KAJIAN KUALITAS SPERMATOZOA IKAN TAWES (Barbonymus

advertisement
KAJIAN KUALITAS SPERMATOZOA IKAN TAWES
(Barbonymus gonionotus, Bleeker 1849) YANG BERASAL DARI
DUA KOLAM BUDIDAYA BERBEDA
ULFAH FITRIANA AKBAR
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kualitas
Spermatozoa Ikan Tawes (Barbonymus Gonionotus, Bleeker 1849) yang
Berasaldari Dua Kolam Budidaya Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Ulfah Fitriana Akbar
NIM C24080026
ABSTRAK
ULFAH FITRIANA AKBAR. Kajian Kualitas Spermatozoa Ikan Tawes
(Barbonymus Gonionotus, Bleeker 1849) yang Berasal dari Dua Kolam Budidaya
Berbeda. Dibimbing oleh YUNIZAR ERNAWATI dan R IIS ARIFIANTINI.
Barbonymus gonionotus (Bleeker 1849) yang dikenal dengan nama ikan
nilem merupakan salah satu ikan air tawar ekonomis penting yang disukai oleh
masyarakat Indonesia serta memiliki gizi yang baik dengan kadar protein 27.8728.10 %. Hal yang penting dalam proses budi daya adalah ketersediaan benih
yang akan bergantung pada kualitas spermatozoa. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengkaji perbedaan kualitas spermatozoa ikan tawes pada dua lingkungan
yang berbeda (Kolam budidaya Purwasari dan Parung) melalui penelaahan
karakteristik semen meliputi evaluasi makroskopis seperti volume, pH, warna,
konsistensi dan evaluasi mikroskopis seperti konsentrasi, motilitas dan lama motil
serta melihat morfologi dan morfometri spermatozoa ikan tawes. Analisis sampel
dilakukan di Laboratorium Unit Rehabilitasi dan Reproduksi (URR) Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian menunjukan bahwa
semua parameter karakteristik ikan tawes dari Purwasari dan Parung berbeda,
kecuali konsistensi dan warna semen, pH, diameter kepala,morfologi serta
konsentrasi spermatozoa.
Kata kunci:ikan tawes, spermatozoa ikan, kualitas semen.
ABSTRACT
ULFAH FITRIANA AKBAR. Study quality of Silver Barb Spermatozoa at Two
Different Environment Aquaculture Supervised by YUNIZAR ERNAWATI and R
IIS ARIFIANTINI.
Barbonymus gonionotus (Bleeker 1849) known as silver barb is one of the
economically important freshwater fish that are frowned upon by the community
as well as Indonesia. This fish had a good nutrition with 27.87 to 28.10% of
protein. The important factor in the aquaculture is the availability of larvae which
influence by the quality of spermatozoa. The purpose of this research was to
examine the quality of silver barb spermatozoa on two different aquaculture
environments) through the study of the semen characteristics including
macroscopic and microscopic evaluation such as volume, pH, color, consistency,
concentration, motility, morphology and morphometric of silver barbfish
spermatozoa. A total of 20 fish from Purwasari and Parung were used in this
research. The samples analysis was carried out in the laboratory of Reproductive
and Rehabilitation Unit (URR), Faculty of Veterinary Medicine, Bogor
Agricultural University. The results showed that all parameters characteristic of
silver barb spermatozoa from Purwasari and Parung was significanly different
(P<0.05) except for the semen color and consistency, pH, diameter spermatozoa
head, concentration of spermatozoa as well as the morphology.
Keywords:Silver barb, fish, spermatozoa, semen quality
KAJIAN KUALITAS SPERMATOZOA IKAN TAWES
(Barbonymus gonionotus, Bleeker 1849) YANG BERASAL DARI
DUA KOLAM BUDIDAYA BERBEDA
ULFAH FITRIANA AKBAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Kajian Kualitas Spermatozoa Ikan Tawes (Barbonymus Gonionotus,
Bleeker 1849) Jantan Yang Berasal Pada Dua Kolam Budidaya
Berbeda
Nama
:Ulfah Fitriana Akbar
NIM
:C24080026
Disetujui oleh
Dr Ir Yunizar Ernawati, MS
Pembimbing I
Prof Dr Dra R. Iis Arifiantini, M Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir M Mukhlis Kamal, M Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi :Kajian Kualitas Spennatozoa Ikan Tawes (Barbonymus Gonionotus,
Bleeker 1849) J antan Yang Berasal Pada Dua Kolam Budidaya
Berbeda
Nama
:Ulfah Fitriana Akbar
NIM
:C24080026
Disetujui oleh
Dr Ir Yunizar Emawati, MS
Pembimbing I
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
0~
n1? n 1 4
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah Kajian
Kualitas Spermatozoa Ikan Tawes (Barbonymus Gonionotus, Bleeker 1849)
Jantan yang Berasal Pada Dua Kolam Budidaya Berbeda.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku dosen pembimbing I dan Prof Dr Dra R.
Iis Arifiantini, M Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta saran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan
skripsi.
2. Dr Ir Enan Mulyana Adiwilaga selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dan nasihat-nasihatnya.
3. Keluarga tercinta, Bapak (Farid Yusup), yang selalu memberikan motivasi,
dukungan, semangat hidup, Ibu (Eulis Susi Mutiara), Kakek (Entur Mastur),
Nenek (Oin rumingsih) atas do’a, motivasi, dan kasih sayangnya.
4. Bapak Amas (Pemilik kolam budidaya ikan di daerah Purwasari), Bapak
Suraji (Pemilik kolam budidaya ikan di daerah Parung), Bapak Bondan dan
Mbak Selly (Teknisi Lab. URR) atas kerjasama dan bantuannya selama
penelitian.
5. Mbak Widar dan seluruh staf Tata Usaha MSP yang telah membantu
memperlancar proses administrasi penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Sahabat-sahabat Terdekat (Komo, Ojan, Ian, Kang Irman, Syahrul Au, Epul,
Conny, Mimi, Abah, Jey, Ibad, Obet, Dani, Faith, Mundi, Yasa, Pion, Ulki,
Uta, Rizal atas semua dukungan, keceriaan, dan motivasi dan nasehatnya.
7. Sahabat Paperline Accoustic (Ival, Uta, Antonio, Rendra, Jey), yang
memberikan keceriaan dan dukungan selama menyusun skripsi
8. Sahabat Ice Cream Bogor Band (Rezza, Sendi, Deni, Komo, Ival). yang
memberikan keceriaan dan dukungan selama menyusun skripsi.
9. The Phi Bhi Accoustic (Ivan, Inessya, Haikal, Anggi, Ade, Mita, Roy, Vivi)
yang memberikan keceriaan dan dukungan selama menyusun skripsi.
