INdonesia infrastructure initiative Kisah Inspiratif Kuda Penggerak Langkah Profesional Oleh Mira Renata Rencana bisnis, manajer handal, dan dukungan pemerintah daerah memajukan kinerja PDAM di Kuningan, Jawa Barat Direktur PDAM Tirta Kamuning, Deni Erlanda, berbincang dengan warga perempuan bagaimana memiliki sambungan air bisa mengubah aktivitas sehari-hari menjadi lebih baik -Atas perkenan Asep “Aro”, PDAM Tirta Kamuning. Legenda menuturkan adalah seekor kuda bernama Si Windu, yang membantu panglima Kerajaan Kuningan Adipati Ewangga memenangkan perang melawan kerajaan-kerajaan lain pada awal abad ke-16. Berperawakan kecil namun kuat, derap sigap Si Windu mengakali pasukan lawan, membuka jalan bagi Adipati Ewangga memimpin takhta Kerajaan Kuningan dengan gemilang. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kamuning di Kuningan menghayati nilai yang diemban Si Windu, yang mewujud lewat perubahan identitas dan tindakan bersama. Ketika Deni Erlanda, mantan anggota dewan perwakilan daerah dengan segudang pengalaman di sektor bisnis dan perbankan, diangkat sebagai Direktur PDAM pada Juli 2013, ia memilih Si Windu sebagai salah satu elemen logo mewakili institusi tersebut. “Saat menjalani fit and proper test [untuk jabatan direktur], saya menguraikan misi dan visi saya untuk PDAM Tirta Kamuning. Si Windu adalah salah satunya, karena merepresentasikan kerja keras dan dedikasi PDAM dalam menyediakan akses air bersih bagi warga Kuningan,” ujar Deni. PDAM Tirta Kamuning kemudian berkolaborasi dengan pemenang kompetisi terbuka untuk mendesain logo baru serta mengintegrasikan nilai-nilai lembaga yang berorientasi aksi (lihat Boks 1). Di awal masa Deni menjabat, PDAM Tirta Kamuning tengah mengalami kondisi keuangan yang kurang kondusif. Meski beberapa target sudah tercapai pada masa kepemimpinan yang terdahulu, PDAM terus mengalami kerugian finansial sejak 2007. Upaya PDAM menaikkan nilai tarif untuk menambah pemasukan perusahaan pun terhenti. Dalam rangka memajukan kelayakan PDAM secara komersil, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) no. 29/2009 yang memberlakukan pinjaman bersubsidi dari bank dan pengembalian biaya operasi PDAM melalui mekanisme penjaminan demi mengurangi risiko bank pemberi pinjaman serta memberikan subsidi bunga. Berlatar kerangka kerja ini, Indonesia Infrastructure Initiative (IndII) memberi dukungan bagi 20 PDAM, termasuk PDAM Tirta Kamuning, untuk mengembangkan rencana bisnis berpotensi dengan menetapkan beberapa target realistis, termasuk peningkatan jumlah sambungan air minum, tarif yang ditetapkan dengan sesuai, dan keuntungan. Target-target ini akan mendorong PDAM memenuhi persyaratan kelayakan untuk menerima pinjaman bersubsidi sesuai dengan Perpres no. 29/2009. Jangka waktu rencana bisnis yang dikembangkan IndII juga dirancang berlaku untuk periode lima tahun (2011–2015), sehingga PDAM mampu memenuhi capaian kegiatan secara realistis, sambil meningkatkan kapasitas institusi serta mengusahakan kemajuan dengan manajemen yang lebih efisien. Meski kepemimpinan terdahulu di PDAM Tirta Kamuning memilih untuk tidak berpartisipasi dalam program Perpres no. 29/2009 dan tidak dapat menemukan peluang meningkatkan keuntungan, sebagai pimpinan baru Deni memutuskan meningkatkan sistem manajemen. Hal ini dilakukan dengan menerapkan target keuntungan berdasarkan rencana bisnis untuk meningkatkan kinerja PDAM secara keseluruhan. Paparan rencana