BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan di Indonesia saat ini harus mampu bertahan dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi perusahaan harus mengikuti aturan yang berlaku didunia Internasional guna bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dan kompetitif, bukan hanya dengan perusahaan dalam negeri namun dengan perusahaan luar negeri. Hal tersebut mengharuskan setiap perusahaan untuk mempersiapkan informasi yang tepat, akurat dan bermanfaat bagi setiap pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laporan keuangan adalah salah satu media yang penting bagi perusahaan untuk mempersiapkan informasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan. Menurut karakteristik kualitatif laporan keuangan dalam KDPPLK (IAI, 2015), informasi tersebut harus relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable) sehingga dapat berguna bagi pemakai laporan keuangan tersebut dalam proses pengambilan keputusan. Profesi Akuntan Publik dikenal oleh Masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan (Mulyadi, 2002). Menurut (Ely & Sri, 2009) Akuntan publik disebut sebagai akuntan independen yang memberikan jasanya kepada pihak yang membutuhkan dan mereka bekerja secara bebas tanpa adanya tekanan (Purba, 2014). 1 2 Jika seorang auditor tidak independen terhadap kliennya, maka tidak mungkin pengguna laporan keuangan akan mengandalkan pekerjaan CPA” Mesier F. William (2006). Praktik akuntan publik ini biasanya dilakukan dalam suatu wadah yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP). Untuk mendirikan sebuah KAP tentunya harus memiliki izin berpraktik dari Departemen Keuangan. Kantor Akuntan Publik selama menjalankan penugasan yang diberikan klien, proses pengauditan tentunya dilakukan berdasarkan standar audit yang berlaku di Negara tersebut. Untuk Indonesia sendiri standar audit yang yang berlaku saat ini adalah Internasional Standards on Auditing (ISA). Standar ini baru mulai berlaku tahun 2013. Sebelumnya, Indoensia menggunakan standard audit yang diadopsi dari United States Generally Accepted Auditing Standards (U.S G.A.A.S). Perubahan ini tentunya didasari atas keinginan untuk memberikan hasil audit yang meningkat kepercayaan atas investor global terhadap kualitas informasi keuangan di Indonesia. Hasil audit yang berkualitas itulah yang dapat membuat dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap informasi keuangan perusahaan. Selain itu hal lain yang juga mendasari perubahan ini adalah semakin berkembangnya perekonomian dunia yang siapa saja atau perusahaan mana saja yang melakukan ekspansi dan penambahan modal di Negara lain tak terkecuali Indonesia. (Kusumawardhai, 2015) 3 Perubahan standar audit yang terjadi di Indonesia itu tentunya membawa dampak pada KAP yang ada. Auditor-auditor yang bekerja pada KAP harus mengimplementasikan ISA secara mendalam agar dapat melakukan penugasan dengan baik dan benar. Dalam proses pengimplementasian ISA ini tidak menutup kemungkinan masih ada KAP-KAP yang belum dapat melakukan pengimplementasian ISA secara penuh. Hal ini bisa terjadi salah satunya karena pengetahuan Sumber Daya Manusia yang ada belum memahami ISA secara mendalam. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan menegenai ISA bagi rekan dan staf agar nantinya dalam penugasan audit ISA sudah dapat diterapkan. (Tuanakotta,2013) Adapun langkah yang perlu dilakukan dalam aturan terbaru (Internasional Standards on Auditing) diantaranya: 1. Risk Assesment (menilai risiko) adalah Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. 2. Risk Response (Menanggapi Risiko) Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yangmenanggapi risiko (salah saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi. 3. Reporting (Pelaporan) Tahap melaporkan yaitu merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh dan membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, Sesuai kesimpulan yang ditarik. (Tuanakotta,2013) 4 Menurut ISA 200.3 “Tujuan Audit ialah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan keuangan disusun, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.” Menurut ISA 315.3 “Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai salah saji yang material karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman terhadap entitas dan lingkungannya termasuk pengendalian intern entitas, yang memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasi tanggapan terhadap risiko (salah saji material ) yang dinilai” Mnurut ISA330.3 “Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko (salah saji material) yang dinilai, dengan merancang dan mengimplementasi tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut” Auditor