10. Teman-teman MSP 45 atas perhatian, motivasi, dan nasehatnya.
11. Teman-teman OMDA Garut atas semua dukungan, keceriaan, dan motivasi
dan nasehatnya.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu
Bogor, Januari 2014
Ulfah Fitriana Akbar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
1 Perumusan Masalah
2 Tujuan Penelitian
2 Manfaat Penelitian
2 METODE
3 Waktu dan Lokasi Penelitian
3 Metode Kerja
3 Analisis Kualitas Air
3 Koleksi Sampel
4 Karakteristik Semen
4 Karakteristik Makroskopis
4 Motilitas
5 Konsentrasi
5 Morfologi dan Morfometri
5 Analisis Data
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
7 Kondisi umum lokasi penelitian
7 Kondisi Kualitas Lingkungan Perairan Kedua Lokasi
7 Karakteristik Morfologi Tubuh Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)
8 Karakteristik Semen Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)
8 Morfometri spermatozoa
10 Morfologi Spermatozoa
11 Hubungan antara parameter panjang ikan, bobot ikan, volume semen,lama
motil, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa
12 Hubungan panjang dan bobot ikan terhadap panjang total spermatozoa
12 Pengaruh lingkungan terhadap kondisi reproduksi ikan
13 SIMPULAN DAN SARAN
14 Simpulan
14 DAFTAR PUSTAKA
14
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kualitas Lingkungan Kolam Budidaya Ikan Tawes (Barbonymus
gonionotus)
Tabel 2 Karakteristik Morfologi Tubuh Ikan Tawes(Barbonymus gonionotus)
Tabel 3 Karakteristik Semen Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) Secara
Makroskopis dan Mikroskopis.
Tabel 4Morfometri spermatozoa ikan tawes (Barbonymus gonionotus)
Tabel 5 Korelasiantara parameter panjang ikan, bobot ikan, volume semen,
motilitas, lama motil, konsentrasi spermatozoa, dan panjang total
spermatozoa
Tabel 6 Data hubungan Panjang dan Bobot Ikan Terhadap Panjang Total
Spermatozoa
7
8
9
10
12
13
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
Skema perumusan masalah sumberdaya ikan tawes air tawar 2
(Barbonymus gonionotus)
Morfologi Spermatozoa Ikan Mas (Japet 2011)
11
Morfologi Spermatozoa Ikan Tawes
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan pangan manusia dapat dipenuhi dengan mengonsumsi
karbohidrat, protein, dan vitamin. Salah satu protein yang paling disukai adalah
protein hewani yang berasal dari ikan. Ikan mempunyai protein dengan
komposisi asam amino lengkap dan mengandung lemak dengan asam lemak tak
jenuh yang berkhasiat bagi kesehatan menyangkut peredaran darah, emosional,
kekebalan, dan sistem syaraf (Irianto dan Soesilo 2007). Kebutuhan konsumsi
bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Menurut Soebjakto (2013),
produksi perikanan budidaya menjadi tumpuan produksi perikanan nasional, tetapi
tetap memperhatikan lingkungan dalam pencapaiannya. Pada tahun 2012,
kontribusi perikanan budidaya terhadap perikanan nasional mencapai 61.92 %.
Pada tahun 2013 target produksi perikanan budidaya mencapai 13.02 juta ton atau
naik 36 % dibandingkan realisasi produksi 2012 sebesar 9.45 juta ton.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, para nelayan dan petani ikan
berusaha untuk meningkatkan hasil tangkapan dan produksi perikanan budidaya
ikan. Dalam kegiatan budidaya ikan, tawes mudah berkembang biak dalam kolam
dengan rangsangan alami, sepanjang tahun. Makanannya dari tumbuhan,
fitoplankton dan invertebrata (Muthmainnah 2008). Ikan tawes yang sudah
dikembangbiakkan di kolam dapat diberi makan pelet atau makanan alami berupa
daun talas. Perkembangan ikan tawes di kolam akan jauh lebih cepat karena pola
makan yang cukup dan teratur (Yuswanto 2011). Ikan tawes merupakan ikan
ekonomis penting yang disukai oleh masyarakat Indonesia. Ikan tawes memiliki
nilai gizi yang baik dengan kadar protein 27.87-28.10 % (Setiadi 2001).
Disamping itu, ikan tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang
rumit, mahal, dan tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas, sehingga ikan ini
banyak dibudidayakan oleh para petani.
Budidaya perikanan dapat ditingkatkan dengan aplikasi reproduksi,
diantaranya adalah inseminasi buatan (IB). Di beberapa negara IB telah dilakukan
pada ikan Isok Barb (Probarbus jullieni) (Chew and Zulkafli 2012), ikan mas
(Cyprinus carpio) (Akcay et al.2004), dan African catfish (Clarias gariepinus)
(Omitogun et al. 2006). Di Indonesia beberapa penelitian telah dilakukan
diantaranya dilaporkan oleh Lutfi (2009) pada ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) dan Abinawanto (2000) pada ikan mas (Cyprinus carpio), sedangkan
pada ikan tawes belum banyak dilakukan. Sebelum dilakukan teknik IB pada ikan
tawes, dibutuhkan serangkaian informasi reproduksi, seperti kualitas telur dan
kualitas semen dari ikan tawes.
Penyediaan benih yang bermutu baik dalam jumlah cukup dan kontinyu
merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan budi daya ikan tawes.
Kualitas benih ditentukan oleh kualitas telur dan spermatozoa ikan.Untuk
menunjang keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan tawes ini, diperlukan
berbagai informasi reproduksi termasuk kualitas spermatozoa ikan tawes,
diantaranya konsentrasi dan lama hidup spermatozoa dalam air sehingga dapat
digunakan sebagai dasar penentuan waktu optimal penyatuan antara spermatozoa
dan telur saat fertilisasi.
2
Lingkungan perairan tempat ikan hidup akan memengaruhi secara langsung
perkembangan ikan tersebut termasuk aspek reproduksi. Menurut Hajirezaee
(2010), faktor utama lingkungan yang memengaruhi kualitas semen adalah pH,
suhu, DO, komposisi ion (K+,Ca2+, Mg2+). Pada penelitian ini indikator digunakan
adalah oksigen terlarut (DO), pH dan suhu.
Perumusan Masalah
Dalam proses reproduksi, selain sel telur ikan, dibutuhkan spermatozoa
yang normal dan fertil, oleh karena itu studi mengenai morfologi dan morfometri
spermatozoa ikan perlu dilakukan terkait dengan usaha untuk mempertahankan
spesies tersebut di alam ataupun dengan sistem budidaya. Salah satu permasalahan
fertilisasi ikan air tawar adalah rendahnya tingkat fertilisasi dari spermatozoa yang
di sebabkan oleh akibat menurunnya kualitas air, stres, adanya toksikan, dan diet
yang kurang baik dan faktor genetik (Bozkurt 2006). Hal ini mengakibatkan
banyaknya sel telur yang tidak terbuahi secara sempurna (Ginzburg 1972).
Fertilisasi dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang dapat dinilai dari
kualitas jenis dan sifat volume, warna, pH, konsentrasi, dan motilitasnya. Oleh
sebab itu perlu dilakukan kajian mengenai kualitas spermatozoa terkait dengan
potensi reproduksi dan proses fertilisasi pada ikan air tawar.
