BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pendahuluan Analisis tektonostratigrafi dan pola sedimentasi interval Formasi Talang Akar dan Baturaja dilakukan dengan mengintegrasikan data geologi dan data geofisika yang tersedia. Gambar 3.1 memperlihatkan lokasi penelitian, peta dasar seismik dan lokasi sumur yang digunakan dalam penelitian ini. Informasi tentang total kedalaman terukur (MD) dan kedalaman vertikal dari permukaan laut (SSTVD) dari masing-masing sumur dilampirkan pada Lampiran 1. Gambar 3.1. Peta dasar seismik dan lokasi sumur Daerah OCO, Sub-Cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara yang digunakan dalam penelitian ini. 16 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.2 Ketersediaan Data Dalam penelitian ini, data-data yang digunakan terdiri dari data geologi, yaitu berupa laporan analisis batuan (batuan inti dan batuan inti samping sumur/SWC), laporan analisis biostratigrafi, dan data log sumur, serta data geofisika berupa seismik 3-D dan data checkshot. Tabel 3.1 dan 3.2 berikut ini memberikan ikthisar mengenai ketersediaan data di daerah penelitian. Tabel 3.1. Jenis data geologi dan geofisika yang tersedia. Tabel 3.2. Jenis data log sumur yang tersedia dalam penelitian. 17 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.2.1 Data Batuan Inti Data batuan inti yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dengan cara mengulas laporan analisis batuan inti yang dibuat oleh pihak perusahaan pemboran di daerah penelitian (ARII) pada tahun 1980 sampai 1993. Laporan analisis tersebut memuat deskripsi litologi, porositas, permeabelitas, saturasi residual, dan foto dari batuan inti. Interval ketersediaan data batuan inti pada masing-masing sumur ditunjukan pada Gambar 3.2. Talang Akar Marker B Jatibarang Gambar 3.2. Interval batuan inti (warna merah) pada masing-masing sumur pada daerah penelitian. Data batuan inti yang tersedia pada lima sumur di daerah penelitian ini akan digabungkan dengan data batuan inti samping dan data log sumur untuk menentukan interval penelitian (batas bawah dan batas atas untuk Formasi Talang Akar dan Baturaja), lingkungan pengendapan, serta korelasi antar sumur. Ulasan deskripsi data batuan inti dan beberapa fotonya dilampirkan pada Lampiran 2 Lampiran 12. 18 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.2.2 Data Batuan Inti Samping Baturaja Talang Akar Jatibarang Gambar 3.3 Peta persebaran data batuan inti samping dan hasil analisis porositas pada Sumur OCO-3, OCO-5, dan OCO-6 di daerah penelitian. Data batuan inti samping (SWC/Side Well Core) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dengan cara mengulas laporan analisis batuan inti yang dibuat oleh pihak perusahaan pemboran di daerah penelitian (ARII) pada tahun 1980 sampai 1993. Laporan analisis tersebut memuat deskripsi litologi, porositas, permeabelitas, dan saturasi residual dari masing-masing sampel yang diambil dari sumur-sumur yang ada pada daerah penelitian. Dari enam sumur yang digunakan dalam penelitian ini, hanya lima sumur yang memiliki laporan analisis batuan inti samping, dan dari lima sumur tersebut hanya Sumur OCO-3, OCO-5, dan OCO-6 yang pengambilan datanya mencapai bagian bawah dari sumur (Gambar 3.3). Deskripsi dari data batuan inti samping dari kelima sumur dilampirkan pada Lampiran 13 - Lampiran 33. 