19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan ekonomi daerah tersebut. Dengan memanfaatkan potensi ekonominya, Pemerintah Kota Bandung harus dapat memanfaatkan momentum otonomi dan desentralisasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu prasyarat keberhasilan Kota Bandung adalah adanya dukungan untuk mengembangkan sektorsektor yang dapat menggerakkan roda perekonomian Kota Bandung. Saat ini, salah satu permasalahan pembangunan Kota Bandung adalah masalah pengangguran. Permasalahan ini tentunya perlu segera diresolusi. Dalam konteks rancangan kebijakan ekonomi, alternatif solusi tersebut adalah melalui penentuan sektorsektor kunci yang diharapkan dapat memiliki dampak terhadap peningkatan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Kesalahan dalam penentuan prioritas sektor hanya dapat menghasilkan kesia-sian dalam mengatasi permasalahan pembangunan kota tersebut. Dalam mengidentifikasi sektor-sektor kunci Kota Bandung dan dampaknya terhadap terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja penulis menggunakan model input output Kota Bandung. Selanjutnya, berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian tinjauan pustaka dan mengacu pada tujuan penelitian, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat disimplifikasi sebagaimana ditunjukkkan dalam Gambar 1. 20 Pemerintah Kota Bandung Iklim Investasi yang Kondusif Swasta Realokasi Investasi Investasi Sektor-sektor kunci Sektorsektor lainnya Analisis InputOutput Dampak terhadap output, pendapatan dan kesempatan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 21 3.2. Kerangka Teori 3.2.1. Model Input Output Model Input-Output (I-O) yang untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930 pada umumnya digunakan dalam analisis perencanaan makro di bidang ekonomi pembangunan baik dalam lingkup nasional maupun regional. Model ini didasarkan pada pendekatan bahwa hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sector lainnya dalam perekonomian adalah sedemikian rupa sehingga dapat dinyatakan dalam rangkaian persamaan linear. Keadaan struktur perekonomian terlihat pada besamya nilai-nilai ketergantungan antar sektor tersebut (Luthan, 1975). Model Input-Output memiliki beberapa kunci sebagai variabel keputusan. Salah satu maupun kombinasi berbagai variabel keputusan (misalnya fiskal) dapat ditentukan nilai-nilainya (dikaitkan dengan keputusan-keputusan ekonomi, bisnis atau kebijakan). Berdasarkan hal tersebut, model input-output dapat mensimulasikan apa yang akan terjadi pada perekonomian suatu wilayah. Hasilnya dapat berupa sesuatu yang bermanfaat atau merugikan. Hal ini tergantung pada keputusan-keputusan yang diambil (kunci yang ditekan) dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Berdasarkan model ini, pemerintah kabupaten/kota, masyarakat dan swasta merupakan para pelaku utama dalam perekonomian wilayah tersebut. Kontribusi mereka berupa kontribusi langsung (direct contribution) ke permintaan akhir (final demand) yang terefleksikan dalam konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga dan investasi. Bahkan pemerintah juga memiliki kontribusi tidak langsung (indirect contribution) terhadap pembentukan keadaan final demand melalui bantuan dana (grant) yang dialokasikan ke wilayah kota tersebut, melalui struktur perpajakan (mempengaruhi perilaku industri dan 22 konsumen), melalui kebijakan-kebijakan ekonomi baik fiskal maupun moneter, dan melalui penciptaan uklim investasi yang kondusif. Khusus dalam penelitian ini, dengan menggunakan model I-O akan dianalisis sektor-sektor kunci serta dampaknya dalam perekonomian Kota Bandung. Sesuai dengan alat analisis yang digunakan, maka penelitian ini memiliki beberapa asumsi, yaitu (BPS, 2003): 1. Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan. Oleh karena asumsi di atas, maka penggunaan model analisis ini memiliki keterbatasan, yaitu selama periode analisis atau proyeksi, koefisien input atau koefisien teknis disumsikan tetap. Dengan demikian, teknologi yang digunakan oleh sector-sektor ekonomi dalam proses produksi dianggap konstan, sehingga perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Selanjutnya, penggunaan model I-O dalam analisis ini memerlukan penyusunan tiga buah tabel dasar, yaitu: tabel transaksi (tabel I-O) pada kuadran pertama, tabel 23 koefesien input, dan koefesien saling ketergantungan antar sektor. 