peningkatan keterampilan berbicara dengan metode sosiodrama

advertisement
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN
TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DENNIS OSSY JANUARY
NIM 11509009
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2013
i
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN
TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DENNIS OSSY JANUARY
NIM 11509009
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2013
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Urip iku urup”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kanjeng mami,
para guru dan dosen yang senantiasa membantu
dalam penulisan, dan para sahabat
yang senantiasa mendukungku
vii
KATA PENGANTAR
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan rasa ikhlas setulus hati penulis mengucapkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat, hidayah , inayah serta
ridloNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan untuk beliau Rosul tercinta Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa kita
semua dari zaman kejahiliahan menuju zaman yang penuh barokah ini, semoga kita
termasuk umat yang mendapat syafa‘atnya. Amin
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam STAIN Salatiga.
Dalam penyusunan skipsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta arahan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karenanya,
dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih yang setulustulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. sebagai ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. sebagai ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Bapak Drs.Sumarno Widjadipa, M.Pd. sebagai ketua Progam Studi S1 PGMI STAIN
Salatiga.
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan begitu banyak ilmunya.
6. Bapak Sarsono, S.Pd. sebagai kepala Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan
penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
viii
7. Para guru Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.
8. Siswa-siswi kelas V Sekolah Dasar negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang yang sangat antusias dan menyenangkan.
9. Ibuku tercinta dan adikku yang senantiasa menyayangi dan mendukungku.
10. Para sahabat-sahabatku PGMI angkatan 2009 yang sangat saya cintai.
11. Teman-teman pekerja seni Teater Getar yang sangat saya banggakan, yang telah
memberikan begitu banyak sumbangsih ide-ide dalam penyusunan skripsi ini.
12. Orang-orang yang telah membantu dan memberikan fasilitas kepada saya sehingga
skripsi ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna baik isi
maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis berharap akan kritikan dan saran demi
kebaikan skripsi ini. Semoga saja skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 13 September 2013
Penulis,
Dennis Ossy January
ix
ABSTRAK
Ossy January,
Dennis. 2013.Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode
Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di SDN
Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata Kunci: Peningkatan, Keterampilan Berbicara, dan Metode Sosiodrama.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama pada mata pelajaran bahasa Indonesia
bagi siswa kelas V di SDN Tegalrejo 02. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui
penelitian ini adalah apakah metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan
berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 kecamatan
Tengaran kabupaten Semarang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dalam dua siklus dan pada tiap siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan, dengan menggunakan metode sosiodrama
dalam pelajaran Bahasa Indonesia mampu meningkatkan penggunaan pilihan kata,
intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara siswa. Hasil
keterampilan berbicara yang diperoleh sebelum menggunakan metode sosiodrama hanya
5 siswa yang tuntas atau 35,71%, dan setelah menggunakan metode sosiodrama dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I meningkat 21,43% atau 8 siswa dari kondisi
awal, dan pada siklus II meningkat 28,57% atau 12 siswa. Pada pilihan kata dalam
keterampilan berbicara pada siklus II meningkat 28,57% dari siklus I. Pada intonasi
dalam keterampilan berbicara di siklus II meningkat 21,43% dari siklus I. Pada pelafalan
dalam keterampilan berbicara, di siklus II stabil dengan siklus I. Pada ekspresi dalam
keterampilan berbicara, di siklus I meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus
II stabil dengan siklus I. Pada kelancaran dalam keterampilan berbicara, pada siklus I
meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 7,14% dari siklus I.
Penulis menyimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat digunakan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia karena dapat meningkatkan pengunaan pilihan kata, intonasi, pelafalan,
ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL LOGO ............................................................................................. i
LEMBAR LOGO ............................................................................................. ii
JUDUL ............................................................................................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Hipotesis ..................................................................................................... 4
E. Manfaaat Penelitian.................................................................................... 5
F. Definisi Operasional................................................................................... 6
G. Metode Penelitian....................................................................................... 8
xi
H. Sistematika Penulisan............................................................................... 13
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 16
A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia............................................................. 16
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia .................................... 16
2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ........................................... 17
3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia .......................................... 18
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia............................. 21
5. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ..................... 23
6. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa......................................... 29
B. Pengembangan Keterampilan Berbicara .................................................. 33
1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara ..................................... 33
2. Kriteria Metode Pembelajaran Berbicara ........................................... 37
3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara .................................................... 38
4. Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara . 40
C. Metode Sosiodrama.................................................................................. 42
1. Pengertian Metode Sosiodrama.......................................................... 42
2. Langkah-Langkah Metode Sosiodrama ............................................. 43
3. Manfaat Metode Sosiodrama ............................................................. 46
4. Kelebihan Metode Sosiodrama .......................................................... 47
5. Kelemahan Metode Sosiodrama ........................................................ 48
xii
D. Kaitan Keterampilan Berbicara dalam Pelajaran Bahasa Indonesia
Dengan
Metode Sosiodrama.................................................................................. 48
BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN ..................................................... 51
A. Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian ................................................... 51
1. Tempat Penelitian............................................................................... 51
2. Waktu Penelitian ................................................................................ 55
B. Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ................................................... 55
C. Deskripsi Penelitian Tindakan ................................................................. 56
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 .......................................................... 56
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 .......................................................... 59
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 60
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 60
1. Kondisi Awal ..................................................................................... 60
2. Siklus 1 ............................................................................................... 64
3. Siklus 2 ............................................................................................... 69
B. Pembahasan .............................................................................................. 73
BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 78
A. Kesimpulan .............................................................................................. 78
B. Saran......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 91
xiii
DAFTAR TABEL
3.1
Data Jumlah Siswa SDN Tegalrejo 02 ..............................................52
3.2
Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 .........................................52
3.3
Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ............................................56
4.1
Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal.................61
4.2
Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara ...................62
4.3
Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ..........................63
4.4
Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ........................63
4.5
Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara .........................63
4.6
Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara.....................63
4.7
Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1 ..........................66
4.8
Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa.................................67
4.9
Persentase Pilihan Kata Keterampilan Berbicara..............................67
4.10 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ..........................68
4.11 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ........................68
4.12 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara .........................68
4.13 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara.....................68
4.14 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II .........................70
4.15 Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara ...................71
4.16 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ..........................71
4.17 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ........................72
4.18 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara .........................72
xiv
4.19 Persentase Kelancaran dalam Keteranpilan Berbicara ......................72
4.20 Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara Siswa .........................74
4.21 Perbandingan Pilihan Kata Keterampilan Berbicara.........................74
4.22 Perbandingan Intonasi Keterampilan Berbicara................................75
4.23 Perbandingan Pelafalan Keterampilan Berbicara..............................75
4.24 Perbandingan Ekspresi Keterampilan Berbicara ...............................76
4.25 Perbandingan Kelancaran Keterampilan Berbicara ..........................76
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi Awal – Membuat Kerangka Karangan Untuk Bercerita
2. Gambar Siklus I
3. Gambar Siklus II
4. Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 – Tabel Data Siswa SDN Tegalrejo 02 .................................... 82
Lampiran 2 – Tabel Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 ................... 83
Lampiran 3 – Tabel Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ....................... 84
Lampiran 4 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal ..... 85
Lampiran 5 – Lembar Penilaian Kondisi Awal............................................ 86
Lampiran 6 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1 .............. 87
Lampiran 7 – Lembar Penilaian Siklus 1 ..................................................... 88
Lampiran 8 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 2 .............. 89
Lampiran 9 – Lembar Penilaian Siklus 2 ..................................................... 90
Lampiran 10 – Dokumentasi Foto.................................................................. 93
Lampiran 11 – Naskah Sosiodrama Kelompok 1 .......................................... 95
Lampiran 12 – Naskah Sosiodrama Kelompok 2 ........................................ 104
Lampiran 13 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kondisi Awal............. 112
Lampiran 14 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ...................... 116
Lampiran 15 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ...................... 120
Lampiran 16 – Surat Keterangan Penelitian ................................................ 124
Lampiran 17 – Daftar Riwayat Hidup .......................................................... 125
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan tentang pentingnya
penguasaan empat macam keterampilan berbahasa oleh subjek didik
yang meliputi: keterampilan berbicara, keterampilan menyimak atau
mendengarkan (dengan pemahaman), keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Keempat macam keterampilan dasar berbahasa
tersebut memiliki keterkaitan fungsional satu sama lain.
Idealnya pembelajaran berbahasa yang baik tanpa mengabaikan
keterampilan berbahasa lain adalah menitikberatkan pada keterampilan
berbicara. Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral
dalam tujuan pembelajaran bahasa karena hakikat belajar bahasa
adalah belajar komunikasi, terutama komunikasi lisan. Demikian pula
dengan hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia.
Untuk
menunjang
tercapainya
pembelajaran
tersebut
juga
diperlukan keterampilan guru memilih metode yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Guru memegang peranan penting dalam
mengontrol kegiatan pengajaran di kelas dengan didukung oleh sumber
belajar lain. Sumber belajar lain dalam bentuk pengajaran melalui
1
media, metode, maupun pendekatan dalam pembelajaran (Sudjana,
2007:113).
Kenyataan yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah pada umumnya belum semua guru
bahasa menyadari bahwa keterampilan juga penting dicapai dalam
pembelajaran tersebut. Belum semua guru menyadari bahwa tujuan
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah mampu menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan.
Guru juga belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan tersebut. Guru dalam mengajarkan
Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing lainnya lebih sering
mengutamakan hal formal seperti struktur dan tatanan bahasa,
sehingga siswa tidak bisa secara leluasa belajar tentang keterampilan
berbicara yang baik dan benar. Siswa juga lebih sering dibebani
materi-materi tentang gramatikal.
Kenyataan yang terjadi di SDN Tegalrejo 2 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, keterampilan berbicara siswa kelas V masih
kurang. Cara penyampaian pelajaran Bahasa Indonesia oleh guru
menjadi faktor penyebabnya. Guru cenderung menggunakan metode
ceramah. Selain menyebabkan siswa menjadi bosan, siswa juga tidak
menunjukkan keaktifan saat kegiatan belajar berlangsung, motivasi
siswa juga terlihat rendah.
2
Dengan keadaan tersebut, penulis merasa perlu melakukan sebuah
penelitian yang menggunakan metode sosiodrama untuk memecahkan
permasalahan pembelajaran di atas, yakni untuk mengembangkan
potensi keterampilan berbicara.
Penulis akan menerapkan metode sosiodrama untuk peningkatan
keterampilan berbicara berdasarkan pendapat ahli dan pertimbanganpertimbangan.
Pembelajaran
sosiodrama
mempunyai
implikasi
terhadap
penggunaan metode dan penyajian materi pembelajaran, indikasi
kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat dikembangkan dalam
penerapan pembelajaran sosiodrama, antara lain siswa dapat melatih
dan
memiliki
kemampuan
kerjasama,
komunikatif,
dan
menginterpretasikan suatu kejadian.
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeran dapat melatih
sikap simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Karakter
tokoh tertentu, dibawa dalam peran yang dimainkannya, sedangkan
penngamat (guru) melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha
mengidentifikasikan penguasaan siswa atas peran yang dimainkan.
Pada pembelajaran sosiodrama, pemeranan tidak dilakukan secara
tuntas sampai masalah dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengundang rasa penasaran siswa yang menjadi pengamat agar turut
aktif mendiskusikan dan mencari jalan keluar. Dengan demikian,
3
diskusi
setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan
menggairahkan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul, ―Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan
Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di
SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun
2013‖
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah: apakah metode sosiodrama dapat
meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan
keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V
di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang atau
tidak.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
4
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empirik (Sugiyono, 2011:64).
Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah: metode
sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang
jelas tentang ada tidaknya pengaruh peggunaan metode sosiodrama
terhadap keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa
Indonesia pada kelas V di SDN 02 Tegalrejo Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
Dan dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritik maupuk praktis.
1. Secara Teoritik
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
pendidikan, yaitu mengetahui bahwa metode sosiodrama dapat
meningkatkan keterampilan siswa.
5
b. Mengetahui manfaat metode sosiodrama dalam sebuah
pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Secara Praktis
a. Untuk Siswa
1) Meningkatnya kemampuan kerjasama dan kemampuan
komunikasi.
2) Siswa terlibat aktif dan mempunyai peran penting dalam
pembelajaran.
b. Untuk Guru
1) Sebagai bahan masukan yang bersifat konstruktif untuk
melaksanakan pembelajaran secara lebih bervariatif.
2) Sebagai bahan informasi tentang kemajuan belajar siswa.
c. Untuk Sekolah
Sebagai bahan informasi penting dan telaah pustaka dalam
rangka pembinaan dan pengelolaan tenaga guru professional
dalam menjalankan tugas dan fungsinya terkait dengan proses
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.
d. Untuk Peneliti
Sebagai bahan informasi, telaah pustaka, dan bahan
perbandingan bagi pelaksanaan penelitian sejenis dan relevan.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang
berbeda pada judul di atas, maka penulis perlu menjelaskan berbagai
6
istilah yang sekaligus sebagai batasan penelitian. Adapun istilah-istilah
tersebut adalah:
1. Keterampilan Berbicara
Yang
termasuk
dalam
keterampilan
berbicara:
seperti
mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan,
dialog, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman,
keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal,
gambar seri, kegiatan sehari hari, peristiwa, tokoh, kesukaan atau
ketidaksukaan, kegememaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan
laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak anak, cerita
rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama
anak (Departemen Agama, 2004:104).
2. Metode Sosiodrama
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara
yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud.
Martinis Yamin, menyatakan bahwa metode sosiodrama atau
bermain peran adalah metode yang melibatkan dua siswa atau lebih
tentang suatu topik atau situasi siswa melakukan peran masingmasing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi
sesama mereka melakukan peran terbuka.
7
3. Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk
meningkatkan
kemampuan
intelektual
dan
kesusasteraan,
merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.
Standar kompetensi pelajaran Bahasa Indonesia adalah program
untuk mengembangkan pengetahun, keterampilan bahasa, dan
sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta menghargai manusia
dan nilai nilai kemanusiaan (Departemen Agama, 2004:103).
Indikator yang dapat dilihat dari peningkatan keterampilan
berbicara antara lain sebagai berikut:
a. Aktifnya siswa dalam bertanya.
b. Siswa mampu menanggapi persoalan atau pernyataan.
c. Siswa mampu mengeluarkan ide atau pendapat.
d. Siswa mampu mengungkapkan gagasan yang ada di pikirannya.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan fenomena diatas penulis mengadakan penelitian
tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa
Inggris disebut Classroom Action Research yaitu suatu action
research yang dilakukan di kelas.
8
Dalam penelitian ini, pihak yang melakukan tindakan adalah
peneliti,
yang
sekaligus
melakukan
pengamatan
terhadap
berlangsungnya proses tindakan. Dalam proses ini, peneliti
betindak sebagai guru.