19 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.2.3 Data Biostratigrafi Data biostratigrafi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dengan mengulas hasil laporan analisis biostratigrafi yang dibuat oleh PT. Corelab Indonesia untuk perusahaan pemboran (ARII) pada tahun 1992 dan 1993. Sumur yang memiliki laporan analisis biostratigrafi tersedia pada enam sumur, namun pada empat sumur (OCO-1, OCO-2, OCO-3, dan OCO-4) data hanya terfokus pada sampel batuan inti saja. Pada Sumur OCO-4 data didapatkan dengan menggunakan sampel cutting, sedangkan untuk Sumur OCO-6 data didapatkan melalui sampel cutting, batuan inti, dan batuan inti samping pada kedalaman-kedalaman tertentu. Analisis biostratigrafi pada enam sumur tersebut menggunakan keragaman fosil yang berbeda-beda dan diikhtisarkan pada Tabel 3.3. Kegunaan dari data biostratigrafi ini adalah sebagai data pengikat untuk penentuan umur dan lingkungan pengendapan dari interval penelitian. Tabel 3.3 Keragaman fosil pada masing-masing sumur yang dianalisis 1. Sumur OCO-1 Ada delapan sampel pada sumur OCO-1 yang dianalisis kandungan palinofloranya. Interval pengambilan sampel pada sumur ini berkisar dari kedalaman 6425,1-6777 kaki. Lingkungan pengendapan pada interval tersebut berada berada pada lingkungan supralitoral sampai litoral dalam dengan perkiraan umur pengendapan akhir Oligosen Awal. Tabel ulasan analisis biostratigrafi dari sumur OCO-1 dilampirkan pada Lampiran 34. 20 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 2. Sumur OCO-2 Ada dua sampel pada Sumur OCO-2 yang dianalisis kandungan palinofloranya. Pengambilan sampel pada sumur ini dilakukan pada kedalaman 8146,9 dan 8159 kaki. Lingkungan pengendapan pada interval tersebut berada berada pada lingkungan supralitoral sedangkan umur pengendapannya tidak ditentukan (indeterminate). Tabel ulasan analisis biostratigrafi dari Sumur OCO-2 dilampirkan pada Lampiran 35. 3. Sumur OCO-3 Ada tiga belas sampel pada Sumur OCO-3 yang dianalisis kandungan palinofloranya. Interval pengambilan sampel pada sumur ini berkisar dari kedalaman 6425,2-6477,7 kaki. Lingkungan pengendapan pada interval tersebut berada berada pada lingkungan supralitoral sampai litoral dalam sedangkan umur pengendapannya akhir Eosen Tengah sampai Oligosen. Tabel ulasan analisis biostratigrafi dari Sumur OCO-3 dilampirkan pada Lampiran 36. 4. Sumur OCO-4 Ada banyak sampel cutting pada Sumur OCO-4 yang dianalisis kandungan fosilnya. Pengambilan data dilakukan pada interval kedalaman 3300-10507 kaki. Kolom biostratigrafi dari Sumur OCO-4 untuk interval 6000-10500 kaki yang menunjukan kisaran umur dan lingkungan pengendapan interval penelitian terdapat pada Gambar 3.4. 5. Sumur OCO-5 Ada 10 sampel pada Sumur OCO-5 yang dianalisis kandungan palinofloranya. Interval pengambilan sampel pada sumur ini berkisar dari kedalaman 7049-7059 kaki, 7284-7292 kaki, dan 7495,8-7486,6 kaki. Lingkungan pengendapan pada kedalaman 7049-7059 kaki adalah supralitoral, pada kedalaman 7284-7292 kaki adalah litoral dalam, 21 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA sedangkan pada 7495,8-7486,6 kaki adalah supralitoral sampai litoral dalam. Umur pengendapan ketiga interval pengambilan sampel tersebut ditafsirkan akhir Eosen Tengah sampai Oligosen. Tabel ulasan biostratigrafi dari Sumur OCO-5 dilampirkan pada Lampiran 37. Baturaja Talang Akar Marker B Gambar 3.4. Kolom biostratigrafi Sumur OCO-4 (SL: supralitoral, iL: litoral dalam, oL: litoral luar, isL: sublitoral dalam, osL: sublitoral luar, B: batial). 