perbedaan kadar serum c-reactive protein pada preterm

advertisement
PERBEDAAN KADAR SERUM C-REACTIVE PROTEIN
PADA PRETERM INPARTU DENGAN
PRETERM TIDAK INPARTU
Wawan Hermawan, dr. Ketut Surya Negara, Sp.OG(K), MARS
Departemen / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
ABSTRAK
Pendekatan klinis tidak terbukti cukup sensitif dan spesifik dalam mencegah
persalinan preterm. Diketahui bahwa peningkatan kadar serum maternal Interleukin-6
(IL-6) berkaitan inisisasi persalinan preterm. Interleukin-6 berperan sebagai perangsang
utama respon protein fase akut, salah satu diantaranya adalah C- reactive protein(CRP).
Untuk mengetahui kadar serum CRP pada preterm inpartu dan preterm tidak
inpartu, serta untuk mengetahui perbedaan kadar serum preterm inpartu konservatif dan
preterm inpartu yang gagal konservatif.
Penelitian ini merupakan desain cross sectional analitik.Dari 64 sampel,
didapatkan 32 kasus preterm inpartu dan 32 kasus preterm tidak inpartu setelah
memenuhi
kriteria
inklusi
dan
kriteria
eksklusi.
Selanjutnya
dilakukan
pemeriksaankadar serum CRP di laboratorium patologi klinik RSUP Sanglah. Dari data
yang terkumpul, dilakukan pengujian normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov (KS), setelah itu dilakukan analisis data dengan uji t-independent.
Dari hasil analisisdidapatkan rerata kadar CRP kelompok preterm inpartu adalah
26,99±44,45 dan rerata kelompok preterm tidak inpartu adalah 3,41±1,85. Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent didapatkan bahwa nilai t = 2,99 dan nilai p =
0,004. Hal ini berarti bahwa rerata kadar CRP pada kedua kelompok berbeda secara
bermakna. Kemudian rerata kadar CRP kelompok preterm inpartu konservatif adalah
31,67±48,08 dan rerata kelompok preterm inpartu lahir adalah 6,15±7,50. Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 1,28 dan nilai p =
0,210. Hal ini berarti bahwa rerata kadar CRP pada kedua kelompok tidak berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rerata kadar CRP kelompok
preterm inpartu adalah 26,99±44,45 dan rerata kadar CRP kelompok preterm tidak
inpartu adalah 3,41±1,85, di mana secara statistik berbeda bermakna. Dan tidak
terdapat perbedaan bermakna antara preterm inpartu konservatif dengan preterm
inpartu yang gagal konservatif.
Kata Kunci :C-Reactive Protein(CRP), preterm inpartu, preterm tidak inpartu
ABSTRACT
Clinical approach in preventing preterm labor is not quite sensitive and specific
until this day. Increased maternal Interleukin-6 (IL-6) is associated with initiation of
preterm labor. Interleukin-6 is the main stimulator protein in acute phase, one of which
is C-Reactive Protein (CRP).
To determine CRP serum levels in preterm labor and preterm not in labor.And
also to determine the differences in CRP serum levels between successful and failed
conservative labor.
This research is a cross sectional study. From 64 samples, it is divided into 2
groups, 32 samples with preterm labor and other group is preterm not in labor. The CRP
from these group will be examined in Pathological Clinic Laboratory in Sanglah
Hospital. From the collected data, the normality of the data will be tested with
Kolmogorov Smirnov, then analyzed with t-independent test.
From the analyzed data, the average CRP levels in preterm labor groups is 26,99
± 44,45 in preterm not in labor is 3,41 ± 1,81. And from the t-independent test, we
found that t : 2,99 and p : 0,04. This means that the differences of these 2 groups is
significant. The average CRP levels in succeeded conservative is 31,67 ± 48,08 and in
failed conservative is 6,15 ± 7,50. From the t-independent test, we found that t : 1,28
and p : 0,210. This means the differences of these 2 groups is not significant.
Based on research results, average CRP levels in preterm labor is 26,99±44,45
and in preterm not in labor is 3,41±1,85,which there is significant differences in CRP
serum between preterm labor and preterm not in labor. In the other hand, CRP serum in
successful and failed conservative preterm labor is not significantly different.
