PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh DENNIS OSSY JANUARY NIM 11509009 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013 i ii PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh DENNIS OSSY JANUARY NIM 11509009 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013 iii iv v vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO “Urip iku urup” PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk kanjeng mami, para guru dan dosen yang senantiasa membantu dalam penulisan, dan para sahabat yang senantiasa mendukungku vii KATA PENGANTAR Assalaamu'alaikum Wr. Wb. Dengan rasa ikhlas setulus hati penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat, hidayah , inayah serta ridloNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan untuk beliau Rosul tercinta Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa kita semua dari zaman kejahiliahan menuju zaman yang penuh barokah ini, semoga kita termasuk umat yang mendapat syafa‘atnya. Amin Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam STAIN Salatiga. Dalam penyusunan skipsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta arahan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih yang setulustulusnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. sebagai ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. sebagai ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Bapak Drs.Sumarno Widjadipa, M.Pd. sebagai ketua Progam Studi S1 PGMI STAIN Salatiga. 4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan begitu banyak ilmunya. 6. Bapak Sarsono, S.Pd. sebagai kepala Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. viii 7. Para guru Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian. 8. Siswa-siswi kelas V Sekolah Dasar negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang sangat antusias dan menyenangkan. 9. Ibuku tercinta dan adikku yang senantiasa menyayangi dan mendukungku. 10. Para sahabat-sahabatku PGMI angkatan 2009 yang sangat saya cintai. 11. Teman-teman pekerja seni Teater Getar yang sangat saya banggakan, yang telah memberikan begitu banyak sumbangsih ide-ide dalam penyusunan skripsi ini. 12. Orang-orang yang telah membantu dan memberikan fasilitas kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis berharap akan kritikan dan saran demi kebaikan skripsi ini. Semoga saja skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Wassalaamu'alaikum Wr. Wb. Salatiga, 13 September 2013 Penulis, Dennis Ossy January ix ABSTRAK Ossy January, Dennis. 2013.Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd. Kata Kunci: Peningkatan, Keterampilan Berbicara, dan Metode Sosiodrama. Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama pada mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas V di SDN Tegalrejo 02. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah apakah metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan pada tiap siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan, dengan menggunakan metode sosiodrama dalam pelajaran Bahasa Indonesia mampu meningkatkan penggunaan pilihan kata, intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara siswa. Hasil keterampilan berbicara yang diperoleh sebelum menggunakan metode sosiodrama hanya 5 siswa yang tuntas atau 35,71%, dan setelah menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I meningkat 21,43% atau 8 siswa dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 28,57% atau 12 siswa. Pada pilihan kata dalam keterampilan berbicara pada siklus II meningkat 28,57% dari siklus I. Pada intonasi dalam keterampilan berbicara di siklus II meningkat 21,43% dari siklus I. Pada pelafalan dalam keterampilan berbicara, di siklus II stabil dengan siklus I. Pada ekspresi dalam keterampilan berbicara, di siklus I meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus II stabil dengan siklus I. Pada kelancaran dalam keterampilan berbicara, pada siklus I meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 7,14% dari siklus I. Penulis menyimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia karena dapat meningkatkan pengunaan pilihan kata, intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara. x DAFTAR ISI SAMPUL LOGO ............................................................................................. i LEMBAR LOGO ............................................................................................. ii JUDUL ............................................................................................................ iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii ABSTRAK ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4 D. Hipotesis ..................................................................................................... 4 E. Manfaaat Penelitian.................................................................................... 5 F. Definisi Operasional................................................................................... 6 G. Metode Penelitian....................................................................................... 8 xi H. Sistematika Penulisan............................................................................... 13 BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 16 A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia............................................................. 16 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia .................................... 16 2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ........................................... 17 3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia .......................................... 18 4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia............................. 21 5. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ..................... 23 6. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa......................................... 29 B. Pengembangan Keterampilan Berbicara .................................................. 33 1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara ..................................... 33 2. Kriteria Metode Pembelajaran Berbicara ........................................... 37 3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara .................................................... 38 4. Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara . 40 C. Metode Sosiodrama.................................................................................. 42 1. Pengertian Metode Sosiodrama.......................................................... 42 2. Langkah-Langkah Metode Sosiodrama ............................................. 43 3. Manfaat Metode Sosiodrama ............................................................. 46 4. Kelebihan Metode Sosiodrama .......................................................... 47 5. Kelemahan Metode Sosiodrama ........................................................ 48 xii D. Kaitan Keterampilan Berbicara dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Metode Sosiodrama.................................................................................. 48 BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN ..................................................... 51 A. Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian ................................................... 51 1. Tempat Penelitian............................................................................... 51 2. Waktu Penelitian ................................................................................ 55 B. Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ................................................... 55 C. Deskripsi Penelitian Tindakan ................................................................. 56 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 .......................................................... 56 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 .......................................................... 59 BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 60 A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 60 1. Kondisi Awal ..................................................................................... 60 2. Siklus 1 ............................................................................................... 64 3. Siklus 2 ............................................................................................... 69 B. Pembahasan .............................................................................................. 73 BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 78 A. Kesimpulan .............................................................................................. 78 B. Saran......................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 91 xiii DAFTAR TABEL 3.1 Data Jumlah Siswa SDN Tegalrejo 02 ..............................................52 3.2 Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 .........................................52 3.3 Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ............................................56 4.1 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal.................61 4.2 Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara ...................62 4.3 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ..........................63 4.4 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ........................63 4.5 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara .........................63 4.6 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara.....................63 4.7 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1 ..........................66 4.8 Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa.................................67 4.9 Persentase Pilihan Kata Keterampilan Berbicara..............................67 4.10 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ..........................68 4.11 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ........................68 4.12 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara .........................68 4.13 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara.....................68 4.14 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II .........................70 4.15 Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara ...................71 4.16 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ..........................71 4.17 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ........................72 4.18 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara .........................72 xiv 4.19 Persentase Kelancaran dalam Keteranpilan Berbicara ......................72 4.20 Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara Siswa .........................74 4.21 Perbandingan Pilihan Kata Keterampilan Berbicara.........................74 4.22 Perbandingan Intonasi Keterampilan Berbicara................................75 4.23 Perbandingan Pelafalan Keterampilan Berbicara..............................75 4.24 Perbandingan Ekspresi Keterampilan Berbicara ...............................76 4.25 Perbandingan Kelancaran Keterampilan Berbicara ..........................76 xv DAFTAR GAMBAR 1. Kondisi Awal – Membuat Kerangka Karangan Untuk Bercerita 2. Gambar Siklus I 3. Gambar Siklus II 4. Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 – Tabel Data Siswa SDN Tegalrejo 02 .................................... 82 Lampiran 2 – Tabel Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 ................... 83 Lampiran 3 – Tabel Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ....................... 84 Lampiran 4 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal ..... 85 Lampiran 5 – Lembar Penilaian Kondisi Awal............................................ 86 Lampiran 6 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1 .............. 87 Lampiran 7 – Lembar Penilaian Siklus 1 ..................................................... 88 Lampiran 8 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 2 .............. 89 Lampiran 9 – Lembar Penilaian Siklus 2 ..................................................... 90 Lampiran 10 – Dokumentasi Foto.................................................................. 93 Lampiran 11 – Naskah Sosiodrama Kelompok 1 .......................................... 95 Lampiran 12 – Naskah Sosiodrama Kelompok 2 ........................................ 104 Lampiran 13 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kondisi Awal............. 112 Lampiran 14 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ...................... 116 Lampiran 15 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ...................... 120 Lampiran 16 – Surat Keterangan Penelitian ................................................ 124 Lampiran 17 – Daftar Riwayat Hidup .......................................................... 125 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan tentang pentingnya penguasaan empat macam keterampilan berbahasa oleh subjek didik yang meliputi: keterampilan berbicara, keterampilan menyimak atau mendengarkan (dengan pemahaman), keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat macam keterampilan dasar berbahasa tersebut memiliki keterkaitan fungsional satu sama lain. Idealnya pembelajaran berbahasa yang baik tanpa mengabaikan keterampilan berbahasa lain adalah menitikberatkan pada keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan pembelajaran bahasa karena hakikat belajar bahasa adalah belajar komunikasi, terutama komunikasi lisan. Demikian pula dengan hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk menunjang tercapainya pembelajaran tersebut juga diperlukan keterampilan guru memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru memegang peranan penting dalam mengontrol kegiatan pengajaran di kelas dengan didukung oleh sumber belajar lain. Sumber belajar lain dalam bentuk pengajaran melalui 1 media, metode, maupun pendekatan dalam pembelajaran (Sudjana, 2007:113). Kenyataan yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah pada umumnya belum semua guru bahasa menyadari bahwa keterampilan juga penting dicapai dalam pembelajaran tersebut. Belum semua guru menyadari bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan. Guru juga belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Guru dalam mengajarkan Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing lainnya lebih sering mengutamakan hal formal seperti struktur dan tatanan bahasa, sehingga siswa tidak bisa secara leluasa belajar tentang keterampilan berbicara yang baik dan benar. Siswa juga lebih sering dibebani materi-materi tentang gramatikal. Kenyataan yang terjadi di SDN Tegalrejo 2 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, keterampilan berbicara siswa kelas V masih kurang. Cara penyampaian pelajaran Bahasa Indonesia oleh guru menjadi faktor penyebabnya. Guru cenderung menggunakan metode ceramah. Selain menyebabkan siswa menjadi bosan, siswa juga tidak menunjukkan keaktifan saat kegiatan belajar berlangsung, motivasi siswa juga terlihat rendah. 