PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI PSTW BUDI MULIA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH : PUSPA AYU PRIADI NIM : 1112104000028 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M iii RIWAYAT HIDUP Nama : Puspa Ayu Priadi Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Mei 1995 Status Pernikahan : Belum Menikah NIM : 1112104000028 Alamat : Jl. H. Umar Rt 004/02 No. 57 kelurahan Karang Tengah, Tangerang Jenis kelamin : Perempuan Telepon : 089611639270 Email : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri 04 Pagi Jakarta Barat [2000 - 2006] 2. SMP Negeri 134 Jakarta Barat [2006 - 2009] 3. SMA Negeri 101 Jakarta Barat [2009 - 2012] 4. S-1Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [2012 - 2016] vi FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Mei 2016 Puspa Ayu Priadi, NIM 1112104000028 Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan xvii + 79 halaman + 11 tabel + 3 bagan + 7 lampiran ABSTRAK Hipertensi adalah salah satu masalah kardiovaskular yang sering terjadi pada lansia. Pengendalian hipertensi pada usia lanjut salah satunya adalah dengan olahraga senam jantung sehat seri 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan control group. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol. Pemberian intervensi selama 3 minggu. Perbedaan tekanan darah pada masing-masing kelompok diuji dengan uji t berpasangan dan perbedaan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol diuji dengan uji t independent. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh antara senam jantung sehat dengan tekanan darah pada kelompok intervensi pada sebelum dan sesudah senam jantung sehat dengan p value tekanan darah sistolik (0,000), p value tekanan darah diastolik (0,003) dan terjadi penurunan tekanan darah selama 3 minggu pada tekanan darah sistolik sebesar 19,33 mmHg dan pada tekanan darah diastolik 11,33 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh pada tekanan darah dengan p value tekanan darah sistolik (0,582) dan p value tekanan darah diastolik (0,849). Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi PSTW untuk bisa menjadikan senam jantung sehat seri 1 sebagai program pengendalian hipertensi dan diharapkan bagi penelitian selanjutnya agar memberikan intervensi pada kelompok kontrol agar dapat dievaluasi penurunan tekanan darah pada kedua kelompok. Kata kunci : Hipertensi, Lansia, Senam Jantung Sehat Daftar bacaan : 55 (2005-2015) vii FACULTY OF MEDICINES AND HEALTH SCIENCE MAJOR OF NURSING SCIENCE SYARIF HIDAYATULLAH STATE UNIVERSITY JAKARTA Thesis, Mei 2016 PuspaAyuPriadi, NIM 1112104000028 The Effect of Cardio Gymnasticsto the Elderly’s Blood Pressure with Hypertension at PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan xvii + 79 pages + 11 tables + 3 charts + 7 attachments ABSTRACT Hypertension is cardiovaskular system problem, which usually happens to the elderly. One of other ways to control hypertension is sport. The elderly likes to do sport, especially that is related to cardio. It is called cardio gymnasticstipe 1. This research aimed to identify the effect of cardio exercise to elderly’s blood pressure at PSTW Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta. This research used a quasiexperiment design with control group. Sampling technique used is Purposive Sampling with 30 responden which are divided into 15 respondents as intervention group and 15 respondentsas control group. The intervention takes for 3 weeks. The difference of blood pressure in each group is experimented using paired t test and the difference of blood pressure between the control and intervention groups tested withindependent t test. The result of this study shows that there is influence between cardio exercise with blood pressure in intervened group before and after they exercise with with p value of systolic blood pressure (0,000) p value of diastolic blood pressure (0,003). Besides, it is also found that there is a reduction of blood pressure for 3 weeks for 19,33 mmHg in systolic blood pressure and 11,33 mmHg in diastolic blood pressure. Meanwhile, it has not any influence in the controlled group with p value of systolic blood pressure (0,582) and p value of diatolic blood pressure (0,849). Hopefully, the research can be a consideration for PSTW to make cardio gymnasticstipe 1 as a preventive program for hypertension. Moreover, the next research can give more intervention to the controlled group so that the reduction of two groups blood pressure can be evaluated. Key words : Hypertension, Elderly, Cardio gymnastics Reading list : 55 (2005-2015) viii KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadapTekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjanakeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan benar dan sistematik sehingga dapat dipahami. Namun, banyak kesulitan dan hambatan yang peneliti hadapi sehingga peneliti bahwa penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan peneliti. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat berguna untuk menyempurnakan skripsi ini. Dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung atau tidak langsung membuat peneliti dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang Tua saya, Bapak Saat Supriyadi dan Ibu Yayuk Wandira yang telah mendidik, mendukung dan memberikan segala kasih dan sayang serta yang selalu mendoakan tiada henti untuk keberhasilan dari peneliti. 2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Maftuhah, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah melungkan waktu untuk memberi arahan dan bimbingan dan menjadi tempat mencurahkan keluh kesah dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk dibangku kuliah. 5. Ibu Ratna Pelawati, M.Biomed dan Ibu Ita Yuanita, S.Kp.,M.Kep, selaku Dosen pembimbing. Saya mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya karena sudah meluangkan waktunya dan membimbing saya selama proses pembuatan skripsi. ix 6. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,M.KMdan Bapak Jamaludin S.Kp, M.Kep, selaku Dosen Penguji skripsi, saya mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 7. Teman-teman FKIK 2009-2015, PSIK 2012 dan teman-teman satu tempat penelitian terimakasih atas dukungan, motivasi dan canda tawa yang membuat penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus untuk Widiya Nailaufar dan Rahma Dwi Syukrini, terimakasih karena telah ada hampir disetiap peneliti mengalami senang dan kesusahan dalam skripsi ini. Untuk Nur Indah Ritonga maafkan peneliti karena membuat indah menjadi kesusahan dan terimakasih banyak karena sudah membantu dalam mengurus surat penelitian untuk skripsi ini. 8. Segenap Staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk dibangku kuliah. 9. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengumpulan referensi-referensi sebagai rujukan skripsi ini. 10. Pihak PSTW Budi Mulia 03 margaguna Jakarta Selatan yang telah memberikan perizinan untuk melakukan penelitian Peneliti berharap kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap smoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Wassalamualaikum Wr.Wb Jakarta, januari 2016 Puspa Ayu Priadi x DAFTAR ISI Halaman Judul..........................................................................................................i LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar belakang ......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6 C. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 7 D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7 E. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8 F. Ruang Lingkup........................................................................................................ 9 BAB II ................................................................................................................... 10 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 10 Tekanan Darah ...................................................................................................... 10 A. 1. Pengertian Tekanan Darah ................................................................................ 10 2. Pengukuran tekanan darah ................................................................................ 10 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .......................................... 11 Hipertensi .............................................................................................................. 13 B. 1. Pengertian Hipertensi ........................................................................................ 13 xi 2. Klasifikasi Hipertensi........................................................................................ 14 Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003 .................................. 14 Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Baradero ............................................. 14 Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut WHO-ISH ............................................................ 15 3. Etiologi Hipertensi ............................................................................................ 15 4. Manifestasi Klinis Hipertensi............................................................................ 17 5. Patofisiologi Hipertensi..................................................................................... 18 6. Komplikasi Hipertensi ...................................................................................... 19 7. Penatalaksanaan Hipertensi............................................................................... 20 Lansia .................................................................................................................... 23 C. 1. Pengertian lansia ............................................................................................... 23 2. Klasifikasi Lansia.............................................................................................. 24 3. Tugas Perkembangan Lansia ............................................................................ 25 Senam Jantung Sehat ............................................................................................ 26 D. 1. Pengertian Senam Jantung Sehat ...................................................................... 26 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan senam ............................. 26 3. Gerakan senam jantung sehat ............................................................................ 27 4. Ketentuan-ketentuan dalam latihan fisik pada lansia adalah : .......................... 28 5. Waktu Pengukuran Tekanan setelah Senam Jantung Sehat .............................. 29 6. Pengaruh Senam terhadap Penurunan Tekanan Darah .................................... 30 E. Penelitian Terkait .................................................................................................. 34 F. Kerangka teori ....................................................................................................... 35 BAB III ................................................................................................................. 36 KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL .......... 36 A. Kerangka Konsep .................................................................................................. 36 B. Definisi Operasional ............................................................................................. 37 Tabel 3.1Definisi Operasional .............................................................................. 37 C. Hipotesis ............................................................................................................... 38 BAB IV ................................................................................................................. 39 METODE PENELITIAN ...................................................................................... 39 A. Desain Penelitian .................................................................................................. 39 B. Tempat Penelitian ................................................................................................. 40 C. Waktu Penelitian ................................................................................................... 40 xii D. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 40 1. Populasi ................................................................................................................. 40 2. Sampel............................................................................................................... 40 E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................................... 42 F. Langkah-langkah pengumpulan data .................................................................... 45 G. Prosedur Intervensi ............................................................................................... 46 H. Pengolahan Data ................................................................................................... 50 I. Analisa Data .......................................................................................................... 51 J. Etika Penelitian ..................................................................................................... 54 BAB V................................................................................................................... 56 HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 56 A. Hasil Analisa Univariat ......................................................................................... 56 B. Hasil Analisa Bivariat ........................................................................................... 58 BAB VI ................................................................................................................. 65 PEMBAHASAN ................................................................................................... 65 3. KETERBATASAN PENELITIAN ....................................................................... 