Key words : C-Reactive Protein (CRP), preterm labor, preterm not in labor
PENDAHULUAN
Persalinan preterm masih merupakan masalah utama pada bidang obstetri sampai
saat ini.Keadaan ini berpotensi meningkatkan kejadian morbiditas dan mortalitas
perinatal. Di seluruh dunia ditemukan sekitar 70% persalinan preterm merupakan
penyebab kematian perinatal dan hampir separuhnya mengalami kelainan neurologis
jangka panjang.1
Oleh karena itu masalah yang paling mendesak saat ini adalah mengidentifikasi
wanita hamil yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya persalinan preterm dan
mengembangkan cara untuk mencegah terjadinya persalinan preterm sehingga kejadian
morbiditas dan mortalitas pada perinatal akan berkurang yang selanjutnya akan
mengurangi biaya dan lama perawatan.2
Sejak pendekatan klinis tidak terbukti cukup sensitif dan spesifik dalam
mencegah persalinan preterm, maka saat ini banyak penelitian ditujukan pada petandapetanda biokimia yang berperan dalam patogenesis terjadinya persalinan preterm yang
dapat diambil dari serum maternal, lendir servik atau vagina. Pada pasien-pasien dengan
gejala klinis persalinan preterm menunjukkan peningkatan berbagai sitokin di dalam
serum maternal.Sehingga diperkirakan sitokin memainkan peranan penting dalam
inisisasi persalinan preterm.Salah satu sitokin pada serum adalah interleukin-6 (IL-6).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar serum maternal IL-6
berkaitan inisisasi persalinan preterm, meskipun hasilnya masih bervariasi.3 Interleukin6 berperan sebagai perangsang utama respon protein fase akut, salah satu diantaranya
adalah C- reactive protein (CRP).4
Seperti halnya IL-6, hasil-hasil penelitian mengenai CRP juga masih bervariasi.5
Di Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RS Sanglah Denpasar, penelitian
tentang kadar serum CRP pada wanita hamil dengan persalinan preterm belum pernah
diteliti. Atas dasar hal tersebut diatas, maka perlu diteliti perbedaan kadar serum CRP
antara wanita hamil preterm inpartu dan preterm tidak inpartu.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional analitik dilakukan di
Poliklinik dan Ruang Bersalin RS Sanglah Denpasar mulai bulan Maret 2010 sampai
Agustus 2011.Penelitian dilakukan terhadap semua ibu hamil yang datang melakukan
antenatal care (ANC), maupun yang bersalin di RS Sanglah Denpasar.Semua kehamilan
preterm yang diiperoleh dikelola sesuai dengan pedoman diagnosis dan terapi (protap)
yang sudah ada. Sampel darah akan diambil dengan menggunakan spuit sekali pakai 10
cc, kemudian diberikan label nomor sampel dan selanjutnya dibawa ke Laboratorium
Klinik RS Sanglah untuk diperiksa kadar serum C-reactive protein-nya. Alat yang
digunakan untuk pemeriksaan CRP, yaitu Csbas Integra 400 plus. Ibu hamil dengan
persalinan preterm iminens yang akan mendapat terapi deksamethasone, sampel
darahnya akan diambil terlebih dahulu sebelum pemberian deksamethasone. Hasilnya
kemudian dikumpulkan dalam lembar pengumpulan data. Data yang telah terkumpul
akan ditabulasi dan dianalisis. Pada pasien preterm inpartu akan diikuti selama 5 hari
apakah konservatif berhasil atau persalinan preterm terus berlangsung (gagal
konservatif). Data yang telah dikumpulkan di olah dengan menggunakan The Statistical
Product dan Service Solutions (SPSS) for windows versi 10,0.
HASIL
Selama periode bulan Maret 2010 sampai dengan Agustus 2011, dilakukan penelitian
dengan rancangan potong lintang (cross - sectionalanalitikstudy) yang dilakukan di
Poliklinik Kebidanan dan Ruang Bersalin RSUP Sanglah Denpasar. Selama penelitian
64 orang pasien yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 32 orang pasien dengan preterm
inpartu dan 32 orang pasien dengan preterm tidak inpartu dijadikan sampel dalam
penelitian setelah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Deskripsi
karakteristik subyek antar kelompok perlakuan disajikan pada tabel 1.
Tabel 1.Deskriptif karakteristik subyek kelompok preterm inpartu dan
preterm tidak inpartu
Kelompok
Kelompok
preterm inpartu
pretermtidak inpartu
(n=32)
(n=32)
Umur (thn)
26,00±4,98
28,44±5,12
0,058
Umur kehamilan (minggu)
32,09±5,63
32,31±5,12
0,848
Gravida
1,75±0,88
1,94±0,98
0,424
Hb(g/dL)
11,46±0,80
11,57±0,83
0,584
Karakteristik
p
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa karakteristik
subyek antar kelompok tidak berbeda (p> 0,05). Hal ini berarti bahwa karakteristik
subyek kedua kelompok adalah sama sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian
dapat diabaikan.
PerbandingankadarC-Reactive Protein(CRP) diuji berdasarkan rerata kadar CRP antar
kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada tabel 2
berikut.
