BOKASHI EFFECT ON GROWTH AND YIELD KIRINYU PLANT

advertisement
BOKASHI EFFECT ON GROWTH AND YIELD KIRINYU PLANT ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L.) TO GROUND PEAT
Sularto (1), Iwan Sasli (2), Dwi Zulfita (2)
(1)
Faculty of Agriculture and (2) staff Lecturer Faculty of Agriculture
University Tanjungpura
Pontianak
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect on growth and Bokashi Kirinyu Results
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) In Peat Soil. This research was conducted at the location of
Jl. Arterial Supadio Km 14.8 Kubu Raya district with a long study began on March 19 to July
18, 2012. The method used in this penetitian pattern is completely randomized design (CRD)
1 kirinyu bokasi factor (B), which consists of 6 standard treatment bokasi kirinyu with 4
replications. Each replication consisted of 3 samples so that the number of plants used in this
study were 72 plants. Treatment is b0 = Without giving bokasi kirinyu / polybag, b1 = 10%
bokasi kirinyu / polybag or equal to 1 kg bokasi kirinyu, b2 = 20% bokasi kirinyu / polybag
or equal to 2 kg bokasi kirinyu, b3 = 30% bokasi kirinyu / polybag or equal to 3 kg bokasi
kirinyu, b4 = 40% bokasi kirinyu / polybag or equal to 4 kg bokasi kirinyu, b5 = 50% bokasi
kirinyu / polybag or equal to 5 kg bokasi kirinyu. The variables observed in this study were
plant height, number of productive branches, plant dry weight, root volume, weight of fresh
fruit cultivation, planting and dried fruit heavy environmental monitoring. The results showed
that administration of bokasi kirinyu significantly different in plant height at week-4 weeks,
the 6th, the 7th and the 8th week and at week-1, the 2nd, the 3rd, the 5th, the 9th and 10th
gave no real effect. Giving bokasi kirinyu no real effect on the number of productive
branches, plant dry weight, root volume and dry weight of the fruit crop and significantly
affect the weight of the fruit fresh roselle plant. The treatment dose of 2 kg / polybag,
produce the best crop of fresh fruit weight.
Keywords: Bokashi Kirinyu, Rosella, Peat Soil.
1
PENGARUH BOKASI KIRINYU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.)
PADA TANAH GAMBUT
Sularto (1), Iwan Sasli (2), Dwi Zulfita (2)
(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
Pontianak
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Bokashi Kirinyu
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pada Tanah Gambut.
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Jl. Arteri Supadio Km 14,8 Kabupaten Kubu Raya
dengan lama penelitian mulai tanggal 19 maret sampai 18 juli 2012. Metode yang digunakan
dalam penetitian ini adalah dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor bokasi
kirinyu (B) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan bokasi kirinyu dengan 4 ulangan. Masingmasing ulangan terdiri dari 3 sampel sehingga dengan jumlah tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 72 tanaman.
Perlakuan tersebut adalah b0 = Tanpa pemberian
bokasi kirinyu/polibag, b1 = 10 % bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 1 kg bokasi
kirinyu, b2 = 20 % bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 2 kg bokasi kirinyu, b3 = 30 %
bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 3 kg bokasi kirinyu, b4 = 40 % bokasi
kirinyu/polibag atau setara dengan 4 kg bokasi kirinyu, b5 = 50 % bokasi kirinyu/polibag
atau setara dengan 5 kg bokasi kirinyu. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah
tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, volume akar, berat buah
segar pertanaman, berat buah kering pertanaman dan pengamatan lingkungan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berbeda nyata pada tinggi tanaman
pada minggu minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8 dan pada minggu ke-1, ke-2, ke-3,
ke-5, ke-9 dan ke-10 memberikan pengaruh tidak nyata. Pemberian bokasi kirinyu
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, volume
akar dan berat buah kering pertanaman dan berpengaruh nyata terhadap berat buah segar
tanaman rosella. Perlakuan dosis 2 kg/polybag, menghasilkan berat buah segar pertanaman
terbaik.
Kata kunci : Bokasi Kirinyu, Rosella, Tanah Gambut.
