BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EMOSI NEGATIF 1. PENGERTIAN EMOSI Emosi adalah perasaan baik positif maupun negatif dalam bereaksi yang disertai keterbangkitan perilaku dan fisik (Laura, 2010). Menurut Kleigna dan Kleigna (dalam Plutnick, 1994) emosi adalah interaksi yang kompleks antara faktor subjektif dan objektif yang dimediasi oleh sistem neural-hormonal yang menimbulkan pengalaman afektif, menyebabkan proses kognitif, mengaktifasi perubahan fisiologis, sering mengarahkan pada perilaku yang adaptif.. Scherer (2001) mendefinisikan emosi sebagai respon individu yang muncul karena adanya evaluasi individu terhadap stimulus eksternal maupun internal yang ditandai dengan keterhubungan antar 5 atau sebagian komponen emosi. Emosi dapat dilihat dan diukur dari bentuk respon emosi yang dihasilkan oleh individu. Banyak penelitian yang berusaha untuk mengungkapkan bagaimana emosi bisa muncul. Menurut Lazarus (dalam Scherer & Ekman, 1984; Smith & Ellsworth, 1985) respon emosi muncul karena adanya penilaian individu terhadap suatu event, yang membangkitkan respon emosi yang mengandung pengalaman subjektif, fisiologis dan perilaku. Emosi merupakan hal yang kompleks untuk dijelaskan. Oleh sebab itu, ada banyak muncul teori-teori yang berusaha menjelaskan definisi emosi dan bagaimana cara mengukurnya. Salah satu teori emosi yang dikenal adalah teori 16 Universitas Sumatera Utara appraisal. Dalam Lafreniere (2000), teori appraisal adalah teori kognitif yang dalam psikologi yang menjelaskan bagaimana emosi muncul pada manusia. Emosi muncul karena adanya proses evaluasi (penilaian) terhadap suatu peristiwa (Scherer, 2001). Seperti contoh : Individu yang menilai bahwa putus cinta adalah hal yang mengancam dirinya, maka emosi yang timbul adalah rasa sedih (Roseman,1984; see, e.g., Frijda, 1986; Oatley & Johnson-Laird, 1987; Scherer, 1993b; Smith & Lazarus, 1993; Stein & Levine, 1987). Menurut Magda Arnold (Arnold, 1960) persepsi secara langsung yang dikenakan pada suatu peristiwa apakah dinilai ‖Baik‖ atau ―buruk‖ akan membentuk respon emosi yang sejalan. Misalnya ketika orang menilai sesuatu baik maka emosi yang muncul adalah emosi positif. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa emosi yang muncul sangat tergantung bagaimana kita menginterprestasikan stimulus ataupun memberi arti terhadap suatu kejadian (dalam Djohan, 2003). Maka pemahaman yang berbeda akan menimbulkan interpretasi yang berbeda pula pada masing-masing individu. Scherer (2005) menyatakan bahwa bentuk-bentuk emosi sebenarnya memiliki banyak jenis. Sehingga secara umum emosi dibagi 2 kelompok yaitu emosi negatif dan emosi positif. Emosi positif pada umumnya adalah emosi yang menyenangkan dan mendorong individu untuk mendekati stimulus seperti bahagia, puas, dihargai, dan lain-lain. Sedangkan emosi negatif biasanya ditandai dengan emosi yang tidak menyenangkan seperti sedih, marah, kecewa, merasa sakit dan lain-lain. Bentuk-bentuk emosi ini, nantinya akan diukur melalui respon emosi baik dengan menggunakan skala emosi atau self report yang mencakup 17 Universitas Sumatera Utara pengukuruan keseluruhan komponen emosi. Walaupun begitu, Scherer (2005) menyatakan bahwa emosi sangat sulit untuk diukur karena sangat kompleks terjadi dalam diri manusia. Sampai sekarang belum ada pengukuran emosi yang betul-betul dengan tepat dan lengkap untuk menilai emosi. Oleh sebab itu, Scherer (2005) mengungkapkan bahwa cara mengukur emosi dengan mudah adalah dengan mengukur komponen perasaan subjektif. Perasaan subjektif merupakan representasi dari keseluruhan komponen yang membentuk emosi yang dilihat dari jenis emosi apa yang dipilih individu untuk menggambarkan pengalaman emosi yang dialaminya (Scherer, 2005). 2. PENGERTIAN EMOSI NEGATIF Emosi negatif adalah sebuah episode respon individu yang merupakan hasil evaluasi terhadap stimulus internal ataupun eksternal yang bersifat tidak menyenangkan bagi individu karena adanya stimulus yang dinilai tidak menyenangkan atau mengancam (Scherer, 2001). Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Umumnya, emosi negatif menimbulkan permasalahan yang dapat menganggu orang yang mengalaminya, bahkan berdampak pada orang lain dan masyarakat secara luas (Watson, 2000). Biasanya, orang yang mengalami emosi negatif cenderung lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka, takut, curiga dan lain sebagainya. 18 Universitas Sumatera Utara Menurut Scherer (2001), emosi negatif memiliki komponen yang sama dengan komponen emosi pada umumnya yakni komponen-komponen emosi seperti melalui ekspresi, gejala fisiologis, kecenderungan perilaku dan lain sebagainya. Emosi negatif sama halnya seperti emosi positif, dapat dibentuk karena penilaian dan berpotensi untuk membentuk suatu kecenderungan perilaku. Pada umumnya, kecenderungan perilaku yang dibentuk oleh emosi negatif adalah menjauhi stimulus. Namun menurut Scherer (2005) tidak selamanya emosi negatif membuat seseorang menjauhi stimulus melainkan tetap mendekati. Hal ini dikarenakan bentuk penilaian atau appraisal yang membentuk gejala fisiologis, kecenderungan perilaku dan ekspresi mtoroik yang berbeda-beda pada individu Salah satu contoh, bahwa emosi negatif muncul karena adalah penilaian negatif adalah ketika A menilai bahwa B mengancam baginya makan A membentuk gejala fisiologis seperti tangan bergetar, tubuh berkingat, jantung berdebar-debar setiap bertemu dengan orang tersebut. Kemudian membentuk ekspresi seperti mengerutkan dahi dan cenderung membentuk perilaku menghindari orang tersebut. Kemudian A menilai bahwa peristiwa tersebut membentuk emosi takut. Emosi takut merupakan salah satu bentuk perasaan subjektif. Scherer (2001) mengatakan bahwa perasaan subjektif adalah perasaan yang muncul karena hasil interpretasi individu terhadap keempat komponen diatas yang dilihat dari pelabelan jenis emosi yang dipilih invidu untuk mendefinisikan perasaannya. Perasaan subjektif ini juga merupakan komponen utama dalam pengukuran emosi negatif dalam penelitian emosi (Scherer, 2005). Perasaan 19 Universitas Sumatera Utara subjektif sudah merupakan representasi dari interkorelasi dari keeempat komponen emosi lainnya sehingga hanya dengan mengukur perasaan subjektif, peneliti dapat melihat emosi baik positif maupun negatif dari individu (Scherer, 2005). Emosi negatif dapat dilihat dari valensi negatif pada komponen perasaan subjektif. 3. KOMPONEN EMOSI Emosi merupakan hal yang kompleks untuk diukur. Banyak ahli yang mencoba untuk memaparkan komponen atau aspek dari emosi untuk mencapai pengukuran yang komprehensif. Menurut Scherer (2001), komponen emosi terdiri dari 5 komponen, yaitu : 1. Penilaian (appraisal) : Penilaian secara kognitif terhadap suatu event atau stimulus.Penilaian ini dapat terbentuk karena pengalaman yang membentuk memori seseorang dan mempengaruhi emosi yang terbentuk pada suatu event. Terdapat beberapa penilaian sebagai berikut : a. Intrinsic Pleasentnes : Perasaan senang yang muncul dari dalam diri (subjektif) yang diakibatkan oleh situasi tertentu. Intrinsic pleasentness ini dilihat dari penilaian bahwa suatu event atau stimulus menyenangkan atau mengancam bagi dirinya. b. Goal significance : Penilaian individu terhadap berapa kadar keuntungan yang dirasakan individu yang diperoleh dari stimulus. Dalam dimensi ini terdapat 2 indikator goal significance yaitu concern relevance dan urgency. Concern relevance adalah 20 Universitas Sumatera Utara penilaian perlu tidaknya suatu stimulus bagi individu untuk mencapai tujuannya. Sedangkan urgency adalah seberapa besar individu memerlukan stimulus untuk mencapai tujuannya. c. Novelty : Penilaian individu terhadap sifat dari suatu stilumus apakah familiar atau merasa bahwa stimulus ini adalah hal yang baru menurutnya. Indikator dari dimensi ini adalah suddeness dan predictability. Suddeness adalah penilaian individu bahwa stimulus terjadi secara tiba-tiba atau menimbulkan keterkejutan. Sedangkan predictability adalah