NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh PUTRA ARIEF PERDANA NIM 111 11 183 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 i ii NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh PUTRA ARIEF PERDANA NIM 111 11 183 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 iii iv v MOTTO “Yakinlah terhadap doamu, Allah akan mengabulkan doa yang dilandasi keyakinan” “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”(Q.S. Al-Baqarah 286) vi PERSEMBAHAN Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-NYA saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan karya ini saya persembahkan kepada: Ayahanda Khozin dan ibunda Siti Zakat Rodiah tercinta yang penuh kasih sayang dan tetesan air mata serta doa yang tulus nan suci dalam mendidik putranya ini. Ananda harapkan dapat terus menyongsong masa depan untuk menghadapi tantangan hidup, rasa terima kasih tidak dapat ananda ucapkan walaupun dengan kata-kata yang paling manis sekalipun. Kepada orangtua saya yang kedua, kakak-kakakku. Terima kasih banyak selama ini telah setia menemaniku dengan iringan doa yang tulus nan suci, memberikan semangat kepadaku dalam menyelesaikan skripsi dari awal sampai akhir. Adik-adikku Ananda Putri Sabilla dan Putri Ayu Firnanda, terima kasih atas motivasinya selama ini. Teruntuk teman-teman PAI E Exclusive angakatan 2011 khususnya sahabat-sahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak atas dukungan dan kebersamaannya. vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai-nilai Pendidikan karakter yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan PAI. 4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing akademik yang membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga. 6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. viii ix ABSTRAK Perdana, Putra Arief. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag. Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Buku Muhammad Al-Fatih 1453. Dengan modal keadaan sosial budaya dan kekayaan yang dimiliki Indonesia dapat hidup dengan makmur tanpa harus ada kejahatan, korupsi hingga tawuran antar pelajar, sikap anak yang kurang menghormati orang tua dan kasuskasus lainnya. Berangkat dari berbagai persoalan di atas, sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan pendidikan karakter Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung pada buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung pada buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik pendidikan karakter masa kini. Kajian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif, analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw diantaranya: nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (religius), nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca), nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama (menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat), nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (peduli lingkungan dan toleransi), nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan (semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai). (2) Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dengan praktik pendidikan karakter masa kini adalah mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan, saat ini kita dihadapkan dengan kehidupan yang terus menerus berkembang sesuai perkembangan zaman. Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap terbentuknya karakter seseorang. x DAFTAR ISI SAMPUL .............................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii JUDUL ................................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... vi MOTTO ........................................ ..................................................................... vii PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix ABSTRAK ........................................................................................................... xi DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4 E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 5 F. Metode Penelitian ................................................................................. 7 1. Jenis dan pendekatan penelitian ....................................................... 9 2. Metode pengumpulan Data .............................................................. 8 xi 3. Sumber Data ................................................................................... 10 4. Metode Analisis Data ..................................................................... 10 G. Penegasan Istilah ................................................................................ 11 H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 13 BAB II BIOGRAFI PENULIS DAN ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 A. Biografi penulis ................................................................................. 16 1. Latar belakang penulis .................................................................. 16 2. Karya-karya penulis ...................................................................... 21 3. Tujuan penulisan buku .................................................................. 23 B. Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453 ......................................... 24 C. Sinopsis Buku Muhammad Al-Fatih 1453 .......................................... 26 BAB III PENDIDIKAN KARAKTER A. Deskripsi Pendidikan Karakter............................................................. 35 B. Tujuan Pendidikan Karakter................................................................. 37 C. Fungsi Pendidikan Karakter................................................................. 38 D. Media Pendidikan Karakter.................................................................. 38 E. Macam-macam Pendidikan Karakter................................................... 39 1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa ............................................................................... 40 2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri .............................................................................................. 41 xii 3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan sesama.46 4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Hubunganya dengan lingkungan ....................................................................................... 48 5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan kebangsaan ...................................................................................... 49 BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 A. pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 .............. 51 B. relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad AlFatih 1453 dengan praktek pendidikan karakter masa kini ................ 76 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 81 B. Saran .................................................................................................. 83 C. Kritik .................................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis Lampiran 5 Cover Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah komponen penting yang erat dan tidak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Kualitas sebuah bangsa dan peradaban ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Ia menjadi bagian penting sebab dengan pendidikan, manusia mampu mengembangkan nalar berfikirnya sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis lainnya. Melihat kenyataan yang ada dalam kehidupan sekarang, banyak kasuskasus yang menunjukkan menurunnya moral bangsa. Dengan modal keadaan sosial budaya dan kekayaan yang dimiliki Indonesia dapat hidup dengan makmur tanpa harus ada kejahatan, korupsi hingga tawuran antar pelajar, sikap anak yang kurang menghormati orang tua dan kasus-kasus lainnya. Berangkat dari berbagai persoalan di atas, sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan pendidikan karakter, diharapkan pendidikan karakter tersebut mampu mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlakul karimah dengan cara menyelipkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh produk budaya yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai pendidikan karakter adalah karya sastra. Karya sastra 1 merupakan karya seni yang dituntut mampu menciptakan hiburan dan pelajaran. Seperti halnya dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 di dalamnya berisi tentang sejarah salah seorang pahlawan Islam yang bernama Muhammad Al-Fatih ketika menaklukkan kota Konstantinopel dengan latar kejadian pada tahun 1453 M. Buku ini menyuguhkan kata-kata yang inspiratif dengan banyak hikmah dan pelajaran. Buku ini ditulis karena kesedihan penulis melihat buku-buku sejarah atau biografi kaum Muslim sangat minim. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat mengkombinasikan sisi pendidikan atau pengajaran dengan hiburan. Untuk mengoptimalkan penanaman nilai-nilai pendidikan, khususnya nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah buku, di sini penulis mendiskripsikan teks-teks dari buku Muhammad Al-Fatih 1453. Buku ini termasuk buku sejarah yang ditulis secara sistematis, mengalir, mudah dan enak dibaca dengan isi dan argumen yang sangat inspiratif dan penuh dengan nilai-nilai pendidikan dan moral. Salah satu contohnya yaitu pada bagian cerita “The Secret of Victory” Menceritakan kisah yang mengandung nilai religius, toleransi, dan tanggung jawab dalam menghadapi kesulitan dan kesempitan. Seperti terdapat dalam penggalan berikut: “Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu mukjizatnya telah terbukti. Kita akan mendapatkan bagian apa yang telah menjadi janji hadist ini, berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada para pasukan satu persatu bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. 