PENDAHULUAN
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman herbal sejenis semak
(perdu) yang ada di seluruh wilayah tropis dunia. Rosella dapat dikonsumsi untuk dibuat teh
merah, bijinya dibuat kopi, dan kelopaknya untuk membuat kerajinan seperti bungabungaan. Rosella mempunyai banyak manfaat terutama manfaat kesehatan dan ekonomi.
Menurut Mardiah dkk (2009), kandungan gizi kelopak bunga segar tiap 100 gram adalah
kalori 49, air 84,5 %, protein 1,145 gr, lemak 2,61 gr, karbohidrat 12,3 %, serat 12 gr, abu
6,9 gr, Ca 1,283 mg, p 273,2 mg, Fe 8,98 mg, kalsium 1,263 gr, fosfor 273.2 mg, zat besi
2
8,98 mg, malic acid 3,31 %, fruktosa 0,82 %, sukrosa 0,24 %, karoten 0,029 %,
tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, asam askorbat 6,7 mg, asam malat 3,31 %.
Menurut Mardiah dkk. (2009), Rosella mengandung gossypetin, anthocyanin dan
glukosa hubiscin yang mempunyai efek diuretic dan choleretic, memperlancar peredaran
darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai
tonik (obat kuat), mengandung vitamin C kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit, mengandung kalsium kadar tinggi
yang dapat mengurangi resiko osteoporosis dan membantu pertumbuhan tulang, mengandung
zat flavonoid yang berfungsi sebagai antibiotik pembunuh kuman-kuman penyebab penyakit
serta penyaring racun dalam tubuh, mempunyai efek anti-hipertensi, anti kram otot, anti
infeksi bakteri dan membantu proses pencernaan, membantu mengurangi ketergantungan
pada alkohol.
Selain itu, mencegah peradangan pada saluran kencing dan pembentukan batu ginjal,
memperlambat pertumbuhan jamur atau bakteri yang menyebabkan demam
tinggi,meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh, bunga rosella bersifat detoksifikasi
(menetralkan racun), menurunkan tekanan darah, kadar gula darah, asam urat dan kolesterol
tubuh, mengatasi batuk, sariawan dan sakit tenggorokan, mampu mengurangi pusing
migrane, menghaluskan kulit serta mengurangi keriputan, membuat langsing tubuh,
mengandung OMEGA3, maka dapat memacu pertumbuhan DHA, mengurangi dampak
negatif nikotin , mengurangi ketergantungan pada narkoba.
Berbagai jenis tanah dapat ditanami rosella, asalkan bertekstur ringan dan berdrainase
baik. Rosella toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak cocok di tanam di
tanah salin atau berkadar garam yang tinggi. Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosela
adalah 5,5-7 dan masih dapat toleran pada pH 4,5-8,5. Selain itu rosella tidak tahan terhadap
genangan air (Mardiah dkk., 2009).
Kalimantan Barat memiliki potensi yang cukup besar dalam upaya pengembangan
tanaman rosella. Hal ini didukung oleh luasnya lahan yang belum diolah sebagai areal
pertanian. Salah satu jenis tanah yang mempunyai potensi untuk pengembangan rosella
adalah tanah gambut yang luasnya mencapai 19.935 km² atau 2.030.580 ha dari total luas
wilayah Kalimantan Barat yaitu 146.807 km² (Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, 2005)
Pengembangan tanaman rosella di lahan gambut dihadapkan pada faktor pembatas
yang dapat mengurangi produktivitas lahan seperti ketersediaan unsur hara yaitu N, P, K, Ca,
dan Mg yang rendah dan tingkat kemasaman yang tinggi. Kemasaman yang tinggi dengan
kejenuhan basa yang rendah menyebabkan kurang tersediannya unsur hara makro dan mikro
yang dapat diserap oleh tanaman.
Berbagai alternatif teknologi telah dicoba untuk meningkatkan kesuburan tanah
gambut diantaranya dengan pengapuran dan pupuk anorganik, namun karena daya adsorbsi
gambut yang rendah mengakibatkan penggunaan pupuk anorganik tidak efisien karena baik
kation maupun anion akan mudah tercuci. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi gambut adalah dengan menambahkan bokashi.
Pemberian bokashi pada tanah gambut akan meningkatkan unsur hara, memperbaiki struktur
tanah, meningkatkan kegiatan biologi gambut, ketersediaan unsur mikro dan meningkatkan
pH tanah (Hakim, dkk 1986).