2 Dengan keadaan tersebut, penulis merasa perlu melakukan sebuah penelitian yang menggunakan metode sosiodrama untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di atas, yakni untuk mengembangkan potensi keterampilan berbicara. Penulis akan menerapkan metode sosiodrama untuk peningkatan keterampilan berbicara berdasarkan pendapat ahli dan pertimbanganpertimbangan. Pembelajaran sosiodrama mempunyai implikasi terhadap penggunaan metode dan penyajian materi pembelajaran, indikasi kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat dikembangkan dalam penerapan pembelajaran sosiodrama, antara lain siswa dapat melatih dan memiliki kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeran dapat melatih sikap simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Karakter tokoh tertentu, dibawa dalam peran yang dimainkannya, sedangkan penngamat (guru) melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan penguasaan siswa atas peran yang dimainkan. Pada pembelajaran sosiodrama, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai masalah dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa penasaran siswa yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari jalan keluar. Dengan demikian, 3 diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul, ―Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2013‖ B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: apakah metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang atau tidak. D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah 4 dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2011:64). Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah: metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh peggunaan metode sosiodrama terhadap keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V di SDN 02 Tegalrejo Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Dan dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritik maupuk praktis. 1. Secara Teoritik a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, yaitu mengetahui bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan siswa. 5 b. Mengetahui manfaat metode sosiodrama dalam sebuah pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Secara Praktis a. Untuk Siswa 1) Meningkatnya kemampuan kerjasama dan kemampuan komunikasi. 2) Siswa terlibat aktif dan mempunyai peran penting dalam pembelajaran. b. Untuk Guru 1) Sebagai bahan masukan yang bersifat konstruktif untuk melaksanakan pembelajaran secara lebih bervariatif. 2) Sebagai bahan informasi tentang kemajuan belajar siswa. c. Untuk Sekolah Sebagai bahan informasi penting dan telaah pustaka dalam rangka pembinaan dan pengelolaan tenaga guru professional dalam menjalankan tugas dan fungsinya terkait dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. d. Untuk Peneliti Sebagai bahan informasi, telaah pustaka, dan bahan perbandingan bagi pelaksanaan penelitian sejenis dan relevan. F. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang berbeda pada judul di atas, maka penulis perlu menjelaskan berbagai 6 istilah yang sekaligus sebagai batasan penelitian. Adapun istilah-istilah tersebut adalah: 1. Keterampilan Berbicara Yang termasuk dalam keterampilan berbicara: seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari hari, peristiwa, tokoh, kesukaan atau ketidaksukaan, kegememaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama anak (Departemen Agama, 2004:104). 2. Metode Sosiodrama Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Martinis Yamin, menyatakan bahwa metode sosiodrama atau bermain peran adalah metode yang melibatkan dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi siswa melakukan peran masingmasing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran terbuka. 7 3. Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan, merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahun, keterampilan bahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai nilai kemanusiaan (Departemen Agama, 2004:103). Indikator yang dapat dilihat dari peningkatan keterampilan berbicara antara lain sebagai berikut: a. Aktifnya siswa dalam bertanya. b. Siswa mampu menanggapi persoalan atau pernyataan. c. Siswa mampu mengeluarkan ide atau pendapat. d. Siswa mampu mengungkapkan gagasan yang ada di pikirannya. G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Berdasarkan fenomena diatas penulis mengadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa Inggris disebut Classroom Action Research yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas. 8 Dalam penelitian ini, pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti, yang sekaligus melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan. Dalam proses ini, peneliti betindak sebagai guru. Beberapa alasan peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas, yaitu: a. Melalui PTK, guru akan menjadi peka dan tanggap terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran dikelasnya. b. Dalam melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru akan mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu rangakaian kegiatan untuk mengkaji secara cermat apa yang terjadi di kelasnya. 2. Subjek Penelitian Subjek di dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 02 Tegalrejo Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang berjumlah 14 siswa. 3. Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto dkk (2010:16), terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. 9 Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas Dalam tahap ini peneliti membuat perencanaan tentang apa yang akan ditindaklanjuti. a. Tahap rencana (planning) Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Membuat skenario pembelajaran (Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2) Menyusun soal pre test dan post test. 3) Menyusun lembar pengamatan untuk guru dan siswa b. Pelaksanaan (action) Dalam tahap ini peneliti menerapkan isi rancangan yaitu peneliti menerapkan metode sosiodrama dalam pelajaran Bahasa Indonesia. 10 c. Pengamatan (observing) Pengamatan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. d. Refleksi (reflection) Tahap ini peneliti mengemukakan kembali atas apa yang sudah dilakukan (tindakan yang sudah diterapkan). Tahap ini meliputi: 1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi. 3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I dan seterusnya. 4. Instrument Penelitian Beberapa Instrument yang digunakan dalam penelitian yaitu: a. Pedoman Pengamatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman pengamatan untuk mengamati peningkatan keterampilan berbicara siswa yang berupa catatan anekdotal. Diambil dengan pre test dan post test. b. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 11 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mempermudah menggambarkan perubahan yang terjadi dalam PTK, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa diantaranya: a. Observasi Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan kepada siswa untuk mengetahui peningkatan pembelajaran. b. Catatan Anekdotal Merupakan catatan pengamatan informal, yang menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, gaya belajar, keterampilan dan strategi yang digunakan oleh pembelajar atau apa yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan (Slamet, 2007:195). c. Wawancara Wawancara secara personal, guru dapat memancing tanggapan dan memperoleh informasi yang mencerminkan sikap, strategi, kesenangan, dan tingkat kepercayaan diri anak dalam waktu yang singkat (Slamet, 2007:196). 12 d. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperoleh gambaran umum selama kegiatan penelitian. 6. Analisis Data Penulis menganalisis data dengan menyusun dan mengolah data yang terkumpul melalui catatan anekdotal dan catatan observasi. Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus menerus pada saat penelitian sehingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan. Data kegiatan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut (Sudjiono, 2010:43): f P= N x 100% Keterangan: P = Persentase f = Poin yang diperoleh N = Jumlah Siswa H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut. 13 1. BAB I, PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; hipotesis; manfaat penelitian; definisi operasional; metode penelitian, yang meliputi rancangan penellitian, langkah-langkah penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data; dan sistematika penulisan. 2. BAB II, KAJIAN PUSTAKA Mencakup konsep-konsep dan teori tentang: a) Mata pelajaran bahasa Indonesia, yang meliputi: pengertian mata pelajaran bahasa Indonesia, fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia, tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia, keterampilan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, dan hubungan antar keterampilan berbahasa. b) Pengembangan keterampilan berbahasa, yang meliputi: cara meningkatkan kemampuan berbicara, metode pembelajaran berbicara, ragam tes kemampuan berbicara, dan faktor penunjang dan faktor penghambat keterampilan berbicara. c) Metode sosiodrama, yang meliputi: pengertian metode sosodrama, langkah-langkah metode sosiodrama, manfaat metode sosiodrama, kelebihan-kelebihan metode sosiodrama, dan kelemahan-kelemahan metode sosiodrama. d) Kaitan keterampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan metode sosiodrama. 3. BAB III, PELAKSANAAN PENELITIAN 14 Berisi tentang setting (tempat dan waktu penelitian), data siswa kelas V SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan deskripsi penelitian tindakan. 4. BAB IV, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. 5. BAB V, PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan yang merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut (Departemen Agama RI, 2004:103). Pembelajaran kebahasaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa. Di samping itu, juga untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya dihadapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga informasi yang dilakukan secara berselubung atau tidak secara langsung (Slamet, 2007:80). Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, terdapat keterampilanketerampilan berbahasa yang perlu ditekankan, yaitu keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). 16 Pengajaran bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan tertingkatkan pada keterampilan tahap-tahap produktif selanjutnya. dapat turut Seterusnya, peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu (Slamet, 2007:6). 2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembagalembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan. Selanjutnya, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan nasional, sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan (Slamet, 2007:5). Menurut Keraf, bahasa (Indonesia), memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan pemakainya, yakni: a. Sebagai alat untuk mengekspresikan diri b. Sebagai alat untuk berkomunikasi 17 c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu d. Sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Cahyani, 2009:36). Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. Sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni d. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah e. Sarana pengembangan penalaran f. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khasanah kesusastraan Indonesia (Departemen Agama RI, 2004:103). 3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan 18 membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa Indonesia adalah sarana komunikasi, untuk saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan Indonesia. Adapun harapan pelajaran Bahasa Indonesia agar para siswa mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk 19 memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Cahyani, 2009:42). Secara umum tujuan pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara 20 b. Peserta didik memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam keperluan, tujuan, dan keadaan c. Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan sosial, dan kematangan emosional d. Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis) e. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Departemen Agama RI, 2004:104). 4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Mendengarkan; seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog/percakapan, pengumuman 21 serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan mengekspresikan sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita rakyat, cerita anak-anak, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak. b. Berbicara; seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, sesuatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak. c. Membaca; seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, dan pantun. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca. 22 d. Menulis; seperti menulis karangan naratif dan non-naratif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis (Departemen Agama RI, 2004:104). 5. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menurut Slamet (2007:6), keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran Bahasa Indonesia adalah mendengarkan dan keterampilan membaca) dan reseptif (keterampilan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). a. Keterampilan menyimak/mendengarkan Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, menginterpretasi, mengidentifikasi, menilai dan mereaksi terhadap makna yang terkandung di dalam simakan. Kegiatan menyimak sangat fungsional dalam kehiduan seharihari. Menyimak berperan sebagai landasan bahasa, penunjang keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan berbicara, membaca dan menulis, memperlancar komunikasi lisan, menambah informasi. 