Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5, No. 2, Agustus 2015 PEMENUHAN KEBUTUHAN KALSIUM DAN BESI ATLET SEPAK BOLA JUNIOR BANDA ACEH Yusni & Amiruddin Abstrak: Salah satu faktor yang berperan dalam prestasi atlet sepakbola adalah gizi dan jika asupan gizi kurang, walaupun latihan yang dilakukan maksimal dan teraturpun akan menjadi kurang bermanfaat. Federasi Sepakbola Dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasannya gizi termasuk diantaranya kalsium sangat berperan dalam keberhasilan suatu tim sepakbola. Namun, kenyataannya makanan yang dimakan atlet sepakbola belum tentu memenuhi kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang maksimal. Selain itu, permasalahan yang ada saat ini adalah bukan saja disebabkan rendahnya gizi makanan atlet, melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam pengaturan makanan dan tidak adanya asupan suplemen tambahan yang diberikan secara teratur untuk pemenuhan kebutuhan gizi mikro. Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan kalsium dan deplesi besi tingkat moderate dihubungkan dengan berkurangnya performance latihan dan saat bertanding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan kalsium dan zat besi pada atlet sepakbola junior Banda Aceh. Subjek penelitiannya adalah 1 klub sepak bola junior Aneuk Rencong Banda Aceh, laki-laki, usia 12-17 tahun, yang berjumlah 22 orang. Penelitian ini merupakan penelitian studi laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar kalsium di Prodia Jakarta dan pemeriksaan kadar hemoglobin darah dilakukan di laboratorium Prodia Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 18,18% atlet sepak bola junior Aneuk Rencong Banda Aceh mengalami hipokalsemia (kadar kalsium darah dibawah normal), sedangkan kadar hemoglobin darah semuanya dalam batas normal. Kata kunci: kalsium, zat besi, atlet junior, sepakbola Pendahuluan Sepakbola merupakan olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia dan sangat populer bagi semua kalangan usia termasuk juga remaja. Sepakbola merupakan olahraga tim dan untuk menangani suatu tim memang lebih sulit daripada olahraga perorangan, karena di dalamnya melibatkan banyak orang yang memiliki berbagai tingkat kesadaran dan kedisiplinan baik dalam kesehatan khusunya dalam pemenuhuan kebutuhan gizi dan asupan makan maupun latihan yang teratur. Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet sepakbola. Hasil pengamatan pada beberapa atlet dengan latar belakang berbagai cabang olahraga menunjukkan bahwa gizi dan latihan fisik secara bersama-sama menghasilkan prestasi yang baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet masih sangat kurang, apalagi di tingkat daerah. Selain itu, secara empiris menunjukkan bahwa persoalan gizi ini merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Jika asupan gizi kurang, walaupun latihan yang dilakukan maksimal dan teraturpun akan menjadi kurang bermanfaat. Makanan yang dimakan atlet sepak bola belum tentu memenuhi kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang maksimal (Widiastuti, 2008). Federasi Sepakbola Dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasannya gizi sangat berperan dalam keberhasilan suatu tim sepakbola. Survei yang dilakukan di beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa rekomendasi asupan gizi yang diberikan untuk para pemain sepakbola masih kurang tepat. Sebagian dari masalah ini dikarenakan asupan zat gizi tambahan (suplemen) yang tidak sesuai dan tidak tepat sasaran. Seorang atlet yang baik harus makan makanan tinggi karbohidrat, cukup protein, rendah lemak, dan cukup vitamin dan mineral serta cairan (Hapsari, 2009). Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500 Kkal atau 1.5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif sama. Permainan sepakbola ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat, dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek (Depkes RI, 2002) sehingga kebutuhan gizinya tinggi. Kebutuhan gizi atlet sepak bola meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Kebutuhan akan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Untuk memenuhi kecukupan zat gizi mikro, seorang atlet sepak bola sangat disarankan untuk mengkonsumsi suplemen tambahan seperti kalsium dan zat besi. Kenyataannya, saat ini sebagian atlet sering mengkonsumsi suplemen tambahan, namun penggunaan suplemen tersebut tidak berdasarkan rekomendasi dokter atau tim ahli/pakar olahraga. Sebetulnya hingga