BAB IV HASIL PENELITIAN KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara consecutive. Data diambil berdasarkan rekam medik pasien anak yang dirawat di PICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Februari 2015. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 126 anak. A. Analisis Univariat Karakteristik sampel data penelitian ini dikelompokan berdasarkan umur, berat badan, jenis kelamin, diagnosis, data balans cairan dalam perawatan hari pertama, kedua dan ketiga, serta data lama perawatan di PICU, dan mortalitas. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Karakteristik Umur, Berat Badan dan Lama Rawat Median (minimum-maksimum) 15,5 (2,0 – 213,0) 48,56 ± 56,19 Berat Badan (kg) 9,0 (2,5 – 66,0) 16,09 ± 14,71 Lama Rawat (hari) 5,0 (3,0 – 30,0) 6,05 ± 4,30 Umur (bulan) 32 Rerata ± s.b. 33 Pada penelitian ini didapatkan median umur sampel 15,5 bulan dengan rerata 48,56 ± 56,19 bulan dan median berat badan 9,0 kg dengan rerata 16,09 ± 14,71 kg. Sedangkan lama rawat sampel di PICU diperoleh median 5 hari dengan rerata 6,05 ± 4,30 hari. Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Kelamin, Mortalitas dan Diagnosis Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Mortalitas Diagnosis Sepsis DSS Lain-lain Jumlah % 70 56 55 55,6 44,4 43,65 27 30 69 21,43 23,81 54,76 Jumlah sampel laki-laki adalah 70 anak (55,6%) dan perempuan 56 anak (44,4%). Angka kejadian mortalitas pasien anak yang menjadi sampel penelitian 55 anak (43,65%). Anak dengan diagnosis sepsis sebanyak 27 anak (21,43%), dengue shock syndrome (DSS) sejumlah 30 anak (23,81%), dan diagnosis bukan sepsis dan DSS seperti pneumonia, meningitis, kejang demam, penyakit jantung bawaan (PJB) sejumlah 69 anak (54,76%). Anak yang mengalami balans cairan positif dan balans cairan positif terus menerus dalam tiga hari pertama perawatan (balans cairan positif persisten) ditunjukan dengan gambar 4.1. Terdapat 101 anak (80,15%) yang mengalami balans cairan positif setidaknya satu hari dalam tiga hari pertama masa perawatan dan 31 anak (30,70%) yang mengalami balans cairan positif 34 terus-menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) selama masa perawatan di PICU. 30,70% 19,85% 80,15% 69,30% Tidak balans cairan positif Balans cairan positif Balans cairan terus menerus 3 hari (persisten) Tidak balans persisten Gambar 4.1 Grafik anak yang mengalami balans cairan positif dan balans cairan positif terus menerus dalam tiga hari pertama perawatan (balans cairan positif persisten) Pada penelitian ini balans cairan positif pada hari pertama didapatkan pada 65 anak (51,59%), pada hari kedua 66 anak (52,38%), dan pada hari ketiga 69 anak (54,76%). Data persentase balans cairan positif dalam perawatan hari pertama, kedua, dan ketiga dapat dilihat pada gambar 4.2. Anak yang mengalami persentase balans cairan lebih dari 3% pada perawatan hari pertama adalah 6 anak, hari kedua 11 anak dan hari ketiga 8 anak. 35 40 35 30 34 31 29 30 27 24 25 < 1% 20 1 - 2% 15 10 11 6 ≥ 3% 8 5 0 DPH 1 DPH 2 DPH 3 Gambar 4.2 Grafik persentase balans cairan positif cairan pada perawatan hari pertama sampai ketiga 0.08 66 66 69 68 Gambar 4.3 Grafik box-plot balans cairan positif cairan pada perawatan hari pertama sampai ketiga 36 Gambar 4.3 memperlihatkan rerata persentase balans cairan positif pada perawatan hari pertama, kedua dan ketiga, yaitu 1,45%, 1,59%, dan 1,42%. Rerata persentase balans cairan positif pada penelitian ini adalah 1,49%. Pada penelitian ini didapatkan balans cairan positif tertinggi yaitu 7,79%. B. Anilisis Bivariat 