Teknologi Social Network dalam Investasi Pasar Modal

advertisement
“Teknologi Social Network dalam Investasi Pasar Modal”
oleh Wellson Lo
Anggota Asosiasi FinTech Indonesia, CEO & Co-Founder of Stockbit
Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, namun memiliki tingkat literasi
keuangan yang masih rendah. Hanya 32% dari jumlah penduduk dewasa di Indonesia yang melek
finansial (financially literate). Angka ini jauh di bawah capaian negara tetangga kita, seperti Myanmar,
dimana 52% dari penduduknya sudah melek finansial, bahkan dari negara-negara di Afrika, seperti
Zimbabwe atau Uganda1.
Tingkat literasi keuangan yang rendah ini juga tercermin dari rendahnya partisipasi penduduk Indonesia
dalam berinvestasi di pasar modal. Saat ini, jumlah investor di pasar modal Indonesia hanya sekitar 500
ribu orang, atau kurang dari 0,3% dari penduduk dewasa. Sementara di satu sisi, investasi merupakan
salah satu faktor utama yang dapat menunjang masyarakat untuk mencapai tujuan keuangan, khususnya
dalam milestones penting kehidupan mereka. Misalnya mempersiapkan pernikahan, membeli rumah
pertama, mencadangkan dana untuk hal-hal yang tak terduga seperti sakit atau perawatan, pensiun,
hingga berinvestasi untuk mencukupi kebutuhan anak di masa depan – baik untuk pendidikan maupun
untuk kesehatan mereka. Perencanaan keuangan yang bijak, didukung informasi yang memadai untuk
membuat keputusan keuangan, sangat esensial demi pencapaian tujuan keuangan keluarga dan
masyarakat secara lebih luas.
Pemerintah, melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia dan Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), telah mencanangkan dan memulai program edukasi dan sosialisasi “Yuk Nabung
Saham”, yang bertujuan untuk menggalakkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
berinvestasi di pasar modal.
Sumber: IDX Website - http://yuknabungsaham.idx.co.id
Berinvestasi di pasar modal merupakan pilihan terbaik jika dibandingkan dengan produk investasi
lainnya, jika dilihat dari sisi resiko, potensi keuntungan dan likuiditas. Sebagai contoh, ketika berinvestasi
di bidang properti, dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menjual properti senilai Rp. 800 juta,
1
World Bank Research Group: Financial Literacy Around the World: Insights from the Standard & Poor’s Ratings Services Global
Financial Literacy Survey (http://gflec.org/wp-content/uploads/2015/11/Finlit_paper_16_F2_singles.pdf)
Disiapkan oleh
sedangkan menjual saham blue chip dengan nilai yang sama di pasar modal dapat dilakukan dalam
hitungan menit.
Sumber: Divisi Riset BEI (30 Desember 2016)
Dengan potensi pertumbuhan investasi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan deposito atau pun
emas (lihat grafik), dan ketersediaan likuiditas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan investasi
properti, maka seharusnya berinvestasi di pasar modal menjadi pilihan utama bagi semua orang. Namun
mengapa kita tidak melihat pertumbuhan jumlah investor di pasar modal secara signifikan?
Ketersediaan Informasi dan Analisa
Pertanyaan yang selalu timbul setelah mendengar ajakan berinvestasi di pasar saham adalah ‘saham yang
mana?’ Sebelum memilih saham suatu perusahaan untuk dibeli, seseorang akan mengumpulkan informasi
yang terkait dengan saham tersebut, dan informasi mengenai keadaan ekonomi negara pada umumnya.
Sayangnya, akses untuk mendapatkan informasi tersebut tidak tersedia secara merata bagi semua orang.
Kondisi ini membuat masyarakat menjadi ragu untuk berinvestasi di pasar saham, dengan persepsi
bahwa berinvestasi saham di pasar modal hanya sesuai untuk sekelompok orang dengan pengetahuan
dan akses memadai terhadap informasi tersebut, yang umumnya disediakan oleh pialang saham.
Layanan teknologi di industri keuangan (tekfin) hadir untuk memberikan kemudahan bagi konsumen
dalam melakukan transaksi keuangan, termasuk untuk membuka akses publik terhadap potensi pasar
modal. Melalui teknologi social network, seperti yang disediakan oleh Stockbit, akses terhadap informasi
pasar modal menjadi merata dan terbuka untuk siapa saja. Para pengguna memiliki kesempatan untuk
memperoleh informasi lengkap seperti berita, data finansial dan laporan keterbukaan informasi oleh
perusahaan ke bursa efek. Semua ini dapat diakses langsung melalui aplikasi smartphone dengan
perangkat Android maupun iOS.
Selain itu, investor dapat saling terhubung dan berinteraksi satu sama lain dengan mudah dan gratis,
layaknya media sosial pada umumnya. Para investor pun dapat berbagi informasi, pengalaman dan tipstips berinvestasi melalui platform social network semacam ini. Investor pun dapat berkomunikasi dengan
Investor Relations dari perusahaan terbuka yang telah bergabung dalam platform social network tersebut
untuk mendapatkan informasi langsung terkait saham dari perusahaan terkait.
Disiapkan oleh
Lebih jauh, investor dapat melakukan analisa fundamental dan teknikal dengan menggunakan peralatan
yang tersedia. Pada Stockbit, terdapat pula screener saham dimana investor dapat melalukan penyaringan
(filtering) sesuai dengan kriteria masing-masing, atau mengikuti cara investor ternama di dunia seperti
Warren Buffett, Peter Lynch, Greenblatt Magic Formula, dan lainnya, di samping mengambil manfaat dari
berbagai hasil analisa broker dari seluruh dunia yang turut bergabung dalam platform ini.
Tersedianya teknologi social network dapat membantu calon investor dalam perjalanan berinvestasi
mereka, dari awal hingga seterusnya. Inovasi ini juga diharapkan dapat mendukung program pemerintah
untuk meningkatkan jumlah investor pasar modal, sehingga pada akhirnya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara berkelanjutan.
*****
Disiapkan oleh
Download