22 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Baturaja Talang Akar Marker B Jatibarang Gambar 3.5. Kolom biostratigrafi Sumur OCO-6 (SL: supralitoral, iL: litoral dalam, oL: litoral luar, isL: sublitoral dalam, osL: sublitoral luar, B: batial) 23 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 6. Sumur OCO-6 Ada banyak sampel cutting, batuan inti, dan batuan inti samping pada Sumur OCO-6 yang dianalisis kandungan fosilnya. Pengambilan data dilakukan dari kedalaman 3000-10500 kaki. Kolom biostratigrafi dari Sumur OCO-6 untuk interval 5000-10500 kaki yang menunjukan kisaran umur lingkungan pengendapan interval penelitian terdapat pada Gambar 3.5. Pada kolom biostratigrafi asli, terdapat batas ketidakselarasan pada kedalaman 9220 kaki, yang ditandai oleh perubahan litologi yang jelas serta berkurangnya kandungan palinoflora pada kedalaman tersebut. Baturaja Talang Akar Jatibarang Gambar 3.6. Kisaran umur pengendapan Formasi Talang Akar dan Baturaja di daerah penelitian, kolom umur dan biozonasi dari laporan analisis biostratigrafi. 7. Ikhtisar umur dan lingkungan pengendapan Berdasarkan data biostratigrafi yang terdapat dari 6 sumur di daerah penelitian yang telah dibahas sebelumnya, diketahui bahwa umur pengendapan dari interval Formasi Talang Akar adalah Oligosen AwalMiosen Awal sedangkan untuk interval Formasi Baturaja umur pengendapannya Miosen Awal (Gambar 3.6). Berdasarkan kolom 24 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA biostratigrafi pada Sumur OCO-4 dan OCO-6,diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari interval Formasi Talang Akar ke interval Formasi Baturaja mengalami pendalaman dari supralitoral ke sublitoral luar. 3.2.4 Data Log Sumur Baturaja Talang Akar Marker B Gambar 3.7 Data log yang digunakan dalam penelitian (untuk masing-masing sumur: kolom: 1 kurva log GR; kolom 2: kurva log NPhi (merah) dan kurva log RhoB (biru); kolom 3: kurva log Resistivitas MSFL) Sumur-sumur yang terdapat pada daerah penelitian memiliki beberapa jenis data log yaitu Sinar Gamma (GR), Caliper (Cali), Resistivitas (ILD dan MSFL), Porositas Neutron (NPhi), Densitas (RhoB), Sonik (DT), dan Spontaneous Potential (SP). Ketersediaan dari masing-masing jenis data log tersebut ditampilkan pada Tabel 3.2. Data log Sinar Gamma, Sonik, Porositas Neutron, Densitas, Resistivitas dintegrasikan dengan data batuan inti dan batuan inti samping serta digunakan di dalam penelitian ini dalam penentuan litologi, penentuan interval penelitian, penentuan lingkungan pengendapan, korelasi antar sumur, dan pengikatan data seismik. Contoh dari data log Sinar Gamma, Porositas 25 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Neutron, Densitas, dan Resistivitas (MSFL) yang digunakan dalam penelitian ditampilkan pada Gambar 3.7. 3.2.5 Data Seismik Data seismik yang digunakan adalah Seismik 3-D berdomain waktu, dengan batas inline 30 – 771 dan crossline 61 – 775 dan jarak antar inline dan antar crossline masing-masing 20 meter. Peta dasar seismik daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Data seismik ini selanjutnya digunakan untuk interpretasi horizon dan sesar setelah dilakukan pengikatan dengan data log sumur. 