BOKASHI EFFECT ON GROWTH AND YIELD KIRINYU PLANT ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TO GROUND PEAT Sularto (1), Iwan Sasli (2), Dwi Zulfita (2) (1) Faculty of Agriculture and (2) staff Lecturer Faculty of Agriculture University Tanjungpura Pontianak ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect on growth and Bokashi Kirinyu Results Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) In Peat Soil. This research was conducted at the location of Jl. Arterial Supadio Km 14.8 Kubu Raya district with a long study began on March 19 to July 18, 2012. The method used in this penetitian pattern is completely randomized design (CRD) 1 kirinyu bokasi factor (B), which consists of 6 standard treatment bokasi kirinyu with 4 replications. Each replication consisted of 3 samples so that the number of plants used in this study were 72 plants. Treatment is b0 = Without giving bokasi kirinyu / polybag, b1 = 10% bokasi kirinyu / polybag or equal to 1 kg bokasi kirinyu, b2 = 20% bokasi kirinyu / polybag or equal to 2 kg bokasi kirinyu, b3 = 30% bokasi kirinyu / polybag or equal to 3 kg bokasi kirinyu, b4 = 40% bokasi kirinyu / polybag or equal to 4 kg bokasi kirinyu, b5 = 50% bokasi kirinyu / polybag or equal to 5 kg bokasi kirinyu. The variables observed in this study were plant height, number of productive branches, plant dry weight, root volume, weight of fresh fruit cultivation, planting and dried fruit heavy environmental monitoring. The results showed that administration of bokasi kirinyu significantly different in plant height at week-4 weeks, the 6th, the 7th and the 8th week and at week-1, the 2nd, the 3rd, the 5th, the 9th and 10th gave no real effect. Giving bokasi kirinyu no real effect on the number of productive branches, plant dry weight, root volume and dry weight of the fruit crop and significantly affect the weight of the fruit fresh roselle plant. The treatment dose of 2 kg / polybag, produce the best crop of fresh fruit weight. Keywords: Bokashi Kirinyu, Rosella, Peat Soil. 1 PENGARUH BOKASI KIRINYU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) PADA TANAH GAMBUT Sularto (1), Iwan Sasli (2), Dwi Zulfita (2) (1) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Bokashi Kirinyu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pada Tanah Gambut. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Jl. Arteri Supadio Km 14,8 Kabupaten Kubu Raya dengan lama penelitian mulai tanggal 19 maret sampai 18 juli 2012. Metode yang digunakan dalam penetitian ini adalah dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor bokasi kirinyu (B) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan bokasi kirinyu dengan 4 ulangan. Masingmasing ulangan terdiri dari 3 sampel sehingga dengan jumlah tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 tanaman. Perlakuan tersebut adalah b0 = Tanpa pemberian bokasi kirinyu/polibag, b1 = 10 % bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 1 kg bokasi kirinyu, b2 = 20 % bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 2 kg bokasi kirinyu, b3 = 30 % bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 3 kg bokasi kirinyu, b4 = 40 % bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 4 kg bokasi kirinyu, b5 = 50 % bokasi kirinyu/polibag atau setara dengan 5 kg bokasi kirinyu. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, volume akar, berat buah segar pertanaman, berat buah kering pertanaman dan pengamatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berbeda nyata pada tinggi tanaman pada minggu minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8 dan pada minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-9 dan ke-10 memberikan pengaruh tidak nyata. Pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, volume akar dan berat buah kering pertanaman dan berpengaruh nyata terhadap berat buah segar tanaman rosella. Perlakuan dosis 2 kg/polybag, menghasilkan berat buah segar pertanaman terbaik. Kata