saat ini pemakaian suplemen di kalangan atlet pada umumnya dan atlet sepakbola khususnya, lebih banyak disebabkan karena efek pikologis atau sugesti bahwa dengan memakan suplemen tertentu atlet merasa lebih siap dan kuat yang akan dapat memacu stamina dan prestasinya Yusni & Amiruddin 1 Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5, No. 2, Agustus 2015 (Irianto, 2007). Sebenarnya, menurut pakar kesehatan gizi klinis Fakultas Kedokteran UI, Dr Samuel Oetoro yang disadur oleh Lefina (2009), suplemen bila dikonsumsi sesuai takaran atau aturan, dapat membantu meningkatkan stamina dan meningkatkan konsentrasi yang hasilnya akan berpengaruh terhadap prestasi atlet. Para ahli lain juga sependapat bahwa peranan energi dan gizi dalam olahraga penting diperhatikan, misalnya kelelahan dapat terjadi akibat tidak cukupnya ketersediaan nutrient energi yang diperlukan dari glikogen otot atau glukosa darah. Mungkin juga akibat tidak berfungsi sistem energi secara optimal akibat defisiensi nutrient lain seperti vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan ko faktor. Pada keadaan defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut air (vitamin B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi. Penelitian menunjukkan bahwa deplesi besi tingkat moderate dihubungkan dengan berkurangnya performance latihan, sehingga dibutuhkan tambahan beberapa vitamin dan mineral yang penting diperhatikan dalam kaitannya dengan olahraga seperti vitamin A, B, C, D, E dan K, mineral seperti Ca, Fe, Na, K, P, Mg, Cu, Zn, Mn, J, Cr, Se dan F (Clark, 1996). Selain kalsium, zat besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh atlet sepak bola.hal ini dikarenakan zat besi merupakan salah satu mineral essensial yang penting untuk tubuh manusia yang berfungsi untuk eritropoiesis, metabolisme oksidatif, dan respon imun seluler. Tubuh manusia membutuhkan mineral besi rata–rata 15-20 mg setiap hari. Zat besi diketahui memiliki pengaruh dalam melakukan aktivitas fisik karena zat besi merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin dan myoglobin. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke selsel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP), sedangkan mioglobin akan berikatan dengan oksigen, berfungsi menerima, menyimpan dan melepaskan oksigen ke dalam sel–sel otot. Selain itu, besi juga komponen dari enzim oksidase pemindah energi, yaitu: sitokrom paksidase, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase, katalase dan peroksidase. Menurunnya kadar zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja maupun penurunan presentase kekuatan otot dan daya tahan terhadap keletihan. Hal ini tentunya akan sangatberpengaruh terhadap prestasi olahraga sang atlet. Mengingat pentingnya kebutuhan kalsium dan zat besi bagi atlet sepak bola khususnya atlet junior maka kami tertarik untuk melakukan sebuah kajian mengenai: “Gambaran Tingkat Pemenuhan 2 Yusni & Amiruddin Kebutuhan Kalsium dan besi pada Atlet Sepak Bola Junior Banda Aceh.” Penelitian bertujuan untuk menganalisis bagaimana gambaran kalsium darah atlet tersebut sehingga hasilnya akan memberikan data yang akurat tentang kondisi atlet sepakbola Junior (usia 12-17 tahun) di Provinsi Aceh khususnya di Banda Aceh. Secara teori menyebutkan bahwa Remaja termasuk atlet junior usia 12-17 tahun) sebenarnya mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena terjadi pertumbuhan yang sangat pesat, dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Faktor pertumbuhan ini akan mempengaruhi kebutuhan gizi atlet remaja, selain juga dipengaruhi oleh Thermic of Effect Food (TEF), Basal Metabolic Rate (BMR), dan aktivitas fisik sehingga pada usia tersebut jumlah zat gizi yang dibutuhkan lebih tinggi termasuk kebutuhan mineral yaitu kalsium dan zat besi. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratoris dengan melakukan pemeriksaan kadar kalsium dan haemoglobin darah. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 di Stadion Harapan Bangsa Lhong Banda Aceh dan pemeriksaan kadar kalsium dilakukan di laboratorium Prodia Jakarta sedangkan kadar haemoglobin dilakukan pemeriksaan di Prodia Jakarta. Sampel darah didapatkan dari atlet Sepakbola Junior Aneuk Rencong Banda Aceh. Subjek penelitian adalah anggota tim sepakbola junior Aneuk Rencong, usia 12–17 tahun, laki-laki yang berjumlah 22 orang dan bersedia menjadi subjek penelitian. Metode pengambilan subjek pada penelitian ini adalah dengan cara total sampel, yaitu satu tim sepakbola yang terdiri dari pemain inti dan cadangan dengan jumlah total sebanyak 22 orang. Pengambilan darah dan juga pengirimannya ke laboratorium klinik Prodia Jakarta dilakukan oleh staf laboratorium klinik Prodia Banda Aceh. Kadar kalsium normal adalah 9,2-11,0 mg/dL dan kadar Hb normal adalah 12,8-16,8 g/dl. Pengambilan darah sebanyak 3 ml dilakukan secara intravena di mediana cubiti pada lipat siku. Darah diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan antikoagulan EDTA. Selanjutnya darah dibawa ke laboratorium Prodia Banda Aceh, dilakukan pemisahan serum dan besoknya darah dikirim ke Prodia Jakarta menggunakan dry ice. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: Spuit disposible 10 ml, tabung plastik 1 ml untuk pemeriksaan Hb, torniquet (alat ikat pembendungan), Microtube (tabung mikro) 1 ml untuk menyimpan serum, sentrifuge (pemusing untuk memisahkan serum), kotak pendingin untuk membawa darah dan serum, aluminium foil (kertas aluminium). Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5, No. 2, Agustus 2015 Bahan penelitian adalah: sampel darah, alkohol 70 % serta EDTA, Antikoagulan EDTA, Kapas alkohol 70%, Air bebas ion dan larutan HNO3, reagent untuk pemeriksaan Haemoglobin dan Kalsium. Prosedur penelitian adalah sebagai berikut: 1) Pemilihan populasi penelitian, yaitu kelompok sepakbola aneuk rencong Banda Aceh dengan jumlah keseluruhan adalah sebanyak 70 orang 2) Menentukan sampel, yaitu satu tim sepak bola aneuk rencong Banda Aceh yang terdiri dari pemain inti dan pemain cadangan (22 anak) 3) Subjek penelitian diberikan penjelasan, tujuan dan manfaat penelitian dan meminta kesediaan subjek secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian (Informed Consent) 4) Subjek yang bersedia mengisi form Informed Consent 5) Dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar kalsium dan hemoglobian 6) Analisis data hasil penelitian menggunakan: analisis deskriptif, dengan demikian data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Data hasil pemeriksaan kadar kalsium dan Hemoglobin Darah pada Atlet sepakbola Aneuk Rencong Banda Aceh. NO Subjek Umur 1. S1 17 2. S2 16 3. S3 16 4. S4 16 5. S5 13 6. S6 17 7. S7 16 8. S8 16 9. S9 14 10. S10 16 11. S11 15 12. S12 15 13. S13 16 14. S14 16 15. S15 16 16. S16 17 17. S17 15 18. S18 13 19. S19 12 20. S20 13 21. S21 14 22 S22 14 Ca 9,4 9,4 9,2 9,3 9,2 9,4 8,7* 9,1* 9,4 9,6 9,4 9,0* 9,4 9,8 9,4 9,6 9,6 9,5 10 9,1* 9,5 9,2 Ket N N N N N N H H N N N H N N N N N N N H N N Hb 14,2 15 14,8 14,3 13,5 13,8 16 14,7 15,4 16,2 14,2 14,4 12,6 15 14 15,2 13,4 12,9 12,5 13,3 13,1 13,2 Ket N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N Ket: Ca = Kalsium; Hb = Haemoglobin; N normal dan H = hipokalsemia = Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah pada atlet sepakbola Aneuk Rencong Banda Aceh (seperti pada tabel 1) didapatkan bahwa jumlah atlet yang mempunyai kadar kalsium dibawah normal (hipokalsemia) adalah sebanyak 4 orang dengan persentase hipokalsemia sebesar 18,18% seperti terlihat pada gambar 1, sedangkan kadar hemogloblin dalam batas normal. Gambar 1. Persentase hipokalsemia pada atlet Sepakbola Aneuk Rencong Banda Aceh Hasil penelitian yang kami lakukan menemukan bahwa jumlah anak dengan kadar kalsium dibawah normal (hipokalsemia) adalah sebesar 18,18%. Kadar kalsium normal dalam darah adalah 9,2-11,0 mg/dL. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian kita semua khususnya pelatih, atlet dan juga tim kesehatan agar lebih memperhatikan kebutuhan gizi untuk atlet ataupun orang-orang yang rutin melakukan olahraga. Hal ini didasarkan pada secara fisiologis kalsium berperan penting dalam membantu proses pertumbuhan terutama pada anak yang masih dalam usia pertumbuhan seperti usia remaja khususnya untuk kekuatan tulang. Selain itu, kalsium juga membantu menstabilkan irama jantung, pembekuan darah dan fungsi otot. Atlet sepakbola junior merupakan kelompok atlet usia remaja yang masih sedang dalam pertumbuhan. Remaja usia 12-17 tahun sebenarnya mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena terjadi pertumbuhan yang sangat pesat, dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Faktor pertumbuhan ini akan mempengaruhi kebutuhan gizi atlet remaja, selain juga dipengaruhi oleh Thermic Of Effect Food (TEF), Basal Metabolic Rate (BMR), dan aktivitas fisik sehingga pada usia tersebut jumlah zat gizi yang dibutuhkan lebih tinggi termasuk kebutuhan mineral yaitu kalsium