3.2.6 Data Checkshot Data seismik memiliki cakupan wilayah yang luas sedangkan data sumur hanya memiliki cakupan sebatas sumur itu sendiri atau sebatas beberapa sumur yang dikorelasikan. Dapat dinyatakan bahwa data sumur hanya memiliki resolusi data vertikal yang baik namun buruk dalam resolusi horizontal. Karena data seismik memiliki resolusi horizontal yang baik namun memiliki domain yang berbeda dengan domain data sumur, maka dilakukanlah pengikatan antara data sumur dengan data seismik. Data checkshot merupakan data yang digunakan sebagai pengikat data batas atas dan batas bawah suatu interval dari data sumur yang memiliki domain kedalaman (meter atau kaki) dengan data seismik pada interval yang sama namun dengan domain waktu (milisekon). Data checkshot ini digunakan untuk mendapatkan data kecepatan yang nantinya akan digunakan untuk merubah data seismik berdomain waktu kedalam domain kedalaman. Dalam penelitian ini data checkshot hanya tersedia di empat sumur (Tabel 3.1). Data checkshot dari masing-masing sumur ditampilkan pada Gambar 3.8. 26 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Waktu (ms) 0 500 1000 1500 2000 2500 0 Kedalaman (kaki) 1000 2000 OCO-1 3000 OCO-3 4000 OCO-5 5000 OCO-6 6000 7000 8000 9000 Gambar 3.8 Data checkshot Sumur OCO-1, OCO-3, OCO-5, dan OCO-6. 3.3 Pengolahan Data Masing-masing data yang telah dijelaskan akan diolah untuk mendapatkan suatu informasi yang berbeda-beda tergantung dari jenis data yang digunakan. Pengolahan data yang dilakukan yaitu: penentuan interval penelitian, penafsiran lingkungan pengendapan, korelasi sumur, pengikatan data sumur pada data seismik, interpretasi seismik 3-D, serta pembuatan peta ketebalan interval penelitian. 3.3.1 Penentuan Interval Penelitian Dalam melakukan penentuan interval penelitian, dilakukan kajian karakteristik endapan Formasi Jatibarang, Talang Akar, Baturaja, serta Cibulakan Atas dari peneliti-peneliti sebelumnya terlebih dahulu. Kemudian data batuan inti, data batuan inti samping, dan data log diintegrasikan untuk mengetahui karateristik endapan pada tiap-tiap sumur, lalu dicocokan dengan karakteristik endapan Formasi Jatibarang, Talang Akar, Baturaja, dan Cibulakan Atas yang sudah pernah dikemukakan sebelumnya. Dari kesamaan karakteristik ini maka batas atas dan batas bawah interval penelitian dapat ditentukan. 27 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Berikut ini merupakan karakteristik Formasi Jatibarang, Talang Akar, Baturaja, dan Cibulakan Atas menurut Arpandi dan Patmosukismo (1975), Adnan dkk. (1991): 1. Formasi Jatibarang memiliki litologi tuf yang beraneka warna, andesit porfiri, basalt, dan batulempung merah, 2. Formasi Talang Akar memiliki litologi serpih karbonan dengan perselingan batupasir, batulanau, batubara, dan konglomerat di bagian bawah, perselingan serpih dan batugamping di bagian atas, diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Jatibarang, 3. Formasi Baturaja memiliki litologi batugamping terumbu dengan sedikit perselingan serpih dan napal, diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar. 4. Formasi Cibulakan Atas memiliki litologi batulempung dengan sedikit perselingan batupasir dan batugamping, diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja. Dengan mempertimbangkan karakteristik yang pernah dikemukakan oleh para peneliti sebelumnya, maka ciri batas atas, interval, dan bawah dari Formasi Talang Akar didefinisikan sebagai berikut: 1. Batas bawah tidak selaras terhadap litologi tuf beraneka warna, andesit porfiri, basalt, dan batulempung merah dari Formasi Jatibarang, 2. Interval Talang Akar memiliki litologi klastik dengan batubara di bagian bawah dan perselingan serpih batugamping di bagian atas, 3. Batas atas selaras, ditandai dengan kemunculan batugamping terumbu dengan sedikit perselingan serpih dan napal dari Formasi Baturaja. 