76 BAB VII ................................................................................................................ 77 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 77 A. Kesimpulan ........................................................................................................... 77 B. Saran ..................................................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii DAFTAR SINGKATAN UIN : Universitas Islam Negeri PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha WBS : Warga Binaan Sosial TDS : Tekanan Darah Sistolik TDD : Tekanan Darah Diastolik NE : Norepinefrin NO : Nitrat Oxide SD : Standar Deviasi SAR : Sistem Renin Angiotensin xiv DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC*VII, 2003----------------------- 14 Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Baradero ------------------------------ 14 Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH ---------------------------- 15 Tabel 3.1 Definisi Operasional------------------------------------------------------- 37 Tabel 5.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia dan berat badan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ------------ 56 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok intervensi dan kelompok kontrol --------------------------- 57 Tabel 5.3 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok Intervensi -------------------------------------------------------------------- 58 Tabel 5.4 Gambaran Perbedaan RerataTekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok Kontrol ---------------------------------------------------------------------- 59 Tabel 5.5 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Intervensi -------------------- 60 Tabel 5.6 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol ------------------------ 62 Tabel 5.7 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol ------------------------ 63 xv Bagan 2.1 Kerangka Teori DAFTAR BAGAN ............................................................................... 35 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................36 Bagan 4.1 Desain Penelitian ................................................................................39 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Lembar Informed Consent responden Lampiran 3. Lembar observasi Gerakan Senam Jantung Sehat Lampiran 4. Lembar Observasi Tekanan darah Lmapiran 5. Absensi kelompok Intervensi dan Kontrol Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Bivariat xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lansia adalah suatu bagian dari proses tumbuh kembang manusia. Lansia bukan suatu penyakit, namun suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Menurut WHO, klasifikasi lansia meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2009). Jumlah populasi lansia di Indonesia semakin bertambah banyak setiap tahunnya, pada tahun 2007 diperkirakan 18 juta orang. Pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan jumlahnya akan sama dengan jumlah balita. Jumlah populasi lansia pada tahun 2020 diproyeksikan akan melebihi jumlah balita, pada tahun 2025 Indonesia akan menduduki peringkat negara ke-4 setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. Peningkatan jumlah populasi lansia dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran dalam meningkatkan kualitas hidup dan menjadikan usia harapan hidup semakin meningkat (Nugroho, 2009). Meningkatnya usia harapan hidup lansia, pemerintah dan masyarakat mulai memperhatikan masalah pada lansia. Hal ini merupakan konsekuensi terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan pertambahan jumlah lansia di Indonesia (Maryam dkk, 1 2 2008). Adanya kemajuan era globalisasi, terjadi masalah pada lansia yaitu peningkatan insiden penyakit kronis pada lansia meliputi penyakit jantung pembuluh darah, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, rematik dan sebagainya akibat gaya hidup yang tidak baik dan menetap sehingga angka kesakitan pada lansia meningkat (Khomarun, Wahyuni Nugroho, 2013). Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia salah satunya terjadi pada sistem kardiovaskular. Katup mitral dan aorta jantung mengalami penebalan dan menjadi lebih kaku dan lebih lambat dalam kontraktilitas terhadap respon stress. Peningkatan frekuensi jantung terhadap respon stress menjadi berkurang, untuk mengompensasi adanya masalah frekuensi jantung maka terjadi peningkatan isi sekuncup, sehingga curah jantung meningkat dan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah (hipertensi) pada lansia (Maryam dkk, 2008). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, yang tingginya sesuai dengan umur individu (Baradero, 2008). Peningkatan tekanan darah (hipertensi) mengalami peningkatan sesuai umur, dan 40% yang mengalami hipertensi berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi hipertensi mengalami peningkatan berdasarkan hasil wawancara (apakah pernah didiagnosis naks dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen pada tahun 2013. Prevalensi hiertensi pada perempuan lebih tinggi sekitar 28,8% dibanding laki-laki 22,8% pada tahun 2013. Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 juta kematian diseluruh dunia setiap tahunnya. (Depkes RI, 2014). 3 Pengukuran tekanan darah adalah hal yang penting dalam pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya fluktuasi tekanan darah pada lansia. Hal lain yang perlu diperhatikan terhadap lansia dengan hipertensi adalah pengobatan yang tepat, dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi (Tamher, 2009). Lansia umumnya dalam melakukan pengobatan farmakologi tidak dilakukan secara teratur karena alasan tidak menyukai efek samping dan obat yang dikonsumsi. Pengobatan farmakologi untuk hipertensi diantaranya adalah diuretik, simpatolitik, dan sebagainya (Muttaqin, 2009). Selain pengobatan farmakologi, terdapat pengobatan nonfarmakologi. Pengobatan nonfarmakologi pada lansia salah satunya adalah dengan diajarkan hidup sehat terkait dengan kegiatan aktivitas seperti olahraga pada lansia (Dewi, 2014). Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial ( Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010). Olahraga mayoritas dilakukan oleh mereka yang tergolong penduduk usia muda, yatu dari presentase terbesar usia 10-14 tahun, 5-9 tahun, dan 15-19 tahun. Penduduk usia 10-14 tahun terdapat 66,8 persen penduduk yang melakukan olahraga, pada kelompok umur 5-9 tahun sebesar 49,5 persen, dan pada kelompok umur 15-19 tahun sebesar 42,9%. Besarnya partisipasi olahraga pada usia 5-9 tahun dikarenakan mereka tergolong usia sekolah, dimana olahraga sebagai bagian dari pelajaran wajib di sekolah dan tersedia kegiatan ekstrakulikuler yang menjadi 4 kegiatan pilihan siswa (Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010). Sejalan dengan pertambahan usia penduduk yang melakukan olahraga terus berkurang. Partisipasi olahraga pada kelompok usia yang lebih tua cenderung semakin menurun. Pada penduduk lanjut usia, yaitu kelompok umur 65 tahun ke atas hanya 6,4 persen saja yang melakukan olahraga, hal ini disebabkan karena keterbatasan fisik pada lansia (Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010). Jenis olahraga yang paling sering dilakukan pada usia 65 tahun keatas adalah senam sebesar 9,8 persen. Senam jantung sehat merupakan olahraga aerobik dengan intensitas sedang (Fakhrudin, 2013). Senam jantung sehat adalah olahraga yang tidak besar kendala dalam pelaksanaannya dikarenakan adanya buku petunjuk, pelatih senam jantung sehat dan klub-klub senam jantung sehat yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Senam jantung sehat terdiri dari 5 seri dan tiap seri mempunyai tingkatan beban latihan yang berbeda-beda. Diantara 5 seri tersebut senam jantung sehat yang tepat untuk lansia adalah senam jantung sehat seri 1 (Rohmawati, 2015). Manfaat jika melakukan senam jantung sehat secara teratur, dapat meningkatkan stamina dan aktivitasnya melibatkan fungsifungsi tubuh yang penting seperti jantung pembuluh darah dan otot serta saluran pernafasan (Poniman,2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rismayanthi tahun 2009 menyatakan bahwa senam dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Senam menimbulkan efek beta blocker yang dapat 5 menenangkan sistem saraf simpatikus, dimana bila terjadi penurunan aktivitas simpatik pada pembuluh darah perifer dapat menjadi petunjuk penurunan tekanan darah. Hasil penelitian Rismayanthi jika melakukan senam dengan intensitas sedang, dan lama waktu 20-60 menit serta dilakukan 3 kali sehari dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi sebesar 3,346% dan menurunkan tekanan diastolik sebesar 4,273%. Penelitian yang dilakukan Moniaga tahun 2013 bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam bugar lansia terrhadap tekanan darah penderita hipertensi. Jenis penelitian ini tahun 2013 dengan sampel penelitian bejumlah 30 orang yang memenuhi kriteri inklusi. Hasil penelitian menunjukan rata-rata nilai tekanan darah sebelum melakukan perlakuan adalah 152,33/78,67 mmHg dan pada minggu ketiga terjadi penurunan menjadi 136,33/80,00. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui survey dan wawancara dengan staf dan perawat di PSTW Budi Mulia 03 pada tanggal 31 desember 2015 , hasilnya adalah jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW Budi Mulia 03 ada 230 orang. WBS yang mandiri kurang lebih ada 117 orang dan yang dibantu ADL nya kurang lebih terdapat 113 orang. Diantara lansia yang mandiri terdapat kurang lebih 72 orang (62%) yang hipertensi dan kurang lebih 45 orang (38%) normal tekanan darahnya. 6 Berdasarkan Latar belakang diatas, yaitu jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW Budi Mulia 03 ada 230 orang. WBS yang mandiri kurang lebih terdapat 117 orang dan yang dibantu ADL nya kurang lebih terdapat 113. Diantara lansia yang mandiri terdapat kurang lebih 72 orang (62%) yang hipertensi dan kurang lebih 45 orang (38%) normal tekanan darahnya. Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh senam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. B. Rumusan Masalah Masalah kesehatan yang sering dialami usia lanjut adalah hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik leih dari 80 mmHg. Hipertensi dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah seseorang. Menurut Dewi (2014) pengobatan yang tepat pada hipertensi sangat penting karena mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh. Pengobatan yang tepat, dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. pengobatan farmakologi tidak dilakukan secara teratur terutama oleh lansia karena alasan mereka tidak menyukai efek samping dan obat yang dikonsumsi. Selain pengobatan farmakologi, lansia bisa diajarkan hidup sehat terkait dengan kegiatan aktivitas seperti olahraga. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan 7 sosial. Manfaat dari olahraga salah satunya senam adalah untuk memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta “. C. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah ada pengaruh antara senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi ? D. Tujuan Penelitian Tujuan umum 1. Mengetahui pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik hipertensi lanjut usia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta. 2. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok intervensi (perlakuan) di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta. 3. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta. 8 4. Mengetahui adanya pengaruh tekanan darah pada kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta. 5. Mengetahui perbedaan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi klien Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia dan sebagai acuan bagi lanjut usia untuk meningkatkan derajat kesehatan yang lebih baik. 2. Bagi Institusi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dibidang keperawatan mengenai pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi profesi keperawatan untuk bisa memberikan asuhan keperawatan khususnya pada lansia untuk meningkatkan kemandirian dan kesehatan pada lansia. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi serta menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya . 9 F. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas dan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Penelitian ini bersifat quasi eksperimental. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang memiliki hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah (Ronny, 2009). Menurut Sherwood (2011) tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh dinding pembuluh darah dan bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh darah dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh darah (seberapa mudah pembuluh darah dapat diregangkan). Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh, rerata tekanan sistolik adalah 120 mmHg. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal didalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil dihilir waktu, rerata adalah 80 mmHg. 2. Pengukuran tekanan darah Menurut Vitahealth (2006) Sebelum mengukur tekanan darah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan 10 11 b. Duduklah bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat) c. Memakai baju lengan pendek d. Sebelum diukur buar air kecil terlebih dahulu, karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi hasil pngukuran tekanan darah. pemeriksaan tekanan darah dapat diukur menggunakan dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung (Hidayat, 2005). a. Metode langsung Metode ini menggunakan kanula atau jarum yang dimaskan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini sanga tepat digunakan karena merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi cara ini harus memerlukan persyaratan dan keahlian khusus (Hidayat, 2005). b. Metode tidak langsung Metode yang menggunakan sphygmomanometer. Pengukuran ini menggunakan dua cara yaitu palpasi yang mengukur tekanan sistolik dan auskultasi yang mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan metode ini memerlukan alat stetoskop (Hidayat, 2005). 