bisnis yang jelas dengan langkah penerapan yang terukur, yang dikembangkan dengan dukungan IndII, menarik perhatian Deni. “Target capaian [rencana bisnis dari IndII] jelas. Saya perlu panduan yang jelas agar program bisa jalan,” tandasnya. Prioritas utama yang menjadi esensi rencana bisnis menurut Deni adalah mengubah pola pikir tim PDAM. “Kita perlu mengubah persepsi yang ada. Kita bukan PNS. Kita harus berfungsi seperti profesional.” Rencana bisnis mendukung transformasi ini melalui kerjasama dengan manajemen internal dalam analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threat). Agar staf PDAM terus berkinerja setingkat profesional, Deni menerapkan kembali analisis SWOT dan memperkenalkan beberapa perubahan. Restrukturisasi staf adalah salah satunya. Posisi seperti pembantu umum dan pembaca meter dialihdayakan (outsourced). Proses seleksi untuk posisi baru kini melibatkan uji kompetensi lewat Badan Kepegawaian Daerah. Hal ini memastikan kandidat memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan posisi, sehingga mengurangi praktik ‘titipan’. Peluang pengembangan diri bagi staf junior juga terbuka; baik kesempatan berpartisipasi dalam pelatihan yang lebih teknis di PERPAMSI maupun jenjang karir di PDAM itu sendiri. Beban kerja staf juga telah didistribusi ulang demi peningkatan efisiensi. Hasilnya tercermin dari penurunan rasio karyawan per 1.000 sambungan (lihat Boks 3). Penurunan lebih lanjut akan lebih sulit dilakukan jika rasio sudah semakin rendah. Masih dalam rangka efisiensi, Deni mengurangi sarana transportasi untuk manajemen dan staf. Sebaliknya, dia menawarkan agar tunjangan transportasi mereka dipakai untuk mencicil pembelian kendaraan sendiri. “Sekarang kami menghemat banyak sejak kendaraan kantor dipakai untuk kegiatan operasional saja; biaya pemeliharaan kendaraan turun, staf juga senang karena kesejahteraan meningkat (dengan memiliki mobil atau motor sendiri).” Pemecahan masalah lewat peran manajemen internal adalah pendekatan lain yang ditekankan di bawah kepemimpinan Deni. Semua kepala divisi di PDAM Tirta Kamuning kini bergiliran menjalankan kunjungan mingguan ke 12 kantor cabang. Kunjungan dilakukan setiap Kamis malam dan diawali dengan mengaji bersama, kemudian berlanjut dengan bincang-bincang seputar perkembangan dan tantangan kegiatan. “Melalui kunjungan ini, kita bisa membahas potensi masalah dengan kantor cabang sesegera mungkin sebelum berkembang,” ujar Rohendi, Kepala Divisi Litbang PDAM. Perubahan manajemen lainnya yang diprakarsai Deni adalah meningkatkan profesionalitas strategi yang digunakan PDAM untuk mencapai target. Selain penilaian kinerja keuangan, rencana bisnis juga menganalisis hasil survei sosioekonomi dari segmen pasar PDAM. Dengan 80 persen populasi warga Kuningan termasuk dalam kategori berpenghasilan rendah, PDAM perlu memperhitungkan daya bayar masyarakat untuk koneksi air minum seraya menjaga marjin keuntungan perusahaan yang berkelanjutan. Untuk itu, konsultan IndII memberikan pengetahuan praktis dalam mengembangkan survei kebutuhan nyata (real demand survey) yang dapat menjawab dua poin penting ini. Dalam rangka menetapkan nilai pendapatan keluarga, enumerator data survei mendapat pengarahan agar tidak membuat responden rikuh. Caranya dengan mengajukan pertanyaan yang lebih luwes seputar pengeluaran dan belanja keluarga. Jawaban yang disampaikan responden kemudian dipakai untuk mengestimasi pendapatan. Untuk