1. Mortalitas Pada penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui hubungan umur dan berat badan dengan mortalitas pada anak yang dirawat di PICU selama kurun waktu penelitian. Tabel 4.3 Hubungan umur dan berat badan dengan mortalitas n Umur (bulan) Pasien hidup Pasien meninggal Berat badan (kg) Pasien hidup Pasien meninggal Median (minimum - maksimum) Rerata ± s.b p 71 55 15,0 (2,0 – 201,0) 16,0 (2,0 – 213,0) 46,5 ± 52,0 51,2 ± 61,5 0,79 55 71 9,0 (2,5 – 60,0) 9,6 (2,6 – 66,0) 16,8 ± 15,2 15,5 ± 14,4 0,74 Dengan perhitungan tersebut didapatkan nilai p = 0,79 untuk umur dan p = 0,74 untuk berat badan, sehingga dikatakan bahwa pada penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna umur dan berat badan dengan mortalitas (tabel 4.3). 37 Tabel 4.4 Hubungan balans cairan positif terus menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) dengan mortalitas Mortalitas ya tidak n % n % Balans cairan positif Tidak persisten 28 Persisten 19 27,7 42 p 41,6 0,04 18,8 12 11,9 Pada penelitian ini angka mortalitas anak yang mengalami balans cairan positif kurang dari tiga hari adalah 27,7% (28 dari 101 anak dengan balans cairan positif) dan mortalitas anak dengan balans cairan positif terus menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) adalah 18,8% (19 dari 101 anak dengan balans positif). Hubungan antara anak yang mengalami balans cairan positif persisten dengan mortalitas diuji dengan uji Chi-Square (tabel 4.4) dan didapatkan nilai p = 0,04. Sehingga disimpulkan pada penelitian ini didapatkan hubungan bermakna anak yang mengalami balans cairan positif terus-menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) dengan mortalitas. Hubungan kejadian balans cairan positif pada hari perawatan pertama, kedua dan ketiga dengan mortalitas dapat dilihat di tabel 4.5. Pengujian dengan uji statistik Chi-square tampak bahwa pada perawatan hari pertama dan kedua tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik, namun pada perawatan hari ketiga didapatkan hubungan bermakna dengan p = 0,001. 38 Tabel 4.5 Hubungan terdapatnya balans cairan positif pada perawatan hari pertama, kedua dan ketiga dengan mortalitas Mortalitas ya tidak n % n % DPH 1 DPH 2 DPH 3 Balans cairan positif Tidak balans cairan positif Balans cairan positif Tidak balans cairan positif Balans cairan positif Tidak balans cairan positif 32 23 27 28 39 16 58,2 41,8 49,1 50,9 70,9 29,1 33 38 39 32 30 41 46,5 53,5 54,9 45,1 42,3 57,7 p 0,19 0,51 0,001 Tabel 4.6 Perbedaan rerata persentase balans cairan positif antara pasien hidup dan yang meninggal n Median (minimum - maksimum) DPH 1 Pasien hidup 33 0,9 (0,03 - 6,33) Pasien meninggal 32 1,19 (0,05 – 6,69) DPH 2 Pasien hidup 39 0,8 (0,01 – 4,75) Pasien meninggal 27 1,17 (0,02 – 6,76) DPH 3 Pasien hidup 30 1,12 (0,02 – 3,18) Pasien meninggal 39 1,13 (0,05 – 3,40) *nilai median, minimum dan maksimum dalam persen Rerata ± s.b P 1,44% ± 1,49 1,45% ± 1,35 0,57 1,44% ± 1,31 1,55% ± 1,39 0,04 1,23 ± 0,93 1,27% ± 0,81 0,03 Perbedaan rerata persentase balans cairan positif antara pasien hidup dan yang meninggal pada perawatan hari pertama, kedua dan ketiga dengan mortalitas ditunjukan oleh tabel 4.6. Dengan menggunakan uji statistik Mannwhitney, didapatkan hubungan tidak bermakna secara statistik pada perawatan hari pertama (p = 0,57), sedangkan pada perawatan hari kedua didapatkan p = 0,04, dan pada perawatan hari ketiga p = 0,03. Sehingga dikatakan terdapat perbedaan rerata persentase balans cairan positif yang bermakna secara statistik pada perawatan hari kedua dan ketiga antara pasien hidup dan 39 yang meninggal. Perbedaan rerata persentase balans cairan positif pada perawatan hari kedua antara pasien hidup dengan pasien meninggal adalah 1,44% ± 1,31 dengan 1,55% ±1,39. Pada perawatan hari ketiga perbedaan retata adalah 1,23% ± 0,93 dengan 1,27% ± 0,81. 