dan zat besi. Selain itu meningkatnya aktivitas fisik akibat latihan sepakbola secara teratur seperti pada atlet sepakbola junior aneuk rencong (intensitas latihan 3xsemingg, yaitu hari selasa, kamis dan minggu) Yusni & Amiruddin 3 Jurnal Sport Pedagogy Vol. 5, No. 2, Agustus 2015 mengakibatkan jumlah kalsium yang dibutuhkan semakin meningkat. Namun apajadinya jika kalsium yang dibutuhkan tidak tercukupi, maka tubuh akan menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh. Kondisi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko terjadinya osteoporosisatau osteoporosis dini.karena jika anak mengonsumsi terlalu banyak kafein akan menyebabkan resorpsi kalsium dari tulang. Sumber makanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan kalsium: susu dan produk turunannya seperti keju, paneer (keju cottage), sayuran berwarna hijau, ikan teri, ragi dan wijen. Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa tidak terdapat atlet sepakbola junior Aneuk Rencong Banda Aceh yang mengalami anemia (kadar haemoglobin darah dibawah normal). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan zat besi untuk atlet sepakbola junior Aneuk Rencong Banda Aceh sudah memadai. Kadar Hb normal adalah 12,816,8 g/dl. Secara fisiologis, Zat besi merupakan salah satu mineral essensial yang penting bagi tubuh manusia. Zat besi berfungsi untuk pembentukan sel darah merah (eritropoiesis), metabolisme oksidatif, dan respon imun seluler. Kebutuhan manusia akan zat besi rata–rata 15-20 mg setiap hari. Beberapa kajian menyebutkan bahwa zat besi diketahui memiliki pengaruh dalam melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Hal ini disebabkan karena zat besi merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembentukan hemoglobin dan mioglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke sel-sel tubuh yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein yang selanjutnya akan diubah menjadi energi (ATP). Sedangkan myoglobin berperan dalam ikatan dengan oksigen yang selanjutnya akan berfungsi untuk menerima, menyimpan dan melepaskan oksigen ke dalam sel–sel otot. Secara fisiologis, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi, yaitu: xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase, katalase dan peroksidase. Menurunnya kadar zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja maupun penurunan presentase kekuatan otot dan daya tahan terhadap keletihan (Cynthia. 2010). Kesimpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada atlet 4 Yusni & Amiruddin sepak bola junior Aneuk Rencong Banda Aceh masih belum memadai. Hal ini dikarenakan masih terdapat sebanyak 18% anak dengan hipokalsemia. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan zat besi sudah baik karena tidak didapatkan adanya anak dengan anemia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah gizi mikro masih belum menjadi perhatian para pelatih, atlet dan juga orangtua, sehingga disarankan setiap atlet sepak bola perlu diberikan kalsium yang cukup baik dengan minum susu teratur atau mengkonsumsi suplemen kalsium tambahan. Hasil penelitian ini sebaiknya dapat menjadi data awal sebagai gambaran tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium dan zat besi pada atlet sepakbola junior sehingga dapat menjadi acupan untuk penentuan kebutuhan gizi atlet. Daftar Pustaka Cynthia. 2010. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi Terhadap Kelelahan Otot. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran. Fakultas Kedokteran.Universitas Diponegoro. Hasan S. Kesegaran Jasmani Atlet Sepakbola PraPubertas. Jurnal IPTEK Olahraga. 2008; 10(3):188–202. Irawan MA. Nutrisi, Energi, dan Performa Olahraga, 01 (04). Polton Sport Science & Performance Lab. 2007; 1-12. Karyanitha NLG dan Andhi KT. Tingkat Kecukupan Gizi, Aktivitas Fisik dan Status Gizi Atlet Sepak Bola Remaja Putra Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar Tahun 2011. Medicina. Mei 2012; 43(2): 95-102. Prasojo B. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Atlet Persatuan Sepakbola Indonesia Semarang (PSIS) Yunior. Program Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang. Ruslan. Kondisi Fisik Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal ILARA, Juli 2011; 11(2): 45-56. Sihadi. Gizi dan Olahraga. Jurnal Kedokteran YARSI 14(1). 2006; 078-84. Surbakti S. Asupan Bahan Makanan dan Gizi bagi Atlet Renang. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Juli-Des 2010; 8(2): 108-122.