningkatan komponen biomotorik adalah sebagai berikut : 1. Kardiovaskular : terjadi oeningkatan asupan oksigen ke dalam otot karena beban kerja otot meningkat sehingga pengiriman oksigen ke jantung semakin meningkat dan menyebabkan detak jantung dan frekuensi pernapasan meningkat sampai terpenuhi kapasitas kebutuhannya, jantung memompa darah lebih banyak keseluruh tubuh dan menghasilkan lebih banyak pembuluh darah untuk membantu menyalurkan oksigen. 2. Kekuatan otot : dengan prinsip beban berlebih, otot dilatih melebih beban normalnya sehingga meningkatkan kekuatan otot. Hal ini terjadi setelah otot dilatih dengan senam aerobic pada intensitas yang tinggi dalam waktu singkat dengan tenaga maksimal dan berulang. Jika dipadu dengan latihan kekuatan dan latihan aerobic otot akan menjadi semakin kuat. 3. Daya tahan otot : Senam Aerobik meningkatkan daya tahan otot lewat gerakan-gerakan ringan seperti melompat, mengangkat lutut, menendang dan berjalan. Selama ini gerakan yang memanfaatkan bagian belakang bokong dan tungkai (gluteal squeeses)dan dipadukan dengan aerobic steps, maka akan menciptakan daya tahan otot yang kuat. 4. Kelenturan : kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling sendi. Dengan senam aerobic akan terjadi peningkatan kelenturan dari peregangan yang dilakukan. Latihan peregangan yang dilakukan seusai senam aerobic membuat otot semakin elastis sehingga lebih muda menjadi lentur. 26 5. Komposisi tubuh : setelah melakukan latihan aerobic akan terjadi perbandingan yang signifikan terhadap kumpulan otot, tulang, cairan tubuh dan lemak tubuh. Kadar lemak akan berkurang, kekuatan dan densitas tulang bertambah, masa otot bertambah serta menjadi pembentukan otot. Berdasarkan bentuknya pada lantai dikenal tiga macam senam aerobic yaitu : 1. Senam aerobik non impact ( kedua kaki selalu bertumpu pada lantai) 2. Senam aerobik low impact (salah satu kaki bertumpu pada lantai) 3. Senam aerobik high Impact (kedua kaki adakalanya tidak bertumpu pada lantai). Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran Jasmani 2012 merupakan senam low impact aerobic atau senam dengan hentakan atau gerakan ringan. Gerakan impact merupakan gerakan yang menekan kekuatan pergelangan kaki, tulang kering, lutut dan pinggul (Brick, 2001). Low impact aerobic adalah gerakan senam aerobik yang dilakukan secara kontinyu kurang lebih 30-60 menit dimana gerakan kakinya tidak banyak melakukan lompatan-lompatan tetapi hanya berupa variasi jalan di tempat sehingga aman dilakukan untuk segala usia dan tidak menyebabkan cedera pada lutut dan punggung (Tilarso, 2008). Gerakan pada Senam Aerobik ini merupakan hentakan ringan dimana setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk membatasi terjadi hentakan yang keras pada kaki. Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan dengan takaran yang cukup. Menurut American College Of Sport Medicine (Haskell, 2009) intensitas latihan aerobik harus mencapai target zone sebesar 60- 27 90% dari frekuensi denyut jantung maksimal atau maximal Heart Rate (MHR). Intensitas latihan dikatakan ringan apabila mencapai 60-69% dari MHR, apabila mencapai 70-79 % dari MHR, dan tinggi apabila mencapai 80-89 % dari MHR. Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran Jasmani 2012 sangat efektif bagi mahasiswa yang ingin meningkatkan kebugaran fisik. Dengan melakukan senam aerobik hentakan ringan ini maka akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama pada jantung dan paru-paru. Otot jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa jumlah darah yang lebih banyak. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat (Kushartanti, 2012). Paru-paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Lemak dalam tubuh akan dibakar menyebabkan metabolisme meningkat, bila pelatihan ini dilakukan dengan intensitas sedang dan berlagsung lama ( Brick, 2001) 2.3.1. Pelatihan Senam Ayo Bergerak Senam Ayo bergerak merupakan senam kebugaran fisik yang di rumuskan oleh Federasi Olahraga Masyarakat indonesi (FORMI) dan baru di rilis pada akhir tahun 2012. Sekarang Senam Ayo Bergerak sedang di sosialisasikan keberbagai instansi pendidikan, pemerintah, swasta, organisasi masyaratak dan segenap masyarakat Indonesia yang menyukai senam. Senam ini diciptakan dan dikemas dengan memadukan gerakan otot yang kuat, kencang, lincah dan melibatkan otototot besar dan ruang lingkup persediaan yang cukup luas dengan tujuan mengoptimalkan peningkatan kebugaran fisik, selain itu dinamika gerak dan musik yang dikemas dalam senam ini merupakan bentuk nyata dari upaya 28 mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah tanah air yang mencerminkan indahnya keberagaman budaya daerah dalam kesatuan gerak olahraga kebugaran fisik yang unik, menyenangkan dan menyehatkan. Ini terlihat dari berbagai gerakannya mengandung gerakan dasar senam, seni bela diri khas berbagai daerah, disertai dengan alunan music yang mencerminkan lagu khas daerah (Anonim , 2002). Senam Ayo Bergerak termasuk senam aerobic low impact dan banyak melibatkan anggota gerak tubuh dan persendian. Senam ini mengandung gerakan inti yang banyak memuat variasi teknik bela diri khas berbagai daerah, dimana gerakan-gerakan tersebut meningkatkan pelatihan kekuatan, kontraksi, otot dan persendian. Banyak kontraksi otot yang terjadi , di setiap gerakan memiliki variasi yang bertumpu pada berbagai otot tubuh, yaitu pada otot kaki, otot tangan, otot dada, perut, tungkai kaki dan punggung. Hal ini selain memberi keuntungan pada kekuatan otot, juga akan memberi keuntungan pada jantung dan paru. Otot jantung akan bertambah kuat sehingga dapat memompa darah lebih banyak, curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih banyak. Disamping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan perkembangannya pembuluh darah baru pada jantung sehingga jantung mendapat lebih banyak oksigen dan mengakibatkan fisik tidak mudah lelah (Balley, 1994). Selain itu senam ini memiliki tempo lebih cepat atau intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan senam yang lain sehingga faktor ini dapat melatih kecepatan gerak, kelentukan dan kelincahan sehingga pergerakan persediaaan semakin luas, waktu reaksi dan waktu bergerak atau waktu berpindah semakin capat, 29 keseimbangan semakin terlatih sehingga kemampuan mengontrol gerak dan alat tubuh bertambah, pembakaran energi dapat terjadi dengan cepat sehingga berguna untuk menghasilkan energi bagi otot. Hal ini membantu membangun dasar fisiologis yang kuat (Bompa, 2009). Karena begitu banyak komponen biomotorik yang berjalan dalam pelatihan ini, maka penulis memilih senam ayo bergerak untuk dijadikan bahan penelitian sebab memenuhi syarat untuk meningkatkan kebugaran fisik. Struktur senam ini terdiri dari pemanasan, latihan inti dan pendinginan. 2.3.1.1. Pengaruh Latihan Aerobik pada Organ Tubuh Pelatihan yang dilakukan secara kontinyu, sistematis dan berulang akan memberikan efek terhadap organ tubuh yang terkait dengan kebugaran fisik sehingga tubuh mencapai penampilan yang optimal. Jika kebugaran fisik meningkat dengan sendirinya organ-organ tubuh yang ada juga mempunyai kebugaran yang maksimal. Organ tubuh yang dimaksud adalah organ tubuh yang berhubungan langsung aktivitas fisik yaitu jantung dan pembuluh darah, paru-paru sebagai sistem pernapasan, dan otot sebagai sistem pergerakan ( Bompa, 2009). 