penilaian individu bahwa stimulus dapat diprediksi atau stimulus merupakan sesuatu yang biasa dilihat atau dialami. d. Coping Potential : Penilaian individu terhadap kemampuan untuk menghadapi stimulus yang menimbulkan emosi tertentu. Terdapat 2 indikator untuk melihat skor coping potential yaitu power (kemampuan untuk menghadapi stimulus); control (kemampuan untuk mengontrol diri atau beradaptasi dalam menghadapi stimulus) 2. Gejala Fisiologis (physiological symptomps) :merupakan reaksi tubuh secara fisiologis yang disebabkan oleh suatu event ataupun stimulus. Adapun indikator dari gejala fisiologis ini adalah a. Kardiovaskular : detakan jantung; b. Pernafasan: nafas dangkal atau terengah-engah; c. Gastrointestinal : tidak nyaman pada perut atau mual; d. Neuromuskular : tremor, gugup, atau bagian tubuh terasa tegang; e.Traktus urinarius : sensasi ingin berkemih; f. Kulit : 21 Universitas Sumatera Utara keringat. Seperti contoh seorang pasien merasa cemas memiliki beberapa tanda fisiologis seperti kaki pasien bergetar, berkeringat, tubuh terasa kaku, dan lain-lain. 3. Ekspresi Motorik (motor expression) :merupakan reaksi individu terhadap suatu event ataupun stimulus yang dilihat dari ekspresi wajah. Ekspresi tertentu dapat menggambarkan seseorang sedang mengalami emosi tertentu juga. Contoh : seorang anak kecil merasa takut setiap kali melihat tikus dia selalu menutup mata dan mengerutkan dahinya. 4. Kecenderungan Perilaku (action tendencies) : merupakan kecenderungan individu untuk menjauhi atau mendekati event atau stimulus. Kecenderungan perilaku ini juga dapat dinilai sebagai bentuk emosi seseorang. Pada umumnya seseorang yang mengalami emosi positif terhadap suatu event maka orang tersebut cenderung untuk mendekati. Sebaliknya, jika seseorang merasa terancam ataupun emosi negatif lainnya seperti pasien gigi yang takut melakukan perawatan. Maka pasien tersebut cenderung menghindari atau bahkan tidak berniat untuk datang kembali untuk menjalani perawatan. 5. Perasaan subjektif (perasaan subjektif): merupakan penilaian individu terhadap emosi yang dirasakannya. Perasaan subjektif ini merupakan representasi dari interkorelasi keempat komponen diatas. Dengan adanya penilaian (appraisal) yang dibuat oleh individu, gejala fisiologis yang 22 Universitas Sumatera Utara dirasakannya, kecenderungan perilakunya, dan ekspresi motorik yang dibentuk, maka individu mendefinisikan emosi yang dialaminya dengan memberikan nama label emosi tersebut. Seperti contoh : seorang pasien menilai bahwa suntik adalah sesuatu yang mengancam, setiap kali pasien hendak suntik maka pasien tersebut pasien secara spontan menutup matanya dan jantungnya berdebar-debar, pasien cenderung ingin menjerit dan menghindari untuk disuntik. Pasien tersebut mendefinisikan hal-hal yang dialaminya tersebut sebagai emosi takut. Pada umumnya perasaan subjektif dapat dilihat dari intensitas, durasi, arousal, tensi, dan valensi. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan valensi dan arousal untuk melihat kinerja keempat komponen diatas pada subjek penelitian. Berikut adalah penjelasan mengenai pengertian dari valensi dan arousal : a. Arousal adalah ketergugahan individu sehingga ia cenderung berperilaku, menilai dan berekspresi yang menggambarkan emosi yang dirasakan individu. Individu akan merasa tenang atau tergugah yang disebabkan oleh suatu event atau stimulus. Menurut Scherer, ada 2 jenis arousal yaitu active aroused dan passive arroused. Actived aroused menandakan adanya ketergugahan fisiologis dan sebaliknya passive aroused menandakan bahwa tubuh tidak tergugah atau pasif. b. Valensi adalah arah positif ataupun negatif yang menggambarkan emosi yang dirasakan oleh individu terhadap suatu event. Valensi positif merupakan label-label emosi positif dan sebaliknya valensi negatif menggambarkan label-label emosi negatif. Menurut Scherer, 23 Universitas Sumatera Utara valensi dan arousal adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan. Setiap label emosi memiliki salah satu sifat antar active atau passive arousal. Beberapa contoh label emosi negatifyang memiliki sifat active arousal seperti takut, marah, tegang, cemas dan yang memiliki sifat passive arousal seperti sedih, lesu, tidak nyaman, gelisah. Beberapa contoh label emosi positif yang memiliki sifat active arousal adalah berani, girang, antusias, dan tertarik sedangkan contoh yang memiliki sifat passive arousal adalah tenang, puas, nyaman dan bahagia. 4. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI EMOSI Emosi merupakan elemen yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Begitu banyak hal yang dapat mempengaruhi emosi baik dari dalam diri maupun dari luar diri manusia. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi emosi dalam Scherer, Schorr & Johnstone (2001) adalah sebagai berikut : a) Kepribadian Kepribadian yang berbeda akan menghasilkan emosi yang berbeda pula. Seperti contoh : orang yang memiliki kepribadian tipe A cenderung lebih cepat marah. Selain itu, ada orang-orang yang lebih cepat merasa bersalah dibanding orang lain. 24 Universitas Sumatera Utara b) Kualitas Tidur Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki kualitas tidur yang baik seperti 7-8 jam per hari lebih cenderung memiliki emosi yang lebih positif dan stabil. c) Stress Orang yang memiliki kadar stress yang tinggi cenderung mengalami emosi negatif lebih tinggi. d) Olahraga Berdasarkan penelitian, rutin berolahraga akan membuat oksigen lancar mengalir ke seluruh anggota tubuh terutama otak dan produksi hormon oksitosin lebih banyak sehingga orang yang berpontensi mengalami emosi-emosi yang bersifat positif atau menyenangkan. e) Keadaan hidup sehari-hari selama seminggu ataupun per hari. Tentunya kondisi dan hal-hal yang dilalui setiap hari mempengaruhi emosi manusia. Seperti contoh ; pada hari Senin sampai Jumat, A mengalami banyak tekanan dalam pekerjaan sehingga lebih banyak emosi negatif yang dirasakannya dibanding pada hari Sabtu dan Minggu karena ia dapat bersantai di rumah. f) Usia Berdasarkan teori perkembangan, usia memiliki peran dalam membentuk emosi. Menurut Papalia (dalam Papalia, Olds & 25 Universitas Sumatera Utara Feldman, 1992) usia remaja dan dewasa awal pada umumnya memiliki emosi yang belum stabil. B. JENIS MUSIK 1. PENGERTIAN MUSIK Musik adalah pola bunyi yang teratur yang bersifat menyenangkan untuk didengar dan juga dapat dipakai sebagai media untuk mengomunikasikan perasaan ataupun suasana hati. North dan Hargreaves (1997) mendefinisikan musik sebagai suatu kumpulan suara yang memiliki frekuensi, amplitudo, dan timbre yang disusun oleh pengarang lagu (komposer) dengan teroganisir dan predictable. Darnley-Smith dan Patey (2003) menyatakan bahwa musik adalah vokal, bunyi instrumental ataupun mekanikal yang memilik ritme, melodi dan harmoni. Pendapat lainnya, musik adalah seni yang dipadukan sedemikian rupa dengan menggunakan suara ataupun alat musik yang memiliki unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna nada (Kamien, 2004). Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan, bahwa musik adalah suara, keadaan diam (silence) ataupun bunyi lainnya yang disusun secara terorganisir oleh komposer. Musik memiliki frekuensi, amplitudo, timbre, harmoni dan melodi dan dapat dihasilkan melalui alat instrumental ataupun mekanikal yang terdengar menyenangkan di telinga dan dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan ataupun suasana hati. 26 Universitas Sumatera Utara 2. PENGERTIAN JENIS MUSIK Jenis musik adalah karakteristik dalam memainkan melodi, irama, warna nada, dinamika, harmoni, tekstur, dan bentuk atau karakter elemen yang terkandung dalam suatu musik (Kustap, 2008). Elemen tersebut akan berpengaruh dalam membedakan suatu musik dengan musik yang lainnya. Menurut Kamien (2004), jenis musik terbagi dari 3 jenis yaitu : musik populer, tradisional dan klasik. Adapun jenis musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis musik klasik dan musik