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Sejumlah faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan harus dipertimbangkan ketika akan melakukan pengukuran tekanan darah (Wilson, 2009). 12 a. Usia dari anak hingga menjadi dewasa terdapat kenaikan tekanan darah secara bertahap (Wilson, 2009). b. Jenis kelamin Setelah wanita pubertas biasanya mempunyai tekanan darah yang rendah dibandingkan laki-laki, setelah menopouse, tekanan darah wanita mungkin meningkat lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Wilson, 2009). c. Ras Insidensi hipertensi dua kali lipat lebih tinggi di Amerika Afrika seperti di kaukasia (Wilson, 2009). d. Emosi Merasa cemas, marah, atau stress dapat meningkatkan tekanan darah. Cemas, marah dan stress dapat meningkatkan stimulasi pada saraf otonom simpatik yang akan meningkatkan volume darah, curah jantung dan tekanan vaskular perifer. Stimulasi saraf otonom simpatik dapat meningkatkan tekanan darah ( Margiyati,2010). e. Nyeri Pengalaman nyeri akut pada individu dapat meningkatkan tekanan darah (Wilson, 2009). f. Kebiasaan sehari-hari 13 Mengkonsumsi kafein atau merokok dalam waktu 30 menit sebelum pengukuran dapat meningkatkan tekanan darah (Wilson, 2009). g. Berat badan Pasien dengan obesitas cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan pasien non obesitas (Wilson, 2009). h. Variasi diurnal Penurunan tekanan darah terjadi pada pagi hari dan memuncak pada siang hari atau sore harinya (Wilson, 2009). Tekanan darah berubah-ubah setiap waktu dan pola ataupun variasi derajatnya tidak ada yang sama antara satu orang dengan yang lainnya (Margiyati,2010). B. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Menurut Depkes RI (2014) Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran lengan sedlang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Pendapat yang sama juga dsampaikan oleh Librianty (2015), bahwa hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Menurut Baradero (2008) hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak 14 berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk atau berbaring. 2. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003 klasifikasi tekanan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) < 120 <80 120-139 80-89 Stage 1 140-159 90-99 Stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100 darah Normal Normal tinggi Hipertensi Sumber : Depkes RI (2014). Pusat Data informasi kementrian kesehatan RI. Jakarta Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Baradero Tingkat Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 1 140-159 90-99 2 160-179 100-109 3 180-209 110-119 4 >210 >210 Sumber : Baradero, Mary (2008). Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC 15 Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut WHO-ISH Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) OPTIMAL KURANG DARI KURANG DARI 80 120 Normal < 130 <85 130-139 85-89 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99 Borderline 140-149 90-94 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109 Grade 3 (berat) lebh dari 180 lebih dari 110 Hipertensi sistolik lebih dari 140 kurangdari 90 140-149 kurang dari 90 Normal tinggi Hipertensi Border line hipertensi sistolik Sumber : Nadesul, Handrawan (2009). Resep Mudah Tetap Sehat. Jakarta: Buku Kompas 3. Etiologi Hipertensi Penyebab hipertensi diantaranya adalah sebagai berikut : a. Hipertensi Essensial (primer) 90 persen dari semua kasus hipertensi adalah hipertensi primer. Penyebabnya tidak diketahui tentang hipertensi primer. Ada beberapa teori yang menunjukan adanya faktor genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. (Baradero, 2008). 16 Kelainan hemodinamik pada hipertensi essensial adalah peningkaan resistensi perifer. Hipertensi essensial disebabkan oleh multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan sebagainya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Aziza, 2007). b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya (Kowalski, 2010). Menurut Baradero (2008), penyebab hipertensi sekunder antara lain: a. Penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal) yang menyebabkan hipertensi dependen renindan natrium. b. Penyakit renovaskular yang menngangu perfusi ginjal karena aterosklerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit yang menyebabkan tahanan vaskular meningkat. c. Sindrom cushing yang meningkatkan volume darah d. Aldosteroinisme primer menyebabkan retensi natrium dan air yang membuat volume darah meningkat e. Fenokromositoma mengganggu sistem sekresi. Sekresi yang berlebihan dari katekolamin (norepinefrin membuat tahann vaskular perifer meningkat) 17 f. Koarktasi aorta yang meningkatkan tekanan darah pada ekstremitas atas dan perfusi pada ekstremitas bawah menjadi berkurang. g. Trauma kepala atau tumor kranial yang mempengaruhi tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial mengakibatkan berkurangnya perfusi serebral, sehingga iskemia dan merangsang pusat vasomotor medula untuk meningkatkan tekanan darah h. Hipertensi akibat kehamilan Terdapat teori yang menjelaskan baha vasopasme umum bisa menjadi faktor penyebab. 4. Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut Safran, Zachazewski dan Stone (2012) Hipertensi biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala pada tahap awal penyakit. Namun, bisa menimbulkan tanda dan gejala jika terjadi peningkatan pada tekanan darah yang terlalu tinggi biasanya dalam kinerja atletik atau telah terjadi komplikasi pada organ seperti pada ginjal, mata dan otak. Tanda dan gejala nya adalah sebagai berikut : a. Peningkatan kelelahan b. Sakit kepala c. Mimisan d. Mati rasa dan kesemutan pada tangan dan kaki (paresthesias) e. Sesak napas f. Denyut jantung yang cepat terasa di dada (palpitasi) 18 5. Patofisiologi Hipertensi Tekanan darah adalah tekanan yang diberikkan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah yang mengalir dan tahan pembuluh darah perifer. Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer. makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahan terhadap aliran darah, makin besar dilatasi nya makin kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, semakin menyempit pembuluh darah, seamkin meningkat tekanan darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin. Apabila sistem saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan konstriksi pembuluh darah meningkatnya curah jantung dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluhpembuluh darah (Baradero, 2008). 19 6. Komplikasi Hipertensi Menurut Dalimartha, S, et al. (2008) komplikasi hipertensi diantaranya sebagai berikut : a. Penyakit Jantung Koroner Penyakit inidiakibatkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Pembuluh darah jantung yang mengalami penyempitan menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagan otot jantung. Hal ini menyebabkan dada terasa nyeri dan dapat menimbulkan serangan jantung. b. Gagal Jantung Otot jantung dipaksa untuk memompa darah saat tekanan darah tinggi. Kondisi tersebut dapat berakibat terjadinya penebalan dan peregangan jantung sehingga pompa otot jantung menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda dari gagal jantung adalah sesak napas, napas putusputus (pendek), dan tejadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki. c. Kerusakan Pembuluh Darah Otak Hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seeorang bisa mengalami stroke dan kematian. 20 d. Gagal Ginjal Gagal ginjal adalah tidak berfungsinya ginjal sebagaimana mestinya. Terdapat dua jenis klainan ginajl akibat hipertensi yaitu nefroklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua dan menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nekfrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal. 7. Penatalaksanaan Hipertensi penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. a. Terapi farmakologis Obat-obat anti hipertensi sapat digunakan sebagi obat tunggal atau dicampur dengan obat lain, dengan klasifikasi menjadi lima kategori, yaitu : 1. Diuretik Diuretik yang paling sering diresepkan untuk mengobati hipertensi adalah hidroklorotiazid. Sering kali diuretik diberi bersama antihipertensi, dikarenakan banyak obat antihipertensi dapat menyebabkan retensi cairan. 21 2. Simpatolitik Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik), penghambat adrenergik alfa dan penghambat adrenergik beta, dibahas sebelumnya, juga dianggap sebagai simpatolitik dan mengahambat reseptor beta. 3. Pengambat adrenergik alfa Obat dengan golongan ini memblok reseptor adrenergik alfa 1, menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. 4. Penghambat neuron adrenergik (simpatolitik yang bekerja perifer) Tergolong obat antihipertensi yang kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga berkurangnya pelepasan norepinefrin dan menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung maupun tahanan vaskular perifer. Reserpin dan guanetidin (dua obat yang paling kuat) dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat. Efek samping dari obat ini adalah hipotensi ortostastik, sehingga klien seringkali dinasihatkan untuk bangkit perlahanlahan dari posisi berbaring atau posisi duduk. 5. Vasodilator arteriol yang bekerja langsung Termassuk obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi mengakibatkan 22 tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema. 6. Antagonis angiotensin (Ace Inhibitor) Antagonis angiotensin (Ace Inhibitor) menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekresi kalium. Jika aldosteroon dihambat, natrium diekskresikan bersama-sama dengan air. Kaptopril, enalapril dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin. Obat-obat ini dipakai pada klien dengan kadar rnin serum yang tinggi. b. Terapi Nonfarmakologis Menurut Muttaqin (2009) pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut: a. Olahraga / latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi) Olahraga yang efektif dalam menurunkan tekanan darah paada pasien hipertensi adalah olahraga dinamis sedang. Oalhraga aerobik teratur seperti senam, jalan cepat, berenang daat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9 mmHg. Olahraga lari dan jogging termasuk olahraga ringan yang lebih efektif menurunkan tekana darah sistolik 23 sekitar kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga yang memiliki efek stressor harus dihindari seperti olahraga isometrik (Aziza 2007). 2. Penurunan berat badan Dengan mengurangi beban kerja jantung yang mengakibatkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang dapat mengurangi tekanan darah (Elizabeth, 2009) 3. Pembatasan Alkohol, Natrium, Tembakau (Muttaqin, 2009). 4. Relaksasi Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi (Muttaqin,2009). C. Lansia 1. Pengertian lansia Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut Effendi (2009) seseorang dikatakan sebagai lanjut usai (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhada 24 kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. 2. Klasifikasi Lansia Klasifikasi lansia menurut Depkes RI (2003) yang mengutip dari Dewi (2014) adalah sebagai berikut : a. Pralansia (prasenilis), seseoang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain. Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansai (elderly) 60-74 tahun, lansai tua (old) 75-90 tahun dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Wahyudi Nugroho, 2009). Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia) mengatakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa (Wahyudi nugroho, 2009). Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian : 25 a. Fase iuventus (25-40 tahun) b. Fase verilitas (40-50 tahun) c. Fase presenium (55-65 tahun) d. Fase senium (65 tahun hingga tutup usia) Sedangkan menurut sumber yang mengemukakan pengelompokan umur pada lansia adalah sebegai berikut : a. 60-65 tahun (elderly) b. >65-75 tahun (junior old age) c. >75-90 tahun (formal old age) d. >90-120 tahun (longevity old age) (wahyudi nugroho, 2009). 3. Tugas Perkembangan Lansia Menurut Dewi (2014) menjelaskan bahwa kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap selanjutnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun b. Mempersiapkan diri untuk pensiun c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya d. Mempersiapkan kehidupan baru e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan 26 D. Senam Jantung Sehat 1. Pengertian Senam Jantung Sehat Senam jantung sehat termasuk ke dalam olahraga aerobik dengan intensitas sedang (Fakhrudin, 2013). Senam jantung sehat terdapat 5 seri, yaitu terdiri dari seri 1 dimana gerakannnya mengggunakan irama musik yang pelan dan tidak rumit, seri II gerakan dilakukan agak cepat namun masih sederhana, seri III gerakan diiringi dengan musik yang lebih cepat dan gerakan mulai bervariasi, seri IV dan V gerakan diiringi dengan musik yang semakin cepat dan durasi dari gerakan lebih panjang. Pada usia lanjut dapat menggunakan seri I, II dan III. Sedangkan, pada remaja bisa dilakukan seri IV dan V (Lalarni, 2015). 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan senam a. Frekuensi latihan Frekuensi latihan adalah seberapa banyak anda melakukan latihan olahraga senam yang bersifat aerobik dalam sepekan. Senam yang bersifat aerobik sangat dianjurkan untuk dilakukan minimal 2 atau 3 kali dalam seminggu. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan (Irwansyah, 2006) b. Intensitas latihan Intensitas adalah berat beban latihan yang diberikan tidak mengakibatkan efek yang membahayakan. Reaksi denyut jantung yang timbul dapat dipakai sebagai cerminan dari reaksi pembebanan (Anies, 2006). 27 c. Tipe latihan Jenis olahraga yang bersifat aerobik yang dianjurkan oleh para ahli adalah jalan kaki, senam jantung, dan berenang (Sumintarsih, 2006) d. Time (waktu latihan) Menurut Anies (2006) lama latihan yang diberikan adalah 20-30 menit.Menurut Irwansyah (2006) lama waktu latihan 45-90 menit dengan diselingi waktu istirahat, interval yang cukup, variasi saat intensitas tinggi, sedang dan rendah. 