2. Lama Rawat Tabel 4.7 Hubungan umur dan berat badan dengan lama rawat Somers' d Asymp. Std. Ordinal by Ordinal Symmetric Umur kuartil dependent Lama Rawat kuartil dependent Ordinal by Ordinal Symmetric Berat badan kuartil dependent Lama Rawat kuartil dependent Approx. Approx. Tb -2,277 Sig. ,023 ,074 -2,277 ,023 -,172 ,075 -2,277 ,023 -,225 ,071 -3,112 ,002 -,222 ,071 -3,112 ,002 -,228 ,072 -3,112 ,002 Value -,171 Error ,074 -,169 a a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Hubungan umur dengan lama rawat didapatkan nilai p = 0,023, demikian pula hubungan berat badan dengan lama rawat didapatkan p = 0,002. Keduanya dihitung dengan uji statistik somers’d (tabel 4.7). Sehingga dapat dikatakan ada hubungan bermakna umur dan berat badan dengan lama rawat pada penelitian ini. 40 Tabel 4.8 Hubungan terdapatnya balans cairan positif pada tiga hari pertama perawatan PICU dengan lama rawat n Median (minimum - maksimum) Rerata ± s.b p 6,08 ± 3,99 5,92 ± 5,48 0,53 Kejadian balans positif Ya Tidak 101 25 5,0 (3,0 – 21,0) 5,0 (3,0 – 30,0) Pada penelitian ini rerata lama rawat pada pasien yang mengalami balans cairan positif adalah 6,08 hari ± 3,99, sedangkan pasien yang tidak mengalami balans cairan positif adalah 5,92 hari ± 5,48 (tabel 4.8). Perhitungan menggunakan uji statistik Mann-Whitney didapatkan hubungan tidak bermakna signifikan secara statistik (p = 0,53) antara terdapatnya balans cairan positif pada tiga hari pertama perawatan PICU dengan lama rawat. 41 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan balans cairan positif dengan peningkatan mortalitas dan lama rawat di PICU diperoleh dari data rekam medik pasien anak yang dirawat di PICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Februari 2015. Pada penelitian ini didapatkan sampel 126 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Median umur sampel penelitian ini adalah 15,5 bulan dengan rerata 48,56 ± 56,19 bulan dan median berat badan 9,0 kg dengan rerata 16,09 ± 14,71 kg. Jumlah sampel laki-laki 55,6% dan perempuan 44,4%. Saat perawatan PICU didiagnosis sepsis sebanyak 21,43%, DSS 23,81%, dan diagnosis bukan sepsis dan DSS seperti pneumonia, meningitis, kejang demam, PJB 54,76%. Pada penelitian ini umur dan berat badan tidak berhubungan signifikan dengan mortalitas ( p = 0,79 untuk umur dan p = 0,74 untuk berat badan), namun umur dan berat badan mempunyai hubungan yang bermakna dengan lama rawat. Hubungan umur dengan lama rawat didapatkan nilai p = 0,023, demikian pula hubungan berat badan dengan lama rawat didapatkan p = 0,002. Hal ini sesuai dengan Goldstein dan kawan-kawan (2004) dalam penelitiannya juga melaporkan umur dan berat badan tidak berkorelasi positif dengan mortalitas. Demikian pula penelitian Sinitsky dan kawan-kawan (2015) yang menyatakan bahwa hubungan umur dengan mortalitas dipengaruhi oleh komorbiditas dari kelompok umur tersebut. Pada penelitian Sinitsky gangguan 42 respirasi dan neurologi lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua, yang mendapatkan intervensi lebih lanjut karena seringkali mempunyai derajat berat sakit yang lebih berat sehingga berdampak pada kematian di PICU. (Sinitsky L, Walls D, Nadel S, dan Inwald D, 2015). Dari 126 sampel didapatkan 80,15% anak mengalami balans cairan positif, serta 30,70% anak mengalami balans cairan positif terus-menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten). Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutherland dan kawan-kawan (2010) serta Selewski dan kawan-kawan (2011), dalam penelitiannya mendapatkan angka kejadian balans cairan positif berkisar 40,5% sampai 64,6%. Hassinger, Wald dan Goodman (2014) melaporkan dalam penelitiannya pada pasien AKI di rumah sakit The Ann & Robert H. Lurie Chldren’s Hospital Chicago mendapatkan 31% mengalami balans cairan positif pada hari pertama setelah operasi jantung (Hassinger A, Wald E, Goodman D, 2014). Penelitian Sinitsky dan kawan-kawan (2015) di rumah sakit St. Mary London didapatkan 49% mengalami balans cairan positif. Balans cairan positif pada hari pertama (DPH 1), hari kedua (DPH 2) dan hari ketiga (DPH 3), berturut-turut pada penelitian ini adalah 65 anak (51,59%), pada hari kedua 66 anak (52,38%), dan pada hari ketiga 69 anak (54,76%). 51,59%, 52,38% dan 54,76%. Rerata persentase balans cairan positif pada DPH 1 1,45%, DPH 2 1,59% dan DPH 3 1,42%, dengan rerata persentase balans cairan positif pada penelitian ini adalah 1,49%. Tidak terdapat perbedaan rerata persentase balans cairan positif pada hari pertama, namun terdapat perbedaan 43 rerata yang bermakna secara statistik pada perawatan hari kedua dan ketiga antara pasien hidup dan yang meninggal. Pada penelitian ini angka mortalitas anak yang mengalami balans cairan positif kurang dari tiga hari adalah 27,7% dan mortalitas anak dengan balans cairan positif terus menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) adalah 18,8%. Hubungan antara anak yang mengalami balans cairan positif terus menerus selama tiga hari dengan mortalitas didapatkan nilai p = 0,04. Sehingga disimpulkan pada penelitian ini didapatkan hubungan bermakna anak yang mengalami balans cairan positif terus-menerus selama tiga hari dengan mortalitas. Hal yang serupa didapatkan pada penelitian Kelm dan kawan-kawan (2015) mortalitas pada pasien dengan balans cairan positif persisten, yaitu pasien yang masih mengalami balans cairan positif sampai hari ketiga lebih tinggi secara signifikan dibanding pasien yang tidak mengalami balans cairan positif [OR 1,92 (95% CI, 1,16-3,22), p = 0,01]. Penelitian Kelm ini mengemukakan bahwa kejadian balans cairan positif mempunyai pengaruh pada gangguan perfusi ginjal pada pasien AKI, sehingga menghambat proses penyembuhan ginjal dan meningkatkan mortalitas. Penelitian tersebut sesuai juga dengan yang dilaporkan Goldstein dan kawan-kawan tahun 2001 dan 2004 pada pasien anak dengan disfungsi multi organ yang menerima terapi CRRT, Foland dan kawan-kawan (2004), Selewski dan kawan-kawan (2011), serta penelitian Hassinger, Wald, dan Goodman (2014). Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara terdapatnya balans cairan positif pada perawatan hari pertama, kedua di 44 PICU dengan mortalitas, namun pada perawatan hari ketiga didapatkan hubungan bermakna dengan p = 0,001. Sesuai dengan penelitian terbaru yang dilakukan Sirvent dan kawan-kawan (2015) pada pasien sepsis dan syok sepsis melaporkan kejadian balans positif pada 48 jam pertama, 72 jam dan 96 jam mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingginya mortalitas. Demikian pula Boyd dan kawan-kawan (2011) dalam penelitiannya terhadap pasien syok sepsis di Kanada, mendapatkan adanya hubungan peningkatan mortalitas dengan balans cairan positf yang terjadi saat resusitasi cairan awal maupun yang terjadi setelah perawatan lebih