2.3.1.2. Pengaruh Latihan Aerobik pada Jantung dan Pembuluh Darah Jantung merupakan alat untuk memompo darah dari kedua bilik menuju ke paru-paru dan keseluruh tubuh. Jumlah darah yang dipompa tergantung dengan isi sekuncup jantung. Sekali denyut jantung akan memompa darah sebanyak 70-90 ml kedua bilik jantung, sedangkan frekuensi denyut jantung 70 kali dalam satu menit sehingga darah yang dipompa oleh jantung dari bilik kanan maupun dari bilik kiri sebesar kurang lebih 5 liter (Ganong, 2002). 30 Aktivitas latihan aerobik akan menyebabkan perubahan penyebaran curah jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah 4 kali lebih besar ke jantung. Kemudian volume isi sekuncup meningkat, yaitu volume darah yang dipompa pada sekali jantung berdenyut, sehingga hal ini dapat mengurangi frekuensi jantung, meningkatkan ukuran bilik kiri jantung, menebalkan otot jantung serta perbaikan kapasitas oksidasi enzim (Sharkey, 2003). Hal ini akan mempengaruhi fungsi fisiologi jantung di mana jantung akan memompa lebih baik dan dengan demikian akan dapat memompa darah lebih banyak sehingga intake oksigen lebih banyak dan terjadi penurunan frekuensi denyut jantung baik pada saat kondisi istirahat maupun kondisi pelatihan. 2.3.1.3. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Paru-Paru Paru-paru adalah organ tubuh untuk pernapasan, dalam fisiologis yang terjadi adalah penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh dan penggunaan oksigen serta pembentukan karbondioksida oleh sel tubuh dan pertukaran gas antar sel tubuh dengan media sekitarnya (Ganong, 2003). Kebugaran aerobik paru-paru merupakan kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen sebaik-baiknya. Kemampuan kebugaran tubuh untuk hal ini dinyatakan dalam VO2Max. VO2Max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan intensif. VO2Max merupakan tingkat kemampun tubuh atau indikator untuk menentukan kebugaran fisik seseorang (Kenney dkk, 2012). Pelatihan aerobik tidak merubah ukuran paru-paru tapi meningkatkan efisiensi pernapasan dengan cara meningkatkan kondisi otot-otot pernapasan dan 31 mengurangi volume udara residu serta mengurangi frekuensi pernapasan untuk menggerakan volume udara yang sama. Pernapasan yang lambat dan efisien akan meningkatkan porsi pertukaran oksigen dan paru-paru sehingga. Selain itu pelatihan aerobik meningkatkan jumlah dan besar alveoli sehingga mempercepat suplai oksigen kedalam sel-sel tubuh (Balley, 1994). Hal ini mnyebabkan peningkatan jumlah oksigen maksimal (VO2Max) yang dibutuhkan seseorang. Ini dapat tercapai jika seseorang mampu menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen secara optimal ( Kenney 2012). 2.3.1.4. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Otot Pengaruh pelatihan aerobik otot berkaitan dengan kemampuan otot berkontraksi dan kemampuan otot mengkonsumsi oksigen. Otot memiliki mekanisme kontraksi yang dijalankan oleh potensi aksi. Dengan tersedianya cukup oksigen maka oksidasi dalam otot akan menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phospate) sebagai sumber energi kontraksi otot yang dibutuhkan otot untuk bergerak. Mekanisme kontraksi yang berjalan terus-menerus akan meningkatkan serat-serat otot untuk bekerja menjadi lambat dan lama kemudian akan meningkatkan kandungan mioglobin otot serta meningkatkan jumlah pembuluh darah yang mengitari serat otot. Lama kelamaan kekuatan otot (muscle strength) dan ketahanan otot (muscle endurance) akan bertambah sehingga kondisi tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan kebugaran fisik (Sharkey, 2003). 