28 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Dengan mempertimbangkan karakteristik yang pernah dikemukakan oleh para peneliti sebelumnya, maka ciri batas atas, interval, dan bawah dari Formasi Baturaja didefinisikan sebagai berikut: 1. Batas bawah selaras dengan perselingan serpih batugamping dari Formasi Talang Akar, 2. Interval Baturaja memiliki litologi batugamping terumbu dengan sedikit perselingan serpih dan napal, 3. Batas atas selaras, ditandai dengan kemunculan batulempung dengan sedikit perselingan batupasir dan batugamping dari Formasi Cibulakan Atas. Gambar 3.9 Penafsiran litologi, batas bawah dan batas atas interval penelitian pada Sumur OCO-1. Untuk menentukan batas-atas dan batas bawah dari masing-masing formasi dilakukanlah analisa urut-urutan litologi secara vertikal dari masingmasing sumur. Dari enam sumur yang terdapat pada daerah penelitian, tidak semuanya memiliki data batuan inti dan data batuan inti samping, oleh karena itu 29 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA digunakan juga analisa pola log Sinar Gamma dan Resistivitas untuk menafsirkan litologi pada sumur tersebut. Penafsiran litologi, batas atas, dan batas bawah interval penelitian pada Sumur OCO-1 ditampilkan pada Gambar 3.9, sedangkan untuk sumur-sumur lainnya dilampirkan pada Lampiran 38 - Lampiran 42. Dari analisa urut-urutan litologi tersebut ditambahkan juga dua batas penciri khusus (marker) yang digunakan untuk mempermudah dalam penelitian ini, yaitu marker A dan marker B. Marker A merupakan batas antara litologi batugamping pada interval Formasi Baturaja yang memiliki nilai log Sinar Gamma yang rendah serta berpola cylndrical dengan suatu litologi yang memiliki nilai log Sinar Gamma yang tinggi serta berpola serrated di atasnya. Marker A dapat dijumpai pada tiga buah sumur yaitu Sumur OCO-1, OCO-2, dan OCO-3. Marker B merupakan batas antara litologi serpih yang dominan pada interval Formasi Baturaja bagian atas dengan litologi batugamping berlapis yang dominan di atasnya. Marker B dapat dijumpai pada empat buah sumur, yaitu Sumur OCO1, OCO-2, OCO-3, dan OCO-5. Batas atas dari masing-masing formasi, marker A dan marker B pada tiap-tiap sumur diperlihatkan pada Tabel 3.4 dam 3.5. Ketebalan tiap-tiap formassi pada masing-masing sumur terdapat pada Tabel 3.6. Ketidaktersediaan beberapa jenis log dan data batuan pada sumur OCO-4 menyebabkan batas atas dan bawah ini sukar ditentukan sehingga batas atas dan batas bawah interval penelitian pada sumur tersebut ditentukan berdasarkan data batas atas dan batas yang didapatkan dari laporan akhir sumur dari perusahaan pemboran. Tabel 3.4 Batas atas dari masing-masing formasi dan marker interval penelitian pada masing-masing sumur dalam MD. Batas Atas Baturaja Marker A Talang Akar Marker B Jatibarang 30 | OCO-1 4278 4670 5471 5938 - OCO-2 5644 5953 7088 7574 - Kedalaman (kaki) OCO-3 OCO-4 4330 5977 4540 5467 7781 5940 - OCO-5 4913 5769 6252 - OCO-6 5641 7122 9220 Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Tabel 3.5 Batas atas dari masing-masing formasi dan marker interval penelitian pada masing-masing sumur dalam SSTVD. Batas Atas Baturaja Marker A Talang Akar Marker B Jatibarang OCO-1 4214 4606 5407 5874 - OCO-2 4499 4731 5626 6029 - Kedalaman ( kaki) OCO-3 OCO-4 4290 5434 4500 5427 6717 5900 - OCO-5 4842 5698 6181 - OCO-6 5567 7047 9146 Tabel 3.6 Ketebalan dari interval Formasi Talang Akar dan Baturaja pada masingmasing sumur. Interval Formasi Satuan Sumur OCO-1 OCO-2 OCO-3 OCO-4 OCO-5 OCO-6 3.3.2 Baturaja Talang Akar kaki meter kaki meter 1193 1127 1137 1283 856 1480 364 344 347 391 261 451 2099 640 