3. Gerakan senam jantung sehat Gerakan pada latihan senam yang bersifat aerobik salah satunya adalah senam jantung sehat adalah sebagai berikut : a. Gerakan pemanasan Pemanasan adalah persiapan emosional, psikologis dan fisik untuk melakukan latihan (Mukholid, 2007). Gerakan sbelum memasuki gerakan inti dengan ini dilakukan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenernya. Tujuan latihan ini adalah menaikan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung mendekati intensitas latihan. Selain itu pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga. Lama pemanasan biasanya 5-10 menit (Tapan, 2005). 28 b. Gerakan inti Gerakan inti biasanya merupakan gerakan yang telah aktif dengan mengikuti alur tertentu. Gerakan inti bertujuan untuk menguatkan otot-otot tubuh seperti tangan, tungkai, perut, pinggul dan juga meltih koordinasi gerak anggota tubuh. Gerakan ini dilakukan kurang lebih antara 20 sampai 30 menit atau disesuaikan dengan tujuan dan latihan yang dilakukan (Sumintarsih, 2006) c. Gerakan pendinginan Pelaksanaan gerakan ini merupakan penurunan gerakan secara bertahap dari intensitas tinggi ke intensitas rendah (Mukholid, 2007). Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum berlatih dan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan. Gerakan ini dilakukan kira-kira 5 sampai 10 menit (Sumintarsih, 2006). 4. Ketentuan-ketentuan dalam latihan fisik pada lansia adalah : a. Latihan fisik harus disenangi b. Harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan (ada kelainan/ penyakit atau tidak). c. Bervariasi d. Latihan fisik sebaiknya bersifat aerobik dimana pelaksanaanya lama dan ritmis (berulang, contohnya senam aerobik, berenang, joging, bersepeda). 29 e. Lakukan pemanasan, peregangan terlebih dahulu kemudian latihan inti. Selanjutnya lakukan pendinginan dan peregangan kembali (memeriksa tekanan darah dan nadi sangat pnting dilakukan terlebih dahulu). f. Sebelum latihan, minum terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang hilang. Bila memungkinkan, minumlah air sebelum, selama dan sesudah berlatih. g. Latihan dilakukan minimal dua jam setelah makan agar tidak mengganggu sistem pencernaan. Jika latihan dilakukan pagi hari tidak perlu makan sebelumnya. h. Diawasi oleh pelatih agar tidak terjadi cedera. i. Latihan dilakukan secara lambat, tidak eksplosif, dan gerakan juga tidak boleh menyentak dan memutar terutama pada tulang belakang. j. Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang tipis dan ringan. Tidak menggunakan pakaian tebal dan sangat menutup badan (Maryam dkk, 2008). 5. Waktu Pengukuran Tekanan setelah Senam Jantung Sehat Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah berolahraga seperti senam jantung sehat. Setelah berolahraga, akan didapatkan tekanan darah selama minimal 30 menit. Karena itu lakukan pengukuran tekanan darah 30 menit sebelum dan sesudah berolahraga seperti senam jantung sehat (Marliana dan Tantan, 2007). 30 Terjadi kontrol terintegrasi pada tekanan darah selama olahraga. Tekanan darah dikendalikan secara refleks oleh sistem saraf otonom, yang disebut refleks baroreseptor yang berlokasi di aortic arch dan arteri karotid ( Kenney et al, 2011). Fungsi dari baroreseptor adalah sebagai pengonrol pada perubahan akut tekanan darah (Brown et al, 2006). Setelah olahraga, terjadi penurunan aktivitas kardiovaskular. Baroreseptor akan merespon untuk memberikan penurunan denyut jantung dan kontraktilitas jantung, dan penurunan tekanan darah. Baroreseptor bertugas untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi seimbang atau homeostasis. Penurunan darah akan turun sampai dibawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit. Penurunan tekanan darah terjadi karena terjadi pelebaran dan relaksasi pada pembuluh darah (Bafirman, 2007). 6. Pengaruh Senam terhadap Penurunan Tekanan Darah Faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer dan volume /aliran darah. Rata-rata tekanan darah arteri ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer total. Penurunan tekanan arteri setelah latihan harus dimediasi oleh penurunan satu atau kedua variabel tersebut. Penurunan resistensi perifer total tampaknya menjadimekanisme utama yang menjadikan penurunan tekanan darah setelah olahraga. tahanan perifer dapat dijelaskan dari mekanisme : Penurunan 31 - Adaptasi Neurohormonal Sistem saraf simpatik Aktivitas sitem saraf simpatik yang meningkat adalah ciri penting dari hipertensi. Aktivitas saraf simpatikdan adanya pelepasan norepinefrin (NE) memediasi vasokonstriksi dann meningkatkan resistensi vaskuler. Penurunan aliran saraf simpatis pusat atau sirkulasi norepinefrin (NE) menipiskan vasokonstriksi dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Meskipun bukti yang terbatas untuk mendukung pengurangan eferen aktivitas saraf simpatik setelah latihan/olahraga, pngurangan norepinefrin (NE) plasma telah dibuktikan setelah latihan/olahraga. Penelitian yang dilakukan oleh meredith et al. Menemukan bahwa penurunan NE plasma setelah latihan berhubungan dengan penurunan spillover yang menunjukan penurunan aktivitas sistem saraf simpatik. Berkurangnya NE pada sinapsis akan menjadi salah satu mekanisme yang memfasilitasi pengurangan resistensi pembuluh darah setelah olahraga dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Pescestello, 2010). Hiperinsulinemia dan resistensi insulin Hiperinsulinemia dan resistensi insulin berhubungan dengan hipertensi dan aktivitas sistem saraf simpatik. Karena latihan olahraga meningkatkan sensitivitas insulin, ini merupakan mekanisme pnting dalam mediasi penurunan aliran simpatis dan tekanan darah. Penelitian terbaru terkait dengan hipertensi 32 menunjukan hubungan erat antara penurunan istirahat tekanan darah dan NE plasma serta meningkatkan sensitivitas insulin setelah olahraga (Pescestello, 2010). Sistem Renin-Angiotensin Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat dan pengatur volume darah, penurunan renin dan angiotensin II dengan latihan kemungkinan akan menjadi faktor penurunan tekanan darah (Pescestello, 2010). Respon vaskular. Adaptasi vaskular yang akan memberikan konstribusi untuk menurunkan tekanan darah setelah lathan. Latihan mengubah respon vaskular dua vaskonstiktor kuat, NE dan Endotelin-1. Endotelin 1 mendorong pengeluaran NO (nitrat oxide) dan mempertahankan keseimbangan antara efek vasodilatasi dari NO dan efek vasokonstriktor dari endotelin 1 itu sendiri. Endotel sangat bergantung pada vasodilatasi yang berkaitan erat produksi oksida nitrat. Endotel memproduksi NO, yaitu faktor vasorelaksan ampuh yang memberikan kontribusi dalam pembuluh darah. NO dibentuk oleh sintesis enzim NO (NOS) yang terbentuk dari asam amino L- Arginin. NO berdifusi ke sel-sel otot polos pembuluh darah, mengaktifkan guanylate cyclase dan menghasilkan vasorelaksasi (Mancia, 2014).Olahraga diduga dapat mengubah 33 vasokonstriktor menjadi vasodilator (mengurangi vasokonstriksi dan tekanan pada tekanan darah). Latihan olahraga juga terbukti meningkatkan produksi oksida nitrat dan meningkatkan fungsi vasodilatasiyang akan mengurangi resistensi perifer dan menurunkan tekanan darah (Pescestello, 2010). Menurut hasil penelitian Moniaga (2013) menyatakan bahwa setelah dilakukan perlakuan senam bugar lansia menunjukan terjadinya penurunan tekanan darah sistolik sebelum perlakuan dengan minggu ke 3 perlakuan diperoleh selisih penurunan sebesar 16 mmHg. Hal Ini berhubungan dengan penurunan tahan perifer. Hikmaharidha & Hardian tahun 2011 dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa kelompok yang mengikuti senam thai chi memilki rerata tekanan darah sistolik (126,2 8,24 mmHg) dan diastolik (85,9 6,69 mmHg) lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak mengikuti senam thaichi (sistolik 132,5 8,97 mmHg ; Diastolik 89,6 7,51 mmHg). Hasil uji statistik menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah sistolik (p=0,02) dan diastolik (P=0,03) antara kedua kelompok tersebut. Kegiatan fisik melalui olahraga seperti senam terbukti memberikan efek protektif terhadap penyakit kronik: obesitas, diabetes melitus, hipertensi, osteoporosis, kanker kolon, kecemasan, depresi dan jantung koroner. Menurut Lee et al (2002) yang dimuat dalam the physician and sportmedicine, olahraga dapat menurunkan resiko penyakit jantung 34 koroner melalui mekanisme: penurunan denyut jantung dan tekanan darah, penurunan tonus simpatik, meningkatkan diameter arteri koroner dan sistem koleteralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL dan menurunkan LDL darah. (Suharjo & Cahyono, 2008). E. Penelitian Terkait - Margiyati (2010), menyatakan terdapat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia - Hikmaharidha & Hardian ( 2011), menyatakan terdapat pengaruh senam thai chi terhadap tekanan darah wanita berusia 50 tahun keatas. - Moniaga (2013), menyatakan terdapat pengaruh antara senam bugar lansia terhadap tekanan darah penderita hipertensi. 35 F. Kerangka teori Kerangka teori ini dimodifikasi antara teori lansia, hipertensi, olahraga serta faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah Usia Lanjut Perubahan fisiologis tubuh pada sistem kardiovaskular Perubahan pada jantung Jantung mengalami hipertrofi Perubahan pada pembuluh darah Pembuluh darah mengalami penebalan Faktor yang mempengaruhi tekanan darah : Peningkatan curah jantung - Tekanan darah normal / naik Hipertensi (peningkatan tekanan darah ) Farmakologi Non farmakologi - Usia Jenis kelamin Ras Emosi Nyeri Kebiasaan sehari-hari :konsumsi kafein dan merokok Berat badan Obat Olahraga Perubahan Tekanan Darah Relaksasi Penurunan berat badan Senam jantung sehat Senam menimbulkan efek beta blocker yang dapat menenangkan sistem saraf simpatikus, dimana bila terjadi penurunan aktivitas simpatik pada pembuluh darah perifer dapat menjadi petunjuk penurunan tekanan darah Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Santoso (2009) ¸Maryam (2008), Muttaqin (2008) Pembatasan alkohol, natrium dan tembakau BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Variabel penelitian adalah sebuah sesuatu atau bagian darri individu atau objek yang dapat diukur (Swarjana, 2012). Dalam penelitian ini, variabel independen yang akan diteliti adalah senam jantung sehat, sedangkan variabel dependen yang akan diteliti adalah tekanan darah. Tekanan Darah Senam jantung sehat - Bagan 3.1 Kerangka Konsep Keterangan : : Variabel yang diteliti 36 Tekanan darah sistolik Tekan darah diastolik 37 B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional 1. Variabel dependen : Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah (Ronny, 2009) Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (sherwood, 2011). Dengan pengukuran tekanan darah pada lengan atas klien. Pengukuran dilakukan oleh tim kepada responden yang sama. Sphygmomanomet Nilai tekanan darah diastolik dan Numerik eryang telah tekanan sistolik dalam satuan dikalibrasi dan mmHg stetoskop. 38 C. Hipotesis Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari sebuah penelitian. Hipotesis penelitian adalah sebuah statement prediksi yang menghubungkan independent variable terhadap dependent variable (Swarjana, 2012).Hipotesis yang diambil dari penelitian ini menurut peneliti adalah : 1. Terdapat pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan 2. Terdapat pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan 3. Terdapat perbedaan tekanan darah terhadap kelompok intervensi dan kontrol pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini yaitu analitik kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan Quasi Eksperimental. Penelitian Quasi Eksperimental adalah rancangan penelitian yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group pretest post test design. Penelitian menggunakan kontrol group tanpa randomisasi. Kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dipilih menggunakan secara non random, selanjutnya sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan pengukuran atau observasi terhadap kedua kelompok tersebut (Swarjana, 2012). Rancangan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini : X1 Intervensi Senam Jantung Sehat X2 X5 X3 X4 Bagan 4.1 Desain Penelitian Keterangan : X1 = Pretest pada kelompok intervensi X2 = Post test pada kelompok intervensi X3 = Pretest pada kelompok kontrol X4 = Post test pada kelompok kontrol X5 = Pebedaan rata-rata pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 39 40 B. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian dikarenakan di PSTW belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lanjut usia. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2015 didapatkan dari 117 WBS yang mandiri kurang lebih 72 WBS (62%) mengalami hipertensi dan 45 WBS (38%) tekanan darahnya normal. C. Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2016 selama 3 minggu dan dilakukan setiap pagi pada hari selasa dan sabtu. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2008). Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan . Populasi dalam penelitian ini adalah usia lanjut yang mengalami hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jumlah populasi responden yang mengalami hipertensi sebanyak 72 orang. 2. Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses smenyeleksi porsi dari populasi yang dapat 41 mewakili populasi yang ada. Untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh yang kita teliti sangat diperlukan adanya kriteria sampel. Kriteria sampel dibagi menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Nursalam, 2008). Sampel yang diambil dari penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil pasien hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan yang memenuhi kriteria sebagai responden. Berdasarkan data populasi lansia yang menderita hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan responden yang akan dijadikan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 19 orang responden kelompok intervensi dan 17 orang responden kelompok kontrol. Namun, saat pengambilan data terjadi drop out sehingga responden kelompok intervensi 15 orang dan responden kelompok kontrol 15 orang. a. Kriteria Inklusi 1). Berusia ≥ 60 tahun. 