2 Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orangorang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.” (Siauw, 2013:239) Pada penggalan cerita di atas, pembaca diajak untuk meneladani sikap selalu ingat Allah dalam situasi apapun, mendidik diri untuk bersikap disiplin dan tanggung jawab serta mencoba memahami bahwa semua yang terjadi atas kehendak Allah. Bahwasannya kemenangan bukan terletak pada kekuatan fisik, apalagi karena strategi perang, tetapi satu-satunya kunci kemenangan yaitu sikap religius dengan melakukan ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat. Dengan melihat isi dari buku Muhammmad Al-Fatih 1453 yang mengandung banyak pelajaran di samping kelebihan dan kekurangannya, maka penulis mencoba mengangkatnya sebagai objek penelitian dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013:302). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw? 3 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik pendidikan karakter masa kini? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. 2. Untuk menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik pendidikan karakter masa kini. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan karakter melalui pemanfaatan karya sastra serta menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat tentang pendidikan karakter. 4 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu yang berguna kepada masyarakat umum terutama para pendidik serta memberi masukan bagi masyarakat Muslim untuk lebih mengenal sejarah Islam, antara lain: a. Dapat menambah khazanah pengetahuan sejarah Islam. b. Dapat memotivasi umat Islam untuk meniru dan meneladani semangat perjuangan Muhammad Al-Fatih. c. Memberikan tauladan pendidikan karakter melalui buku sejarah. E. Kajian Pustaka Kajian pustaka sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini. Untuk mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap penelitianpenelitian sebelumnya. Diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Siswa Di Man Salatiga Tahun 2013 yang ditulis oleh Syarif Anam Muhammad, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 2013. Skripsi ini mengkaji tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam kegiatan ekstra kurikuler siswa di Man Salatiga. Skripsi ini menganalisis tentang ektra kurikuler siswa Man Salatiga yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Sedangkan berbedaanya terletak pada 5 subjek penelitian, penulis mengkaji buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Kedua, skripsi yang berjudul Penerapan Pendidikan Karakter Di SMPIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011/ 2012 yang ditulis oleh Wahid Tri Mustofa, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 2012. Skripsi ini meneliti tentang upaya untuk mengetahui sejauh mana aplikasi penerapan pendidikan karakter di salah satu sekolah menengah yaitu SMPIT Nurul Islam Tengaran kabupaten Semarang yang diterapkan melalui lingkungan sekolah dan ma’had, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan kegiatan ekstra kurikuler serta melalui program-program reguler ma’had dengan sebaran nilai karakter yang merata di keempat ruang lingkup pendidikan karakter yang meliputi olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Sedangkan perbedaanya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Ketiga, skripsi yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel chairul Tanjung Si Anak Singkong dan Relevansinya dengan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak pada Tingkat MI yang ditulis oleh Ning Kharah Nugrahani, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. Skripsi ini meneliti tentang pendidikan karakter apa saja yang ada dalam novel Chairul Tanjung dan 6 bagaimana relevansinya dengan mata pelajaran Aqidah Akhlak pada tingkat MI. Adapun persamaan dari skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam buku atau novel. Sementara perbedaanya terdapan dalam subjek penelitian, penulis menggunakan buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix y. Siauw. Keempat, skripsi yang berjudul Nilai-nilai pendidikan Karakter Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere- Liye dan Relevansinya dengan Pembelajaran Fiqih di MI yang ditulis oleh Siti Saadatul Mujahidah, program studi pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. Skripsi ini meneliti tentang pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam Novel Hafalan Shalat Delisa dan Relevansinya dengan Pembelajaran Fiqih di MI. Adapun persamaan dalam skripsi tersebut dengan skripsi penulis yaitu sama-sama meneliti tentang kandungan nilai karakter dalam sebuah buku atau novel. Sementara perbedaanya terletak pada subjek penelitian yang penulis gunakan yaitu buku Muhammad Al-Fatih karya Felix Y, Siauw. F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis penelitian dari skripsi ini adalah studi pustaka (library research), studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk memperoleh informasi dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan. Muh. Nazir (1998: 112) juga menyebutkan bahwa studi 7 kepustakaan merupakan langkah yang penting di mana setelah seorang peneliti menetapkan topik peneliti, sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainya yang sesuai (internet, koran dll). Bila telah diperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian (Syukur, 2014: 59-60). b. Jenis Pendekatan. Menurut Abram (2006:76) ada empat macam pendekatan terhadap karya sastra yaitu terdiri dari: Pertama, pendekatan mimetik yaitu pendekatan yang dalam mengkaji sastra berupaya memahami karya sastra dengan realitas dan kenyataan. Kedua, pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam memandang dan mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Ketiga, pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Keempat, pendekatan obyektif adalah pendekatan yang memfokuskan kepada karya sastra itu sendiri. Keempat pendekatan tersebut kemudian mengalami perkembangan hingga muncul berbagai pendekatan seperti pendekatan struktural, semiotik, sosiologi sastra, resepsi sastra, psikologi sastra, dan moral. Pendekatan yang akan digunakan penulis adalah pendekatan pragmatik. Karya sastra yang 8 berorientasi pragmatik banyak mengandung aspek guna (usefull) dan nilai karya bagi penikmatnya. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Metode deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan faktafakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang (Mahmud, 2011:100-101) Ada beberapa hal yang dipandang sebagai ciri pokok metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis. Pada metode deskriptif ini, proses deskripsi dan analisis mendapat tempat yang sangat penting. Sebuah deskripsi dipandang sebagai represenasi objektif dari permasalahan yang diselidiki, sedangkan analisis deskriptif dipandang sebagai penjelasan ilmiah yang menggunakan cara berpikir, cara pengupasan, dengan referensi, dan titik tolak teori tertentu. 9 3. Sumber Data Sumber data adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau orang. (Mahmud, 2011:151) Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu: a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu buku Muhammad Al-Fatih 1453karya Felix Y. Siauw b. Sumber Data Sekunder, buku Muhammad Al-Fatih sang penakluk karya Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, buku Muhammad Al-Fatih penakluk Konstantinopel karya Syaikh Ramzi Al-Munyami, buku Pendidikan Karakter karya Heri Gunawan, dan buku Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Budaya karya Dr. Haedar Nashir. 4. Metode Analisis Data Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis isi (content analysis). Ricard Budd (1967) mengemukakan bahwa analisis isi adalah teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan. Dengan menggunakan analisis isi, akan diperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan yang disampaikan oleh media massa, kitab suci, atau sumber informasi lain secara objektif, sistematis, dan relevan (Mahmud, 2011:104-105) 10 G. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, diantaranya sebagai berikut: 1. Nilai Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan pengertianpengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif di dalam masyarakat (Muhaimin, 1993:109-110). Nilai dapat dikatakan sebagai harga atau kualitas yang melekat pada jiwa dan tindakan manusia. Dalam kehidupan seseorang tidak akan pernah terlepas dari nilai, baik nilai yang tersurat maupun yang tersirat. 2. Karakter Karakter secara kebahasaan ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat atau watak (Departemen Pendidikan Nasional, 1997:444). Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat bangsa, dan negara. Individu yang berkaraker baik adalah individu yang bisa 11 membuat keputusan dan sikap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat (Darmayanti, 2014: 11). Karakter telah menjadi bahasa Indonesia, yang semula dari bahasa Inggris (character) dan lebih jauh lagi dari bahasa Yunani (charassein) yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Sehingga dalam makna terminologi, karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang satu dengan yang lain. 3. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, dan berbagai hal terkait lainya. (Gunawan, 2014:23-24) 4. Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Buku ini merupakan buku sejarah yang ditulis secara populer menceritakan tentang perjuangan 12 Muhammad Al-Fatih dalam menaklukkan benteng Konstantinopel. Jadi buku Muhammad Al-Ftih 1453 adalah salah satu karya Felix Y. Siauw di antara berbagai karya lainya yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa menjadi landasan dalam menginspirasi generasi selanjutnya. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan akan dibahas: A. Latar belakang masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Kajian Pustaka F. Penegasan Istilah G. Metode penelitian 1. Jenis dan pendekatan penelitian 13 2. Metode pengumpulan Data 3. Sumber Data 4. Metode Analisis Data H. Sistematika penulisan BAB II BIOGRAFI PENULIS DAN ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 Dalam bab ini akan dibahas: A. Biografi penulis 1. Latar belakang penulis 2. Karya-karya penulis 3. Tujuan penulisan buku B . Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453 C. Sinopsis buku Muhammad Al-Fatih 1453 BAB III PENDIDIKAN KARAKTER Dalam bab ini akan dibahas: F. Deskripsi Pendidikan Karakter G. Tujuan Pendidikan Karakter H. Fungsi Pendidikan Karakter I. Media Pendidikan Karakter J. Macam-macam Pendidikan Karakter 1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa 14 2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri 3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan sesama 4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Hubunganya dengan lingkungan 5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan kebangsaan BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 Dalam bab ini akan dibahas: C. Pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 D. relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 dengan praktek pendidikan karakter masa kini BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran C. Kritik 15 BAB II BIOGRAFI PENULIS ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 A. Biografi Penulis 1. Latar Belakang Penulis Biografi penulis dilihat dari dua sudut pandang, pertama konteks internal dan kedua konteks eksternal. Pertama konteks internal, nama Felix Yanwar Siauw adalah seorang etnis Tionghoa. Lahir di Palembang Sumatera Selatan pada tanggal 31 Januari 1984, seorang muallaf warga negara Indonesia yang beragama Islam. Jenjang pendidikan di SD Xaverius II Palembang 1989-1995, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Xaverius Maria Palembang 1995-1998, dan SMA Xaverius 1 Palembang, setelah menyelesaikan pendidikan tingkat atas SMA Xaverius 1 Palembang pada 2001, penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor IPB. Felix siauw mulai mengenal Islam pada tahun 2002, saat masih berkuliah semester 3 di IPB. Awal masuk Islam saya menemukan bahwa, teori saya semua agama itu sama hancur sama sekali dengan adanya realitas baru yang saya dapatkan. Lewat pertemuan saya dengan seorang ustadz muda aktivis gerakan da’wah Islam internasional, perkenalan saya dengan Al-Qur’an dimulai. Diskusi itu bermula dari perdebatan saya dengan seorang teman saya tentang kebenaran. Dia berpendapat bahwa kebenaran ada di dalam AlQur’an, sedangkan saya belum mendapatkan kebenaran. Sehingga 16 dipertemukanlah saya dengan ustadz muda ini untuk berdiskusi lebih lanjut, namanya Ustadz Fatih Karim. Setelah bertemu dan berkenalan dengan ustadz muda ini, saya lalu bercerita tentang pengalaman hidup saya termasuk ketiga pertanyaan hidup saya yang paling besar. Kami lalu berdiskusi dan mencapai suatu kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta. Adanya Tuhan, atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan dinafikkan bila kita benar-benar memperhatikan sekeliling kita. Tapi saya lalu bertanya pada ustadz muda itu: “Saya yakin Tuhan itu ada, dan saya berasal dari-Nya, tapi masalahnya ada 5 agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah lalu yang bisa kita percaya?!”. Ustadz muda itu berkata: “Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja”. lalu dia menambahkan: “Begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang paling benar dan bisa membuktikan diri kalau ia datang dari Sang Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa”. lalu diapun membacakan suatu ayat dalam al-Qur’an: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (TQS al-Baqarah [2]:2). Ketika saya membaca ayat ini saya terpesona dengan ketegasan dan kejelasan serta ketinggian makna daripada kitab itu. Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu?. Seolah membaca pikiran saya, ustadz itu melanjutkan: “kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan Pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan al-Qur’an menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya”. 17 Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah [2]: 23). “Waktu itu saya membeku, pikiran saya bergejolak, seolah seperti jerami kering yang terbakar api. Dalam hati saya berkata, Mungkin inilah kebenaran yang selama ini saya cari!”. Tetapi waktu itu ada beberapa keraguan yang menyelimuti diri saya, belum mau mengakui bahwa memang Al-Qur’an adalah suatu kitab yang sangat istimewa, yang tiada seorangpun yang bisa mendatangkan yang semacamnya. Lalu saya bertanya lagi: “Lalu mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?”. Dengan tersenyum dan penuh ketenangan ustadz muda itu menjawab: “Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak ada satupun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Muslim akan mulia, tinggi juga hebat. Dengan satu syarat, mereka mengambil Islam secara kaffah (sempurna) dalam kehidupan mereka” “Jadi maksud ustadz, Muslim yang sekarang tidak atau belum menerapkan Islam secara sempurna?” sata menyimpulkan. “Ya, itulah kenyataan yang bisa anda lihat” tegas ustadz muda itu. Lalu saya dijelaskan panjang lebar tentang maksud bahwa Islam berbeda dengan Muslim. Penjelasan itu sangat luar biasa, dia lalu menjelaskan dan memperlihatkan bagaimana sistem Islam kaffah bekerja. Konsep-konsep Islam yang belum pernah saya dengar sama sekali sampai saat itu, bagaimana Islam mengatur pemerintahan seperti Islam mengatur pernikaham bagaimana Islam mengatur ekonomi sebagaimana ia mengatur ibadah ritual, sesuatu yang tersembunyi (atau sengaja disembunyikan) dari 18 Islam selama ini. Saat itu saya sadar betul kelebihan dan kebenaran Islam. Hanya saja selama ini saya membenci Islam karena saya hanya melihat Muslimnya bukan Islam. Hanya melihat sebagian dari Islam bukan keseluruhan. Akhirnya ketiga pertanyaan besar saya selama ini terjawab dengan sempurna. Bahwa saya berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah SWT. Saya hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya karena itulah perintah-Nya yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dijamin datang dari-Nya karena tak ada seorangpun manusia yang mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir, kepada Allah saya akan kembali dan membawa perbuatan ibadah saya selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan aturan yang diturunkan oleh Allah. Setelah yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil pemikiran saya. Saya memutuskan, “Baik, kalau begitu saya akan masuk Islam” Alhamdulillah, pada 2006, penulis menggenapkan sebagian agamanya dengan menikahi wanita yang taat dan sabar dalam agamanya, Iin, yang dianugerahi darinya tiga buah hati yang insyaAllah menjadi mujahid di jalan-Nya, Alila Shaffiya Asy-Syarifah, lalu Shifr Muhammad Al-Fatih 1453 dan Ghazi Muhammad Al-Fatih 1453. Berprofesi sebagai Marketing Manager di perusahaan agrokimia, PT. Biotis Agrindo. 19 Kedua konteks eksternal, pada awalnya Ustadz Felix lahir dan tumbuh dewasa di lingkungan Non-Muslim. Saya tahu, saya akan menemui banyak sekali tantangan ketika saya memutuskan hal ini. Mengetahui anaknya masuk Islam, sudah pasti kedua orang tua Felix syok dan marah. Namun, kemarahan keduanya hanya ditunjukkan dalam bentuk rasa kekecewaan. Kalau sampai pada pengusiran memang tidak terjadi seperti yang dialami mualaf lainnya. Rasa kecewa tersebut ditunjukkan oleh kedua orang tuanya dengan kata-kata pedas. “Kamu ini kemasukan setan atau jin. Kamu itu seperti mutiara yang menceburkan diri ke dalam lumpur”. Lalu saya katakan, “Lumpurnya yang mana dan mutiaranya yang mana”. Namun, dengan berbagai upaya yang Felix lakukan selama tiga tahun, kini kedua orang tuanya sudah bisa menerima pilihan hidupnya itu. Meski dalam beberapa hal, baik ayah maupun ibunya, masih belum bisa menerima perbedaan tersebut. Saya memiliki lingkungan yang tendensius kepada Islam dan saya yakin keputusan ini tidak akan membuat mereka senang. Tapi bagaimana lagi, apakah saya harus mempertahankan perasaan dan kebohongan dengan mengorbankan kebenaran yang saya cari selama ini. (http://sisiuk.com/2014/12/27/biodata-dan-biografi-singkat-ustadz-felix- siauw/) (Diakses pada Selasa, 16 Februari 2016, pukul 23:00) Felix Y. Siauw adalah seorang Islamic Inspirator. Programprogramnya disusun sedemikian rupa sehingga membangkitkan nilai-nilai Ilahiah di dalam diri setiap individu sehingga mampu dan mau menjalani 20 hidup dan beraktivitas dengan mulia. Al-Qur’an dan As-Sunnah selalu menjadi landasannya mengubah performa dalam setiap menginspirasi individu yang aktivitasnya maupun mengikuti program- programnya. Aktif mendakwahkan dan memperjuangkan Islam di kampus IPB dan bergabung dalam Tim Dakwah Kampus BKIM IPB, Felix juga diamanahi menjadi ketua lembaga dakwah Fakultas Pertanian, Elsifa. Sekarang, Felix berkonsentrasi membangun generasi islami sebagai Islamic Inspirator. Secara aktif, dia mengisi kajian-kajian Islam di perkantoran, pesantren dan masjid. Alhamdulillah, Program-program penulis telah dibagikan hampir di seluruh Indonesia (Siauw, 2013:319). 