Genetik
Diet
Kematangan
Gonad
Motilitas
Lama motil
Konsentrasi
Kualitas
Spermatozoa
Stres dari
lingkungan
Gambar 1 Skema perumusan masalah kualitas spermatozoa ikantawes
air tawar (Barbonymus gonionotus)
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji parameter kualitas spermatozoa ikan
tawes dengan karakteristik yang di gunakan adalah volume, kekentalan,
konsentrasi, pH, motilitas serta morfologi spermatozoa.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar mengenai
potensi reproduksi ikan tawes dilihat dari kualitas spermatozoanya sehingga dapat
digunakan untuk pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan tawes.
3
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013.
Lokasi pengambilan ikan contoh yaitu kolam budidaya ikan di Desa Purwasari
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dan kolam budidaya ikan di Kecamatan
Parung Kabupaten Bogor. Analisis sampel ikan dilakukan secara ex-situ di
Laboratorium Unit Rehabilitasi dan Reproduksi (URR) Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kualitas air dilakukan secara in-situ di
kolam budidaya Purwasari dan Parung.
Metode Kerja
Analisis Kualitas Air
Analisis kualitas air meliputi: DO, pH, dan suhu. Pengukuran kualitas air
dilakukan satu kali untuk memahami gambaran kualitas air kedua lokasi.
Dissolved Oxygen (DO)
Pengukuran Dissolved Oxygen (DO) mengacu pada standar APHA (2005)
menggunakan metode Winkler dengan cara air sampel dimasukkan ke dalam botol
BOD. Air yang dimasukkan tidak boleh mengalami bubbling. Kemudian air pada
botol tersebut ditambahkan MnSO4 sebanyak 2 ml (20 tetes) dan NaOH-KI
sebanyak 2 ml (20 tetes), lalu botol BOD didiamkan beberapa menit hingga
terbentuk endapan. Setelah itu H2SO4 pekat ditambahkan sebanyak 2 ml (20 tetes)
dan dihomogenkan dengan dibolak-balikan botol BOD. Selanjutnya sampel
diambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam tabung Erlenmeyer untuk
selanjutnya dititrasi dengan Na-thiosulfat hingga berubah warna dari kuning tua
kekuning muda, kemudian 3 tetes amilum ditambahkan hingga berubah warna
menjadi biru, lalu di titrasi kembali hingga menjadi bening.
Rumus perhitungan Dissolved Oxygen (DO) adalah sebagai berikut:
. thiosulfat x N. thiosulfat x 8 x 1000
.
Vol.thiosulfat
N.thiosulfat
Vol.sampel
Vol.botol BOD
Vol.pereaksi
.
.
.
= Banyaknya ml titran saat titrasi menggunakan Na-thiosulfat
= Kosentrasi Na-thiosulfat (0.0242)
= Volume air sampel yang digunakan untuk titrasi (25 ml)
= Volume botol BOD yang digunakan (125 ml)
= Volume MnSO4 dan NaOH-KI yang digunakan (2 ml)
pH
Pengukuran pH air kolam dapat dilakukan dengan menggunakan kertas pH
indikator (Merck) yang dicelupkan ke dalam kolam selama 10-15 detik kemudian
4
di lihat perubahan warna pada kertas pH indikator yang selanjutnya dicocokkan
dengan tabel indikator warna untuk mengetahui kisaran nilai pH yang didapat lalu
hasil yang nampak dicatat (APHA 2005).
Suhu
Pengukuran suhu air kolam dapat digunakan termometer raksa dengan cara
termometer diikatkan terlebih dahulu dengan benang kemudian dimasukkan
kedalam kolam selama 3 menit lalu angka pada skala yang ditunjukkan oleh
cairan raksa dan catat hasilnya dalam kondisi termometer masih berada didalam
air untuk menghindari bias data (APHA 2005).
Koleksi Sampel
Sampel ikan tawes sebanyak 20 ekor diambil dalam kondisi hidup dan segar
dari dua lokasi yang berbeda. Sampel 10 ikan diambil dari kolam budidaya ikan di
Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dan 10 ikan dari kolam
budidaya ikan di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
Pengukuran Bobot dan Panjang
Pengukuran bobot dan panjang ikan mengacu pada Standar Nasional Indonesia
(SNI 6140:2009). Ikan ditimbang bobotnya dengan timbangan digital (AND) dengan
skala terkecil 0.1 g dan diukur panjangnya menggunakan penggaris dengan skala
terkecil 0.1 cm.
Koleksi Semen
Koleksi semen ikan tawes dilakukan dengan metode stripping sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI : 01- 6130 – 1999). Bagian urogenital ikan dilap
menggunakan kertas tissue dan ikan dipegang dengan handuk kecil agar permukaan
ikan tidak licin, stripping dilakukan satu arah dengan mengurut bagian perut ikan ke
arah urogenital. Semen yang keluar ditampung di dalam syringe 1 ml.
Karakteristik Semen
Karakteristik Makroskopis
Volume
Volume semen diukur langsung pada syringe yang digunakan untuk
koleksi semen (Arifiantini 2012).
pH Semen
Pengukuran pH semen dilakukan dengan menggunakan special indicator
paper (Merck) dengan skala 6.4-8.0. Semen di dalam syringe dikeluarkan sedikit
ke dalam cawan petri, lalu pH paper dicelupkan ke dalam semen, perubahan
warna pada pH paper dicocokkan dengan kotak indikator special indicator paper
(Merck) tersebut (Arifiantini 2012).
Kekentalan
Metode yang digunakan untuk menentukan kekentalan semen adalah dengan
memodifikasi metode (Arifiantini 2012) yang menggunakan cawan petri diganti
5
dengan syringe dikarenakan jumlah semen pada ikan tawes relatif sedikit, yaitu
dengan cara menarik bagian bawah syringe serta dilihat apakah semen bersifat
kental, sedang atau cair . Adapun kriteria nilai konsistensi semen sebagai berikut:
a.Konsistensi encer
; semen akan segera kembali ke dasar tabung
syringe.
b.Konsistensi sedang ; semen akan kembali ke dasar tabung
syringedengan kecepatan yang lebih lambat
dibandingkan yang pertama, sebagian semen
masih menempel di dinding
c.Konsistensi kental
; semen kembali ke dasar tabungsyringe secara
perlahan dan menyisakan sebagian semen
dipinggiran tabung.
Karakteristik Mikroskopis
Motilitas
Penilaian motilitas harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu yaitu satu
tetes semen diambil dan diletakkan pada gelas objek, kemudian ditambahkan
larutan pengencer (air) dan dihomogenkan. Satu tetes campuran larutan diambil
dan ditutup dengan cover glass. Penilaian dilakukan di bawah mikroskop dengan
perbesaran 400 kali kemudian dilihat berapa persen proporsi spermatozoa yang
bergerak progresif. Pengamatan dilakukan dari beberapa lapang pandang minimal
5 sampai dengan 10 lapang pandang (Arifiantini 2012).