Salah satu bokashi yang dapat diberikan adalah bokashi kirinyu. Tumbuhan kirinyu
(Eupatorium oduratum), merupakan salah satu tumbuhan perdu dan banyak terdapat pada
lahan-lahan terbuka yang selama ini dianggap sebagai gulma. Tumbuhan ini cepat tumbuh
3
dalam waktu 6 bulan, populasinya dapat mencapai 11 ton/ha (Lubis, 1992) sehingga cukup
potensial digunakan sebagai bahan baku bokashi karena selain penyebarannya luas, proses
dekomposisinya lebih cepat dan mengandung unsur hara N, P, K, Ca, Mg yang cukup tinggi.
. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bokashi kirinyu
pertumbuhan dan hasil rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada tanah gambut.
terhadap
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di lokasi Jl. Arteri Supadio Km 14,8 Kubu Raya. Penelitian ini
berlangsung dari 19 April sampai 18 Juli 2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan pola Rancangan Acak
Lengkap (RAL) 1 faktor bokasi kirinyu (B) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan bokashi
kirinyu dengan 4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 3 sampel sehingga jumlah bibit
yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 72 bibit. Perlakuan tersebut adalah: b0 =
Tanpa pemberian bokashi kirinyu/polibag, b1 = 10 % bokashi kirinyu/polibag atau setara
dengan 1 kg bokashi kirinyu, b2 = 20 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 2 kg
bokashi kirinyu, b3 = 30 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 3 kg bokashi kirinyu,
b4 = 40 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 4 kg bokashi kirinyu, b5 = 50 %
bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 5 kg bokashi kirinyu.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, berat kering tanaman, volume akar, berat buah segar pertanaman, berat buah kering
pertanaman dan pengamatan lingkungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Tinggi Tanaman (cm)
Hasil analisis keragaman pengaruh bokasi kirinyu terhadap tinggi tanaman dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Keragaman Pengaruh Bokasi Kirinyu Terhadap Tinggi Tanaman
Sumber
Keragaman
F
Tabel
F Hitung
1 mst
2 mst
3 mst
4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
8 mst
9 mst
10 mst
5%
2,77
Perlakuan
Galat
2,55tn
1,60tn
1,45tn
3,12*
2,75tn
3,78*
4,32*
3,63*
1,89tn
1,25tn
Total
2,55
1,60
1,45
3,12
2,75
3,78
4,32
3,63
1,89
1.25
10,70%
9,70%
8,30%
5,80%
5,40%
5,30%
5,30%
5,40%
5,90%
7,30%
KK (%)
Keterangan : * : Berpengaruh nyata
tn :
Berpengaruh tidak nyata
4
Berdasarkan data hasil analisis keragaman pada Tabel 1, menunjukkan bahwa
pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-9, ke-10 dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu
ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8
dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Bokasi Kirinyu Terhadap Tinggi Tanaman (cm)
Rerata (cm)
Bokasi Kirinyu
(kg/polybag)
4 mst
6 mst
7 mst
8 mst
Tanpa Bokasi
122,50 b
162,25 a
170,75 a
177,13 a
1
130,00 a
156,88 b
163,25 b
167,00 b
2
120,38 c
148,75 c
155,00 c
160,88 c
3
125,50 b
154,63 b
158,63 bc
163,38 bc
4
114,38 d
143,00 d
148,25 d
154,75 d
5
114,13 d
142,75 d
148,75d
154,50 d
BNJ 5%
4,9
5,6
5,8
6,1
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda tidak
nyata pada taraf uji BNJ taraf 5%
Hasil Uji BNJ pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosella pada umur 4
minggu setelah tanam dengan pemberian bokasi kirinyu dengan dosis 1 kg/polybag berbeda
nyata jika dibandingkan dengan tinggi tanaman rosella tanpa bokasi kirinyu dan pemberian
bokasi kirinyu dengan dosis (2, 3, 4, dan 5 kg/polybag) sehingga tinggi tanaman rosella pada
umur 6 mst, 7 mst, 8 mst dan tanpa pemberian bokasi berbeda nyata dibandingkan dengan
tinggi tanaman rosella dengan pemberian berbagai dosis bokasi kirinyu (1, 2, 3, 4, dan 5
kg/polybag). Pemberian dosis bokasi dari 4 kg/polybag ke 5 kg/polybag menunjukkan tinggi
tanaman rosella berbeda tidak nyata pada minggu ke 4, 6, 7, dan 8 minggu setelah tanam.
