PERBEDAAN SIKAP TERHADAP SEKS PRANIKAH DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN PADA REMAJA DI LOKALISASI Sofiyah Ratnawati email: [email protected]) Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Abstrak: Remaja yang tinggal di lokalisasi prostitusi memiliki sikap yang lebih positif terhadap perilaku seks pranikah akibat pengaruh sosial dari praktek prostitusi di lokalisasi. Tetapi hal ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh remaja. Perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan tempat tinggal dan tipe kepribadian. Penelitian ini dilakukan di lokalisasi prostitusi Desa Ngujang pada 60 remaja laki-laki dan perempuan (16-22 tahun) yang tinggal di sekitar dan di luar lokalisasi. Metode penelitiannya adalah kuantitatif, deskriptif dan komparatif. Analisis komparatif menggunakan t-test dan ANOVA. Hasilnya menunjukan bahwaremaja di sekitar lokalisasi memiliki sikap terhadap perilaku seks pranikah yang lebih positif daripada yang di luar lokalisasi, remaja introvert baik di sekitar maupun di luar lokalisasi memiliki sikap yang relatif sama sedangkan remaja ekstravert berbeda. Remaja ekstravert di sekitar lokalisasi memiliki sikap yang lebih positif terhadap perilaku seks pranikah daripada yang di luar lokalisasi. Kata Kunci: sikap, seks pranikah, kepribadian, lokalisasi PENDAHULUAN Latar Belakang Fenomena perilaku seks pranikah pada remaja di Indonesia menunjukan angka yang cukup besar (Kertapati, 2010) tetapi tidak dapat menggeneralisasikan semua remaja indonesia melakukan seks pranikah. Perbedaan keputusan melakukan hubungan seks pranikah ini didasari atas perbedaan sikap individu terhadap perilaku seks pranikah. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan sikap tersebut adalah lingkungan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2009) di Jawa Tengah menunjukan hasil bahwa tingkat penerimaan terhadap premarital sexual pada remaja di sekitar lokalisasi lebih tinggi dibanding populasi remaja secara umum. Disamping faktor lingkungan, kepribadian juga mempengaruhi perbedaan sikap remaja terhadap perilaku seks pranikah. Bukan semata-mata perbedaan antara kepribadian introvert dan ekstravert saja, melainkan juga sesama kepribadian introvert atau sesama ekstravert. Bandura (dalam Alwisol, 2006) mengatakan bahwa tingkah laku manusia merupakan suatu bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan pribadi, behavioral dan lingkungan. Orang dapat mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrol lingkungan tetapi juga dikontrol oleh lingkungan. Sehingga ketika lingkungan lebih dominan, maka perilaku yang muncul akan sesuai dengan harapan lingkungan dan sebaliknya ketika self lebih berpengaruh maka diri pribadi lebih dominan menentukan perilaku yang muncul. Adapun tujuan dari penelitian ini berkaitan dengan tingginya penerimaan terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di lokalisasi yaitu untuk mengetahui deskripsi sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Desa Ngujang, perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja yang tinggal di sekitar dengan di luar lokalisasi, perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja dengan tipe kepribadian introvert danekstravert, perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja dengan tipe kepribadian introvert yang tinggal di sekitar dan di luar lokalisasi, perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja dengan tipe kepribadian ekstravert yang tinggal di sekitar dan di luar lokalisasi, serta perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja dengan tipe kepribadian introvert dan ekstravert yang tinggal di sekitar dan di luar lokalisasi. LANDASAN TEORI Sikap Remaja terhadap Perilaku Seks Pranikah Sikap Dikatakan oleh Azwar (2009) bahwa sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran yaitu berorientasi kepada