1. Tabel Transaksi Tabel transaksi (Tabel I-O) merupakan suatu gambaran arus komoditi barang dan jasa yang dinyatakan dalam nilai uang diantara sektor-sektor dalam satu satuan waktu sistem ekonomi tertentu. Penjualan dan pembelian antar sektor ekonomi diproyeksikan dalam satu matriks. Pada setiap baris didistribusikan penjualan output suatu sektor ke sektor lain dan konsumen (permintaan akhir). Sedangkan pembelian sektor tertentu terhadap output sektor lain dan pembelian faktor-faktor produksi primer didistribusikan menurut lajur. Sebagai gambaran bentuk tabel I-O sederhana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Tabel transaksi input-output sederhana Alokasi Output Permintaan Antara Sektor-sektor Permintaan Akhir Jumlah Output 1 2 3 x11 x12 x13 F1 X1 2 3 x21 x31 x22 x32 x23 x33 F2 F3 X2 X3 Input Primer V1 V2 V3 Total Input Sumber : Richardson, 1972 X1 X2 X3 Susunan Input Input Sektor 1 Antara Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa secara baris sektor 1 menghasilkan output sebesar X1 yang didistribusikan sebesar x11, x12, dan x13 sebagai permintaan antara serta sebesar F1 untuk memenuhi permintaan akhir. Persamaan aljabar alokasi output secara keseluruhan sektor adalah sebagai berikut: 24 X1 = x11 + x12 + x13 + F1 X2 = x21 + x22 + x23 + F2 X3 = x31 + x32 + x33 + F3 Atau dapat disederhanakan menjadi : n xij + Fi = X j untuk i = 1,2,3, dst………………………...……..................(1) i =1 Dimana xij adalah banyaknya output yang dibeli sebagai input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor I serta Xi adalah jumlah output sektor i. Demikian pula dengan persamaan aljabar secara kolom dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut: X1 = x11 + x21 + x13 + V1 X2 = x21 + x22 + x23 + V2 X3 = x31 + x32 + x33 + V3 Atau dapat disederhanakan menjadi: n xij + V j + = X j untuk j = 1,2,3, dst ……………………………................ (2) j =1 Dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang dijual sebagai input sektor i, Vj adalah input primer dari sektor j dan mj impor sektor ke j. Aliran antar sektor dapat diformulasikan dalam koefisien-koefisien dengan mengasumsikan bahwa jumlah berbagai pembelianan tetap, koefisien itu antara lain : Aij = xij/Xj ………………………………………...………………….............. (3) Atau xij = aij Xj ……………………………...………………………............... (4) Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam persamaan (1) didapatkan 25 n aij X j + Fi = X j untuk i = 1,2,3 dst ………………….................................(5) i =1 Dalam notasi matrik persamaan (5) dapat ditulis, sebagai berikut: AX + F = X …………………………………………………………...............(6) Atau dalam tabel input output biasa dinotasikan menjadi: (I – A)-1F = X …………………………………………………...…….............(7) Persamaan (7) di atas merupakan persamaan kunci dalam analisis input-output. Nilai F merupakan permintaan akhir yang bersifat eksogenus. Dengan memasukkan berbagai nilai tertentu pada F, maka dapat diperoleh besaran X (total output). Nilai F tersebut dapat diuraikan lagi sesuai dengan banyaknya permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor pemerintah. Sedangkan matriks kebalikan Leontief (I - A)-1 dapat digunakan untuk menghitung kaitan antar sektor. Permintaan akhir juga dapat merefleksikan peran beberapa aktor dalam perekonomian suatu wilayah. Melalui permintaan akhir, masyarakat dapat mempengaruhi konsumsi rumah tangga, pemerintah dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi pemerintah, dan pihak swasta dapat mempengaruhi pembentukan modal tetap atau investasi. 3.2.2. Analisis Input Output 1. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan dapat digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Konsep keterkaitan yang biasanya digunakan meliputi 26 keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Berdasarkan konsep ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat mendorong pertumbuhan sektor lainnya. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukan oleh koefisein langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukan dari matrik kebalikan leontief. Matrik kebalikan leontief ( ) disebut sebagai matrik koefisien keterkaitan, karena matrik ini mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian. 2. Analisis Pengganda Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka analisis input output adalah analisis Pengganda. Pada intinya, analisis Pengganda ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir di dalam perekonomian. Tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis Pengganda ini adalah output sektor-sektor produksi, pendapatan rumah tangga (household income), dan lapangan pekerjaan (employment). Oleh karena itu dikenal adanya Pengganda output, Pengganda pendapatan, dan Pengganda tenaga kerja . 