Penafsiran Lingkungan Pengendapan Untuk menentukan lingkungan pengendapan digunakan integrasi dari beberapa data yaitu data batuan baik data batuan inti, data batuan inti samping, data biostratigrafi, dan analisa elektrofasies dari tiap sumur. Data batuan inti dan data batuan inti samping sumur digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan dari struktur sedimen dan urut-urutan vertikalnya. Data biostratigrafi digunakan untuk melihat perubahan batimetri pengendapan, sedangkan analisis elektrofasies dilakukan untuk memperkirakan lingkungan pengendapan dengan melihat pola log Sinar Gamma. 31 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 3.10. Elektrofasies batuan sedimen klastik dan lingkungan pengendapannya (Kendall, 2003). Dengan mengansumsikan bahwa suatu jenis endapan tertentu mempunyai pola/karakteristik tertentu yang dapat tercermin pada log Sinar Gamma, maka log Sinar Gamma digunakan untuk menginterpretasikan fasies endapan pada interval kedalaman tertentu dari suatu sumur. Pola log Sinar Gamma yang beraneka ragam dikelompokkan menjadi lima pola utama, yaitu cylindrical (agradasi), funnel (progradasi), bell (retrogradasi), symmetrical (progradasi dan retrogradasi), dan serrated (agradasi) dan digunakan untuk menganalis fasies batuan sedimen klastik maupun karbonat. Penggunaaan log Sinar Gamma untuk menganalisis fasies inilah yang disebut dengan analisis elektrofasies. Pola log sumur dan lingkungan pengendapan berdasarkan ciri elektrofasies untuk batuan sedimen klastik ditampilkan pada Gambar 3.10 sedangkan untuk batuan karbonat ditampilkan pada Gambar 3.11. 32 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 3.11. Elektrofasies batuan karbonat dan lingkungan pengendapannya (Kendall, 2003). Secara umum lingkungan pengendapan interval penelitian yaitu kipas delta, dataran aluvial (fluvial point bar, floodplain), deltaik (river mouth bar, tidal channel fill, tidal flat), shoreface, dan inner shelf. Penafsiran lingkungan pengendapan interval Formasi Talang Akar dan Baturaja dari tiap-tiap sumur di daerah penelitian dilampirkan pada Lampiran 43 - Lampiran 48. Secara umum, terjadi pendalaman lingkungan pengendapan dari Formasi Talang Akar ke Formasi Baturaja. 3.3.3 Korelasi Sumur Korelasi sumur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasi fasies pada interval kedalaman tertentu dari suatu sumur dengan sumur lainnya. Korelasi ini ditujukan untuk mengetahui kemenerusan secara lateral dari pola-pola log Sinar Gamma tertentu atau jenis fasies endapan tertentu. Pada interval Formasi Talang Akar yang keberagaman lingkungan pegendapannya sudah ditafsirkan kipas delta, dataran aluvial (fluvial point bar, floodplain), deltaik (river mouth bar, tidal channel fill, tidal flat), shoreface, dan inner shelf, korelasi antar sumur dilakukan dengan melihat kesamaan fasies pengendapannya tersebut. Sedangkan 33 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA pada interval Formasi Baturaja yang lingkungan pengendapanya hanya ditafsirkan pada inner shelf, korelasi ini didasarkan pada karakteristik catch-up, keep-up, dan give-up dari pola log Sinar Gamma yang tersedia. Peta posisi sumur dan penampang korelasi yang dilakukan terdapat pada Gambar 3.12, sedangkan hasil dari korelasi yang dilakukan terdapat pada Lampiran 49-52. Gambar 3.12. Peta posisi sumur dan penampang korelasi pada Daerah OCO. (garis merah: penampang korelasi baratlaut-timur, garis hitam: penampang korelasi baratlaut-selatan), garis hijau: penampang korelasi timurlaut -selatan) Korelasi baratlaut-timur (Lampiran 49) dan timurlaut-selatan (Lampiran 50) untuk interval Formasi Talang Akar dibuat untuk melihat kemenerusan secara lateral dari fasies-fasies endapan yang ada. Endapan kipas delta yang berada di korelasi baratlaut-timur memperlihatkan kemenerusan yang baik meskipun pada Sumur OCO-3 interval endapan ini menjadi lebih bersifat lanauan, sedangkan pada korelasi yang berarah timurlaut-selatan terlihat bahwa endapan kipas delta tersebut mengalami penipisan ke arah selatan. 