Konsentrasi
Konsentrasi spermatozoa diamati dengan cara mengambil 1 µl semen dan
dimasukkan ke dalam tabung micro tube 1,5 ml yang telah berisi larutan 999 µl
formol saline dengan perbandingan 1:1000. Kemudian dihomogenkan dan diambil
menggunakan micropipet untuk dihitung di dalam chamber dengan 5 kotak hitung
pada masing-masing bagian atas dan bawah chamber (Arifiantini 2012).
Rumus untuk menghitung konsentrasi spermatozoa adalah sebagai berikut:
Jumlah spermatozoa/ml = N x 5 x FPx 10.000
Keterangan:
N
: jumlah rata-rata spermatozoa dalam chamber
FP
: faktor pengenceran
“5”
: faktor koreksi dari 25 kotak hitung karena hanya 5 yang diambil
jadi (25/5)
“10.000” : faktor koreksi yang dibutuhkan karena kedalaman cover slip
0.0001 ml per chamber.
Morfologi dan Morfometri
Pembuatan preparat ulas spermatozoa digunakan untuk mengamati
morfologi dan morfometri spermatozoa. Ada dua langkah utama dalam
pembuatan preparat ulas untuk penilaian morfologi dan morfometri spermatozoa,
yaitu: penyiapan preparat ulas dan pewarnaan Williams (Carbofuchsin)
(Arifiantini 2012).
6
Penyiapan preparat ulas
1. Semen segar diambil sebanyak 10µL dan diencerkan dalam larutan Sodium
Sitrat 3% sebanyak 990 µl (perbandingan 1:1000) lalu dimasukkan ke dalam
micro tube 1,5 ml.
2. Sampel spermatozoa disentrifus dengan kecepatan 1750 rpm (rotasi per
menit) selama 1 menit.
3. Preparat ulas dibuat sebanyak 2 - 3 slide untuk natan dan supernatan.
Preparat ulas disimpan didalam slide box dan diberi label dengan
menggunakan pensil.
Pewarnaan Williams (Carbofuchsin)
1. Preparat ulas difiksasi dengan bunsen.
2. Preparat direndam di dalam alkohol absolut selama 4 menit lalu dibiarkan
sampai kering.
3. Preparat dimasukkan kedalam larutan chloramin 0.5% selama 1-2 menit
sambil diangkat dan dimasukkan kembali berkali-kali dengan tujuan
menghilangkan mucus dan ulasan terlihat jernih.
4. Preparat dicuci dalam distilled water, lalu dimasukkan ke dalam alkohol
95%.
5. Proses terakhir yaitu preparat direndam di dalam larutan Williams selama 5
menit kemudian dikeringkan.
Analisis Data
Analisis data dilakukan pertama-tama menggunakan analisis statistik
deskriptif untuk menghitung rataan dan simpangan baku untuk semua parameter
kualitas air dan parameter karakteristik semen (karakteristik makroskopis dan
mikroskopis). Selanjutnya dilakukan uji sebaran kenormalan data menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis H0: data berdistribusi normal dan H1:
data berdistribusi tidak normal pada selang kepercayaan 95% untuk semua data
parameter kualitas air dan karakteristik semen.
Untuk mengetahui ada perbedaan nyata atau tidaknya parameter kualitas air
dan karakteristik spermatozoa (makroskopis dan mikroskopis) diantara kedua
lokasi (Purwasari dan Parung), dilakukan uji statistik parametrik (uji-t) bagi
sebaran data normal dengan hipotesis H0: µ1 = µ2 dan H1: µ1 ≠ µ2 pada selang
kepercayaan 95% lalu didapat kesimpulan. Bagi sebaran data yang tidak normal,
maka dilakukan uji statistik non parametrik (Uji Mann-Whitney) dengan dengan
hipotesis H0: data pertama = data kedua dan H1: data pertama ≠ data kedua pada
selang kepercayaan 95% sehingga didapat kesimpulan.
Untuk mengetahui hubungan antara parameter panjang ikan, bobot ikan,
volume semen, motilitas, lama motil, dan konsentrasi spermatozoa dilakukan uji
statistik korelasi. Selanjutnya untuk mengetahui model antar parameter panjang
dan bobot ikan sebagai variabel bebas terhadap panjang total spermatozoa sebagai
variable respon dilakukan uji statistik regresi berganda. Semua uji statistik
dilakukan menggunakan perangkat lunak statistik.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum lokasi penelitian
Lokasi pertama pengambilan sampel ikan pertama terletak di kolam
budidaya milik bapak Amas di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor. Kondisi geografis Desa Purwasari terletak pada ketinggian 535 m dpl dan
suhu udara rata-rata 28 - 30 oC dengan curah hujan antara 2000 sampai 2500 mm
per tahunnya (Rustam 2001). Lokasi kedua yaitu di Parung merupakan desa yang
terletak pada ketinggian 200-229 meter dari permukaan laut, sehingga suhu ratarata 32 ºC dengan curah hujan 249 mm per tahunnya (Relamareta 2011).
Kondisi Kualitas Lingkungan Perairan Kedua Lokasi
Lingkungan akuatik merupakan tempat ikan untuk melangsungkan
kehidupannya dengan baik. Dalam hal ini, kualitas air memegang peranan penting
dalam kelangsungan hidup ikan serta kesehatan reproduksi ikan yang merupakan
kunci kesuksesan produksi perikanan.
Suhu air di kolam budidaya Purwasari dan Parung berturut-turut adalah
28.67±0.58°C dan 30.67±0.57°C. Suhu ideal untuk ikan tawes versi
fishbase.sinica.edu adalah 22°C-28°C, tetapi kisaran suhu optimal bagi
spermatozoa ikan famili cyprinidae menurut Islam et al. (2011) adalah 26–30 °C,
sehingga kedua daerah tersebut menunjukan dalam kisaran suhu optimal. Suhu
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kecepatan gerak dan lama motil
spermatozoa. Semakin tinggi suhu media aktivasi, semakin cepat spermatozoa
bergerak dan lama motil akan semakin pendek. pH air kolam budidaya Purwasari
dan Parung adalah 6.17±0.29 dan 6.67±0.29. Nilai pH dikedua tempat tersebut
masih termasuk kisaran toleransi hidup ikan air tawar yaitu 6-9 (RBI 2004) dan
termasuk pH optimal bagi motilitas spermatozoa ikan (Islam et al. 2011). Menurut
Le et al. (2011), pH dan temperatur sangat berpengaruh terhadap spermatozoa
ikan.
