32 BAB IV HASIL PENELITIAN KARAKTERISTIK SAMPEL

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN
KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara consecutive. Data
diambil berdasarkan rekam medik pasien anak yang dirawat di PICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Februari 2015.
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 126
anak.
A. Analisis Univariat
Karakteristik sampel data penelitian ini dikelompokan berdasarkan
umur, berat badan, jenis kelamin, diagnosis, data balans cairan dalam
perawatan hari pertama, kedua dan ketiga, serta data lama perawatan di
PICU, dan mortalitas. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Umur, Berat Badan dan Lama Rawat
Median
(minimum-maksimum)
15,5 (2,0 – 213,0)
48,56 ± 56,19
Berat Badan (kg)
9,0 (2,5 – 66,0)
16,09 ± 14,71
Lama Rawat (hari)
5,0 (3,0 – 30,0)
6,05 ± 4,30
Umur (bulan)
32
Rerata ± s.b.
33
Pada penelitian ini didapatkan median umur sampel 15,5 bulan
dengan rerata 48,56 ± 56,19 bulan dan median berat badan 9,0 kg dengan
rerata 16,09 ± 14,71 kg. Sedangkan lama rawat sampel di PICU diperoleh
median 5 hari dengan rerata 6,05 ± 4,30 hari.
Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Kelamin, Mortalitas dan Diagnosis
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Mortalitas
Diagnosis
Sepsis
DSS
Lain-lain
Jumlah
%
70
56
55
55,6
44,4
43,65
27
30
69
21,43
23,81
54,76
Jumlah sampel laki-laki adalah 70 anak (55,6%) dan perempuan 56
anak (44,4%). Angka kejadian mortalitas pasien anak yang menjadi sampel
penelitian 55 anak (43,65%). Anak dengan diagnosis sepsis sebanyak 27 anak
(21,43%), dengue shock syndrome (DSS) sejumlah 30 anak (23,81%), dan
diagnosis bukan sepsis dan DSS seperti pneumonia, meningitis, kejang
demam, penyakit jantung bawaan (PJB) sejumlah 69 anak (54,76%).
Anak yang mengalami balans cairan positif dan balans cairan positif
terus menerus dalam tiga hari pertama perawatan (balans cairan positif
persisten) ditunjukan dengan gambar 4.1. Terdapat 101 anak (80,15%) yang
mengalami balans cairan positif setidaknya satu hari dalam tiga hari pertama
masa perawatan dan 31 anak (30,70%) yang mengalami balans cairan positif
34
terus-menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) selama masa
perawatan di PICU.
30,70%
19,85%
80,15%
69,30%
Tidak balans cairan positif
Balans cairan positif
Balans cairan terus menerus 3 hari (persisten)
Tidak balans persisten
Gambar 4.1 Grafik anak yang mengalami balans cairan positif dan balans
cairan positif terus menerus dalam tiga hari pertama perawatan
(balans cairan positif persisten)
Pada penelitian ini balans cairan positif pada hari pertama didapatkan
pada 65 anak (51,59%), pada hari kedua 66 anak (52,38%), dan pada hari
ketiga 69 anak (54,76%). Data persentase balans cairan positif dalam
perawatan hari pertama, kedua, dan ketiga dapat dilihat pada gambar 4.2.
Anak yang mengalami persentase balans cairan lebih dari 3% pada perawatan
hari pertama adalah 6 anak, hari kedua 11 anak dan hari ketiga 8 anak.
35
40
35
30
34
31
29 30
27
24
25
< 1%
20
1 - 2%
15
10
11
6
≥ 3%
8
5
0
DPH 1
DPH 2
DPH 3
Gambar 4.2 Grafik persentase balans cairan positif cairan pada perawatan
hari pertama sampai ketiga
0.08
66
66
69
68
Gambar 4.3 Grafik box-plot balans cairan positif cairan pada perawatan
hari pertama sampai ketiga
36
Gambar 4.3 memperlihatkan rerata persentase balans cairan positif
pada perawatan hari pertama, kedua dan ketiga, yaitu 1,45%, 1,59%, dan
1,42%. Rerata persentase balans cairan positif pada penelitian ini adalah
1,49%. Pada penelitian ini didapatkan balans cairan positif tertinggi yaitu
7,79%.