2.4. Senam Kesegaran Jasmani Senam Kesegaran Jasmani adalah rangkaian gerakan senam yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani. Sesuai dengan 32 kaedah dan ciri-ciri Senam Kesegaran Jasmani (SKJ), gerakan-gerakan direncanakan, disusun secara sistematis, dan bertujuan untuk memperoleh kesehatan dan kesegaran jasmani. Dalam melakukan Senam Kesegaran Jasmani selalu diiringi musik yang telah ada. 2.4.1. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap Peningkatan Komponen Daya Tahan Jantung Paru SKJ ’92 adalah termasuk senam aerobik. Menurut Keren (1986) latihan senam aerobik dapat merangsang kerja jantung paru dan peredaran darah. Peningkatan daya tahan jantung paru dapat dijadikan sebagai indicator tunggal untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani seseorang antara lain dengan pengukuran VO2 max secara tidak langsung. Begitu juga menurut Wilmore (1994) pengaruh ltihan aerobik terhadap denyut jantung istirahat dapat menurun 30 sampai 40 enyutan permenit. Sedangkan menurut Astrand (1970) pada orang terlatih sel darah merah lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih dan aliran darah keseluruh tubuh meningkat. Menurut Fox (1987) latihan dapat menyebabkan terjadinya hypertropi pada otot jantung, karena otot jantung terdiri dari sejumlah serabut otot. Olahraga yang tergolong jenis olahraga aerobic tersebut bermanfaat bagi peningkatan kesehatan jantung paru sebaiknya latihan 20-30 menit, dan frekuensi latihan olahraga dilakukan minimal 3x seminggu dan maksimal 5x seminggu (A.Purba, 2002). 33 2.4.2. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap peningkatan kekuatan otot. Latihan aerobik dengan takaran yang cakup dapat meningkatkan kekuatan otot. Menurut Saltin dan Gollnick (1983),Fox dkk (1989) meningkatnya kekuatan otot terjadi karena hypertropi serabut otot, peningkatan myoglobin, peningkatan enzim-enzim oksidasi di dalam sacroplasmik otot, peningkatan jumlah mithocondria dan bertambah kuatnya ligamentum. Hasil penelitian Karpovich (1953) menunjukan bahwa orang terlatih 77% danya hipertropi serabut otot dan dikuatkan oleh pendapat Linge (1962) dan Reitsma (1965) adanya hubungan linier antara latihan, ukuran otot, dan kekuatan otot. Latihan beban merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan kekuatan. Supaya latihan mempunyai pengaruh, maka beban yang diberikan harus lebih berat daripada beban yang dihadapi dalam kegiatan sehari-hari (Astrand, 1986). Beban yang digunakan tidak selamanya merupakan beban dari luar saja, tetapi beban latihan dapat pula berupa badan itu sendiri terutama bagi yang masih muda dan pemula (Fox, 1988). 2.4.3. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap peningkatan komponen daya tahan otot Latihan senam aerobik menyebabkan terjadinya hypertropi otot disertai dengan terjadinya peningkatan sirkulasidarah ke otot (Edugerton, 1978), selanjutnya Pyke (1971) mengatakan latihan dengan pengulangan yang banyak dapat meningkatkan daya tahan otot karena terjadi kapilerisasi didalam otot; myoglobin, enzim-enzim oksidatif di dalam otot, ukran dan jumlah mithochondria 34 meningkat. Menurut Claudi (1992), Howley & Don Franks (1986) myoglobin terdapat di dalam otot dan berfungsi sebagai hemoglobin dalam mengikat oksigen. Dengan latihan, maka pengikatan oksigen oleh myoglobin dapat meningkat sekitar 13-14% (Wilmore, 1991). 2.4.4. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap peningkatan komponen fleksibilitas. Setiap kali orang melakukan olahraga atau melakukan kegiatan fisik dengan gerakan yang berulang-ulang seperti memantul-mantulkan anggota badan, maka akan terjadi peningkatan elastisitas otot (Chew, 1985; Larry,S & Frank, B 1986). Ross & Kinsman (1986) mengatakanbentuk latihan untuk sendi dengan latihan peregangan yaitu dengan menggerakan anggota tubuh secara berirama yang menyerupai latihan senam aerobik. Begitu pula dengan Pyke (1980) latihan telah memperlihatkan perubahan terhadap kelentukan sendi setelah melakukan selama satu bulan dengan lama latihan 10 menit setiap kali latihan. 