tradisional Suku Batak Toba. a. Musik Klasik Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa dan digolongkan melalui periodisasi tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008). Musik klasik pada umumnya menampilkan atmosfir serius dan ditampilkan oleh orang terlatih secara profesional dalam pendidikan musik. Merritt (2003) menyatakan bahwa musik klasik dibagi atas 3 zaman yaitu : 1). Musik Zaman Barok (tahun 1600-1750) Musik ini identik dengan struktur musik yang tepat dan akurat. Ketukannya yang teratur dan energik menjauhkan dari perasaan lelah. Selain itu. musik ini juga terdengar dramatis dan emosional sehingga musik ini efektif untuk mengintegrasi seluruh otak. Contoh musik klasik zaman barok adalah Canon in D oleh Pachelbel yang telah 27 Universitas Sumatera Utara diteliti mempunyai efek menenangkan, menyeimbangkan perasaaan, dan memberi energi. 2).Musik Zaman Klasik (tahun 1750-1820) Musik ini memiliki ciri khas pada warna nada. Nada-nada yang ditandai dengan aksen dan dinamika yang bisa berubah secara tibatiba memberikan efek irama yang tidak monoton. Oleh karena itu, musik ini efektif untuk merangsang otak dalam memicu ingatan dan kreativitas. Contoh musik klasik zaman romantis adalah Eine Kleini Nachtmusik oleh Mozart. Menurut penelitian, karya ini memberi efek semangat dan memotivasi. 3) Musik Zaman Romantis (tahun 1820-1900) Musik ini ditandai oleh emosional yang kuat. Musik zaman romantis sangat dikenal dengan musik yang mencerminkan perasaan yang kuat oleh komposernya sehingga membuat efek merinding dan menyentuh emosi pada pendengar. Salah satu contoh karya musik zaman romantis adalah Fur Elise oleh Beethoven. 4). Musik Zaman Impresionis (Akhir abad ke-19) Musik ini dikenal efektif untuk memicu imajinasi karena warna nadanya yang lembut. Selain itu, beberapa musik pada zaman ini juga dikenal dapat membantuk pencitraan dan merangsang fantasi. Beberapa nama komposer pada zaman ini adalah Respghi, Debussy dan Ravel. 28 Universitas Sumatera Utara b. Musik Tradisional Batak Toba Musik tradisional adalah musik yang digunakan sebagai wujud dari nilai suatu budaya yang berhubungan dengan tradisi (Sedyawati, 1992). Tradisi berdasarkan asal katanya yaitu Traditio (Latin) didefenisikan sebagai kebiasaan turun temurun. Jadi dapat dapat disimpulkan bahwa musik tradisional adalah musik yang mempunyai nilai budaya yang bersifat turun menurun. Namun Purba (2002) mengatakan bahwa musik tradisional tidak berarti selalu bersifat kuno, melainkan bersifat khas dan mencerminkan kebudayaan suatu etnis atau masyarakat. Salah satu contoh musik tradisional adalah gondang sabangunan dari budaya Batak Toba. Dalam Irfan (2004), gondang sabangunan disebut juga sebagai parhobas na ualu atau perkakas delapan. Gondang sabangunan ini merupakan alat musik yang mengiringi praktik budaya untuk memohon berkat kepada dewa ataupun leluhur. Dalam Simangunsong (2005), gondang sabangunan memiliki delapan alat musik di dalamnya, yakni : 1) Taganing Simangunsong(2005) mengatakan bahwa taganing terbuat dari kayu jenis Artocarpus integer, Cedrella toona, dan Phite colobium. Taganing memainkan melodi dalam musik gondang sabangunan ini. Tangan kiri memainkan irama sedangkan tangan kanan memainkan melodi. 2) Gordang Gordang adalah drum yang digunakan terbuat dari kulit kerbau, kulit kambing ataupun kulit lembu. Drum ini dimainkan dengan cara dipukul 29 Universitas Sumatera Utara dengan sebuah kayu yang disebut palu-palu. Gordang berfungsi untuk memainkan beat atau irama. 3) Sarune bolon Sarune bolon adalah alat musik tiup yang terbuat dari batang kayu mahoni berukuran sekitar 60-70 cm. Sarune bolon memiliki 5 lubang dibagian depan dan 1 lubang dibagian belakang batang. Sarune bolon berfungsi untuk memainkan melodi pada lagu. 4) Ogung Ogung adalah alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul yang berbalut. Dalam gondang sabangunan, ada 4 ogung yang dipakai yaitu ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal.Ogung oloan dan ogung ihutan memiliki ukuran lebih besar daripada ogung lainnya. Ogung oloan dan ogung ihutan diletakkan pada suatu rak kayu dan suaranya tidak di redam. Sedangkan Ogung panggora boleh digantung atau diletak di atas paha pemain sehingga bunyinya teredam. 