B. Anilisis Bivariat
1. Mortalitas
Pada penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui
hubungan umur dan berat badan dengan mortalitas pada anak yang dirawat di
PICU selama kurun waktu penelitian.
Tabel 4.3 Hubungan umur dan berat badan dengan mortalitas
n
Umur (bulan)
Pasien hidup
Pasien meninggal
Berat badan (kg)
Pasien hidup
Pasien meninggal
Median
(minimum - maksimum)
Rerata ± s.b
p
71
55
15,0 (2,0 – 201,0)
16,0 (2,0 – 213,0)
46,5 ± 52,0
51,2 ± 61,5
0,79
55
71
9,0 (2,5 – 60,0)
9,6 (2,6 – 66,0)
16,8 ± 15,2
15,5 ± 14,4
0,74
Dengan perhitungan tersebut didapatkan nilai p = 0,79 untuk umur
dan p = 0,74 untuk berat badan, sehingga dikatakan bahwa pada penelitian ini
tidak terdapat hubungan bermakna umur dan berat badan dengan mortalitas
(tabel 4.3).
37
Tabel 4.4 Hubungan balans cairan positif terus menerus selama tiga hari
(balans cairan positif persisten) dengan mortalitas
Mortalitas
ya
tidak
n
%
n
%
Balans cairan
positif
Tidak
persisten
28
Persisten
19
27,7
42
p
41,6
0,04
18,8
12
11,9
Pada penelitian ini angka mortalitas anak yang mengalami balans
cairan positif kurang dari tiga hari adalah 27,7% (28 dari 101 anak dengan
balans cairan positif) dan mortalitas anak dengan balans cairan positif terus
menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) adalah 18,8% (19
dari 101 anak dengan balans positif). Hubungan antara anak yang mengalami
balans cairan positif persisten dengan mortalitas diuji dengan uji Chi-Square
(tabel 4.4) dan didapatkan nilai p = 0,04. Sehingga disimpulkan pada
penelitian ini didapatkan hubungan bermakna anak yang mengalami balans
cairan positif terus-menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten)
dengan mortalitas.
Hubungan kejadian balans cairan positif pada hari perawatan pertama,
kedua dan ketiga dengan mortalitas dapat dilihat di tabel 4.5. Pengujian
dengan uji statistik Chi-square tampak bahwa pada perawatan hari pertama
dan kedua tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik, namun pada
perawatan hari ketiga didapatkan hubungan bermakna dengan p = 0,001.
38
Tabel 4.5 Hubungan terdapatnya balans cairan positif pada perawatan hari
pertama, kedua dan ketiga dengan mortalitas
Mortalitas
ya
tidak
n
%
n
%
DPH 1
DPH 2
DPH 3
Balans cairan positif
Tidak balans cairan positif
Balans cairan positif
Tidak balans cairan positif
Balans cairan positif
Tidak balans cairan positif
32
23
27
28
39
16
58,2
41,8
49,1
50,9
70,9
29,1
33
38
39
32
30
41
46,5
53,5
54,9
45,1
42,3
57,7
p
0,19
0,51
0,001
Tabel 4.6 Perbedaan rerata persentase balans cairan positif antara pasien
hidup dan yang meninggal
n
Median
(minimum - maksimum)
DPH 1
Pasien hidup
33
0,9 (0,03 - 6,33)
Pasien meninggal
32
1,19 (0,05 – 6,69)
DPH 2
Pasien hidup
39
0,8 (0,01 – 4,75)
Pasien meninggal
27
1,17 (0,02 – 6,76)
DPH 3
Pasien hidup
30
1,12 (0,02 – 3,18)
Pasien meninggal
39
1,13 (0,05 – 3,40)
*nilai median, minimum dan maksimum dalam persen
Rerata ± s.b
P
1,44% ± 1,49
1,45% ± 1,35
0,57
1,44% ± 1,31
1,55% ± 1,39
0,04
1,23 ± 0,93
1,27% ± 0,81
0,03
Perbedaan rerata persentase balans cairan positif antara pasien hidup
dan yang meninggal pada perawatan hari pertama, kedua dan ketiga dengan
mortalitas ditunjukan oleh tabel 4.6. Dengan menggunakan uji statistik Mannwhitney, didapatkan hubungan tidak bermakna secara statistik pada perawatan
hari pertama (p = 0,57), sedangkan pada perawatan hari kedua didapatkan
p = 0,04, dan pada perawatan hari ketiga p = 0,03. Sehingga dikatakan
terdapat perbedaan rerata persentase balans cairan positif yang bermakna
secara statistik pada perawatan hari kedua dan ketiga antara pasien hidup dan
39
yang meninggal. Perbedaan rerata persentase balans cairan positif pada
perawatan hari kedua antara pasien hidup dengan pasien meninggal adalah
1,44% ± 1,31 dengan 1,55% ±1,39. Pada perawatan hari ketiga perbedaan
retata adalah 1,23% ± 0,93 dengan 1,27% ± 0,81.