2.5. Analisis Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran Jasmani 2012 Tujuan dari senam adalah untuk mencapai kebugaran fisik yang maksimal. Oleh karena itu tata urutan senam dikemas sedemikian rupa sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan kebugaran. Hal itu dapat kita lihat dari gerakan atau latihan-latihan senam yang kaya variasi dan melibatkan hampir semua komponen biomotorik di dalamnya, dalam hal ini senam yang akan penulis pakai sebagai bahan penelitian yaitu Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran Jasmani. Senam Ayo Bergerak terdiri atas tiga bagian gerakan utama yaitu 35 pemanasan, latihan inti dan pendinginan serta masing-masing bagian mempunyai gerakan-gerakan yang melibatkan semua unsur pergerakan otot, terutama otot-otot besar. Meskipun tiap-tiap bagian latihan diselingi dengan selang waktu antara gerakan, beban latihan yang ada cukup merangsang sistem kardiovaskular dan respirasi. Untuk prinsip pembebanan, beban latihan untuk masing-masing otot tidak terlalu tinggi sehinggga kelelahan tidak terjadi secara primer pada otot-otot karena otot-otot tidak bekerja secara berlebihan, tetapi secara sekunder oleh karena kurang mempunyai mekanisme penyediaan O2 dan menyingkirkan sisasisa metabolisme pada saat itu (Gregory, 2009). Secara garis besar fungsi sistem kardiovaskular (jantung dan peredaran darah) serta paru-paru dapat ditingkatkan demi mencukupi oksigen melalui pelatihan senam ini. Di samping ini juga dapat meningkatkan sistem skeletal dan neuromuscular, karena seluruh otot di pacu untuk aktif terlibat dalam gerakan sehingga membantu peningkatan sistem kardiovaskular (Guyton dan Hall, 2006). 2.6. Kasch Step Test (Harvard Modified Step Test) Kasch Step Test atau YMCA Step test atau dikenal juga dengan YMCA 3 Minutes Step atau 3 Minutes StepTest dan juga merupakan modifikasi dari tes naik turun bangku Harvard (Harvard Modified Step Test) adalah metode mengukur kapasitas daya tahan kardiovaskuler yang dilakukan dengan cara tes langkah naik turun bangku selama 3 menit dan dipergunakan untuk mengukur kebugaran fisik seseorang (Golding, 2000). Tes ini merupakan modifikasi dari Harvard Step Test metode Brouha (1943) yang banyak memiliki kekurangan seperti menghasilkan tingkat stress yang tinggi 36 dan tidak dapat dilakukan pada semua jenis umur terutama pada usia di atas 18 tahun, tidak efektif untuk wanita, tinggi bangku yang terlalu tinggi untuk wanita, 30 langkah permenit sulit dilakukan dengan teratur dan tepat, waktu pelaksanaan yang cukup lama (5 menit) dan perhitungan 3 kali denyut nadi pemulihan yang tidak efisien serta dapat menghasilkan saat perhitungan (Brouha.dkk., 1943 ; Smotherman, 1996). Kasch Step Test merupakan metode yang sederhana dan mudah pelaksanaannya, tidak memerlukan biaya yang besar dan bisa dilakukan pada usia yang lebih tua(18-65 tahun) dibandingkan dengan Harvard Step Test (di bawah 18 tahun) (Haskell, 2009). Kennery dkk (2012) mengatakan bahwa daya tahan kardiovaskular merupakan salah satu unsur kebugaran fisik yang penting di mana ketahanan kardiovaskular mengacu pada kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan darah dan pernapasan untuk memasok oksigen selama aktivitas fisik berkelanjutan. American College of Sport Medicine (2009) merujuk bahwa tes ini merupakan metode yang