23 Sebagai suatu kegiatan bahasa yang reseptif, menyimak merupakan suatu proses yang bertahapan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi. Untuk dapat menyimak dengan baik diperlukan sejumlah kemampuan penunjang. Kemampuan-kemampuan penunjang tersebut antara lain kemampuan memusatkan perhatian, kemampuan linguistik dan non-linguistik, kemampuan menilai dan kemampuan menanggapi. Pada umumnya, menyimak dilakukan manusia dengan tujuan untuk memperoleh informasi, fakta, dan inspirasi; membedakan bunyi bahasa dengan tepat; menikmati dan menghargai pembicaraan; menilai hasil simakan; dan meningkatkan keterampilan berbicara (Slamet, 2007:11-12). Menurut Broto (1980:102), kegiatan mendengar adalah kegiatan yang pertama dan utama bagi orang belajar bahasa. Anak sejak semula belajar bahasa dari orang tuanya dari cara mendengar. Dengan kegiatan mendengar, maka siswa dapat melakukan kegiatan meniru, menangkap, menuliskan, dan melakukan yang didengarnya. b. Keterampilan Berbicara Berbicara merupakan kegiatan bahasa lisan yang bersifat produktif. Berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, 24 perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Karenanya, dalam peristiwa berbicara, pembicara merupakan faktor yang utama dalam menciptakan kegiatan yang komunikatif. Menurut tujuannya, peristiwa berbicara dilaksanakan dalam usaha untuk menciptakan suasana yang komunikatif. Di dalam berbicara, pesan pembicara hendaknya diterima oleh penyimak sebagai kesan yang diharapkan pembicara. Tingkat kekomunikatifan pembicaraan ditentukan oleh pembicara dan penyimak. Kegiatan berbicara dapat efektif apabila pembicara menguasai bahasa yang sama-sama dikuasai oleh penyimak. Pembicara harus mampu mengungkapkan gagasan, perasaan, dan kehendaknya dalam bahasa dan ujaran yang efektif. Untuk itu diperlukan kemampuan linguistik yang berupa bentukbentuk fonologis, morfologis, sintaksis, diksi serta kemampuan non-linguistik yang berupa mimik dan unsur kinestik yang lain yang dapat menunjang keefektifan pembicaraan. Menurut peristiwa komunikasinya, berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang situasional. Artinya, berbicara tidak dapat dipisahkan dari situasi lingkungan tempat komunikasi berlangsung (Slamet, 2007:12). 25 Dalam proses pelajaran berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan berbicaranya secara vertikal, tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan dengan lengkap meskipun belum sempurna. Makin lama kemampuan berbicaranya tersebut menjadi makin sempurna dalam arti strukturnya menjadi semakin benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimatkalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, pengembangan kemampuan berbicaranya tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya sejenis tataran linguistik (Slamet, 2007:122-123). Menurut Broto (1980:102), kegiatan berbicara adalah kegiatan yang sifatnya produktif setelah kegiatan mendengar dilakukan. Tujuan pembelajaran berbicara pada umumnya ialah agar dapat menggunakan bahasa secara lisan. Yang termasuk kegiatan berbicara ialah kegiatan bercerita, berdiskusi, bertanya jawab, berpidato, membuat laporan lisan, dan lain-lain. c. Keterampilan Membaca Membaca merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi ilmu pengetahuan 26 dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. Maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar mempunyai peranan yang penting (Slamet, 2007:58). Ada tiga hal pengembangan yang perlu diarahkan kepada anak dalam pengajaran membaca, yaitu: 1) Pengembangan sosial anak 2) Pengembangan fisik anak 3) Pengembangan kognitif anak, yakni membedakan bunyi, metode memisahkan kata dan makna (Slamet, 2007:139). Menurut Broto (1980:143), kemampuan membaca dalam arti mengerti atau memahami isi bacaan, dapat dilakukan dengan latihan-latihan membaca beberapa kalimat yang disertai gambar. Yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah dapat memahami fungsi dan makna yang dibaca, dengan jalan mengucapkan bahasa, mengenal bentuk, memahami isi yang dibaca. 27 d. Keterampilan Menulis Menulis menurut McCrimmon dalam bukunya Slamet (2007:141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya menulis itu, bunkan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai. Menurut Heaton dalam bukunyaSlamet sebagai bagian dari keterampilan (2007:141), berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh karena itu, keterampilan menulis dikuasai seseorang jika sudah menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. Menurut Byrne dalam bukunya Slamet (2007:141-142), keterampilan pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat meurut peraturan tertentu, 28 melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Keterampilan menulis menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan ini. Keterampilan menulis ini mencakup berbagai keterampilan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata serta lainnya. Yang dimaksud kemampuan menulis adalah terampil membuat huruf-huruf (besar maupun kecil) dengan jalan menyalin atau meniru tulisan-tulisan dalam bentuk struktur kalimat. Kemampuan menulis seperti ini bisa kita sebut kemampuan menulis teknis (teknik). Kemampuan teknis yang lebih penting adalah kemampuan menulis berdasarkan pengertian komposisi atau kemampuan merangkai bahasa atau mengarang (Broto, 1980:143). 6. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa Keempat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, 29 meskipun masing-masing memiliki ciri tertentu. Adanya hubungan yang erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. a. Hubungan Antara Membaca dan Menulis Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya dan tidak ada yang dapat dibacanya kalau belum ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa tertulis, dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata-kata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata-kata tersebut. Dalam menulis, anak lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh anak yang tidak pernah muncul dalam tulisan. Hal itu terjadi, karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam, dalam hal penerapan kata tersebut dari pada sekedar memahaminya ketika membaca. b. Hubungan Antara Berbicara dan Menulis Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara 30 dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis. Dalam kegiatan berbicara maupun menulis, pengorganisasian pengertian sangat penting. Pengorganisasian ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepada orang lain untuk dibaca. Sebaliknya setelah suatu pesan yang tidak teratur dikatakan orang lain, meskipun telah dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik kerap kali masih tetap ada dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan. Namun kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis. Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak-anak dan pada umumnya mereka tidak mengutarakan secara tertulis hal-hal yang tidak mereka kuasai secara lisan. Menurut U. S. dan Arsjad (1988:250) kemampuan berbicara tidak hanya mempunyai hubungan timbal balik dengan kemampuan mendengarkan, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menulis dan membaca. Seorang pembicara yang baik umumnya mempersiapakan persiapan tertulis. Sering seseorang yang akan berbicara, baik berbentuk 31 pidato, diskusi atau seminar memperlukan persiapan tertulis. Dalam hal ini setidaknya ia hendaknya sudah memiliki kemampuan dasar-dasar menulis. c. Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seseorangpun yang mendengarkan dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian, komunikasi yang diucapkan merupakan hal yang utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan, keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbolsimbol lisan. Menurut Ross dan Roe dalam bukunya Slamet (2007:84), pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anakanak tidak hanya menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik. Supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar. d. Hubungan Antara Menyimak Dan Membaca Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari 32 orang lain. Dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian simbol-simbol, menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis. Penyandian kembali simbol-simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang mejadi sumbernya. Misalnya ketika seseorang akan menyimak kalimat ―Besok ayah belikan bola― anak menghubungkan dengan alat permainan yang digunakan bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata-kata yang disimaknya. Penyandian kembali simbol-simbol tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis kesimbol lisan, selanjutnya pengalaman yang menjadi sumbernya. Ketika membaca kata bola, anak mengucapkan dalam hati kata tersebut. Setelah itu menghubungkannya dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu, keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali pada tingkat penndiannya (Slamet, 2007: 82-84). 33 B. Pengembangan Keterampilan Berbicara 1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara Menurut Slamet (2007:126) salah satu bentuk kemampuan berbicara adalah percakapan. Dalam pembelajaran percakapan ini sebenarnya dapat menggunakan tehnik percakapan terbimbing dan bebas. Percakapan terbimbing disini bukan berarti siswa diarahkan untuk menghafal teks, melainkan dibimbing dengan sebuah kerangka petunjuk dan kerangka pola bahasa. Melalui tehnik ini siswa dapat menciptakan bahasanya sendiri. Para siswa mempelajari strategi dan keterampilan melakukan sosialisasi dan percakapan ketika mereka berpartisipasi dalam percakapan di kelompok kecil. Para siswa mempelajari cara memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh giliran, menjaga agar percakapan beerlangsung terus, mendukung komentar dan pertanyaan orang atau kelompok, mengatasi perbedaan pendapat dan mengakhiri percakapan. Mereka juga belajar tentang peranan kemampuan berbicara dalam mengembangkan pengetahuan. Untuk memulai percakapan, seorang siswa secara suka rela atau dengan ditunjuk guru membuka pembicaraan. Kadang-kadang guru menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemudian seorang siswa mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya. 34 Para siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan, mereka mendukung pendapat temanteman kelompok dan memperluas komentar mereka. Lewat percakapan, para siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas atau menanggapi pertanyaan (Slamet, 2007:123-124). Sementara itu, kesempatan yang baik untuk mengebangkan kemampuan berbicara adalah pada tahap publikasi, dalam proses menulis. Anak diminta merubah karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Pada kesempatan memerankan adegan inilah anak memperlihatkan dan mempelajari keterampilan berakting dari teman-temannya. Di dalam kegiatan dramatik memiliki kekuatan sebagai suatu tehnik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiatan berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif dan memadukan empat keterampilan berbahasa khususnya apabila anak-anak diminta mengarang sendiri naskah drama sederhana yang akan dimainkan (Slamet, 2007: 126). Menurut Ellis dalam Human dalam bukunya Slamet (2007:122), mengemukakan ada tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara: (1) menirukan pembicaraan orang lain, (2) mengembangkan bentukbentuk ujaran yang telah dikuasai, (3) mendekatkan atau 35 menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu betuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. Kesulitan dalam berbicara, seperti halnya kesulitan dalam menyimak, disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menimbulkan kesulitan berbicara adalah yang datang dari teman bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan bicara teman berbicara menafsirkan makna pembicaraan dan agar komunikasi dapat berlangsung terus sampai tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan, maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai. Berbagai jenis kegiatan dalam proses pembelajaran berbicara, yaitu: a. Percakapan b. Berbicara estetik (bercerita/mendongeng) c. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi d. Kegiatan dramatik (Slamet, 2007:122-123). Menurut Broto (1980:142), latihan lagu kalimat dan pengucapan kata daharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lisan. 36 Latihan-latihan cakapan (diskusi, dialog) serta latihanlatihan membuat laporan lisan juga dapat menambah keterampilan berbicara. Persoalan yang tidak kurang pentingnya agar siswa terampil berbicara adalah latihan-latihan keberanian berbicara. Selain bergantung pada sikap guru,tugas-tugas mengadakan komunikasi dengan oranng lain (selain guru kelas) dapat juga menimbulkan keberanian berbicara. 2. Kriteria Metode Pembelajaran Berbicara Slamet (2007:32) menyebutkan bahwa metode pembelajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Berbagai kriteria yang harus dipenuhi oleh metode berbicara antara lain: a. Relevan dengan tujuan b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran c. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses d. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang e. Merancang siswa untuk bisa belajar f. Mengembangkan penampilan siswa g. Tidak menuntut peralatan yang rumit h. Mengembangkan kreatifitas siswa i. Mudah melaksanakan j. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan 37 3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara Secara umum, bentuk tes yang digunakan dalam tes kemampuan berbicara adalah tes subjektif yang berisi perintah melakukan kegiatan berbicara, beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Tes Kemampuan Berbicara Berdasarkan Gambar Bentuk tes ini berupa seperangkat gambar yang merupakan satu rangkaian cerita dan testi diminta untuk menjawab pertanyaan sehubungan dengan rangkaian atau gambar atau menceritakan rangkaian gamabar. b. Wawancara Tes wawancara dipakai untuk mengukur kamampuan testi menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Testi harus memiliki kemampuan berbicara yang memadai. Hal yang ditanyakan dalam wawancara bersifat umum disesuaikan dengan kondisi testi. c. Diskusi Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan testi menyampaikan pendapat, mempertahankan pendapat, serta menanggapi atau pikiran yang disampaikan oleh peserta diskusi yang lain scara kritis. Aspek yang dinilai berupa: ketepatan penggunaan struktur bahasa, ketepatan penggunaan kosa kata, 38 kefasihan dan kelancaran menyampaikan gagasan dan mempertahankannya, kekritisan menanggapi pikiran yang disampaikan peserta diskusi yang lain. d. Bercerita Tes kemampuan berbicara yang berbentuk bercerita dilakukan dengan meminta testi untuk mengungkapkan sesuatu (pengalaman atau topik tertentu). Bahan cerita sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan atau keadaan testi. Sasaran utama dapat berunsur linguistik (penggunaan bahasa dan cara bercerita) serta hal yang diceritakan, ketepatan, kelancaran dan kejelasannya. e. Ujian Terstruktur Untuk menguji kemampuan testi dapat dilakukan dengan menggunakan ujian terstruktur, yang pelaksananya berupa: 1) mengatakan kembali 2) membaca kutipan 3) mengubah kalimat, dan (dengan) membuat kalimat. Sasaran tes berbicara meliputi: (a) relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik, (b) kejelasan dan pengorganisasian isi, (c) penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar. 39 Tergantung pada kebutuhan dan hakikat penyelenggaraan suatu tes bicara yang diselenggarakan. Rincian sasarannya dapat berupa kriteria yang umum dan luas atau bersifat lebih khusus dan terinci. Yang penting diupayakan dalam penyelenggaraan tes berbicara yang baik atau penetapan titik berat sasaran tes dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan dalam melakukan penilaian (Soenardi, 2008: 119). f. Penilaian Kemampuan Berbicara Penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan secara aspektual atau secara komprehensif. Penilaian secara aspektual dapat dibedakan menjadi aspektual individual dan aspektual kelompok. Sedangkan kemampuan berbicara secara komprehensif juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penilaian komprehensif individual dan penilaian komprehensif kelompok (Slamet, 2007: 208). 4. Faktor Penunjang Dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara a. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara 1) ketepatan ucapan 2) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai 3) pilihan kata 4) gerak-gerik 5) mimik yang tepat 6) kenyaringan suara 40 7) kelancaran 8) relevansi dan penalaran 9) Penguasaan topik (http://lisdianakurniasih.blogspot.com /2012/04/mengembangkan-ketrampilan-berbicara.html) yang diakses pada pukul 20:57 WIB., tanggal 2 Juni 2013. Menurut U.S dan Arsjad (1988:17) faktor-faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara adalah sebagai berikut: 1) ketepatan ucapan 2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai 3) pilihan kata (diksi) 4) ketepatan sasaran pembicaraan Selain faktor dari kebahasaan, kenonbahasaan yang menunjang ada juga keefektifan pembicaraan yaitu: 1) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku 2) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara 3) kesediaan menghargai pendapat orang lain 4) gerak-gerik dan mimik yang tepat 5) kenyaringan suara 6) kelancaran 7) relevansi atau penalaran 8) penguasaan topik (U.S dan Arsjad, 1988:20) 41 faktor b. Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara 1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada diri partisipan sendiri dan yang berasal dari luar partisipan 2) Faktor media, yaitu faktor linguistik dan faktor non linguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh 3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan berkomunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis dan sakit (http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengemban gkan-ketrampilan-berbicara.html) yang diakses pada pukul 20:57 WIB., tanggal 2 Juni 2013. C. Metode Sosiodrama 1. Pengertian Metode Sosiodrama Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah yang menyangkut kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya (Depdiknas, 2008:23). 42 Sociodrama is a learning method that creates deep understanding of the social systems that shape us individually and collectively (Brown, 2005), artinya sosiodrama adalah metode belajar yang menciptakan pemahaman yang mendalam mengenai pembentukan sistem sosial secara individu dan kolektif. “Sociodrama” is a dramatic enactment of real life situations or conflicts that often go unresolved. Sosiodrama adalah diberlakukannya dramatis situasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan. Trefingger (1980) membatasi sociodrama is a group problem solving enactment that focuses on a problems involving human relation dalam sosiodrama ini masalah hubungan antar manusia merupakan yang ditonjolkan. Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif. 2. Langkah-Langkah Metode Sosiodrama Awal pembelajaran guru memperkenalkan aturan main dari model pembelajaran yang akan digunakan kepada siswa. a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok 43 b. Guru mengarahkan siswa untuk menentukan tema dan skenario yang meliputi situasi, masalah, peristiwa dan latar c. Siswa secara bergantian memerankan drama yang telah disiapkannya d. Guru sebagai sutradara (fasilitator) dapat menghentikan drama (apabila esensi atau pokok yang akan dibahas telah dicapai) e. Guru mengarahkan pada diskusi. Pada proses ini guru dan siswa memberikan komentar, kesimpulan, atau catatan mengenai topik yang diangkat dalam sosiodrama dan tanggapan mengenai penampilan siswa (http://abitadya.wordpress.com/2012/02/28/32/modelpembelajaran-sosiodrama.html) yang diakses pada pukul 21:49 pada tanggal 2 Juni 2013. Selain itu, guru harus melaksanakan beberapa teknik agar metode ini berhasil dengan efektif, yakni: a. Guru harus menerangkan kepada siswa, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharakan dapat memecahkan masalah hubungan social yang aktual ada di masyarakat, maka kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan; masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan siswa yang lain jadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula. 44 b. Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu. c. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama. d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya itu. Bila tidak ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman seperti yang diperankan itu. e. Jelaskan sehingga pada pemeran-pemeran mereka tahu tugas itu sebaik-baiknya, perannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog. f. Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, di samping mendengar dan melihat mereka harus member saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah sosiodrama selesai. g. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama dalam dialog. h. Setelah sosiodrama itu dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan agar keungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum. Sehingga para 45 penonton ada kesempatan untuk berendapat, menilai permainan, dan sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu. i. Sebagai tindak lanjut dari hasil disikusi, walau mungkin masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka tanyajawab, diskusi, atau membuat karangan yang berbentuk sandiwara (Roestiyah, 1989:92) 3. Manfaat Metode Sosiodrama a. Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, yang mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. b. Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikutmerasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia,seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya. c. Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain (http://www.scribd.com/doc/50993145/Metode-SosiodramaDan-Bermain-Peran-role-playing) diakses tanggal 2 Juni 2013. 46 pada pukul 23:00 4. Kelebihan Metode Sosiodrama Menurut Roestiyah (1989:93), metode sosiodrama memiliki kelebihan, yaitu siswa lebih tertarik perhatiannya kepada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka. Karena mereka bermain peranan sendiri, maka mudah memahami masalah-masalah sosial itu. Bagi siswa dengan berperan seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain sehingga dapat menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi, dan cinta kasih terhadap sesama makhluk. Akhirnya siswa dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sendiri permasalahannya. Juga penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik. Kelebihan metode sosiodrama secara umum, yaitu: a. Dapat memberikan kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menimbulkan kesetiakawanan yang tinggi 47 rasa kebersamaan dan d. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri 5. Kelemahan Metode Sosiodrama Menurut Hariyanto (2008:1), metode sosiodrama mempunyai kelemahan sebagai berikut: a. Tidak mudah dilakukan untuk kelas besar dengan jumlah siswa lebih dari 30 siswa dengan hanya satu guru b. Waktu yang dibutuhkan relatif cukup lama untuk mempersiapkan pembelajaran metode sosiodrama seperti ini D. Kaitan Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Sosiodrama Salah satu bentuk peningkatan kemampuan berbicara adalah percakapan. Dalam pembelajaran percakapan ini dapat menggunakan teknik percakapan terbimbing dan bebas. Di dalam kegiatan dramatik memiliki kekuataan sebagai suatu tenik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiata berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif, dan memadukan empat keterampilan berbahasa. Bentuk lain dalam bermain drama, anak-anak ada yang berperan sebagaiib narator, yakni yang membacakan deskripsi cerita.anak-anak yang lain memerankan semua pelaku cerita yang telah ditentukan. 48 Dalam memilih naskah drama, guru harus mencari naskah drama byang memiliki perwatakan byang kuat dan menggunakan gaya penyajian yang lembut. Anak-anak harus memahami karakter pelaku yang akan diperankannya sehingga dapat memerankannya dengan baik. Dengan kata lain, dalam kesempatan ini para murid dapat menunjukkan kemampuannya dalam menerjemahkan tulisan ke dalam bahasa lisan yang ekspresif sebagai ungkapan perasaan dan pikiran. Salah satu kompetnsi dasar pembelajaran yang erat kaitannya dengan peningkatan kemampuan berbahasa lisan adalah bermain peran/dramatisasi. Dalam kegiatan dramatisasi anak akan merasa nyaman dalam keleluasaan gerak sesuai dengan skenario drama tersebut sehingga semua anak tanpa kecuali berani tampil di muka umum. Anak-anak mealui kegatan drama juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi ekspresi spontan yang kreatif. Artinya, melalui dramatissi ini anak akan dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman, pengethuan, dan pemahamannya sendiri. Jadi tdak perlu merasa enggan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa lisan melalui dramatisasi ini. Hal tersebut sejalan dengan pendapatpendapat Harjasujana dalam Supriatna (2003:15) yang menyatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan seni drama akan meningkatkan ‗‗kepekaan terhadap rasa keindahan― pada diri siswa. Dengan pegalaman bersastra, khususnya dramatisasi, siswa belajar secara menyeluruh tentang mengalami ssuatu yang terjadi pada 49 diri manusia, dalam perjalanan hidupnya yang menyenangkan, yang diamati, yang dipikirkan, yang diprakarsai, dan yang dikerjakan bersama-sama. Pengalaman menjadikan siswa lebih arif dan lebih mamu untuk mengatasi masalah-masalah panik. Dramatisasi adalah salah strategi pembelajaran yang diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah itu. Strategi tersebut menempatkan seseorang di dalam sitasi rang lain. Selain itu, dramatisasi memungkinkan pemerannya untuk belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain. Dalam seperti itulah mereka harus memecahkan masalah. Hal lain yang akan diperoleh dari kegiatan ini adalah adanya tuntutan untuk mengerti dan memahami pendapat orang lain. Perbedaan pendapat dalam kehidupan adalah hal yang biasa. Oleh karena itu, lewat dramatisasi seseorang harus mengeluarkan pendapatnya, mengemukakan argumentasi, serta mempertahankan pendapatnya itu (Slamet, 2007:126-128). 50 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian 1. Profil Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02: Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02 Nomor Statistik : 101032202045 Propinsi : Jawa Tengah Otonomi Daerah : Kabupaten Semarang Kecamatan : Tengaran Desa/Kelurahan : Tegalrejo Kode Pos : 50775 Telepon :- Fax :- Daerah : Pedesaan Status Sekolah : Negeri Kelompok Kelas : 6 kelas Surat Keputusan : 4222/002/XII/149/87 Tanggal : 01-08-1987 Penerbit SK Ditandatangani Oleh : Gubernur Jawa Tengah Tahun Berdiri : 1983 Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi Bangunan Sekolah : Milik Sendiri 51 Lokasi Sekolah : Pedesaan Jarak ke Pusat Kecamatan : 4 km Terletak pada Lintasan : Solo-Semarang Jumlah Keanggotaan Siswa : 85 siswa 2. Rincian Data Jumlah Siswa dan Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 Tabel 3.1 Data Jumlah Sisa SDN Tegalrejo 02 No Kelas 1 I 2 II 3 III 4 IV 5 V 6 VI Jumlah Siswa Jumlah Siswa L P 10 7 6 6 4 7 2 14 4 10 11 4 Total 37 48 Jumlah 17 12 11 16 14 15 85 Tabel 3.2 Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 N o 1 Nama Guru Sarsono, S.Pd L/P Pendidikan Terakhir L S1 2 Sunardi, S.Pd.SD L S1 3 Hadi Supriyo, S.Pd.SD L S1 4 Tamami, S.Pd.I L S1 5 Umi Muryanti, S.Pd.SD P S1 6 S1 7 Siti Muthoyyimah, P S.Pd.SD Anik Listiyaningsih, S.Pd P 8 Siti Khoiriyah, A.Md P D2 9 Wiwik Kurniawati P D2 52 S1 Jabatan Kepala Sekolah Guru Kelas 2 Guru Kelas 3 Guru Agama Islam Guru Kelas 6 Guru Kelas 5 Guru Kelas 1 Guru Kelas 4 Guru Mapel 10 11 Wachid Setiawa, A.Md Suwanto L L SMA Guru Mapel Tukang Kebun Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 selalu berusaha meningkatkana mutu pendidikan dan berusaha menjadi sekolah favorit dengan cara mengadakan bimbingan belajar dan bekerja sama dengan masyarakat secara baik. a. Visi, Misi, dan Tujuan SDN Tegalrejo 02 1) Visi SDN Tegalrejo 02 Unggul dalam prestasi, luhur dalamm budi pekerti serta berakhlak mulia. 