34 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Korelasi baratlaut-timur (tanpa sumur OCO-5, Lampiran 51) dan korelasi baratlaut-selatan (tanpa sumur OCO-2, Lampiran 52) dilakukan untuk mengetahui perkembangan batugamping pada Daerah OCO berdasarkan pola keep-up, catchup, dan give-up yang ditunjukan oleh log Sinar Gamma. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa terdapat interval keep-up carbonate yang tebal di bagian bawah formasi, catch-up carbonate pada bagian atas formasi, dan give-up carbonate di antara keep-up dan catch-up carbonate tersebut.. 3.3.4 Pengikatan Data Sumur pada Data Seismik Pengikatan data sumur pada data seismik merupakan suatu metoda korelasi batas-batas penciri tertentu (marker) pada data sumur dengan data seismik. Marker ini dapat berupa batas atas dan batas bawah dari suatu interval formasi yang ditembus oleh sumur pada daerah yang telah memiliki data survei seismik. Beberapa marker yang digunakan dalam pengikatan data sumur dan data seismik pada penelitian ini adalah batas atas interval Formasi Baturaja, batas atas interval Fomasi Talang Akar, dan batas bawah interval Formasi Talang Akar (atau batas atas interval Formasi Jatibarang), dan dua marker tambahan yaitu marker A dan marker B yang dapat dikenali pada beberapa sumur. Gambar 3.13. Proses yang dilakukan untuk mendapatkan Seismogram Sintetik (Sukmono, 2008). 35 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Korelasi yang dilakukan dalam pengikatan data sumur dengan data seismik ini pada dasarnya adalah korelasi antara Composite Seismic Trace dengan Sintetik Seismogram. Prinsip pembuatan Composite Seismic Trace ini dimulai dengan mengkonversikan data log Sonik menjadi log Kecepatan. Log Kecepatan yang dihasilkan akan dikalikan dengan log Densitas sehingga akan menghasilkan Impedansi Akustik (AI). Log Impedansi Akustik yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menghasilkan log Composite Seismic Trace (Gambar 3.13). Log Composite Seismic Trace yang didapatkan tersebut lalu dikorelasikan dengan Seismogram Sintetik yang diekstrak dari data seismik 3-D di sekitar sumur dengan tujuan untuk mengikat data sumur dengan data seismik. Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisien korelasi antara Composite Seismic Trace dan Sintetik Seismogram semakin tinggi pula tingkat keyakinan korelasi. Baturaja Talang Akar Jatibarang Koefisien korelasi yang didapatkan: 0,541 Gambar 3.14. Hasil pengikatan data sumur dengan data seismik untuk interval penelitian pada Sumur OCO-6. Dalam penelitian ini, proses pengikatan data sumur pada data seismik hanya dilakukan pada empat sumur vertikal, yaitu Sumur OCO-1, OCO-3, OCO-5, dan OCO-6. Koefisien korelasi dari masing-masing sumur ditampilkan pada Tabel 3.7, hasil pengikatan data sumur dengan data seismik untuk Sumur OCO-6 36 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA ditampilkan pada Gambar 3.14, sedangkan hasil pengikatan untuk tiga sumur lainnya dilampirkan pada Lampiran 53 - Lampiran 55. Berdasarkan hasil pengikatan data sumur pada data seismik yang didapat, batas atas interval Formasi Baturaja berada di peak, batas atas interval Formasi Talang Akar berada di through, dan batas bawah interval Formasi Jatibarang berada di zero-crossing. Tabel 3.7. Koefisien korelasi pengikatan data sumur pada data seismik pada masing-masing sumur. 