2. Lama Rawat
Tabel 4.7 Hubungan umur dan berat badan dengan lama rawat
Somers' d
Asymp.
Std.
Ordinal by Ordinal Symmetric
Umur
kuartil dependent
Lama Rawat
kuartil dependent
Ordinal by Ordinal Symmetric
Berat badan
kuartil dependent
Lama Rawat
kuartil dependent
Approx. Approx.
Tb
-2,277
Sig.
,023
,074
-2,277
,023
-,172
,075
-2,277
,023
-,225
,071
-3,112
,002
-,222
,071
-3,112
,002
-,228
,072
-3,112
,002
Value
-,171
Error
,074
-,169
a
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Hubungan umur dengan lama rawat didapatkan nilai p = 0,023,
demikian pula hubungan berat badan dengan lama rawat didapatkan p =
0,002. Keduanya dihitung dengan uji statistik somers’d (tabel 4.7). Sehingga
dapat dikatakan ada hubungan bermakna umur dan berat badan dengan lama
rawat pada penelitian ini.
40
Tabel 4.8 Hubungan terdapatnya balans cairan positif pada tiga hari pertama
perawatan PICU dengan lama rawat
n
Median
(minimum - maksimum)
Rerata ± s.b
p
6,08 ± 3,99
5,92 ± 5,48
0,53
Kejadian balans positif
Ya
Tidak
101
25
5,0 (3,0 – 21,0)
5,0 (3,0 – 30,0)
Pada penelitian ini rerata lama rawat pada pasien yang mengalami
balans cairan positif adalah 6,08 hari ± 3,99, sedangkan pasien yang tidak
mengalami balans cairan positif adalah 5,92 hari ± 5,48 (tabel 4.8).
Perhitungan menggunakan uji statistik Mann-Whitney didapatkan hubungan
tidak bermakna signifikan secara statistik (p = 0,53) antara terdapatnya balans
cairan positif pada tiga hari pertama perawatan PICU dengan lama rawat.
41
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai hubungan balans cairan positif dengan peningkatan
mortalitas dan lama rawat di PICU diperoleh dari data rekam medik pasien anak
yang dirawat di PICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2014
sampai dengan bulan Februari 2015. Pada penelitian ini didapatkan sampel 126
anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Median umur sampel penelitian ini adalah 15,5 bulan dengan rerata 48,56 ±
56,19 bulan dan median berat badan 9,0 kg dengan rerata 16,09 ± 14,71 kg.
Jumlah sampel laki-laki 55,6% dan perempuan 44,4%. Saat perawatan PICU
didiagnosis sepsis sebanyak 21,43%, DSS 23,81%, dan diagnosis bukan sepsis
dan DSS seperti pneumonia, meningitis, kejang demam, PJB 54,76%.
Pada penelitian ini umur dan berat badan tidak berhubungan signifikan
dengan mortalitas ( p = 0,79 untuk umur dan p = 0,74 untuk berat badan), namun
umur dan berat badan mempunyai hubungan yang bermakna dengan lama rawat.
Hubungan umur dengan lama rawat didapatkan nilai p = 0,023, demikian pula
hubungan berat badan dengan lama rawat didapatkan p = 0,002.