2) Misi SDN Tegalrejo 02 a) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar b) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat c) Meningkatkan kedisiplinan dan ketertiban segala bidang d) Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikuler Olahraga dan Pramuka e) Mengembangkan sistem pendidikan nasional melalui pola Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dengan melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan (PAIKEM) 53 f) Menyelenggarakan program pembelajaran yang berakar pada nilai-nilai agama 3) Tujuan SDN Tegalrejo 02 a) Mengupayakan siswa kelas VI lulus 100% b) Berprestasi di berbagai lomba dari tingkat kecamatan c) Mengadakan tambahan jam pelajaran d) Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler e) Membina siswa yang berkebutuhan khusus f) Perbaikan halaman dan taman sekolah g) Penambahan bangku duduk siswa 4) Tujuan Jangka Menengah SDN Tegalrejo 02 (4 Tahun) a) Berprestasi di berbagai lomba dari tingkat kecamatan dan kabupaten b) 80% siswa yang tamat memiliki keterampilan berbahasa inggris c) Rehabilitasi gedung sekolah d) Pengadaan laptop dan LCD e) Pengadaan ruang perpustakaan f) Pengadaan perabotan kantor g) Perbaikan sumur 5) Tujuan Jangka Panjang SDN Tegalrejo 02 (8 Tahun) a) 80% siswa yang tamat memiliki keterampilan berbahasa inggris 54 b) Berprestasi di berbagai lonba dari tingkat kecamatan sampai propinsi c) Pengadaan media pembelajaran, LCD, laptop d) Pavingisasi halaman sekolah e) Rehabilitasi gedung sekolah 3. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian. Survey tempat, kondisi dan keadaan siswa, konsultasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2013. Penelitian siklus I pada tanggal 22 Juli 2013 dan penelitian siklus II pada tanggal 25 Juli 2013. B. Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 Pada penelitian ini, subjeknya adalah siswa kelas V yang berjumlah 14 siswa, terdiri dari 4 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Berikut disajikan data siswa kelas V SDN Tegalrejo 02 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang: Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 No Nama 1 2 3 4 5 6 Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Aulia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Jenis Kelamin L P P P P L 55 7 8 9 10 11 12 13 14 Isti Qomariyah Kiki Wildan Dirgahayu Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur Aliyah Amjad Ainur Rifqi P P P P P L P L C. Deskripsi Penelitian Tindakan 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 Penelitian ini dilakukan atas empat tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan Ada tahap ini peneliti membuat suatu rancangan yaitu menentukan waktu, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat instrument penelitian yang berupa lembar observasi. Pada siklus 1 ini peneliti mempersiapkan sebuah rancangan yang dibuat atas hasil dari keadaan kondisi awal (kelemahan dan kelebihan). Sesuai tujuan bahwa penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa, maka peneliti menggunakan metode sosiodrama karena dianggap sesuai. b. Pelaksanaan Pada tahap ini, peneliti melaksanakan hal-hal yang telah dirancang sebelumnya. Melaksanakan RPP 56 yang telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Tindakan pelaksaan ini merupakan perbaikan, pengembangan, dan peningkatan dari kondisi awal. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, yakni jika nilai siswa tidak atau belum memenuhi KKM tersebut, dinyatakan belum tuntas. Sebaliknya, jika nilai siswa sama atau diatas KKM yng telah ditentukan dinyatakan tuntas. c. Observasi Observasi merupakan tahap pengamatan yang difokuskan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, aspek yang diamati adalah diksi (pilihan kata), intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam berbicara. Indikator pilihan kata (diksi) sebagai berikut: 1) Mengkomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia 2) Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna 3) Menghasilkan respon pembaca atau pendengar 4) Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan 57 Indikator intonasi adalah tinggi rendahnya suara ketika seseorang mengucapkan kata atau kalimat. Indikator pelafalan sebagai berikut: 1) Menggunakan bunyi yang tepat dalam mengucapkan kata 2) Memberikan tekanan pada suku kata yang tepat 3) Dalam banyak bahasa, memperhatikan diakritik Indikator ekspresi adalah adanya kontak mata dengan penonton dan mimik wajah sesuai dengan yang diucapkan. Peneliti membuat skala untuk mengukur aspek pilihan kata, intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam berbicara dengan kategori sebagai berikut: 1) Sangat Baik, dengan skor 4 2) Baik, dengan skor 3 3) Cukup, dengan skor 2 4) Kurang, dengan skor 1 d. Refleksi Refleksi merupakan tahap evaluasi dan perbaikan kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Pada tahap refleksi diketahui kelebihan dan kelemahan atas kegiatan yang telah dilakukan, sehingga dapat menjadi acuan untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. 58 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 Pada siklus 1 masih terdapat beberapa kelemahan, seperti beberapa siswa yang masih kurang percaya diri dalam berperan. Untuk itu, peneliti melanjutkan ke tahap siklus 2. Seperti pada siklus sebelumnya, siklus 2 ini merupakan perbaikan, pengembangan, dan peningkatan belajar mengajar yang didasarkan atas hasil refleksi pada siklus 1 yang telah dilakukan. Pada siklus dua ini diperoleh hasil yang menunjukkan peningkatan yang baik dari siklus sebelumnya, dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 28,57%, dengan peningkatan pilihan kata sebesar 28,57%; peningkatan intonasi sebesar 21,43%; peningkatan kelancaran dalam berbicara sebesar 7,14%; dan peneliti merasa bahwa hasil yang diperoleh cukup memuaskan, sehingga penelitian hanya dilakukan sampai siklus dua saja. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data hasil berbicara siswa tanpa menggunakan metode sosiodrama, yaitu dengan bercerita di depan kelas mengenai liburan sekolah mereka, dengan pelaksanaan sebagai berikut: a. Guru mengucapkan salam b. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa c. Guru melakukan presensi siswa d. Guru melakukan apersepsi e. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan f. Guru menjelaskan tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerita g. Guru menyuruh siswa untuk membuat kerangka karangan untuk bercerita tentang liburan sekolah mereka h. Siswa maju ke depan kelas untuk bercerita i. Guru melakukan evaluasi tentang cerita-cerita yang telah siswa bawakan di depan kelas j. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok untuk persiapan pertemuan selanjutnya, yaitu pelaksanaan metode sosiodrama 60 k. Dalam satu kelompok dibagikan satu naskah/skenario tentang cerita rakyat l. Kelompok 1 mendapat naskah ―Malin Kundang‖ dan kelompok 2 mendapat naskah ―Cindelaras‖ m. Guru meminta siswa untuk membagi peran dan berlatih n. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan dalam pertemuan selanjutnya o. Guru dan siswa berdo‘a bersama p. Guru mengucapkan salam Dan dari pengamatan yaitu pada lembar observasi saat siswa bercerita di depan kelas, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Aulia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan Dirgahayu Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur Aliyah Amjad Ainur Rifqi Nillai 55 65 55 80 55 70 55 55 Keterangan Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas 70 80 85 65 55 65 Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal, siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau di atas nilai KKM, yaitu nilai 7,0 adalah 5 orang dari seluruh siswa yang 61 berjumlah 14 orang atau jika dipersentase adalah 35,71%. Persentase itu dapat diperoleh denngan cara sebagai berikut: f P= N x 100% Keterangan: P = Persentase f = Poin yang diperoleh N = Jumlah Siswa Melihat ketuntasan yang hanya 5 siswa, pada kondisi awal ini memang terdapat beberapa aspek yang harus dibenahi, diantaranya aspek keterampilan berbicara yang meliputi pemilihan kata, intonasi, maupun ekspresi. Tabel 4.2 Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara No 1 2 3 4 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Total Jumlah 1 8 4 1 14 Persentase 7,14 57,14 28,58 7,14 100 Tabel 4.3 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara No 1 T 2 3 a 4 b Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Total Jumlah 0 3 2 9 14 62 Persentase 0 21,43 14.285 64,285 100 Tabel 4.4 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara No 1 2 3 4 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Total Jumlah 5 4 5 0 14 Persentase 35,71 28,58 35,71 0 100 Tabel 4.5 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara No 1 2 3 4 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Total Jumlah Persentase 0 4 7 3 14 0 28,58 50 21,42 100 Tabel 4.6 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara No 1 2 3 4 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Total Jumlah 1 8 3 2 14 Persentase 7,14 57,14 21,43 14,29 100 Berdasarkan data hasil keterampilan berbicara, juga dalam kategori pilihan kata,intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara, maka peneliti dapat menentukan kelemahan kegiatan belajar mengajar pada kondisi awal. Kelemahan tersebut dikarenakan metode yang digunakan dalam pembelajaran belum sesuai untuk mendukung peningkatan keterampilan berbicara siswa. 63 Dari masalah di atas, hal-hal yang perlu peneliti perhatikan dan melakukan perbaikan pada siklus I adalah: a. Mencoba membuat kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan dengan melakukan metode sosiodrama dalam menyampaikan materi selanjutnya. b. Mengaktifkan kegiatan pembelajaran, membuat kegiatan belajar mengajar lebih santai sehingga siswa tidak akan merasa tertekan. c. Menerapkan metode sosiodrama guna menunjang tercapainya peningkatan keterampilan berbicara. 2. Siklus 1 a. Tahapan, dan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Penyiapan bahan atau materi pelajaran yang akan disampaikan dengan menggunakan metode sosiodrama. Materi yang akan disampaikan adalah materi tentang cerita rakyat, yang didalamnya memuat unsur-unsur intrinsik pembentuk cerita. 2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pokok bahasan atau materi dan instrumen pengumpulan data yaitu lembar pengamatan yang kedua selama kegiatan belajar berlangsung 64 b. Pelaksanaan: Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Guru mengucapkan salam 2) Salah satu siswa diminta untuk memimpin do‗a 3) Guru melakukan presensi siswa 4) Guru melakukan apersepsi 5) Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan 6) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih sesuai kelompoknya masing-masing 7) Setiap kelompok maju ke depan mementaskan naskah yang didapatnya 8) Guru dan siswa membahas bersama-sama unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah yang sudah diperankan 9) Guru memberi satu cerita rakyat untuk setiap siswa 10) Penugasan, untuk pertemuan selanjutnya menceritakan kembali cerita rakyat yang didapatnya 11) Guru dan siswa berdo‘a bersama 12) Guru mengucapkan salam Adapun hasil keterampilan berbicara pada siklus ini adalah sebagai berikut: 65 Tabel 4.7 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Aulia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan Dirgahayu Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur Aliyah Amjad Ainur Rifqi Nilai Keterangan 65 70 60 75 65 75 60 60 70 85 85 75 60 70 Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Pada tabel 4.7 diatas diketahui bahwa hasilnya meningkat dibandingkan dengan hasil pada kondisi awal, yaitu dari seluruh siswa yang berjumlah 14 orang, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau diatas nilai KKM adalah 8 siswa dan apabila dipersentase adalah 57,14%, sedangkan pada kondisi awal hanya 5 siswa atau 35,71%. c. Observasi Observasi ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yakni pada pilihan kata, intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam berbicara, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui metode sosiodrama. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 66 Tabel 4.8 Hasil Keterampilan Berbicara siswa No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bimo Dwi C Tri W Noviatun Aulia F Devi H Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia W Erwanto Zitni Nur A Amjad A.R Di ksi 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 3 3 2 3 Intona si 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 3 2 3 Kategori Pelafal Ekspre an si 3 3 4 2 3 3 2 4 4 2 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 1 Kelan caran 2 2 2 3 3 3 2 3 4 4 3 2 2 4 Selanjutnya, dari data di atas akan dipaparkan lebih jelasnya pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 4.9 Persentase Pilihan Kata/Diksi dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 1 8 5 0 14 Persentase 7,145 57,145 35,71 0 100 Tabel 4.10 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 1 7 6 0 14 67 Persentase 7.14 50 42,86 0 100 Tabel 4.11 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 4 7 3 0 14 Persentase 28,575 50 21,425 0 100 Tabel 4.12 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 2 8 3 1 14 Persentase 14,285 57,14 21,435 7,14 100 Tabel 4.13 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 3 5 6 0 14 Persentase 21,43 35,71 42,86 0 100 Berdasarkan tabel-tabel di atas, mengalami peningkatan dalam kategori ―sangat baik―. d. Refleksi Pada siklus 1 yang telah dilaksanakan, menurut jasil yang diperoleh, terjadi api dalam penelitian ini, peneliti belum puas terhadap hasil yang sudah didapat. 68 3. Siklus 2 Tahapan dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Penyiapan bahan atau materi pelajaran, yaitu cerita rakyat 2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pokok bahasan. b. Pelaksanaan Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Guru mengucapkan salam 2) Guru meminta salah satu siswa memimpin do‘a 3) Guru melakukan presensi siswa 4) Guru melakukan apersepsi 5) Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan 6) Guru menjelaskan bahwa siswa harus memiliki karakter tanggung jawab, jujur, dan percaya diri 7) Siswa satu persatu maju ke depan kelas menceritakan kembali (retelling) 8) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui 9) Guru meluruskan kesalahpahaman jika ada, kemudian memberikan penguatan dan penyimpulan 10) Berdoa bersama 11) Guru mengucapkan salam 69 Dari lembar pengamatan, peneliti memperoleh hasil yang cukup memuaskan dibandingkan dengan hasil dari siklus-siklus sebelumnya. Adapun hasilnya pada siklus 2 ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Auia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur A Amjad Ainur R Nilai 70 85 65 80 70 75 65 70 75 75 90 75 80 75 Keterangan Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Pada tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa dari jumlah siswa yaitu 14 orang yang nilainya sama dengan atau lebih dari KKM berjumlah 12 orang, dan jika dipersentase adalah 85,71%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dan siklus 1 yakni dari jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 orang (35,71%) kemudian menjadi 8 orang (57,14%) dan meningkat lagi menjadi 12 orang (85,71%). 