5) Hesek Hesek merupakan alat musik idiofon (gesek) yang dimainkan untuk menandakan tempo selama lagu dimainkan. Hesek terbuat dari besi atau botol kosong kemudian dipalu dengan sebatang besi atau kayu. 30 Universitas Sumatera Utara Musik gondang sabangunan ini pada umumnya dikenal dengan tabuhan gondang (instrumen musik perkusi suku Batak Toba) yang memiliki beat yang cepat sehingga memberi pengaruh afeksi oleh pendengarnya. Menurut Smith & Noon (dalam Murrock, 2005) bahwa musik yang terdiri dari sebagian besar instrumen perkusi (dimainkan dengan cara dipukul, digosok, atau diadu) berhubungan dengan perasaan gelisah, membangkitkan energi, dan meningkatkan kekuatan. Hal ini berhubungan dengan afek positif yang dihasilkan dari gondang sabangunan. Jika dikaji dari alat musik yang dimainkan, instrumen ogung pada gondang sabangunan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul yang berbalut dan suara yang dihasilkan cukup keras atau nyaring (Simon, 1985). Musik yang memiliki dinamika bunyi yang keras atau nyaring dan pitch yang tinggi akan diinterpretasikan sebagai sesuatu hal yang menarik perhatian dan tubuh akan menimbulkan sensasi-sensasi internal tubuh. Berdasarkan penelitian Siagian (2009) tentang Pengaruh Musik gondang hasapi dan gondang sabangunan terhadap Mood, didapati bahwa gondang sabangunan dapat menaikkan afek positif dan afek negatif. 3. MANFAAT MUSIK Dalam Satiadarma & Zahra (2004) dan Sloboda & Juslin (2010), musik memiliki banyak manfaat bagi manusia yakni : a. Merangsang Fungsi Otak Musik memberikan ransangan pada otak dalam hal ingatan, bahasa, berbicara, intelektual dan kesadaran. Secara fisik, musik juga dapat 31 Universitas Sumatera Utara membantu dalam hal penyembuhan pada otak yang memiliki penurunan fungsi akibat suatu penyakit. b. Meningkatkan Fungsi Kognitif Musik membantu seseorang untuk menenangkan pikiran, meningkatkan konsentrasi dan membantu orang dalam meditasi. Selain itu, fungsi kognitif lainnya seperti menganalisa atau aktivitas mental lainnya dapat dipengaruhi oleh musik. Musik juga dapat berpengaruh pada proses asosiatif yang terjadi pada otak manusia. Hal ini mengakibatkan manusia secara otomatis mengaasosiasikan suatu musik identik dengan suatu kejadian. Misalnya, seseorang akan teringat tentang masa kecilnya ketika dia mendengar lagu yang sering ia dengar pada waktu kanak-kanak. Ketika mendengarkan musik, saraf indera pendengaran mengirim sinyal ke otak untuk mengenali musik tersebut. Otak akan menganalisa dan mencari padanan musik tersebut pada memori. Proses asosiasi yang terjadi pada proses ini membentuk musik menjadi suatu stimulus tunggal yang menggugah individu mengingat suatu peristiwa. c. Memperkuat emosi positif Musik mempengaruhi emosi pendengarnya. Elemen-elemen musik seperti ritme, warna suara, instrumen yang dipakai berpengaruh terhadap emosi pendengarnya. Menurut Juslin dan Sloboda (2010), musik dapat bekerja efektif dalam merangsang emosi tertentu seperti rasa tenang, 32 Universitas Sumatera Utara enerjik, bahagia dan lain-lain. Musik juga dapat digunakan untuk memperkuat emosi pendengar dengan suatu peristiwa ataupun ritualritual sosial lainya seperti pernikahan, upacara keagamaan, kematian dan lain-lain. Hal ini membuat musik juga dapat membantu seseorang memperkuat emosi positifnya melalui musik-musik yang dapat mengingatkannya pada peristiwa yang menyenangkan (Juslin & Sloboda, 2010). C. PASIEN GIGI Pasien adalah individu yang mengunakan jasa medis untuk mengatasi permasalahan sakit fisik ataupun psikis melalui jasa pelayanan kesehatan (Kamus Besar Depkes RI). Gigi adalah bagian dari anatomi mulut yang berfungsi untuk mengunyah makanan, berbicara, estetika wajah dan saraf pengecapan. Dapat