respon, berorientasi pada kesiapan respon, dan berorientasi pada skema triadik. Pertama, yang berorientasi kepada respon. Berkowitz menyatakan sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut (dalam Azwar, 2009). Kedua, yang berorientasi kepada kesiapan respon. La Pierre (1934 dalam Azwar, 2009) mendefinisikan sikap sebagai ”suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”.Ketiga yang berorientasi kepada skema triadik. Secord dan Backman (1964 dalam Azwar, 2009:5) mendefinisikan sikap sebagai “keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat dirumuskan pengertian bahwa sikap merupakan kombinasi antara komponen kognisi, afeksi dan konasi untuk merespon objek sikap atau stimulus secara evaluatif dalam derajat kesetujuan (favorable)maupun ketidaksetujuan (unfavorable). Komponen Sikap Menurut skema triadik, sikap merniliki tiga komponen yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen Skematik Rosenberg & Hovland mengenai sikap (dalam Azwar,2009:8) Kognisi Objek Sikap Sikap Afeksi Respon mempercayai dan meyakini objek sikap Respon pernyataan menyetujui pada objek sikap Mann (dalam Azwar, 2009) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisikan persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Sementara itu komponen konasi berisi kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Perilaku Seks Pranikah Menurut BKKBN ,Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi (2008), pengertian seks dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut : 1) Seks berarti jenis kelamin. 2) Orientasi seksual adalah kecenderungan individu untuk mencari pasangan seksualnya berdasarkan jenis kelamin. 3) Reproduksi seksual berarti berfungsinya organ tubuh seks dalam melakukan pembuahan. 4) Perilaku seksual adalah segala bentuk perilaku yang muncul akibat dorongan seksual. Menurut Sarwono (2011:174), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan di tempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama. Ekspresi dari seksualitas muncul berupa perilaku seksual. Levay and Valente (2006) mengatakan “Fantasy is not a behavior, because it doesn’t involve doing anything in the external world” jadi perilaku seksual adalah segala reaksi akibat dorongan seksual yang terwujud dalam dunia luar diri manusia, bukan hanya sebatas pikiran saja tetapi berupa tingkah laku nyata yang dapat diamati. Perilaku seksual terbagi dalam tiga tahap, yaitu : 1) Masturbation Kapasitas manusia untuk menimbulkan kepuasan seksual pada diri sendiri dengan melakukan stimulasi secara fisik yang terfokus pada alat kelaminnya sendiri. 2) Noncoital bahaviors Kontak fisik erotik tanpa melakukan senggama. Bentuk dari perilaku ini bermacammacam diantaranya adalah Kiss, Foreplay, Necking, Petting, Oral sex dan Anal sex. 3) Coitus Penetrasi vagina oleh penis atau yang biasa disebut senggama sebagai bagian dari proses pembuahan. Perilaku seks pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan oleh pasangan yang belum memiliki ikatan yang sah menurut hukum dan agama. Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah Ada banyak definisi yang dirumuskan oleh para ahli tentang sikap namun pada intinya sikap merupakan kombinasi antara komponen kognisi, afeksi, dan konasi dari seorang individu yang secara evaluatif menyatakan derajat kesetujuan (favorable) maupun ketidak setujuan (unfavorable) dalam merespon objek sikap untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.Menurut Sarwono (2011) perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang muncul sebagai akibat dari dorongan hasrat seksual, sedangkan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan dapat disebut sebagai perilaku seks pranikah. Jadi sikap terhadap perilaku seks pranikah merupakan kombinasi antara komponen konisi, afeksi, dan konasi sebagai suatu respon evaluatif seorang individu dalam derajat