kunci : Bokasi Kirinyu, Rosella, Tanah Gambut. PENDAHULUAN Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman herbal sejenis semak (perdu) yang ada di seluruh wilayah tropis dunia. Rosella dapat dikonsumsi untuk dibuat teh merah, bijinya dibuat kopi, dan kelopaknya untuk membuat kerajinan seperti bungabungaan. Rosella mempunyai banyak manfaat terutama manfaat kesehatan dan ekonomi. Menurut Mardiah dkk (2009), kandungan gizi kelopak bunga segar tiap 100 gram adalah kalori 49, air 84,5 %, protein 1,145 gr, lemak 2,61 gr, karbohidrat 12,3 %, serat 12 gr, abu 6,9 gr, Ca 1,283 mg, p 273,2 mg, Fe 8,98 mg, kalsium 1,263 gr, fosfor 273.2 mg, zat besi 2 8,98 mg, malic acid 3,31 %, fruktosa 0,82 %, sukrosa 0,24 %, karoten 0,029 %, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, asam askorbat 6,7 mg, asam malat 3,31 %. Menurut Mardiah dkk. (2009), Rosella mengandung gossypetin, anthocyanin dan glukosa hubiscin yang mempunyai efek diuretic dan choleretic, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik (obat kuat), mengandung vitamin C kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit, mengandung kalsium kadar tinggi yang dapat mengurangi resiko osteoporosis dan membantu pertumbuhan tulang, mengandung zat flavonoid yang berfungsi sebagai antibiotik pembunuh kuman-kuman penyebab penyakit serta penyaring racun dalam tubuh, mempunyai efek anti-hipertensi, anti kram otot, anti infeksi bakteri dan membantu proses pencernaan, membantu mengurangi ketergantungan pada alkohol. Selain itu, mencegah peradangan pada saluran kencing dan pembentukan batu ginjal, memperlambat pertumbuhan jamur atau bakteri yang menyebabkan demam tinggi,meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh, bunga rosella bersifat detoksifikasi (menetralkan racun), menurunkan tekanan darah, kadar gula darah, asam urat dan kolesterol tubuh, mengatasi batuk, sariawan dan sakit tenggorokan, mampu mengurangi pusing migrane, menghaluskan kulit serta mengurangi keriputan, membuat langsing tubuh, mengandung OMEGA3, maka dapat memacu pertumbuhan DHA, mengurangi dampak negatif nikotin , mengurangi ketergantungan pada narkoba. Berbagai jenis tanah dapat ditanami rosella, asalkan bertekstur ringan dan berdrainase baik. Rosella toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak cocok di tanam di tanah salin atau berkadar garam yang tinggi. Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosela adalah 5,5-7 dan masih dapat toleran pada pH 4,5-8,5. Selain itu rosella tidak tahan terhadap genangan air (Mardiah dkk., 2009). Kalimantan Barat memiliki potensi yang cukup besar dalam upaya pengembangan tanaman rosella. Hal ini didukung oleh luasnya lahan yang belum diolah sebagai areal pertanian. Salah satu jenis tanah yang mempunyai potensi untuk pengembangan rosella adalah tanah gambut yang luasnya mencapai 19.935 km² atau 2.030.580 ha dari total luas wilayah Kalimantan Barat yaitu 146.807 km² (Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, 2005) Pengembangan tanaman rosella di lahan gambut dihadapkan pada faktor pembatas yang dapat mengurangi produktivitas lahan seperti ketersediaan unsur hara yaitu N, P, K, Ca, dan Mg yang rendah dan tingkat kemasaman yang tinggi. Kemasaman yang tinggi dengan kejenuhan basa yang rendah menyebabkan kurang tersediannya unsur hara makro dan mikro yang dapat diserap oleh tanaman. Berbagai alternatif teknologi telah dicoba untuk meningkatkan kesuburan tanah gambut diantaranya dengan pengapuran dan pupuk anorganik, namun karena daya adsorbsi gambut yang rendah mengakibatkan penggunaan pupuk anorganik tidak efisien karena baik kation maupun anion akan mudah tercuci. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi gambut adalah dengan menambahkan bokashi. Pemberian bokashi pada tanah gambut akan meningkatkan unsur hara, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kegiatan biologi gambut, ketersediaan unsur mikro dan meningkatkan pH tanah (Hakim, dkk 1986). Salah satu bokashi yang dapat diberikan adalah bokashi kirinyu. Tumbuhan kirinyu (Eupatorium oduratum), merupakan salah satu tumbuhan perdu dan banyak terdapat pada lahan-lahan terbuka yang selama ini dianggap sebagai gulma. Tumbuhan ini cepat tumbuh 3 dalam waktu 6 bulan, populasinya dapat mencapai 11 ton/ha (Lubis, 1992) sehingga cukup potensial digunakan sebagai bahan baku bokashi karena selain penyebarannya luas, proses dekomposisinya lebih cepat dan mengandung unsur hara N, P, K, Ca, Mg yang cukup tinggi. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bokashi kirinyu pertumbuhan dan hasil rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada tanah gambut. terhadap METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di lokasi Jl. Arteri Supadio Km 14,8 Kubu Raya. Penelitian ini berlangsung dari 19 April sampai 18 Juli 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor bokasi kirinyu (B) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan bokashi kirinyu dengan 4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 3 sampel sehingga jumlah bibit yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 72 bibit. Perlakuan tersebut adalah: b0 = Tanpa pemberian bokashi kirinyu/polibag, b1 = 10 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 1 kg bokashi kirinyu, b2 = 20 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 2 kg bokashi kirinyu, b3 = 30 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 3 kg bokashi kirinyu, b4 = 40 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 4 kg bokashi kirinyu, b5 = 50 % bokashi kirinyu/polibag atau setara dengan 5 kg bokashi kirinyu. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, volume akar, berat buah segar pertanaman, berat buah kering pertanaman dan pengamatan lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Tinggi Tanaman (cm) Hasil analisis keragaman pengaruh bokasi kirinyu terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Keragaman Pengaruh Bokasi Kirinyu Terhadap Tinggi Tanaman Sumber Keragaman F Tabel F Hitung 1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst 5% 2,77 Perlakuan Galat 2,55tn 1,60tn 1,45tn 3,12* 2,75tn 3,78* 4,32* 3,63* 1,89tn 1,25tn Total 2,55 1,60 1,45 3,12 2,75 3,78 4,32 3,63 1,89 1.25 10,70% 9,70% 8,30% 5,80% 5,40% 5,30% 5,30% 5,40% 5,90% 7,30% KK (%) Keterangan : * : Berpengaruh nyata tn : Berpengaruh tidak nyata 4 Berdasarkan data hasil analisis keragaman pada Tabel 1, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-9, ke-10 dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8 dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Bokasi Kirinyu Terhadap Tinggi Tanaman (cm) Rerata (cm) Bokasi Kirinyu (kg/polybag) 4 mst 6 mst 7 mst 8 mst Tanpa Bokasi 122,50 b 162,25 a 170,75 a 177,13 a 1 130,00 a 156,88 b 163,25 b 167,00 b 2 120,38 c 148,75 c 155,00 c 160,88 c 3 125,50 b 154,63 b 158,63 bc 163,38 bc 4 114,38 d 143,00 d 148,25 d 154,75 d 5 114,13 d 142,75 d 148,75d 154,50 d BNJ 5% 4,9 5,6 5,8 6,1 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ taraf 5% Hasil Uji BNJ pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosella pada umur 4 minggu setelah tanam dengan pemberian bokasi kirinyu dengan dosis 1 kg/polybag berbeda nyata jika dibandingkan dengan tinggi tanaman rosella tanpa bokasi kirinyu dan pemberian bokasi kirinyu dengan dosis (2, 3, 4, dan 5 kg/polybag) sehingga tinggi tanaman rosella pada umur 6 mst, 7 mst, 8 mst dan tanpa pemberian bokasi berbeda nyata dibandingkan dengan tinggi tanaman rosella dengan pemberian berbagai dosis bokasi kirinyu (1, 2, 3, 4, dan 5 kg/polybag). Pemberian dosis bokasi dari 4 kg/polybag ke 5 kg/polybag menunjukkan tinggi tanaman rosella berbeda tidak nyata pada minggu ke 4, 6, 7, dan 8 minggu setelah tanam. Pola pertumbuhan tinggi tanaman pada setiap minggu pengamatan pada berbagai perlakuan Tinggi Tanaman (cm) bokasi kirinyu dapat dilihat pada Gambar 1. 