disimpulkan bahwa pasien gigi adalah individu yang menggunakan jasa pelayanan medis berupa pelayanan kesehatan gigi dan anatomi mulut. Menurut Nunn (2012), pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup upaya, sikap dan langkah–langkah yang dilakukan oleh seorang dokter gigi dalam melaksanakan aktivitas pengobatan gigi dan mulut. Dokter gigi adalah orang yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, khususnya memeriksa dan mengobati penyakit yang berhubungan dengan gigi dan mulut, dan dilakukan menurut hukum dalam pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004). Dengan kata lain, pasien gigi adalah 33 Universitas Sumatera Utara individu yang terlibat dalam kegiatan dental yang dilakukan oleh seorang dokter gigi. Kegiatan dental adalah seluruh kegiatan yang dilakukan dalam perawatan gigi dalam ranah kedokteran gigi (dalam Cohen & Burns, 2004). Kegiatan dental ini tentunya tidak terlepas dari kunjungan pasien gigi untuk melakukan perawatan gigi (kunjungan dental). Beberapa kegiatan dental yang pada umumnya dilakukan adalah pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, tambal gigi dan lain-lain (dalam Wheeler’s Dental, Anatomy, Physiology and Occlusion, 2002). Secara fisiologis, kegiatan dental ini menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit didefinisikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang disebabkan karena kerusakan jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu (Potter & Perry, 2006). Sensasi tidak hanya disebabkan oleh kerusakan jaringan, tetapi juga oleh kondisi stimuli seperti suara bur dan jarum (dalam Black & Hawks, 2009). Hal ini disebabkan karena secara normal rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi dan psikologi untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan, perilaku tidak kooperatif. (dalam Guyton & Hall 2014). Ini reaksi yang wajar saat banyak pasien merasakan sakit atau ketidaknyamanan. Dalam Kumar, Abbas dan Fausto (2009), rasa sakit yang dialami pasien sering menimbulkan perasaan traumatik atau emosi negatif sehingga pasien tidak nyaman setiap kali melakukan perawatan atau bahkan tidak mau melakukan perawatan gigi lain Prosedur tindakan kedokteran gigi yang dapat menimbulkan emosi negatif seperti rasa cemas antara lain pencabutan gigi, penyuntikan, tindakan pengboran, 34 Universitas Sumatera Utara pemolisan dan lain-lain (Nunn, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Mehboob, Ehtesham dan Khan (2011), pasien yang berada pada rentang usia 18- 35 merupakan rentang usia yang paling banyak mengalami kecemasan dalam melakuakn perawatan gigi. Oleh sebab itu, sudah seharusnya dilakukan perlakukan yang dapat mengurangi emosi negatif yang dialami pasien. D. DINAMIKA EMOSI NEGATIF PASIEN GIGI YANG MENDENGAR MUSIK SELAMA PERAWATAN Kesehatan gigi perlu dijaga untuk mencapai kesehatan tubuh secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perlulah individu untuk melakukan perawatan gigi. Salah satu bentuk perawatan gigi adalah kunjungan dental. Kunjungan dental adalah bentuk aktivitas individu melakukan perawatan gigi ke praktek gigi. Secara fisiologis, kegiatan dental menimbulkan rasa sakit pada pasien. Menurut Izard (dalam Lafreniere, 2000) rasa sakit yang dialami individu akan menimbulkan respon emosi negatif pada pasien. Emosi negatif akan menimbulkan kecenderungan pasien menghindari kegiatan dental. Namun berdasarkan survei yang dilakukan peneliti, banyak pasien yang tetap pergi melakukan kunjungan dental. Hal ini dikarenakan, persepsi bahwa gigi yang sudah rusak jika tidak diatasi akan menimbulkan penyakit gigi yang lebih parah. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti juga, 48 dari 33 pasien gigi mengakui bahwa mereka tetap melakukan kegiatan dental dengan rasa takut. Rasa takut, tidak nyaman, cemas merupakan respon emosi negatif yang membuat individu merasa tidak nyaman ketika berhadapan pada stimulus tertentu. 