Tabel 2 Kadar C-Reactive Protein (CRP) berdasarkan kelompok
Kelompok subyek
Preterm inpartu
Preterm tidak inpartu
Rerata
kadar CRP
26,89
3,41
SD
t
p
2,99
0,004
44,45
1,85
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar CRP kelompok preterm inpartu
adalah 26,99±44,45 dan rerata kelompok preterm tidak inpartu adalah 3,41±1,85.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 2,99 dan
nilai p = 0,004. Hal ini berarti bahwa rerata kadar CRP pada kedua kelompok berbeda
secara bermakna.
Sebagai tambahan, dilakukan perbandingan kadar C-Reactive Protein(CRP) antar
kelompok preterm inpartu konservatif dengan kelompok preterm inpartu yang gagal
konservatif (lahir). Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
tabel 3 berikut.
Tabel 3.Kadar C-reactive protein (CRP) antara kelompok preterminpartu konservatif
dengan kelompok preterm lahir
Kelompok subyek
Preterm inpartu konservatif
Preterm lahir
Rerata
kadar CRP
31,67
6,15
SD
t
p
1,28
0,210
48,08
7,50
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar CRP kelompok preterm inpartu
konservatif adalah 31,67±48,08 dan rerata kelompok preterm inpartu lahir adalah
6,15±7,50. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t =
1,28 dan nilai p = 0,210. Hal ini berarti bahwa rerata kadar CRP pada kedua kelompok
tidak berbeda.
DISKUSI
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada preterm inpartu menunjukkan bahwa
ada peningkatan kadar CRP didalam serum maternal, yang merupakan salah satu
sitokin. Sehingga diperkirakan sitokin memainkan peranan penting dalam inisiasi
persalinan preterm. Hal ini didukung oleh hasil penelitian oleh Gabay dan Kushner yang
menyatakan bahwa peningkatan kadar serum maternal IL-6 berkaitan dengan inisisasi
persalinan preterm dan selanjutnya IL-6 berperan sebagai perangsang utama respon
protein fase akut, salah satu diantaranya adalah CRP.4 Dan rerata kadar CRP dari
penelitian kami menunjukkan nilai >10 mg/L, nilai normal pada wanita hamil yang
dianjurkan oleh Torbe et al.6
Hasil yang sama juga didapatkan oleh Lohsoontorn et al. bahwa dengan
nilai CRP ≥ 7.5 mg/L akan meningkatkan risiko persalinan preterm sebanyak 2 kali
dibandingkan nilai CRP di bawah itu.7
Peningkatan CRP secara rutin telah digunakan sebagai marker dari infeksi. Dari
penelitian ini juga kami dapatkan bahwa mungkin saja peningkatan CRP dapat
digunakan sebagai petanda dari persalinan aktif tanpa adanya infeksi, sebagaimana yang
didapatkan oleh Tornblom, et al. Mereka menggunakan kelompok preterm dan term
inpartu dengan preterm dan term tidak inpartu, dengan nilai tengah CRP sebesar 13.0
mg/L.7
Hvilsom, et al. dengan penelitian kasus kontrol juga mendapatkan bahwa
risiko persalinan preterm 2 kali lebih besar dengan menggunakan nilai CRP ≥7.6 mg/L. 8
Meskipun demikian, Ghezzi, et al. mendapatkan tidak ada perbedaan nilai CRP pada
persalinan preterm 34-36 minggu dengan persalinan preterm < 34 minggu.9
Pada ancaman persalinan preterm, infeksi lokal dan umum meningkatkan risiko
terjadinya infeksi amnion, ketuban pecah dini, persalinan preterm dan kesakitan pada
bayi baru lahir dan atau ibu yang murni mengalami infeksi. Penelitian CRP sebagai
petanda terjadinya infeksi pada korioamnion oleh peneliti yang berbeda-beda
mendapatkan hasil sensitifitas berkisar 50,0-94,1% dan spesifisitas sebesar 58,0-100%,
bila dibandingkan dengan pemeriksaan histologi atau mikrobiologi.5
Dari penelitian Pitiphat, et al. didapatkan peningkatan kadar CRP ≥ 8 mg/L pada
serum wanita hamil pada hamil muda akan mengalami persalinan preterm, dengan
kemungkinan 4,64 kali dibandingkan dengan persalinan preterm atas indikasi.10
Sensitifitas CRP dalam identifikasi infeksi cairan amnion ditunjukkan sama dengan IL-6
pada kadar > 17,5 pg/mL oleh Yoon, et al.11
Dengan adanya CRP, diharapkan terjadi penurunan migrasi neutrofil sehingga
tidak terjadi pelepasan matriks metaloprotease yang menyebabkan penipisan serviks dan
penipisan serta pecahnya ketuban pada peralinan preterm.12
Perbedaan pada rancangan penelitian, umur kehamilan saat pengambilan sampel
dan karakteristik subyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dapat memberikan
hasil yang berbeda dengan penelitian yang kami lakukan.
Perbedaan yag tidak berbeda bermakna ditunjukkan antara persalinan
preterm konservatif dengan persalinan preterm gagal konservatif. Beberapa variabel
pengganggu pada kedua kelompok tersebut belum kami analisis. Selain oleh karena
infeksi, inflamasi dan trauma, Pearson, et al. juga mendapatkan beberapa faktor yang
dapat meningkatkan nilai C-reactive protein (CRP) seperti kegemukan, perokok,
penggunaan hormon, sindroma metabolik, dan penyakit kardiovaskular. Dan beberapa
hal yang menurunkan nilai CRP seperti konsumsi alkohol, aktifitas fisik yang
meningkat dan penggunaan obat (golongan statin, fibrat, dan niasin).13
Studi terakhir menunjukkan kegemukan berkaitan dengan inflamasi kronik,
peningkatan kadar CRP dan peningkatan risiko terjadinya persalinan preterm.
Penelitian kami belum melakukan analisis terhadap indeks massa tubuh sebelum hamil
dan indeks massa tubuh saat pengambilan sampel.10
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas didapatkan simpulan bahwa rerata
kadar CRP kelompok preterm inpartu adalah 26,99±44,45 dan rerata kadar CRP
kelompok preterm tidak inpartu adalah 3,41±1,85. Secara statistik rerata kadar CRP
antara kedua kelompok adalah berbeda bermakna. Namun tidak terdapat perbedaan
yang bermakna antara kelompok preterm inpartu yang mendapatkan penanganan
konservatif dengan yang gagal konservatif. Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
meningkatnya kadar CRP dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryana H, Kampono N, Hestiantoro A. Perbandingan kadar interleukin-10
serum antara wanita hamil normal dan hamil dengan ancaman persalinan
preterm. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia 30, 2006: 133-9
2. Farina L, Winkelman C. A Review of proinflamatory Cytokines in Labor and
noninfectious preterm labor. Biological Research for Nursing 6 (3),2005: 230-8
3. Sozmen S, Mungan T, Micozkadioglu SD, Tapisiz LO. Predictive value of
maternal serum and vaginal interleukin-6 level in preterm labor. J Soc Gynecol
Investig. 12 (4), 2005: 1-6
4. Gabay C, Kushner I. Acute-phase proteins and other systemic responses to
inflammation. The New England Journal of Medicine 340 (6), 1999: 448-54
5. Wiwanitkit V. Maternal C-reactive protein for detection of chorioamnionitis: An
appraisal. Infectious Diseases in Obstetric and Gynecology 13 (3),2005: 179-81
6. Torbe A, Czajka R, Kordek A, Rzepka R, Kwiatkowski S, Rudnicki J. Maternal
serum proinflamatory cytokines in preterm labor with intact membranes:
neonatal outcome and histological associations. Eur. Cytokine Netw. 18
(2),2007: 57-62
7. Lohsoontorn V, Qiu C, Williams MA. Maternal serum C-reactive protein
concentrations in early pregnancy and subsequent risk of preterm delivery.
Clinbiochem.40, 2007: 330-5
8. Hvilsom GB, Thorsen P, Jevre B, Bakketeig LS. C reactive protein : a
serological marker for preterm delivery ?. Acta Obstet Gynecol Scand. 81, 2002:
424-9
9. Ghezzi F, Franchi M, Raio L, et al. Elevated amniotic fluid C-reactive protein at
the time of genetic amniocentesis as a marker for preterm delivery. Am J Obstet
and Gynecol. 186, 2002: 268-73
10. Pitiphat W, Gillman MW, Joshipura KJ, Williams PL, Douglass CW, RichEdwards JW. Plasma C-reactive protein in early pregnancy and preterm
delivery. American Journal of Epidemiology 162 (11), 2003: 1108-13
11. Yoon BH, Romero R, Shim JY, Shim SS, Kim CJ, Jun JK. C-reactive protein in
umbilical cord blood: a simple and widely available clinical method to asses the
risk of amniotic fluid infection and funisitis. The Journal of Maternal-Fetal
Neonatal Medicine 14, 2003: 85-90
12. Goldenberg RL, Hauth JC, Andrew WW. Intrauterine infection and preterm
delivery. The New England Journal of Medicine 342, 2000: 1500-7
13. Pearson TA, Mensh GA, Alexander RW, et al. Markers of inflammation and
cardiovascular disease: application to clinical and public health practice.
Circulation 107, 2003: 499-511
Download