2. Karya-Karya Penulis Di bawah ini adalah beberapa buku-buku karya Felix Y. Siauw: a. Udah Putusin Aja Buku Udah Putusin Aja berisi tentang nasehat untuk para remaja untuk tidak menjalin hubungan (pacaran) jika memang belum saatnya membutuhkan pasangan hidup. Banyak hal yang diceritakan dalam buku ini seperti banyaknya akibat negatif jika berpacaran. Buku ini sangat sarat akan nasehat islami yang cocok untuk para remaja yang sekarang ini banyak yang salah langkah. b. Yuk Berhijab Buku ini memang sangat disarankan untuk dibaca bagi para wanita Muslim. Dalam buku ini banyak di tuliskan mengapa sebagai wanita Muslim harus mengunakan hijab. Pengunaan hijab bagi wanita 21 Muslim mempunyai banyak manfaat yang kadang banyak orang tidak mengetahuinya. Buku ini berisi nasehat-nasehat agar wanita Muslim selalu mengunakan hijab. Sama dengan buku karya Felix Siauw yang lain, buku ini juga memiliki bahasa yang enak di baca. c. Beyond The Inspiration Buku ini sangat memberi inspirasi kepada remaja Muslim untuk mengejar impian. Dalam buku ini diceritakan tentang kejayaan Islam yang pernah menguasai dunia. Dari sejarah yang sangat inspiratif tersebut Ustadz Felix Siauw ingin menyampaikannya kepada seluruh remaja Islam agar terus bersemangat untuk membangun kejayaan Islam seperti kejayaan yang dulu pernah di raih. d. Master Your Habits Seperti judulnya buku ini memang berisi tentang bagaimana seorang Muslim harusnya memiliki kepribadian yang islami. Banyak sekali orang Islam tapi tidak mengerti tentang kebiasaan yang baik. Di buku ini anda dapat belajar bagaiman bisa memulai membangun kebiasaan yang baik dan islami. Buku ini layak dibaca bagi orang yang inggin mengubah kebiasaan dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Buku ini sangat di sarankan di baca untuk semua orang yang ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. e. Muhammad Al-Fatih 1453 Dalam buku ini bercerita tentang seorang tokoh Islam yang bernama Muhammad Al-Fatih, dia adalah pemuda yang bisa 22 membawa harum nama Islam. Nama besar dia juga masih diingat orang sampai saat ini. Buku ini becerita mengenai banyak petempuran dan Muhammad Al-Fatih adalah seorang pemuda yang bisa menguatkan kejayaan Islam. Maka dari itu buku ini bisa menjadi inspirasi agar semuanya dapat membawa nama besar Islam. (http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016) 3. Tujuan Penulisan Buku Sekarang ini banyak sekali buku yang beredar di pasaran dengan berbagai genre yang diminati oleh masyarakat. Buku yang beredar sekarang ini banyak didominasi oleh penulis lama maupun baru yang mempunyai bakat dalam menulis. Felix Siauw atau orang banyak menyebutnya dengan Ustadz Felix juga merupakan penulis yang mempunyai bakat yang bagus. Banyak orang yang belum mengetahui siapa Felix Siauw dikarenakan dia memang jarang muncul ke publik. Sebagai penulis dia lebih banyak fokus ke dunia yang berbau islami. Sebagai seorang Ustadz dia juga inggin mengajarkan sesuatu kepada masyarakat umum. Dia tidak ingin bukunya hanya menjadi sebuah karya yang tidak bermakna, maka dari itu buku Felix Siauw juga banyak berisi nasehat yang baik. Buku karya Felix Siauw yang ada di pasaran memang memiliki nilai nasehat dan inspirasi yang bagus bagi yang membaca buku tersebut. Buku-buku karyanya juga simbol bahwa semua orang harus menyebarkan nasehat yang baik kepada yang lain, dan Ustadz Felix Siauw juga 23 menjalankan hal tersebut lewat bukunya. Memang buku karya dia sangat kental dengan nilai-nilai Islam, dia banyak mengambil intisari dari banyak sumber Islam seperti Al-Quran dan Hadist menjadi nasehat-nasehat yang sangat ringan akan tetapi memiliki nilai pembelajaran yang tinggi pada orang yang membaca buku karya sang Ustadz. Kaidah-kaidah Islam yang dia masukkan dibukunya memang sangat diharapkan mampu menjadi sebuah nasehat yang bisa disampaikan dengan mudah ke segala penjuru. Sebagai seorang Ustadz dia pasti mengetahui bahwa dengan menulis buku maka akan mempermudah dia menyampaikan nasehat dan motivasi islami yang baik kepada masyarakat, akan tetapi gaya menulis Ustadz Felix Siauw memang lebih condong untuk menarik pembaca usia remaja. Dia memilih remaja sebagai target karena sekarang ini moral remaja sangat turun jauh diakibatkan oleh banyak faktor. Maka dari itu harapan dia dengan buku tersebut dibaca oleh remaja akan membuat mereka mendapat nasehat yang baik dan sesuai dengan kaidah islami. Para remaja sekarang ini memang sudah seperti kehilangan nilai-nilai islami dikarenakan mungkin mereka kurang mendapatkan pembelajaran islami. (http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016) B. Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453 Konstantinopel adalah kota yang dijanjikan bagi kaum Muslim seperti telah diberitakan Rasulullah SAW beberapa abad sebelumnya. Menaklukkan Konstantinopel adalah kerinduan kaum Muslim yang untuk memperolehnya dibutuhkan lebih dari delapan abad. Membutuhkan usaha yang luar biasa 24 mengingat Konstantinopel adalah kota imperium terbesar di zamannya dengan pertahanan luar biasa kokoh. Gabungan keyakinan utuh seorang Muslim, kebulatan tekad, usaha keras tak kenal menyerah, strategi perang jitu dan kesabaranlah yang menjadikan seorang Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkannya. 29 Mei 1453. Membaca buku setebal 318 halaman ini tak ubahnya seperti membaca sebuah novel yang menawan bahkan nyaris tak ingat bahwa sebenarnya buku ini adalah buku shiroh. Gaya bahasa runtut, mengalir serta penggambaran latar tempat dan waktu yang kuat sepanjang tujuh belas bab membuat pembaca seperti hanyut dalam setiap kisah yang diceritakan, mengikuti kejadian demi kejadian tanpa merasa bosan. Banyaknya ilustrasi yang ada pada buku bersampul kuning ini dan merujuk pada referensi yang sedemikian banyak seperti disebutkan dalam daftar pustaka menjadikan buku ini begitu kaya. Begitu indah. Sejarah pasti akan berulang. Belajarlah dari sejarah. Belajarlah dari kegigihan kaum Muslim menaklukkan Konstantinopel setelah berjuang beberapa abad, belajarlah dari keberanian kaum Muslim yang tak takut mati demi membela kehormatan agama, belajarlah dari kesalahan dan strategi Muhammad Al Fatih menempa dirinya sekian lama, belajarlah dari kearifannya sebagai seorang pemimpin bagi semua kaum, belajarlah sebagai seorang Muslim yang sepenuhnya berserah dan tunduk kepada-Nya dan apapun yang Dia tentukan. 25 Felix Siauw, seorang mualaf, meracik kata demi kata dengan piawai. Pemilihan kata yang digunakan tak sekedar enak untuk dibaca tetapi lebih dari itu, kata-kata yang digunakannya menyebarkan semangat (ghirah) keislaman yang tinggi. Bacalah dan rasakanlah kekuatan kata demi kata, dan ditutup dengan epilog yang amat indah. (https://petapemikiran.wordpress.com/2012/06/29/review-buku-muhammad- al-fatih-1453/ 08:24, 28/01/2016) C. Sinopsis Buku Muhammad Al-Fatih 1453 557 tahun yang lalu pada Maret 1453, pemandangan yang tidak banyak berbeda akan ditemukan oleh seseorang yang mendatangi tempat itu, walaupun keadaanya tidak sepadat sekarang dan tentunya belum ada azan yang berkumandang. Konstantinopel terletak di posisi yang sangat strategis, terhampat di daratan berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak di sebelah barat selat Bosphorus yang memisahkan antara Benua Eropa dan Asia. Di sebelah utara kota ini terdapat Teluk Tanduk Emas, sebuah pelabuhan alami yang sempurna. Di seberang Selat Bosphorus terhampar daratan yang kaya dengan hasil bumi, semenanjung Asia Kecil atau lebih dikenal dengan nama Anatolia. Dari Selat Bosphorus ini seseorang dapat berlayar ke utara menuju laut Hitam atau ke selatan melewati Selat Dardanela lalu menuju ke Laut Mediterania. Posisinya di tengah dunia membuat Konstantinopel menjadi bagian penting dari tiga peradaban besar manusia. Pemandangan yang paling menonjol dari kota ini tentu saja sistem pertahanan yang merupakan pertahanan terbaik pada masanya. Konstantinopel didlindungi tembok yang 26 mengelilingi kota dengan sempurna, baik wilayah laut maupun daratanya. Nyali seseorang yang ingin menaklukkan ini pasti akan ciut takkala melihat benteng dengan struktur tembok dua lapis dengan dua tingkatan, yang diperkuat dengan parit dalam di bagian depanya. Sejumlah pasukan yang besar sedang berbaris rapi dari kota Edirne. Pasukan infanteri berbaris dengan tombak-tombak mereka yang menutupi sinar matahari, menjadikan pasukan itu berada dalam bayangan sepanjang waktu. Di belakangnya derap kaki kuda mengebulkan debu-debu yang menjadi saksi bisu keperkasaan ksatria penunggangnya. Serta ayat-ayat AlQur’an yang dilantangkan oleh para ulama dibelakang mereka menggambarkan kekuatan tekat dan asal mereka, serta tujuan mereka datang ke Konstantinopel. Tidak terelakkan pula suatu pemandangan mencengangkan, senjata-senjata raksasa yang tak pernah terlihat sebelumnya bergerak pelan ditarik oleh sekelompok kerbau dan manusia. Dari lautan, layar-layar kapal perang terkembang dan dayung-dayung memandu kapal melawan arus laut. Pasukan-pasukan Muslim lain juga terlihat bergerak dari Asia Kecil. Sejumlah besar pasukan infanteri, kafaleri, dan para pendukungnya dari ulama dan ahli logistik semuanya bergerak untuk memenuhi seruan jihad yang dikumandangkan oleh Mehmed II bin Murad, sultan ketujuh Utsmani. Gerakan seluruh pasukan ini mempunyai suatu tujuan yang jalas yaitu Konstantinopel, keberangkatan pasukan Muslim yang penuh dengan pengorbanan ini bukanlah tanpa dasar yang jelas. 