70 c. Observasi Seperti pada siklus-siklus sebelumnya, observasi ini difokuskan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Persentase Pilihan Kata/Diksi dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 5 7 2 0 14 Persentase 35,71 50 14,29 0 100 Tabel 4.16 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 4 6 4 0 14 Persentase 28,57 42,86 28,57 0 100 Tabel 4.17 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 6 7 1 0 14 71 Persentase 42,86 50 7,14 0 100 Tabel 4.18 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara No Kategori Jumlah Persentase 3 7 4 0 14 21,43 50 28,57 0 100 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Tabel 4.19 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara No Kategori 1 Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah Total Jumlah 5 8 1 0 14 Persentase 35.71 57,145 7,145 0 100 Berdasarkan tabel-tabel di atas, menyatakan peningkatanpeningkatan yang memuaskan. d. Refleksi Pelaksanaan siklus 2 ini merupakan siklus tambahan untuk mengupayakan perbaikan pembelajaran dari hasil yang diperoleh dari kondisi awal dan siklus 1. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus 2 ini, peneliti masih menemukan kelemahan, yakniekspresi dalam keterampilan berbicara dimana ada beberapa siswa yang tingkat mimik muka atau ekspresinya masih datar. Akan tetapi dalam pembelajaran siklus 2 ini menurut peneliti telah menunjukkan perubahan atau peningkatan yang lebih baik dari kondisi awal dan siklus 1, yakni: 72 1) Siswa mampu belajar dan menggunakan kata-kata yang tepat ketika berbicara 2) Siswa mengerti dan menggunakan intonasi seperti ketika mereka berbicara tanpa menggunakan script atau naskah 3) Dalam pelafalan, siswa mengetahui kata-kata sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) juga sesuai dengan fonetiknya mengalami peningkatan dalam kelancaran berbicara B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa penggunaan metode sosiodrama mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pembahasan mengenai hasil tindakan dari siklus-siklus yang telah dilaksanakan akan dipaparkan sebagai berikut: Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara Siswa Siklus Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kategori Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Jumlah 5 9 8 6 12 2 Persentase 35,71 64,29 57,14 42,86 85,71 14,29 Dari tabel 4.20 di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan berbicara siswa dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode sosiodrama, mengalami peningkatan 73 pada tiap siklusnya. Pada tahap siklus 1 meningkat sebesar 21,43% dari persentase kondisi awal dan kemudian pada tahap siklus 2 mengalami peningkatan lagi sebesar 28,57% dari persentase pada siklus 1. Tabel 4.21 Perbandingan Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara Siswa Siklus Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah 1 8 4 1 1 8 5 5 7 2 - Persentase 7,14 57,14 28,58 7,14 7,145 57,145 35,71 35,71 50 14,29 - Dari tabel 4.21 di atas dapat dilihat adanya peningkatan pilihan kata dalam setiap siklusnya, hal ini membuktikan adanya hasil yang diperoleh setelah menerapkan metode sosiodrama. Walaupun pada kondisi awal dan siklus 1 hanya 1 orang yang berada dalam kategori sangat baik, namun pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 5 orang (28,57%). 74 Tabel 4.22 Perbandingan Intonasi dalam Keterampilan Berbicara Siklus Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah 3 2 9 1 7 6 4 6 4 - Persentase 21,43 14,28 64,29 7,14 50 42,86 28,57 42,86 28,57 - Dari tabel 4.22 di atas dapat diketahui terjadi peningkatan dalam tiap siklusnya. Pada siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 7,14% dari kondisi awal. Dan pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 21,43% dari siklus 1. Tabel 4.23 Perbandingan Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara Kategori Jumlah Persentase 5 4 5 4 7 3 6 7 1 - 35,71 28,58 35,71 28,58 50 21,42 42,86 50 7,14 - Siklus Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang 75 Dari tabel 4.23 di atas diketahui terjadi penurunan pada siklus 1 yaitu 7,13% dari kondisi awal. Namun, pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 14,28% dari siklus 1. Tabel 4.24 Perbandingan Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara Siklus Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah 4 7 3 2 8 3 1 3 7 4 - Persentase 28,58 50 21,42 14,29 57,14 21,43 7,14 21,43 50 28,57 - Dari tabel 4.24 di atas diketahui terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 14,29% dari kondisi awal. Dan pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 7,14%. Tabel 4.25 Perbandingan Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara Siklus Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang 76 Jumlah 1 8 3 2 3 5 6 5 8 1 - Persentase 7,14 57,14 21,43 14,29 21,43 35,71 42,86 35,71 57,15 7,14 - Dari tabel 4.25 di atas diketahui terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 14,29% dari kondisi awal, dan ada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 7,14%. Jadi, metode sosiodrama mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa. 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti akan memaparkan kesimpulan dari penelitian ini. Hasil keterampilan berbicara yang diperoleh sebelum menggunakan metode sosiodrama hanya 5 siswa yang tuntas atau 35,71%, dan setelah menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I meningkat 21,43% atau 8 siswa dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 28,57% atau 12 siswa. Pada pilihan kata dalam keterampilan berbicara pada siklus II meningkat 28,57% dari siklus I. Pada intonasi dalam keterampilan berbicara di siklus II meningkat 21,43% dari siklus I. Pada pelafalan dalam keterampilan berbicara, di siklus II meningkat 14,28% dari siklus I. Pada ekspresi dalam keterampilan berbicara, di siklus I meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 7,14% dari siklus I. Pada kelancaran dalam keterampilan berbicara, pada siklius I meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 14,28% dari siklus I. Penulis menyimpulkan bahwa penerapan metode sosiodrama dalam pebelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan penggunaan pilihan kata, intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. 78 B. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka seyogyanya dalam penyampaian materi menggunakan metode yang relevan agar siswa aktif dan situasi kelas tidak monoton dan siswa dapat termotivasi. 2. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, maka guru seyogyanya selalu memberikan kesempatan kepada siswa dalam penyampaian ide atau gagasannya, memberikan kesempatan berlatih kepada siswa dalam cara penyampaiannya secara baik dan benar. 3. Dalam penyampaian materi kaitannya dengan pembelajaran, seorang guru harus bisa mensiasati agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan. 79 DAFTAR PUSTAKA Abitadya. 2012. Model Pembelajaran Sosiodrama. (http://abitadya.wordpress.com/2012/02/28/32/modelpembelajaran-sosiodrama.html) (Online). Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arsjad, Maidar G. & Mukti U. S. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Broto, A. S. 1980. Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif. Jakarta: Bulan Bintang. Brown. 2005. Research and Development in Linguistic Education Study Program in Central Java. Jakarta. Cahyani, Isah. 2009. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta. Kurniasih, Lisdiana. 2012. Mengembangkan Keterampilan Berbicara Untuk Siswa Sekolah Dasar. (Online). (http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengembangkanketerampilan-berbicara.html) Mogana, Andi Maryam. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran (Role Playing). (Online). (http://www.scribd.com/doc/50993145/MetodeSosiodrama-Dan-Bermain-Peran-role-playing) Yamin, Martimin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press. Slamet. 2007. Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press). Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. 2007. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 80 Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Treffiangger. 1980. Encouraging Creative Learning for Gifted and Talented. California: Ventura Superintendent of School Office. 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1: Tabel Data Siswa SDN Tegalrejo 02 No Kelas 1 I 2 II 3 III 4 IV 5 V 6 VI Jumlah Total Siswa Jumlah Siswa L P 10 7 6 6 4 7 2 14 4 10 11 4 37 48 Jumlah 17 12 11 16 14 15 85 LAMPIRAN 2: Tabel Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 1 2 3 4 Sarsono, S.Pd Sunardi, S.Pd.SD Hadi Supriyo, S.Pd.SD Tamami, S.Pd.I L L L L Pendidikan Terakhir S1 S1 S1 S1 5 6 Umi Muryanti, S.Pd.SD Siti Muthoyyimah, S.Pd.SD Anik Listiyaningsih, S.Pd Siti Khoiriyah, A.Md Wiwik Kurniawati Wachid Setiawa, A.Md Suwanto P P S1 S1 Kepala Sekolah Guru Kelas 2 Guru Kelas 3 Guru Agama Islam Guru Kelas 6 Guru Kelas 5 P S1 Guru Kelas 1 P P L L D2 D2 SMA No 7 8 9 10 11 Nama Guru L/P Jabatan Guru Kelas 4 Guru Mapel Guru Mapel Tukang Kebun LAMPIRAN 3: Tabel Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Aulia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan Dirgahayu Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur Aliyah Amjad Ainur Rifqi Jenis Kelamin L P P P P L P P P P P L P L LAMPIRAN 4: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Aulia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur Aliyah Amjad Ainur Rifqi Nillai 55 65 55 80 55 70 55 55 70 80 85 65 55 65 Keterangan Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas LAMPIRAN 5: Lembar Penilaian Kondisi Awal No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bimo Dwi C Tri W Noviatun Aulia F Devi H Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia W Erwanto Zitni Nur A Amjad A.R Di ksi 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 3 3 2 3 Intona si 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 3 2 3 Kategori Pelafal Ekspre an si 3 3 4 2 3 3 2 4 4 2 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 1 Kelan caran 2 2 2 3 3 3 2 3 4 4 3 2 2 4 LAMPIRAN 6: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Aulia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan Dirgahayu Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur Aliyah Amjad Ainur Rifqi Nilai 65 70 60 75 65 75 60 60 70 85 85 75 60 70 Keterangan Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas LAMPIRAN 7: Lembar Penilaian Siklus I No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bimo Dwi C Tri W Noviatun Aulia F Devi H Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia W Erwanto Zitni Nur A Amjad A.R Di ksi 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 3 3 2 3 Intona si 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 3 2 3 Kategori Pelafal Ekspre an si 3 3 4 2 3 3 2 4 4 2 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 1 Kelan caran 2 2 2 3 3 3 2 3 4 4 3 2 2 4 LAMPIRAN 8: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Bimo Dwi Cahyono Tri Wahyuningsih Noviatun Auia Fitriyani Devi Handayani Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia Widyawati Erwanto Zitni Nur A Amjad Ainur R Nilai 70 85 65 80 70 75 65 70 75 75 90 75 80 75 Keterangan Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas LAMPIRAN 9: Lembar Penilaian Siklus II No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bimo Dwi C Tri W Noviatun Aulia F Devi H Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia W Erwanto Zitni Nur A Amjad A.R Di ksi 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 Intona si 3 4 2 4 3 3 2 3 2 3 4 3 4 2 Kategori Pelafal Ekspre an si 3 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 Kelan caran 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 4 4 2 4 LAMPIRAN 10: Dokumentasi Foto Kondisi awal – membuat kerangka karangan untuk bercerita Gambar Siklus I Gambar siklus II Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 LAMPIRAN 11: Naskah Sosiodrama Kelompok 1 MALIN KUNDANG PROLOG: dulu, hiduplah seorang wanita tua dengan anaknya yang bernama Malin. Mereka hidup menderita dan bergantung pada hasil hutan. Ibu: "Malin, datang ke sini anak, membantu saya untuk membawa kayu bakar ini. " Malin: "Ya ibu, tunggu sebentar." (Malin membantu ibunya) Malin: "Ibu, berapa lama kita akan bertahan dengan kondisi ini? Saya ingin ada perubahan dalam hidup kita." Ibu: "Entahlah, Ibu tidak tahu Malin, kita harus bersabar dan jangan berhenti berdoa kepada Allah. " Malin: "Ibu, aku punya ide, biarkan aku pergi untuk mengubah keberuntungan saya? Siapa tahu aku akan menjadi orang kaya." Malin: "Bu, bagaimana dengan ide saya?" Ibu: "Saya pikir itu bukan ide yang baik anakku. Karena, jika kamu pergi, siapa yang akan menjagaku di sini." Malin: "Tapi Ibu, jika saya tidak mengubah peruntungan, bagaimana kita bisa bertahan? Saya berjanji Ibu, jika bisa menjadi orang kaya, saya akan kembali. Tenang saja Ibu, saya akan berbicara dengan Dayat, supaya menengok Ibu setiap hari hingga saya kembali ke rumah." [Ibu Malin tidak bisa melarang apa Malin inginkan. Akhirnya, dia setuju dengan ide Malin.] Ibu: "Baiklah, jika itu memang keinginanmu, Malin! Tapi, kamu harus pegang janjimu untuk kembali ke kampung ini." [Malin pergi ke rumah Dayat untuk memintanya menjaga ibunya, hingga ia kembali dari perantauan membawa uang yang banyak. Dayat merupakan sahabat Malin, yang selalu ke mana-mana suka maupun duka.] Dayat: "Kamu mau ke mana, Malin?" Malin: "Besok, aku akan merantau untuk mengubah nasib." Dayat: "Apa? Jika kamu pergi merantau, siapa yang akan menjaga Ibumu di sini?" Malin: "Karena itu, aku mendatangimu. Aku ingin menjaga Ibuku—tengoklah ia setiap hari itu sudah cukup baginya—hingga aku kembali.