kesetujuan (favorable) maupun ketidak setujuan (unfavorable) terhadap segala tingkah laku yang muncul akibat dorongan hasrat seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan. Lokalisasi Prostitusi Prostitusi menurut kamus besar bahasa indonesia (2002:793) diartikan sebagai suatu pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. Sedangkan lokalisasi protitusi itu sendiri menurut Moeliono adalah daerah dimana prostitusi dibiarkan, tidak berarti diijinkan, untuk mempermudah dilakukannya upaya penangan intensif berupa penyuluhan tentang bahaya penyakit akibat perilaku seks pranikah pada orang-orang yang menjadikan prostitusi sebagai lapangan pekerjaan. Dampak Lokalisasi Prostitusi Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh prostitusi (Sitepu,2004) adalah : Menimbulkan dan menyebarkan penyakit kelamin. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga. Memberikan pengaruh demoralisasi khususnya pada remaja. Berkorelasi dengan kriminalitas dan narkoba. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum dan agama. Adanya eksploitasi manusia oleh manusia lain. Sedangkan dampak dari adanya lokalisasi itu sendiri serupa dengan dampak yang ditimbulkan oleh prostitusi karena kegiatan yang terjadi di dalam lokalisasi adalah praktek prostitusi. Demoralisasi pada remaja yang tinggal disekitar lokalisasi menyebabkan sikap remaja di sekitar lokalisasi terhadap perilaku seks pranikah lebih positif daripada remaja yang tinggal di luar wilayah lokalisasi. Perbedaan Sikap Terhadap Seks Pranikah pada Remaja di sekitar Lokalisasi dan di luar wilayah Lokalisasi Prostitusi Sikap terbentuk dari pembelajaran sosial melalui proses modelling. Manusia mengamati model yang ditemui disekitarnya untuk direpresentasi. Dari hasil representasi inilah sikap terbentuk. Dalam penelitian ini remaja yang tinggal disekitar lokalisasi prostitusi dengan sangat mudah menemukan model amatan perilaku seks pranikah pada penghuni lokalisasi. Ketika mereka menemukan keberhasilan gaya hidup pada model amatan maka mereka akan menganggap perilaku ini juga akan berhasil pada dirinya sehingga sikap positif terhadap perilaku seks pranikah terbentuk. Sedangkan pada mereka yang tinggal diluar wilayah lokalisasi tidak mendapatkan model amatan perilaku seks pranikah. Mereka akan melakukan proses pembentukan sikap berdasarkan informasi yang masuk saja. Ketiadaan atau minimnya informasi yang masuk dapat membentuk sikap yang negatif terhadap perilaku seks pranikah (Azwar, 2009). Kepribadian Pengertian Kepribadian Menurut Eysenk (dalam Alwisol, 2006), kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Jung (dalam Alwisol, 2006:48) mengatakan bahwa kepribadian mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran yang membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan fisik. Berdasarkan beberapa pengertian kepribadian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan pola yang mengatur individu untuk berperilaku secara khas dan unik dalam merespon stimulus yang diterima dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan karakteristik individu tersebut. Pengertian Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert Menurut Eysenck (dalam Alwisol, 2006) tipe merupakan hirarki tertinggi dalam kepribadian yaitu kumpulan dari trait yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu kombinasi yang luas. Eysenck (dalam Alwisol, 2006) yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstravert dan introvert adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL= cortical arousal level). CAL adalah gambaran bagaimana korteks mereaksi stimulus indrawi. CAL rendah berarti tidak peka, rekasinya lemah sedangkan CAL tinggi artinya mudah terangsang untuk bereaksi. Orang tipe ekstravert memiliki CAL yang rendah sehingga membutuhkan banyak rangsangan indrawi untuk mengaktifkannya, sebaliknya tipe introvert memiliki CAL yang tinggi sehingga membutuhkan sedikit rangsangan untuk mengaktifkan korteksnya. Masing-masing dari tipe ekstravert maupun tipe introvert memiliki sembilan trait yang saling berlawanan. Trait yang bernaung dibawah tipe ekstravert adalah sosiabel, lincah, aktif, asertif, mencari sensasi, riang, dominan, bersemangat, dan berani, sedangkan trait tipe introvert terdiri dari trait-trait lawan dari ekstravert yaitu tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesimis, dan penakut. Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks PranikahDitinjau Dari Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstravert pada Remaja di sekitar Lokalisasi dan di Luar Wilayah Lokalisasi Prostitusi Perbedaan sikap tidak hanya terjadi pada mereka yang berbeda kepribadian, tetapi dapat pula terjadi pada manusia dengan tipe kepribadian yang sama ketika mereka hidup dan tumbuh berkembang di lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh keterangsangan kortkes dari masing-masing tipe kepribadian. Orang introvert memiliki CAL yang tinggi sehingga hanya membutuhkan sedikit rangsangan untuk mengaktifkan korteksnya, jadi orang introvert cenderung menarik diri dan menghindari keramaian situasi di sekelilingnya yang dapat membuatnya kelebihan rangsangan. Tentu saja mereka juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif dan memakai pandangan subjektif mereka sendiri (Jung dalam Alwisol, 2006). Oleh karena itu, lingkungan hanya memberikan pengaruh yang sedikit terhadap pembentukan sikap mereka.Sedangkan orang ekstravert memiliki CAL yang rendah sehingga membutuhkan banyak rangsangan untuk mengaktifkan korteksnya, orang ekstravert lebih banyak memilih berpartisipasi dalam kegiatan yang banyak rangsangan. Individuekstravert mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar alih–alih berfikir mengenai persepsinya (Jung dalam Alwisol, 2006). Pada akhirnya remaja akan terbagi dalam empat kelompok yaitu kepribadian introvert yang tinggal di sekitar lokalisasi, ekstravert yang tinggal di sekitar lokalisasi, introvert yang tinggal di luar lokalisasi dan ekstravert yang tinggal di luar lokalisasi. Perbedaan kepribadian saja telah menimbulkan perbedaan sikap akibat perbedaan CAL. Ketika ditambah lagi dengan perbedaan lingkungan tempat tinggal tentu akan berbeda juga karena budaya akan memberikan corak yang khas dari maing-masing lingkungan yang berbeda pada individu di dalamnya (Azwar, 2009). METODE Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dan komparatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memperoleh gambaran tentang variabel – variabel yang diteliti secara sistematis sedangkan komparatif bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap yang ditinjau dari faktor penyebab tertentu pada sampel yang diteliti, dalam penelitian ini perbedaan sikap ditinjau dari tipe kepribadian introvert atau ekstravert pada sampel yang berbeda. Rancangan Penelitian Sikap Lokalisasi Ekstravert Non Lokalisasi Introvert Ekstravert Introvert Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Desa Ngujang Kabupaten Tulungagung dengan karakteristik sebagai berikut : Karakteristik Keterangan Jumlah Karakteristik Keterangan Jumlah Usia 12 – 15 tahun 16 – 22 tahun Laki-laki 60 orang 39 TempatTinggal Disekitarlokalisasi Diluarwilayahlokalisasi BelumMenikah 30 orang 30 orang 60 orang JenisKelamin Perempuan 21 Status Pernikahan Menikah - Untuk menjaga keseimbangan jumlah sampel pada kategori tipe kepribadian maka sampel diambil sebanyak 30 subjek yang terdiri dari 15 subjek tipe kepribadian introvert dan 15 subjek tipe kepribadian ekstravert. Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditentukan sesuai dengan kriteria sehingga disebut dengan Purposive Sampling. Jadi hasil penelitian ini hanya berlaku di lokasi peneltian dan tidak dapat digeneralisasikan pada lokasi lain. Jenis Instrumen Data yang diperlukan dikumpulkan dengan menggunakan 2 skala sebagai berikut : 1) Skala sikap terhadap perilaku seks pranikah yang disusun berdasarkan model skala rating yang dijumlahkanatauskalalikert. Contoh : No. Pernyataan 23. Berciuman akan dilakukan saat kencan 49. Senggama adalah puncak kenikmatan seksual. SS S TS STS 2) Skala kepribadian yang disusun berdasarkan teori Eysenck pada tipe introvert dan ekstravert yang disusun dalam bentuk skala Guttman. Contoh : No. Pernyataan 1. Saya senang bertemu dengan orang baru. 5. Saya aktif dalam organisasi. Pengumpulan Data Ya Tidak Pengumpulan data dalampenelitian iniantaraskala sikap terhadap perilaku seks pranikahdanskala kepribadiansama, yaitu : 1) Menyiapkaninstrumen skala sikap terhadap perilaku seks pranikah. 2) Mengkonsultasikan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. 3) Memohonsuratizin penelitian dari fakultas. 4) Menentukansubjek ujicoba untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Subjek yang digunakanmempunyaikarakteristikhampirsamadengansubjekpenelitian. 5) Menyebarkaninstrumenpadasubjekujicoba. 6) Menghitungvaliditasdanreliabilitaspadainstrumen yang telahdiujicobakan. 7) Menyusunkembaliinstrumenpenelitian. 8) Menyebarkankedua instrumen yang telah validpadasubjekpenelitian. 9) Menghitung hasil dari pengisian instrumen penelitian oleh subjek penelitian. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis analisis yaitu analisis deskriptif menggunakan T-Score dan komparatif menggunakan t-test dan ANOVA yang dihitung menggunakan bantuan SPSS 16 for Windows. HASIL 1. Secara Deskriptif remaja di DesaNgujangmemilikisikapterhadapperilakusekspranikah yang bervariasiyaitu 50% positifdansisanyanegatif. sekitarlokalisasimemilikisikap yang luarwilayahlokalisasiprostitusi. Remaja lebihpositifdaripada yang yang tinggal tinggal Remajadengantipekepribadianintrovert di di di sekitarlokalisasilebihbanyak yang menunjukansikappositifterhadapperilakuseks pranikah daripada yang di luarlokalisasidan begitu juga remajadengankepribadianekstravert di sekitarlokalisasilebihbanyak yang memilikisikappositifdaripada yang tinggal di luar lokalisasi prostitusi. 2. Hasil t-test menunjukan sig 2-tailed (0,003) < α (0,05) jadi ada perbedaansikapterhadapperilakusekspranikahpadaremaja yang tinggal di sekitardan di luarwilayahlokalisasiakibat dari perbedaan lingkungan sehingga terjadi perbedaan stimulus dan norma dalam penerimaan perilaku seks pranikah di masyarakat lingkungan tersebut. 3. Hasil t-test menunjukan sig (0,102) > tidakadaperbedaansikapterhadapperilakusekspranikahpadaremaja α (0,05) jadi yang memilikitipekepribadianintrovertdanekstravertkarena faktor lingkungan lebih dominan dalam memperngaruhi sikap remaja daripada kepribadian. 4. Hasil t-test sig menunjukan (0,317) > α (0,05) jadi tidakadaperbedaansikapterhadapperilakusekspranikahpadaremajadengantipekepribadiani ntrovert yang tinggal di sekitardan di luarwilayahlokalisasikarena tingkat keterangsangan korteks (CAL) yang tinggi membuat remaja introvert lebih stabil menentukan sikap sesuai standart evaluasi dan persepsinya sendiri. 5. Hasil t-test menunjukan sig (0,001) < α (0,05) jadi ada perbedaansikapterhadapperilakusekspranikahpadaremajadengantipekepribadianekstraver t yang tinggal di sekitardan di luarwilayahlokalisasikarena tingkat keterangsangan korteks (CAL) yang rendah membuat remaja ekstravert mudah dipengaruhi lingkungan sekitar sehingga berbeda lingkungan menimbulkan perbedaan pula pada persepsi dan arah sikapnya. 