35 Universitas Sumatera Utara Menurut Fridja (dalam Nyklicek, Vingerhoets, Zeelenberg, 2011) mengatakan bahwa emosi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Emosi memiliki kontribusi besar dalam keefektifan manusia dalam mencapai tujuan dalam hidupnya. Selain itu, menurut Martin (2009) dalam buku Psikologi Belajar, juga menyatakan bahwa emosi berfungsi sebagai pembangkit energi yang memberi kegairahan dalam hidup manusia. Oleh karena itu dapat disimpulkan emosi sangat berperan penting dalam membentuk sikap. Pada konteks perawatan dental, emosi negatif yang dirasakan oleh pasien karena rasa sakit yang dirasakannya, sangat berpotensi membentuk sikap pada pasien untuk enggan melakukan perawatan ataupun perawatan yang dijalankan menjadi tidak optimal. Selain itu, menurut Coleman dan Mammen (dalam Rakhmat, 1994) emosi memiliki fungsi sebagai pembawa informasi. Dalam hal ini, emosi negatif yang dirasakan pasien dapat membentuk perilaku pasien untuk menyampaikan informasi mengenai emosi negatif yang dirasakannya dengan orang lain. Perilaku ini tentunya akan mengakibatkan persepsi negatif yang dibentuk oleh masyarakat awam yang hendak melakukan perawatan gigi ke praktik klinik gigi. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi emosi-emosi negatif yang dirasakan oleh pasien-pasien yang hendak ataupun sedang menjalani perawatan medis. Menonton, berdoa, pemberian dukungan oleh orang-orang terdekat, dan mendengar musik adalah beberapa cara untuk mengatasi perasaan seperti takut, cemas, gelisah, berduka dan lain sebagainya (Sarafino & Smith, 2011). Campbell, D (2009), menyatakan bahwa musik merupakan metode yang ampuh untuk mempengaruhi emosi manusia terutama pada pasien. Musik dapat 36 Universitas Sumatera Utara menimbulkan efek getar pada elemen tubuh manusia (Andrzej, 2009). Efek getar tersebut nantinya akan berdampak pada perubahan emosi, sel-sel ataupun atom tubuh (Kozier, Erb, Berman & Synder, 2010). Selain itu, musik juga dapat menimbulkan perasaan relaks dan meningkatkan aktivitas parasimpatis (Black & Hawk, 2014). Dalam keadaan tersebut, tubuh terpicu untuk memproduksi endorfin yang bereaksi menurunkan rasa sakit dan memberi efek tenang (Smeltzer et al, 2008). Sloboda (2001) menyatakan bahwa musik memang dapat mempengaruhi emosi manusia, namun elemen musik yang berbeda akan membentuk emosi yang berbeda pula. Elemen-elemen dari musik dapat mempengaruhi emosi individu menjadi lebih tenang, enerjik, dan lain-lain. Pada umumnya, musik yang dianggap cocok untuk manajemen rasa sakit dan emosi negatif adalah musik yang memiliki tempo lambat, nada rendah dan intrumental (Sloboda, 2001). Namun, menurut Smith dan Noon (dalam Murrock, 2005) bahwa musik yang terdiri dari sebagian besar instrumen perkusi (dimainkan dengan cara dipukul, digosok, atau diadu) juga berhubungan dengan pembangkitkan energi dan meningkatkan kekuatan. Selain itu, musik yang memiliki dinamika bunyi yang keras atau nyaring dan pitch yang tinggi akan diinterpretasikan sebagai sesuatu hal yang menarik perhatian dan tubuh akan menimbulkan sensasi-sensasi internal tubuh. Salah satu contoh jenis musik tersebut adalah musik gondang sabangunan yang merupakan musik tradisional Suku Batak Toba. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan intervensi terhadap emosi pasien melalui pemberian musik. Berdasarkan uraian diatas, 37 Universitas Sumatera Utara peneliti ingin melihat jenis musik apa yang efektif mempengaruhi emosi negatif pada pasien gigi. E.HIPOTESA PENELITIAN Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan emosi negatif pasien gigi berdasarkan jenis musik. 2. Emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik klasik lebih rendah daripada yang tidak diperdengarkan jenis musik klasik. 3. Emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik gondang sabangunan lebih rendah daripada yang tidak diperdengarkan jenis musik gondang. 4. Emosi negatif pada pasien gigi yang diberikan musik klasik lebih rendah daripada yang diberikan musik gondang sabangunan. 38 Universitas Sumatera Utara