‖ Dayat: "Oh, baiklah kalau begitu. Ingat pesanku untukmu, jangan lupakan kita yang ada di sini, Malin." [Keesokan harinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya ke pelabuhan.] Ibu: "Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang, setelah kamu sukses di rantau.‖ Malin: "Ya Ibu, doakan saya supaya saya cepat mendapat rezeki yang banyak.‖ Malin: ―Dayat, tolong kamu jaga Ibu saya baik-baik. Terima kasih sebelumnya. Selamat tinggal.‖ Dayat: "Jangan khawatirkan soal itu, Malin. Saya berjanji akan merawat ibumu sepenuh jiwa raga saya. Jaga dirimu baik-baik. " Ibu: "Selamat jalan, Anakku." Dayat: "Selamat jalan, Malin." [Akhirnya, Malin memulai peruntungannya di perantauan. Ia pergi berlayar dengan saudagar kaya. Di kapal, Kapten memberinya pekerjaan sebagai kru. Kapten memiliki putri semata wayang, yang telah menjadi seorang anak gadis cantik. Nama anak gadis Kapten adalah Ningrum. Ketika Malin melihatnya, ia jatuh hati. Hal ini memberikan semangat kepada Malin untuk bekerja lebih giat lagi.] Malin: (Berkata di dalam hati, saat melihat Ningrum mendatanginya) "Ningrum sangat cantik. Aku menyukainya, dan harus menikah dengannya. Dengan begitu, aku akan menjadi orang kaya.‖ Ningrum: "Apakah kamu melihat ayahku?‖ Malin: "Hmm, saya tidak melihatnya. Mungkin ia pergi ke dapur. Cobalah ke sana untuk melihatnya." Ningrum: "Oh, baiklah. Saya akan ke sana menemuinya." Malin:"Ya, silakan Nona. Apakah perlu kuantar?‖ Ningrum: [Hanya tersenyum, sambil berjalan meninggalkan Malin.] [Sementara itu, di kampung halaman Malin, Ibu Malin sangat gelisah. Ia resah bagaimana Malin menjalani kehidupannya di perantauan. Apakah Malin sehat? Apakah Malin bisa menjaga dirinya baik-baik? Semua pertanyaan-pertanyaan khas orang tua yang khawatir akan anaknya menggelayut menjadi beban pikiran Ibu Malin. Sementara itu, ia juga khawatir Malin tidak pulang kembali ke kampung halamannya, dan melupakan dirinya.] Ibu: "Dayat, saya rindu sekali dengan Malin. Kira-kira, kapankah ia kembali? Apakah ia baik-baik saja saat ini? Dayat: "Jangan takut, Ibu. Malin akan pulang. Ia telah berjanji. Sementara itu, biarkan saya menjaga Ibu.‖ Ibu: "Ya, terima kasih, Dayat. Entah, apa jadinya saya tanpa bantuanmu." Dayat: ―Jangan terlalu dipikirkan, Ibu.‖ [Suatu hari, kapten memanggil Malin, karena ia akan menaikkan jabatan Malin atas prestasi kerjanya selama ini. Dengan jabatan ini, dalam beberapa tahun, membuat Malin menjadi orang kaya.] Malin: "Sekarang, saya kaya raya. Saya dapat membeli semuanya dengan uang saya. Karena itu, Ningrum harus menikah dengan saya.‖ [Semakin hari, Ibu Malin semakin merindukan anaknya. Ketuaannya membuat ia lelah menunggu Malin. Namun, Dayat selalu memberikan dukungan untuk Ibu Malin, bahwa Malin yang akan datang kembali dan orang kaya.] Dayat: "Jangan sedih, Ibu." Ibu: "Saya lelah, Dayat. Saya lelah menunggu Malin. Kita tidak pernah mendapatkan berita dari Malin sedikit pun.‖ Dayat: "Saya percaya Ibu, bahwa Malin akan datang kembali dan menjadi orang kaya.‖ Ibu: "Apakah kamu yakin, Dayat?" Dayat: "Ya, Ibu. Jangan sedih lagi ibu." [Setelah Malin telah menjadi orang kaya, Malin menikah dengan Ningrum. Mereka hidup bahagia.] Malin: ―Apa yang sedang kamu pikirkan?‖ Ningrum: ―Malin... Bagaimana kalau kita berlibur?‖ Malin: ―Sepertinya, itu ide bagus, bagaimana kalau kita Pulau Dua Angsa?‖ Ningrum: ―Wah, pulau itu sangat bagus. Saya setuju.‖ Malin: ―Oke! Kalau begitu, kita ke sana besok.‖ [Keesokan harinya, Malin serta istrinya berlayar ke Pulau Dua Angsa. Dalam perjalanannya, mereka singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya seperti yang telah dijanjikan. Ia hanya berjalan-jalan di sekitar dermaga saja. Ketika itu, Dayat – sahabat Malin – melihatnya.] Dayat: "Malin? Apakah dia Malin? Ya, seperti dia adalah Malin. Saya harus mengatakan itu kepada Ibunya." [Dayat pergi ke rumah Ibu Malin untuk mengabarkan kedatangan Malin. Ia sangat senang mengetahui Malin datang ke kampung halamannya. Jika, Ibu Malin mengetahui berita ini, tentu hatinya bahagia.] Dayat: "Ibu... Ibu ..." Ibu: "Ya, saya di sini, Dayat." Dayat: "Ibu, Malin pulang. Ia ada di pelabuhan sekarang. Tampaknya, ia telah menjadi orang kaya sekarang!" Ibu: "Apa kamu yakin kalau yang kamu lihat adalah Malin?" Dayat: "Ya, saya yakin Bu. Saya tidak mungkin bisa melupakan wajahnya. Saya masih ingat wajah Malin." Ibu: "Jika apa yang kamu lihat benar, ayo temani saya pergi ke sana." [Dayat mendampingi Ibu Malin untuk menemui anaknya. Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin memang melihat anaknya. Saking harunya, air mata keluar dari matanya. Ia memanggil Malin dari kejauhan untuk kemudian mendekatinya.] Ibu: "Malin, Malin, anakku! Malin …" Ningrum: "Siapa itu wanita tua, Suamiku?" [Malin tidak menjawab pertanyaan Ningrum, karena tenggorokannya tercekat tidak bisa menjawab pertanyaannya dari istrinya.] Ningrum: "Siapa dia, Suamiku?" Ibu: ―Malin, siapa ia? Apakah ia Istrimu? Ia sungguh wanita yang sangat cantik.― [Ibu Malin membuka tangannya untuk memeluk menantunya.] Ningrum: [Tapi, Ningrum menepis pelukan itu.] "Issh, jangan sentuh aku!" Malin: "Jangan kamu menyentuhnya! Dasar wanita kotor! Kulitmu bisa mengotori kulitnya!" Ningrum: "Siapa wanita tua ini, Malin? Benarkah ia Ibumu? Uh, ia benar-benar sangat kotor." Malin: "Saya tidak tahu. Saya tidak mengenal wanita ini. " Ibu: "Malin, anakku. Kenapa kamu ini, Nak? Apa salah Ibu? Aku ini Ibumu. Ibumu. Kamu telah berjanji untuk kembali ke kampung ini untuk menemuiku, jika kamu sudah kaya. Sekarang kamu sudah kaya, dan bukankah kedatanganmu ke sini untuk menemuiku?‖ Malin: "Cih, Ibuku? Mengaku-ngaku saja kamu sebagai Ibu? Saya tidak mengenal kamu. Jika saya kaya, tentu Ibu saya juga kaya. Tidak sepertimu, kotor dan bau!‖ Ibu: "MALIN!!!‖ [Ibu Malin berkata keras] Ibu: ―Saya Ibumu—ibu yang telah melahirkanmu! Saya bisa mengatakan fakta tentang dirimu." Ningrum: "Pergi saja kamu, wanita tua." Ibu: "Malin ... Malin ..." Malin: "Pergi. Pergilah sekarang, kamu!" Dayat: "MALIN! Lupakah kamu terhadap Ibumu? Lupakah kamu terhadap saya— sahabat baikmu? Ini Ibumu, Malin. Ibumu." Malin: "Tidak, saya tidak lupa. Saya benar-benar tidak mengenal kamu dan wanita tua itu. Seingat saya, saya tidak pernah memiliki sahabat sepertimu." Dayat: "Jahat, kamu! Celakalah kamu, Malin." Ibu: "Ingat saya, Nak? Saya adalah ibumu." Dayat: "Tolong, ingat ibumu, Malin. Ia selalu menunggumu kembali ke kampung halamanmu. Ingatlah janjimu, Malin." [Malin tidak peduli. Ia menyeret Ibunya dengan kasar, hingga wanita tua itu jatuh tersungkur] Malin: Jangan panggil aku sebagai anakmu, wanita kotor! Ayo, Ningrum, kita harus pergi secepatnya dari tempat ini sebelum wanita ini mengotori wajah kita." Ningrum: "Ya, Suamiku." [Setelah mendorong paksa Ibunya pergi, Malin kembali ke kapalnya. Sementara Ibunya, masih berteriak memanggil-manggil namanya.] Ibu: ―Malin ... Malin ... ini ibumu Malin!!!― [Hilang sudah kesabaran Ibu Malin melihat tingkah anaknya. Lalu, dengan kesal ia mengucap asal kalimat “jadilah batu!”.Kata-kata seorang Ibu yang sedang marah menjadi doa yang didengar oleh Tuhan.] Ibu: ―Ya Tuhan, kenapa anakku seperti itu? Apa salahku? Apa dosaku? Ia sama sekali melupakanku. Saya tidak terima perlakuan itu darinya. Sekarang hilang sudah kesabaranku. Aku mengutuknya: Jadilah batu!!!‖ [Setelah itu, tiba-tiba datanglah badai menghancurkan Kapal Malin, petir menyambar tubuhnya. Dan ...] Malin: ―Apa yang terjadi? Tubuh saya tidak bisa digerakkan! Maafkan saya, Ibu. Maafkan saya ...!‖ Ningrum: ―Apa yang terjadi? Apa yang terjadimu, Malin? Kamu kenapa?‖ [EPILOG: Malin pun berubah menjadi batu, ketika ia meminta ampun kepada Ibunya. Kapal, kru serta istrinya tenggelam ke dasar laut. Itulah hasil jika kita memberontak kepada orang tua kami terutama untuk ibu kita] LAMPIRAN 12: Naskah Sosiodrama Kelompok 2 Cinde Laras Dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala hiduplah seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri. Selir : Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Sudah tahu aku lebih cantik, lebih pintar... Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri. (Tidak lama, ia kemudian menemui tabib istana) Selir : Engkau harus membantuku (Dengan memaksa, selir meminta bantuan Tabib) Tabib : Apa yang bisa saya bantu Selir? Selir : Aku mempunyai rencana untuk menyingkirkan permaisuri dari kerajaan ini. (Dengan suara yang lirih dan bernada kebencian) Tabib :Apakah selir yakin ingin melakukannya? (Raut muka penuh tanya) Selir : Iya, aku yakin. Tabib : Lalu apa yang bisa saya lakukan? (Dengan raut muka penasaran) Selir : Aku akan berpura-pura sakit parah kemudian aku akan memanggilmu dan engkau harus mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minumanku yaitu permaisuri. (Sembari berbisik, Selir menyampaikan rencana jahatnya) Tabib : Baiklah, saya akan membantu Selir. Tidak lama kemudian, Selir menjalankan rencana jahatnya. Selir : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk bangkit dari tempat tidur. Aduh…… (Selir berbaring dan berpura-pura meringis kesakitan) Raja : Apa yang terjadi padamu Selir? Muka kamu juga terlihat pucat sekali. (Dengan raut wajah penuh kasihan) Selir : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali. (Selir masih berbaring dan berpura-pura meringis kesakitan) Raja : Pengawal, panggil tabib istana! (Dengan suara lantang, Raja memerintah pengawal) Pengawal : Baik raja. (Dengan menundukkan kepala) Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir. Raja : Tabib, apa yang terjadi pada Selir? (Raut muka khawatir mengiringi pertanyaan raja) Tabib : Ada seseorang yang telah meracuni minuman Selir. Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri, Dewi Limaran. (Dengan wajah yakin untuk mempengaruhi Raja) Raja : Apa….? Tidak kusangka permaisuriku mempunyai perangai yang keji. (Raja berteriak heran) Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan. Raja : Patih, buang permaisuri jahat ini ke hutan! (Dengan raut wajah penuh kebencian) Patih : Siap Baginda. (Sembari menundukkan kepala) Permaisuri : Jangan baginda, hamba tidak tahu apa-apa. Hamba tidak pernah berusaha meracuni Selir. (Permaisuri diseret oleh patih, dan memohon kepada Raja dengan suara memelas) Raja : Dasar permaisuri tidak tahu diri, enyah kau dari kerajaanku. (Sembari mengacungkan jarinya) Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Patih :Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh Permaisuri : Terima kasih Patih. (sembari tersedu-sedu) Raja : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku perintahkan? (Kedua tangan di pinggang) Patih :Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda. (Berlutut di hadapan raja) Raja : Bagus…bagus (Raut wajah puas dari raja) Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. Cinde Laras : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku. (Dengan raut wajah bahagia) Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra… (Dengan suara yang nyaring dan indah) Cinde Laras :Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali. (Raut wajah heran dan merasa takjub) Cinde Laras : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa kau adalah putra dari Raden Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku? (dengan wajah penuh tanya) Permaisuri : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala. (Sembari memeluk Cindelaras) Raja : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah. (Cindelaras memohon pada ibunya) Permaisuri : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan. Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. Penyabung : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima sempurna. Jadi kamu jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus menang melawan ayam lain ya. Ayam : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah. Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayanmnya. Penyabung : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku. (Sembari melambaikan tangan memanggil Cindelaras) Cinde Laras : Baiklah (Berjalan menghampiri para penyabung ayam) Rakyat 1 & 2 : Ayo…ayo…ayo…. Rakyat 1 : Bagaimana klo kita taruhan? Rakyat 2 : Ayo… siapa takut! Aku pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang menang. Lihatlah… ayamnya besar dan kelihatan tangguh. Rakyat 1 : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil, besar tenaganya. Kecil-kecil cabe rawut. Eh maksud saya cabe rawit. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. Cinde Laras : Hamba menghadap paduka. (Sembari berlutut memberi hormat) Raja : Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata (Pikir raja dengan perasaan penuh tanda tanya) Raja : Aku dengar ayammu sangat tangguh, sekarang aku akan mengujinya sendiri. (Kedua tangan ada di pinggang) Cinde Laras : Baiklah kalau baginda menghendaki seperti itu, tapi saya mengajukan satu syarat. Jika ayamku kalah maka aku bersedia kepalaku dipancung, tetapi jika ayamku menang maka setengah kekayaan Baginda menjadi milikku. (Dengan suara penuh keyakinan) Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Penyabung Rakyat 1& 2 : Ayo…Ayo…Ayo…. Rakyat 2 : we…we…we pasti ayam cindelaras sing menang. Rakyai 1 : Oh tidak bisa…. Ayam cindelaras sudah capek. Sudah melakukan perjalanan jauh Penyabung : Woohhh… .Santai .Lihat ajalah siapa nanti yang menang, jo padu dewe‘. Dan akhirnya secara singkat ayam Cindelaras mengalahkan ayam dari Raja. Raja : Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda? (Perasaan kecewa dan penuh tanda tanya) Cinde Laras : Ayo ayamku berkokoklah! (membungkuk dan membisikkan sesuatu pada ayamnya) Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra… (Dengan suara yang nyaring) Raja : Benarkah itu? (Kaget dan tidak percaya) Cinde Laras : Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda (Dengan suara yang halus) Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri Patih : Apa yang dikatakan anak ini benar Baginda Raja. (Berlutut dan menyampaikan apa yang diketahuinya) Raja : Aku telah melakukan kesalahan (Menundukkan kepala dan menyesali apa yang telah ia lakukan) Raja : Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku. Aku akan buang dia ke hutan. (raut wajah masam dan geram) Raja : Anakku…maafkan semua kesalahan ayahmu ini. (Sembari memeluk Cindelaras) Cinde Laras : Iya ayah, tidak apa-apa. (Sembari memeluk raja) Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali LAMPIRAN 13: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) – Kondisi Awal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02 Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas/Semester: V/1 Alokasi Waktu : 3 x 35 menit I. Standar Kompetensi 1. Memahami pemahaman narasumber dan cerita rakyat secara lisan II. Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengar III. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita 2. Menyebutkan latar cerita 3. Menyebutkan tema cerita 4. Menyebutkan amanat cerita 5. Menceritakan kembali secara lisan tentang isi cerita IV. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan baik 2. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan latar cerita dengan benar 3. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan tema cerita dengan tepat 4. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan amanat cerita dengan jelas dan benar 5. Dengan penugasan, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita secara lisan dengan baik V. Karakter Siswa yang Diharapkan 1. Dapat dipercaya 2. Tanggung jawab (responsibility) 3. Berani (courage) VI. Materi Ajar Cerita rakyat VII. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Bercerita 3. Tanya jawab 4. Penugasan VIII. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan Salam, do‘a,absen mengecek kesiapan siswa 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Apersepsi 2) Menyampaikan cakupan materi b. Elaborasi 1) Guru menyuruh siswa membuat kerangka karangan untuk bercerita tentang liburan sekolah mereka 2) Siswa maju ke depan kelas untuk bercerita c. Konfirmasi Guru melakukan pembahasan tentang ceerita-cerita yang telah siswa bawakan di depan kelas 3. Kegiatan Akhir a. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok untuk persiapan pertemuan selanjutnya, yaitu pelaksanaan metode sosiodrama b. Dalam setiap kelompok, dibagikan satu naskah tentang cerita rakyat c. Kelompok 1 mendapat naaskah Malin Kundang, kelompok 2 mendapat naskah Cindelaras d. Guru meminta siswa untuk membagi peran dan berlatih e. Guru menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan dalam pertemuan selanjutnya IX. Penilaian Hasil Belajar 1. Prosedur penilaian : pre test, pelaksanaan/proses, post test X. 2. Teknik penilaian : non tes 3. Jenis penilaian : tes lisan dan pengamatan 4. Alat penilaian : lembar pengamatan No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bimo Dwi C Tri W Noviatun Aulia F Devi H Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia W Erwanto Zitni Nur A Amjad A.R Diksi Into nasi Kategori Pelafalan Ekspresi Sumber Bahan dan Alat Buku paket Bahasa Indonesia kelas 5 semester 1 Kelan caran LAMPIRAN 14: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) – Siklus 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02 Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas/Semester: V/1 Alokasi Waktu : 3 x 35 menit I. Standar Kompetensi 1. Memahami pemahaman narasumber dan cerita rakyat secara lisan II. Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengar III. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita 2. Menyebutkan latar cerita 3. Menyebutkan tema cerita 4. Menyebutkan amanat cerita 5. Menceritakan kembali secara lisan tentang isi cerita IV. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan baik 2. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan latar cerita dengan benar 3. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan tema cerita dengan tepat 4. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan amanat cerita dengan jelas dan benar 5. Dengan penugasan, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita secara lisan dengan baik V. Karakter Siswa yang Diharapkan 1. Dapat dipercaya 2. Tanggung jawab (responsibility) 3. Berani (courage) VI. Materi Ajar Cerita rakyat VII. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Sosiodrama 3. Tanya jawab 4. Penugasan VIII. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan Salam, do‘a,absen mengecek kesiapan siswa 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Apersepsi 2) Menyampaikan cakupan materi b. Elaborasi 1) Siswa mengamati penampilan bermain drama antara kelompok satu dengan yang lain 2) Setelah kelompok 1 selesai bermain drama, maka kelompok 2 menyebutkan tokoh-tokoh, latar, tema, dan amanat cerita yang telah dilihatnya dari kelompok 1. Begitu pula sebaliknya c. Konfirmasi 1) Siswa beserta guru membuat kesimpulan tentang unsur-unsur cerita 2) Guru menjelaskan hal-hal yang belum dipahami siswa 3. Kegiatan Akhir Penugasan, untuk pertemuan berikutnya, menceritakan kembali cerita yang telah dilihat pada pembelajaran hari ini IX. Penilaian Hasil Belajar 1. Prosedur penilaian : pre test, pelaksanaan/proses, post test 2. Teknik penilaian : non tes 3. Jenis penilaian : tes lisan dan pengamatan 4. Alat penilaian X. No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bimo Dwi C Tri W Noviatun Aulia F Devi H Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia W Erwanto Zitni Nur A Amjad A.R : soal tes lisan dan lembar pengamatan Diksi Into nasi Kategori Pelafalan Ekspresi Sumber Bahan dan Alat Buku paket Bahasa Indonesia kelas 5 semester 1 Tegalrejo, Agustus 2013 Kelan caran LAMPIRAN 15: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) – Siklus 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02 Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas/Semester: V/1 Alokasi Waktu : 3 x 35 menit I. Standar Kompetensi 1. Memahami pemahaman narasumber dan cerita rakyat secara lisan II. Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengar III. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita 2. Menyebutkan latar cerita 3. Menyebutkan tema cerita 4. Menyebutkan amanat cerita 5. Menceritakan kembali secara lisan tentang isi cerita IV. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan baik 2. Dengan metode sosiodrama, siswa dapat menyebutkan latar cerita dengan benar 3. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan tema cerita dengan tepat 4. Dengan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan amanat cerita dengan jelas dan benar 5. Dengan penugasan, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita secara lisan dengan baik V. Karakter Siswa yang Diharapkan 1. Dapat dipercaya 2. Tanggung jawab (responsibility) 3. Berani (courage) VI. Materi Ajar Cerita rakyat VII. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Sosiodrama 3. Tanya jawab 4. Penugasan VIII. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan Salam, do‘a,absen mengecek kesiapan siswa 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Apersepsi 2) Menyampaikan cakupan materi b. Elaborasi 1) Siswa maju satu per satu menceritakan kembali (retelling) tentang cerita rakyat yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya 2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui c. Konfirmasi 1) Guru meluruskan kesalahpahaman jika ada 2) Guru memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Akhir Guru melakukan evaluasi tentang tema yang telah dipelajari IX. Penilaian Hasil Belajar 1. Prosedur penilaian : pre test, pelaksanaan/proses, post test 2. Teknik penilaian : non tes 3. Jenis penilaian : tes lisan dan pengamatan 4. Alat penilaian : soal tes lisan dan lembar pengamatan No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bimo Dwi C Tri W Noviatun Aulia F Devi H Fahrudin Isti Qomariyah Kiki Wildan D Novitasari Rizky Setyani Rulia W Erwanto Zitni Nur A Amjad A.R X. Diksi Into nasi Kategori Pelafalan Ekspresi Kelan caran Sumber Bahan dan Alat Buku paket Bahasa Indonesia kelas 5 semester 1 Tegalrejo, Agustus 2013 Guru Kelas 5, (Siti Muthoyimah, S.Pd) Praktikan, (Dennis Ossy January) NIP. 196312201988062001 NIM. 11509009 LAMPIRAN 16: Daftar Riwayat Hidup A. Identitas Diri 1. Nama : Dennis Ossy January 2. Tempat/Tanggal Lahir : Kabupaten Semarang/27 Januari 1992 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Tegalrejo Rt.4 Rw.2 Kec. Tengaran Kab. Semarang 5. Kegiatan Sosial : EGG (English Grows to Global) ASEC (Actual Smile English Club) Yogyakarta Teater Palma Teater Getar Salatiga Kotes (Komunitas Teater Salatiga) Hijabers Salatiga (HS) Hijabers Stain Salatiga (HSS) Bina Taruna Tegalrejo Bina Usaha Tegalrejo Komunitas penulis SGK (Sanggar Gubuk Kata) Gubuk Makna B. Pendidikan 1. SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun 2003 2. SMP N 01 Tengarn Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun 2006 3. SMA N 01 Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun 2009 4. S1 STAIN Salatiga tahun 2013 C. Pencapaian 1. The second runner up of Kana Writing Contest STIBA Satya Wacana pada tahun 2008 2. Pemain pementasan naskah ―WOT‖ pada tahun 2009 yang dipentaskan di 3 tempat di Salatiga 3. Mentor keteateran di panti asuhan Dar Al Yatama Tengaran pada tahun 2010 4. Pemain pementasan naskah ―Tong-Tong Sampah‖ pada tahun 2010 di Salatiga 5. Pemain pementasan ―Merti Tanah Perdikan‖ dengan sutradara Dar Bended Bengkel Teater Rendra pada tahun 2010 yang dipentaskan di 3 kota, yakni Surabaya, Ungaran, dan Jakarta 6. Pemain naskah ―Kitab Suci dan Sumpah Palsu‖ pada tahun 2010 7. Pementasan musik keroncong di Salatiga pada tahun 2011 8. Pemain naskah ―Demokrasi‖ pada tahun 2011 9. Pemain naskah ―Salah Telu‖ yang dipentaskan di GPD Salatiga pada tahun 2011 10. Pemain Naskah ―Nikah Muda‖ dalam Workshop Biro Tazkia pada tahun 2012 11. Sutradara dalam naskah ―Peradaban Tanah Kalibening‖ pada tahun 2012 12. Mentor Beauty and Hijab Class by Oriflame pada tahun 2013 13. Pemain ―Kethoprak Uyon-Uyon Basiyo Kapusan‖ yang dipentaskan keliling di beberapa tempat dan kampung di Salatiga dan Kabupaten Semarang pada tahun 2013 DAFTAR SKK Nama NIM Jurusan/Progdi PA No : Dennis Ossy January : 11509009 : Tarbiyah/PGMI : Drs.Djami‘atul Islamiyah JENIS KEGIATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. OPAK PELAKSANAAN 18-20Agustus 2009 Pelatihan Emotional 21 Agustus 2009 Spiritual Intelligence Quotient (ESIQ) USSER EDUCATION 25-29 (Pendidikan Pemakai) Agustus 2009 oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga Sarasehan Pendidikan 9 September 2009 Keagamaan dengan tema: ―Peran Pendidikan Keagamaan dalam Meningkatkan Spiritualitas, Intelektual, dan Moralitas Bangsa― oleh SEMA, HMJ Tarbiyah, dan FKM PGMI Seminar ―Heal the 19 Maret 2011 World with Voluntary Service‖ held by Communicative English Club (CEC) Seminar Nasional 18 Juni 2011 Pendidikan ―Realisasi Pendidikan Karakter Bangsa dalam Kurikulum Pendidikan Nasional‖ oleh HMJ Tarbiyah Workshop ―Human 17 Juli 2011 Rights Education Workshop Asia Pasific Youth Network‖ oleh Yayasan Lingkar Studi Kesetaraan Aksi & Refleksi (YLSKAR) STATUS Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta NILAI 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Seminar ―Mencintai Benda Cagar Budaya sebagai Aset dan Objek Pariwisata Kota Salatiga‖ oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Dareah Kota Salatiga dan Kampoeng Salatiga Pelatihan Karya Tulis Ilmiah ―Karya Tulis Ilmiah Sebagai Salah Satu Langkah Membangun Budaya Ilmiah Mahasiswa‖ oleh HMJ Tarbiyah Certificate as Secretary of ASEC branch EGG (English Grow To Global) period JanuaryDecember 2012 by ASEC branch EGG Praktikum Pelatihan TOEFL bagi Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Angkatan 2009 oleh STAIN Salatiga Praktikum Pelatihan Iktibar al-Lughah alArabiyah Ka Lughah Ajnabiyah (ILAiK) Seminar Nasional Enterpreneurship ―Tren Bisnis Berbasis Multmedia dan Teknologi Informatika sebagai Wujud Pasar Modern― oleh Koperasi Mahasiswa Fatawa STAIN Salatiga Workshop Keteateran dalam Pekan Budaya II oleh Teater Getar STAIN 30 Juli 2011 Peserta 11 Oktober 2011 Peserta Januari Desember 2012 – Sekretari s 21 Januari – Februari 2012 4 Peserta 21 Januari – Februari 2012 4 Peserta 21 April 2012 Peserta 11 Juli 2012 Peserta Salatiga Workshop 12 Juli 2012 Sosiodrama dalam Pekan Budaya II oleh Teater Getar STAIN Salatiga 16. Dauroh 1 Desember 2012 Mar‘atus Sholihah (DMS) II dengan tema ―Muslimah Sejati, Tetap Gaul dan Syar‘i) oleh LDK Darul Amal 15. 17. Seminar Januari 2013 Kesehatan Wanita bersama AVAIL 18. Seminar Politik 13 Juni 2013 Nasional dengan tema ―Peran Nyata Mahasiswa dalam Menyikapi Perpolitikan Indonesia‖ oleh Senat Mahasiswa STAIN Salatiga 19. Seminar 18 Juni 2013 Regional Deteksi Dini Gangguan Perkembangan pada Anak oleh Talenta Kids dan Biro Konsultasi Tazkia Jumlah skor Peserta Peserta Peserta Peserta LAMPIRAN 17: Daftar Riwayat Hidup D. Identitas Diri 6. Nama : Dennis Ossy January 7. Tempat/Tanggal Lahir: Kabupaten Semarang/27 Januari 1992 8. Jenis Kelamin 9. Alamat : Perempuan : Tegalrejo Rt.4 Rw.2 Kec. Tengaran Kab. Semarang 10. Kegiatan Sosial : EGG (English Grows to Global) ASEC (Actual Smile English Club) Yogyakarta Teater Palma Teater Getar Salatiga Kotes (Komunitas Teater Salatiga) Hijabers Salatiga (HS) Hijabers Stain Salatiga (HSS) Bina Taruna Tegalrejo Bina Usaha Tegalrejo Komunitas penulis SGK (Sanggar Gubuk Kata) Gubuk Makna E. Pendidikan 5. SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun 2003 6. SMP N 01 Tengarn Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun 2006 7. SMA N 01 Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, lulus tahun 2009 8. S1 STAIN Salatiga tahun 2013 F. Pencapaian 14. The second runner up of Kana Writing Contest STIBA Satya Wacana pada tahun 2008 15. Pemain pementasan naskah ―WOT‖ pada tahun 2009 yang dipentaskan di 3 tempat di Salatiga 16. Mentor keteateran di panti asuhan Dar Al Yatama Tengaran pada tahun 2010 17. Pemain pementasan naskah ―Tong-Tong Sampah‖ pada tahun 2010 di Salatiga 18. Pemain pementasan ―Merti Tanah Perdikan‖ dengan sutradara Dar Bended Bengkel Teater Rendra pada tahun 2010 yang dipentaskan di 3 kota, yakni Surabaya, Ungaran, dan Jakarta 19. Pemain naskah ―Kitab Suci dan Sumpah Palsu‖ pada tahun 2010 20. Pementasan musik keroncong di Salatiga pada tahun 2011 21. Pemain naskah ―Demokrasi‖ pada tahun 2011 22. Pemain naskah ―Salah Telu‖ yang dipentaskan di GPD Salatiga pada tahun 2011 23. Pemain Naskah ―Nikah Muda‖ dalam Workshop Biro Tazkia pada tahun 2012 24. Sutradara dalam naskah ―Peradaban Tanah Kalibening‖ pada tahun 2012 25. Mentor Beauty and Hijab Class by Oriflame pada tahun 2013 26. Pemain ―Kethoprak Uyon-Uyon Basiyo Kapusan‖ yang dipentaskan keliling di beberapa tempat dan kampung di Salatiga dan Kabupaten Semarang pada tahun 2013