200 Tanpa bokasi 150 1 kg 100 2 kg 50 3 kg 0 4 kg 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur Tanaman (mst) 5 9 10 5 kg Gambar 1. Tinggi Tanaman Rosela Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu Gambar 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosela yang tertinggi dihasilkan tanaman rosella dengan perlakuan tanpa bokasi kirinyu yaitu 173,63 cm sedangkan tinggi tanaman terendah dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 156 cm setelah tanam. B. Jumlah Cabang Produktif Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman rosella. Jumlah cabang produktif Jumlah Cabang Produktif (cabang) tanaman rosella pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-2. 18 16 14.5 16,12 15.25 15.5 14,12 13,62 4 5 14 12 Tanpa Bokasi 1 2 3 Dosis Bokasi Kirinyu (kg/polybag) Gambar 2. Jumlah Cabang Produktif Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu Gambar 2, menunjukkan bahwa jumlah cabang produktif yang tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag yaitu 16,12 cabang sedangkan jumlah cabang produktif terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 13,62 cabang. C. Berat Kering Tanaman (g) Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman rosella. Berat kering tanaman rosella pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-3. 6 Berat Kering Tanaman 200 100.13 82.6 100 82.72 90.16 87.62 105.15 0 Tanpa bokasi 1 2 3 4 5 Dosis Bokasi Kirinyu (kg/polybag) Gambar 3. Berat kering tanaman pada berbagai perlakuan bokasi kirinyu Gambar 3, menunjukkan bahwa berat kering tanaman rosela tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 105,15 g sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 82,60 g. D. Volume Akar (ml) Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar tanaman rosella. Volume akar tanaman rosella pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-4: Volume Akar 5.4 5.25 5.2 5 4.8 5,0 5,0 5,0 5,0 4.75 4.6 4.4 0 1 2 3 4 Dosis Bokasi Kirinyu(kg/polybag) 5 Gambar 4. Volume Akar Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu Gambar 4. menunjukkan bahwa volume akar tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 5,25 ml sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 4,75 ml. 7 E. Berat Buah Segar Pertanaman (g) Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu pengaruh nyata terhadap berat buah segar tanaman rosella . Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap berat buah segar pertanaman dilakukan uji BNJ yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Uji BNJ Pengaruh Bokasi Kirinyu Terhadap Buah Segar Pertanaman (g) Bokasi Kirinyu Rerata (g) (kg/polybag) Tanpa Bokasi 107,49 e 1 154,99 bc 2 202,87 a 3 137,49 d 4 140,42 cd 5 168,33 b BNJ 5% 24,3 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ taraf 5% Hasil uji BNJ pada Tabel 3 menunjukkan bahwa berat buah segar pertanaman dengan pemberian bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag berbeda nyata dibandingkan dengan berat buah segar pertanaman tanpa pemberian bokasi kirinyu dan pemberian bokasi kirinyu pada perlakuan lainnya ( 1, 3, 4 dan 5 kg/polybag). Berat buah segar pertanaman pada perlakuan 1 kg/polybag berbeda tidak nyata dibandingkan dengan berat buah segar pertanaman pada perlakuan 5 kg/polybag. Berat buah segar pertanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman rosella yang diberi perlakuan bokasi kirinyu dengan dosis 2 kg/polybag yaitu 202,87 g sedangkan berat buah segar pertanaman terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu dengan perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 107,49 g. F. Berat Buah Kering Pertanaman (g) Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah kering pertanaman. Berat buah kering pertanaman pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-5. Gambar 5, menunjukkan bahwa berat buah kering pertanaman tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 1 kg/polybag yaitu 39,49 g sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu sebanyak 4 kg/polybag yaitu 34,07 g. 8 Berat Bunga Kering