dari 4 hari, yang mengakibatkan peningkatan tekanan vena sentral lebih dari 12 mmHg. Maitlan dan kawan-kawan (2011) melakukan penelitiannya terhadap anakanak afrika yang mengalami infeksi berat, yang mendapat bolus cairan albumin maupun cairan normal salin 20 sampai 40 ml per kilogram berat badan karena gangguan perfusi akibat infeksi berat tersebut. Mereka melaporkan bahwa pemberian bolus cairan pada anak sakit berat dapat meningkatkan secara signifikan 48 jam pertama mortalitas. Hal tersebut diduga akibat reperfusion injury, efek pada compliance paru, atau pada fungsi miokard jantung. Namun berbeda dengan beberapa penelitian diatas, Sinitsky dan kawankawan (2015) melaporkan balans cairan positif pada DPH 2 tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap mortalitas. Dalam penelitian tersebut dikatakan banyak faktor yang berperan mengakibatkan resiko kematian selain persentase balans cairan positif, seperti derajat berat sakit anak dan intervensi di PICU. 45 Penelitian oleh Arikan dan kawan-kawan pada tahun 2012 melaporkan angka mortalitas yang terjadi sebesar 17,5% dari 80 pasien. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan pasien dengan puncak persentase balans cairan positif melebihi 15%, berhubungan dengan masa rawat PICU yang panjang [HR 0,95 (95% CI 0,920,98), p = 0,004), masa rawat di rumah sakit yang panjang [HR 0,55 (95% CI 0,30-0,98), p = 0,04] dan juga masa pemakaian ventilator yang panjang [HR 0,35 (95% CI 0,019-0,66), p = 0,001). Menurut penelitian Arikan tersebut, salah satu penyebab mortalitas adalah akibat efek negatif dari balans cairan positif terhadap oksigenasi jaringan yang ditandai dengan hipoksemia. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Flori, Church, Liu dan Gildengorin (2010), Valentine dan kawan-kawan (2012), serta penelitian Wilson dan kawan-kawan (2013). Pasien anak yang mengalami balans cairan positif dilaporkan mengalami perawatan di PICU lebih lama. Lama rawat pada anak yang mengalami balans cairan positif pada penelitian ini 6,08 hari ± 3,99, lebih lama dari anak yang tidak mengalami balans cairan positif yaitu 5,92 hari ± 5,48 namun secara statistik tidak didapatkan hubungan bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Hassinger dan kawan-kawan (2014) juga menyimpulkan bahwa pasien anak yang menjalankan prosedur bedah jantung dan mengalami balans cairan positif mempunyai lama rawat lebih lama 3,5 hari. Penelitian Seguin dan kawan-kawan (2014), pada pasien anak dengan balans cairan positif setelah operasi jantung, melaporkan pada perawatan hari kedua setelah operasi jantung kumulatif persentase balans positif mempunyai hubungan bermakna dengan lama rawat di PICU. Pada penelitian tersebut dikatakan 46 penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti diduga balans cairan positif berhubungan dengan AKI, gangguan perfusi kapiler dan disfungsi otot jantung. Lama perawatan ICU menurut Gruenberg dan kawan-kawan (2006) dipengaruhi oleh faktor institusional, faktor medikal, faktor sosial dan faktor psikologikal. Pada faktor institusional, pasien pada rumah sakit pendidikan mempunyai lama perawatan ICU 9% lebih rendah, demikian pula ICU dengan dokter yang hadir penuh waktu mempunyai lama perawatan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena terdapat konsistensi perawatan dan penanganan segera, baik dalam menangani masalah pasien atau komunikasi dengan keluarga pasien. Menurut Goldhill dan kawan-kawan (2004), derajat berat sakit dan keadaan pasien sebelum masuk ICU juga berpengaruh terhadap lama rawat ICU, pasien yang sebelum masuk ICU sudah dirawat 15 hari perawatan bangsal, mempunyai angka mortalitas yang lebih tinggi. Selain itu, komunikasi efektif juga berperan penting dalam mengurangi lama perawatan ICU. Konflik karena tidak efektifnya komunikasi antar petugas kesehatan atau petugas kesehatan dengan keluarga pasien, termasuk kurang penjelasan terhadap pasien terkait diagnosa, prognosis dan pengobatan yang dilakukan, akan menghambat pengambilan keputusan yang mengakibatkan perpanjangan masa rawat pasien. 