Tabel 1 Kualitas Lingkungan Kolam Budidaya Ikan Tawes (Barbonymus
gonionotus)
o
Suhu ( C)
Purwasari
Parung
29
31
29
31
28
30
28.67±0.58
30.67±0.57
Parameter Kualitas Lingkungan
pH
Purwasari
Parung
6.50
6.50
6.00
6.50
6.00
7
6.17±0.29
6.67±0.29
DO (mg/l)
Purwasari
Parung
4.70
7.83
4.70
7.83
5.48
9.40
4.96±0.45
8.35±0.91
Nilai DO air kolam budidaya Purwasari adalah 4.96±0.45 mg/l sedangkan
DO air kolam budidaya Parung sebesar 8.35±0.91 mg/l. Nilai DO dikedua tempat
tersebut cukup baik untuk kegiatan perikanan dan masih berada dalam kisaran DO
optimal untuk ikan tawes yaitu >3.46 ( Mollah et al. 2011). DO air memegang
peranan penting dalam proses pembentukan energi sel spermatozoa. Menurut
8
Christen et al. (1987) dalam kondisi anaerob terjadi penurunan signifikan terhadap
tingkat energi ATP dan motilitas spermatozoa.
Karakteristik Morfologi TubuhIkan Tawes (Barbonymus gonionotus)
Berdasarkan uji normalitas (uji Kolmogorov–Smirnov), didapat
kesimpulan pada nilai bobot dan panjang ikan tawes berdistribusi normal.
Kemudian dilakukan uji-t didapat kesimpulan terdapat perbedaan bobot dan
panjang ikan tawes di dua lokasi tersebut. Bobot ikan tawes yang berasal dari
daerah Purwasari lebih besar (140.50± 36.58 g), sedangkan bobot ikan tawes dari
daerah Parung hanya 58.80±16.91 g. Perbedaan ini juga terdapat pada panjang
ikan. Ikan yang berasal dari daerah Purwasari lebih panjang (221 ±19.90 mm)
dibandingkan dengan ikan dari Parung 157±18.09 mm (Tabel 2).
Kondisi panjang dan bobot ikan yang berbeda ini karena adanya
perbedaan lingkungan, lama pemeliharaan dan sistem pengelolaan. Namun yang
menjadi dasar utama perbedaan panjang dan bobot adalah perbedaan lama
pemeliharaan di kedua lokasi tersebut. Lama pemeliharaan ikan tawes yang
berasal dari daerah Purwasari yaitu enam bulan, sedangkan lama pemeliharaan
ikan tawes yang berasal dari daerah Parung yaitu 4 bulan.
Tabel 2 Karakteristik Morfologi Tubuh Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)
Bobot Ikan (g)
Panjang Ikan (mm)
Sampel ke-
Purwasari
Parung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
211
176
165
141
143
149
113
102
105
93
51
62
56
80
60
38
57
39
255
245
240
220
215
226
210
201
198
185
155
167
165
175
170
140
145
125
10
100
52
202
150
Rataan
140.50±36.58
Uji statistik
58.80±16.91
Purwasari
221 ±19.90
P=0.00
Parung
157 ±18.09
P=0.00
Pada taraf nyata 0.05
Karakteristik Semen Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)
Secara visual warna semen segar dikedua tempat tersebut berwarna putih
susu dengan konsistensi kental. Hal ini menunjukkan warna dan konsistensi
semen tersebut memiliki kualitas yang baik, sesuai pendapat Fujaya (2004) bahwa
warna cairan spermatozoa ikan keputih-putihan, berbau khas spermatozoa dengan
kekentalan yang tinggi.
Berdasarkan uji normalitas (Kolmogorov–Smirnov) nilai pH tidak
berdistribusi normal sehingga dilakukan uji non-parametrik menggunakan uji
9
Mann-Whitney hasilnya ternyata tidak terdapat perbedaan nyata antara pH semen
ikan tawes yang berasal di kedua lokasi. Nilai pH semen ikan tawes baik yang
berasal dari daerah Purwasari maupun Parung berada pada kondisi sedikit asam
antara 6.7± 0.2 dan 6.83 ± 0.35 nilai ini termasuk asam, karena interval pH
normal untuk ikan cyprinidae adalah 7.5-8 (Meirnawati et al. 2011). Dadras et al.
(2011) melaporkan bahwa pH spermatozoa yang lebih tinggi dapat meningkatkan
motilitas spermatozoa.
Berdasarkan uji normalitas (Kolmogorov–Smirnov), didapat kesimpulan
bahwa data volume ikan tawes di kedua tempat berdistribusi normal, selanjutnya
untuk volume semen ikan tawes dilakukan uji-t didapat kesimpulan bahwa
volume semen ikan dari Purwasari lebih banyak dibandingkan volume semen di
daerah Parung. Volume semen ikan tawes yang berasal dari daerah Purwasari
adalah 0.49 ± 0.15ml sedangkan dari daerah Parung hanya 0.29 ± 0.16 ml.
Perbedaan volume spermatozoa yang diperoleh tersebut menurut Salisbury and
Demark (1985), dapat dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, pakan dan frekuensi
pengeluaran spermatozoa.
Mikroskopis
Makroskopis
Tabel 3 Karakteristik Semen Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) Secara
Makroskopis dan Mikroskopis.
Karakteristik Semen
Purwasari
Parung
Uji Statistik
Warna Semen
Putih Susu
Putih Susu
Dilihat visual
Konsistensi
Kental
Kental
Dilihat visual
pH
6.7± 0.2
6.83 ± 0.35
P = 0.44
Volume (ml)
0.49 ± 0.15
0.29 ± 0.16
P = 0.01
Motilitas (%)
78.5 ± 7.09
83 ± 4.22
Lama Motil (menit)
0.77 ± 0.15
5.05 ± 4.43
P = 0.00
Konsentrasi Spermatozoa (108)
ml-1
44.48 ± 27.33
42.74 ± 25.75
P = 0.89
P=0.11
Pada taraf nyata 0.05
Berdasarkan uji normalitas (uji Kolmogorov–Smirnov) didapat kesimpulan
bahwa nilai motilitas spermatozoa ikan tawes di kedua lokasi berdistribusi tidak
normal sehingga dilakukan uji non-parametrik (uji Mann-Whitney) didapat
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan motilitas ikan tawes di kedua lokasi.
Motilitas spermatozoa pada ikan tawes yang berasal dari daerah Purwasari adalah
78.5 ± 7.09 % dan dari daerah Parung sebesar 83 ± 4.22%. Nilai motilitas di
kedua lokasi dapat di katakan baik, karena menurut Stoss dan Donaldson (1982)
bahwa spermatozoa segar memiliki kualitas yang baik harus memiliki motilitas
minimal 70%.
Data lama motil spermatozoa ikan tawes di kedua lokasi berdistribusi
normal sehingga dilakukan uji-t sehingga didapat kesimpulan terdapat perbedaan
lama motil spermatozoa ikan tawes di kedua lokasi. Nilai lama motil spermatozoa
pada ikan tawes yang berasal dari daerah Parung sebesar 5.05±4.43 menit
sedangkan yang berasal dari daerah Purwasari lebih pendek hanya 0.77±0.15
menit. Lama motil menunjukkan seberapa lama spermatozoa dapat hidup setelah
terjadinya aktivasi di dalam air. Lama motil spermatozoa akan menyebabkan
10
kemampuan spermatozoa untuk fertilisasi semakin besar. Ginzburg (1972),
menyatakan bahwa nilai lama motil berbeda-beda untuk setiap spesies ikan.