Pola pertumbuhan tinggi tanaman pada setiap minggu pengamatan pada berbagai perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
bokasi kirinyu dapat dilihat pada Gambar 1.
200
Tanpa bokasi
150
1 kg
100
2 kg
50
3 kg
0
4 kg
1
2
3
4
5
6
7
8
Umur Tanaman (mst)
5
9
10
5 kg
Gambar 1. Tinggi Tanaman Rosela Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu
Gambar 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosela yang tertinggi dihasilkan
tanaman rosella dengan perlakuan tanpa bokasi kirinyu yaitu 173,63 cm sedangkan tinggi
tanaman terendah dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5
kg/polybag yaitu 156 cm setelah tanam.
B. Jumlah Cabang Produktif
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh
tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman rosella. Jumlah cabang produktif
Jumlah Cabang Produktif
(cabang)
tanaman rosella pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-2.
18
16
14.5
16,12
15.25
15.5
14,12
13,62
4
5
14
12
Tanpa
Bokasi
1
2
3
Dosis Bokasi Kirinyu (kg/polybag)
Gambar 2. Jumlah Cabang Produktif Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu
Gambar 2, menunjukkan bahwa jumlah cabang produktif yang tertinggi dihasilkan
tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag yaitu 16,12 cabang
sedangkan jumlah cabang produktif terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian
bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 13,62 cabang.
C. Berat Kering Tanaman (g)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh
tidak nyata terhadap berat kering tanaman rosella. Berat kering tanaman rosella pada berbagai
perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-3.
6
Berat Kering Tanaman
200
100.13
82.6
100
82.72
90.16
87.62
105.15
0
Tanpa
bokasi
1
2
3
4
5
Dosis Bokasi Kirinyu (kg/polybag)
Gambar 3. Berat kering tanaman pada berbagai perlakuan bokasi kirinyu
Gambar 3, menunjukkan bahwa berat kering tanaman rosela tertinggi dihasilkan
tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 105,15 g sedangkan
terendah dihasilkan tanaman rosella pada perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu
82,60 g.
D. Volume Akar (ml)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh
tidak nyata terhadap volume akar tanaman rosella. Volume akar tanaman rosella pada
berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-4:
Volume Akar
5.4
5.25
5.2
5
4.8
5,0
5,0
5,0
5,0
4.75
4.6
4.4
0
1
2
3
4
Dosis Bokasi Kirinyu(kg/polybag)
5
Gambar 4. Volume Akar Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu
Gambar 4. menunjukkan bahwa volume akar tertinggi dihasilkan tanaman rosella
yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 5,25 ml sedangkan terendah
dihasilkan tanaman rosella pada perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 4,75 ml.
7
E. Berat Buah Segar Pertanaman (g)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu pengaruh
nyata terhadap berat buah segar tanaman rosella . Untuk mengetahui perbedaan antara
perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap berat buah segar pertanaman dilakukan uji BNJ
yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji BNJ Pengaruh Bokasi Kirinyu Terhadap Buah Segar Pertanaman (g)
Bokasi Kirinyu
Rerata (g)
(kg/polybag)
Tanpa Bokasi
107,49 e
1
154,99 bc
2
202,87 a
3
137,49 d
4
140,42 cd
5
168,33 b
BNJ 5%
24,3
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda tidak nyata
pada taraf uji BNJ taraf 5%
Hasil uji BNJ pada Tabel 3 menunjukkan bahwa berat buah segar pertanaman dengan
pemberian bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag berbeda nyata dibandingkan dengan berat
buah segar pertanaman tanpa pemberian bokasi kirinyu dan pemberian bokasi kirinyu pada
perlakuan lainnya ( 1, 3, 4 dan 5 kg/polybag). Berat buah segar pertanaman pada perlakuan 1
kg/polybag berbeda tidak nyata dibandingkan dengan berat buah segar pertanaman pada
perlakuan 5 kg/polybag. Berat buah segar pertanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman
rosella yang diberi perlakuan bokasi kirinyu dengan dosis 2 kg/polybag yaitu 202,87 g
sedangkan berat buah segar pertanaman terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian
bokasi kirinyu dengan perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 107,49 g.