47 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Prevalensi pasien anak dengan balans cairan positif yang dirawat di PICU RSUD DR Moewardi adalah 80,15% dengan rerata persentase balans cairan positif selama tiga hari pada penelitian ini adalah 1,49%. 2. Angka mortalitas anak yang mengalami balans cairan positif kurang dari tiga hari adalah 27,7% dan anak dengan balans cairan positif terus menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) adalah 18,8%. 3. Lama rawat pada anak yang mengalami balans cairan positif pada penelitian ini 6,08 hari ± 3,99 4. Didapatkan hubungan bermakna balans cairan positif terus-menerus selama tiga hari dengan mortalitas dan terdapat perbedaan rerata persentase balans cairan positif yang bermakna secara statistik pada perawatan hari kedua dan ketiga antara pasien hidup dan yang meninggal. 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara balans cairan positif dengan lama rawat PICU. B. Saran 1. Petugas dan instansi kesehatan disarankan untuk lebih teliti dalam mengobservasi pasien yang mengalami balans cairan positif agar dapat dilakukan penanganan segera. 48 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai balans cairan dengan sampel yang lebih besar, diagnosis pasien lebih spesifik dan dengan mencantumkan faktor-faktor lain yang belum diteliti terutama menggunakan skoring derajat kesakitan dan prediktor mortalitas seperti skor PELOD (Pediatric Logistic Organ Dysfunction), PRISM (Pediatric Risk of Mortality) atau PIM (Pediatric Index of Mortality). 49 DAFTAR PUSTAKA Abulebda K, Cvijanovich NZ, Thomas NJ, Allen GL, Anas N, Bigman MT, Hall M et al. (2013). Post-ICU admission fluid balance and pediatric sepstic shock outcomes: A risk-stratified analysis. Crit Care Med., 42: 397-404. Arikan AA, Zappitelli M, Goldstein SL, Naipaul A, Jefferson LS, Loftis LL (2012). Fluid Overload is associated with impaired oxygenation and morbidity in critically ill children. Pediatr Crit Med., 13 (3): 253-258. Bagshaw SM, Brophy PD, Cruz D, Ronco C (2008). Fluid balance as a biomarker: impact of fluid overload on outcome in critically ill patient with acute kidney injury. http://ccforum.com/content/12/4/169 – Diakses Januari 2015. Bouchard J, Mehta RL (2010). Fluid balance issues in the critically ill patient. Dalam :Ronco C, Costanzo MR, Bellomo R, Maisel AS (eds). Fluid overload: Diagnosis and management.ContribNephrol. Basel, Karger, 164, pp 69-78. Bauchard J, Soroko SB, Chertow GM, Himmelfarb J, Ikizler TA, Paganini AP, Mehta RL (2009). Fluid accumulation, survival and recovery of kidney function in critically ill patient with acute kidney injury. Kidney International, 76: 422-427. Boyd JH, Forbes J, Nakada T, Walley KR, Russel JA (2011). Fluid resuscitation in septic shock: A positive fluid balance and elevated central venous pressure are associated with increased mortality. Crit Care Med.,39(2): 1-7. Cordemans C, Laet ID, Regenmortel VN, Schoonheydt K, Dits H, Huber W, Malbrain ML (2012). Fluid management in critically ill patient: the role of extravascula lung water, abdominal hypertension, capillary leak, and fluid balance. http://www.annalsofintensivecare.com/content/2/s1/s1 - Diakses Januari 2015. Cotton BA, Guy JS, Morris JA, Abumrad NN (2006). The cellular, metabolic and systemic consequences of aggresive fluid resuscitation strategies. Shock, 26 (2): 115-121. Dahlan S (2010). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: SagungSeto. Edwards M, Mythen MG (2014). Fluid therapy in critical illness. http://www.extremephysiolmed.com/content/3/1/16- Diakes Januari 2015. Foland JA, Fortenberry JD, Warshaw BL, Pettignano R, Merritt RK, Heard ML, Rogres K et al. (2004). Fluid overload before continuous hemofiltration and survival in critically ill children: A retrospective analysis. Crit Care Med., 32 (8): 1771-1776. 50 Flori H, Church G, Liu KD, Gildengorin G, Matthay M (2011). Positive Fluid Balance Is Associated with Higher Mortality and Prolonged Mechanical Ventilation in Pediatric Patient with Acute Lung Injury. http://dx.doi.org/10.1155/2011/854142 - Diakes Januari 2015 Goldhill DR, McNarry AF, Hadjianastassiou VG, Tekkis PP (2004). The longer patients are in hospital before intensive care admission the higher their mortality. Intensive Care Med. 30:1908–1913 Goldstein B, Giroir B, Randolph A (2005). International pediatric sepsis consensus conference: definitions for sepsis and organ dysfunction in pediatrics. Pediatr Crit Care Med., 6 (1): 2-8 Goldstein SL, Currier H, Graf JM, Cosio CC, Brewer ED, Sachdeva R (2001). Outcome in children receiving continuous venovenous hemofiltration. Pediatrics, 107 (6): 1309-1312. Goldstein SL, Somers MJG, Baum MA, Symons JM, Brophy PD, Blowey D, Bunchman TE, Baker C et al. (2005). Pediatric patient with multi-organ dysfunction syndrome receiving continuous renal replacement therapy. Kidney International, 67: 653-658. Gondodiputro, Sharon (2007). Rekam medis dan sistem informasi kesehatan di pelayanan kesehatan primer (puskesmas). Bandung: Bagian IKM FK Universitas Padjajaran. Gruenberg DA, Shelton W, Rose SL, Rutter AE, Socaris S, McGee G (2006). Factors influencing length of stay in the intensive care unit. Am J Crit Care.,15 (5): 502-9. Guo Q, Yi C, Li J, Wu X, Yang X, Yu X (2013). Prevalence and risk factors of fluid overload in Southern Chinese continuous ambulatory peritoneal dialysis patients. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3544813/pdf/pone.0053294. pdf - Diakses Januari 2015. Guyton AC, Hall JE (2011). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. Hassinger A, Wald E, Goodman D (2014). Early postoperative fluid overload precedes acute kidney injury and is associated with higher morbidity in pediatric cardiac surgery patients.PediatrCrit Care, 15: 131-138 Herwanto V, Amin Z (2009). Sindromdisfungsi organ multipel: Patofisiologidan diagnosis. Maj KedoktIndon., 59 (11): 547-554. Jacob M, Chappell D, Rehm M (2009). The ‘third space’ – fact or fiction. Best Practice &Reasearch Clinical Anaesthesiology, 23: 145-157. 51 Kelm DJ, Perrin JT, Ceba RC, Gajic O, Schenck L, Kennedy CC (2015). Fluid overload in patient with severe sepsis and septic shock treated with early goal-directed therapy is associated with increase acute need for fluid-related medical interventions and hospital death. Shock, 43 (1): 68-73. Kushartono H (2006). Terapicairan dan elektrolit pada anak .old.pediatrik.com/pkb/061022023336-xvm7143.pdf – DiaksesDesember 2014. Lee JW (2010). Fluid and electrolyte disturbances in critically ill patient. Electrolyte Blood Press, 8: 72-81. Lee SJ, Ramar