Pertanaman ( g ) 40 38 36 34 32 30 39.49 38.99 34.89 Tanpa Bokasi 1 2 37.93 34.81 34.07 3 4 5 Dosis Bokasi Kirinyu (kg/polybag) Gambar 5. Berat Buah Kering Pertanaman Pada Berbagai Perlakuan Bokasi Kirinyu B. Pembahasan . Hasil penelitian bokasi kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rosella menunjukkan bahwa berbagai dosis bokasi kirinyu yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-9, ke-10, jumlah cabang produktif (Tabel 4), berat bunga kering pertanaman (Tabel 9) dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman minggu ke-4, ke-6, ke-7, ke-8 (Tabel 3), dan berat buah segar pertanaman (Tabel 7). Tabel 6, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu pada tanaman rosella berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Gambar 4 menunjukkan bahwa volume akar tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 5,25 ml sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 4,75 ml. Hal ini diduga penyerapan air dan unsur hara kedalam tanah berjalan dengan baik sehingga unsur hara dapat dibawa menuju daun untuk proses fotosintesis. Bahan organik merupakan glanulator yang dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah kemampuan tanah untuk menambah unsur-unsur hara (Hardjowigeno,1995). Menurut Suhardjo, Soepartini dan Kurnia, (1993), menyatakan bahwa salah satu fungsi bahan organik dalam tanah adalah memberikan struktur tanah yang gembur, remah, dan mudah diolah sehingga menjadi media yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Penambahan bokasi kirinyu kedalam tanah menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sehingga akar mudah menembus tanah, perkembangan akar menjadi lebih baik dan pengambilan unsur hara menjadi lebih banyak. Akar merupakan alat penjelajah dalam tanah 9 dan tumbuh menuju kedaerah yang larutan tanahnya mengandung unsur hara (Agustina, 1990). Selain kondisi media tumbuh, salah satu berlangsungnya proses fotosintesis dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. faktor lingkungan yang mempengaruhi pengaruh pertumbuhan tanaman rosella antara lain suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan pH tanah (Nyakpa, dkk. 1988). Temperatur udara bagi tanaman sangat berpengaruh terutama terhadap berbagai proses fisiologi yang berlangsung didalam tubuh tanaman yang pada ahirnya mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil pengamatan suhu udara selama penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran V. Dari data tersebut menunjukkan bahwa suhu berkisar antara suhu terendah 25° C dan suhu tertinggi 36 °C dan rerata suhu harian pada bulan April 30 °C, Mei 31 °C, Juni 31 °C, Juli 29 °C. Kelembaban udara merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman, terutama terhadap transpirasi yang berkaitan dengan penyerapanunsur hara dari dalam tanah serta proses membuka dan menutupnya stomata. Hasil pengamatan terhadap kelembaban udara selama penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran VI. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rerata kelembaban udara pada bulan April 73 %, Mei 66 %, Juni 60%, Juli 29 %. Rerata kelembaban udara terendah 25,50 % dan tertinggi 78,25 %. Hasil pengamatan terhadap curah hujan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran VII, Dari data tersebut menunjukkan bahwa rerata curah hujan pada bulan April 6,67 mm, Mei 7,56 mm, Juni 10,30 mm, Juli 14,40 mm. Rerata curah hujan terendah 0,18 mm dan tertinggi 32,40 mm. Salah satu faktor penting didalam tanah gambut adalah pH tanah, karena dengan pH tanah yang sesuai maka unsur hara yang diperlukan oleh tanaman telah cukup tersedia didalam tanah. Kondisi ini menyebabkan tanaman dapat menyerap unsur hara yang digunakan untuk melakukan metabolisme pertumbuhannya. Pengamatan pH tanah dilakukan dua kali yaitu setelah pengapuran dan pada akhir penelitian. Adapun pH tanah pada awal penelitian adalah 3,70. pH tanah setelah pengapuran adalah tanpa bokasi kirinyu (6,43), b1 (6,02), b2 (6,15), b3 (6,21), b4 (5,81), b5(5,77), sedangkan pH tanah pada akhir penelitian adalah tanpa bokasi kirinyu (5,96), b1 (6,04), b2 (5,94), b3 (5,93), b4 (6,15), b5 (5,53). Jika dibandingkan dengan pH tanah untuk tanaman rosella berkisar antara 5,5-7 dan masih dapat toleran pada pH 4,5-8,5 (Mardiah, dkk 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pH tanah selama 10 penelitian, masih sesuai dengan syarat tumbuh tanaman rosella. Data pH tanah awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran XVI. Proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, pada penyerapan unsur hara yang sama dan laju fotosistesis yang sama akan menghasilkan berat kering yang tidak berbeda hal ini ditunjukkan pada Tabel 5, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman rosella. Berat kering tanaman rosella pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-3. Dari uji BNJ pada Gambar 3, menunjukkan bahwa berat kering tanaman rosela tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 105,15 g sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 82.60 g. Menurut Tisdale dan Nelson (1984) dalam Silitonga (2008), menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara yang semakin baik dapat meningkatkan berat kering yang dihasilkan oleh tanaman terutama nitrogen yang sangat berperan dalam proses pembentukan karbohidrat, asam nukleat, klorofil, protoplasma, senyawa organik dan protein pada tanaman yang merupakan komponen penyusut berat kering tanaman. Agar fotosintesis dapat berjalan dengan baik tanaman memerlukan unsur hara yang cukup dan dalam keadaan seimbang. Pertumbuhan sebagai peningkatan berat kering tanaman (Gardner, dkk, 1991), dimana berat kering tanaman dipengaruhi oleh suplai karbohidrat, lemak, dan protein yang dihasilkan melalui fotosintesis. Hasil dari berat kering pertanaman kemudian ditranslokasikan pada fase vegetatif dan fase reproduksi. Pada fase vegetatif meliputi tinggi tanaman dan jumlah cabang produktif. Tabel 2, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-9, ke-10 dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-4, ke-6, ke-7 dan minggu ke-8 dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosella pada umur 4 minggu setelah tanam dengan pemberian bokasi kirinyu dengan dosis 1 kg/polybag berbeda nyata jika dibandingkan dengan tinggi tanaman rosella tanpa bokasi kirinyu dan pemberian bokasi kirinyu dengan dosis (2, 3, 4, dan 5 kg/polybag) sehingga tinggi tanaman rosella pada umur 6 mst, 7 mst, 8 mst dan tanpa pemberian bokasi berbeda nyata dibandingkan dengan tinggi 11 tanaman rosella dengan pemberian berbagai dosis bokasi kirinyu (1, 2, 3, 4, dan 5 kg/polybag). Pemberian dosis bokasi dari 4 kg/polybag ke 5 kg/polybag menunjukkan tinggi tanaman rosella berbeda tidak nyata pada minggu ke 4, 6, 7, dan 8 minggu setelah tanam. Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada minggu ke-4 dan ke-6 setelah tanam berbeda nyata dengan minggu ke-7 dan ke-8. Pada minggu ke-4 setelah tanam tinggi tanaman dengan perlakuan b1 dan b3 berbeda nyata terhadap perlakuan b5, b4, b2 dan b0. Pada minggu ke-6 setelah tanam tinggi tanaman dengan perlakuan a3 berbeda nyata terhadap perlakuan b5, b4, b2, b1 dan b0. Pada minggu ke-7 dan ke-8 perlakuan b5 berbeda tidak nyata dengan perlakuan b4, b3, b2,b1 dan b0 terhadap tinggi tanaman rosella. Hal ini di duga pemberian bokasi kirinyu pada tanaman rosella mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Gambar 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman rosela yang tertinggi dihasilkan tanaman rosella dengan perlakuan tanpa bokasi kirinyu yaitu 173,63 cm sedangkan tinggi tanaman terendah dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 156 cm setelah tanam. Tabel 4, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman rosella. Jumlah cabang produktif tanaman rosella pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-2. Perbaikan tanaman dalam menyerap unsur hara sebagai nutrisi tanaman akan mendukung proses metabolisme dalam tubuh tanaman diantaranya dapat meningkatkan proses fotosintesis sehingga tanaman akan aktif membentuk cabang – cabang yang baru. Gambar 2, menunjukkan bahwa jumlah cabang produktif yang tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag yaitu 16,12 cabang sedangkan jumlah cabang produktif terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu sebanyak 5 kg/polybag yaitu 13,62 cabang. Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu pengaruh nyata terhadap berat buah segar tanaman rosella . Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap berat buah segar pertanaman dilakukan uji BNJ yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa berat buah segar pertanaman dengan pemberian bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag berbeda nyata dibandingkan dengan berat buah segar pertanaman tanpa pemberian bokasi kirinyu dan pemberian bokasi kirinyu pada perlakuan lainnya ( 1, 3, 4 dan 5 kg/polybag). Berat buah segar pertanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman rosella yang diberi perlakuan bokasi kirinyu dengan dosis 2 kg/polybag yaitu 202,87 g sedangkan berat buah segar pertanaman terendah dihasilkan 12 tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu dengan perlakuan tanpa pemberian bokasi kirinyu yaitu 107,49 g. Tabel 9, menunjukkan bahwa pemberian bokasi kirinyu berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah kering pertanaman. Berat buah kering pertanaman pada berbagai perlakuan kirinyu dapat dilihat pada Gambar ke-5. Gambar 5, menunjukkan bahwa berat buah kering pertanaman tertinggi dihasilkan tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu sebanyak 1 kg/polybag yaitu 39,49 g sedangkan terendah dihasilkan tanaman rosella pada pemberian bokasi kirinyu sebanyak 4 kg/polybag yaitu 34,07 g. Pemberian bokasi kirinyu sebanyak 2 kg/polybag menghasilkan berat buah segar yang terbaik pada tanaman rosella yaitu 202,87 g, hal ini diduga penyerapan unsur hara berjalan dengan baik. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh bokasi kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rosella pada tanah gambut dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian bokasi kirinyu memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah segar pertanaman tetapi menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap jumlah cabang produktif, berat kering, volume akar dan berat buah kering pertanaman. 2. Tanaman rosella yang diberi bokasi kirinyu dengan dosis 2 kg/polybag menghasilkan berat buah segar yang terbaik yaitu 202,87 g. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemberian bokasi kirinyu pada kondisi tanah yang berbeda dengan memperhatikan syarat tumbuh dan teknik budidayanya. DAFTAR PUSTAKA 13 Agustina, L., 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik. 2005. Kalimantan Barat Dalam Angka. Kantor Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. Pontianak Hakim, N, M, Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M. R. Saul, N.A. Diha, Go Bang Hong, dan H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Gardner, F.P., R.B. Pearce. R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Lubis. A.U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Marihat. Bandar Kuala. Sumatra Utara. Mardiah, Sawarni, Ashadi, R. W., Rahayu, A. 2009. Budidaya dan Pengolahan Rosela Simerah Segudang Manfaat. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nyakpa, Y. M A., M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, N. Hakim, 1988, Kesuburan Tanah, Universitas Lampung, Lampung. Silitonga, V.M 2008. Pengaruh Bokashi kirinyu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah pada Tanah PMK. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pontianak (tidak dipublikasikan). Suhardjo, H., Soepartini, dan Kurnia. 1993. Bahan Organik Tanah dalam Informasi Penelitian Tanah, Air, Pupuk, dan Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 14