F. Berat Buah Kering Pertanaman (g)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh
tidak nyata terhadap berat buah kering pertanaman. Berat buah kering pertanaman pada
berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-5.
Gambar 5, menunjukkan bahwa berat buah kering pertanaman tertinggi dihasilkan
tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 1 kg/polybag yaitu 39,49 g sedangkan
terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu sebanyak 4 kg/polybag
yaitu 34,07 g.
8
Berat Bunga Kering
Pertanaman ( g )
40
38
36
34
32
30
39.49
38.99
34.89
Tanpa
Bokasi
1
2
37.93
34.81
34.07
3
4
5
Dosis Bokasi Kirinyu (kg/polybag)
Gambar 5. Berat Buah Kering Pertanaman Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu
B. Pembahasan
.
Hasil penelitian bokasi kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rosella
menunjukkan bahwa berbagai dosis bokasi kirinyu yang diberikan berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-9, ke-10, jumlah cabang produktif
(Tabel 4), berat bunga kering pertanaman (Tabel 9) dan berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman minggu ke-4, ke-6, ke-7, ke-8 (Tabel 3), dan berat buah segar pertanaman (Tabel 7).
Tabel 6, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu pada tanaman rosella
berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Gambar 4 menunjukkan bahwa volume akar
tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu
5,25 ml sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada perlakuan tanpa pemberian
bokasi kirinyu yaitu 4,75 ml. Hal ini diduga penyerapan air dan unsur hara kedalam tanah
berjalan dengan baik sehingga unsur hara dapat dibawa menuju daun untuk proses
fotosintesis.
Bahan organik merupakan glanulator yang dapat memperbaiki struktur tanah dan
menambah kemampuan tanah untuk menambah unsur-unsur hara (Hardjowigeno,1995).
Menurut Suhardjo, Soepartini dan Kurnia, (1993), menyatakan bahwa salah satu fungsi bahan
organik dalam tanah adalah memberikan struktur tanah yang gembur, remah, dan mudah
diolah sehingga menjadi media yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Penambahan bokasi
kirinyu kedalam tanah menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman
sehingga akar mudah menembus tanah, perkembangan akar menjadi lebih baik dan
pengambilan unsur hara menjadi lebih banyak. Akar merupakan alat penjelajah dalam tanah
9
dan tumbuh menuju kedaerah yang larutan tanahnya mengandung unsur hara (Agustina,
1990).
Selain kondisi media tumbuh, salah satu berlangsungnya proses fotosintesis
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. faktor lingkungan yang mempengaruhi pengaruh
pertumbuhan tanaman rosella antara lain suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan pH
tanah (Nyakpa, dkk. 1988). Temperatur udara bagi tanaman sangat berpengaruh terutama
terhadap berbagai proses fisiologi yang berlangsung didalam tubuh tanaman yang pada
ahirnya mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil pengamatan suhu udara selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran V. Dari data tersebut menunjukkan bahwa suhu
berkisar antara suhu terendah 25° C dan suhu tertinggi 36 °C dan rerata suhu harian pada
bulan April 30 °C, Mei 31 °C, Juni 31 °C, Juli 29 °C.
Kelembaban udara merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses
fisiologis tanaman, terutama terhadap transpirasi yang berkaitan dengan penyerapanunsur
hara dari dalam tanah serta proses membuka dan menutupnya stomata.
Hasil pengamatan terhadap kelembaban udara selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel Lampiran VI. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rerata kelembaban udara pada
bulan April 73 %, Mei 66 %, Juni 60%, Juli 29 %. Rerata kelembaban udara terendah 25,50
% dan tertinggi 78,25 %. Hasil pengamatan terhadap curah hujan selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel Lampiran VII, Dari data tersebut menunjukkan bahwa rerata curah hujan
pada bulan April 6,67 mm, Mei 7,56 mm, Juni 10,30 mm, Juli 14,40 mm. Rerata curah hujan
terendah 0,18 mm dan tertinggi 32,40 mm.