Hampir kebanyakan ikan air tawar memiliki lama motil tidak lebih dari 3 menit.
Namun dalam penelitiannya, pada suhu 21oC ikan Cyprinidae memiliki lama
motil 5 menit.
Data konsentrasi spermatozoa pada ikan tawes dari kedua lokasi
berdistribusi secara normal, sehingga dilakukan uji-t didapat kesimpulan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan konsentrasi spermatozoa ikan tawes di kedua
lokasi. Konsentrasi spermatozoa ikan tawes yang berasal dari daerah Purwasari
sebanyak (44.48 ± 27.33 108 ml-1) sedangkan konsentrasi spermatozoa ikan tawes
yang berasal dari daerah Parung sebanyak 42.74 ± 25.75 108 ml-1 (Tabel 3). Nilai
konsentrasi spermatozoa tersebut tidak terlalu jauh dari hasil penelitiannya
Meirnawati (2011) bahwa ikan tawes mempunyai konsentrasi spermatozoa 34.98
(108) ml-1.
Morfometri spermatozoa
Morfometri spermatozoa adalah pengukuran bagian-bagian dari
spermatozoa meliputi panjang ekor, diameter kepala, dan panjang total
spermatozoa. Untuk membandingkan parameter morfometrik spermatozoa ikan
dari kedua lokasi dilakukan uji statistik. Langkah pertama dilakukan uji
normalitas untuk panjang ekor, diameter kepala, dan panjang total spermatozoa di
kedua lokasi menggunakan uji Kolmogorov–Smirnov sehingga didapat
kesimpulan bahwa data berdistribusi secara normal. Langkah selanjutnya
dilakukan uji-t sehingga didapat kesimpulan bahwa ada perbedaan yang nyata
panjang ekor dan panjang total spermatozoa ikan di kedua lokasi.
Tabel 4Morfometri spermatozoa ikan tawes (Barbonymus gonionotus)
Diameter kepala (µm)
Sample
Panjang ekor (µm)
Purwasari
Parung
Ikan 1
0.80 ± 0.07
0.86 ±0.05
10.24 ±0.72
9.10 ± 0.58
11.04± 0.73
9.96 ± 0.58
Ikan 2
0.86 ± 0.05
0.85 ±0.05
9.10± 0.61
8.80 ± 0.78
9.96 ± 0.62
9.65± 0.78
Ikan 3
0.89 ± 0.06
0.87 ±0.05
10.46 ±0.71
8.421± 0.64
11.34 ± 0.71
9.29± 0.65
Ikan 4
0.82 ± 0.05
0.87 ±0.04
9.78 ± 0.89
8.86 ± 0.57
10.60± 0.90
9.73 ± 0.57
Ikan 5
0.79 ± 0.06
0.89 ±0.04
9.36 ± 0.53
9.46 ± 0.86
10.15 ± 0.55
10.35± 0.86
Ikan 6
0.89 ± 0.07
0.83 ±0.05
9.80 ± 0.61
9.00± 0.49
10.68 ± 0.62
9.84 ± 0.50
Ikan 7
0.82 ± 0.10
0.89 ±0.03
10.1 ± 0.95
9.44 ± 0.81
10.92 ± 0.98
10.33±0.82
Ikan 8
0.86 ± 0.06
0.77±0.07
9.84 ± 0.58
9.18 ± 1.10
10.70 ± 0.61
8.95 ± 1.09
Ikan 9
0.82 ± 0.05
0.87 ±0.05
10.18 ±0.48
9.08 ± 0.78
11.01 ± 0.49
9.95 ± 0.80
Ikan 10
Rata –
rata
Uji
Statistik
0.85 ± 0.05
0.87 ±0.05
9.90 ± 0.74
9.08 ± 0.63
10.75 ± 0.75
9.95 ± 0.63
0.84 ± 0.03
0.86 ±0.04
9.88 ± 0.41
8.94 ± 0.40
10.71 ± 0.41
9.80 ± 0.43
P=0.40
Purwasari
Parung
Panjang total (µm)
P=0.00
Purwasari
Parung
P= 0.00
11
Diameter kepala spermatozoa ikan di dua lokasi tersebut tidak
menunjukkan perbedaan dengan nilai 0.84 ± 0.03 dan 0.86 ± 0.04 µm. Panjang
ekor spermatozoa ikan yang berasal dari Purwasari adalah 9.88±0.41
µmsedangkan panjang ekor spermatozoa dari Parung lebih pendek hanya 8.94 ±
0.40 µm. Perbedaan panjang ekor spermatozoa ini menyebabkan panjang total
spermatozoa ikan tersebut juga berbeda (Tabel 4). Apabila melihat ukuran
spermatozoa hasil penelitiannya Japet (2011) pada ikan mas, diketahui memiliki
ukuran yang lebih besar dibanding dengan spermatozoa ikan tawes. Ukuran
spermatozoa ikan mas memiliki rata-rata diameter kepala sebesar 15,97 ± 6,57µm
dan panjang ekor 113,86 µm.
(Perbesaran 100x)
Gambar 2. Morfologi Spermatozoa Ikan Mas (Japet 2011)
Morfologi Spermatozoa
Struktur spermatozoa ikan terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, bagian
tengah dan ekor. Bagian kepala spermatozoa terdiri dari sebagian besar nucleus,
membran plasma, dan akrosom. Akrosom berperan besar dalam penembusan sel
telur oleh spermatozoa. Bagian tengah terdiri dari sentriol dan mitokondria.
Mitokondria berisi ekor dasar yang berkontribusi terhadap kekuatan pergerakan
ekor spermatozoa. Bagian ekor mempunyai fungsi dasar sebagai alat gerak
penetrasi spermatozoa kedalam sel telur di dalam fertilisasi (Islam 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa morfologi spermatozoa ikan
tawes di kedua lokasi tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Morfologi
spermatozoa di kedua lokasi terdiri dari kepala, bagian tengah, dan ekor. Bagian
kepala spermatozoa ikan tawes berbentuk bulat penuh. Bagian tengah sampai ekor
terlihat seperti benang (Gambar 2).
(Perbesaran 400x)
Gambar 3 Morfologi Spermatozoa Ikan Tawes
12
Hubungan antara parameter panjang ikan, bobot ikan, volume semen,
motilitas, lama motil, dan konsentrasi spermatozoa
Untuk mendapatkan hubungan antar parameter, digunakan uji statistik
korelasi. Pada Tabel 5 terlihat bahwa panjang ikan memengaruhi bobot ikan,
volume semen dan lama motil, tetapi tidak memengaruhi motilitas dan konsentrasi.