Hal ini sesuai dengan Goldstein dan kawan-kawan (2004) dalam
penelitiannya juga melaporkan umur dan berat badan tidak berkorelasi positif
dengan mortalitas. Demikian pula penelitian Sinitsky dan kawan-kawan (2015)
yang menyatakan bahwa hubungan umur dengan mortalitas dipengaruhi oleh
komorbiditas dari kelompok umur tersebut. Pada penelitian Sinitsky gangguan
42
respirasi dan neurologi lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua, yang
mendapatkan intervensi lebih lanjut karena seringkali mempunyai derajat berat
sakit yang lebih berat sehingga berdampak pada kematian di PICU. (Sinitsky L,
Walls D, Nadel S, dan Inwald D, 2015).
Dari 126 sampel didapatkan 80,15% anak mengalami balans cairan positif,
serta 30,70% anak mengalami balans cairan positif terus-menerus selama tiga hari
(balans cairan positif persisten). Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Sutherland dan kawan-kawan (2010) serta Selewski dan
kawan-kawan (2011), dalam penelitiannya mendapatkan angka kejadian balans
cairan positif berkisar 40,5% sampai 64,6%. Hassinger, Wald dan Goodman
(2014) melaporkan dalam penelitiannya pada pasien AKI di rumah sakit The Ann
& Robert H. Lurie Chldren’s Hospital Chicago mendapatkan 31% mengalami
balans cairan positif pada hari pertama setelah operasi jantung (Hassinger A,
Wald E, Goodman D, 2014). Penelitian Sinitsky dan kawan-kawan (2015) di
rumah sakit St. Mary London didapatkan 49% mengalami balans cairan positif.
Balans cairan positif pada hari pertama (DPH 1), hari kedua (DPH 2) dan
hari ketiga (DPH 3), berturut-turut pada penelitian ini adalah 65 anak (51,59%),
pada hari kedua 66 anak (52,38%), dan pada hari ketiga 69 anak (54,76%).
51,59%, 52,38% dan 54,76%. Rerata persentase balans cairan positif pada DPH 1
1,45%, DPH 2 1,59% dan DPH 3 1,42%, dengan rerata persentase balans cairan
positif pada penelitian ini adalah 1,49%. Tidak terdapat perbedaan rerata
persentase balans cairan positif pada hari pertama, namun terdapat perbedaan
43
rerata yang bermakna secara statistik pada perawatan hari kedua dan ketiga antara
pasien hidup dan yang meninggal.
Pada penelitian ini angka mortalitas anak yang mengalami balans cairan
positif kurang dari tiga hari adalah 27,7% dan mortalitas anak dengan balans
cairan positif terus menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten)
adalah 18,8%. Hubungan antara anak yang mengalami balans cairan positif terus
menerus selama tiga hari dengan mortalitas didapatkan nilai p = 0,04. Sehingga
disimpulkan pada penelitian ini didapatkan hubungan bermakna anak yang
mengalami balans cairan positif terus-menerus selama tiga hari dengan mortalitas.
Hal yang serupa didapatkan pada penelitian Kelm dan kawan-kawan (2015)
mortalitas pada pasien dengan balans cairan positif persisten, yaitu pasien yang
masih mengalami balans cairan positif sampai hari ketiga lebih tinggi secara
signifikan dibanding pasien yang tidak mengalami balans cairan positif [OR 1,92
(95% CI, 1,16-3,22), p = 0,01]. Penelitian Kelm ini mengemukakan bahwa
kejadian balans cairan positif mempunyai pengaruh pada gangguan perfusi ginjal
pada pasien AKI, sehingga menghambat proses penyembuhan ginjal dan
meningkatkan mortalitas. Penelitian tersebut sesuai juga dengan yang dilaporkan
Goldstein dan kawan-kawan tahun 2001 dan 2004 pada pasien anak dengan
disfungsi multi organ yang menerima terapi CRRT, Foland dan kawan-kawan
(2004), Selewski dan kawan-kawan (2011), serta penelitian Hassinger, Wald, dan
Goodman (2014).
Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik
antara terdapatnya balans cairan positif pada perawatan hari pertama, kedua di
44
PICU dengan mortalitas, namun pada perawatan hari ketiga didapatkan hubungan
bermakna dengan p = 0,001. Sesuai dengan penelitian terbaru yang dilakukan
Sirvent dan kawan-kawan (2015) pada pasien sepsis dan syok sepsis melaporkan
kejadian balans positif pada 48 jam pertama, 72 jam dan 96 jam mempunyai
hubungan yang bermakna dengan tingginya mortalitas. Demikian pula Boyd dan
kawan-kawan (2011) dalam penelitiannya terhadap pasien syok sepsis di Kanada,
mendapatkan adanya hubungan peningkatan mortalitas dengan balans cairan
positf yang terjadi saat resusitasi cairan awal maupun yang terjadi setelah
perawatan lebih dari 4 hari, yang mengakibatkan peningkatan tekanan vena sentral
lebih dari 12 mmHg.
Maitlan dan kawan-kawan (2011) melakukan penelitiannya terhadap anakanak afrika yang mengalami infeksi berat, yang mendapat bolus cairan albumin
maupun cairan normal salin 20 sampai 40 ml per kilogram berat badan karena
gangguan perfusi akibat infeksi berat tersebut. Mereka melaporkan bahwa
pemberian bolus cairan pada anak sakit berat dapat meningkatkan secara
signifikan 48 jam pertama mortalitas. Hal tersebut diduga akibat reperfusion
injury, efek pada compliance paru, atau pada fungsi miokard jantung.
Namun berbeda dengan beberapa penelitian diatas, Sinitsky dan kawankawan (2015) melaporkan balans cairan positif pada DPH 2 tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap mortalitas. Dalam penelitian tersebut
dikatakan banyak faktor yang berperan mengakibatkan resiko kematian selain
persentase balans cairan positif, seperti derajat berat sakit anak dan intervensi di
PICU.
45
Penelitian oleh Arikan dan kawan-kawan pada tahun 2012 melaporkan angka
mortalitas yang terjadi sebesar 17,5% dari 80 pasien. Dari hasil penelitian tersebut
didapatkan pasien dengan puncak persentase balans cairan positif melebihi 15%,
berhubungan dengan masa rawat PICU yang panjang [HR 0,95 (95% CI 0,920,98), p = 0,004), masa rawat di rumah sakit yang panjang [HR 0,55 (95% CI
0,30-0,98), p = 0,04] dan juga masa pemakaian ventilator yang panjang [HR 0,35
(95% CI 0,019-0,66), p = 0,001). Menurut penelitian Arikan tersebut, salah satu
penyebab mortalitas adalah akibat efek negatif dari balans cairan positif terhadap
oksigenasi jaringan yang ditandai dengan hipoksemia. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Flori, Church, Liu dan Gildengorin (2010), Valentine dan kawan-kawan
(2012), serta penelitian Wilson dan kawan-kawan (2013).
Pasien anak yang mengalami balans cairan positif dilaporkan mengalami
perawatan di PICU lebih lama. Lama rawat pada anak yang mengalami balans
cairan positif pada penelitian ini 6,08 hari ± 3,99, lebih lama dari anak yang tidak
mengalami balans cairan positif yaitu 5,92 hari ± 5,48 namun secara statistik tidak
didapatkan hubungan bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Hassinger
dan kawan-kawan (2014) juga menyimpulkan bahwa pasien anak yang
menjalankan prosedur bedah jantung dan mengalami balans cairan positif
mempunyai lama rawat lebih lama 3,5 hari.
Penelitian Seguin dan kawan-kawan (2014), pada pasien anak dengan balans
cairan positif setelah operasi jantung, melaporkan pada perawatan hari kedua
setelah operasi jantung kumulatif persentase balans positif mempunyai hubungan
bermakna dengan lama rawat di PICU. Pada penelitian tersebut dikatakan
46
penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti diduga balans cairan positif
berhubungan dengan AKI, gangguan perfusi kapiler dan disfungsi otot jantung.
Lama perawatan ICU menurut Gruenberg dan kawan-kawan (2006)
dipengaruhi oleh faktor institusional, faktor medikal, faktor sosial dan faktor
psikologikal. Pada faktor institusional, pasien pada rumah sakit pendidikan
mempunyai lama perawatan ICU 9% lebih rendah, demikian pula ICU dengan
dokter yang hadir penuh waktu mempunyai lama perawatan yang lebih rendah.
Hal ini disebabkan karena terdapat konsistensi perawatan dan penanganan segera,
baik dalam menangani masalah pasien atau komunikasi dengan keluarga pasien.
Menurut Goldhill dan kawan-kawan (2004), derajat berat sakit dan keadaan
pasien sebelum masuk ICU juga berpengaruh terhadap lama rawat ICU, pasien
yang sebelum masuk ICU sudah dirawat 15 hari perawatan bangsal, mempunyai
angka mortalitas yang lebih tinggi. Selain itu, komunikasi efektif juga berperan
penting dalam mengurangi lama perawatan ICU. Konflik karena tidak efektifnya
komunikasi antar petugas kesehatan atau petugas kesehatan dengan keluarga
pasien, termasuk kurang penjelasan terhadap pasien terkait diagnosa, prognosis
dan pengobatan yang dilakukan, akan menghambat pengambilan keputusan yang
mengakibatkan perpanjangan masa rawat pasien.
47
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Prevalensi pasien anak dengan balans cairan positif yang dirawat di PICU
RSUD DR Moewardi adalah 80,15% dengan rerata persentase balans
cairan positif selama tiga hari pada penelitian ini adalah 1,49%.
2. Angka mortalitas anak yang mengalami balans cairan positif kurang dari
tiga hari adalah 27,7% dan anak dengan balans cairan positif terus
menerus selama tiga hari (balans cairan positif persisten) adalah 18,8%.
3. Lama rawat pada anak yang mengalami balans cairan positif pada
penelitian ini 6,08 hari ± 3,99
4. Didapatkan hubungan bermakna balans cairan positif terus-menerus
selama tiga hari dengan mortalitas dan terdapat perbedaan rerata
persentase balans cairan positif yang bermakna secara statistik pada
perawatan hari kedua dan ketiga antara pasien hidup dan yang meninggal.
5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara balans cairan positif
dengan lama rawat PICU.
B. Saran
1. Petugas dan instansi kesehatan disarankan untuk lebih teliti dalam
mengobservasi pasien yang mengalami balans cairan positif agar dapat
dilakukan penanganan segera.
48
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai balans cairan dengan
sampel yang lebih besar, diagnosis pasien lebih spesifik dan dengan
mencantumkan
faktor-faktor
lain
yang
belum
diteliti
terutama
menggunakan skoring derajat kesakitan dan prediktor mortalitas seperti
skor PELOD (Pediatric Logistic Organ Dysfunction), PRISM (Pediatric
Risk of Mortality) atau PIM (Pediatric Index of Mortality).
49
DAFTAR PUSTAKA
Abulebda K, Cvijanovich NZ, Thomas NJ, Allen GL, Anas N, Bigman MT, Hall
M et al. (2013). Post-ICU admission fluid balance and pediatric sepstic
shock outcomes: A risk-stratified analysis. Crit Care Med., 42: 397-404.
Arikan AA, Zappitelli M, Goldstein SL, Naipaul A, Jefferson LS, Loftis LL
(2012). Fluid Overload is associated with impaired oxygenation and
morbidity in critically ill children. Pediatr Crit Med., 13 (3): 253-258.
Bagshaw SM, Brophy PD, Cruz D, Ronco C (2008). Fluid balance as a biomarker:
impact of fluid overload on outcome in critically ill patient with acute kidney
injury. http://ccforum.com/content/12/4/169 – Diakses Januari 2015.
Bouchard J, Mehta RL (2010). Fluid balance issues in the critically ill patient. Dalam
:Ronco C, Costanzo MR, Bellomo R, Maisel AS (eds). Fluid overload: Diagnosis
and management.ContribNephrol. Basel, Karger, 164, pp 69-78.
Bauchard J, Soroko SB, Chertow GM, Himmelfarb J, Ikizler TA, Paganini AP,
Mehta RL (2009). Fluid accumulation, survival and recovery of kidney
function in critically ill patient with acute kidney injury. Kidney
International, 76: 422-427.
Boyd JH, Forbes J, Nakada T, Walley KR, Russel JA (2011). Fluid resuscitation in septic
shock: A positive fluid balance and elevated central venous pressure are
associated with increased mortality. Crit Care Med.,39(2): 1-7.