Salah satu faktor penting didalam tanah gambut adalah pH tanah, karena dengan pH
tanah yang sesuai maka unsur hara yang diperlukan oleh tanaman telah cukup tersedia
didalam tanah. Kondisi ini menyebabkan tanaman dapat menyerap unsur hara yang
digunakan untuk melakukan metabolisme pertumbuhannya. Pengamatan pH tanah dilakukan
dua kali yaitu setelah pengapuran dan pada akhir penelitian. Adapun pH tanah pada awal
penelitian adalah 3,70. pH tanah setelah pengapuran adalah tanpa bokasi kirinyu (6,43), b1
(6,02), b2 (6,15), b3 (6,21), b4 (5,81), b5(5,77), sedangkan pH tanah pada akhir penelitian
adalah tanpa bokasi kirinyu (5,96), b1 (6,04), b2 (5,94), b3 (5,93), b4 (6,15), b5 (5,53). Jika
dibandingkan dengan pH tanah untuk tanaman rosella berkisar antara 5,5-7 dan masih dapat
toleran pada pH 4,5-8,5 (Mardiah, dkk 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pH tanah selama
10
penelitian, masih sesuai dengan syarat tumbuh tanaman rosella. Data pH tanah awal dan akhir
penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran XVI.
Proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, pada penyerapan unsur hara yang
sama dan laju fotosistesis yang sama akan menghasilkan berat kering yang tidak berbeda hal
ini ditunjukkan pada Tabel 5, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh
tidak nyata terhadap berat kering tanaman rosella. Berat kering tanaman rosella pada berbagai
perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-3. Dari uji BNJ pada Gambar 3,
menunjukkan bahwa berat kering tanaman rosela tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang
diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 105,15 g sedangkan terendah dihasilkan
tanaman rosella pada tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 82.60 g.
Menurut Tisdale dan Nelson (1984) dalam Silitonga (2008), menunjukkan bahwa
ketersediaan unsur hara yang semakin baik dapat meningkatkan berat kering yang dihasilkan
oleh tanaman terutama nitrogen yang sangat berperan dalam proses pembentukan
karbohidrat, asam nukleat, klorofil, protoplasma, senyawa organik dan protein pada tanaman
yang merupakan komponen penyusut berat kering tanaman. Agar fotosintesis dapat berjalan
dengan baik tanaman memerlukan unsur hara yang cukup dan dalam keadaan seimbang.
Pertumbuhan sebagai peningkatan berat kering tanaman (Gardner, dkk, 1991), dimana berat
kering tanaman dipengaruhi oleh suplai karbohidrat, lemak, dan protein yang dihasilkan
melalui fotosintesis.
Hasil dari berat kering pertanaman kemudian ditranslokasikan pada fase vegetatif dan
fase reproduksi. Pada fase vegetatif meliputi tinggi tanaman dan jumlah cabang produktif.
Tabel 2, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman pada minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-9, ke-10 dan berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8. Untuk mengetahui
perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu
ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8 dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosella pada umur 4 minggu setelah
tanam dengan pemberian bokasi kirinyu dengan dosis 1 kg/polybag berbeda nyata jika
dibandingkan dengan tinggi tanaman rosella tanpa bokasi kirinyu dan pemberian bokasi
kirinyu dengan dosis (2, 3, 4, dan 5 kg/polybag) sehingga tinggi tanaman rosella pada umur 6
mst, 7 mst, 8 mst dan tanpa pemberian bokasi berbeda nyata dibandingkan dengan tinggi
11
tanaman rosella dengan pemberian berbagai dosis bokasi kirinyu (1, 2, 3, 4, dan 5
kg/polybag). Pemberian dosis bokasi dari 4 kg/polybag ke 5 kg/polybag menunjukkan tinggi
tanaman rosella berbeda tidak nyata pada minggu ke 4, 6, 7, dan 8 minggu setelah tanam.
Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada minggu ke-4 dan ke-6 setelah
tanam berbeda nyata dengan minggu ke-7 dan ke-8. Pada minggu ke-4 setelah tanam tinggi
tanaman dengan perlakuan b1 dan b3 berbeda nyata terhadap perlakuan b5, b4, b2 dan b0.