K, Park JG, Gajic O, Li G, Kashyap (2013). Increased fluid administration in the first three hours of sepsis resuscitation is assosiated with reduced mortality: A retrospective cohort study. http://journal.publications.chestnet.org/ - Diakses Januari 2015. Maitland K, Kiguli S, Opoka RO, Engoru C, Olupot-Olupot P, Akech S, Nyeko R et al (2011). Mortality after fluid bolus in african children with severe infection. N Engl J Med, 364 (26): 2483-2495. Malbrain ML, Marik PE, Witters I, Cordemans C, Kirkpatrick AW, Roberts DJ, Regenmortel NV (2014). Fluid overload, de-resuscitation, and outcomes in critically ill or injured patients: A systematic review with suggestion for clinical practice. Anaesthesiology Intensive Theraphy, 46 (5): 361-380. Martini FH, Ober WC, Nath JL (2011). Visual anatomy & physiology. New Jersey: Pearson. Murphy CV, Schramm GE, Doherty JA, Reichley RM, Gajic O, Afesa B, Micek ST et al. (2009). The importance of fluid management in acute lung incury secondary to septic shock. Chest, 136: 102-109. Prowle JR, Echeverri EE, Ligabo V, Ronco C, Bellomo R (2010). Fluid balance and acute kidney injury.Nrneph., 6: 107-114. Rivers E, Nguyen B, Havstad S, Ressler J, Muzzin A, Knoblich B, Peterson E et al. (2001). Early goal-directed therapy in the treatment of severe sepsis and septic shock. N Engl J Med, 345 (19): 1368-1377. Saguil A, Fargo M (2012). Acute respiratory distress syndrome: Diagnosis and management. Am Fam Physician, 85 (4): 352-358 Sastroamoro S (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto. 52 Schrier R (2010). Fluid administration in critically ill patients with acute kidney injury. Clin J Am Soc Nephrol, 5: 733-739. Seguin J, Albright B, Vertullo L, Lai P, Dancea A, Bernier P, Tchervenkov CI et al. (2014).Extent, risk factors, and outcome of fluid overload after pediatric heart surgery. Crit Care Med., 42: 2591-1599. Selewski DT, Cornell TT, Lombel RM, Blatt NB, Han YY, Mottes T, Kommareddi M et al. (2011). Weight-based determination of fluid overload status and mortality in pediatric intensive care unit patients requiring continuous renal replacement therapy. Intensive Care Med., 37 (7): 11661173. Silva JM, Oliveira AM, Nogueira FA, Vianna PM, Filho MC, Dias LF, Maia VP et al.(2013). The effect of excess fluid balance on the mortality rate of surgical patient: A multicenter prospective study. http://ccforum.com/content/17/6/R288 Diakses Januari 2015. Sinitsky L, Walls D, Nadel S, dan Inwald D (2015). Fluid overload at 48 hours is associated with respiratory morbidity but not mortality in a general PICU: retrospective cohort study. Pediatr Crit Care Med., 16: 205-209. Sirvent JM, Ferri C, Baro A, Murcia C, Lorencio C (2015). Fluid balance in sepsis and septic shock as a determining factor of mortality. Am J Emerg Med., 33(2):186189. Sutherland SM, Zappitelli M, Alexander SR, Chua AN, Brophy PD, Bunchman TE, Hackbarth R et al. (2010). Fluid overload and mortality in children receiving continuous renal replacement therapy: The prospective pediatric continuous renal replacement therapy registry. Am J Kidney Dis., 55(2): 316-325. Valentine S, Sapru L, Higgerson R, Spinella P, Flori H, Graham D, Brett M et al. (2012). Fluid balance in critically ill children with acute lung injury. Crit Care med., 40 (10): 2883-2889. Wilson DF, Thomas NJ, Tamburro R, Truemper E, Truwit J, Conaway M, Traul C et al. (2013). The relationship of fluid administration to outcome in the pediatric calfactant in acute respiratory distress sydrome trial. PediatrCrit Care., 14 (7): 666-672.