Cordemans C, Laet ID, Regenmortel VN, Schoonheydt K, Dits H, Huber W, Malbrain
ML (2012). Fluid management in critically ill patient: the role of extravascula
lung water, abdominal hypertension, capillary leak, and fluid balance.
http://www.annalsofintensivecare.com/content/2/s1/s1 - Diakses Januari 2015.
Cotton BA, Guy JS, Morris JA, Abumrad NN (2006). The cellular, metabolic and
systemic consequences of aggresive fluid resuscitation strategies. Shock, 26 (2):
115-121.
Dahlan S (2010). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan
kesehatan. Jakarta: SagungSeto.
Edwards M, Mythen MG (2014). Fluid therapy in critical illness.
http://www.extremephysiolmed.com/content/3/1/16- Diakes Januari 2015.
Foland JA, Fortenberry JD, Warshaw BL, Pettignano R, Merritt RK, Heard ML, Rogres
K et al. (2004). Fluid overload before continuous hemofiltration and survival in
critically ill children: A retrospective analysis. Crit Care Med., 32 (8): 1771-1776.
50
Flori H, Church G, Liu KD, Gildengorin G, Matthay M (2011). Positive Fluid
Balance Is Associated with Higher Mortality and Prolonged Mechanical
Ventilation in Pediatric Patient with Acute Lung Injury.
http://dx.doi.org/10.1155/2011/854142 - Diakes Januari 2015
Goldhill DR, McNarry AF, Hadjianastassiou VG, Tekkis PP (2004). The longer
patients are in hospital before intensive care admission the higher their
mortality. Intensive Care Med. 30:1908–1913
Goldstein B, Giroir B, Randolph A (2005). International pediatric sepsis
consensus conference: definitions for sepsis and organ dysfunction in
pediatrics. Pediatr Crit Care Med., 6 (1): 2-8
Goldstein SL, Currier H, Graf JM, Cosio CC, Brewer ED, Sachdeva R (2001).
Outcome in children receiving continuous venovenous hemofiltration.
Pediatrics, 107 (6): 1309-1312.
Goldstein SL, Somers MJG, Baum MA, Symons JM, Brophy PD, Blowey D,
Bunchman TE, Baker C et al. (2005). Pediatric patient with multi-organ
dysfunction syndrome receiving continuous renal replacement therapy.
Kidney International, 67: 653-658.
Gondodiputro, Sharon (2007). Rekam medis dan sistem informasi kesehatan di
pelayanan kesehatan primer (puskesmas). Bandung: Bagian IKM FK
Universitas Padjajaran.
Gruenberg DA, Shelton W, Rose SL, Rutter AE, Socaris S, McGee G (2006).
Factors influencing length of stay in the intensive care unit. Am J Crit
Care.,15 (5): 502-9.
Guo Q, Yi C, Li J, Wu X, Yang X, Yu X (2013). Prevalence and risk factors of
fluid overload in Southern Chinese continuous ambulatory peritoneal
dialysis
patients.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3544813/pdf/pone.0053294.
pdf - Diakses Januari 2015.
Guyton AC, Hall JE (2011). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Hassinger A, Wald E, Goodman D (2014). Early postoperative fluid overload precedes
acute kidney injury and is associated with higher morbidity in pediatric cardiac
surgery patients.PediatrCrit Care, 15: 131-138
Herwanto V, Amin Z (2009). Sindromdisfungsi organ multipel: Patofisiologidan
diagnosis. Maj KedoktIndon., 59 (11): 547-554.
Jacob M, Chappell D, Rehm M (2009). The ‘third space’ – fact or fiction. Best Practice
&Reasearch Clinical Anaesthesiology, 23: 145-157.
51
Kelm DJ, Perrin JT, Ceba RC, Gajic O, Schenck L, Kennedy CC (2015). Fluid overload
in patient with severe sepsis and septic shock treated with early goal-directed
therapy is associated with increase acute need for fluid-related medical
interventions and hospital death. Shock, 43 (1): 68-73.
Kushartono
H
(2006).
Terapicairan
dan
elektrolit
pada
anak
.old.pediatrik.com/pkb/061022023336-xvm7143.pdf – DiaksesDesember 2014.
Lee JW (2010). Fluid and electrolyte disturbances in critically ill patient. Electrolyte
Blood Press, 8: 72-81.
