Journalist of the Month

advertisement
Journalist of the Month
Vol: 1
November 2015
Konsentrasi Jurnalistik
FIKOM UPDM (B)
Jurnalis pekerjaan yang sangat menarik
Menjadi seorang jurnalis merupakan impian
Desy Setyowati sejak ia duduk di bangku kuliah.Lulus dari Fikom UPDM(B) konsentrasi Jurnalistik dengan IPK 3,86, Desy hanya menunggu satu bulan sejak ia lulus untuk bergabung
di katadata.co.id. Baginya, pengalaman di
organisasi dan berdiskusi menjadi modal tambahan yang diperlukan untuk menjadi seorang
Jurnalis.
Passion Desy menjadi seorang jurnalis tersirat
dalam tiap jawaban-jawaban dalam pertanyaan wawancara ini.
Apa yang ada di benak Desy mengenai profesi Jurnalis saat jadi mahasiswa ?
Pekerjaan yang sangat menarik dan nggak
membosankan. Butuh koneksi dan wawasan
luas. Leluasa mengeksplorasi isu untuk dijadikan berita yang mendalam.
Dessy Setyowati
Ngejar Narasumber yang kabur itu menyenangkan
Apakah menjadi seorang jurnalis sesuai dengan bayangan Desy ?
Lebih dari yang dibayangkan. Dari sisi penentuan isu dan angle misalnya, butuh konsentrasi
yang lebih baik. Butuh pembelajaran yang lebih
dalam. Butuh diskusi dengan banyak orang.
Tapi menariknya, itu buat kita jadi lebih cerdas
dan melihat persoalan dari banyak ilmu.Soal
keleluasan eksplorasi isu, nggak semua media
memberi keleluasaan itu. Karena ada tuntutan
kecepatan dan istilah tidak boleh ‘bobol’ dari
media lain. Untungnya, di tempat saya bekerja
keleluasaan itu ada. Tapi usulan yang disampaikan harus kuat datanya, supaya fokus dari
liputan mendalam atau investigasinya terukur
atau ada ‘goal’ nya.
Setelah bekerja, hal apa yang menjadi tantangan Desy?
Dari pengambilan angle, karena saya ditempatkan di bagian ekonomi dengan desk yang luas
(makro ekonomi, moneter, pajak, perbankan,
dan saham) jadi sering ketinggalan isu. Menariknya, kesemuanya terkait dan memaksa kita
belajar lebih keras terkait soal-soal ekonomi.
Dari sisi peliputan atau pencarian informasi,
nggak semua narasumber mau menjawab
pertanyaan, khususnya yang krusial. Ada juga
sebagian narasumber, terutama menteri, yang
enggan menjawab pertanyaan yang dinilai nggak fokus. Jadi, reporter harus benar-benar paham teori ekonomi atau mekanisme kebijakan,
supaya pertanyaan yang diajukan fokus dan
bisa dipahami narasumber dengan baik. Apalagi jawaban mereka biasanya hanya beberapa
kata, namun penting.
Dari perencanaan berita, ada proses diskusi di
rapat redaksi. Dalam rapat ini, perdebatannya
sangat sangat menarik. Beradu argumentasi,
beradu data yang dimiliki untuk mengangkat
suatu isu.
Dari sisi peliputan, banyak sebel dan lucunya.
Kesalnya, berita sudah sedia data dan cuma butuh quote, tapi narasumbernya kabur-kaburan.
Kadang suka lewat pintu belakang. Reporter
harus hafal plat mobil, ajudan, alamat rumah,
atau bahkan supir narasumber. Lucunya, narasumber sering buru-buru akhirnya kabel reporter TV sering ketuker-tuker. Ada yang jatuh
juga cuma buat nguber satu narsum. Kadang,
tingkah narasumber juga bikin ketawa. Contoh,
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
bicara tegas soal hak dia jalan pas dihadang reporter TV di eskalator. Ngejar narasumber yang
kabur itu menyenangkan.
Banyak diskusi buat mahasiswa itu penting
Mata kuliah yang diajarkan saat kuliah dulu apakah membantu
kamu dlm pekerjaan sekarang?
Karena saya baru level reporter :D, yang paling banyak kepakai
teori-teori jurnalistiknya. Sisanya, seperti ilmu ekonominya
kurang. Padahal dibutuhin banget. Di kampus, lebih banyak bahas soal isu-isu politik, mungkin karena itu yang dianggap lebih
menarik dan lebih gampang dimengerti.
Seberapa penting, pengalamaan berorganisasi dlm pekerjaan
yang kamu geluti?
Rasanya penting. Tapi kalau ikut organisasi, kemampuan diri nggak diasah rasanya percuma. Diskusi menurut saya yang paling
penting. Banyak diskusi buat kita jadi pintar mengambil persoalan menarik dan penting, untuk dijadikan berita. Soal penulisan,
itu bisa dilatih seiring pengalaman kayaknya. Toh, pas di lapangan selalu ada pembelajaran baru biasanya. Jadi banyak-banyak
diskusi buat mahasiswa itu penting banget, jangan hanya di satu
bidang, mahasiswa butuh paham banyak ilmu. Supaya sikap kritis
dan skeptis itu punya dasar yang bagus.
Menjadi seorang jurnalis apakah menjadi passion kamu?
Saya suka pekerjaan yang menuntut saya berpikir lebih dalam dan
luas, termasuk menjadi repoter. Pekerjaan ini membuat saya memahami persoalan dari banyak sisi ilmu. Membuat saya lebih kritis dan
skeptis dalam menilai permasalahan.
Biodata Desy Setyowati
Tempat/Tgl lahir : Jakarta, 5 Desember 1991
Email : [email protected]
Pekerjaan: Reporter Katadata.co.id sejak Desember 2013
Impian sebagai jurnalis selanjutnya yang belum tercapai?
Wawancara khusus dengan Presiden RI, bicara yang lebih
intim dan mendalam dengan Presiden. Karena kalau doorstop sering.
Liputan investigasi, yang kemudian bisa dijadikan buku seperti Pemimpi
Redaksi saya, Metta Dharmasaputra dengan berjudul ‘Saksi Kunci’.
(ajeng).
Tips dari Desy
1.
isu.
Ikuti perkembangan informasi di media sosial.
Ikuti sosial media narasumber baik itu twitter
atau facebook, ada banyak isu yang bisa difollow up dari situ. Pantau berita-berita media
lain, selain update isu, kita juga belajar untuk
tahu hubungan atau keterkaitan dari suatu
2.
Supel dalam pergaulan.
3.
Catat kontak nara sumber.
4.
Pilih-pilih dalam menentukan narasumber.
5.
Verifikasi data dan informasi yang diterima.
Welcome dan berteman dengan jurnalis lain. Itu penting
supaya bisa dapat informasi soal agenda atau isu. Banyakbanyak ngobrol sama wartawan lain, untuk nambah pengetahuan.
Selalu ingat, catat nomor kontak narasumber yang baru dikenal, itu penting banget, dan pasti dibutuhin.
Pahami background pendidikan atau pekerjaan narasumber.
Kebanyakan reporter ataupun media yang cenderung kontroversial.
Bersikap skeptis terhadap informasi yang masih diragukan
kebenarannya.
Download