Bobot ikan berpengaruh nyata terhadap panjang ikan dan lama motil tetapi tidak
memengaruhi volume semen, motilitas,dan konsentrasi
Volume semen berpengaruh nyata terhadap panjang ikan dan lama motil
tetapi tidak memengaruhi bobot ikan, motilitas dan konsentrasi. Motilitas hanya
memengaruhi konsentrasi tetapi tidak pada parameter yang lain. Lama motil
berpengaruh terhadap panjang dan bobot ikan serta volume semen, tetapi tidak
berpengaruh terhadap motilitas dan konsentrasi. Konsentrasi hanya memengaruhi
motilitas tetapi tidak memengaruhi parameter lain (Tabel 5).
Tabel 5 Korelasiantara parameter panjang ikan, bobot ikan, volume semen,
motilitas, lama motil, konsentrasi spermatozoa, dan panjang total
spermatozoa
Panjang
Ikan
Panjang Ikan
Bobot Ikan
Volume
Semen
Motilitas
Lama Motil
Konsentrasi
Bobot
Ikan
P=0.00
P=0.00
P=0.04
P=0.10
P=0.67
P=0.00
P=0.29
P=0.79
P=0.00
P=0.21
Volume
Semen
P=0.04
P=0.15
P=0.13
P=0.03
P=0.93
Motilitas
Lama
Motil
Konsentrasi
P=0.67
P=0.79
P=0.00
P=0.00
P=0.29
P=0.21
P=0.13
P=0.03
P=0.94
P=0.32
P=0.00
P=0.77
P=0.32
P=0.00
P=0.78
Pada taraf nyata 0.05
Produksi dan kualitas spermatozoa dapat dipengaruhi oleh ukuran ikan dan
kondisi fisiologi ikan. Adanya hubungan yang kurang erat antara ukuran ikan dan
kualitas spermatozoa mengindikasikan bahwa kondisi fisik ikan hanya sedikit
berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa. Namun untuk parameter lama motil
diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan ukuran ikan dan fisiologi
(Tabel 5). Selanjutnya, kualitas spermatozoa dapat disebabkan oleh pengaruh
genetik, stressor dari lingkungan (toksikan dan kualitas air) atau penyakit. Hal ini
sama hasilnya dengan penelitiannya Bozkurt (2006) pada ikan mas (Cyprinus
carpio) yang melaporkan bahwa ukuran ikan dan kondisi fisiologi mempunyai
pengaruh yang sedikit terhadap kualitas spermatozoa ikan.
Hubungan panjang dan bobot ikan terhadap panjang total spermatozoa
Untuk mendapatkan hubungan panjang dan bobot ikan tawes di kedua
lokasi terhadap panjang total spermatozoa, dilakukan uji statistik menggunakan
regresi linier berganda dengan panjang dan bobot ikan sebagai variabel bebas dan
panjang total spermatozoa sebagai variabel respon. Data panjang, bobot ikan
tawes dan panjang total spermatozoa ikan tawes sudah diketahui pada uji statistik
sebelumnya bahwa data menyebar secara normal. Selanjutnya data panjang dan
bobot ikan di regresikan terhadap data panjang total spermatozoa didapat
13
kesimpulan bahwa pada selang kepercayaan 95%, panjang dan bobot ikan
berpengaruh secara nyata terhadap panjang total spermatozoa (P=0.006, r=0.451)
dengan persamaan regresi: P.total sperma = 7.39 - 0.00517 Bobot + 0.178 Panjang
ikan.
. Tabel 6 Data hubungan Panjang dan Bobot Ikan Terhadap Panjang Total
Spermatozoa
Data Ikan
Panjang Ikan
Bobot Ikan
Panjang Total Spermatozoa
ikan 1
ikan 2
ikan 3
ikan 4
ikan 5
ikan 6
ikan 7
ikan 8
ikan 9
ikan 10
ikan 11
ikan 12
ikan 13
ikan14
ikan 15
ikan 16
ikan 17
ikan 18
ikan 19
25.50
24.50
24.00
22.00
21.50
22.60
21.00
20.10
19.80
20.20
18.50
15.50
16.70
16.50
17.50
17.00
14.00
14.50
12.50
211.00
176.00
165.00
141.00
143.00
149.00
113.00
102.00
105.00
100.00
93.00
51.00
62.00
56.00
80.00
60.00
38.00
57.00
39.00
260.54
235.06
267.62
250.16
239.54
252.05
257.71
252.52
259.84
235.06
227.74
219.24
229.63
224.26
232.22
243.79
211.22
234.82
234.82
ikan 20
15.00
52.00
231.28
Rataan
18.95
99.65
235.06
Pengaruh lingkungan terhadap kondisi reproduksi ikan
Dalam kajian reproduksi ikan, lingkungan mempunyai peranan yang
sangat penting karena dapat menentukan kesehatan reproduksi ikan. Ikan yang
hidup di lingkungan perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: diet,
kualitas air, adanya senyawa toksik, dan lain-lain. Kondisi lingkungan sangat
memengaruhi kondisi fisiologi ikan. Sebagai upaya adaptasinya ketika terjadi
suatu kondisi lingkungan dengan kualitas air yang tidak sesuai dengan kisaran
toleransi ikan, maka kondisi fisiologi ikan akan berubah sehingga ikan tidak lagi
nyaman dengan kondisi lingkungannya. Hal tersebut dapat mengakibatkan stres
pada ikan dan tentunya secara langsung akan berdampak pada kesehatan
reproduksi ikan tersebut. Menurut Schrecket et al. (2001), stressor lingkungan
dan diet sangat berdampak pada fekunditas dan kualitas gamet. Dalam kondisi
stres, ikan menggunakan energinya untuk memperbaiki kondisi fisiologinya
sehingga alokasi energi untuk bereproduksi akan sedikit sehingga kesehatan
14
reproduksi ikan kurang baik. Sepatutnya energi yang di gunakan untuk
membangun jaringan tubuh dan reproduksi berada dalam porsi yang seimbang.
Pada hasil penelitian, kondisi lingkungan (kualitas air) di kedua lokasi
(Purwasari dan Parung) perbedaannya tidak terlalu signifikan dan kondisi kualitas
air di kedua lokasi masih berada dalam kisaran optimal ikan sehingga kondisi
kesehatan reproduksi ikan dapat dikatakan masih baik dan tentunya menghasilkan
kualitas gamet (spermatozoa) ikan yang baik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pada parameter volume dan lama motil semen ikan tawes dari kolam budidaya
Purwasari dan Parung berbeda nyata sedangkan konsistensi dan warna semen, pH,
konsentrasi, diameter kepala, serta morfologi spermatozoa tidak berbeda nyata.
DAFTAR PUSTAKA
[RBI] Robertson-Bryan, Inc. 2004. pH requirements of freshwater aquatic life
[Technical Memorandum]. Elk Grove (CA): 1-13.
Abinawanto. 2000. Aplikasi teknologi kriopreservasi untuk menunjang
permuliaan ikan mas (Cyprinus carpio L.) [laporan penelitian]. Depok (ID):
Universitas Indonesia.