Pada minggu ke-6 setelah tanam tinggi tanaman dengan perlakuan a3 berbeda nyata terhadap
perlakuan b5, b4, b2, b1 dan b0. Pada minggu ke-7 dan ke-8 perlakuan b5 berbeda tidak
nyata dengan perlakuan b4, b3, b2,b1 dan b0 terhadap tinggi tanaman rosella. Hal ini di duga
pemberian bokasi kirinyu pada tanaman rosella mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman.
Gambar 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosela yang tertinggi dihasilkan tanaman
rosella dengan perlakuan tanpa bokasi kirinyu yaitu 173,63 cm sedangkan tinggi tanaman
terendah dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu
156 cm setelah tanam.
Tabel 4, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah cabang produktif tanaman rosella. Jumlah cabang produktif tanaman rosella
pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-2. Perbaikan tanaman dalam
menyerap unsur hara sebagai nutrisi tanaman akan mendukung proses metabolisme dalam
tubuh tanaman diantaranya dapat meningkatkan proses fotosintesis sehingga tanaman akan
aktif membentuk cabang – cabang yang baru. Gambar 2, menunjukkan bahwa jumlah cabang
produktif yang tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 2
kg/polybag yaitu 16,12 cabang sedangkan jumlah cabang produktif terendah dihasilkan
tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 13,62 cabang.
Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu pengaruh nyata terhadap
berat buah segar tanaman rosella . Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang
berpengaruh nyata terhadap berat buah segar pertanaman dilakukan uji BNJ yang hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa berat buah segar pertanaman dengan
pemberian bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag berbeda nyata dibandingkan dengan berat
buah segar pertanaman tanpa pemberian bokasi kirinyu dan pemberian bokasi kirinyu pada
perlakuan lainnya ( 1, 3, 4 dan 5 kg/polybag). Berat buah segar pertanaman tertinggi
dihasilkan oleh tanaman rosella yang diberi perlakuan bokasi kirinyu dengan dosis 2
kg/polybag yaitu 202,87 g sedangkan berat buah segar pertanaman terendah dihasilkan
12
tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu dengan perlakuan tanpa pemberian bokasi
kirinyu yaitu 107,49 g.
Tabel 9, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata
terhadap berat buah kering pertanaman. Berat buah kering pertanaman pada berbagai
perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-5. Gambar 5, menunjukkan bahwa berat
buah kering pertanaman tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu
sebanyak 1 kg/polybag yaitu 39,49 g sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada
pemberian bokasi kirinyu sebanyak 4 kg/polybag yaitu 34,07 g.
Pemberian bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag menghasilkan berat buah segar
yang terbaik pada tanaman rosella yaitu 202,87 g, hal ini diduga penyerapan unsur hara
berjalan dengan baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh bokasi kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman rosella pada tanah gambut dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian bokasi kirinyu memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah segar
pertanaman tetapi menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap jumlah
cabang produktif, berat kering, volume akar dan berat buah kering pertanaman.
2. Tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu dengan dosis 2 kg/polybag menghasilkan
berat buah segar yang terbaik yaitu 202,87 g.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan agar dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap pemberian bokasi kirinyu pada kondisi tanah yang berbeda
dengan memperhatikan syarat tumbuh dan teknik budidayanya.
DAFTAR PUSTAKA
13
Agustina, L., 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. 2005. Kalimantan Barat Dalam Angka. Kantor Badan Pusat Statistik
Kalimantan Barat. Pontianak
Hakim, N, M, Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M. R. Saul, N.A. Diha, Go Bang
Hong, dan H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung.
Gardner, F.P., R.B. Pearce. R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan
Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Lubis. A.U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Marihat. Bandar Kuala.
Sumatra Utara.
Mardiah, Sawarni, Ashadi, R. W., Rahayu, A. 2009. Budidaya dan Pengolahan Rosela
Simerah Segudang Manfaat. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nyakpa, Y. M A., M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, N.
Hakim, 1988, Kesuburan Tanah, Universitas Lampung, Lampung.
Silitonga, V.M 2008. Pengaruh Bokashi kirinyu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kacang Tanah pada Tanah PMK. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura. Pontianak (tidak dipublikasikan).
Suhardjo, H., Soepartini, dan Kurnia. 1993. Bahan Organik Tanah dalam Informasi
Penelitian Tanah, Air, Pupuk, dan Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor.
14
Download