6. Hasil uji ANOVA menunjukan Sig (0,002) < α (0,05) jadi ada perbedaansikapterhadapperilakusekspranikahpadaremajadengantipekepribadianintrovert danekstravert yang tinggal di sekitardan di luarwilayahlokalisasiprostitusiDesaNgujang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan CAL antara Introvert dan Ekstravert serta perbedaan lingkungan. Kedua faktor ini sama-sama mempengaruhi pembentukan sikap sehingga terjadilah perbedaan antara keempat kelompok sampel penelitian. DISKUSI Perilaku seks pranikah remaja indonesia yang semakin meningkat menimbulkan kecemasan bagi kalangan orang tua. Salah satu cara efektif untuk mencegah terus meningkatnya angka perilaku seks pranikah remaja adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemudian mencari alternatif problem solving. Dalam penelitian ini telah diketahui bahwa lingkungan tempat tinggal berpengaruh besar dalam menentukan arah sikap remaja terhadap perilaku seks pranikah. Hal initerutamaterjadi pada mereka yang tinggal di sekitar lokalisasi protitusi yang kental dengan aktivitas seks pranikah. Dalam proses modelling(Bandura dalam Alwisol, 2006), manusiatidakperlumelakukantingkahlakusecaralangsung, merekahanyamengamatibentuktingkahlakuhinggareinforcement yang diterima olehobjek amatan kemudian diprosessecarakognitif dalamdirimanusiaitusendiri untukmembentuksikapterhadapperilaku yang diamati. Oleh karena itu, remaja yang tinggal dekat dengan lokalisasi akan memiliki sikap yang lebih positif dari pada remaja yang tinggal jauh dari lokalisasi. Faktor yang kedua adalah kepribadian yang terbagi menjadi dua yaitu introvert dan ekstravert. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja ekstravert lebih mudah terpengaruh lingkungan dalam menentukan sikap daripada remaja introvert. Remaja introvert cenderung mempercayai persepsinya sendiri daripada persepsi lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita dapat mengambil beberapa alternatif problem solving bagi pencegahan perilaku seks pranikah remaja berdasarkan kesimpulan penelitian. Yang pertama adalah pentingnya mempertimbangkan lingkungan, baik tempat tinggal maupun pergaulan sehari-hari bagi remaja. Lingkungan memberikan pegaruh yang besar terhadap pembentukan sikap sebagai indikator yang mengintensi munculnya perilaku. Menjauhi lingkungan yang permisif terhadap perilaku seks pranikah merupakan tindakan yang disarankan. Yang kedua adalah faktor kepribadian, karena remaja ekstravert lebih mudah terpengaruh lingkungan sebaiknya mereka diberikan pelatihan yang intens dalam melakukan introspeksi diri sebagai usaha menyeimbangkan orientasi dari luar dan dalam diri pribadi. Pada dasarnya baik introvert maupun ekstravert tetap memiliki resiko yang sama atas pengaruh dari luar, maka penyuluhan dari dinas terkait tentang bahaya perilaku seks pranikah sangat dianjurkan agar angka perilaku seks pranikah dapat terus ditekan pertumbuhannya. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja di sekitar lokalisasi memiliki sikap terhadap perilaku seks pranikah yang lebih positif daripada yang di luar lokalisasi, remaja introvert baik di sekitar maupun di luar lokalisasi memiliki sikap yang relatif sama sedangkan remaja ekstravert berbeda. Remaja ekstravert di sekitar lokalisasi memiliki sikap yang lebih positif terhadap perilaku seks pranikah daripada yang di luar lokalisasi. DAFTAR RUJUKAN Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia-Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar BKKBN. 2008. Modul Pelatihan Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja. (Online). (http://www.ceria.bkkbn.go.id), diakses 12 Januari 2012. Kertapati, Didit. T. 2010. Kepala BKKBN:51 dari 100 remaja di Jabodetabek tak perawan,(Online), (http://www.detiknews.com/read/2010/ kepalabkkbn:51dari100remajadijabodetabek_takperawan.html), diakses 8 Oktober 2011. Levay, Simon.& Valente, Sharon M. 2006. Human Sexuality-Second Edition. Sunderland:Sianuer Associates Inc. Sarwono, Sarlito. W. 2011. Psikologi Remaja, Jakarta:Rajawali Pers. Widyastuti, Elisabet. 2009. Personal Dan Sosial Yang Mempengaruhi Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seks Pranikah. Jurnal Kesehatan Indonesia, 4 ( 2): 2295-4996.