2). Memiliki tekanan darah ≥130/85 mmHg, sistolik antara 130 150 dan diastolik 85 – 100 mmHg. 3). Tidak merokok 4) Jenis kelamin wanita 5). Bersedia menjadi responden 42 6). Mengkonsumsi obat anti hipertensi (captopril) 7). Responden jarang melakukan senam b. Kriteria eksklusi 1). Mempunyai penyakit penyerta (asma, cacat fisik, penyakit jantung, bisu, tuli, buta, psikotik) 2). Menolak menjadi responden c. Besar Sampel Menghitung besar sampel pada penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat, dikatakan sukses mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai 20 orang. Namun, untuk penelitin secara umum, maka sampel yang diambil minimal adalah 30 (Uma Sekaran, 2006 dalam Al-Halaj 2014). Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan mengambil jumlah sampel 30 orang yang terdiri dari 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol. E. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah sfigmomanometer dan stetoskop untuk mendapatkan nilai tekanana darah responden, serta menggunakan media tipe recorder untuk senam jantung sehat dan lembar observasi. Data sekunder yang digunakan adalah catatan 43 medis atau kesehatan pasien di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. 1. Spigmomanometer dan Stetoskop Sfigmomanometer yaitu lembaran pengikat yang dapat digelembungkan yang terhubung dengan pengukur tekanan. Fungsi dari sfigmomanometer adalah untuk mengukur tekanan dalam arteri. Stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara aliran darah dibawah pengikat tersebut. Pengukuran tekanan darah adalah hal yang penting dalam pemeriksaan fisik. Berikut panduan untuk menentukan tekanan darah akurat pada lansia : a. Lakukan kalibrasi pada sfigmomanometer terlebih dahulu. Sfigmomanometer aneroid dapat dikalibrasi menggunakan sfigmomanometer merkuri standar. Jarum pada sfigmomanometer aneroid harus membaca nol bila tidak ada tekanan udara di dalam manset (Williams, 2014). b. Minta lansia untuk duduk tenang selama 3-5 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan. lansia yang mengalami deconditioning membutuhkan waktu rehat supaya tubuh kembali ke kondisi normalnya meskipun setelah mengalami stres minor (Dewi, 2014). c. Pilih ukuran cuff yang tepat. Cuff reguler untuk dewasa bisa jadi terlalu besar atau terlalu kecil bagi lansia (Dewi, 2014). 44 d. Gap auskultasi sering ditemukan pada pengukuran tekanan darah lansia. untuk menghindari pembacaan sistolik yang inakurat, lakukan palpasi pada arteri radialis dan kembangkan cuff pada tekanan 10 mmHg ketika mempalpasi. Ketika nadi tidak teraba, kembangkan lagi cuff hingga 20 mmHg – 30 mmHg, lalu dengarkan bunyi korotkoff ketika cuff dideflasikan (Dewi, 2014). e. Jika pengukuran ini dilakukan pertama kalinya pada lansia, maka pengukuran tekana darah dilakukan pada kedua lengan (Dewi, 2014). f. Kaji adanya kondisi hipotensi orthostatik, terutama jika lansia mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi (Dewi, 2014). g. Jika anda mengalami kesulitan mendengarkan bunyi korotkoff terakhir untuk menentukan tekanan diastolik, bunyi diastolik ditentukan dari bunyi muffled terakhir yang didengar. Berikan catatan pada dokumentasi anda. h. Lakukan dokumentasi / pencatatan setelah pengukuran (Dewi, 2014). 2. Tipe Recorder Tipe recorder adalah media yang digunakan untuk melakukan senam jantung sehat. 3. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat karakteristik responden yang berisi nama (inisial), usia, jenis kelamin, gerakan senam jantung 45 sehat dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi. F. Langkah-langkah pengumpulan data Pengumpulan data dimulai setelai proposal penelitian yang dibuat oleh peneliti mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing dan penguji. Selanjutnya mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada instansi pendidikan untuk mengadakan penelitian di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Pengumpulan data yang akan dilakukan terdapat beberapa tahap, yaitu : a. Tahap awal yang dilakukan adalah proses administrasi yaitu mengajukan surat penelitian dari dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang diajukan kepada Ketua Panti Sosial Treshna Wherda Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. b. Mendapatkan izin dari kepala kantor PTSP Walikota Jakarta Selatan yang kemudian diteruskan kepada Ketua Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan c. Mendapatkan izin melakukan penelitian dari Ketua Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan d. Peneliti melakukan screening pada responden. Screening dilakukan pada 72 responden lansia yang mengalami hipertensi dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Screening dilakukan dalam waktu 2 hari. Dari screening yang dilakukan banyak dari responden yang mengalami : 46 1. Tekanan darah lansia rata-rata diatas 160/90 mmHg 2. Banyak dari responden yang mengalami psikotik 3. Banyak dari responden yang mengalami penyakit asam urat. Peneliti mengambil responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan dari hasil screening didapatkan 19 responden yang menjadi kelompok intervensi dan 17 responden yang menjadi kelompok kontrol dari total 72 responden. G. Prosedur Intervensi 1. Pre Treatment a. Peneliti melakukan kalibrasi alat sphygmomanometer yang akan digunakan kepada responden untuk pengukuran tekanan darah b. Peneliti melakukan briefing pada Tim Fasilitator mengenai proses pengukuran darah dan pelaksanaan gerakan senam jantung sehat. c. Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti adalah melakukan penyamaan gerakan senam jantung sehat yang akan dilakukan oleh pelatih senam jantung sehat di Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan yang sudah bersertifikasi. d. Peneliti melakukan screening pada WBS yang mengalami hipertensi untuk sampel yang terdiri dari 117 WBS yang mandiri ADL nya di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. e. Peneliti melakukan penelitian pada Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan intervensi dan kelompok kontrol sebagai kelompok 47 f. Peneliti meminta kerjasama dari Tim Fasilitator yang berjumlah 10 orang serta meminta kerjasama dari perawat dan staff Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatanberkaitan dengan pelaksanaan penelitian. 2. kelompok intervensi senam jantung sehat a. Peneliti melakukan inform consent kepada calon responden untuk kesediaanya menjadi responden penelitian dan menjelaskan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian kepada responden. b. Penelitian dilakukan di lapangan olahraga PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. c. Peneliti mengumpulkan responden yang ingin diteliti berdasarkan kelompok intervensi yang dipilih secara purposive. d. Melakukan pengukuran darah dengan alat yang telah dilakukan kalibrasi pada responden pada kelompok intervensi yang dibantu oleh Tim fasilitator. e. Responden pada kelompok intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum melakukan senam jantung sehat di lapangan olahraga PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, selanjutnya dilakukan pencatatan nama, usia, jenis kelamin dan hasil tekanan darah sebelum dan sesudah senam jantung sehat. f. Responden pada kelompok intervensi dilakukan senam jantung sehat sesuai dengan gerakan instruktur senam dan dilakukan 48 observasi/pengamatan oleh fasilitator. Fasilitator memperbaiki gerakan responden selama senam sebanyak 10 fasilitator. Dengan rentang kendali 10 orang fasilitator mengawasi 2 orang responden. g. Setelah melakukan senam jantung sehat responden pada kelompok intervensi di istirahatkan 30 menit lalu dilakukan tekanan darah oleh Tim Fasilitator. h. Lakukan dokumentasi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok intervensi. i. Peneliti memberikan reinforcement positif dengan memberikan snack dan minuman kepada responden atas keterlibatannya dalam penelitian. j. Setelah dilakukan intervensi responden dipersilahkan meninggalkan lapangan olahraga PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan untuk melakukan kegiatan seperti biasa. 3. Pada kelompok kontrol a. Peneliti melakukan inform consent kepada calon responden untuk kesediaanya menjadi responden penelitian dan menjelaskan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian kepada responden. b. Peneliti mengumpulkan responden yang ingin diteliti berdasarkan kelompok kontrol yang dipilih secara purposive. 49 c. Melakukan pengukuran tekanan darah dengan alat yang telah dilakukan kalibrasi pada responden pada kelompok kontrol yang dibantu oleh Tim fasilitator. d. Melakukan pencatatan nama, usia, jenis kelamin dan hasil tekanan darah sebelum dan sesudah senam yang sering dilakukan. e. Responden pada kelompok kontrol dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 2x yaitu awal pertemuan pada minggu ke 1 dan akhir pertemuan minggu ke 6 . f. Lakukan dokumentasi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok kontrol serta peneliti memberikan reinforcement positif berupa snack dan minuman kepada responden atas keterlibatannya dalam penelitian Persiapan penelitian Menyamakan gerakan senam kepada pelatih instruktur senam identifikasi subjek yang berpotensi masuk sebagai responden penelitian Informed consent Melakukan screening pada responden Tidak masuk kedalam kriteria inklusi dan ekslusi Masuk kedalam kriteria inklusi dan kriteria ekslusi 50 Kelompok intervensi Senam jantung sehat seri 1 Penelitian selama 3 minggu H. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010) proses pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Editing Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan data yang telah terkumpul. Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu b. Coding Setelah semua data disunting atau diedit, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding” , yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna untuk memasukan data (data entry). c. Memasukan data (data entry) Jawaban-jawaban dari masing-masing resonden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau “software” komputer. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakuakn “data entry” . apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukan data saja. 51 d. Pemberian data (cleaning) Apabila semua data responden sudah dimasukan, perlu dilakuakn pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut sebagai pembersihan data (data cleaning). I. Analisa Data Data yang diolah dengan baik pengolahan secara manual maupun menggunakan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. 1. Analisis Univariat Tujuan dari analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Misalnya distribusi freskuensi dari responden berdasarkan : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Dalam analisis univariat (deskriptif) nilai ini bisa diwakili mean (rata-rata), median, modus, tabel frekuensi, presentase, dan berbagai diagram (Notoatmodjo, 2010) 2. Analisis Bivariat Setelah melakukan analisa univariat hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Lusiana,2015). Dalam penelitian ini jenis analisis yang digunakan adalah uji statistik 52 dependent simple test (paired t test) dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,005%) untuk melihat beda rata-rata tekanan darah responden pada minggu pertama dan mingu ketiga baik di kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Untuk mengetahu apakan suatu data terdistribusi normal maka peneliti menggunakan nilai skewness dan standar errornya, bila nilai skewness dibagi standar errornya menghasilkan angka ≤ 2 maka distribusinya normal. Jika data terdistribusi normal maka analisa ini dilakukan mengunakan uji t dengan derajat kepercayaan 95% (alpha 0,05), namun jika data tidak terdistribusi dengan normal maka analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji wilcoxon dengan derajat kepercayaan 95% (alpha 0,05). Untuk pengukuran perbedaan rerata tekanan darah (numerik) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dilakukan uji distribusi data dengan menggunakan nilai skewness dan standar errornya. Hasil uji normalitas yang didasarkan pada nilai skewness dibagi standar error pada pretest sistolik sebagai berikut : = = - 0,23 (hasilnya ≤ 2) Sedangkan pada pretest diastolik sebagai berikut : = = 0,5 (hasilnya ≤ 2) Bila nilai skewness dibagi standar errornya menghasilkan angka ≤ 2 maka distribusinya normal. Jika distribusi normal maka akan dilakukan uji t dengan derajat kepercayaan 95% (alpha 0,05). 53 Peneliti juga melakukan uji pengaruh kekuatan (effect size) yaitu uji yang menunjukan kekuatan antara hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (McBurney, 2010). Terdapat banyak cara untuk menghitung uji pengaruh kekuatan (effect size). Untuk t test Dornyei (2007) dan Pallant (2010) merekomendasikan Eta Squared (η2). Uji Eta digunakan untuk menunjukan proporsi varians dalam variabel dependen yang dijelaskan pada variabel independent. Uji Eta yang dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa kuat hubungan senam jantung sehat seri 1 terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia. Interpretasi dari uji Eta adalah sebagai berikut :  0,01 = pengaruh lemah  0,06 = pengaruh sedang  ≥ 0,14 = pengaruh kuat (Cohen 1998, dalam Woodrow, 2014) Formula atau rumus yang digunakan untuk menghitung Eta Square (η2) sebagai berikut : Formula 1 Eta squared (η2) untuk perhitungan independent t test Formula 2 Eta squared (η2) untuk perhitungan t test 54 Keterangan : t2 = t statistis dari hasil output spss N = Jumlah responden (Woodrow, 2014). J. Etika Penelitian Penelitian yang dilakukan khususnya yang menggunakan masusia sebagai sujbjek tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan subjek manusia harus tidak brtentangan dengan etika. Masalah etika pada penelitian yang perlu diperhatikan meliputi : a. Informed consent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau mnolak menjadi responden (Nursalam,2008). b. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan yang terjadi adalah masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan tidak mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode (Hidayat,2007) c. Kerahasiaan (confidentiality) Pada suatu penelitian, peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkannya. Kerahasiaan ini bukkan tanpa alasan. Sering kali subjek penelitian menghendaki agar dirinya tidak di pos kepada khalayak ramai. Apabila sifat penelitian menuntut peneliti untuk 55 memperoleh persetujuan terlebih dahulu serta mengambil langkahlangkah dalam menjaga kerahasiaan (Wasis, 2008). masalah yang sering timbul dalam etika penulisan ilmiah adalah plagiarisme yaitu tindakan pencurian ide, hasil pemikiran dan tulisan orang lain yang digunakan oleh penulis seakan-akan ide, pemikiran dan tulisan orang lain adalah ide, pemikiran dan tulisannya sendiri. Tujuan dari plagiarisme digunakan untuk kepentingan pribadi sehingga dapat merugikan orang lain (Notoatmodjo, 2010). BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan / menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel yang diteliti. Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan analisis univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan. Penjelasan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Berat badan. Data karakteristik responden berdasarkan usia dan berat badan dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 5.1. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia dan berat badan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok Intervensi Kontrol Total Mean (95% CI) 70,13 (67,08-73,19) 78,47 (75,46-81,48) 74,30 (71,74-76,86) Usia SD Min-Maks 5,514 60-79 5,436 61-85 6,849 60-85 Berat Badan Mean SD (95% CI) 62,00 7,764 (57,70-66,30) 55,33 10,076 (49,75-60,91) 58,57 9,466 (55,13-62,20) MinMaks 48-70 45-80 45-80 Berdasarkan hasil tabel 5.1, rata-rata usia responden pada kelompok intervensi adalah 70,13 tahun (SD 5,51 tahun). Usia termuda responden pada kelompok intervensi adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 79 tahun. Sedangkan, rata-rata usia responden pada kelompok 56 57 kontrol adalah 78,47 tahun dengan standar deviasi 5,43 tahun. Usia termuda responden pada kelompok intervensi adalah 61 tahun dan usia tertua adalah 85 tahun. Rata-rata berat badan responden pada kelompok intervensi adalah 62,00 kg (SD 7,76 kg). Berat badan terendah pada kelompok intervensi adalah 48 kg dan berat badan tertinggi adalah 70 kg. Rata-rata berat badan responden pada kelompok kontrol adalah 55,33 kg dengan standar deviasi 10,07 kg. Berat badan terendah pada kelompok intervensi adalah 45 kg dan berat badan tertinggi adalah 80 kg. 2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok Intervensi Kontrol Total Perempuan N 12 13 25 Jenis Kelamin Laki-laki % N 80 3 86,7 2 83,3 5 % 20 13,3 16,7 Total N 15 15 30 % 100,0 100,0 100,0 Dari data pada tabel 5.2 diatas pada kelompok intervensi diketahui terdapat 15 responden , 80% responden adalah perempuan. Sedangkan hasil data pada 15 responden kelompok kontrol, terdapat 86,7% responden adalah perempuan. 58 B. Hasil Analisa Bivariat Pada penelitian ini analisa bivariat yang digunakan adalah perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah tanpa diberikan perlakuan pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaan rata-rata tekanan darah dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. 1. Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini : Tabel 5.3 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok Intervensi (n=15) Variabel TDS TDD Pretest Posttest Pretest Posttest Mean 141,33 122,00 86,00 74,67 Kelompok intervensi SD Min-Maks 9,904 130-160 10,823 100-150 9,103 70-100 7,432 60-90 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan tabel 5.3 rata-rata tekanan darah sistolik responden pada kelompok intervensi pada saat pretest adalah 141,33 mmHg dengan nilai minimum 130 dan maksimum 160. Sedangkan saat 59 posttest adalah 122,00 mmHg dengan nilai minimum 100 dan maksimum 150. Rata-rata tekanan darah diastolik responden pada kelompok intervensi pada saat pretest adalah 86,00 mmHg dengan nilai minimum 70 dan maksimum 100. Sedangkan saat posttest adalah 74,67 mmHg dengan nilai minimum 60 dan maksimum 90. 2. Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini : Tabel 5.4 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok Kontrol (n=15) Variabel TDS TDD Pretest Posttest Pretest Posttest Kelompok Kontrol Mean SD 146,00 12,421 148,00 12,649 89,33 13,345 90,00 15,119 Min-Maks 130-160 130-170 60-120 60-120 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan tabel 5.4 rata-rata tekanan darah sistolik responden pada kelompok kontrol pada saat pretest adalah 146,00 mmHg dengan 60 nilai minimum 130 dan maksimum 160. Sedangkan saat posttest adalah 148,00 mmHg dengan nilai minimum 130 dan maksimum 170. Rata-rata tekanan darah diastolik responden pada kelompok intervensi pada saat pretest adalah 89,33 mmHg dengan nilai minimum 60 dan maksimum 120. Sedangkan saat posttest adalah 90,00 mmHg dengan nilai minimum 60 dan maksimum 120. 3. Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini : Tabel 5.5 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Intervensi (n=15) Variabel TDS TDD Pretest Posttest Pretest Posttest Mean SD 141,33 9,904 122,00 86,00 74,67 Paired Difference Mean SD 95% CI P Value t Eta -19,333 11,629 -25,773-12,893 <0,001 -6,439 0,73 -11,333 12,459 -18,233-4,434 0,003 -3,523 0,45 10,823 9,103 7,432 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menjelaskan bahwa adanya pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada usia lanjut dengan hipertensi. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok 61 intervensi, tekanan darah sistolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 141,33mmHg dengan standar deviasi 9,904, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 122,00 mmHg dengan SD 10,823. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -19,333 dengan standar deviasi 11,629. Hasil uji statistik nilai P= 0,000. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,73 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow, 2014) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi , tekanan darah diastolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 86,00 mmHg dengan standar deviasi 9,103, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 74,67 mmHg dengan SD 7,432. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -11,333 dengan satndar deviasi 12,459. Hasil uji statistik nilai P= 0,003. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,45 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow 2014) menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah. 4. Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. 62 Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini : Tabel 5.6 GambaranPerbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol (n=15) Variabel TDS TDD Pretest Posttest Pretest Posttest Mean SD 146,00 12,421 148,00 89,33 90,00 Mean Paired Difference SD 95% CI P Value t Eta 2,000 13,732 – 5,605 - 9,605 0,582 0,564 0,02 ,667 13,345 – 6,724 - 8,507 0,849 0,193 0,002 12,649 13,345 15,119 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menjelaskan bahwa tidak adanya pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada usia lanjut dengan hipertensi. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok kontrol, tekanan darah sistolik sebelum adalah 146,00 mmHg dengan standar deviasi 12,421, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 148,00 mmHg dengan SD 12,649. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 2,000 dengan standar deviasi 13,732. Hasil uji statistik nilai P= 0,582. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi , tekanan darah diastolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 89,33 mmHg dengan standar deviasi 13,345, sedangkan 63 setelah melakukan intervensi adalah 90,00 mmHg dengan SD 15,119. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah0,667 dengan satndar deviasi 13,345. Hasil uji statistik nilai P= 0,849. 5. Perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaantekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini : Tabel 5.7 Gambaran Perbedaan Selisih RerataTekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Variabel Kelompok intervensi Mean SD Kelompok kontrol Mean SD TDS 95% CI P value T Eta -19,33 11,629 2,00 13,732 -30,851 – -11,816 <0,001 -4,592 0,429 -11,33 12,459 0,67 13,345 -21,656 – -2,344 0,017 -2,546 0,187 TDD Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan hasil tabel 5.7 rata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 pada kelompok intervensi adalah -19,33 mmHg , sedangkan pada kelompok kontrolrata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 adalah 2,00 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,000, 64 dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,429 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow, 2014) menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kontrol. Rata-rata selisih tekanan darah diastolik pada minggu ke - 1 dengan minggu ke-3 pada kelompok intervensi adalah -11,33 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrolrata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke 1 dengan minggu ke 3 adalah 0,67 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,017, dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,187 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow, 2014) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kontrol. BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang akan dipaparkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu, mengetahui karakteristik responden, mengetahui gambaran tekanan darah lansia dengan hipertensi pretest dan posttest pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, mengetahui karakteristik responde, mengetahui gambaran tekanan darah lansia dengan hipertensi pretest dan posttest pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, mengetahui perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, dan mengetahui adakah pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. A. Interpretasi Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini adalah usia, berat badan, jenis kelamin. 1) Usia Dilihat darihasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa rata-rata usia 65 66 responden pada kelompok intervensi adalah 70,13 tahun dengan usia termuda adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 79 tahun. Sedangkan rata-rata usia responden pada kelompok kontrol adalah 78,47 tahun dengan usia termuda adalah 61 tahun dan usia tertua adalah 85 tahun. Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) bahwa antara responden pada kelompok usia 25-35 tahun ibandingkan dengan umur 56-65 tahun, terbukti bahwa umur 56-65 tahun memiliki faktor resiko hipertensi lebih tinggi dengan nilai p= 0,0001. Menurut penelitian Lewa (2010) yang juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terdapat suatu faktor resiko kardiovaskular pada hipertensi sistolik sebesar 1% dari populasi usia 55 tahun di Amerika Serikat, 5% pada usia 60 tahun, 12,5% pada usia 70 tahun dan 23,6% pada usia 75-80 tahun . Responden pada penelitian ini adalah usia lanjut yang berusia ≥ 60 tahun. Hal ini dikarenakan kejadian hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Jagadeesh (2013) peningkatan tekanan darah pada usia lanjut disebabkan karena berkurangnya elastisitas arteri sentral. Peningkatan tekanan darah diastolik disebabkan karena konstriksi dari penyempitan arteri, sedangkan peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan karena menurunnya 67 kemampuan distensi dari pelebaran arteri, terutama pada aorta. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan pada usia lanjut diantaranya adalah aterosklerosis, dimana elastisitas jaringan ikat hilang dan terjadi penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasikan volume darah yang dipompa oleh jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Oleh karena itu, menurut pendapat peneliti bahwa usia >60 tahun lebih banyak mengalami resiko kardiovaskular dan mengalami hipertensi dikarenakan terjadi perubahan struktural dan fungsional pada lansia. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi peningkatan tekanan darah terutama pada usia lanjut. 2) Berat Badan Dilihat hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan berat badan terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa ratarata berat badan responden pada kelompok intervensi adalah 62 68 kg dengan berat badan terendah adalah 48 kg dan berat badan tertingi adalah 70 kg. Sedangkan rata-rata berat badan responden pada kelompok kontrol adalah 55,33 kg dengan berat badan terendah adalah 45 kg dan berat badan tertinngi adalah 80 kg. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) dimana yang mengalami resiko hipertensi adalah responden yang memiliki obesitas. Responden obesitas yang mengalami hipertensi terdapat 51 orang (32,9%) dan yang tidak mengalami hipertensi 30 orang (19,4%) dengan p= 0,007. Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2015) menyatakan bahwa individu yang memiliki obesitas mengalami hipertensi sebanyak 48 orang dari total 61 responden. Sedangkan yang mengalami berat badan normal yang mengalami hipertensi sebesar 31 dari total 85 responden. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa berat badan mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian Lilyasari (2007) disebutkan bahwa pada lebih dari 50% subyek terjadi penurunan tekanan diastolik sebesar 1-2 mmHg dan pada tekanan diastolik terjadi penurunan sebesar 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan. 69 Berat badan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Individu dengan obesitas cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan normal (wilson, 2009). Hipertensi dan obesitas saling berkaitan erat, walaupun mekanisme obesitas yang berhubungan dengan hipertensi masih belum jelas. Tekanan darah akan meningkat jika terjadi peningkatan curah jantung dan tahanan perifer (Peripheral resistance). Jumlah lemak dan distribusi lemak juga menentukan resiko yang berhubungan dengan obesitas. Lemak abdominal atau lemak viseral berhubungan dengan resiko penyakit kardiovaskular. Kenaikan tekanan darah dikaitkan dengan penumpukan lemak yang dapat mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi peningkatan kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh untuk memasok oksigen dan makan ke jaringan-jaringan tubuh sehingga menyebabkan tekanan arteri meningkat (Marliana & Tantan, 2007). Peneliti berpendapat bahwa salah satu yang mempengaruhi tekanan darah adalah berat badan. Seseorang yang mengalami obesitas lebih cenderung mengalami hipertensi dibandingkan berat badan yang normal. Salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan penurunan berat badan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian bahwa sebanyak 50% subyek terjadi 70 penurunan sistolik sebesar 1-2 mmHg dan diastolik 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan. 3) Jenis Kelamin Hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa jenis kelamin responden pada kelompok intervensi adalah 80% responden perempuan dan 20% responden laki-laki. Sedangkan jenis kelamin responden pada kelompok kontrol terdapat 86,7% responden adalah perempuan dan 13,3% responden adalah laki-laki. Total seluruh responden adalah 30 responden, 83% responden adalah perempuan sedangkan 16,7% responden adalah laki-laki. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2013) menyatakan bahwa responden yang memiliki jenis kelamin wanita yang memiliki hipertensi sebesar 53,57% sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang memiliki hipertensi sebesar 46,51% pada usia ≥ 60 tahun. Peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi tekanan darah yang dapat dikaitkan dengan usia individu. Terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hubungannya antara usia dan tekanan darah sistolik. Pria memiliki tekanan darah sistolik lebih tinggi dibandingkan 71 wanita selama dewasa awal dan dewasa tengah, sedangkan wanita cenderung memiliki tingkat tekanan darah sistolik lebih tinggi setelah dekade keenam (Joseph, 2008). Setelah menopause, hipertensi pada wanita lebih tinggi daripada pria, dengan 41% dari wanita menopause mengalami hipertensi. Di seluruh dunia, wanita dewasa yang mengalami hipertensi sebesar 25%. salah satu mekanisme peningkatan tekanan darah pada wanita menopause adalah aktivasi sistem renin angiotensin (SAR). Pada wanita postmenopause terjadi peningkatan aktivitas renin plasma, yang menunjukan aktivitas SAR. Selain itu, mungkin terdapat komponen genetik dari SARyang memberikan kontribusi untuk hipertensi pada wanita menopause, seperti polimorfisme gen renin dan tertentu yang terkait dengan hipeertensi pada wanita yang berusia 40 tahun sampai 70 tahun tapi tidak pada pria. Dengan demikian, SAR dapat berkontribusi dalam mekanisme hipertensi namun bukan sebagai satu-satunya mediator. sebaliknya, aktivasi SAR disebabkan oleh mediasi androgen angiotensinogen dan bisa endhotelin, sebagai Ang II yang meningkatkan menyebabkan peningkatan merangsang sintesis endotelin. Peningkatan endotelin juga merupakan faktor disfungsi endotel yang terjadi pada penuaan. Pada akhirnya, kedua endotelin dan Ang II dapat berkontribusi teerhadap stress oksidatif. Akibat dari stress oksidatif adalah pengurangan NO. Pada wanita 72 pascamenopause peningkatan stress oksidatif sebagai penanda pada wanita pascamenopause. Stress oksidatif telah terbukti dapat meningkatkan tekanan darah dengan mengurangi bioviabilitas vasodilator yaitu NO ( Lima, 2012). Menurut Lippincott (2008) Pengurangan produksi bioavailabilitas NO dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kontriksi dan menghambat vasodilatasi. Blokade sintesis NO dengan inhibitor akan menaikan tekanan darah. 2. ANALISA BIVARIAT a. Perbedaan Tekanan Darah pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Perbedaan tekanan darah lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, memiliki rata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 pada kelompok intervensi adalah -19,33 mmHg dengan standar deviasi 11,629 , sedangkan pada kelompok kontrolratarata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 adalah 2,00 mmHg dengan standar deviasi 13,732. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,000, dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai Eta 0,429 menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kontrol. 73 Rata-rata selisih tekanan darah diastolik pada minggu ke - 1 dengan minggu ke-3 pada kelompok intervensi adalah -11,33 mmHg dengan standar deviasi 12,459 , sedangkan pada kelompok kontrolratarata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke 1 dengan minggu ke 3 adalah 0,67 mmHg dengan standar deviasi 13,345. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,017, dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian Margiyati (2010) menyatakan bahwa setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu pada kelompok perlakuan dan ditemukan adanya perbedaan bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik dan arteri rata-rata antar kelompok dengan p < 0,05. Darmojo (2006) menjelaskan bahwa peningkatan oksigen dan glukosa dapat untuk membentuk ATP dapat dilakukan dengan olahraga. Olahraga menyebabkan pembuluh darah mengalami pelebaran (vasodilatasi) serta terbukanya pembuluh darah yang belum terbuka sehingga aliran darah ke sel dan jaringan meningkat. Hal ini juga sesuai dengan teori Smolin (2009) yang menjelaskan bahwa olahraga aerobik seperti senam jantung sehat seri 1 dapat menurunkan resiko atherosklerosis dengan memperkuat otot jantung dimana denyut jantung mengalami penurunan dan mengurangi kerja jantung. Hal itu bisa menurunkan tekanan darah dan meningkatkan level kolesterol 74 HDL (yang sehat) dalam darah, yang keduanya mengurangi resiko atherosclerosis. b. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan darah Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 19,333. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,000 dan nilai Eta 0,73. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 11,333. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darahdengan nilai P= 0,003 dan nilai Eta 0,45. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok kontrol, Ratarata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -2,000. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,582. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -0,667. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,849. Hasil penelitian ini sama seperti penelitian margiyati (2010) dalam thesis nya bahwa senam dapat menurunkan tekanan sistolik,tekanan darah diastolik dan tekanan darah arteri rata-rata. darah 75 Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Moniaga (2013) bahwa senam bugar lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Namun dari hasil penelitian Moniaga (2013) tekanan darah diastolik responden mengalami peningkatan dengan p=0,436. Hal ini disebakan menurut Kellen dan Tran (2001) menyatakan bahwa peningkatan dan penurunan tekanan darah diastolik dipengaruhi oleh lamanya waktu istirahat sebelum dan setelah dilakukan senam serta besar dan lamanya penggunaan oksigen maksimum saat senam dilakukan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Dalimartha (2007) yang menjelaskan bahwa peningkatan kegiatan fisik atau berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko stroke, serangan jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya. Olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg serta pengaruh dari penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai 22 jam setelah olahraga. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 2 mmHg, dapat mengurangi resiko terhadap stroke sampai 14-17% dan menurunkan resiko terhadap penyakit kardiovaskular sebesar 9%. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik berhubungan dengan penurunan tahanan perifer. Pendapat peneliti didukung oleh teori yang menyatakan bahwa penurunan tahanan perifer dijelaskan dari beberapa mekanisme yaitu aktivitas sistem saraf simpatik, respon vaskular, hiperinsulinemia dan 76 resistensi insulin, serta sistem renin-angiotensin yang akhirnya akan menurunkan tekanan darah. 3. KETERBATASAN PENELITIAN Peneliti menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Adanya responden yang drop out dalam waktu penelitian selama 3 minggu dikarenakan responden ada yang mengalami sakit saat proses penelitian berlangsung. Responden yang drop out sebanyak 3 orang b. Peneliti tidak bisa menghomogenkan secara keseluruhan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah diantaranya yaitu responden yang diambil terdiri dari laki-laki dan perempuan, dikarenakan jumlah responden yang masuk kriteria inklusi dan ekslusi terbatas. c. Dalam pelaksanaannya PSTW sudah rutin melakukan senam. kelompok dalam penelitian ini diantaranya terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Oleh karena itu, Karena berbagai keterbatasan dari SDM lansia di PSTW terseb utntuk kelompok kontrol tidak diberikan intervensi sebagai pembanding senam jantung sehat yang dilakukan oleh kelompok intervensi. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Usia responden pada kelompokintervensi didapatkan bahwa proporsi responden berada pada usia 60-79 tahun dengan rata-rata usia responden 70,13 tahun dan proporsi berat badan antara 48-70 kg dengan rata-rata berat badan responden adalah 62 kg serta proporsi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. Sedangkan pada kelompok kontrol proporsi responden berada pada usia 61-85 tahun dengan ratarata usia responden 78,47 tahun dan proporsi berat badan antara 45-80 kg dengan rata-rata berat badan responden adalah 55,3 kg serta proporsi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. 2. Tekanan darah rata-rata pada lansia dengan hipertensi pada kelompok intervensi saat pretest adalah 141,33 / 86 mmHg dan saat posttest adalah 122/74,67 mmHg. Tekanan darah lansia pada lansia saat pretest lebih tinggi daripada tekanan darah posttest. 3. Tekanan darah rata-rata pada lansia dengan hipertensi pada kelompok kontrol saat pretest adalah 146 / 89,33 mmHg dan saat posttest adalah 148/90 mmHg. Tekanan darah lansia pada lansia saat pretest lebih rendah daripada tekanan darah saat posttest. 77 78 4. Tekanan darah pada kelompok intervensi diperoleh P value TDS ( 0,000 ) dan p value TDD ( 0,003 ) maka P value (< 0,05), yang artinya terdapat pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh P value TDS ( 0,582 ) dan p value TDD ( 0,849 ) maka P value (> 0,05), yang artinya tidak ada pengaruh pada kelompok kontrol. 5. Hasil uji statistik pada kelompok intervensi diperoleh selisih TDS adalah -19,33 dan pada kelompok kontrol selisih TDS adalah 2 dengan P value (0,000). Pada kelompok kontrol diperoleh TDD adalah -11,33 dan pada kelompok kontrol selisih TDD adalah 0,67 dengan P value 0,017. Oleh karena itu, dari hasil tersebut terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. B. Saran 1. Bagi klien Bagi lansia yang sudah tahu pengaruhnya senam terhadap tekanan darah terutama senam jantung sehat , agar rutin menjalani senam tanpa disuruh petugas panti atau perawat. 2. Bagi institusi keperawatan Memberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan tentang manfaat senam terhadap tekanan darah kepada lansia agar pengetahuan lansia meningkat sehingga sikap senam secara teratur dapat dijalankan lansia. 79 3. Bagi peneliti selanjutnya - Untuk peneliti selanjutnya, pemilihan responden dilakukan dengan melakukan homogen pada semua faktor yang mempengaruhi. Sehingga meminimalkan bias. - Untuk kelompok kontrol diusahakan untuk mendapatkan perlakuan/intervensi jika disuatu tempat penelitian sudah pernah dilakukan senam. DAFTAR PUSTAKA Arif, Djaufar ., Rusnoto., Hartinah , Dwi (2013). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Pusling Desa Kumplit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. JIKK Vol.4. No.2 Aziza, Lucky (2007). Hipertensi: The Silent Killer. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia. Bafirman (2007). Buku Ajar Fisiologi Olahraga. Padang : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Baradero, Mary (2008). Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC Brown et al (2006). Exercise Physiology : Basic of Human Movement in Health and Disease. Baltimore: Lippcott Williams & Wilkins Cengage Learning Dalimartha, S, dkk. (2008). Care Your Self: Hypertension. Jakarta : Penebar Plus dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pusling Desa Kumplit UPT Puskesmas Depkes RI (2014). Hipertensi. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Dewi, Sofia Rhosma (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish Elizabeth, J. Corwin (2009). Patofsiologi. Jakarta : EGC Fakhrudin, Hanif dan Nisa, Khairun (2013). Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Kadar Gula Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna Werdha ‘Natar Lampung Selatan. Medical Journal Of Lampung University. Hidayat, Aziz A. (2007). Metode Penelitian Keperawatn dan Teknik Analisis data. Jakarta : Salemba Medika Irwansyah (2006). Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Grafindo Media Pratama. Jagadeesh, Gowraganahalli., Balakumar, Pitchai (2015). Pathophysiology and Pharmacotheraphy of Cardiovascular disease. Editor Khin Maung-U. USA: Adis Joseph I., Izzo Jr., Domenic A. Sica., Henry R. Black (2008). Hypertension Primer : The Essentials of High Blood Pressure : Basic Science, Population Science, and Clinical Management. USA: American Heart Association Julianti, E.N(2005). Bebas hipertensi dengan jus. Jakarta : Puspa Suara Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (2010). Penyajian data & Informasi Statistik Olahraga. Jakarta Kenney., W. Larry., Wilmore, Jack H., Costill, David L (2011). Physiology of Sport and Exercise 5th Ed. USA : Human Kinetics Lalarni, Husnu Khatimah (2015). Pengaruh Senam Jantung Sehat Seri V terhadap Kebugaran dan lemak Tubuh pada Anggota Posyandu Lansia Amrih Sehat Kec. Bergas Semarang. SKRIPSI S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Semarang. Lewa, Pramantara., Rahayujati (2010). Faktor-faktor Resiko Hipertensi sistolik terisolasi pada Lanjut Usia. Vol 26. No. 4. Yogyakarta: Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat Librianty (2015). Panduan Mandiri Melacak Penyakit. Jakarta: Lintas Kata Lilyasari, Oktavia (2007). Hipertensi dengan Obesitas : Adakah Peran Endothelin 1. Jakarta : Jurnal Kardiologi Indonesia Lingga, Lanny (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta : Agromedia Pustaka. Lippincot, Wiliams & Willy (2008). Principles and Practice of Endocinology and Metabolism. USA : Library of Congres. Lusiana, Novita (2015). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish. Mancia, Grassi., Redon (2014). Manual of Hypertension of the European Society of Hypertension. Second Edition. USA : CRC Press. Margiyati (2010). Pengaruh Senam Lansia pada Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia Ngudi Waras, Dusun Kemloko, Desa Berkas Kidul. Thesis Diponegoro University Marliani , Lili dan Tantan, H (2007). 100 Questions & Answer. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Maryam, Siti. R dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika McBurney, Donald. H., White, Theresa L (2010). Research Methods. Wadsworth Mukholid, Drs.Agus (2007). Pendidikan Jasmani 2. Jakarta :Yudhistira Muttaqin, Arif (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika. Nadesul, Handrawan (2009). Resep Mudah Tetap Sehat. Jakarta: Buku Kompas Natalia, Diana., Hasibuan, Petrus., Hendro (2015). Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi di Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat. CDK-228./Vol. 42 no.5 Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, Wahjudi. H (2009). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitas (KDT) (2009). Undangundang Kesehatan dan Praktik Kedokteran. Yogyakarta : Penerbit Best Publisher. Poniman, Farid (2006). Kubik Leadership: Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup. Jakarta: PT Mizan Publika. Rohmawati, Miftahul (2015). Perbandingan Tekanan Darah Lansia Antara Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Senam Jantung Sehat Seri 1. S1 Thesis. Universitas Indonesia Ronny (2009). Fisiologi Kardiovaskular:Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC. Safran, Zachazewski dan Stone (2012). Instruction for Sport Medicine Patients, Second Edition. Elseiver Santoso (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia : Uraian Medis dan PedagogisPastoral. Jakarta Gunung Mulia Sherwood, Lauralee (2011). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Smolin, Lori A (2009). Nutrition for sports and Exercise. USA : Chelsea House. Sugiharto, Arif (2007). Faktor-faktor Resiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat. Thesis Diponegoro University Suharjo, J.B & Cahyono, B (2008). Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta : Kanisius Sumintarsih (2006). Kebugaran Jasmani untuk Lanjut Usia. Yogyakarta : Majora Volume Swarjana, I Ketut (2012). Metodologi Penelitia kesehatan. Yogyakarta : ANDI. Tapan, Erik (2005). Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Komputindo. Vitahealth (2006). Hipertensi. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama Wasis (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC. Wasis (2008). Pedoman riset untuk profesi perawat. Jakarta : EGC. Williams and Wilkins (2014). ACSM’s Resource Manual for Guidelines for Exercise Testing and Prescription. American College of Sports Medicine. Wilson & Giddens (2013). Health Assesment for Nursing Practice ed 5th. U.S.A: Elseiver Woodrow, Lindy (2014). Writing about Quantitaif Research in Applied Linguistic. USA : Palgrave McMillan LAMPIRAN INFORMED CONSENT RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden penelitian dengan : Peneliti : Puspa Ayu Priadi Judul Penelitian : Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan Asal Perguruan Tingggi : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti bahwa data penelitian akan dirahasiakan. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap diri saya dan berguna untuk mengembangkan wawasan mengenai keperawatan. Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani tanpa paksaan dari siapapun. Saya bersedia menjadi responden secara sukarela. Tangerang Selatan, 2016 ( ) LEMBAR OBSERVASI GERAKAN SENAM JANTUNG SEHAT No. Responden Nama (inisial) Responden : WAKTU 5 MENIT 20 MENIT GERAKAN Pemanasan Gerakan 1 - Menundukan kepala - Memiringkan kepala ke kanan - Memiringkan kepala ke kiri Gerakan 2 - Mengangkat bahu kanan - Mengangkat bahu kanan, mengangkat bahu kiri, mengangkat kedua bahu Gerakan 3 - Saling menekan kedua telapak tangan, menarik jari-jari kedua tangan Gerakan 4 - Memutar badan ke kanan, memutar badan ke kiri Gerakan 5 - Menarik kedua bahu, merentangkan kedua lengan ke samping Gerakan 6 - Memiringkan sisi tubuh ke kanan, memiringkan sisi ke tubuh kiri Gerakan 7 - Memutar badan dan kaki ke kanan, memutar badan dan kaki ke kiri Gerakan 8 - Membungkukan badan Gerakan 9 - Melangkahkan kaki serong kanan, melangkahkan kaki serong kiri Gerakan 10 - Mengangkat kaki kanan, mengangkat kaki kiri Gerakan 11 - Menekuk kaki kanan ke belakang, menekuk kaki kaki kebelakang Inti Gerakan 1 KET - Jalan ditempat ditempat Gerakan 2 - Menundukan dan menegakkan kepala, memiringkan kepala ke samping kanan dan kiri Gerakan 3 - Memutar bahu kedepan, memutar bahu kebelakang Gerakan 4 - Jalan ditempat dan direntangkan tangan ke depan, ke atas, lalu direntangkan. Gerakan 5 - Mendorong lengan kedepan, mendorong lengan kesamping Gerakan 6 - Jalan ditempat dan direntangkan tangan ke depan, ke atas, lalu direntangkan. Gerakan 7 - Merengutkan dan merentangkan tangan, mengangkat kedua lengan ke atas dan ke kanan/ kiri, kebelakang Gerakan 8 - Jalan ditempat dan direntangkan tangan kedepan, keatas lalu direntangkan Gerakan 9 - Memutar badan kesamping kanan dan kiri, membungkuk badan serong kanan dan serong kiri. Gerakan 10 - Jalan ditempat dan direntangkan tangan kedepan, keatas, lalu rentangkan Gerakan 11 - Mengangkat lutut kanan dan kiri, mengayun kaki ke kanan dan kiri Gerakan 12 - Jalan ditempat dan direntangkan tangan ke depan, keatas, lalu rentangkan. Gerakan 13 - Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri, mengayun kedua lengan kesamping kanan dan kiri Gerakan 14 - Jalan ditempat dan rentangkan tangan kedepan, keatas, lalu rentangkan Gerakan 15 - Lari ditempat Gerakan 16 - 5 MENIT Lari ditempat sambil mengayun kedua kaki kanan dan kaki kiri kedepan bergantian Gerakan 17 - Lari ditempat sambil menekuk kaki kanan dan kiri ke belakang bergantian Gerakan 18 - Lari ditempat mengangkat lutut ke depan dan ke atas Gerakan 19 - Lari ditempat dan menepuk tangan diatas kepala Gerakan 20 - Lari ditempat dan rentangkan tangan ke depan, keatas, lalu rentangkan, menarik napas. Pendinginan Gerakan 1 - Membuka kaki kanan selebar bahu dan membungkuk Gerakan 2 - Memutar badan dan kaki ke samping kanan dan kiri Gerakan 3 - Memutar badan kekanan dan kekiri Gerakan 4 - Meluruskan lengan dan kaki LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH No. Responden Nama (inisial) responden : Usia : Jenis kelamin : Hari/tanggal : Waktu Pengukuran Tekanan Darah Pretest Post test Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) ABSENSI KELOMPOK INTERVENSI No Nama Usia Minggu ke 1 sampai minggu ke 3 Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Case Processing Summary kelompok Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent intervensi 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0% kontrol 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0% age Descriptives Kelompok Statistic Mean 70,13 Lower Bound 67,08 Upper Bound 73,19 Std. Error 1,424 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 70,20 Median 70,00 Variance age 30,410 intervensi Std. Deviation 5,514 Minimum 60 Maximum 79 Range 19 Interquartile Range Skewness 9 -,168 ,580 Kurtosis -,535 1,121 Mean 78,47 1,404 Lower Bound 75,46 Upper Bound 81,48 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 79,07 Median 80,00 Variance kontrol 29,552 Std. Deviation 5,436 Minimum 61 Maximum 85 Range 24 Interquartile Range 2 Skewness Kurtosis -2,538 ,580 8,271 1,121 Descriptives Statistic Mean 74,30 Lower Bound 71,74 Upper Bound 76,86 95% Confidence Interval for Mean age 5% Trimmed Mean 74,52 Median 75,50 Variance 46,907 Std. Error 1,250 Std. Deviation 6,849 Minimum 60 Maximum 85 Range 25 Interquartile Range 11 Skewness -,626 ,427 Kurtosis -,587 ,833 Case Processing Summary kelompok Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent intervensi 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0% kontrol 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0% bb_kg Descriptives Kelompok Statistic Mean bb_kg intervensi 62,00 Lower Bound 57,70 Upper Bound 66,30 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 62,33 Std. Error 2,005 Median 65,00 Variance 60,286 Std. Deviation 7,764 Minimum 48 Maximum 70 Range 22 Interquartile Range 13 Skewness -,746 ,580 Kurtosis -,837 1,121 Mean 55,33 2,602 Lower Bound 49,75 Upper Bound 60,91 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 54,54 Median 53,00 Variance kontrol Std. Deviation 101,524 10,076 Minimum 45 Maximum 80 Range 35 Interquartile Range 12 Skewness 1,279 ,580 Kurtosis 1,198 1,121 Descriptives Statistic Mean 58,67 Lower Bound 55,13 Upper Bound 62,20 Std. Error 1,728 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 58,43 Median 58,00 Variance bb_kg Std. Deviation 89,609 9,466 Minimum 45 Maximum 80 Range 35 Interquartile Range 18 Skewness Kurtosis ,255 ,427 -,963 ,833 Case Processing Summary Cases Valid N kelompok * gender Missing Percent 30 100,0% N Total Percent 0 N 0,0% Percent 30 100,0% kelompok * gender Crosstabulation gender laki-laki Count Total perempuan 3 12 15 20,0% 80,0% 100,0% 2 13 15 13,3% 86,7% 100,0% 5 25 30 16,7% 83,3% 100,0% intervensi % within kelompok kelompok Count kontrol % within kelompok Count Total % within kelompok Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent pre test sistol 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0% pre test diastol 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0% Descriptives Statistic Mean 146,00 Lower Bound 139,12 Upper Bound 152,88 Std. Error 3,207 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 146,11 Median 150,00 Variance 154,286 pre test sistol Std. Deviation 12,421 Minimum 130 Maximum 160 Range 30 Interquartile Range 30 Skewness -,134 ,580 Kurtosis -1,651 1,121 89,33 3,446 Mean Lower Bound 81,94 Upper Bound 96,72 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean 89,26 Median 90,00 Variance pre test diastol 178,095 Std. Deviation 13,345 Minimum 60 Maximum 120 Range 60 Interquartile Range 10 Skewness Kurtosis ,346 ,580 2,571 1,121 Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. pre test sistol ,203 15 ,095 ,837 15 ,011 pre test diastol ,347 15 ,000 ,819 15 ,007 a. Lilliefors Significance Correction Statistics pre test sistol Valid pre test diastol post test sistol post test diastol 15 15 15 15 0 0 0 0 141,33 86,00 122,00 74,67 9,904 9,103 10,823 7,432 Minimum 130 70 100 60 Maximum 160 100 150 90 N Missing Mean Std. Deviation One-Sample Test Test Value = 0 t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pre test sistol 55,267 14 ,000 141,333 135,85 146,82 pre test diastol 36,591 14 ,000 86,000 80,96 91,04 post test sistol 43,656 14 ,000 122,000 116,01 127,99 post test diastol 38,909 14 ,000 74,667 70,55 78,78 Statistics pre test sistol Valid pre test diastol post test sistol post test diastol 15 15 15 15 0 0 0 0 Mean 146,00 89,33 148,00 90,00 Std. Deviation 12,421 13,345 12,649 15,119 Minimum 130 60 130 60 Maximum 160 120 170 120 N Missing One-Sample Test Test Value = 0 t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pre test sistol 45,523 14 ,000 146,000 139,12 152,88 pre test diastol 25,926 14 ,000 89,333 81,94 96,72 post test sistol 45,316 14 ,000 148,000 141,00 155,00 post test diastol 23,056 14 ,000 90,000 81,63 98,37 Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean post test sistol 122,00 15 10,823 2,795 pre test sistol 141,33 15 9,904 2,557 post test diastol 74,67 15 7,432 1,919 pre test diastol 86,00 15 9,103 2,350 Pair 1 Pair 2 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 post test sistol & pre test sistol 15 ,373 ,171 Pair 2 post test diastol & pre test diastol 15 -,127 ,653 Paired Samples Test Paired Differences Mean Std. Deviation t Std. Error 95% Confidence Interval of the Mean Difference Lower df Sig. (2-tailed) Upper Pair 1 post test sistol - pre test sistol -19,333 11,629 3,003 -25,773 -12,893 -6,439 14 ,000 Pair 2 post test diastol - pre test diastol -11,333 12,459 3,217 -18,233 -4,434 -3,523 14 ,003 Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean post test sistol 148,00 15 12,649 3,266 pre test sistol 146,00 15 12,421 3,207 post test diastol 90,00 15 15,119 3,904 pre test diastol 89,33 15 13,345 3,446 Pair 1 Pair 2 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 post test sistol & pre test sistol 15 ,400 ,140 Pair 2 post test diastol & pre test diastol 15 ,566 ,028 Paired Samples Test Paired Differences Mean Std. Deviation t Std. Error 95% Confidence Interval of the Mean Difference Lower Pair 1 post test sistol - pre test sistol Pair 2 post test diastol - pre test diastol df Sig. (2-tailed) Upper 2,000 13,732 3,546 -5,605 9,605 ,564 14 ,582 ,667 13,345 3,446 -6,724 8,057 ,193 14 ,849 Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Intervensi 15 -19,33 11,629 3,003 Kontrol 15 2,00 13,732 3,546 selisih_sistolik Independent Samples Test Levene's Test for Equality t-test for Equality of Means of Variances F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence Interval tailed) Difference Difference of the Difference Lower Equal variances ,605 ,443 Upper -4,592 28 ,000 -21,333 4,646 -30,851 -11,816 -4,592 27,260 ,000 -21,333 4,646 -30,862 -11,804 assumed selisih_sistolik Equal variances not assumed Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Intervensi 15 -11,33 12,459 3,217 Kontrol 15 ,67 13,345 3,446 selisih_diastolik Independent Samples Test Levene's Test for Equality t-test for Equality of Means of Variances F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence Interval tailed) Difference Difference of the Difference Lower Equal variances ,039 ,845 Upper -2,546 28 ,017 -12,000 4,714 -21,656 -2,344 -2,546 27,869 ,017 -12,000 4,714 -21,658 -2,342 assumed selisih_diastolik Equal variances not assumed