BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia sektor properti menjadi salah satu sektor yang paling parah menderita kerugian karena peristiwa tersebut. Darma (2001) pernah melakukan penelitian tentang kinerja perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu sebelum krisis moneter dan selama krisis moneter berlangsung. Metoda analisis yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, adalah dengan pembobotan kinerja perusahaan yang mengacu pada SK. Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 740/KMK/1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam periode penelitian sebelum krisis, dari 20 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 16 perusahaan dalam kategori sehat sekali, 2 perusahaan dikategorikan sehat, 1 perusahaan dikategorikan tidak sehat dan 1 perusahaan dikategorikan kurang sehat. Dalam periode selama krisis berlangsung, dari 20 perusahaan yang dijadikan sebagai sampel terjadi penurunan yaitu terdapat 19 perusahaan dalam kategori sehat dan 1 perusahaan masuk dalam kategori kurang sehat (Darma, 2001). Perkembangan yang justru berbeda terjadi pada tahun 2011 lalu, yaitu industri properti di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, dengan transaksi yang mencapai Rp301,27 triliun atau naik 24,6 persen dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar Rp249,7 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh 1 meningkatnya kredit konstruksi dan kredit real estate, seperti kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kepemilikan apartemen (KPA). Menurut data yang diperoleh dan Bank Indonesia, pangsa pasar untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) adalah penyumbang terbesar yaitu sebesar 60,62 persen, disusul kredit konstruksi sebesar 24,86 persen dan kredit real estate sebesar 14,52 persen(CDMI, 2012: 2). Meningkatnya transaksi industri properti tidak lepas dari meningkatnya kinerja perusahaan properti dalam negeri yang melakukan ekspansi secara besarbesaran di tahun 2011 lalu. Menurut catatan CDMI sepuluh emiten properti dengan nilai aset di atas Rp4 triliun membukukan kenaikan penjualan di atas ratarata 60 persen dan tiga emiten properti pengelola kawasan industri membukukan kenaikan pendapatan rata-rata di atas 85 persen. Menurut hasil penelitian yang dilakukan CDMI, dalam lima tahun terakhir, kinerja group perusahaan properti di Indonesia tumbuh pesat, banyak mega proyek yang dikerjakan mendapat respons positif dan pasar, sehingga proyek yang masih dalam tahap perencanaan sudah laku dijual karena lokasi yang ditawarkan sangat strategis dengan jaminan nilai investasi yang tinggi. Di samping itu hampir semua perbankan dalam negeri sangat mendukung industri ini. Dari perusahaan properti yang diteliti, hampir semuanya mengalami pertumbuhan yang pesat, baik dari segi total aset, penjualan dan laba bersih. Lippo Karawaci memimpin dengan pendapatan sebesar Rp4,1 triliun, disusul Bumi Serpong Damai dan Surya Semesta Internusa dengan pendapatan sebesar Rp2,5 2 triliun, Summarecon Agung Rp2,3 triliun, Ciputra Development Rp2,1 triliun dan Bakrie Development Rp2,0 triliun. Kinerja yang positif juga ditunjukkan oleh group perusahaan lainnya dengan perolehan laba yang naik tajam, seperti Alam Sutera yang sukses memperoleh laba sebesar Rp601,6 miliar menyusul Pakuwon Jati Rp346,5 miliar, Kawasan Industri JABABEKA Rp326,1 miliar dan Metropolitan Kentjana Rp323,0 miliar. Semua perusahaan tersebut berlomba menampilkan produk properti andalannya di lokasi yang prestisius. Sementara itu perusahaan konstruksi dan properti yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah juga mengalami peningkatan yang spektakuler, seperti Wijaya Karya yang berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp7,7 triliun, kemudian PT. Adhi Karya sebesar Rp6,6 triliun dan PT. Pembangunan Perumahan sebesar Rp6,2 triliun (CDMI, 2012). Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi calon investor karena dari laporan keuangan inilah dapat diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja adalah ukuran keberhasilan dari setiap bisnis. Berbagai teknik pengukuran kinerja telah dikembangkan untuk memberikan gambaran yang tepat dari setiap bisnis. Kinerja manajemen dan kegiatan operasional yang baik dapat meningkatkan laba bersih sehingga membuat harga per saham menjadi tinggi. Dalam menanamkan modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaikbaiknya ke perusahaan mana modal akan ditanamkan. Penilaian terhadap kinerja perusahaan dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perusahaan sebagai sebuah badan usaha dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan. Kinerja merupakan hasil nyata yang dapat dicapai 3 oleh perusahaan yang digunakan untuk menunjang tercapainya hasil yang positif. Proksi yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan antara lain adalah dengan menggunakan metoda perbandingan kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari Asset quality, Management quality, Earnings ability dan Liquidity). Rasio keuangan khususnya dengan pendekatan kinerja keuangan ( Asset quality, Management quality, Earnings ability, Liquidity) sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan, atau prestasi operasi di masa lalu, dan membantu menggambarkan kecenderungan pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis pengaruh faktor kinerja keuangan perusahaan dan ekonomi makro terhadap harga saham yang merupakan studi pada perusahaan-perusahaan sektor properti pada tahun 2010-2013. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis faktor kinerja keuangan perusahaan dan ekonomi makro terhadap harga saham telah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut dilakukan pada objek penelitian yang berbeda-beda dan dengan menggunakan metoda penilaian yang berbeda pula. Adapun beberapa penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut. 4 Bhalla et. al. (2008) melakukan penelitian tentang analisis keuangan sektor perumahan di India: pertumbuhan dan implikasi kebijakan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kinerja keuangan dan efisiensi sistem keuangan perusahaan sektor properti merupakan salah satu indikator utama dari pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, memahami efisiensi dan efektivitas sistem keuangan perusahaan sektor properti adalah sangat penting dan relevan. India, yang masih pada tahap pengembangan bahkan setelah 57 tahun merdeka, hanya beberapa perusahaan properti saja yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang miskin dan kelas menengah mengenai masalah perumahan. Terdapat kebutuhan dari suatu upaya bersama dari perusahaan pembiayaan perumahan baik pemerintah dan swasta untuk merumuskan rencana aksi yang komprehensif untuk memenuhi tantangan pembiayaan perumahan sehingga kebutuhan perumahan setiap orang biasa dapat terpenuhi. Atmaji (2010) melakukan analisis pengaruh faktor kinerja keuangan (Rasio CAMEL) perusahaan dan ekonomi makro terhadap harga saham: Studi pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia, 2004-2009. Penelitian tersebut disimpulkan bahwa secara bersama-sama kedelapan variabel tersebut berpengaruh terhadap harga saham, tetapi secara individual variabel capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, earning per share, tingkat inflasi, suku bunga bank Indonesia dan kurs yang berpengaruh terhadap harga saham. Semua variabel independen dapat menjelaskan harga saham sebesar 93 persen dan sisanya sebesar 7 persen dijelaskan oleh variabel lain. Hal ini berarti bahwa tidak hanya faktor kinerja 5 keuangan perusahaan (rasio CAMEL) dan ekonomi makro yang mempengaruhi harga saham di Bursa Efek Indonesia. Amiputra (2010), juga melakukan penelitian terkait topik pengaruh kinerja keuangan dan manajemen perbankan terhadap perubahan harga saham bank konvensional yang sudah go public: pendekatan CAMEL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Secara simultan variabel bebas yang terdiri dari CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return on Assets), Manajemen, NPM (Net Profit Margin), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) secara bersama-sama berpengaruh kuat terhadap variabel terikat, perubahan harga saham. (2) CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return on Assets), Manajemen, NPM (Net Profit Margin), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) secara parsial berpengaruh kuat terhadap perubahan harga saham. Pada prinsipnya ada beberapa kesamaan penelitian ini sebelumnya dengan penelitian ini, terutama ditinjau dari pendekatan yang digunakan yaitu menggunakan rasio kinerja keuangan perusahaan dan pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan properti, seperti yang dilakukan oleh Chadha dan Chawla (2013), Bhalla et. al. (2008), Atmaji (2010) dan Amiputra (2010), yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain dari aspek lokasi, objek, waktu, variabel yang diteliti dan alat analisis yang digunakan. Penelitian Chadha dan Chawla (2013), Bhalla et. al. (2008) dilakukan pada perusahaan-perusahaan properti di India dengan hanya menggunakan variabel kinerja keuangan (financial performance) sedangkan dalam penelitian ini diteliti juga pengaruh variabel ekonomi makro. 6 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian penelitian-penelitian dalam keaslian penelitian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini. Rumusan tersebut yaitu terjadinya fluktuasi harga saham perusahaan-perusahaan properti yang disebabkan oleh pengaruh perubahan-perubahan kinerja keuangan perusahaanperusahaan properti dan variabel ekonomi makro. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor kinerja keuangan perusahaan dan variabel ekonomi makro pada harga saham perusahaanperusahaan di sektor properti periode tahun 2010-2013.. Variabel ekonomi makro dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi, suku bunga bank Indonesia serta kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. 1.4.2 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian seperti yang telah disebutkan di atas, maka diharapkan penelitian ini akan memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan informasi yang penting bagi investor atau calon investor sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Selain itu, juga diharapkan dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan investasi pada sektor properti. 7 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi literatur dalam bidang analisis keuangan khususnya pada perusahaan-perusahaan sektor properti di Indonesia. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam empat bab. Bab I merupakan Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan dari laporan penelitian ini. Bab II adalah Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis. Pada bab ini diuraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori, rancangan penelitian dan penyusunan hipotesis, serta alat analisis dari penelitian tentang pengaruh kinerja keuangan perusahaan dan ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaanperusahaan sektor properti periode tahun 2010-2013. Bab III menjelaskan Analisis Data dan pembahasan uraian tentang bagaimana proses penelitian dilakukan dan mengaitkannya dengan permasalahan yang sedang diteliti yaitu pengaruh kinerja keuangan perusahaan dan ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaanperusahaan sektor properti periode tahun 2010-2013. Bab IV Kesimpulan dan Saran, bagian ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang uraian singkat mengenai kesimpulan hasil penelitian serta penyampaian saran-saran yang diharapkan berguna untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. 8