Beberapa alasan peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas,
yaitu:
a. Melalui PTK, guru akan menjadi peka dan tanggap terhadap
segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran dikelasnya.
b. Dalam melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru akan mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu rangakaian
kegiatan untuk mengkaji secara cermat apa yang terjadi di
kelasnya.
2. Subjek Penelitian
Subjek di dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 02
Tegalrejo Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang
berjumlah 14 siswa.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto
dkk (2010:16), terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
9
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Dalam tahap ini peneliti membuat perencanaan tentang apa
yang akan ditindaklanjuti.
a. Tahap rencana (planning)
Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti
sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang
dilakukan adalah:
1) Membuat
skenario
pembelajaran
(Silabus,
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran).
2) Menyusun soal pre test dan post test.
3) Menyusun lembar pengamatan untuk guru dan siswa
b. Pelaksanaan (action)
Dalam tahap ini peneliti menerapkan isi rancangan yaitu
peneliti menerapkan metode sosiodrama dalam pelajaran
Bahasa Indonesia.
10
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan
ini
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi (reflection)
Tahap ini peneliti mengemukakan kembali atas apa yang
sudah dilakukan (tindakan yang sudah diterapkan). Tahap ini
meliputi:
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi.
3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus
I dan seterusnya.
4. Instrument Penelitian
Beberapa Instrument yang digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Pedoman Pengamatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman
pengamatan untuk mengamati peningkatan keterampilan
berbicara siswa yang berupa catatan anekdotal. Diambil dengan
pre test dan post test.
b. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
11
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah menggambarkan perubahan yang terjadi
dalam PTK, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa diantaranya:
a. Observasi
Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan kepada
siswa untuk mengetahui peningkatan pembelajaran.
b. Catatan Anekdotal
Merupakan
catatan
pengamatan
informal,
yang
menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan
sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, gaya belajar,
keterampilan dan strategi yang digunakan oleh pembelajar atau
apa yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan
(Slamet, 2007:195).
c. Wawancara
Wawancara secara personal, guru dapat memancing
tanggapan dan memperoleh informasi yang mencerminkan
sikap, strategi, kesenangan, dan tingkat kepercayaan diri anak
dalam waktu yang singkat (Slamet, 2007:196).
12
d. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh gambaran
umum selama kegiatan penelitian.
6. Analisis Data
Penulis menganalisis data dengan menyusun dan mengolah
data yang terkumpul melalui catatan anekdotal dan catatan
observasi. Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus menerus
pada saat penelitian sehingga pembuatan laporan penelitian akan
menghasilkan suatu kesimpulan. Data kegiatan dianalisis dengan
menggunakan rumus persentase sebagai berikut (Sudjiono,
2010:43):
f
P= N x 100%
Keterangan:
P
= Persentase
f
= Poin yang diperoleh
N
= Jumlah Siswa
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap
pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika
penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.
13
1. BAB I, PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan
penelitian; hipotesis; manfaat penelitian; definisi operasional; metode
penelitian, yang meliputi rancangan penellitian, langkah-langkah
penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data;
dan sistematika penulisan.
2. BAB II, KAJIAN PUSTAKA
Mencakup konsep-konsep dan teori tentang:
a) Mata pelajaran bahasa Indonesia, yang meliputi: pengertian mata
pelajaran bahasa Indonesia, fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia,
tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia, ruang lingkup mata
pelajaran bahasa Indonesia, keterampilan dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia, dan hubungan antar keterampilan berbahasa.
b) Pengembangan
keterampilan
berbahasa,
yang
meliputi:
cara
meningkatkan kemampuan berbicara, metode pembelajaran berbicara,
ragam tes kemampuan berbicara, dan faktor penunjang dan faktor
penghambat keterampilan berbicara.
c) Metode sosiodrama, yang meliputi: pengertian metode sosodrama,
langkah-langkah metode sosiodrama, manfaat metode sosiodrama,
kelebihan-kelebihan metode sosiodrama, dan kelemahan-kelemahan
metode sosiodrama.
d) Kaitan keterampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan
metode sosiodrama.
3. BAB III, PELAKSANAAN PENELITIAN
14
Berisi tentang setting (tempat dan waktu penelitian), data siswa kelas
V SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan
deskripsi penelitian tindakan.
4. BAB IV, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan.
5. BAB V, PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk
meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan yang
merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut
(Departemen Agama RI, 2004:103).
Pembelajaran kebahasaan dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa. Di samping itu,
juga
untuk
mempertajam
kepekaan
perasaan
siswa
dan
meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan
memperluas wawasan. Siswa tidak hanya dihadapkan mampu
memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung,
melainkan juga informasi yang dilakukan secara berselubung atau
tidak secara langsung (Slamet, 2007:80).
Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, terdapat keterampilanketerampilan berbahasa yang perlu ditekankan, yaitu keterampilan
reseptif
(keterampilan
mendengarkan
dan
membaca)
dan
keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara).
16
Pengajaran bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan
reseptif,
sedangkan
tertingkatkan
pada
keterampilan
tahap-tahap
produktif
selanjutnya.
dapat
turut
Seterusnya,
peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa
yang terpadu (Slamet, 2007:6).
2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembagalembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai
pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat
perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan.
Selanjutnya, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu
sebagai lambang kebanggaan nasional, sebagai alat pemersatu
berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan
bahasa, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan
dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan (Slamet, 2007:5).
Menurut Keraf, bahasa (Indonesia), memiliki fungsi-fungsi
tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan pemakainya,
yakni:
a. Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
b. Sebagai alat untuk berkomunikasi
17
c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial
dalam lingkungan atau situasi tertentu
d. Sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Cahyani,
2009:36).
Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa
b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka pelestarian dan pengembangan budaya
c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk
meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni
d. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik
untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah
e. Sarana pengembangan penalaran
f. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui
khasanah kesusastraan Indonesia (Departemen Agama RI,
2004:103).
3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa
memiliki
peran
sentral
dalam
perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran
bahasa
diharapkan
18
membantu
peserta
didik
mengenal
dirinya,
budayanya
dan
budaya
orang
lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada
dalam dirinya.
Bahasa Indonesia adalah sarana komunikasi, untuk saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk
meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan Indonesia.
Adapun harapan pelajaran Bahasa Indonesia agar para siswa
mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, serta menghargai
manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia.
Standar
kompetensi
mata
pelajaran
Bahasa
Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar
kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk
19
memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan
global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia
ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan
tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
d. Menggunakan
bahasa
Indonesia
untuk
meningkatkan
kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Cahyani,
2009:42).
Secara umum tujuan pelajaran Bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara
20
b. Peserta didik memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk,
makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk bermacam-macam keperluan, tujuan, dan keadaan
c. Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia
untuk
meningkatkan
kemampuan
intelektual,
kematangan sosial, dan kematangan emosional
d. Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa
(berbicara dan menulis)
e. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra
untuk
mengembangkan
kepribadian,
memperluas
wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa
f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia
(Departemen Agama RI, 2004:104).
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Mendengarkan;
seperti
mendengarkan
berita,
petunjuk,
pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu,
kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato,
pembicaraan narasumber, dialog/percakapan, pengumuman
21
serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara
tepat serta mengapresiasi dan mengekspresikan sastra melalui
kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita
rakyat, cerita anak-anak, cerita binatang, puisi anak, syair lagu,
pantun, dan menonton drama anak.
b. Berbicara; seperti mengungkapkan gagasan dan
perasaan,
menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, sesuatu
proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat,
benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal,
gambar
seri,
kegiatan
sehari-hari,
peristiwa,
tokoh,
kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib,
petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi
sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng,
cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu,
pantun, dan menonton drama anak.
c. Membaca; seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat,
paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib,
pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan
berekspresi
sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra
berupa dongeng, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair
lagu, dan pantun. Kompetensi membaca juga diarahkan
menumbuhkan budaya membaca.
22
d. Menulis; seperti menulis karangan naratif dan non-naratif
dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan
ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata
yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat
majemuk serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi.
Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan
menulis (Departemen Agama RI, 2004:104).
5. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Menurut
Slamet
(2007:6),
keterampilan-keterampilan
berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran Bahasa
Indonesia
adalah
mendengarkan
dan
keterampilan
membaca)
dan
reseptif
(keterampilan
keterampilan
produktif
(keterampilan menulis dan berbicara).
a. Keterampilan menyimak/mendengarkan
Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa,
menginterpretasi,
mengidentifikasi,
menilai
dan
mereaksi terhadap makna yang terkandung di dalam simakan.
Kegiatan menyimak sangat fungsional dalam kehiduan seharihari. Menyimak berperan sebagai landasan bahasa, penunjang
keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan
berbicara, membaca dan menulis, memperlancar komunikasi
lisan, menambah informasi.
23
Sebagai suatu kegiatan bahasa yang reseptif, menyimak
merupakan suatu proses yang bertahapan. Tahapan-tahapan
tersebut meliputi: mendengar, memahami, menginterpretasi,
mengevaluasi, dan menanggapi. Untuk dapat menyimak
dengan baik diperlukan sejumlah kemampuan penunjang.
Kemampuan-kemampuan penunjang tersebut antara
lain
kemampuan memusatkan perhatian, kemampuan linguistik dan
non-linguistik,
kemampuan
menilai
dan
kemampuan
menanggapi.
Pada umumnya, menyimak dilakukan manusia dengan
tujuan untuk memperoleh informasi, fakta, dan inspirasi;
membedakan bunyi bahasa dengan tepat; menikmati dan
menghargai
pembicaraan;
menilai
hasil
simakan;
dan
meningkatkan keterampilan berbicara (Slamet, 2007:11-12).
Menurut Broto (1980:102), kegiatan mendengar adalah
kegiatan yang pertama dan utama bagi orang belajar bahasa.
Anak sejak semula belajar bahasa dari orang tuanya dari cara
mendengar. Dengan kegiatan mendengar, maka siswa dapat
melakukan kegiatan meniru, menangkap, menuliskan, dan
melakukan yang didengarnya.
b. Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan bahasa lisan yang bersifat
produktif. Berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan,
24
perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan
kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Karenanya, dalam
peristiwa berbicara, pembicara merupakan faktor yang utama
dalam menciptakan kegiatan yang komunikatif.
Menurut tujuannya, peristiwa berbicara dilaksanakan
dalam usaha untuk menciptakan suasana yang komunikatif. Di
dalam berbicara, pesan pembicara hendaknya diterima oleh
penyimak sebagai kesan yang diharapkan pembicara. Tingkat
kekomunikatifan pembicaraan ditentukan oleh pembicara dan
penyimak.
Kegiatan berbicara dapat efektif apabila pembicara
menguasai bahasa yang sama-sama dikuasai oleh penyimak.
Pembicara harus mampu mengungkapkan gagasan, perasaan,
dan kehendaknya dalam bahasa dan ujaran yang efektif. Untuk
itu diperlukan kemampuan linguistik yang berupa bentukbentuk fonologis, morfologis, sintaksis, diksi serta kemampuan
non-linguistik yang berupa mimik dan unsur kinestik yang lain
yang dapat menunjang keefektifan pembicaraan.
Menurut peristiwa komunikasinya, berbicara merupakan
kegiatan berbahasa yang situasional. Artinya, berbicara tidak
dapat dipisahkan dari situasi lingkungan tempat komunikasi
berlangsung (Slamet, 2007:12).
25
Dalam proses pelajaran berbahasa di sekolah, anak-anak
mengembangkan kemampuan berbicaranya secara vertikal,
tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat
mengungkapkan pesan dengan lengkap meskipun belum
sempurna. Makin lama kemampuan berbicaranya tersebut
menjadi makin sempurna dalam arti strukturnya menjadi
semakin benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimatkalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata
lain, pengembangan kemampuan berbicaranya tersebut tidak
secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan
wacana seperti halnya sejenis tataran linguistik (Slamet,
2007:122-123).
Menurut Broto (1980:102), kegiatan berbicara adalah
kegiatan yang sifatnya produktif setelah kegiatan mendengar
dilakukan. Tujuan pembelajaran berbicara pada umumnya ialah
agar dapat menggunakan bahasa secara lisan.
Yang termasuk kegiatan berbicara ialah kegiatan bercerita,
berdiskusi, bertanya jawab, berpidato, membuat laporan lisan,
dan lain-lain.
c. Keterampilan Membaca
Membaca merupakan salah satu kemampuan berbahasa
yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca,
seseorang akan dapat memperoleh informasi ilmu pengetahuan
26
dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari
bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu
mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya
dan memperluas wawasannya. Maka kegiatan membaca
merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang
ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu pembelajaran
membaca permulaan di sekolah dasar mempunyai peranan yang
penting (Slamet, 2007:58).
Ada tiga hal pengembangan yang perlu diarahkan kepada
anak dalam pengajaran membaca, yaitu:
1) Pengembangan sosial anak
2) Pengembangan fisik anak
3) Pengembangan kognitif anak, yakni membedakan bunyi,
metode memisahkan kata dan makna (Slamet, 2007:139).
Menurut Broto (1980:143), kemampuan membaca dalam
arti mengerti atau memahami isi bacaan, dapat dilakukan
dengan latihan-latihan membaca beberapa kalimat yang disertai
gambar.
Yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah
dapat memahami fungsi dan makna yang dibaca, dengan jalan
mengucapkan bahasa, mengenal bentuk, memahami isi yang
dibaca.
27
d. Keterampilan Menulis
Menulis menurut McCrimmon dalam bukunya Slamet
(2007:141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan
mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis,
menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat
memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya menulis
itu, bunkan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja,
melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan,
ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh
karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang
sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai.
Menurut Heaton dalam bukunyaSlamet
sebagai
bagian
dari
keterampilan
(2007:141),
berbahasa,
menulis
merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh
karena itu, keterampilan menulis dikuasai seseorang jika sudah
menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian,
keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan
berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai
keterampilan menyimak, berbicara dan membaca.
Menurut Byrne dalam bukunya Slamet (2007:141-142),
keterampilan pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan
menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan
kata-kata disusun menjadi kalimat meurut peraturan tertentu,
28
melainkan
keterampilan
menulis
adalah
kemampuan
menuangkan buah pikiran ke bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga
buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca
dengan berhasil. Keterampilan menulis menuntut kemampuan
menggunakan
pola-pola
bahasa
secara
tertulis
untuk
mengungkapkan suatu gagasan ini. Keterampilan menulis ini
mencakup berbagai
keterampilan, misalnya
kemampuan
menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan
mengorganisasikan
wacana
dalam
bentuk
karangan,
kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata
serta lainnya.