bagus untuk mengukur kebugaran dan ketahanan kardiovaskular serta kemampuan tubuh untuk pulih dari olah raga berat (Haskell, 2009). Prinsip dari Kasch Step Test adalah mengukur kebugaran kardiovaskular dengan patokan perhitungan denyut jantung pemulihan atau recovery heart rate segera setelah orang coba melakukan kerja naik turun bangku step test selama 3 menit dengan ketukan 96 bpm (beatperminute) atau 24 langkah dalam satu menit. Recovery heart rate diukur selama 1 menit, dimulai 5 detik sesudah orang caba selesai melakukan step test (Golding, 2000; Santo dan Golding, 2003). 37 Hasil yang didapat akan dilihat pada tabel berikut untuk menentukan status kebugaran fisik seseorang : Tabel 2.1 : Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test Age 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+ 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+ Excelle nt Male 50-76 51-76 49-76 56-82 60-77 59-81 Female 52-81 58-80 51-84 63-91 60-92 70-92 Good Above Averag e Average Below Average Poor Very Poor 79-84 79-85 80-88 97-93 86-94 87-92 88-93 88-94 92-98 95-101 97-100 94-102 95-100 96-102 100-105 103-111 103-109 104-110 102-107 104-110 100-105 103-111 103-109 104-110 111-119 114-121 116-124 121-126 119-128 121-126 124-157 126-161 130-163 131-159 131-154 130-151 85-93 85-92 89-96 95-101 97-103 96-101 96-102 95-101 100-104 104-110 106-111 104-111 104-110 104-110 107-112 113-118 113-118 116-121 113-120 113-119 115-120 120-124 119-127 123-126 122-131 122-129 124-132 126-132 129-135 128-133 135-169 134-171 137-169 137-171 141-174 135-155 Smotherman dalam penelitiannya pada 42 orang wanita sehat usia 28-58 tahun ini San Jose University (1996) dengan menggunakan Kasch Step Test menemukan bahwa : “ Kasch 3 minutes steps test provide effective estimates of VO2Max (Volume of Oxygen Maximum) and could be use as VO2Max high probability predictor (p≤0,05)” Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa penggunaan metode Kasch Step Test dalam pengkuran kapasits VO2Max efektif sebagai predictor nilai VO2Max. Chin-Mou dan Kuei-Fu (2007) dari National Hsinchu University of Education Taiwan dalam penelitian pada 31 subjek terdapat recovery heart rate atau denyut nadi pemullihan dan indeks kebugaran fisik dengan metode 3 minutes 38 step test menemukan bahwa dengan ukuran bangku 12 inchi (30,48 cm) dan 24 langkah permenit merupakan metode yang efektif untuk mengukur kebugaran fisik pada orang sehat berbagai usia dengan estimasi standar eror yang rendah. Recovery heart rate atau post-exercise heart rate (PHR) atau denyut nadi pemulihan dalam berbagai step test merupakan parameter uama dalam perhitungan dalam berbagai step test merupakan parameter utama dalam perhitungan kapasitas aerobik. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa denyut nadi pemulihan yang dihitung pada 1 menit pertama (PHR60) setelah melakukan tes naik turun bangku merupakan parameter yang valid dalam perhitungan estimasi kapasitas aerobik (Bell dan Jacobs, 1992 ; Golding, 2000 ; Chin-Mou dan Kuei-Fu, 2007 ; Santo dan Golding, 2003). Beberapa alasan lain penggunaan step test menurut American College of Sport Medicine (2009) yaitu membutuhkan gerakan yang tidak rumit (naik turun), memerlukan waktu yang pendek, dapat mengukur orang yang banyak sekaligus, mudah dipaparkan pada orang coba, murah, dan alat peraganya gampang dipindahkan (Haskell, 2009). Selain merupakan metode yang efektif dalam pengukuran kebugaran fisik, penggunaan recovery heart rate sebagai parameter perhitungan kapasitas aerobik dan ditambah alas an di atas maka penulis memilih metode Kasch Step Test sebagai tes pengukuran kebugaran fisik dalam penelitian ini.