meningkatkan jumlah pendapatan dari pembayaran air minum, Deni juga memberdayakan sistem ‘mobile payment’ bersama sebuah bank daerah dengan mengerahkan kendaraan keliling. Dengan demikian, masyarakat di daerah terpencil dapat membayar tagihan air minum dan fasilitas lain dengan mudah. Deni juga memimpin PDAM untuk mulai bergiat mencari sumber air baku yang baru. Tanpa perluasan sumber daya air, PDAM tidak akan mampu mencapai target layanan rumah tangga baru dengan harga terjangkau. Boks 1: Logo PDAM Tirta Kamuning dan Makna PDAM TIRTA KAMUNING KABUPATEN KUNINGAN Tetesan air: Peran PDAM sebagai pengawas, mitra pengelola, dan penyokong layanan penyediaan air minum berkualitas tinggi bagi masyarakat Kuningan Gelombang air: Ketersediaan air bersih yang melimpah di Kuningan Cipratan air: Manfaat air yang dirasakan oleh segenap masyarakat Gunung Ciremai: Sumber daya alam yang menghasilkan air minum berkualitas terbaik Kuda Putih: Si Windu sebagai simbol dedikasi dan kerja keras PDAM dalam mengabdi dan melayani masyarakat Siluet dua manusia: Laki-laki dan perempuan berperan menjaga sumber daya alam, hidup sehat sejahtera sebagai dampak positif dari pemanfaatan air bersih Staff PDAM Anto Riyanto meninjau kualitas sambungan air disalah satu rumah warga. -Atas perkenan IndII Di masa lalu, banyak desa enggan menginformasikan keberadaan mata air di sekitar wilayahnya kepada PDAM. Salah satu alasan adalah kurangnya insentif bagi desa berbagi informasi mengenai mata air. Besarnya kompensasi bagi desa yang menginformasikan keberadaan mata air pada umumnya ditentukan oleh pemerintah daerah (Pemda), bukan PDAM. Di bawah kepemimpinannya, Deni memutuskan untuk Boks 2: Sambungan air minum PDAM Tirta Kamuning setelah menerapkan rencana bisnis Boks 3: Indikator Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik PDAM Tirta Kamuning Atas perkenan James L Woodcock Atas perkenan James L Woodcock 45000 45 40000 40 35000 35 30000 30 25000 AKTUAL 20000 TARGET 15000 Laba Bersih 20 % Staf Berkurang 15 Rasio Operasional 10 10000 5 5000 0 Kontribusi Pemda 25 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 meningkatkan kepercayaan penduduk desa dalam menjalin kerjasama dengan PDAM. Sebagai tindak lanjut, Deni menambah jumlah kompensasi untuk desa yang berbagi informasi tentang keberadaan mata air baru dengan PDAM. “Karena PDAM telah menghasilkan keuntungan dan berkontribusi untuk pendapatan Pemda, saya coba negosiasi pengaturan kompensasi bagi desa. Saya membujuk Pemda agar kami menentukan nilai kompensasi yang akan diberikan ke desa. Pemda akhirnya mendukung.” Nilai nominal kompensasi juga diinformasikan secara transparan dalam acara penyerahan resmi di balai desa, tidak lagi secara terbatas melalui kepala desa masing-masing. Salah satu inovasi yang diperkenalkan PDAM Tirta Kamuning adalah pembayaran tagihan air secara daring -Atas perkenan Asep “Aro”, PDAM Tirta Kamuning -5 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 -10 Sejak itu, PDAM Tirta Kamuning menerima lebih banyak informasi dari desa-desa mengenai keberadaan mata air di daerah mereka. Bahkan, PDAM saat ini sedang memproses izin pengelolaan dua mata air baru yang diperkirakan dapat mencakup 50.000 sambungan di dua daerah kering di sisi timur kabupaten. PDAM juga sedang mengurus perizinan untuk mengelola air baku dari satu mata air dekat Gunung Ciremai, yang akan membuka akses bagi masyarakat sekitar sekaligus tiga kabupaten tetangga yang berminat – Indramayu, Kota Cirebon, dan Kabupaten Cirebon. Dua tahun setelah mengintegrasikan peningkatan manajemen untuk meraih target keuntungan sesuai rencana bisnis, PDAM Tirta Kamuning mengalami kemajuan yang signifikan. Boks 2 menunjukkan peningkatan jumlah sambungan air minum yang merupakan sumber pendapatan utama PDAM. Manajemen pendahulu telah mengikuti target rencana bisnis, namun pada 2015, PDAM telah berhasil melampaui target yang ditetapkan. Terlebih penting lagi, kepemimpinan Deni berhasil mengubah pendapatan dari peningkatan sambungan menjadi keuntungan. Pemda menghargai PDAM yang mendatangkan keuntungan karena sesuai dengan UU no. 5 Tahun 1962, PDAM berkewajiban membagi 55 persen keuntungan mereka (setelah dipotong pajak) kepada Pemda sebagai pemilik perusahaan. Pemda yang menerima pembagian keuntungan dari PDAM pun tergerak memberikan lebih banyak dukungan dengan harapan peningkatan profit di masa mendatang. Boks 3 menampilkan empat indikator tata kelola pemerintahan yang baik, sebelum dan sesudah, kepemimpinan Deni sejak 2013. Rasio operasional adalah sepuluh kali rasio biaya dibagi keuntungan, sehingga angka rasio sejumlah 10 atau lebih merefleksikan nilai keuntungan operasional yang berkurang. Rasio operasional baru turun di bawah angka 10 sejak 2013. Arah tren laba bersih menunjukkan bahwa untuk kali pertama dalam periode enam tahun, PDAM Tirta Kamuning mengalami keuntungan pada 2013 dan terus meningkat secara stabil selama dua tahun berikutnya. Rasio staf per 1.000 jumlah sambungan merefleksikan keputusan manajemen seperti peningkatan aplikasi IT atau sistem insentif yang meningkatkan efisiensi kinerja staf individual. Menurunnya persentase staf per 1.000 sambungan menunjukkan persentase peningkatan rasio. Pada 2015, PDAM mengalami persentase peningkatan capaian tertinggi sepanjang delapan tahun terakhir. Sementara itu, meski kontribusi Pemda menurun sejak pada 2011, kontribusi Pemda perlahan bertambah pada 2014, seiring meningkatnya pemahaman, penghargaan, dan dukungan bagi PDAM. Empat indikator tata kelola ini menunjukkan kemajuan PDAM Tirta Kamuning yang kuat dan stabil, terutama sejak 2013. Rencana bisnis hanyalah satu dari tiga kondisi penting yang mendorong PDAM Tirta Kamuning berkinerja hebat. Dua kondisi lainnya adalah: dukungan Pemda dan manajemen PDAM yang baik untuk mencapai target rencana bisnis. Meski demikian, risiko keberlangsungan rencana bisnis selalu ada, terutama dengan terjadinya pergantian pimpinan baru kelak di tingkat Pemda maupun PDAM yang berdampak pada perbedaan rasa kepemilikan (buy-in) terhadap rencana bisnis. Namun, PDAM Tirta Kamuning yakin pekerjaan baik yang telah dimulai akan terus berlanjut. Kerangka peraturan yang ada sejauh ini memastikan bahwa setelah PDAM dan Pemda menyetujui rencana bisnis, target PDAM akan diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah (RPJMD). Setelah target capaian kegiatan PDAM dilembagakan, maka tidak mudah untuk mengubahnya. Serupa Si Windu yang legendaris, PDAM Tirta Kamuning telah melewati rintangan dengan gesit dan tak kenal lelah. Hasilnya, PDAM Tirta Kamuning menjadi PDAM yang produktif dan mandiri secara finansial. PDAM-PDAM lain bisa mengikuti jejak PDAM Tirta Kamuning serta mengadaptasi rencana bisnis sesuai bagi kondisi masingmasing. Terima Kasih Atas dukungan James L Woodcock, Arianto Wibowo, Jaya Saputra, dan tim PDAM Tirta Kamuning dalam penulisan artikel ini.