Akcay E, Bozkurt Y, Secer S, Tekin N.2004. Cryopreservation of mirror carp
semen. Turk J Vet Anim Sci. 28(2004): 837-843.
APHA (American Public Health Association). 2005. Standard methods for the
examination of water and waste water. 21th ed. Baltimore, MD. 1081 p
Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi Dan Evaluasi Semen Pada Hewan. Bogor
(ID): IPB Press.
Badan Standardisasi Nasional. 1999.Induk ikan mas (Cyprinus carpio
linneaus)strain majalaya kelas induk pokok (parent stock). SNI : 01- 6130 –
1999.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Benih ikan nila hitam (Oreochromis
niloticus Bleeker) kelas benih sebar. SNI 6140:2009.
Bozkurt Y, Secer S, Bukan N, Akcay E, Tekin N. 2006. Relationship between
body condition, physiological and biochemical parameters in brown trout
(Salmo trutta fario) Sperm. Pak. J. Biol. Sci., 9(5): 940-944
Chew PC, Zulkafli AR. 2012. Sperm cryopreservation of some freshwater fish
species in Malaysia. Current Frontiers in Cryopreservation: 270-292
Christen R, Gatti JL, Billard R. 1987. Trout sperm motility, the transient
movement of trout sperm is related to changes in the concentration of ATP
following the activation of the flagellar movement. Eur. J. Biochem. 166:
667-671.
Dadras H, Khara H, Shahkar BNE. 2011. Effect of sperm ph and density on
fertilization and hatching rates of persian sturgeon (Acipenser persicus
15
borodin, 1897) [International Conference on Chemical, Environmental and
Biological Sciences (ICCEBS'2011)]. 358-361.
Fujaya Y. 2004. Fisiologi ikan dasar pembangunan teknik perikanan. Jakarta (ID):
Rineka Cipta.
Ginzburg A.S. 1972. Fertilization in fishes and the problem of Polyspermy.
Academyof Sciences of the USSR. Jerusalem (IL): Institute of Development
Biology.
Hajirezaee S, Amiri BM, Mirvaghefi A. 2010. Fish milt quality and major factors
influencing the miltquality parameters: A review. Journal of Biotechnology
Vol. 9 (54), pp. 9148-9154.
Irianto HE, Soesilo I. 2007. Dukungan teknologi penyediaan produk perikanan. Di
dalam: Irianto HE, Soesilo, editor. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia;
2007Nop 21; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): KPPC. Hlm 1-20. [di unduh
2013 Nop 29. Tersedia pada: http://www.litbang.deptan.go.id/ special/HPS/
dukungan_tek_perikanan.pdf.
Islam MS, Akhter T. 2011. Tale of fish sperm and factors affecting sperm
motility: areview. Advances in Life Sciences 2011; 1(1): 11-19.
Japet N. 2011. Karakteristik Semen Ikan Ekonomis Budidaya: Mas (Cyprinus
carpio), dan Patin (Pangasius hypophthalmus). [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Le MH, Lim HK, Min BH, Park MS, Son MH, Lee JU, Chang YJ. 2011. Effects
of varying dilutions, pH, temperature and cations onspermatozoa motility in
fish Larimichthys polyactis. J. Environ. Biol.32: 271-276.
Lutfi. 2009. Karakteristik dan upaya kriopreservasi semen dalam rangka
peningkatan produksi benih lele dumbo (Clarias gariepinus burchell 1822)
[tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Meirnawati S, Sulmartiwi L, Suprapto H. 2011. Daya fertilisasi sperma beku ikan
tawes (puntius javanicus) setelah disimpan dengan fruktosa dan tris
aminometha. Surabaya (ID): Universitas Airlangga
Mollah MFA, Moniruzzaman M, Rahman MM. 2011. Effects of stocking
densities on growth and survival of thai sharpunti (barbonymus gonionotus)
in earthen ponds. J. Bangladesh Agril. Univ. 9(2): 327–338.
Muthmainnah D. 2008. Sudahkah anda tahu ? ikan tawes (Barnoides Goniotus).
[terhubungsberkala].http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/5385/Sudahkah
-Anda-Tahu-Ikan-Tawes (di unduh 2013 Nop 29).
Omitogun OG, Ilori O, Olaniyan O, Amupitan P, Oresanya T, Aladele S, Odofin
W. 2006. Cryopreservation of the sperm of the African catfish for the
Thriving aquaculture industy in Nigeria. Current Frontiers in
Cryopreservation: 305-330.
Relamareta N. 2011. Hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani
denganpengembangan usahatani anggota. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
16
Rustam. 2001. Evaluasi dampak program hibah ternak domba terhadap
pendapatan petani. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salisbury, G. W. and N. L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan pada Sapi. Terjemahan:. Yogyakarta (ID): Gajahmada
University Press:
Schreck CB, Sanchez WC, Fitzpatrick MS. 2001. Effects of stress on fish
reproduction, gamete quality, and progeny. Aquaculture 197 (2001): 3–24
Setiadi AN. 2001. Mempelajari penggunaan cairan pikel, ketimun sebagai sumber
bakteri asam laktat pada pembuatan bekasam ikan tawes (Puntius javanicus)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soebjakto S. 2013. Aplikasi teknologi tingkatkan produksi. Akuakultur Indonesia
4: 1-16
Stoss J and Donaldson EM. 1982. Preservation of fish gametes. cryobiology and
the storage of teleost gametes. Proceeding of International Symposium on
Reproductive Physiology of Fish; 1982 August 2-6. Waageningen.
Netherland. Waageningen (NL). Hlm 114-122. Er
www.fishbase.org.Barbonymusgonionotus.[internet].http://fishbase.org/summary/
Barbonymus-gonionotus.html. (diakses 2013 nop 29).
Yuswanto.2011. Ikan tawes (Puntiusgonionotus). [terhubung berkala].
http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/products/price/12/Ikan-TawesPuntiusGonionotus/ (diunduh 2013 Nop 29).
.
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, 26 April 1990 dari
pasangan Bapak Farid Yusup dan Ibu Ade Maryani (alm).
Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu TK AlMusadaddiyah Kab Garut (1995-1996), SD Negeri Jayaraga I
Garut (1996-2002). Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan formal di SMP Negeri 1 Tarogong Kidul Garut
(2002-2005) dan SMA Negeri 2 Tarogong Garut (2005-2008).
Pada tahun 2008, penulis lulus seleksi masuk ke perguruan
tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota divisi
Komunikasi dan Informasi Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya
Perairan (HIMASPER) IPB (2009/2010), serta ketua divisi Komunikasi dan
Informasi (HIMASPER) (2010/2011). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai
kepanitiaan baik yang bersifat interal kampus maupun external kampus.
Penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah metode statistika
(2010-2011). Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Kajian Kualitas
Spermatozoa Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus, bleeker 1849) Jantan yang
Berasal pada Dua Kolam Budidaya Berbeda”.
18
Download