perlu menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi (untuk setiap jenis transaksi, saldo akun dan pengungkapan) serta mengembangkan prosedur audit responsif, yakni prosedur audit yang menanggapi risiko yang dinilai. Selain itu rencana audit berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat laporan keuangan menangani area laporan keuangan yang material berisi sifat luasnya dan penjadwalan prosedur audit spesifik untuk menanggapi risiko salah saji material pada tingkat asersi. (Tuanakotta, 2013) 5 Menurut Gusti (2009), Seorang itu auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit, pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan review analitis, pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi. Regulator, legislator, pengguna laporan keuangan dan banyak peneliti telah memperdebatkan hubungan antara independensi auditor dan kemampuan auditor untuk menghasilkan audit yang berkualitas tinggi. Untuk menangkap hubungan antara independensi auditor dan kualitas audit dapat dilakukan dengan meneliti audit fee yang dibayarkan oleh perusahaan untuk auditor. (Fitriany, 2008) Namun pada pelaksanaannya fee audit di lapangan sering kali terjadi tawar menawar, sehingga berakibat pada penurunan fee audit dan juga berdampak pada ruang lingkup audit. Besaran fee audit tersebut dalam prakteknya sering terjadi tawar menawar, seperti menawar cabe. (web IAPI, 2013) Dalam permasalahan ini jelas sekali independensi dari laporan keuangan atau hasil audit akan dipertanyakan, karena audit sendiri memiliki standar–standar yang mengaturnya. Apabila dalam pelaksanaannya auditor menurunkan atau memperkecil ruang audit maka akan sangat berdampak buruk pada opini audit atau temuan audit itu sendiri. Selain itu masalah fee audit lain yang timbul adalah seperti yang terjadi pada audit pemilu pada tahun 2014, dikutip dari artikel bahwa IAPI mengusulkan kepada KPU untuk menaikkan fee audit dana kampanye Pemilu 2014, supaya audit dana Pemilu tersebut sesuai sebagaimana yang diharapkan UU Pemilu. Dalam aturan KPU mengenai audit dana kampanye Pemilu 2014 mengharuskan AP 6 melakukan dua pekerjaan. Selain melakukan jasa Agreed Upon Prosedur (AUP), juga melakukan audit kepatuhan. Dengan dua pekerjaan tersebut, sudah pasti biaya operasional setiap AP yang melakukan perikatan audit dana kampanye meningkat jika dibandingkan dengan audit dana kampanye Pemilu 2009 yang hanya mengerjakan AUP. Sementara fee auditnya, KPU menetapkan sama dengan fee aduit dana Pemilu 2009. ( web IAPI, 2013). Selain kompleksitas masalah diatas audit fee yang diterima oleh suatu kantor akuntan publik dari klien tertentu mungkin merupakan sebagian besar dari total pendapatan kantor akuntan publik tersebut. Sebaliknya, mungkin audit fee yang diterima oleh suatu kantor akuntan publik tertentu hanya merupakan sebagian dari total pendapatan kantor akuntan publik tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013) Hoitash mengatakan bahwa audit fee yang dibayarkan kepada auditor dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap kualitas audit. Jika biaya yang dibayarkan kepada auditor sangat besar, dapat meningkatkan upaya yang dilakukan oleh auditor, sehingga dapat meningkatkan kualitas audit. Di sisi lain, audit fee yang terlalu besar akan menyebabkan auditor memiliki ketergantungan ekonomi pada klien mereka. Ketergantungan keuangan (ikatan ekonomi antara auditor dan klien) dapat menyebabkan auditor enggan untuk membuat pertanyaan yang tepat selama proses audit karena mereka takut kehilangan audit fee yang sangat menguntungkan dari klien. Ikatan ekonomi antara auditor dan klien menjadi salah satu penyebab dari masalah ini. Ide dasar dalam penelitian ini adalah bahwa, audit fee yang besar, mencerminkan sejauh mana hubungan ekonomi antara auditor dan klien. Ikatan 7 ekonomi yang lebih besar akan mengurangi kualitas audit dengan merusak independensi auditor. (Fitriany, 2008) Salah satu yang diatur dalam standar umum adalah besaran fee audit yang akan diterima oleh auditor tersebut dalam melakukan tugasnya, Fee audit merupakan salah satu tanggung jawab auditor kepada kliennya. Besaran fee inilah yang kadang membuat seorang auditor berada di dalam posisi dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberi opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun disisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya, agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya diwaktu yang akan datang (Purba, 2014). Bervariasinya nilai moneter yang diterima auditor pada tiap pekerjaan audit yang dilakukannya berdasarkan hasil negosiasi, tidak menutup kemungkinan akan memberikan pengaruh pada kualitas proses audit. (Jong-Hag Choi, Jeong-Bon Kim, dan Yoonseok Zan, 2010) juga berpendapat hal yang sama, bahwa fee audit yang besar dapat membuat auditor menyetujui tekanan dari klien dan berdampak pada kualitas audit yang dihasilkan (Pratistha, 2014). Menurut Febrianto Rahmat Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing, kualitas audit tentu saja mengacu pada standar yang berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan (Purba , 2014). 