3.3.5 Interpretasi Seismik 3-D Setelah dilakukan pengikatan data sumur pada data seismik, dilakukanlah interpretasi seismik dengan menggunakan seismik 3-D pada daerah penelitian ini. Interpretasi seismik ini meliputi penarikan tiga horizon: batas atas dari Formasi Baturaja, Talang Akar, dan Jatibarang, serta penarikan struktur-struktur sesar yang memotong horizon-horizon tersebut tiap 10 inline dan crossline. Penarikan horizon dan sesar-sesar tersebut dilakukan sebagai langkah awal dari pembuatan peta ketebalan. Gambaran 3-D dari hasil penarikan horizon dan sesar yang telah dilakukan di daerah penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.15. 37 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Barat Timur OCO-2 OCO-3 OCO-1 OCO-1 OCO-4 OCO-6 Baturaja Talang Akar Jatibarang Gambar 3.15. Gambaran 3-D hasil interpretasi horizon dan sesar Daerah OCO. 3.3.6 Pembuatan Peta Ketebalan Pembuatan peta ketebalan interval Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja dilakukan dengan cara membuat peta struktur waktu dari horizon (batas atas dan batas bawah) Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja yang telah ditarik sebelumnya. Pengikatan data sumur dengan data seismik yang dilakukan sebelumnya menghasilkan integrasi yang terpadu antara data sumur yang berdomain kedalaman dengan data seismik yang berdomain waktu, ketika suatu horizon ditarik hampir mengenai lubang sumur pada kedalaman tertentu dan pada skala waktu tempuh tertentu juga maka kecepatan rambat gelombang seismik dari permukaan ke horizon tersebut akan secara otomatis dikalkulasikan sehingga setiap sumur yang menembus suatu horizon akan memiliki satu data kecepatan. Dari enam sumur yang digunakan dalam penelitian ini, empat diantaranya memiliki data checkshot yang kemudian dimasukan ke data seismik lalu diikat. Keempat sumur tersebut menembus horizon Baturaja maupun Talang Akar sehingga didapatkan empat data kecepatan, sedangkan untuk Formasi Jatibarang hanya ditembus oleh satu sumur saja sehingga hanya memiliki satu data kecepatan (OCO-6). Peta kecepatan permukaan-horison didapatkan dengan menginterpolasikan data-data kecepatan yang ada sehingga menghasilkan peta kecepatan horizon tersebut ke permukaan. Dengan adanya peta stuktur waktu dan 38 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA peta kecepatan, maka peta struktur kedalaman dapat dibuat. Dengan demikian peta ketebalan dari interval Formasi Talang Akar dan Baturaja juga dapat dibuat. Peta struktur waktu dan peta kecepatan untuk puncak Formasi Jatibarang, puncak Formasi Talang Akar, dan puncak Formasi Baturaja dilampirkan pada Lampiran 56-64. Peta ketebalan interval Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja terdapat pada Gambar 3.16 dan Gambar 3.17. 39 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 3.16. Peta ketebalan interval Formasi Talang Akar pada daerah penelitian. 40 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara. BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 3.17. Peta ketebalan interval Formasi Baturaja pada daerah penelitian. 41 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara.