BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG BISNIS ELECTRONIC COMMERCE Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa dampak pada berbagai sisi kehidupan. Dengan teknologi informasi yang berkembang saat ini, maka akan memudahkan orang untuk dapat mengetahui ataupun berkomunikasi dalam jarak jauh pada berbagai belahan bumi secara seketika dalam hitungan detik sekalipun. Teknologi informasi melalui internet bahkan telah mengubah unsur-unsur dunia maya (cyber space). Berbagai perubahan telah mempengaruhi pula pada kegiatan perdagangan yang semula dilakukan melalui kontak secara fisik, kini dengan internet, kegiatan perdagangan dilakukan secara elektronik. Kemajuan yang pesat di bidang teknologi membawa dampak pada dunia bisnis. Faktor ini sangat mendesak untuk segera dibuat pengaturan dunia maya dalam pengaturan perundangundangan. Sistem perdagangan dengan memanfaatkan sarana internet telah mengubah wajah dunia bisnis di Indonesia. Kontrak Dagang Elektronik (E-Commerce) lahir selain disebabkan adanya perkembangan teknologi informasi, juga karena tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang serba cepat, mudah dan praktis. Melalui internet masyarakat memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam memilih produk Universitas Sumatera Utara (barang dan jasa) yang akan dipergunakan tentunya dengan berbagai kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkan. A. Pengertian Bisnis Electronic Commerce Berdasarkan konteksnya, maka defenisi e-commerce secara luas adalah : “segala bentuk aktivitas perdagangan dengan menggunakan media elektronik”. 4 Media elektronik yang dimaksud dalam konteks ini berupa telepon, fax, internet dan sebagainya. E-Commerce, sebagai bagian dari electronic business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan defenisinya dari terminologi e-commerce. Dimana pengertian e-commerce secara umum adalah segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa dengan menggunakan media elektronik. Suatu kegiatan e-commerce dilakukan dengan orientasi-orientasi sebagai berikut : 5 1. Pembelian online (online transaction) 2. Komunikasi digital (digital communication), yaitu suatu komunikasi secara elektronik. 3. Penyediaan jasa (service), yang menyediakan informasi tentang kualitas produk dan informasi instan terkini. 4 Centre of Human Resources, Introduction to E-Commerce, Materi Pelatihan Kejahatan Komputer dan Siber Serta Antisipasinya, Medan, 20 Desember 2002. 5 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Globalisasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 408. Universitas Sumatera Utara 4. Proses bisnis, yang merupakan system dengan sasaran untuk meningkatkan otomatisasi proses bisnis. 5. Proses penyesuaian , yang memungkinkan proses penyesuaian produk dan jasa untuk diadaptasikan pada kebutuhan bisnis. Bila dilihat dari sudut para pihak dalam bisnis e-commerce, maka yang menjadi jenis-jenis transaksi dari suatu kegiatan e-commerce adalah sebagai berikut 6: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Business to Business (B2B) Business to Consumer (B2C) Consumer to Consumer (C2C) Consumer to Business (C2B) Non Business E-Commerce Intrabusiness (Organizational) E-Commerce Tidak semua jenis e-commerce tersebut berlaku efektif. Seperti C2C merupakan transaksi dimana konsumen menjual produk secara langsung ke konsumen lainnya. Sistem ini biasanya dijumpai dalam situs lelang. C2B merupakan individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi dan individu yang mencari penjual dan melakuka transaksi. Non-Business e-commerce adalah meliputi kegiatan non bisnis seperti kegiatan lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, keagamaan dan lain-lain, sedangkan intrabusiness (organizational) e-commerce meliputi semua aktivitas internal organisasi melalui internet untuk melakukan pertukaran barang, jasa dan informasi, menjual produk perusahaan kepada karyawan dan lain-lain. Sedangkan model bisnis yang efektif berlaku adalah B2B dan B2C. 6 7 7 Ibid. Ibid. Universitas Sumatera Utara Business to Business (B2B) Transaksi ini merupakan bisnis e-commerce yang paling banyak dilakukan. Dalam suatu rangkaian distribusi, kehadiran internet dapat menghubungkan semua aktifitas bisnis lainnya, tidak peduli dimana dia berada atau posisinya dalam rangkaian distribusi. Para pihak yang mengadakan kontrak tentu saja adalah para pihak yang bergerak dalam bidang bisnis yang dalam hal ini mengikatkan dirinya di dalam suatu kontrak untuk melakukan suatu kegiatan usaha dengan pihak pebisnis lain. Dalam model B2B ini dapat juga terjadi antara suatu korporasi dengan supliernya (ISP) atau dengan distributor/retailernya. Contoh B2B adalah 8: 1. Transaksi Inter-Organizational Systems (IOS), misalnya transaksi ekstranet, electronic funds transfer, electronic forms, intergrated messaging, share data based, supply chain management, dan lain-lain. 2. Transaksi pasar elektronik (electronic market transaction). Business to Consumer (B2C) Para pihak di dalam e-commerce adalah pedagang (electronic merchant) yang menawarkan suatu produk atau jasa kepada pihak konsumen (electronic customer) yang menggunakan/membeli barang/jasa yang ditawarkan. 9 Layanan B2C yang diberikan melalui internet secara langsung sebenarnya mengalami pergeseran dari sistem yang konvensional, yaitu dengan adanya : 1. Penjualan satu arah (one way marketing), perusahaan-perusahaan yang memiliki situs web atau homepage tetap memiliki mekanisme distribusi yang mencolok 8 9 Ibid. Penerapan E-Commerce, artikel http:/www.capella.co.id. Universitas Sumatera Utara untuk mempublikasikan brosur-brosurnya, mendorong strategi pemasaran satu arah. 2. Pemesanan melalui web, tersedianya transaksi web yang aman memungkinkan suatu perusahaan untuk membolehkan konsumennya untuk memesan produk langsung melalui web. Katalog-katalog elektronik dan mal-mal maya menjadi suatu hal yang biasa. 3. Hubungan Penjualan (Relationship marketing), yang paling mencolok dari paradigma ini adalah apa yang disebut relationship marketing. Karena tingkah laku pelanggan dapat dilacak dari web, pada saat masuk ke situs perusahaan, perusahaan-perusahaan dapat melakukan suatu percobaan dengan metodologi ini sebagai perangkat untuk meriset pasar dan relationship marketing misalnya: a. survei melalui web. b. menggunakan web untuk membuat kesimpulan mengenai profil pembelian konsumen. c. mengkustomisasikan produk dan layanan d. mencapai kepuasan konsumen dan pembangunan loyalitas pelanggan. Adapun produk yang ditawarkan biasanya berupa produk retail yang dibutuhkan langsung untuk pelanggan (customer). Jenis produk yang ditawarkan biasanya bervariasi dengan besar harga yang cukup terjangkau oleh konsumen. Contohnya kerajinan tangan (handycraft), buku, aksesoris komputer, CD, produk dalam formal digital yang dapat diunduh (download) seperti musik, perangkat lunak (software), dokumen dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara B. Sejarah Bisnis Electronic Commerce Bisnis e-commerce sendiri muncul dan dikenal melalui perkembangan kemajuan teknologi informasi yaitu dengan kehadiran sistem jaringan internet, oleh sebab itu perkembangan bisnis ini tidak terlepas dari sejarah internet. Internet yang dikenal sekarang berasal dari suatu jaringan (network) yang diciptakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Network ini dinamakan ARPAnet, dibangun oleh Research Projects Agency (ARPA) 10 dengan tujuan untuk menghubungkan berbagai lokasi militer dan lokasi riset, di samping juga merupakan protek riset tersendiri yang bertujuan untuk membangun sistem jaringan yang handal. Keterhubungan melalui jaringan internet dijalankan melalui beberapa metode, diantaranya metode protokol yang diciptakan untuk memungkinkan terminal komputer yang berlainan jenis dan system untuk berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Dari metode protokol ini dikembangkan metode pengiriman data melalui jalur komunikasi dengan menggunakan kelompok-kelompok data dengan tujuan masing-masing dalam suatu paket, metode ini sekarang dikenal dengan nama Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP). Pada akhir tahun 1980-an, National Science Foundation (NSF), yaitu lembaga yang didirikan di Amerika Serikat, secara bertahap mulai mengembangkan jaringannya sendiri yang dinamakan NSFNET dengan menggunakan teknologi yang 10 Barry M. Leiner, et.al., Sejarah Singkat Internet, (Bagian I), Terjemahan JPN. Sunarno, http:/www.hukumonline.com. Universitas Sumatera Utara dikembangkan oleh ARPAnet, dan juga mengembangkan high-speed backbone network yang semula digunakan untuk memungkinkan kampus-kampus dan lembaga-lembaga riset untuk menggunakan jaringan tersebut dan penggunaan ini kemudian meningkat dengan diperkenalkannya e-commerce mail dan juga pengiriman data dan informasi antar lokasi. Dengan perkembangan ini muncullah apa yang dinamakan internet. Saat ini internet telah dikenal hampir diseluruh dunia dan jutaan orang telah merasakan manfaatnya. Banyak perusahaan yang telah menjalankan bisnisnya dibidang internet ini dan saat ini dapat dikatakan bahwa internet telah menjadi sektor bisnis tersendiri. Semakin berkembangnya penggunaan komputer untuk berbagai keperluan di perusahaan turut mendukung penggunaan internet. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan internet ini, diantaranya kecepatan transfer data antar bagian, surat-menyurat secara elektronik dan pencarian data-data dan informasi yang diperlukan perusahaan. Penggunaan internet untuk keperluan bisnis dan perdagangan mulai dikenal beberapa tahun belakangan ini dan dengan cepat meluas, terutama di negara-negara maju. Dengan perdagangan melalui internet ini berkembang pula sistem bisnis virtual dimana pelaku bisnis menjalankan bisnis dan perdagangan melalui media internet dan tidak lagi mengandalkan basis perusahaan yang konvensional. Universitas Sumatera Utara C. Prinsip-prinsip Hukum Kontrak Dagang Indonesia Salah satu bidang hukum yang banyak tersentuh dari adanya transaksi via ecommerce adalah bidang hukum kontrak. Kontrak dagang tidak lagi merupakan paper based economy, tetapi digital electronic economy. Di dalam KUH Perdata Buku III ditemukan pengaturan perjanjian bernama dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII. Kontrak dagang elektronik yang berkembang di luar KUH Perdata, berdasarkan doktrin termasuk ke dalam kategori yang dinamakan kontrak tidak bernama (onbenoemde contract). Terhadap diterapkannya ajaran umum (Bab I sampai dengan Bab IV KUH Perdata). 11 Di dalam KUH Perdata ditentukan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 KUH Perdata). Mengingat perjanjian membawa akibat hukum bagi para pihak yang membuatnya, maka suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata sahnya suatu perjanjian harus memenuhi empat syarat, yakni adanya : 1. Kesepakatan para pihak 2. Kecakapan membuat suatu perjanjian. 3. Hal tertentu. 4. Sebab yang halal 11 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 295 12 R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1978, hal. 20 Universitas Sumatera Utara Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif karena mengenai orangorangnya atau subjek yang mengadakan perjanjian. Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objeknya dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Dalam hal syarat objektif yang tidak dipenuhi, maka perjanjian ini batal demi hukum (Null and void) artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Dalam hal syarat subjektif tidak dipenuhi, perjanjian dapat dibatalkan (voidable) artinya para pihak dapat meminta kepada hakim untuk membatalkan perjanjian. 12 Pada prinsipnya menurut KUH Perdata, bentuk suatu perjanjian adalah bebas, tidak terikat pada bentuk tertentu, namun ada beberapa kontrak yang harus dibuat dalam bentuk notariel. Apabila melihat segi perjanjian atas pelaksanaan bisnis e-commerce maka yang menjadi dasar hukum adalah KUH Perdata dan KUH Dagang. Akan tetapi masih banyak lagi permasalahan hukum yang terkait dalam bidang bisnis ecommerce. Karena pengaturannya di Indonesia belum ada yang secara khusus mengatur e-commerce atau cyberlaw maka untuk para pelaku bisnis e-commerce mengacu kepada peraturan-peraturan positif nasional yang ada dan hukum internasional tentang e-commerce atau cyberlaw. Di dalam perkembangan e-commerce dewasa ini, terdapat beberapa bentuk model hukum yang telah dikembangkan. Hukum e-commerce atau yang dikenal dengan cyberlaw ini harus memberikan pengaturan terhadap bentuk-bentuk kegiatan yang terjadi di dalam cyberspace. Universitas Sumatera Utara Sebagai salah satu alternatif bagi pemerintah untuk segera mungkin dapat memberikan suatu model law bagi pengaturan e-commerce atau suatu model law dari kontrak e-commerce. Dengan adanya perkembangan kebutuhan yang lebih meningkat di dalam perdagangan saat ini maka sudah saatnya bagi Indonesia untuk dapat memiliki peraturan e-commerce. Beberapa peraturan yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pembuatan dari peraturan e-commerceadalah : 1. UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce 13 Suatu bentuk model law yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-bangsa untuk memberikan aturan yang dapat digunakan oleh negara-negara baik yang menganut sistem hukum kontinental maupun sistem hukum anglo saxon. Beberapa ketentuan prinsip utama yang digariskan dalam UNCITRAL Model Law on E-Commerce yang merupakan dasar hukum yang sangat penting adalah bahwa: a. Segala informasi elektronik dalam bentuk data elektronik dapat dikatakan memiliki akibat hukum, keabsahan ataupun kekuatan hukum. (Information shall not be denied legal effect, validity or enforce ability solely on the grounds that it is in the form of data message). b. Dalam hal hukum mengharuskan adanya suatu informasi harus dalam keadaan tertulis maka suatu data elektronik dapat memenuhi syarat untuk itu (artikel 6 UNCITRAL Model Law on E-Commerce, “where the law requires information to be in writing, the requirement is met by a data massage if the information contained there in is accessible so as to be useble for subsequent reference)”. 13 Mariam Darus Badrulzaman, E-Commerce Tinjauan Dari Aspek Keperdataan, Makalah Seminar Nasional Tentang Cyber Law, Pusat Study Hukum dan Kemasyarakatan, Graha Kirana dan PEG, Medan, 30 Januari 2001, hal. 24. Universitas Sumatera Utara Jika melihat pembebanan pembuktian dan daluarsa, bahwa yang merupakan alat bukti salah satunya adalah bukti tertulis. Apabila hal ini digunakan maka data elektronik dapat dijadikan sebagai bukti yang sah. c. Dalam hal kekuatan pembuktian data yang bersangkutan maka pesan data (data message) memiliki kekuatan pembuktian. Dalam hal ini data message merupakan informasi yang diperoleh, dikirim, diterima ataupun disimpan biasanya dalam bentuk Electronic data Interchange (EDI), pesan elektronik, telegram, teletext ataupun telecopy. 2. Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998 Peraturan ini dikeluarkan untuk memfasilitasi perkembangan e-commerce. Terdapat beberapa hal yang digariskan dalam ETA ini yaitu : 14 a. Tidak ada perbedaan antara data elektronik dengan dokumen kertas. b. Suatu data elektronik dapat menggantikan suatu dokumen tertulis. c. Para pihak dapat melakukan kontrak secara elektronik. d. Jika suatu data elektronik telah diterima oleh para pihak maka mereka harus bertindak sebagaimana kesepakatan yang terdapat pada data tersebut. 3. EU Model Law on E-Commerce (8 Juni 2000) Terdapat adanya beberapa hal yang penting diperhatikan khususnya mengenai masalah kontrak ini bahwa : 14 15 15 Ibid, hal. 26. Ibid, hal. 27. Universitas Sumatera Utara a. Setiap negara-negara anggota akan memastikan bahwa sistem hukum mereka memperbolehkan kontrak dibuat dengan menggunakan sarana elektronik. b. Namun para negara anggota dapat pula mengadakan pengecualian terhadap ketentuan di atas dalam hal : 1) Kontrak dalam hal menciptakan atau melakukan pengalihan hak real estate. 2) kontrak yang diatur dalam hukum keluarga. 3) kontrak penjaminan 4) kontrak yang melibatkan kewenangan pengadilan. c. Setiap negara harus dapat memberikan pengaturan yang relevan atas kontrak elektronik yang berlangsung. Di Indonesia sendiri peraturan khusus tentang ini tidak ada diatur oleh sebab itu yang menjadi landasan aspek hukum dari bisnis e-commerce adalah KUH Perdata, dan perundang-undangan positif lainnya seperti : 1. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi 2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 3. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 4. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas 5. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 6. Undang-Undang tentang Hak Milik Kekayaan Intelektual 7. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-undang No. 36 Tahun 1999 dan PP No. 52 Tahun 2000 tentang Telekomunikasi khususnya mengatur setiap orang atau institusi yang menggunakan Universitas Sumatera Utara internet, membuka warung internet, menggunakan jaringan area lokal (local area network) dan sejenisnya harus meminta izin dari pemerintah. Hal ini menjadikan dasar hukum dan melatarbelakangi kegiatan bisnis e-commerce untuk dapat berdiri dan bergerak walaupun aspek hukum yang ditimbulkan oleh e-commerce sendiri belum ada pengaturannya sehingga harus mengacu pada analogi peraturan positif yang ada. Baru pada awal tahun 2008, pemerintah Indonesia yang digawangi oleh Depkominfo membidani lahirnya Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU ITE lebih khusus lagi pada Bab V Pasal 17 sampai dengan Pasal 22 menciptakan suatu rezim aturan baru dibidang transaksi elektronik yang selama ini kosong. Meskipun aturan tentang transaksi elektronik tidak diatur secara khusus dalam suatu undang-undang, keberadaan pasal ini sangat penting untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi pengguna sarana e-commerce. Terlebih saat ini pemerintah tengah mematangkan lahirnya Peraturan Pemerintah di bidang Transaksi Elektronik. Perlindungan hukum dalam transaksi elektronik pada prinsipnya harus menempatkan posisi yang setara antar pelaku usaha online dan konsumen. Transaksi elektronik dalam e-commerce tentu saja melibatkan pelaku usaha dan konsumen. Meskipun terlihat sebagai sebuah transaksi maya, transaksi elektronik dalam e-commerce di Indonesia harus tetap tunduk pada ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Keberadaan UU ITE dapat dijadikan partner hukum UUPK untuk saling mendukung satu sama lainnya. Universitas Sumatera Utara