Yang dimaksud kemampuan menulis adalah terampil
membuat huruf-huruf (besar maupun kecil) dengan jalan
menyalin atau meniru tulisan-tulisan dalam bentuk struktur
kalimat. Kemampuan menulis seperti ini bisa kita sebut
kemampuan menulis teknis (teknik).
Kemampuan teknis yang lebih penting adalah kemampuan
menulis berdasarkan pengertian komposisi atau kemampuan
merangkai bahasa atau mengarang (Broto, 1980:143).
6. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa
Keempat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat,
29
meskipun masing-masing memiliki ciri tertentu. Adanya hubungan
yang erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering
meningkatkan keterampilan yang lain.
a. Hubungan Antara Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang
saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada
yang membacanya dan tidak ada yang dapat dibacanya kalau
belum ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa
tertulis, dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat
dilihat yang mewakili kata-kata yang diucapkan serta
pengalaman dibalik kata-kata tersebut.
Dalam menulis, anak lebih suka menggunakan kata-kata
yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam
bahan bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi
yang telah dibaca dan dikuasai oleh anak yang tidak pernah
muncul dalam tulisan. Hal itu terjadi, karena untuk
menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan
yang lebih mendalam, dalam hal penerapan kata tersebut dari
pada sekedar memahaminya ketika membaca.
b. Hubungan Antara Berbicara dan Menulis
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif
atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan
informasi.
Dalam
berbicara
30
dan
menulis
dibutuhkan
kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam
berbicara dan simbol tertulis dalam menulis.
Dalam
kegiatan
berbicara
maupun
menulis,
pengorganisasian pengertian sangat penting. Pengorganisasian
ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun
kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan
kepada orang lain untuk dibaca. Sebaliknya setelah suatu pesan
yang tidak teratur dikatakan orang lain, meskipun telah
dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik kerap kali
masih tetap ada dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak
pembicara yang merencanakan apa yang akan dikatakan dalam
bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan. Namun
kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk
mencapai kesiapan menulis. Bahasa lisan dipelajari lebih
dahulu oleh anak-anak dan pada umumnya mereka tidak
mengutarakan secara tertulis hal-hal yang tidak mereka kuasai
secara lisan.
Menurut U. S. dan Arsjad (1988:250) kemampuan
berbicara tidak hanya mempunyai hubungan timbal balik
dengan kemampuan mendengarkan, tetapi juga berhubungan
dengan
kemampuan
menulis
dan
membaca.
Seorang
pembicara yang baik umumnya mempersiapakan persiapan
tertulis. Sering seseorang yang akan berbicara, baik berbentuk
31
pidato, diskusi atau seminar memperlukan persiapan tertulis.
Dalam hal ini setidaknya ia hendaknya sudah memiliki
kemampuan dasar-dasar menulis.
c. Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang
saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada
yang perlu dikatakan jika tidak ada seseorangpun yang
mendengarkan dan meskipun mungkin kita dapat menyimak
nyanyian, komunikasi yang diucapkan merupakan hal yang
utama
yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara
merupakan
keterampilan
berbahasa
lisan,
keduanya
membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbolsimbol lisan.
Menurut Ross dan Roe dalam bukunya Slamet (2007:84),
pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan
dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anakanak tidak hanya menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami.
Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan guru menjadi
model berbahasa yang baik. Supaya anak-anak tidak
menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar.
d. Hubungan Antara Menyimak Dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif.
Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari
32
orang lain. Dalam menyimak maupun dalam membaca
dibutuhkan penyandian simbol-simbol, menyimak bersifat
lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.
Penyandian kembali simbol-simbol lisan (menyimak)
hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke
pengalaman
yang mejadi
sumbernya.
Misalnya
ketika
seseorang akan menyimak kalimat ―Besok ayah belikan
bola― anak menghubungkan dengan alat permainan yang
digunakan bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti
kata-kata yang disimaknya. Penyandian kembali simbol-simbol
tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu
dari simbol tertulis kesimbol lisan, selanjutnya pengalaman
yang menjadi sumbernya. Ketika membaca kata bola, anak
mengucapkan
dalam
hati
kata
tersebut.
Setelah
itu
menghubungkannya dengan benda yang digunakan untuk
bermain sepak bola. Oleh karena itu, keterampilan menyimak
bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena
menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan
membaca, kecuali pada tingkat penndiannya (Slamet, 2007:
82-84).
33
B. Pengembangan Keterampilan Berbicara
1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Menurut Slamet (2007:126) salah satu bentuk kemampuan
berbicara adalah percakapan. Dalam pembelajaran percakapan ini
sebenarnya dapat menggunakan tehnik percakapan terbimbing dan
bebas. Percakapan terbimbing disini bukan berarti siswa diarahkan
untuk menghafal teks, melainkan dibimbing dengan sebuah
kerangka petunjuk dan kerangka pola bahasa. Melalui tehnik ini
siswa dapat menciptakan bahasanya sendiri.
Para
siswa
mempelajari
strategi
dan
keterampilan
melakukan sosialisasi dan percakapan ketika mereka berpartisipasi
dalam percakapan di kelompok kecil. Para siswa mempelajari cara
memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh giliran,
menjaga
agar
percakapan
beerlangsung
terus,
mendukung
komentar dan pertanyaan orang atau kelompok, mengatasi
perbedaan pendapat dan mengakhiri percakapan. Mereka juga
belajar
tentang
peranan
kemampuan
berbicara
dalam
mengembangkan pengetahuan.
Untuk memulai percakapan, seorang siswa secara suka rela
atau dengan ditunjuk guru membuka pembicaraan. Kadang-kadang
guru menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemudian
seorang siswa mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan
tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya.
34
Para siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau
mengajukan pertanyaan, mereka mendukung pendapat temanteman kelompok dan memperluas komentar mereka. Lewat
percakapan, para siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan.
Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas atau
menanggapi pertanyaan (Slamet, 2007:123-124).
Sementara itu, kesempatan yang baik untuk mengebangkan
kemampuan berbicara adalah pada tahap publikasi, dalam proses
menulis. Anak diminta merubah karangannya dalam bentuk drama
pendek yang diperankan dikelas. Pada kesempatan memerankan
adegan inilah anak memperlihatkan dan mempelajari keterampilan
berakting dari teman-temannya.
Di dalam kegiatan dramatik memiliki kekuatan sebagai
suatu tehnik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid
dalam kegiatan berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman
belajar secara aktif dan memadukan empat keterampilan berbahasa
khususnya apabila anak-anak diminta mengarang sendiri naskah
drama sederhana yang akan dimainkan (Slamet, 2007: 126).
Menurut Ellis dalam Human dalam bukunya Slamet
(2007:122), mengemukakan ada tiga cara untuk mengembangkan
secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara: (1)
menirukan pembicaraan orang lain, (2) mengembangkan bentukbentuk ujaran yang telah dikuasai, (3) mendekatkan atau
35
menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu betuk ujaran sendiri yang
belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah
benar.
Kesulitan dalam berbicara, seperti halnya kesulitan dalam
menyimak, disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang
menimbulkan kesulitan berbicara adalah yang datang dari teman
bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan bicara teman
berbicara menafsirkan makna pembicaraan dan agar komunikasi
dapat berlangsung terus sampai tujuan pembicaraan tercapai.
Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan,
maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komunikasi
tidak tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna
pembicaraan maka komunikasi terputus atau dengan kata lain
tujuan komunikasi tidak tercapai.
Berbagai jenis kegiatan dalam proses pembelajaran
berbicara, yaitu:
a. Percakapan
b. Berbicara estetik (bercerita/mendongeng)
c. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi
d. Kegiatan dramatik (Slamet, 2007:122-123).
Menurut Broto (1980:142), latihan lagu kalimat dan
pengucapan kata daharapkan dapat meningkatkan keterampilan
berbahasa lisan.
36
Latihan-latihan cakapan (diskusi, dialog) serta latihanlatihan membuat laporan lisan juga dapat menambah keterampilan
berbicara.
Persoalan yang tidak kurang pentingnya agar siswa
terampil berbicara adalah latihan-latihan keberanian berbicara.
Selain bergantung pada sikap guru,tugas-tugas mengadakan
komunikasi dengan oranng lain (selain guru kelas) dapat juga
menimbulkan keberanian berbicara.
2. Kriteria Metode Pembelajaran Berbicara
Slamet
(2007:32)
menyebutkan
bahwa
metode
pembelajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria.
Berbagai kriteria yang harus dipenuhi oleh metode berbicara antara
lain:
a. Relevan dengan tujuan
b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran
c. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses
d. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang
e. Merancang siswa untuk bisa belajar
f. Mengembangkan penampilan siswa
g. Tidak menuntut peralatan yang rumit
h. Mengembangkan kreatifitas siswa
i. Mudah melaksanakan
j. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan
37
3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara
Secara umum, bentuk tes yang digunakan dalam tes
kemampuan berbicara adalah tes subjektif yang berisi perintah
melakukan kegiatan berbicara, beberapa tes yang dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan berbicara dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Tes Kemampuan Berbicara Berdasarkan Gambar
Bentuk
tes
ini
berupa
seperangkat
gambar
yang
merupakan satu rangkaian cerita dan testi diminta untuk
menjawab pertanyaan sehubungan dengan rangkaian atau
gambar atau menceritakan rangkaian gamabar.
b. Wawancara
Tes wawancara dipakai untuk mengukur kamampuan testi
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Testi harus
memiliki kemampuan berbicara yang memadai. Hal yang
ditanyakan dalam wawancara bersifat umum disesuaikan
dengan kondisi testi.
c. Diskusi
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan testi
menyampaikan pendapat, mempertahankan pendapat, serta
menanggapi atau pikiran yang disampaikan oleh peserta diskusi
yang lain scara kritis. Aspek yang dinilai berupa: ketepatan
penggunaan struktur bahasa, ketepatan penggunaan kosa kata,
38
kefasihan
dan
kelancaran
menyampaikan
gagasan
dan
mempertahankannya, kekritisan menanggapi pikiran yang
disampaikan peserta diskusi yang lain.
d. Bercerita
Tes kemampuan berbicara yang berbentuk bercerita
dilakukan dengan meminta testi untuk mengungkapkan sesuatu
(pengalaman atau topik tertentu). Bahan cerita sebaiknya
disesuaikan dengan perkembangan atau keadaan testi. Sasaran
utama dapat berunsur linguistik (penggunaan bahasa dan cara
bercerita) serta hal yang diceritakan, ketepatan, kelancaran dan
kejelasannya.
e. Ujian Terstruktur
Untuk menguji kemampuan testi dapat dilakukan dengan
menggunakan ujian terstruktur, yang pelaksananya berupa:
1) mengatakan kembali
2) membaca kutipan
3) mengubah kalimat, dan (dengan) membuat kalimat.
Sasaran tes berbicara meliputi: (a) relevansi dan kejelasan
isi
pesan,
masalah,
atau
topik,
(b)
kejelasan
dan
pengorganisasian isi,
(c) penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan isi,
tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar.
39
Tergantung pada kebutuhan dan hakikat penyelenggaraan suatu
tes bicara yang diselenggarakan. Rincian sasarannya dapat
berupa kriteria yang umum dan luas atau bersifat lebih khusus
dan terinci. Yang penting diupayakan dalam penyelenggaraan
tes berbicara yang baik atau penetapan titik berat sasaran tes
dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan
dalam melakukan penilaian (Soenardi, 2008: 119).
f. Penilaian Kemampuan Berbicara
Penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan secara
aspektual atau secara komprehensif. Penilaian secara aspektual
dapat dibedakan menjadi aspektual individual dan aspektual
kelompok.
Sedangkan
kemampuan
berbicara
secara
komprehensif juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
penilaian komprehensif individual dan penilaian komprehensif
kelompok (Slamet, 2007: 208).
4. Faktor Penunjang Dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara
a. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara
1) ketepatan ucapan
2) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai
3) pilihan kata
4) gerak-gerik
5) mimik yang tepat
6) kenyaringan suara
40
7) kelancaran
8) relevansi dan penalaran
9) Penguasaan
topik
(http://lisdianakurniasih.blogspot.com
/2012/04/mengembangkan-ketrampilan-berbicara.html)
yang diakses pada pukul 20:57 WIB., tanggal 2 Juni 2013.
Menurut
U.S
dan
Arsjad
(1988:17)
faktor-faktor
kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara adalah
sebagai berikut:
1) ketepatan ucapan
2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
3) pilihan kata (diksi)
4) ketepatan sasaran pembicaraan
Selain
faktor
dari
kebahasaan,
kenonbahasaan yang menunjang
ada
juga
keefektifan pembicaraan
yaitu:
1) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
2) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
3) kesediaan menghargai pendapat orang lain
4) gerak-gerik dan mimik yang tepat
5) kenyaringan suara
6) kelancaran
7) relevansi atau penalaran
8) penguasaan topik (U.S dan Arsjad, 1988:20)
41
faktor
b. Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara
1) Faktor
fisik, yaitu faktor yang ada pada diri partisipan
sendiri dan yang berasal dari luar partisipan
2) Faktor media, yaitu faktor linguistik dan faktor non
linguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat
gerak bagian tubuh
3) Faktor
psikologis,
kondisi
kejiwaan
partisipan
berkomunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis
dan
sakit
(http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengemban
gkan-ketrampilan-berbicara.html) yang diakses pada pukul
20:57 WIB., tanggal 2 Juni 2013.
C. Metode Sosiodrama
1. Pengertian Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran
untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara
manusia seperti masalah yang menyangkut kenakalan remaja,
narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya.
Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkannya (Depdiknas, 2008:23).
42
Sociodrama is a learning method that creates deep
understanding of the social systems that shape us individually and
collectively (Brown, 2005), artinya sosiodrama adalah metode
belajar yang menciptakan pemahaman yang mendalam mengenai
pembentukan sistem sosial secara individu dan kolektif.
“Sociodrama” is a dramatic enactment of real life
situations or conflicts that often go unresolved. Sosiodrama adalah
diberlakukannya dramatis situasi kehidupan nyata atau konflik
yang belum terselesaikan.
Trefingger (1980) membatasi sociodrama is a group
problem solving enactment that focuses on a problems involving
human relation dalam sosiodrama ini masalah hubungan antar
manusia merupakan yang ditonjolkan.
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik
benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah
model pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi
kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem
sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.
2. Langkah-Langkah Metode Sosiodrama
Awal pembelajaran guru memperkenalkan aturan main dari
model pembelajaran yang akan digunakan kepada siswa.
a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
43
b. Guru mengarahkan siswa untuk menentukan tema dan skenario
yang meliputi situasi, masalah, peristiwa dan latar
c. Siswa secara bergantian memerankan drama yang telah
disiapkannya
d. Guru sebagai sutradara (fasilitator) dapat menghentikan drama
(apabila esensi atau pokok yang akan dibahas telah dicapai)
e. Guru mengarahkan pada diskusi. Pada proses ini guru dan
siswa
memberikan
komentar,
kesimpulan,
atau catatan
mengenai topik yang diangkat dalam sosiodrama dan tanggapan
mengenai
penampilan
siswa
(http://abitadya.wordpress.com/2012/02/28/32/modelpembelajaran-sosiodrama.html) yang diakses pada pukul 21:49
pada tanggal 2 Juni 2013.
Selain itu, guru harus melaksanakan beberapa teknik agar
metode ini berhasil dengan efektif, yakni:
a. Guru harus menerangkan kepada siswa, bahwa dengan jalan
sosiodrama siswa diharakan dapat memecahkan masalah
hubungan social yang aktual ada di masyarakat, maka
kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan
berperan; masing-masing akan mencari pemecahan masalah
sesuai dengan perannya. Dan siswa yang lain jadi penonton
dengan tugas-tugas tertentu pula.
44
b. Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik
minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik,
sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan
masalah itu.
c. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa
menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama.
d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan,
harap ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan
apakah ia tepat untuk perannya itu. Bila tidak ditunjuk saja
siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta
pengalaman seperti yang diperankan itu.
e. Jelaskan
sehingga
pada
pemeran-pemeran
mereka
tahu
tugas
itu
sebaik-baiknya,
perannya,
menguasai
masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog.
f. Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif,
di samping mendengar dan melihat mereka harus member
saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah
sosiodrama selesai.
g. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam
menimbulkan kalimat pertama dalam dialog.
h. Setelah sosiodrama itu dalam situasi klimaks, maka harus
dihentikan
agar
keungkinan-kemungkinan
pemecahan
masalah dapat didiskusikan secara umum. Sehingga para
45
penonton ada kesempatan untuk berendapat, menilai
permainan, dan sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan
pula bila sedang menemui jalan buntu.
i. Sebagai tindak lanjut dari hasil disikusi, walau mungkin
masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka tanyajawab, diskusi, atau membuat karangan yang berbentuk
sandiwara (Roestiyah, 1989:92)
3. Manfaat Metode Sosiodrama
a. Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan,
yang mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau
diskusi.
b. Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi
mereka juga ikutmerasakan perasaan dan pikiran orang lain
bila berhubungan dengan sesama manusia,seperti halnya
penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam
suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa
marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.
c. Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan
memperdalam
pengertian
mereka
tentang
orang lain
(http://www.scribd.com/doc/50993145/Metode-SosiodramaDan-Bermain-Peran-role-playing) diakses
tanggal 2 Juni 2013.
46
pada pukul 23:00
4. Kelebihan Metode Sosiodrama
Menurut Roestiyah (1989:93), metode sosiodrama memiliki
kelebihan, yaitu siswa lebih tertarik perhatiannya kepada
pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi
mereka. Karena mereka bermain peranan sendiri, maka mudah
memahami masalah-masalah sosial itu. Bagi siswa dengan
berperan seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan diri
seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang
lain, dapat mengakui pendapat orang lain sehingga dapat
menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi,
dan cinta kasih terhadap sesama makhluk. Akhirnya siswa dapat
berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa
menghayati sendiri permasalahannya. Juga penonton tidak pasif,
tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.
Kelebihan metode sosiodrama secara umum, yaitu:
a. Dapat memberikan kesan yang kuat dan tahan lama dalam
ingatan siswa
b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinan kelas
menjadi dinamis dan penuh antusias
c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri
siswa
serta
menimbulkan
kesetiakawanan yang tinggi
47
rasa
kebersamaan
dan
d. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah
dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di
dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
5.
Kelemahan Metode Sosiodrama
Menurut
Hariyanto
(2008:1),
metode
sosiodrama
mempunyai kelemahan sebagai berikut:
a. Tidak mudah dilakukan untuk kelas besar dengan jumlah siswa
lebih dari 30 siswa dengan hanya satu guru
b. Waktu yang dibutuhkan relatif cukup lama untuk mempersiapkan
pembelajaran metode sosiodrama seperti ini
D. Kaitan Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan Metode Sosiodrama
Salah satu bentuk peningkatan kemampuan berbicara adalah
percakapan. Dalam pembelajaran percakapan ini dapat menggunakan
teknik percakapan terbimbing dan bebas.
Di dalam kegiatan dramatik memiliki kekuataan sebagai suatu tenik
pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiata
berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif,
dan memadukan empat keterampilan berbahasa.
Bentuk lain dalam bermain drama, anak-anak ada yang berperan
sebagaiib narator, yakni yang membacakan deskripsi cerita.anak-anak
yang lain memerankan semua pelaku cerita yang telah ditentukan.
48
Dalam memilih naskah drama, guru harus mencari naskah drama
byang memiliki perwatakan byang kuat dan menggunakan gaya
penyajian yang lembut. Anak-anak harus memahami karakter pelaku
yang akan diperankannya sehingga dapat memerankannya dengan
baik. Dengan kata lain, dalam kesempatan ini para murid dapat
menunjukkan kemampuannya dalam menerjemahkan tulisan ke dalam
bahasa lisan yang ekspresif sebagai ungkapan perasaan dan pikiran.
Salah satu kompetnsi dasar pembelajaran yang erat kaitannya
dengan peningkatan kemampuan berbahasa lisan adalah bermain
peran/dramatisasi. Dalam kegiatan dramatisasi anak akan merasa
nyaman dalam keleluasaan gerak sesuai dengan skenario drama
tersebut sehingga semua anak tanpa kecuali berani tampil di muka
umum. Anak-anak mealui kegatan drama juga dapat menghasilkan
reaksi-reaksi ekspresi spontan yang kreatif. Artinya, melalui
dramatissi ini anak akan dapat memecahkan masalah berdasarkan
pengalaman, pengethuan, dan pemahamannya sendiri. Jadi tdak perlu
merasa enggan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa lisan
melalui dramatisasi ini. Hal tersebut sejalan dengan pendapatpendapat Harjasujana dalam Supriatna (2003:15) yang menyatakan
bahwa pengalaman dan pengetahuan seni drama akan meningkatkan
‗‗kepekaan terhadap rasa keindahan― pada diri siswa.
Dengan pegalaman bersastra, khususnya dramatisasi, siswa
belajar secara menyeluruh tentang mengalami ssuatu yang terjadi pada
49
diri manusia, dalam perjalanan hidupnya yang menyenangkan, yang
diamati, yang dipikirkan, yang diprakarsai, dan yang dikerjakan
bersama-sama. Pengalaman menjadikan siswa lebih arif dan lebih
mamu untuk mengatasi masalah-masalah panik.
Dramatisasi adalah salah strategi pembelajaran yang diarahkan
untuk
memecahkan
masalah-masalah
itu.
Strategi
tersebut
menempatkan seseorang di dalam sitasi rang lain. Selain itu,
dramatisasi memungkinkan pemerannya untuk belajar watak orang
lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan
dengan orang lain. Dalam seperti itulah mereka harus memecahkan
masalah.
Hal lain yang akan diperoleh dari kegiatan ini adalah adanya
tuntutan untuk mengerti dan memahami pendapat orang lain.
Perbedaan pendapat dalam kehidupan adalah hal yang biasa. Oleh
karena itu, lewat dramatisasi seseorang harus mengeluarkan
pendapatnya, mengemukakan argumentasi, serta mempertahankan
pendapatnya itu (Slamet, 2007:126-128).
50
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian
1. Profil Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02:
Nama Sekolah
: SDN Tegalrejo 02
Nomor Statistik
: 101032202045
Propinsi
: Jawa Tengah
Otonomi Daerah
: Kabupaten Semarang
Kecamatan
: Tengaran
Desa/Kelurahan
: Tegalrejo
Kode Pos
: 50775
Telepon
:-
Fax
:-
Daerah
: Pedesaan
Status Sekolah
: Negeri
Kelompok Kelas
: 6 kelas
Surat Keputusan
: 4222/002/XII/149/87
Tanggal
: 01-08-1987
Penerbit SK Ditandatangani Oleh
: Gubernur Jawa Tengah
Tahun Berdiri
: 1983
Kegiatan Belajar Mengajar
: Pagi
Bangunan Sekolah
: Milik Sendiri
51
Lokasi Sekolah
: Pedesaan
Jarak ke Pusat Kecamatan
: 4 km
Terletak pada Lintasan
: Solo-Semarang
Jumlah Keanggotaan Siswa
: 85 siswa
2. Rincian Data Jumlah Siswa dan Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo
02
Tabel 3.1 Data Jumlah Sisa SDN Tegalrejo 02
No
Kelas
1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
Jumlah
Siswa
Jumlah Siswa
L
P
10
7
6
6
4
7
2
14
4
10
11
4
Total 37
48
Jumlah
17
12
11
16
14
15
85
Tabel 3.2 Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02
N
o
1
Nama Guru
Sarsono, S.Pd
L/P Pendidikan
Terakhir
L
S1
2
Sunardi, S.Pd.SD
L
S1
3
Hadi Supriyo, S.Pd.SD
L
S1
4
Tamami, S.Pd.I
L
S1
5
Umi Muryanti, S.Pd.SD
P
S1
6
S1
7
Siti
Muthoyyimah, P
S.Pd.SD
Anik Listiyaningsih, S.Pd P
8
Siti Khoiriyah, A.Md
P
D2
9
Wiwik Kurniawati
P
D2
52
S1
Jabatan
Kepala
Sekolah
Guru Kelas
2
Guru Kelas
3
Guru
Agama
Islam
Guru Kelas
6
Guru Kelas
5
Guru Kelas
1
Guru Kelas
4
Guru Mapel
10
11
Wachid Setiawa, A.Md
Suwanto
L
L
SMA
Guru Mapel
Tukang
Kebun
Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 selalu berusaha meningkatkana
mutu pendidikan dan berusaha menjadi sekolah favorit dengan cara
mengadakan bimbingan belajar dan bekerja sama dengan masyarakat
secara baik.
a. Visi, Misi, dan Tujuan SDN Tegalrejo 02
1) Visi SDN Tegalrejo 02
Unggul dalam prestasi, luhur dalamm budi pekerti serta
berakhlak mulia.
2) Misi SDN Tegalrejo 02
a) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar
mengajar
b) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan
masyarakat
c) Meningkatkan kedisiplinan dan ketertiban segala bidang
d) Meningkatkan prestasi
dalam
bidang ekstrakurikuler
Olahraga dan Pramuka
e) Mengembangkan sistem pendidikan nasional melalui pola
Manajemen
Berbasis
Sekolah
(MBS),
dengan
melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efisien, dan menyenangkan (PAIKEM)
53
f) Menyelenggarakan program pembelajaran yang berakar
pada nilai-nilai agama
3) Tujuan SDN Tegalrejo 02
a) Mengupayakan siswa kelas VI lulus 100%
b) Berprestasi di berbagai lomba dari tingkat kecamatan
c) Mengadakan tambahan jam pelajaran
d) Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler
e) Membina siswa yang berkebutuhan khusus
f) Perbaikan halaman dan taman sekolah
g) Penambahan bangku duduk siswa
4) Tujuan Jangka Menengah SDN Tegalrejo 02 (4 Tahun)
a) Berprestasi di berbagai lomba dari tingkat kecamatan dan
kabupaten
b) 80% siswa yang tamat memiliki keterampilan berbahasa
inggris
c) Rehabilitasi gedung sekolah
d) Pengadaan laptop dan LCD
e) Pengadaan ruang perpustakaan
f) Pengadaan perabotan kantor
g) Perbaikan sumur
5) Tujuan Jangka Panjang SDN Tegalrejo 02 (8 Tahun)
a) 80% siswa yang tamat memiliki keterampilan berbahasa
inggris
54
b) Berprestasi di berbagai lonba dari tingkat kecamatan
sampai propinsi
c) Pengadaan media pembelajaran, LCD, laptop
d) Pavingisasi halaman sekolah
e) Rehabilitasi gedung sekolah
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan peneliti
untuk melakukan penelitian. Survey tempat, kondisi dan keadaan
siswa, konsultasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2013. Penelitian siklus I pada
tanggal 22 Juli 2013 dan penelitian siklus II pada tanggal 25 Juli
2013.
B. Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02
Pada penelitian ini, subjeknya adalah siswa kelas V yang
berjumlah 14 siswa, terdiri dari 4 orang laki-laki dan 10 orang
perempuan. Berikut disajikan data siswa kelas V SDN Tegalrejo 02
kecamatan Tengaran kabupaten Semarang:
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02
No Nama
1
2
3
4
5
6
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Aulia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Jenis
Kelamin
L
P
P
P
P
L
55
7
8
9
10
11
12
13
14
Isti Qomariyah
Kiki
Wildan
Dirgahayu
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur Aliyah
Amjad Ainur Rifqi
P
P
P
P
P
L
P
L
C. Deskripsi Penelitian Tindakan
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1
Penelitian
ini
dilakukan
atas
empat
tindakan,
yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dengan rincian
sebagai berikut:
a. Perencanaan
Ada tahap ini peneliti membuat suatu rancangan yaitu
menentukan
waktu,
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membuat instrument penelitian yang
berupa
lembar observasi. Pada
siklus 1 ini
peneliti
mempersiapkan sebuah rancangan yang dibuat atas hasil dari
keadaan kondisi awal (kelemahan dan kelebihan). Sesuai
tujuan bahwa penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan
keterampilan
berbicara
pada
siswa,
maka
peneliti
menggunakan metode sosiodrama karena dianggap sesuai.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan hal-hal yang telah
dirancang sebelumnya. Melaksanakan RPP
56
yang telah
disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Tindakan pelaksaan ini
merupakan perbaikan, pengembangan, dan peningkatan dari
kondisi awal.
Untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
siswa
dalam
pembelajaran digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditentukan guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia, yakni jika nilai siswa tidak atau belum memenuhi
KKM tersebut, dinyatakan belum tuntas. Sebaliknya, jika nilai
siswa sama atau diatas KKM yng telah ditentukan dinyatakan
tuntas.
c. Observasi
Observasi merupakan tahap pengamatan yang difokuskan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, aspek yang diamati
adalah diksi (pilihan kata), intonasi, pelafalan, ekspresi, dan
kelancaran dalam berbicara.
Indikator pilihan kata (diksi) sebagai berikut:
1) Mengkomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata
yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia
2) Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif)
tanpa salah penafsiran atau salah makna
3) Menghasilkan respon pembaca atau pendengar
4) Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan
57
Indikator intonasi adalah tinggi rendahnya suara ketika
seseorang mengucapkan kata atau kalimat.
Indikator pelafalan sebagai berikut:
1) Menggunakan bunyi yang tepat dalam mengucapkan kata
2) Memberikan tekanan pada suku kata yang tepat
3) Dalam banyak bahasa, memperhatikan diakritik
Indikator ekspresi adalah adanya kontak mata dengan
penonton dan mimik wajah sesuai dengan yang diucapkan.
Peneliti membuat skala untuk mengukur aspek pilihan kata,
intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam berbicara
dengan kategori sebagai berikut:
1) Sangat Baik, dengan skor 4
2) Baik, dengan skor 3
3) Cukup, dengan skor 2
4) Kurang, dengan skor 1
d. Refleksi
Refleksi merupakan tahap evaluasi dan perbaikan kegiatan
yang dilakukan sebelumnya. Pada tahap refleksi diketahui
kelebihan dan kelemahan atas kegiatan yang telah dilakukan,
sehingga dapat menjadi acuan untuk melaksanakan kegiatan
selanjutnya.
58
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2
Pada siklus 1 masih terdapat beberapa kelemahan, seperti
beberapa siswa yang masih kurang percaya diri dalam berperan.
Untuk itu, peneliti melanjutkan ke tahap siklus 2. Seperti pada
siklus
sebelumnya,
siklus
2
ini
merupakan
perbaikan,
pengembangan, dan peningkatan belajar mengajar yang didasarkan
atas hasil refleksi pada siklus 1 yang telah dilakukan.
Pada siklus dua ini diperoleh hasil yang menunjukkan
peningkatan yang baik dari siklus sebelumnya, dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa sebesar 28,57%, dengan peningkatan
pilihan kata sebesar 28,57%; peningkatan intonasi sebesar 21,43%;
peningkatan kelancaran dalam berbicara sebesar 7,14%; dan
peneliti merasa bahwa hasil yang diperoleh cukup memuaskan,
sehingga penelitian hanya dilakukan sampai siklus dua saja.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data hasil berbicara
siswa tanpa menggunakan metode sosiodrama, yaitu dengan
bercerita di depan kelas mengenai liburan sekolah mereka, dengan
pelaksanaan sebagai berikut:
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa
c. Guru melakukan presensi siswa
d. Guru melakukan apersepsi
e. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan
f. Guru menjelaskan tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerita
g. Guru menyuruh siswa untuk membuat kerangka karangan
untuk bercerita tentang liburan sekolah mereka
h. Siswa maju ke depan kelas untuk bercerita
i. Guru melakukan evaluasi tentang cerita-cerita yang telah siswa
bawakan di depan kelas
j. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok untuk persiapan
pertemuan selanjutnya, yaitu pelaksanaan metode sosiodrama
60
k. Dalam satu kelompok dibagikan satu naskah/skenario tentang
cerita rakyat
l. Kelompok 1 mendapat naskah ―Malin Kundang‖ dan kelompok
2 mendapat naskah ―Cindelaras‖
m. Guru meminta siswa untuk membagi peran dan berlatih
n. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan dalam
pertemuan selanjutnya
o. Guru dan siswa berdo‘a bersama
p. Guru mengucapkan salam
Dan dari pengamatan yaitu pada lembar observasi saat siswa
bercerita di depan kelas, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Aulia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki
Wildan
Dirgahayu
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur Aliyah
Amjad Ainur Rifqi
Nillai
55
65
55
80
55
70
55
55
Keterangan
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
70
80
85
65
55
65
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa pada kondisi
awal, siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau di atas nilai
KKM, yaitu nilai 7,0 adalah 5 orang dari seluruh siswa yang
61
berjumlah 14 orang atau jika dipersentase adalah 35,71%.
Persentase itu dapat diperoleh denngan cara sebagai berikut:
f
P= N x 100%
Keterangan:
P
= Persentase
f
= Poin yang diperoleh
N
= Jumlah Siswa
Melihat ketuntasan yang hanya 5 siswa, pada kondisi awal
ini memang terdapat beberapa aspek yang harus dibenahi,
diantaranya aspek keterampilan berbicara yang meliputi pemilihan
kata, intonasi, maupun ekspresi.
Tabel 4.2 Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara
No
1
2
3
4
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
1
8
4
1
14
Persentase
7,14
57,14
28,58
7,14
100
Tabel 4.3 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara
No
1
T 2
3
a
4
b
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
0
3
2
9
14
62
Persentase
0
21,43
14.285
64,285
100
Tabel 4.4 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara
No
1
2
3
4
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
5
4
5
0
14
Persentase
35,71
28,58
35,71
0
100
Tabel 4.5 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara
No
1
2
3
4
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
Persentase
0
4
7
3
14
0
28,58
50
21,42
100
Tabel 4.6 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara
No
1
2
3
4
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
1
8
3
2
14
Persentase
7,14
57,14
21,43
14,29
100
Berdasarkan data hasil keterampilan berbicara, juga dalam
kategori pilihan kata,intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran
dalam keterampilan berbicara, maka peneliti dapat menentukan
kelemahan kegiatan belajar mengajar pada kondisi awal.
Kelemahan tersebut dikarenakan metode yang digunakan dalam
pembelajaran belum sesuai untuk mendukung peningkatan
keterampilan berbicara siswa.
63
Dari masalah di atas, hal-hal yang perlu peneliti perhatikan dan
melakukan perbaikan pada siklus I adalah:
a. Mencoba
membuat
kegiatan
belajar
mengajar
lebih
menyenangkan dan tidak membosankan dengan melakukan
metode sosiodrama dalam menyampaikan materi selanjutnya.
b. Mengaktifkan kegiatan pembelajaran, membuat kegiatan
belajar mengajar lebih santai sehingga siswa tidak akan merasa
tertekan.
c. Menerapkan metode sosiodrama guna menunjang tercapainya
peningkatan keterampilan berbicara.
2. Siklus 1
a. Tahapan, dan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Penyiapan bahan atau materi pelajaran yang akan
disampaikan dengan menggunakan metode sosiodrama.
Materi yang akan disampaikan adalah materi tentang cerita
rakyat, yang didalamnya memuat unsur-unsur intrinsik
pembentuk cerita.
2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sesuai dengan pokok bahasan atau materi dan instrumen
pengumpulan data yaitu lembar pengamatan yang kedua
selama kegiatan belajar berlangsung
64
b. Pelaksanaan:
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Guru mengucapkan salam
2) Salah satu siswa diminta untuk memimpin do‗a
3) Guru melakukan presensi siswa
4) Guru melakukan apersepsi
5) Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan
6) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
sesuai kelompoknya masing-masing
7) Setiap kelompok maju ke depan mementaskan naskah yang
didapatnya
8) Guru dan siswa membahas bersama-sama unsur-unsur
intrinsik
yang terdapat
dalam
naskah
yang sudah
diperankan
9) Guru memberi satu cerita rakyat untuk setiap siswa
10) Penugasan, untuk pertemuan selanjutnya menceritakan
kembali cerita rakyat yang didapatnya
11) Guru dan siswa berdo‘a bersama
12) Guru mengucapkan salam
Adapun hasil keterampilan berbicara pada siklus ini adalah
sebagai berikut:
65
Tabel 4.7 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Aulia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan Dirgahayu
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur Aliyah
Amjad Ainur Rifqi
Nilai
Keterangan
65
70
60
75
65
75
60
60
70
85
85
75
60
70
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Pada tabel 4.7 diatas diketahui bahwa hasilnya meningkat
dibandingkan dengan hasil pada kondisi awal, yaitu dari
seluruh siswa yang berjumlah 14 orang, siswa yang mencapai
nilai sama dengan atau diatas nilai KKM adalah 8 siswa dan
apabila dipersentase adalah 57,14%, sedangkan pada kondisi
awal hanya 5 siswa atau 35,71%.
c. Observasi
Observasi ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung yakni pada pilihan kata, intonasi, pelafalan,
ekspresi, dan kelancaran dalam berbicara, disesuaikan dengan
tujuan
pembelajaran
yaitu
meningkatkan
keterampilan
berbicara siswa melalui metode sosiodrama. Adapun hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
66
Tabel 4.8 Hasil Keterampilan Berbicara siswa
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bimo Dwi C
Tri W
Noviatun
Aulia F
Devi H
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia W
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad A.R
Di
ksi
3
3
2
3
2
3
2
2
3
4
3
3
2
3
Intona
si
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
4
3
2
3
Kategori
Pelafal Ekspre
an
si
3
3
4
2
3
3
2
4
4
2
2
4
3
3
3
2
2
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
1
Kelan
caran
2
2
2
3
3
3
2
3
4
4
3
2
2
4
Selanjutnya, dari data di atas akan dipaparkan lebih jelasnya
pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 4.9 Persentase Pilihan Kata/Diksi dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
1
8
5
0
14
Persentase
7,145
57,145
35,71
0
100
Tabel 4.10 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
1
7
6
0
14
67
Persentase
7.14
50
42,86
0
100
Tabel 4.11 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
4
7
3
0
14
Persentase
28,575
50
21,425
0
100
Tabel 4.12 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
2
8
3
1
14
Persentase
14,285
57,14
21,435
7,14
100
Tabel 4.13 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
3
5
6
0
14
Persentase
21,43
35,71
42,86
0
100
Berdasarkan tabel-tabel di atas, mengalami peningkatan
dalam kategori ―sangat baik―.
d. Refleksi
Pada siklus 1 yang telah dilaksanakan, menurut jasil yang
diperoleh, terjadi api dalam penelitian ini, peneliti belum puas
terhadap hasil yang sudah didapat.
68
3. Siklus 2
Tahapan dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Penyiapan bahan atau materi pelajaran, yaitu cerita rakyat
2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sesuai dengan pokok bahasan.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Guru mengucapkan salam
2) Guru meminta salah satu siswa memimpin do‘a
3) Guru melakukan presensi siswa
4) Guru melakukan apersepsi
5) Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan
6) Guru menjelaskan bahwa siswa harus memiliki karakter
tanggung jawab, jujur, dan percaya diri
7) Siswa satu persatu maju ke depan kelas menceritakan
kembali (retelling)
8) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang
belum diketahui
9) Guru meluruskan kesalahpahaman jika ada, kemudian
memberikan penguatan dan penyimpulan
10) Berdoa bersama
11) Guru mengucapkan salam
69
Dari lembar pengamatan, peneliti memperoleh hasil yang
cukup memuaskan dibandingkan dengan hasil dari siklus-siklus
sebelumnya.
Adapun hasilnya pada siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Auia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad Ainur R
Nilai
70
85
65
80
70
75
65
70
75
75
90
75
80
75
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Pada tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa dari jumlah siswa
yaitu 14 orang yang nilainya sama dengan atau lebih dari KKM
berjumlah 12 orang, dan jika dipersentase adalah 85,71%. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dan
siklus 1 yakni dari jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 orang
(35,71%) kemudian menjadi 8 orang (57,14%) dan meningkat
lagi menjadi 12 orang (85,71%).
70
c. Observasi
Seperti pada siklus-siklus sebelumnya, observasi ini
difokuskan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Persentase Pilihan Kata/Diksi dalam Keterampilan
Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
5
7
2
0
14
Persentase
35,71
50
14,29
0
100
Tabel 4.16 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
4
6
4
0
14
Persentase
28,57
42,86
28,57
0
100
Tabel 4.17 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
6
7
1
0
14
71
Persentase
42,86
50
7,14
0
100
Tabel 4.18 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
Jumlah
Persentase
3
7
4
0
14
21,43
50
28,57
0
100
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Tabel 4.19 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara
No
Kategori
1
Sangat Baik
2
Baik
3
Cukup
4
Kurang
Jumlah Total
Jumlah
5
8
1
0
14
Persentase
35.71
57,145
7,145
0
100
Berdasarkan tabel-tabel di atas, menyatakan peningkatanpeningkatan yang memuaskan.
d. Refleksi
Pelaksanaan siklus 2 ini merupakan siklus tambahan untuk
mengupayakan perbaikan pembelajaran dari hasil yang
diperoleh dari kondisi awal dan siklus 1.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus 2 ini, peneliti
masih
menemukan
kelemahan,
yakniekspresi
dalam
keterampilan berbicara dimana ada beberapa siswa yang tingkat
mimik muka atau ekspresinya masih datar.
Akan tetapi dalam pembelajaran siklus 2 ini menurut
peneliti telah menunjukkan perubahan atau peningkatan yang
lebih baik dari kondisi awal dan siklus 1, yakni:
72
1) Siswa mampu belajar dan menggunakan kata-kata yang
tepat ketika berbicara
2) Siswa mengerti dan menggunakan intonasi seperti ketika
mereka berbicara tanpa menggunakan script atau naskah
3) Dalam pelafalan, siswa mengetahui kata-kata sesuai dengan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) juga sesuai dengan
fonetiknya mengalami peningkatan dalam kelancaran
berbicara
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diketahui
bahwa
penggunaan metode
sosiodrama
mampu meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
Pembahasan mengenai hasil tindakan dari siklus-siklus yang telah
dilaksanakan akan dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Kategori
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Jumlah
5
9
8
6
12
2
Persentase
35,71
64,29
57,14
42,86
85,71
14,29
Dari tabel 4.20 di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan
berbicara siswa dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan metode sosiodrama, mengalami peningkatan
73
pada tiap siklusnya. Pada tahap siklus 1 meningkat sebesar 21,43%
dari persentase kondisi awal dan kemudian pada tahap siklus 2
mengalami peningkatan lagi sebesar 28,57% dari persentase pada
siklus 1.
Tabel 4.21 Perbandingan Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
1
8
4
1
1
8
5
5
7
2
-
Persentase
7,14
57,14
28,58
7,14
7,145
57,145
35,71
35,71
50
14,29
-
Dari tabel 4.21 di atas dapat dilihat adanya peningkatan pilihan
kata dalam setiap siklusnya, hal ini membuktikan adanya hasil yang
diperoleh setelah menerapkan metode sosiodrama. Walaupun pada
kondisi awal dan siklus 1 hanya 1 orang yang berada dalam kategori
sangat baik, namun pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 5
orang (28,57%).
74
Tabel 4.22 Perbandingan Intonasi dalam Keterampilan Berbicara
Siklus
Kondisi awal
Siklus 1
Siklus 2
Kategori
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
3
2
9
1
7
6
4
6
4
-
Persentase
21,43
14,28
64,29
7,14
50
42,86
28,57
42,86
28,57
-
Dari tabel 4.22 di atas dapat diketahui terjadi peningkatan dalam
tiap siklusnya. Pada siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 7,14% dari
kondisi awal. Dan pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 21,43%
dari siklus 1.
Tabel 4.23 Perbandingan Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara
Kategori
Jumlah
Persentase
5
4
5
4
7
3
6
7
1
-
35,71
28,58
35,71
28,58
50
21,42
42,86
50
7,14
-
Siklus
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
75
Dari tabel 4.23 di atas diketahui terjadi penurunan pada siklus 1 yaitu
7,13% dari kondisi awal. Namun, pada siklus 2 terjadi peningkatan
sebesar 14,28% dari siklus 1.
Tabel 4.24 Perbandingan Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara
Siklus
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
4
7
3
2
8
3
1
3
7
4
-
Persentase
28,58
50
21,42
14,29
57,14
21,43
7,14
21,43
50
28,57
-
Dari tabel 4.24 di atas diketahui terjadi peningkatan pada setiap
siklusnya. Pada siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 14,29% dari
kondisi awal. Dan pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 7,14%.
Tabel 4.25 Perbandingan Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara
Siklus
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
76
Jumlah
1
8
3
2
3
5
6
5
8
1
-
Persentase
7,14
57,14
21,43
14,29
21,43
35,71
42,86
35,71
57,15
7,14
-
Dari tabel 4.25 di atas diketahui terjadi peningkatan pada setiap
siklusnya. Pada siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 14,29% dari
kondisi awal, dan ada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 7,14%. Jadi,
metode sosiodrama mampu meningkatkan keterampilan berbicara
siswa.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti akan
memaparkan kesimpulan dari penelitian ini. Hasil keterampilan berbicara
yang diperoleh sebelum menggunakan metode sosiodrama hanya 5 siswa
yang tuntas atau 35,71%, dan setelah menggunakan metode sosiodrama
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I meningkat 21,43% atau 8
siswa dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 28,57% atau 12 siswa.
Pada pilihan kata dalam keterampilan berbicara pada siklus II meningkat
28,57% dari siklus I. Pada intonasi dalam keterampilan berbicara di siklus II
meningkat 21,43% dari siklus I. Pada pelafalan dalam keterampilan berbicara,
di siklus II meningkat 14,28% dari siklus I. Pada ekspresi dalam
keterampilan berbicara, di siklus I meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan
pada siklus II meningkat 7,14% dari siklus I. Pada kelancaran dalam
keterampilan berbicara, pada siklius I meningkat 14,29% dari kondisi awal,
dan pada siklus II meningkat 14,28% dari siklus I. Penulis menyimpulkan
bahwa penerapan metode sosiodrama dalam pebelajaran Bahasa
Indonesia dapat meningkatkan penggunaan pilihan kata, intonasi,
pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara siswa
kelas V SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
78
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka
seyogyanya dalam penyampaian materi menggunakan metode yang
relevan agar siswa aktif dan situasi kelas tidak monoton dan siswa
dapat termotivasi.
2. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, maka guru
seyogyanya selalu memberikan kesempatan kepada siswa dalam
penyampaian ide atau gagasannya, memberikan kesempatan
berlatih kepada siswa dalam cara penyampaiannya secara baik dan
benar.
3. Dalam penyampaian materi kaitannya dengan pembelajaran,
seorang guru harus bisa mensiasati agar kegiatan belajar mengajar
tidak membosankan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abitadya. 2012. Model Pembelajaran Sosiodrama.
(http://abitadya.wordpress.com/2012/02/28/32/modelpembelajaran-sosiodrama.html)
(Online).
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arsjad, Maidar G. & Mukti U. S. 1988. Pembinaan Kemampuan
Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Broto, A. S. 1980. Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua
di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif.
Jakarta: Bulan Bintang.
Brown. 2005. Research and Development in Linguistic Education Study
Program in Central Java. Jakarta.
Cahyani, Isah. 2009. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum Standar Kompetensi Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta.
Kurniasih, Lisdiana. 2012. Mengembangkan Keterampilan Berbicara
Untuk
Siswa
Sekolah
Dasar.
(Online).
(http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengembangkanketerampilan-berbicara.html)
Mogana, Andi Maryam. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran (Role
Playing). (Online). (http://www.scribd.com/doc/50993145/MetodeSosiodrama-Dan-Bermain-Peran-role-playing)
Yamin, Martimin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Gaung Persada Press.
Slamet. 2007. Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS (UNS Press).
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. 2007. Teknologi Pengajaran. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
80
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Treffiangger. 1980. Encouraging Creative Learning for Gifted and
Talented. California: Ventura Superintendent of School Office.
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Tabel Data Siswa SDN Tegalrejo 02
No
Kelas
1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
Jumlah Total Siswa
Jumlah Siswa
L
P
10
7
6
6
4
7
2
14
4
10
11
4
37
48
Jumlah
17
12
11
16
14
15
85
LAMPIRAN 2: Tabel Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02
1
2
3
4
Sarsono, S.Pd
Sunardi, S.Pd.SD
Hadi Supriyo, S.Pd.SD
Tamami, S.Pd.I
L
L
L
L
Pendidikan
Terakhir
S1
S1
S1
S1
5
6
Umi Muryanti, S.Pd.SD
Siti
Muthoyyimah,
S.Pd.SD
Anik
Listiyaningsih,
S.Pd
Siti Khoiriyah, A.Md
Wiwik Kurniawati
Wachid Setiawa, A.Md
Suwanto
P
P
S1
S1
Kepala Sekolah
Guru Kelas 2
Guru Kelas 3
Guru
Agama
Islam
Guru Kelas 6
Guru Kelas 5
P
S1
Guru Kelas 1
P
P
L
L
D2
D2
SMA
No
7
8
9
10
11
Nama Guru
L/P
Jabatan
Guru Kelas 4
Guru Mapel
Guru Mapel
Tukang Kebun
LAMPIRAN 3: Tabel Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Aulia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki
Wildan
Dirgahayu
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur Aliyah
Amjad Ainur Rifqi
Jenis Kelamin
L
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
L
P
L
LAMPIRAN 4: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Aulia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur Aliyah
Amjad Ainur Rifqi
Nillai
55
65
55
80
55
70
55
55
70
80
85
65
55
65
Keterangan
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
LAMPIRAN 5: Lembar Penilaian Kondisi Awal
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bimo Dwi C
Tri W
Noviatun
Aulia F
Devi H
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia W
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad A.R
Di
ksi
3
3
2
3
2
3
2
2
3
4
3
3
2
3
Intona
si
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
4
3
2
3
Kategori
Pelafal Ekspre
an
si
3
3
4
2
3
3
2
4
4
2
2
4
3
3
3
2
2
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
1
Kelan
caran
2
2
2
3
3
3
2
3
4
4
3
2
2
4
LAMPIRAN 6: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Aulia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan Dirgahayu
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur Aliyah
Amjad Ainur Rifqi
Nilai
65
70
60
75
65
75
60
60
70
85
85
75
60
70
Keterangan
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
LAMPIRAN 7: Lembar Penilaian Siklus I
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bimo Dwi C
Tri W
Noviatun
Aulia F
Devi H
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia W
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad A.R
Di
ksi
3
3
2
3
2
3
2
2
3
4
3
3
2
3
Intona
si
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
4
3
2
3
Kategori
Pelafal Ekspre
an
si
3
3
4
2
3
3
2
4
4
2
2
4
3
3
3
2
2
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
1
Kelan
caran
2
2
2
3
3
3
2
3
4
4
3
2
2
4
LAMPIRAN 8: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama
Bimo Dwi Cahyono
Tri Wahyuningsih
Noviatun
Auia Fitriyani
Devi Handayani
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia Widyawati
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad Ainur R
Nilai
70
85
65
80
70
75
65
70
75
75
90
75
80
75
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
LAMPIRAN 9: Lembar Penilaian Siklus II
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bimo Dwi C
Tri W
Noviatun
Aulia F
Devi H
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia W
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad A.R
Di
ksi
3
4
3
4
3
3
3
2
3
4
4
3
4
3
Intona
si
3
4
2
4
3
3
2
3
2
3
4
3
4
2
Kategori
Pelafal Ekspre
an
si
3
2
3
3
3
2
3
3
4
2
3
4
3
3
4
3
4
3
3
2
3
3
3
2
3
4
4
3
Kelan
caran
3
3
3
2
4
3
2
3
3
3
4
4
2
4
LAMPIRAN 10: Dokumentasi Foto
Kondisi awal – membuat kerangka karangan untuk bercerita
Gambar Siklus I
Gambar siklus II
Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02
LAMPIRAN 11: Naskah Sosiodrama Kelompok 1
MALIN KUNDANG
PROLOG: dulu, hiduplah seorang wanita tua dengan anaknya yang bernama
Malin. Mereka hidup menderita dan bergantung pada hasil hutan.
Ibu: "Malin, datang ke sini anak, membantu saya untuk membawa kayu bakar ini.
"
Malin: "Ya ibu, tunggu sebentar." (Malin membantu ibunya)
Malin: "Ibu, berapa lama kita akan bertahan dengan kondisi ini? Saya ingin ada
perubahan dalam hidup kita."
Ibu: "Entahlah, Ibu tidak tahu Malin, kita harus bersabar dan jangan berhenti
berdoa kepada Allah. "
Malin: "Ibu, aku punya ide, biarkan aku pergi untuk mengubah keberuntungan
saya? Siapa tahu aku akan menjadi orang kaya."
Malin: "Bu, bagaimana dengan ide saya?"
Ibu: "Saya pikir itu bukan ide yang baik anakku. Karena, jika kamu pergi, siapa
yang akan menjagaku di sini."
Malin: "Tapi Ibu, jika saya tidak mengubah peruntungan, bagaimana kita bisa
bertahan? Saya berjanji Ibu, jika bisa menjadi orang kaya, saya akan kembali.
Tenang saja Ibu, saya akan berbicara dengan Dayat, supaya menengok Ibu setiap
hari hingga saya kembali ke rumah."
[Ibu Malin tidak bisa melarang apa Malin inginkan. Akhirnya, dia setuju dengan
ide Malin.]
Ibu: "Baiklah, jika itu memang keinginanmu, Malin! Tapi, kamu harus pegang
janjimu untuk kembali ke kampung ini."
[Malin pergi ke rumah Dayat untuk memintanya menjaga ibunya, hingga ia
kembali dari perantauan membawa uang yang banyak. Dayat merupakan sahabat
Malin, yang selalu ke mana-mana suka maupun duka.]
Dayat: "Kamu mau ke mana, Malin?"
Malin: "Besok, aku akan merantau untuk mengubah nasib."
Dayat: "Apa? Jika kamu pergi merantau, siapa yang akan menjaga Ibumu di sini?"
Malin: "Karena itu, aku mendatangimu. Aku ingin menjaga Ibuku—tengoklah ia
setiap hari itu sudah cukup baginya—hingga aku kembali.‖
Dayat: "Oh, baiklah kalau begitu. Ingat pesanku untukmu, jangan lupakan kita
yang ada di sini, Malin."
[Keesokan harinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya ke pelabuhan.]
Ibu: "Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang, setelah kamu sukses di rantau.‖
Malin: "Ya Ibu, doakan saya supaya saya cepat mendapat rezeki yang banyak.‖
Malin: ―Dayat, tolong kamu jaga Ibu saya baik-baik. Terima kasih sebelumnya.
Selamat tinggal.‖
Dayat: "Jangan khawatirkan soal itu, Malin. Saya berjanji akan merawat ibumu
sepenuh jiwa raga saya. Jaga dirimu baik-baik. "
Ibu: "Selamat jalan, Anakku."
Dayat: "Selamat jalan, Malin."
[Akhirnya, Malin memulai peruntungannya di perantauan. Ia pergi berlayar
dengan saudagar kaya. Di kapal, Kapten memberinya pekerjaan sebagai kru.
Kapten memiliki putri semata wayang, yang telah menjadi seorang anak gadis
cantik. Nama anak gadis Kapten adalah Ningrum. Ketika Malin melihatnya, ia
jatuh hati. Hal ini memberikan semangat kepada Malin untuk bekerja lebih giat
lagi.]
Malin: (Berkata di dalam hati, saat melihat Ningrum mendatanginya) "Ningrum
sangat cantik. Aku menyukainya, dan harus menikah dengannya. Dengan begitu,
aku akan menjadi orang kaya.‖
Ningrum: "Apakah kamu melihat ayahku?‖
Malin: "Hmm, saya tidak melihatnya. Mungkin ia pergi ke dapur. Cobalah ke sana
untuk melihatnya."
Ningrum: "Oh, baiklah. Saya akan ke sana menemuinya."
Malin:"Ya, silakan Nona. Apakah perlu kuantar?‖
Ningrum: [Hanya tersenyum, sambil berjalan meninggalkan Malin.]
[Sementara itu, di kampung halaman Malin, Ibu Malin sangat gelisah. Ia resah
bagaimana Malin menjalani kehidupannya di perantauan. Apakah Malin sehat?
Apakah Malin bisa menjaga dirinya baik-baik? Semua pertanyaan-pertanyaan
khas orang tua yang khawatir akan anaknya menggelayut menjadi beban pikiran
Ibu Malin. Sementara itu, ia juga khawatir Malin tidak pulang kembali ke
kampung halamannya, dan melupakan dirinya.]
Ibu: "Dayat, saya rindu sekali dengan Malin. Kira-kira, kapankah ia kembali?
Apakah ia baik-baik saja saat ini?
Dayat: "Jangan takut, Ibu. Malin akan pulang. Ia telah berjanji. Sementara itu,
biarkan saya menjaga Ibu.‖
Ibu: "Ya, terima kasih, Dayat. Entah, apa jadinya saya tanpa bantuanmu."
Dayat: ―Jangan terlalu dipikirkan, Ibu.‖
[Suatu hari, kapten memanggil Malin, karena ia akan menaikkan jabatan Malin
atas prestasi kerjanya selama ini. Dengan jabatan ini, dalam beberapa tahun,
membuat Malin menjadi orang kaya.]
Malin: "Sekarang, saya kaya raya. Saya dapat membeli semuanya dengan uang
saya. Karena itu, Ningrum harus menikah dengan saya.‖
[Semakin hari, Ibu Malin semakin merindukan anaknya. Ketuaannya membuat ia
lelah menunggu Malin. Namun, Dayat selalu memberikan dukungan untuk Ibu
Malin, bahwa Malin yang akan datang kembali dan orang kaya.]
Dayat: "Jangan sedih, Ibu."
Ibu: "Saya lelah, Dayat. Saya lelah menunggu Malin. Kita tidak pernah
mendapatkan berita dari Malin sedikit pun.‖
Dayat: "Saya percaya Ibu, bahwa Malin akan datang kembali dan menjadi orang
kaya.‖
Ibu: "Apakah kamu yakin, Dayat?"
Dayat: "Ya, Ibu. Jangan sedih lagi ibu."
[Setelah Malin telah menjadi orang kaya, Malin menikah dengan Ningrum.
Mereka hidup bahagia.]
Malin: ―Apa yang sedang kamu pikirkan?‖
Ningrum: ―Malin... Bagaimana kalau kita berlibur?‖
Malin: ―Sepertinya, itu ide bagus, bagaimana kalau kita Pulau Dua Angsa?‖
Ningrum: ―Wah, pulau itu sangat bagus. Saya setuju.‖
Malin: ―Oke! Kalau begitu, kita ke sana besok.‖
[Keesokan harinya, Malin serta istrinya berlayar ke Pulau Dua Angsa. Dalam
perjalanannya, mereka singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi
berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya seperti yang telah
dijanjikan. Ia hanya berjalan-jalan di sekitar dermaga saja. Ketika itu, Dayat –
sahabat Malin – melihatnya.]
Dayat: "Malin? Apakah dia Malin? Ya, seperti dia adalah Malin. Saya harus
mengatakan itu kepada Ibunya."
[Dayat pergi ke rumah Ibu Malin untuk mengabarkan kedatangan Malin. Ia
sangat senang mengetahui Malin datang ke kampung halamannya. Jika, Ibu
Malin mengetahui berita ini, tentu hatinya bahagia.]
Dayat: "Ibu... Ibu ..."
Ibu: "Ya, saya di sini, Dayat."
Dayat: "Ibu, Malin pulang. Ia ada di pelabuhan sekarang. Tampaknya, ia telah
menjadi orang kaya sekarang!"
Ibu: "Apa kamu yakin kalau yang kamu lihat adalah Malin?"
Dayat: "Ya, saya yakin Bu. Saya tidak mungkin bisa melupakan wajahnya. Saya masih
ingat wajah Malin."
Ibu: "Jika apa yang kamu lihat benar, ayo temani saya pergi ke sana."
[Dayat mendampingi Ibu Malin untuk menemui anaknya. Sesampainya di pelabuhan, Ibu
Malin memang melihat anaknya. Saking harunya, air mata keluar dari matanya. Ia
memanggil Malin dari kejauhan untuk kemudian mendekatinya.]
Ibu: "Malin, Malin, anakku! Malin …"
Ningrum: "Siapa itu wanita tua, Suamiku?"
[Malin tidak menjawab pertanyaan Ningrum, karena tenggorokannya tercekat tidak bisa
menjawab pertanyaannya dari istrinya.]
Ningrum: "Siapa dia, Suamiku?"
Ibu: ―Malin, siapa ia? Apakah ia Istrimu? Ia sungguh wanita yang sangat cantik.― [Ibu
Malin membuka tangannya untuk memeluk menantunya.]
Ningrum: [Tapi, Ningrum menepis pelukan itu.] "Issh, jangan sentuh aku!"
Malin: "Jangan kamu menyentuhnya! Dasar wanita kotor! Kulitmu bisa mengotori
kulitnya!"
Ningrum: "Siapa wanita tua ini, Malin? Benarkah ia Ibumu? Uh, ia benar-benar sangat
kotor."
Malin: "Saya tidak tahu. Saya tidak mengenal wanita ini. "
Ibu: "Malin, anakku. Kenapa kamu ini, Nak? Apa salah Ibu? Aku ini Ibumu. Ibumu.
Kamu telah berjanji untuk kembali ke kampung ini untuk menemuiku, jika kamu sudah
kaya. Sekarang kamu sudah kaya, dan bukankah kedatanganmu ke sini untuk
menemuiku?‖
Malin: "Cih, Ibuku? Mengaku-ngaku saja kamu sebagai Ibu? Saya tidak mengenal kamu.
Jika saya kaya, tentu Ibu saya juga kaya. Tidak sepertimu, kotor dan bau!‖
Ibu: "MALIN!!!‖ [Ibu Malin berkata keras]
Ibu: ―Saya Ibumu—ibu yang telah melahirkanmu! Saya bisa mengatakan fakta tentang
dirimu."
Ningrum: "Pergi saja kamu, wanita tua."
Ibu: "Malin ... Malin ..."
Malin: "Pergi. Pergilah sekarang, kamu!"
Dayat: "MALIN! Lupakah kamu terhadap Ibumu? Lupakah kamu terhadap saya—
sahabat baikmu? Ini Ibumu, Malin. Ibumu."
Malin: "Tidak, saya tidak lupa. Saya benar-benar tidak mengenal kamu dan wanita tua itu.
Seingat saya, saya tidak pernah memiliki sahabat sepertimu."
Dayat: "Jahat, kamu! Celakalah kamu, Malin."
Ibu: "Ingat saya, Nak? Saya adalah ibumu."
Dayat: "Tolong, ingat ibumu, Malin. Ia selalu menunggumu kembali ke kampung
halamanmu. Ingatlah janjimu, Malin."
[Malin tidak peduli. Ia menyeret Ibunya dengan kasar, hingga wanita tua itu jatuh
tersungkur]
Malin: Jangan panggil aku sebagai anakmu, wanita kotor! Ayo, Ningrum, kita harus pergi
secepatnya dari tempat ini sebelum wanita ini mengotori wajah kita."
Ningrum: "Ya, Suamiku."
[Setelah mendorong paksa Ibunya pergi, Malin kembali ke kapalnya. Sementara Ibunya,
masih berteriak memanggil-manggil namanya.]
Ibu: ―Malin ... Malin ... ini ibumu Malin!!!―
[Hilang sudah kesabaran Ibu Malin melihat tingkah anaknya. Lalu, dengan kesal ia
mengucap asal kalimat “jadilah batu!”.Kata-kata seorang Ibu yang sedang marah
menjadi doa yang didengar oleh Tuhan.]
Ibu: ―Ya Tuhan, kenapa anakku seperti itu? Apa salahku? Apa dosaku? Ia sama sekali
melupakanku. Saya tidak terima perlakuan itu darinya. Sekarang hilang sudah
kesabaranku. Aku mengutuknya: Jadilah batu!!!‖
[Setelah itu, tiba-tiba datanglah badai menghancurkan Kapal Malin, petir menyambar
tubuhnya. Dan ...]
Malin: ―Apa yang terjadi? Tubuh saya tidak bisa digerakkan! Maafkan saya, Ibu.
Maafkan saya ...!‖
Ningrum: ―Apa yang terjadi? Apa yang terjadimu, Malin? Kamu kenapa?‖
[EPILOG: Malin pun berubah menjadi batu, ketika ia meminta ampun kepada Ibunya.
Kapal, kru serta istrinya tenggelam ke dasar laut. Itulah hasil jika kita memberontak
kepada orang tua kami terutama untuk ibu kita]
LAMPIRAN 12: Naskah Sosiodrama Kelompok 2
Cinde Laras
Dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala hiduplah
seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi seorang permaisuri yang
baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra
memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu
yang buruk kepada permaisuri.
Selir : Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Sudah tahu aku lebih cantik,
lebih pintar... Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri.
(Tidak lama, ia kemudian menemui tabib istana)
Selir : Engkau harus membantuku
(Dengan memaksa, selir meminta bantuan Tabib)
Tabib : Apa yang bisa saya bantu Selir?
Selir : Aku mempunyai rencana untuk menyingkirkan permaisuri dari kerajaan ini.
(Dengan suara yang lirih dan bernada kebencian)
Tabib :Apakah selir yakin ingin melakukannya?
(Raut muka penuh tanya)
Selir : Iya, aku yakin.
Tabib : Lalu apa yang bisa saya lakukan?
(Dengan raut muka penasaran)
Selir : Aku akan berpura-pura sakit parah kemudian aku akan memanggilmu dan
engkau harus mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam
minumanku yaitu permaisuri.
(Sembari berbisik, Selir menyampaikan rencana jahatnya)
Tabib : Baiklah, saya akan membantu Selir.
Tidak lama kemudian, Selir menjalankan rencana jahatnya.
Selir : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk bangkit
dari tempat tidur.
Aduh……
(Selir berbaring dan berpura-pura meringis kesakitan)
Raja : Apa yang terjadi padamu Selir? Muka kamu juga terlihat pucat sekali.
(Dengan raut wajah penuh kasihan)
Selir : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali.
(Selir masih berbaring dan berpura-pura meringis kesakitan)
Raja : Pengawal, panggil tabib istana!
(Dengan suara lantang, Raja memerintah pengawal)
Pengawal : Baik raja.
(Dengan menundukkan kepala)
Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir.
Raja : Tabib, apa yang terjadi pada Selir?
(Raut muka khawatir mengiringi pertanyaan raja)
Tabib : Ada seseorang yang telah meracuni minuman Selir. Orang itu tak lain
adalah permaisuri Baginda sendiri, Dewi Limaran.
(Dengan wajah yakin untuk mempengaruhi Raja)
Raja : Apa….? Tidak kusangka permaisuriku mempunyai perangai yang keji.
(Raja berteriak heran)
Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri
ke hutan.
Raja : Patih, buang permaisuri jahat ini ke hutan!
(Dengan raut wajah penuh kebencian)
Patih : Siap Baginda.
(Sembari menundukkan kepala)
Permaisuri : Jangan baginda, hamba tidak tahu apa-apa. Hamba tidak pernah
berusaha meracuni Selir.
(Permaisuri diseret oleh patih, dan memohon kepada Raja dengan suara
memelas)
Raja : Dasar permaisuri tidak tahu diri, enyah kau dari kerajaanku.
(Sembari mengacungkan jarinya)
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan
belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya.
Patih :Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda
bahwa tuan putri sudah hamba bunuh
Permaisuri : Terima kasih Patih.
(sembari tersedu-sedu)
Raja : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku perintahkan?
(Kedua tangan di pinggang)
Patih :Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda.
(Berlutut di hadapan raja)
Raja : Bagus…bagus
(Raut wajah puas dari raja)
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu
diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas
dan tampan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan
sebutir telur.
Cinde Laras : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu
kepadaku.
(Dengan raut wajah bahagia)
Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang
bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh
menakjubkan
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya
daun kelapa, ayahnya Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring dan indah)
Cinde Laras :Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali.
(Raut wajah heran dan merasa takjub)
Cinde Laras : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa kau
adalah putra dari Raden Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku?
(dengan wajah penuh tanya)
Permaisuri : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan
Jenggala.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Raja : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah.
(Cindelaras memohon pada ibunya)
Permaisuri : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan.
Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam
perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras
kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.
Penyabung : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima
sempurna. Jadi kamu jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus menang melawan
ayam lain ya.
Ayam : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah.
Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayanmnya.
Penyabung : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku.
(Sembari melambaikan tangan memanggil Cindelaras)
Cinde Laras : Baiklah
(Berjalan menghampiri para penyabung ayam)
Rakyat 1 & 2 : Ayo…ayo…ayo….
Rakyat 1 : Bagaimana klo kita taruhan?
Rakyat 2 : Ayo… siapa takut! Aku pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang menang.
Lihatlah… ayamnya besar dan kelihatan tangguh.
Rakyat 1 : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil,
besar tenaganya. Kecil-kecil cabe rawut. Eh maksud saya cabe rawit.
Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan
dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan
ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu.
Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras.
Cinde Laras : Hamba menghadap paduka.
(Sembari berlutut memberi hormat)
Raja : Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata
(Pikir raja dengan perasaan penuh tanda tanya)
Raja : Aku dengar ayammu sangat tangguh, sekarang aku akan mengujinya
sendiri.
(Kedua tangan ada di pinggang)
Cinde Laras : Baiklah kalau baginda menghendaki seperti itu, tapi saya
mengajukan satu syarat. Jika ayamku kalah maka aku bersedia kepalaku
dipancung, tetapi jika ayamku menang maka setengah kekayaan Baginda menjadi
milikku.
(Dengan suara penuh keyakinan)
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani.
Penyabung Rakyat 1& 2 : Ayo…Ayo…Ayo….
Rakyat 2 : we…we…we pasti ayam cindelaras sing menang.
Rakyai 1 : Oh tidak bisa…. Ayam cindelaras sudah capek. Sudah melakukan
perjalanan jauh
Penyabung : Woohhh… .Santai .Lihat ajalah siapa nanti yang menang, jo padu
dewe‘.
Dan akhirnya secara singkat ayam Cindelaras mengalahkan ayam dari Raja.
Raja : Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau
sebenarnya, anak muda?
(Perasaan kecewa dan penuh tanda tanya)
Cinde Laras : Ayo ayamku berkokoklah!
(membungkuk dan membisikkan sesuatu pada ayamnya)
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya
daun kelapa, ayahnya Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring)
Raja : Benarkah itu?
(Kaget dan tidak percaya)
Cinde Laras : Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah
permaisuri Baginda
(Dengan suara yang halus)
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua
peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri
Patih : Apa yang dikatakan anak ini benar Baginda Raja.
(Berlutut dan menyampaikan apa yang diketahuinya)
Raja : Aku telah melakukan kesalahan
(Menundukkan kepala dan menyesali apa yang telah ia lakukan)
Raja : Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku. Aku akan
buang dia ke hutan.
(raut wajah masam dan geram)
Raja : Anakku…maafkan semua kesalahan ayahmu ini.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Cinde Laras : Iya ayah, tidak apa-apa.
(Sembari memeluk raja)
Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali
LAMPIRAN 13: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) – Kondisi Awal
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester: V/1
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi
1. Memahami pemahaman narasumber dan cerita rakyat secara lisan
II.
Kompetensi Dasar
1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengar
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita
2. Menyebutkan latar cerita
3. Menyebutkan tema cerita
4. Menyebutkan amanat cerita
5. Menceritakan kembali secara lisan tentang isi cerita
IV.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh
dalam cerita dengan baik
2. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan latar cerita dengan
benar
3. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan tema cerita dengan
tepat
4. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan amanat cerita dengan
jelas dan benar
5. Dengan penugasan, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita secara
lisan dengan baik
V.
Karakter Siswa yang Diharapkan
1. Dapat dipercaya
2. Tanggung jawab (responsibility)
3. Berani (courage)
VI.
Materi Ajar
Cerita rakyat
VII.
Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Bercerita
3. Tanya jawab
4. Penugasan
VIII.
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Salam, do‘a,absen mengecek kesiapan siswa
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Apersepsi
2) Menyampaikan cakupan materi
b. Elaborasi
1) Guru menyuruh siswa membuat kerangka karangan untuk
bercerita tentang liburan sekolah mereka
2) Siswa maju ke depan kelas untuk bercerita
c. Konfirmasi
Guru melakukan pembahasan tentang ceerita-cerita yang telah siswa
bawakan di depan kelas
3. Kegiatan Akhir
a. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok untuk persiapan pertemuan
selanjutnya, yaitu pelaksanaan metode sosiodrama
b. Dalam setiap kelompok, dibagikan satu naskah tentang cerita rakyat
c. Kelompok 1 mendapat naaskah Malin Kundang, kelompok 2
mendapat naskah Cindelaras
d. Guru meminta siswa untuk membagi peran dan berlatih
e. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan dalam pertemuan
selanjutnya
IX.
Penilaian Hasil Belajar
1. Prosedur penilaian
: pre test, pelaksanaan/proses, post test
X.
2. Teknik penilaian
: non tes
3. Jenis penilaian
: tes lisan dan pengamatan
4. Alat penilaian
: lembar pengamatan
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bimo Dwi C
Tri W
Noviatun
Aulia F
Devi H
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia W
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad A.R
Diksi
Into
nasi
Kategori
Pelafalan Ekspresi
Sumber Bahan dan Alat
Buku paket Bahasa Indonesia kelas 5 semester 1
Kelan
caran
LAMPIRAN 14: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) – Siklus 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester: V/1
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi
1. Memahami pemahaman narasumber dan cerita rakyat secara lisan
II.
Kompetensi Dasar
1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengar
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita
2. Menyebutkan latar cerita
3. Menyebutkan tema cerita
4. Menyebutkan amanat cerita
5. Menceritakan kembali secara lisan tentang isi cerita
IV.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh
dalam cerita dengan baik
2. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan latar cerita dengan
benar
3. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan tema cerita dengan
tepat
4. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan amanat cerita dengan
jelas dan benar
5. Dengan penugasan, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita secara
lisan dengan baik
V.
Karakter Siswa yang Diharapkan
1. Dapat dipercaya
2. Tanggung jawab (responsibility)
3. Berani (courage)
VI.
Materi Ajar
Cerita rakyat
VII.
Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Sosiodrama
3. Tanya jawab
4. Penugasan
VIII.
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Salam, do‘a,absen mengecek kesiapan siswa
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Apersepsi
2) Menyampaikan cakupan materi
b. Elaborasi
1) Siswa mengamati penampilan bermain drama antara kelompok
satu dengan yang lain
2) Setelah kelompok 1 selesai bermain drama, maka kelompok 2
menyebutkan tokoh-tokoh, latar, tema, dan amanat cerita yang
telah dilihatnya dari kelompok 1. Begitu pula sebaliknya
c. Konfirmasi
1) Siswa beserta guru membuat kesimpulan tentang unsur-unsur
cerita
2) Guru menjelaskan hal-hal yang belum dipahami siswa
3. Kegiatan Akhir
Penugasan, untuk pertemuan berikutnya, menceritakan kembali cerita
yang telah dilihat pada pembelajaran hari ini
IX.
Penilaian Hasil Belajar
1. Prosedur penilaian
: pre test, pelaksanaan/proses, post test
2. Teknik penilaian
: non tes
3. Jenis penilaian
: tes lisan dan pengamatan
4. Alat penilaian
X.
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bimo Dwi C
Tri W
Noviatun
Aulia F
Devi H
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia W
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad A.R
: soal tes lisan dan lembar pengamatan
Diksi
Into
nasi
Kategori
Pelafalan Ekspresi
Sumber Bahan dan Alat
Buku paket Bahasa Indonesia kelas 5 semester 1
Tegalrejo,
Agustus 2013
Kelan
caran
LAMPIRAN 15: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) – Siklus 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester: V/1
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi
1. Memahami pemahaman narasumber dan cerita rakyat secara lisan
II.
Kompetensi Dasar
1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengar
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita
2. Menyebutkan latar cerita
3. Menyebutkan tema cerita
4. Menyebutkan amanat cerita
5. Menceritakan kembali secara lisan tentang isi cerita
IV.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh
dalam cerita dengan baik
2. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan latar cerita
dengan benar
3. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan tema cerita
dengan tepat
4. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan amanat cerita
dengan jelas dan benar
5. Dengan penugasan, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita
secara lisan dengan baik
V.
Karakter Siswa yang Diharapkan
1. Dapat dipercaya
2. Tanggung jawab (responsibility)
3. Berani (courage)
VI.
Materi Ajar
Cerita rakyat
VII.
Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Sosiodrama
3. Tanya jawab
4. Penugasan
VIII.
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
Salam, do‘a,absen mengecek kesiapan siswa
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Apersepsi
2) Menyampaikan cakupan materi
b. Elaborasi
1) Siswa maju satu per satu menceritakan kembali (retelling)
tentang cerita rakyat yang sudah diberikan pada pertemuan
sebelumnya
2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang
belum diketahui
c. Konfirmasi
1) Guru meluruskan kesalahpahaman jika ada
2) Guru memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Akhir
Guru melakukan evaluasi tentang tema yang telah dipelajari
IX.
Penilaian Hasil Belajar
1. Prosedur penilaian : pre test, pelaksanaan/proses, post test
2. Teknik penilaian
: non tes
3. Jenis penilaian
: tes lisan dan pengamatan
4. Alat penilaian
: soal tes lisan dan lembar pengamatan
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bimo Dwi C
Tri W
Noviatun
Aulia F
Devi H
Fahrudin
Isti Qomariyah
Kiki Wildan D
Novitasari
Rizky Setyani
Rulia W
Erwanto
Zitni Nur A
Amjad A.R
X.
Diksi
Into
nasi
Kategori
Pelafalan Ekspresi
Kelan
caran
Sumber Bahan dan Alat
Buku paket Bahasa Indonesia kelas 5 semester 1
Tegalrejo,
Agustus 2013
Guru Kelas 5,
(Siti Muthoyimah, S.Pd)
Praktikan,
(Dennis
Ossy January)
NIP. 196312201988062001
NIM. 11509009
LAMPIRAN 16: Daftar Riwayat Hidup
A. Identitas Diri
1. Nama
: Dennis Ossy January
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kabupaten Semarang/27 Januari 1992
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4.
Alamat
: Tegalrejo Rt.4 Rw.2 Kec. Tengaran Kab. Semarang
5.
Kegiatan Sosial
: EGG (English Grows to Global)
ASEC (Actual Smile English Club) Yogyakarta
Teater Palma
Teater Getar Salatiga
Kotes (Komunitas Teater Salatiga)
Hijabers Salatiga (HS)
Hijabers Stain Salatiga (HSS)
Bina Taruna Tegalrejo
Bina Usaha Tegalrejo
Komunitas penulis SGK (Sanggar Gubuk Kata)
Gubuk Makna
B. Pendidikan
1.
SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun
2003
2.
SMP N 01 Tengarn Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun
2006
3.
SMA N 01 Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun
2009
4.
S1 STAIN Salatiga tahun 2013
C. Pencapaian
1. The second runner up of Kana Writing Contest STIBA Satya Wacana pada
tahun 2008
2. Pemain pementasan naskah ―WOT‖ pada tahun 2009 yang dipentaskan di 3
tempat di Salatiga
3. Mentor keteateran di panti asuhan Dar Al Yatama Tengaran pada tahun 2010
4. Pemain pementasan naskah ―Tong-Tong Sampah‖ pada tahun 2010 di Salatiga
5. Pemain pementasan ―Merti Tanah Perdikan‖ dengan sutradara Dar Bended
Bengkel Teater Rendra pada tahun 2010 yang dipentaskan di 3 kota, yakni
Surabaya, Ungaran, dan Jakarta
6. Pemain naskah ―Kitab Suci dan Sumpah Palsu‖ pada tahun 2010
7. Pementasan musik keroncong di Salatiga pada tahun 2011
8. Pemain naskah ―Demokrasi‖ pada tahun 2011
9. Pemain naskah ―Salah Telu‖ yang dipentaskan di GPD Salatiga pada tahun
2011
10. Pemain Naskah ―Nikah Muda‖ dalam Workshop Biro Tazkia pada tahun 2012
11. Sutradara dalam naskah ―Peradaban Tanah Kalibening‖ pada tahun 2012
12. Mentor Beauty and Hijab Class by Oriflame pada tahun 2013
13. Pemain ―Kethoprak Uyon-Uyon Basiyo Kapusan‖ yang dipentaskan keliling di
beberapa tempat dan kampung di Salatiga dan Kabupaten Semarang pada
tahun 2013
DAFTAR SKK
Nama
NIM
Jurusan/Progdi
PA
No
: Dennis Ossy January
: 11509009
: Tarbiyah/PGMI
: Drs.Djami‘atul Islamiyah
JENIS KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
OPAK
PELAKSANAAN
18-20Agustus
2009
Pelatihan
Emotional 21 Agustus 2009
Spiritual
Intelligence
Quotient (ESIQ)
USSER EDUCATION 25-29
(Pendidikan
Pemakai) Agustus 2009
oleh UPT Perpustakaan
STAIN Salatiga
Sarasehan
Pendidikan 9 September 2009
Keagamaan dengan tema:
―Peran
Pendidikan
Keagamaan
dalam
Meningkatkan
Spiritualitas, Intelektual,
dan
Moralitas
Bangsa― oleh SEMA,
HMJ Tarbiyah, dan FKM
PGMI
Seminar
―Heal
the 19 Maret 2011
World with Voluntary
Service‖
held
by
Communicative
English Club (CEC)
Seminar
Nasional 18 Juni 2011
Pendidikan
―Realisasi
Pendidikan
Karakter
Bangsa
dalam
Kurikulum
Pendidikan
Nasional‖ oleh HMJ
Tarbiyah
Workshop
―Human 17 Juli 2011
Rights
Education
Workshop Asia Pasific
Youth Network‖ oleh
Yayasan Lingkar Studi
Kesetaraan
Aksi
&
Refleksi (YLSKAR)
STATUS
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
NILAI
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Seminar
―Mencintai
Benda Cagar Budaya
sebagai
Aset
dan
Objek Pariwisata Kota
Salatiga‖ oleh Kantor
Perpustakaan
dan
Arsip
Dareah
Kota
Salatiga
dan
Kampoeng Salatiga
Pelatihan Karya Tulis
Ilmiah ―Karya Tulis
Ilmiah Sebagai Salah
Satu
Langkah
Membangun
Budaya
Ilmiah
Mahasiswa‖
oleh HMJ Tarbiyah
Certificate as Secretary
of ASEC branch EGG
(English
Grow
To
Global) period JanuaryDecember
2012
by
ASEC branch EGG
Praktikum
Pelatihan
TOEFL
bagi
Mahasiswa
Jurusan
Tarbiyah
Angkatan
2009
oleh
STAIN
Salatiga
Praktikum
Pelatihan
Iktibar al-Lughah alArabiyah Ka Lughah
Ajnabiyah (ILAiK)
Seminar
Nasional
Enterpreneurship
―Tren Bisnis Berbasis
Multmedia
dan
Teknologi
Informatika
sebagai Wujud Pasar
Modern―
oleh
Koperasi
Mahasiswa
Fatawa
STAIN
Salatiga
Workshop
Keteateran
dalam
Pekan Budaya II oleh
Teater Getar STAIN
30 Juli 2011
Peserta
11 Oktober 2011
Peserta
Januari
Desember 2012
– Sekretari
s
21 Januari –
Februari 2012
4 Peserta
21 Januari –
Februari 2012
4 Peserta
21 April 2012
Peserta
11 Juli 2012
Peserta
Salatiga
Workshop
12 Juli 2012
Sosiodrama
dalam
Pekan Budaya II oleh
Teater Getar STAIN
Salatiga
16.
Dauroh
1 Desember 2012
Mar‘atus
Sholihah
(DMS) II dengan tema
―Muslimah
Sejati,
Tetap Gaul dan Syar‘i)
oleh LDK Darul Amal
15.
17.
Seminar
Januari 2013
Kesehatan
Wanita
bersama AVAIL
18.
Seminar Politik 13 Juni 2013
Nasional dengan tema
―Peran
Nyata
Mahasiswa
dalam
Menyikapi
Perpolitikan
Indonesia‖ oleh Senat
Mahasiswa
STAIN
Salatiga
19.
Seminar
18 Juni 2013
Regional Deteksi Dini
Gangguan
Perkembangan
pada
Anak
oleh
Talenta
Kids
dan
Biro
Konsultasi Tazkia
Jumlah skor
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
LAMPIRAN 17: Daftar Riwayat Hidup
D. Identitas Diri
6. Nama
: Dennis Ossy January
7. Tempat/Tanggal Lahir: Kabupaten Semarang/27 Januari 1992
8. Jenis Kelamin
9.
Alamat
: Perempuan
: Tegalrejo Rt.4 Rw.2 Kec. Tengaran Kab.
Semarang
10. Kegiatan Sosial
: EGG (English Grows to Global)
ASEC (Actual Smile English Club) Yogyakarta
Teater Palma
Teater Getar Salatiga
Kotes (Komunitas Teater Salatiga)
Hijabers Salatiga (HS)
Hijabers Stain Salatiga (HSS)
Bina Taruna Tegalrejo
Bina Usaha Tegalrejo
Komunitas penulis SGK (Sanggar Gubuk Kata)
Gubuk Makna
E. Pendidikan
5.
SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus
tahun 2003
6.
SMP N 01 Tengarn Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus
tahun 2006
7.
SMA N 01 Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus
tahun 2009
8.
S1 STAIN Salatiga tahun 2013
F. Pencapaian
14. The second runner up of Kana Writing Contest STIBA Satya Wacana
pada tahun 2008
15. Pemain pementasan naskah ―WOT‖ pada tahun 2009 yang dipentaskan
di 3 tempat di Salatiga
16. Mentor keteateran di panti asuhan Dar Al Yatama Tengaran pada tahun
2010
17. Pemain pementasan naskah ―Tong-Tong Sampah‖ pada tahun 2010 di
Salatiga
18. Pemain pementasan ―Merti Tanah Perdikan‖ dengan sutradara Dar
Bended Bengkel Teater Rendra pada tahun 2010 yang dipentaskan di 3
kota, yakni Surabaya, Ungaran, dan Jakarta
19. Pemain naskah ―Kitab Suci dan Sumpah Palsu‖ pada tahun 2010
20. Pementasan musik keroncong di Salatiga pada tahun 2011
21. Pemain naskah ―Demokrasi‖ pada tahun 2011
22. Pemain naskah ―Salah Telu‖ yang dipentaskan di GPD Salatiga pada
tahun 2011
23. Pemain Naskah ―Nikah Muda‖ dalam Workshop Biro Tazkia pada
tahun 2012
24. Sutradara dalam naskah ―Peradaban Tanah Kalibening‖ pada tahun
2012
25. Mentor Beauty and Hijab Class by Oriflame pada tahun 2013
26. Pemain ―Kethoprak Uyon-Uyon Basiyo Kapusan‖ yang dipentaskan
keliling di beberapa tempat dan kampung di Salatiga dan Kabupaten
Semarang pada tahun 2013
Download