8 Pertanyaan masyarakat tentang kualitas audit yang dilakukan akuntan publik bertambah besar setelah terjadi beberapa kasus yang berkaitan dengan hasil audit para akuntan publik. Dengan begitu standar umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor, diantaranya independensi yang harus dijaga dan ditingkatkan bagi seluruh auditor akuntan publik dan memiliki kemahiran professional dalam melaksanakan auditnya. Auditor harus menjaga sikap independensinya agar tidak ada unsur subjektivitas dalam pelaksanaan audit yang dilakukannya, yang dapat mengganggu kualitas audit yang dilakukan. Kualitas audit didefinisikan beragam, hal ini dikarenakan kualitas audit dapat diukur melalui beberapa pendekatan. DeAngelo (1981), menggunakan pendekatan ukuran kantor akuntan publik sebagai tolak ukur kualitas audit, sedangkan Bedard dan Michelene (1993), menggunakan pendekatan berorientasi hasil (outcome oriented) dan pendekatan berorientasi proses (process oriented) sebagai tolak ukur kualitas audit. Berdasarkan penjabaran pendekatan tersebut, pendekatan berorientasi proses lebih mampu memberikan gambaran bagaimana auditor melakukan pekerjaannya hingga menghasilkan suatu kualitas audit yang dapat diukur. Li (2004), memperlihatkan ukuran yang digunakan pada pendekatan berorientasi proses yaitu, kepatuhan auditor pada standar profesional akuntan publik (SPAP), spesialisasi auditor dibidang industri klien, sikap profesional auditor, dan penerapan etika profesi auditor. 9 Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu ada kekhawatiran merebaknya skandal keuangan, dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik. (Sugiharto, 2015) Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Implementasi Internasional Standards On Auditing, Fee Audit dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut: a. Apakah Implementasi Internasional Standrds On Auditing berpengaruh terhadap kualitas audit ? b. Apakah fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit? c. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 10 1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: a. Membuktikan secara empiris Implementasi Internasional Standrds On Auditing terhadap kualitas audit. b. Membuktikan secara empiris pengaruh fee audit terhadap kualitas audit. c. Membuktikan secara empiris pengaruh Independensi audit terhadap kualitas audit. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi para pembaca yang ingin menambah wawasan pengetahuan khusus dibidang auditing dan mengenai Implementasi Internasional Standrds On Auditing, fee audit, independensi, dan kualitas audit. 2. Sebagai sarana bagi penelitian untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti dari bangku kuliah dengan yang ada di dalam dunia kerja. 1.4.2 Bagi Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung a. Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kualitas Audit akuntan publik maka dapat ditemukan solusi atau pemecahan yang tepat guna mengantisipasi hal tersebut di masa- 11 masa yang akan datang, sehingga dapat menjaga citra dari akuntan publik dimata masyarakat pengguna laporan keuangan b. Memberikan masukan bagi Akuntan Publik agar dapat lebih meningkatkan kemampuan auditor dalam melaksanakan tugas dengan lebih memberikan perhatian dan pelatihan terkait dengan kompetensi, sehingga mereka bekerja dengan optimal dan berkualitas. Selain itu akuntan publik harus lebih menekankan penggunaan standar audit yang berlaku setiap terjadi perubahan. Kemudian diharapkan bahwa auditor tidak memprioritaskan atau diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi agar senantiasa mempertahankan independensinya. 1.4.3 Bagi Penulis Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program studi akuntansi pada fakultas ekonomi Universitas Widyatama. Peneliti juga mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan serta wawasan berpikir penulis mengenai auditing khususnya yang berhubungan dengan kualitas audit. 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung yang terdaftar pada IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia). Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan oleh penulis pada bulan Agustus 2016 hingga Oktober 2016.