27 a. Pengganda Output Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa Pengganda output suatu sektor adalah nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan satu unit moneter permintaan akhir suatu sektor tersebut. Peningkatan permintaan akhir di suatu sektor tidak hanya akan meningkatkan output di suatu sektor tidak hanya meningkatkat output pada sektor tersebut, tetapi juga mengakibatkan peningkatan output pada sektor lain di perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lain ini tercipta akibat efek langsung dan efek tidak langsung dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor tersebut. Pengganda output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan leontief (matrik invers) α menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter kepermintaan akhir. Matrik invers dirumuskan dengan persamaan α = (I – A)-1= (αij)……………………...…………………………………..(8) Dengan demikian matrik α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefosien dari matrik invers ini (αij) menunjukan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. 28 b. Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan (income multiplier) juga sering disebut dengan efek pendapatan (income efek) dari model input output. Nilai Pengganda pendapatan suatu sektor menunjukan jumlah pendapatan total yang tercipta akibat adanya tambahan satu unit satuan moneter permintaan akhir di suatu sektor tersebut. Jadi kalau Pengganda output menghitung output total yang tercipta akibat adanya satu satuan moneter permintaan akhir, maka Pengganda pendapatan rumah tangga ini mencoba menerjemahkan peningkatan permintaan akhir tersebut dalam bentuk pendapatan. Jika terdapat perubahan permintaan akhir dalam model input-output ini, terjadi pula perubahan output yang diproduksi oleh sektor-sektor produksi di perekonomian. Hal ini telah ditunjukkan oleh angka pengganda output. Perubahan jumlah output yang diproduksi tersebut tentunya akan pula mengubah permintaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Tentunya peningkatan output yang diproduksi akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, dan penurunan output yang diproduksi akan menurunkan permintaan tenaga kerja. Karena balas jasa tenaga kerja tersebut merupakan sumber pendapatan rumah tangga, maka perubahan permintaan tenaga kerja tersebut akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga. c. Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Untuk Pengganda tenaga kerja maka pada tabel input output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau Negara. Koefisien tenaga 29 kerja (ei ) menunjukkan efek langsung ketenagakerjaan dari setiap sektor akibat adanya perubahan output sektor ke-i. Efek tidak langsung ditunjukkan dengan sektor, dan efek total ditunjukkan dari dari Respon atau efek Pengganda ijei untuk setiap * ij ei. output, pendapatan dan tenaga kerja diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Dampak awal (initial impact), merupakan stimulus perekonomian diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output memberikan efek peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi) dan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei). 2. Efek putaran pertama (first round effect), menunjukkan efek langsung dari pembelian tiap sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, ditunjukkan oleh koefisien langsung , sedang dari sisi permintaan ( aij hi) menunjukkan peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya adanya efek putaran pertama dari sisi output, dari sisi tenaga kerja ( aij ei) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. 3. Efek dukungan industri (industrial support effect), dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, menunjukkan efek peningkatan 30 pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua akibat dukungan industri menghasilkan output. 4. Efek induksi komsumsi (consumption induced effect), dari sisi output menunjukkan suatu pengaruh induksi akibat pendapatan rumah tangga. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi komsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. 5. Efek lanjutan (flow-on effect), merupakan efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu Negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjumlahan dari suatu sektor. diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal. Efek lanjutan dapat