Lee SJ, Ramar K, Park JG, Gajic O, Li G, Kashyap (2013). Increased fluid
administration in the first three hours of sepsis resuscitation is assosiated with
reduced
mortality:
A
retrospective
cohort
study.
http://journal.publications.chestnet.org/ - Diakses Januari 2015.
Maitland K, Kiguli S, Opoka RO, Engoru C, Olupot-Olupot P, Akech S, Nyeko R et al
(2011). Mortality after fluid bolus in african children with severe infection. N Engl
J Med, 364 (26): 2483-2495.
Malbrain ML, Marik PE, Witters I, Cordemans C, Kirkpatrick AW, Roberts DJ,
Regenmortel NV (2014). Fluid overload, de-resuscitation, and outcomes in
critically ill or injured patients: A systematic review with suggestion for clinical
practice. Anaesthesiology Intensive Theraphy, 46 (5): 361-380.
Martini FH, Ober WC, Nath JL (2011). Visual anatomy & physiology. New Jersey:
Pearson.
Murphy CV, Schramm GE, Doherty JA, Reichley RM, Gajic O, Afesa B, Micek ST et al.
(2009). The importance of fluid management in acute lung incury secondary to
septic shock. Chest, 136: 102-109.
Prowle JR, Echeverri EE, Ligabo V, Ronco C, Bellomo R (2010). Fluid balance and
acute kidney injury.Nrneph., 6: 107-114.
Rivers E, Nguyen B, Havstad S, Ressler J, Muzzin A, Knoblich B, Peterson E et
al. (2001). Early goal-directed therapy in the treatment of severe sepsis and
septic shock. N Engl J Med, 345 (19): 1368-1377.
Saguil A, Fargo M (2012). Acute respiratory distress syndrome: Diagnosis and
management. Am Fam Physician, 85 (4): 352-358
Sastroamoro S (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung
Seto.
52
Schrier R (2010). Fluid administration in critically ill patients with acute kidney
injury. Clin J Am Soc Nephrol, 5: 733-739.
Seguin J, Albright B, Vertullo L, Lai P, Dancea A, Bernier P, Tchervenkov CI et al.
(2014).Extent, risk factors, and outcome of fluid overload after pediatric heart
surgery. Crit Care Med., 42: 2591-1599.
Selewski DT, Cornell TT, Lombel RM, Blatt NB, Han YY, Mottes T,
Kommareddi M et al. (2011). Weight-based determination of fluid overload
status and mortality in pediatric intensive care unit patients requiring
continuous renal replacement therapy. Intensive Care Med., 37 (7): 11661173.
Silva JM, Oliveira AM, Nogueira FA, Vianna PM, Filho MC, Dias LF, Maia VP et
al.(2013). The effect of excess fluid balance on the mortality rate of surgical
patient: A multicenter prospective study. http://ccforum.com/content/17/6/R288 Diakses Januari 2015.
Sinitsky L, Walls D, Nadel S, dan Inwald D (2015). Fluid overload at 48 hours is
associated with respiratory morbidity but not mortality in a general PICU:
retrospective cohort study. Pediatr Crit Care Med., 16: 205-209.
Sirvent JM, Ferri C, Baro A, Murcia C, Lorencio C (2015). Fluid balance in sepsis and
septic shock as a determining factor of mortality. Am J Emerg Med., 33(2):186189.
Sutherland SM, Zappitelli M, Alexander SR, Chua AN, Brophy PD, Bunchman TE,
Hackbarth R et al. (2010). Fluid overload and mortality in children receiving
continuous renal replacement therapy: The prospective pediatric continuous renal
replacement therapy registry. Am J Kidney Dis., 55(2): 316-325.
Valentine S, Sapru L, Higgerson R, Spinella P, Flori H, Graham D, Brett M et al. (2012).
Fluid balance in critically ill children with acute lung injury. Crit Care med., 40
(10): 2883-2889.
Wilson DF, Thomas NJ, Tamburro R, Truemper E, Truwit J, Conaway M, Traul C et al.
(2013). The relationship of fluid administration to outcome in the pediatric
calfactant in acute respiratory distress sydrome trial. PediatrCrit Care., 14 (7):
666-672.
Download