27 Keinginan kaum Muslim menguasai Konstantinopel lebih mulia dari hanya sekedar penghargaan, kekuasaan apalagi materi. Konstantinopel lebih daripada itu, ia adalah sebuah kota yang dijanjikan kepada kaum Muslim oleh Rasulullah Muhammad SAW. oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II bukanlah ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Ekspedisi ini adalah puncak dari kekerasan niatnya atas Konstantinopel, nama yang telah memenuhi benaknya selama 23 tahun lamanya. Nama yang juga akan menghantarkan menjadi panglima terbaik yang sempat diisyaratkan oleh Muhammad Rasulullah SAW. Bagi kaum Muslim nama Konstantinopel berarti kemuliaan yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam bisyarah mereka. Ramai dari kaum Muslim akan menyiapkan jiwa dan harta mereka untuk menjadi pasukan yang membebaskanya. Mental kaum Muslim pun telah dari awal dididik untuk menjadi seorang ksatria yang mempunyai tugas untuk mengelola dunia dan seisinya. Konstantinopel adalah penantian 825 tahun dan para syuhada telah menyirami tanah itu dengan darah suci mereka untuk menumbuhkan kemenangan di tanah itu maka tidak heran apabila janji Allah dan Rasul ini menjadi suatu sumber energi yang tidak terbatas, menyalakan api pengorbanan dan jihad fii sabilillah dalam setiap masa dan setiap kepemimpinan. Buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini disusun dalam 17 bab. Secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: Bab 1 berjudul Stairway to Constantinopel (tangga menuju Konstantinopel) yang bembahas tentang sebuah perjuangan untuk 28 menaklukan dua peradaban adidaya dunia masa itu, Persia dan Romawi. Bagi sahabat Nabi Muhammad, visi Muhammad SAW adalah misi mereka, tujuan mereka untuk menaklukkan Persia dan Roma bukan tujuan yang arogan dan tanpa perhitungan, melainkan tujuan yang bervisi akhirat. Kegagalan dua ekpedisi besar oleh dua Khalifah, tentu bukan kegagalan yang sia-sia. Kegagalan ini adalah usaha terbaik dari kaum Muslim untuk meraih bisyarah Rasulullah SAW. Jasad Abu Ayyub telah ditaman di bawah tembok Konstantinopel, siap menjadi saksi derap kaki kuda pasukan pembebas Konstantinopel. Maslamah dan pasukannya juga telah membuktikan bahwa Konstantinopel bukan tanpa tanding. Kegagalan ini mempunyai sebuah makna lain bagi kaum Muslim setelahnya. Sebuah pijakan besar untuk menancapkan bendera Islam di puncak tertinggi Konstantinopel. Bab 2 berjudul Emergence of Ghazi State (munculnya kebesaran Ghazi) kaum Turki sendiri tidak berniat mengambil alih kekuasaan, mereka dilahirkan dalam tradisi ksatria dan puas mengambil posisi sebagai ksatria pembela khilafah Islam. Mereka bersumpah setia kepada khalifah sebagai suatu pasukan khusus yang mereka menyebutnya sebagai ghazi. Dalam kebudayaan Turki, ghazi menjadi gelar dan kebanggaan seorang laki-laki Muslim, bisa disamakan sebagai pemimpin suatu kaum, yang juga menandakan identitas mereka. Bab 3 berjudul The Promised Sultan (yang dijanjikan Sultan) Mehmed II, anak yang kelak ditakdirkan untuk menjadi sebaik-baik 29 panglima penakluk Konstantinopel dan kelak akan menjadi ahlu bisyarah yang membuktikan ucapan Rasulullah SAW lahir di Edirne, 8 tahun setelah pengepungan Konstantinopel oleh ayahnya Murad II. Mehmed II lahir pada 29 Maret 1432. Dikatakan bahwa ketika menunggu proses kelahirannya, Murad II menenangkan dirinya dengan membaca Al-Qur’an dan lahirlah anaknya saat bacaanya sampai pada surat Al-Fath, surat yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum Muslim. Bab 4 berjudul Bogaz-Kesen (nama dari benteng baru yang dibuat Sultan Mehmed) yang berisikan tentang pembuatan benteng baru oleh sultan Mehmed sebagai pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang kaisar Byzantium yang terletak di Selat Bosphorus. Sebuah bangunan yang sangat istimewa pada zamanya, sejarawan berkebangsaan Yunani, Kristovoulos mengatakan bahwa ia, lebih mirip kota kecil daripada benteng. Benteng ini diberi nama Bogazkesen, bogas dalam bahasa Turki berarti Selat atau tenggorokan, kesen artinya pemotong jadi bisa juga Bogazkesen diartikan sebagai pemotong tenggorokan, yaitu pemotong selat sesuai dengan maksut pembuatanya. Bab 5 berjudul Impregnable Defenses (pertahanan tak tergoyahkan) yang berisi tentang kekuatan bertahan yang sulit untuk ditembus. Tidak kurang dari 23 kali tembok darat Konstantinopel pernah dikepung dan tidak satupun yang mampu menembusnya. Meskipun pasukan salib dapat menguasai kota pada 1204, namun 30 mereka menembus kota lewat tembok bagian lautan, bukan tembok bagian darat. Praktis tembok bagian darat Konstantinopel menyandang gelar perfect, semua yang pernah berusaha menaklukkan Konstantinopel dipaksa bertekuk lutut dan mengakui keunggulan sistem pertahanan Konstantinopel, sampai Mehmed II mencoba menaklukkan pada 1453. Bab 6 berjudul Arms of Hope (harapan oleh senjata) yang berisi harapan sultan Mehmed kepada meriam barunya namun keimanan Islam telah mengajarkan kepadanya bahwa hanya Allah sumber kemenangan pasukannya, agar mereka tidak bergantung selain kepada Allah Swt. Sultan memerintahkan agar moncong meriamnya diukir dengan kalimat “Tolong Ya Allah! Sang Sultan Muhammad Khan bin Murad” Bab 7 berjudul The Best Army (pasukan terbaik) yang berisi, setiap Muslim adalah tentara yang siap mengembang Islam, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan. Setiap Muslim dimotivasi oleh agamanya untuk menjadi ksatria terbaik dan tentara terbaik. Dalam banyak ayat-Nya, Allah menjadikan jihad fii sabilihi sebagai kemuliaan tertinggi kaum Muslim sehingga syahid adalah kerinduan terbesar mereka. Sultan Mehmed juga sangat menyadari bahwa selain ia harus menempa dirinya sebagai pemimpin sebaik-baik pemimpin, ia pun harus menjadikan pasukanya menjadi sebaik-baik pasukan, karena 31 Konstantinopel hanya dapat ditaklukkan dengan pemimpin dan pasukan yang terbaik. Bab 8 berjudul Numberless as Grains of Sands (terhitung sebagai butir pasir) berisi, perhitungan-perhitungan dan taktik Sultan Mehmed dalam menaklukkan Konstantinopel serta awal perjalanan Sultan Mehmed dan pasukanya menuju Konstantinopel pada tangal 23 Maret 1453. Bab 9 berjudul A Test of Faith (ujian iman) berisi, ujian besar muncul dalam penaklukkan agung ini. Setelah kelelahan akibat serangan selama 6 jam tanpa berhasil menembus tembok Konstantinopel, kekalahan ini bukan hanya kekalahan korban jiwa namun kerugian moril lebih besar dan lebih berbahaya. Bab 10 berjudul Cul-de-Sac (jalan buntu) berisi, penyerbuan Konstantinopel yang dilakukan pertama kalinya dari darat dan lautan secara terpadu. Tetapi keadaan belum berpihak dari pasukan laut Sultan Mehmed “terpaku. Tak berucap sepatah kata pun, ia berbalik lalu meninggalkan lautan dengan kudanya”, penuh dengan kegalauan kegalauan dan kegetiran. Bab 11 berjudul Beyond The Eyes Can See (melihat lebih daripada yang bisa dilihat mata) berisi, pemindahan kapal Utsmani dari Double Columns di Selat Bosphorus melewati daratan Galata menuju Valley of Spring di Teluk Tanduk Emas agar dapat mengatasi rantai raksasa 32 Bab 12 berjudul Unwavering Resolution (resolusi yang tak tergoyahkan) berisi pertempuran pada bulan Mei 1453 yang dilakukan dengan sengit walaupun tidak dengan besar-besaran. Mehmed memerintahkan agar serangan berkala baik dari daratan maupun lautan dengan konsisten tetap dilakukan untuk menjaga semangat tempur pasukan, sekaligus hal ini tentu sangat melelahkan bagi pasukan bertahan yang dipaksa untuk bersiaga sepanjang waktu. Bab 13 berjudul The Sign of Crescent (tanda bulan sabit) berisi ketakutan pasukan dan penduduk Byzantium mendapat pertanda langit itu. mereka bertanya “bukankah salib adalah lambang Utsmani yang sering kita lihat dalam bendera mereka?”, bagi kaum Muslim fenomena alam ini juga dijadikan sebuah pertanda baik dan bergembira karenanya. Bulan sabit di dalam kebudayaan Utsmani memang sebuah simbol penting yang telah lama melekat pada ingatan mereka. Bab 14 berjudul The Secret of Victory (rahasia kemenangan) berisi, rahasia penting kemenangan pasukan Muslim. Bahwasanya kemenangan bukan terletak pada kekuatan fisik, apalagi karena strategi perang. Satu-satunya kunci kemenangan, yaitu ketaatan kepada syariat Allah dan menjauhi maksiat. Sultan betul-betul yakin bahwa kemaksiatan salah seorang prajurit saja bisa berakibat fatal bagi pengepungan ini. Bab 15 berjudul The Promised Victory (kemenangan yang dijanjikan) berisi, tentang kekalahan Byzantium dan akhir dari dinasti 33 keluarga Palaiologis selama 194 tahun. Konstantinopel telah kalah dan jatuh sebelum matahari nampak di ufuk sebelah timur oleh tentara Muslim. Bab 16 berjudul Full of Islam (penuh Islam) berisi, segala sesuatu yang ada di dalam Konstantinopel telah dijadikan Islam oleh Mehmed, seperti halnya gereja Hagia Sophia yang dijadikan masjid kota, keadilan Islam yang dirasakan hampir seluruh warga Konstantinopel, dan semua kemegahan berpadu menjadi satu di kota baru kaum Muslim, Konstantinopel telah menjadi duta Islam bagi dunia Bab 17 berjudul Road to Roma (jalan ke Roma) berisi, setelah penaklukan Konstantinopel sudah jelas, yaitu kota Roma. Jalan menuju Roma terus-menerus dibangun, selain membebaskan wilayah Eropa di sebelah Barat, Karaman juga dapat ditaklukkan pada 1468 sehingga lengkaplah kekuasaan Utsmani di Asia. 34 BAB III PENDIDIKAN KARAKTER A. Deskripsi Pendidikan Karakter Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada individual atau pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter merupakan landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan merupakan pula perekat budaya. Sedangkan nilai dari sebuah karakter digali dan dikembangkan melalui budaya masyarakat itu sendiri. Terdapat empat modal strategis yaitu sumber daya manusia, modal cultural, modal kelembagaan, serta sumber daya pengetahuan. Keempat modal tersebut penting bagi penciptaan pola pikir yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai suatu bangsa (Narwanti, 2011:27). Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan. Pelaksanaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia pendidikan Islam sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut pendidikan akhlak, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan menjadikan manusia yang utuh atau insan kamil. Pendidikan karakter dan istilah yang sejenis telah lama dibicarakan oleh berbagai pihak dalam kaitannya dengan generasi Indonesia seperti apa yang hendak dihasilkan untuk menggantikan generasi berikutnya. Tentu saja 35 perbincangan mengenai pendidikan karakter telah ada pula sebelum kemerdekaan atau sebelum terbentuknya Republik Indonesia. Pada tahun 2000-an, pendidikan karakter mulai marak dibicarakan lagi. Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang pada tahun-tahun terakhir ini cukup sering dilekatkan dengan Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ismadi, 2014: 1-2). Menurut Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipoktit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Karakter lemah tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilainilai tersebut sudah ada sejak Indonesia masih dijajah bangsa asing beratusratus tahun yang lalu. Karakter tersebut akhirnya mengkristalisasi pada masyarakat Indonesia. Bahkan ketika bangsa ini sudah merdekapun karakter tersebut masih melekat (Listyarti, 2012: 4-5). Kondisi inilah yang kemudian melatarbelakangi lahirnya pendidikan karakter oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai tahun 2011, 36 seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Apa sajakah 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. B. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Menurut presiden Susilo Bambang Yudhoyono lima hal dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Gerakan tersebut dihadapkan mencintai manusia Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Lima hal dasar tersebut adalah: 1. Manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan. 2. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi. 3. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. 37 4. Harus bisa memperkuat semangat. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu ada. 5. Manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanag airnya. C. Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter berfungsi: pertama, mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Kedua, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Ketiga, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Di antara fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah: 1. Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik, ini bagi peserta didik yang telah mamiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. 2. Perbaikan, memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. 3. Penyaring, untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. D. Media Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, 38 pemerintah, dunia usaha, dan media masa. Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi seorang individu, melalui pendengaran, penglihatan, serta pengamatan. Disinilah peran orangtua untuk turut membangun karakter positif bagi anak. Sekolah, sebagai organisasi pendidikan formal, membantu seorang individu belajar dan berkembang. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Melalui sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa sesuai nilai dan norma, mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong partisipasi demokrasi masyarakat. Media massa terdiri atas media cetak, dan media elektronik. Media massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media massa sangat mempengarui tindakan dan sikap angota masyarakat terutama anak-anak. Nilai-nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri anak melalui penglihatan maupun pendengaran yang dilihat dalam acara. Oleh karena itu, media massa bisa menjadi media yang efektif dan strategis untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif. E. Macam-macam Pendidikan Karakter Dari nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikelompokkan menjadi lima, yaitu; (1) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya 39 dengan diri sendiri, (3) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama, (4) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, dan (5) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan. Rincian nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu religius. Religius merupakan sarana ibadah yang mendekatkan manusia dengan hal di luar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia dalam mempertahankan moralnya. Religius Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan (Listyarti, 2012: 5). Berkaitan dengan nilai di atas yaitu segala pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang yang diupayakan dan dilakukan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama. 40 2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri. Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri terdapat delapan karakter diantaranya sebagai berikut: jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca. a. Jujur Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Listyarti, 2012: 6). Jujur merupakan sifat dan sikap yang paling berharga bagi seseorang. Dengan berkata jujur tentu merupakan hal luar biasa yang berani menegaskan yang sebenarnya. Kesadaran akan pentingnya jujur dalam hidup harus ditumbuhkan sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus mementingkan kejujuran seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan agar anak senantiasa senang berbuat jujur. Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam segala perkataan maupun perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut benar-benar menjadi prinsip hidup. Kesadaran berawal dari pengetahuan, seseorang harus ditanamkan pengetahuan mengenai pentingnya jujur dan apa akibat tidak jujur. 41 b. Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan (Listyarti, 2012: 8). Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tindakan yang dilakukannya baik yang disengaja maupun tidak, dan sudah menjadi kodrat manusia dibebani suatu tanggung jawab karena ia menyadari akibat baik dan buruk perbuatannya. Maka seseorang harus bertanggung jawab terhadap apa yang sudah diberikan atau dibebankan kepadanya, dan melaksanakan kewajibannya itu dengan baik dan benar. Manusia bertanggung jawab terhadap tindakan mereka. Manusia menanggung akibat dari perbuatannya dan mengukurnya pada berbagai norma, di antaranya adalah nurani sendiri dan standar nilai setiap pribadi. Norma-norma nilai ini dapat dibentuk dengan berbagai macam cara. c. Disiplin Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Listyarti, 2012: 6). Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. 42 Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang, karena berfungsi sebagai alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seseorang menuju kesuksesannya. d. Kerja Keras Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Listyarti, 2012: 6). Kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah dan selalu mengutamakan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Bekerja keras mempunyai sifat yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai, dapat memanfaatkan waktu secara optimal sehingga terkadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapi dengan semangat yang tinggi untu meraih hasil yang baik dan maksimal. e. Kreatif Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya (Listyarti, 2012: 6). Nilai kreatif ini mengandung arti pengungkapan ide-ide seseorang terhadap suatu cara atau suatu pekerjaan yang menghasilkan inovasi baru. Kreatif merupakan suatu kemampuan untuk memahami, mengintrepretasi pengalaman dan 43 memecahkan masalah dengan cara yang baru sehingga dapat menciptakan ide-ide yang dapat berkembang. f. Mandiri Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Listyarti, 2012: 6). Kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah di ambil. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik akan membentuk kepribadian dalam hal ini adalah kemandiriannya. Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya. g. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Listyarti, 2012: 6). Manusia adalah makhluk yang 44 sempurna diciptakan Tuhan di muka bumi ini. Karena dianugerahkan dengan berbagai alat indera dan akal pikiran. Sudah menjadi kodrat dari manusia memiliki rasa ingin tahu, menyebabkan manusia selalu berfikir dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Manusia merupakan makhluk yang dapat dan akan selalu berfikir. Mereka akan selalu memiliki hasrat rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan naluri alami, rasa ingin tahu menganugerahkan manfaat kelangsungan hidup manusia. Semua orang pemikir besar, para jenius, adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu. Nilai rasa ingin tahu ini merupakan cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu untuk menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang. h. Gemar Membaca Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Listyarti, 2012: 7). Membaca merupakan suatu media belajar yang sangat efektif di dalam pendidikan. Dengan banyak membaca maka akan memperoleh suatu ilmu yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang tidak suka membaca. Seseorang yang gemar membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu pengetahuan, perekonomian, maupun sejarah sosial. 45 3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama. Nilai pendidikan karakter yang hubungannya dengan sesama, terdapat empat karakter yaitu: menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat. Penjabarannya adalah sebagai berikut. a. Menghargai Prestasi Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan, karena dengan menghargai prestasi dapat memotivasi diri sendiri dan orang lain agar dapat maju dan berkembang. Menghargai prestasi adalah menghargai karya orang lain dan menghormati hasil usaha, ciptaan, dan pemikiran. Karena dengan sikap seperti itu kehidupan akan berjalan dengan tenteram dan damai, sehingga setiap orang akan menyadari pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai. b. Demokratis Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Listyarti, 2012: 6). Nilai demokratis ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena akan menghasilkan keseimbangan antara hak dan kewajiban seorang individu dengan individu lain. Demokratis 46 merupakan bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. c. Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Listyarti, 2012: 7). Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang senantiasa mengadakan hubungan dengan sesamanya. Kerja sama antara orang lain dapat terbina dengan baik apabila masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial. Oleh karena itu sikap ini sangat dianjurkan dalam Islam. Sebagai makhluk sosial sudah menjadi kewajibannya untuk memberi bantuan dan perhatian pada orang lain. d. Bersahabat Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena sahabat merupakan seseorang yang selalu menemani dan membantu dalam keadaan apapun, sahabat juga termasuk teman dekat yang selalu menemani disaat seseorang senang ataupun susah. 4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan. 47 Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan terdapat dua karakter, yaitu: peduli lingkungan, dan toleransi. Penjabarannya adalah sebagai berikut. a. Peduli Lingkungan Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Listyarti, 2012: 7). Peduli lingkungan merupakan suatu sikap peduli terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. b. Toleransi Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Listyarti, 2012: 6). Nilai toleransi ini menjunjung tinggi rasa tenggang rasa antar sesama agama, suku, etnis dan lainnya demi keberlangsungan kehidupan yang harmonis dan rukun. Toleransi juga membiarkan orang lain berpendapat lain, melakukan hal yang tidak sependapat dengan seseorang tanpa diganggu. Agama juga mengajarkan agar toleransi terhadap kepercayaan lain. 48 5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Kebangsaan. Nilai pendidikan karakter yang berhubungkan dengan kebangsaan terdapat tiga karakter, yaitu: semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai. Penjabaranya adalah sebagai berikut. a. Semangat Kebangsaan Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini sangat menjunjung tinggi rasa semangat kebangsaan serta menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Semangat kebangsaan dapat dikatakan sebagai sebuah situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang kepada negara atas nama sebuah bangsa, memperjuangkan kepentingan bangsanya dan mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya. b. Cinta Tanah Air Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai semangat kebangsaan, yang membedakan yaitu lebih mementingkan kepentingan negara dibandingkan dengan kepentingan pribadi atau kelompok. Rasa mencintai tanah air berarti 49 rela berkorban untuk tanah air dan membela dari segala macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun. c. Cinta Damai Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), serta negara. (Listyarti, 2012: 7). Seseorang yang bisa menghargai perbedaan dengan tidak menghina atau melakukan kekerasan terhadap orang lain, cinta damai itu ketika seseorang mendapatkan suatu masalah dan tidak menanggapinya dengan emosi, orang yang cinta damai akan menanggapi suatu masalah dengan kepala dingin tidak membuat masalah semakin besar, karena kedamaian itu lebih penting dari pada membuat masalah semakin besar. 50 BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 A. Pendidikan Karakter Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini terdapat dialog percakapan langsung dan juga deskripsi cerita. Karena percakapan dan cerita ini berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulangulang. Kalimat-kalimat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 merupakan kumpulan sejarah dan ide yang dituangkan oleh pengarang. Namun, terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda oleh pembaca. Sebab itu, kalimat-kalimat yang lebih jelas akan lebih mudah dipahami oleh pembaca, dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan dibalik deskripsi cerita, maka penulis dalam skripsi ini menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat. Penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. 51 Adapun nilai-nilai pendidikan karakter terbagi dalam lima cakupan yaitu nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, nilainilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad AlFatih 1453 karya Felix Y. Siauw, dijabarkan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa Religius Religius atau ketaatan beribadah, yaitu pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran agamanya (Zuchdi, 2013: 26). Seseorang yang melaksanakan ibadah dengan taat, segala perkataan dan perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter religius adalah sebagai berikut: “Dari semua hal yang ada pada Mehmed II, tentu saja yang paling mempesona pada dirinya adalah kedekatanya dengan Allah SWT. Mehmed sangat menyadari bila keinginanya untuk menjadi ahlu bisyarah sangat dipengaruhi dengan kedekatanya dengan yang Maha Memenangkan dan Maha Menolong. Oleh karenanya, telah sampai kepada ummat Muslim bahwa Mehmed selalu menyibukkan diri dengan bertaqarrub kepada Allah. Dia adalah satu-satunya panglima yang tidak pernah masbuq dalam shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dalam keadaan 52 berjama’ah. Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya sebagai mahkota dirinya dan menjadikan shalat rawatib sebagai pedangnya. Tidah sekalipun Mehmed pernah melewatkan shalat malam dan shalat rawatib semasa baligh hingga ia meninggal.” (Siauw, 2013: 49-50). “Selain itu, Sultan juga seringkali shalat berjama’ah dengan pasukanya, memberikan taushiyah dan mengingatkan akan kemuliaan pasukan yang dapat menaklukkan Konstantinopel, untuk menjaga kadar keimanan dan semangat mereka. Sultan juga menempatkan ulama di setiap barak tentaranya, untuk memastikan keikhlasan niat mereka dan kedekatan mereka kepada Zat yang Maha Kemenangan.” (Siauw, 2013: 107). Kutipan cerita di atas menggambarkan seorang Sultan Mehmed yang sangat religius yang selalu mendekatkan dirinya hanya kepada Allah SWT, tidak pernah melalaikan shalatnya yang selalu dikerjakannya dengan berjama’ah, dan selalu menjaga shalat malamnya serta shalat rawatib, Sultan Mehmed merupakan satusatunya panglima yang selalu menyibukkan dirinya bertaqarrud kepada Allah SWT Yang Maha Memenangkan dan Yang Maha Menolong. Sultan juga selalu menjaga ibadah para pasukan perangnya dalam penaklukkan Konstantinopel agar menjadi pasukan yang dimuliakan oleh Allah SWT, itu merupakan pendidikan karakter yang patut dijadikan sebagai contoh. Allah berfirman dalam surat AlBaqarah ayat 21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,(Q.S. Al-Baqarah:21). 53 2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri a. Jujur Jujur adalah menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan, berani karena benar, dapat dipercaya, dan tidak curang (Samani dan Hariyanto, 2013: 51). Segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan harus sama dengan informasi dan fenomena yang terjadi. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter jujur adalah sebagai berikut: “Terlepas banyak penulis Barat yang mendiskreditkan pasukan Muslim Utsmani kerena kebencian mereka dan mengingkari bahwa keberhasilan Utsmani juga didukung oleh nilai keluhuran Islam yang ada pada tentaranya. Namun, tidak sedikit juga penulis Barat yang jujur mengakui kekuatan tentara Muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara Prancis, Bertrandon de la Broquiera yang bertemu tentara Muslim pada 1430-an: mereka sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan sederhana, ketika perintah sudah diberikan mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan. Saya harus mengakui bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam, saya selalu mengenal orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal serta ketika mereka dibutuhkan untuk menunjukkan keberanian, mereka tidak pernah gagal melekukanya.” (Siauw, 2013: 116). Kutipan cerita di atas menggambarkan pendidikan karakter dalam aspek kejujuran, ada beberapa penulis barat yang menceritan tentang keadaan tetara Muslim. Penulis tersebut dengan jujur mengakui kekuatan tentara Muslim dan menceritakan segala hal yang dilakukan oleh tentara Muslim, dari kebiasaan tentara Muslim hingga 54 apa yang dilakukan oleh tentara Muslim yang tidak pernah diingkari. Allah SWT berfirman dalam surat Al Anfal ayat 58. “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (Q.S. Al-Anfal:58 ). b. Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya, atau biasa disebut dengan panggilan jiwa (Munir, 2010:90). Melakukan suatu tugas dengan sepenuh hati, berusaha keras untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan yakin terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter tanggung jawab adalah sebagai berikut: “Murad menyerahkan tahta sultan kepada Mehmed II untuk memastikan anaknya dapat menjalankan tugasnya dengan baik semasa ia masih hidup dan mempercayakan pengawasanya pada Halil Pasha, wazir kepercayaannya untuk mendidiknya tentang tugas-tugas seorang sultan dan kepemimpinan.” (siauw, 2013:51). “Mehmed membangun benteng barunya dengan tiga menera utama yang dia dedikasikan kepada ketiga wazirnya; Halil Pasha, Zaganos Pasha dan Saruja Pasha. Masing-masing deberikan porsi pembangunan benteng berdasarkan master desain dan masing-masing wazir bertanggung jawab terhadap bagiannya sendiri, Halil Pasha diberikan bagian menara timur dekat gerbang benteng, Saruja Pasha mendapatkan bagian sebelah utara sementara Zaganos Pasha bertanggung jawab atas pembangunan menara bagian selatan.” (Siauw, 2013: 71). 55 Kutipan cerita di atas menggambarkan diberikanya sebuah tanggung jawab berupa tahta Sultan kepada Mehmed dari ayahnya Murad, dan Murad juga memberikan tanggung jawab kepada Halil Pasha seorang kepercayaannya untuk mendidik Mehmed dalam hal penugasannya dan kepemimpinannya, ada juga dalam kutipan cerita di atas menggambarkan tanggung jawab yang diberikan kepada tiga wazir Sultan yang berupa pembangunan sebuah benteng baru Sultan Mehmed, dan itu merupakan pendidikan karakter dalam aspek tanggung jawab yang perlu dicontoh agar terbina kerakter yang bertanggung jawab. Allah SWT berfirman: “tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S. Al-Muddatstsir:38). Ayat di atas mengajarkan bahwa setiap individu harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Islam mengajarkan bahwa apa saja yang dilakukan manusia, keburukan dan kebaikan akan mendapatkan ganjaran atau balasan dari Allah. c. Disiplin Disiplin adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan ketertiban dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan peraturan (Zuchdi, 2013:27). Disiplin yang telah terbina itu akan sulit untuk diubah, karena telah menyatu dengan pribadinya. Disiplin diri menjadi kata kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran orang-orang besar 56 yang pernah hidup dalam sejarah. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter disiplin adalah sebagai berikut: “Sultan juga menekankan pentingnya kedisiplinan kepada pemimpin, mematuhi setiap arahan dan komando yang diberikan kepada mereka tanpa keraguan sedikit, kalian harus bergerak maju tanpa gaduh dan tanpa suara, sebaliknya ketika harus berteriak maka harus dilakukan sekeras mungkin.” (siauw, 2013:235). Kutipan cerita di atas menggambarkan sikap disiplin yang ditanamkan Sultan Mehmed terhadap para tentaranya dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan tanpa ada keraguan, itu merupakan sikap pendidikan karakter yang berupa kedisiplinan yang perlu dicontoh karena sikap disiplin sangat penting dilaksanakan ketika mendapatkan perintah dan menjalankan kewajiban yang diberikan. Tidak hanya itu, sikap disiplin juga harus ditanamkan sejak dini untuk membentuk karakter yang baik yang nantinya akan berguna terhadap apapun yang dikerjakan. Seperti kegiatan di sekolah diantaranya disiplin masuk sekolah, disiplin mengerjakan tugas yang diberikan, disiplin dalam peraturan-peraturan sekolah, dan juga yang lainya. Allah berfirman: ... “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (QS. AnNisa’4:59). 57 d. Kerja Keras Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Kerja keras merupakan suatu upaya yang terus dilakukan tidak pernah menyerah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang menjadi tugasnya hingga tercapai. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter kerja keras adalah sebagai berikut: “Resolusinya pasti, keputusannya sudah final bahwa Konstantinopel harus dibebaskan pada masanya dan di tangannya. Pemikiran ini sudah cukup untuk membuatnya terjaga sepanjang malam. Tangannya sibuk membuat sketsa pertahanan Konstantinopel hasil penelitian pribadinya pada Agustus di musim panas tahun lalu dan merencanakan strategi yang tepat untuk pengepungannya.” (Siauw, 2013:92). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang bekerja keras menyusun strategi perang untuk menaklukkan Konstantinopel yang sudah membuat Sultan sangat sibuk, karena Konstantinopel harus segera dibebaskan. Hal itulah yang dilakukan oleh Sultan Mehmed dengan sungguh-sungguh tidak bermalasmalasan. Kerja keras merupakan sebuah karakter yang dilakukan untuk mengubah sebuah keadaan, dan bagi yang mau bekerja keras dengan sungguh-sungguh seperti Sultan Mehmed pasti akan mendapatkan hasil yang terbaik. Allah berfirman dalam surat AzZumar ayat 39 tentang bekerja. 58 Katakanlah: “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui,(Q.S.Az-Zumar:39). e. Kreatif Kreatif adalah mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan sesuatu secara luar biasa, memiliki ide baru, ingin terus berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru (Samani dan Hariyanto, 2013: 51). Berfikir untuk melakukan sesuatu dengan mengembangkan ide-ide yang ada dengan hal-hal yang baru, menarik dan lebih baik. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter kreatif adalah sebagai berikut: “Abdullah bin Sa’ad bukanlah berucap tanpa hitugan, pada abad ke-7 komposisi kapal perang mengalami evolusi. Walaupun jenis dromon masih mendominasi kapal-kapal perang yang ada pada zaman itu, tetapi kapal dibuat dengan ukuran yang lebih besar dan pertahanan yang lebih kuat, namun dengan gerakan yang lebih lambat. Perubahan komposisi formasi kapak juga berpengaruh dalam taktik perang, taktik menghancurkan kapal dengan alat pelantak juga dikombinasikan dengan cara mendekatkan kapal satu sama lain dan pasukan marinir berperang tidak ubahnya seperti pertempuran darat. Hal ini keuntungan besar buat pasukan Muslim yang terbiasa melakukan perang jarak dekat. Dari segi perlengkapan kapal perang, kapal-kapal Muslim tidak secanggih kapal perang Konstantinopel maka mereka segera mengikatkan kapal mereka pada kapal-kapal Byzantium. Membatasi pergerakannya dan melakukan peperangan jarak dekat layaknya peperangan di daratan.” (Siauw, 2013:19-20). 59 Kutipan cerita di atas menggambarkan para tentara Utsmani sangat kreatif dalam peperangan tersebut dengan cara mendekatkan kapal mereka kepada kapal musuh, sehingga menguntungkan bagi tentara Utsmani karena terbiasa melakukan pertempuran jarak dekat seolah-olah mereka berperang di daratan. Kreatif merupakan berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki seperti yang dilakukan oleh tentara Ustmani dalam menyusun strategi perang. Allah berfirman: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia, (Q.S. Ar Ra’d:11) f. Mandiri Mandiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain. Soaekarno, Presiden Indonesia pertama, mengumandangkan istilah berdikari, yakni berdiri di atas kaki sendiri, untuk membangkitkan sikap mandiri bangsa ini dari pengaruh dan kekuatan bangsa asing 60 (Nashir, 2013:86). Karakter mandiri sangat penting dan harus melekat dalam diri seseorang, dengan kemandirian seseorang akan lebih memaknai kehidupannya tanpa bergantung pada orang lain. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter mandiri adalah sebagai berikut: “Benak Sultan berkecamuk, ambisinya jelas, tapi dia banyak memerlukan banyak informasi dan perencanaan tambahan untuk melakukan hal paling besar dalam hidupnya. Penaklukan Konstantinopel memenuhi seluruh pandangan dan pikirannya. Malam-malam di akhir musim dingin 1453 tidak jarang dilewatinya tanpa tidur, semangat tampaknya telah memacu adrenalin yang membius tubuhnya dari rasa lelah. Puluhan sketsa pertahanan Konstantinopel hasil penelitian dan penyelidikan pribadinya pada 1452 lalu terhampar di depannya...” (Siauw, 2013:121). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang mandiri, Sultan mencari sendiri informasi tentang keadaan kota Konstantinopel dan menyusun strategi peperangan penuh semangat tanpa rasa lelah. Itulah yang perlu kita contoh sikap kemandirian dari seorang Sultan Mehmed yang memiliki ambisi sangat kuat untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Allah berfirman: Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya, (Q.S. AlMukminun:62). 61 g. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Keingintahuan akan sesuatu menyebabkan seseorang akan mendekati, mengamati, ataupun mempelajari suatu benda ataupun suatu hal lainnya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu adalah sebagai berikut: “Ketika ilham strategi perang yang sempurna untuk membuka pintu Konstantinopel tidak kunjung datang, sering pula Sultan menyamar sebagai penduduk biasa pada malam harinya dan berbaur dengan masyarakat untuk mengetahui pendapat mereka tentang penaklukan yang akan dilakukannya. Sultan memastikan bahwa opini umum yang terbentuk di masyarakat mendukung rencananya dan dapat memberikan sokongan yang memadai.” (Siauw, 2013:122). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang rela menyamar menjadi orang biasa dan berbaur dengan penduduk sekitar untuk mencari tahu pendapat para masyarakat tentang penaklukkan kota Konstantinopel. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar ditunjukkan oleh Sultan Mehmed yang ingin mengetahui pendapat para penduduk. 62 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, (Q.S. Ali Imran:190). h. Gemar Membaca Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Semakin banyak waktu yang tersedia untuk membaca, maka semakin banyak ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang akan diperoleh. Membaca tidak harus dengan buku atau sesuatu yang bertulis, membaca dapat dilakukan dimana saja kapanpun, membuat seseorang akan lebih cerdas daripada yang tidak banyak membaca Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter gemar membaca adalah sebagai berikut: “Mehmed bertindak cepat untuk mengantisipasi segala kemungkinan, pada 29 Agustus – 1 September 1452, ia menyelinap ke Teluk Tanduk Emas untuk mempelajari Konstantinopel dengan detail dari dekat, membuat catatan untuk persiapan perang dan analisa geografis dan sagala hal disekelilingnya untuk mendapatkan celah kelemahan pada pertahanan Konstantinopel.” (Siauw, 2013:73). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed menyelinap ke Teluk Emas hanya untuk mempelajari kelemahan Konstantinopel lebih detail dan dari dekat. Banyak cara yang Sultan lakukan untuk mendapatkan celah kelemahan kota Konstantinopel di antaranya dengan membuat catatan dan menganalisa geografis di sekelilingnya. Gemar membaca merupakan kebiasaan seseorang untuk 63 menambah pengetahuan dan informasi dengan meluangkan waktunya untuk membaca buku. Allah berfirman: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (Q.S. Al-‘Alaq:1-4). 3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama a. Menghargai Prestasi Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Memberikan kesempatan pada seseorang untuk menampilkan ide, bakat dan kreasi yang dimilikinya, serta memberikan pujian atau penghargaan apabila telah melaksanakan tugas dengan baik, memunculkan ide yang cemerlang atau memunculkan sebuah karya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter menghargai prestasi adalah sebagai berikut: “Mehmed segera memerintahkan bawahanya untuk memperlakukan Orban dengan baik dan membayar keahliannya 4x lipat dari permintaan Orban.” (Siauw, 2013:96). “Sultan memasuki gerbang kota, mengagumi isi di dalamnya dan mengalir dari lisannya puji dan syukur kepada Tuhannya, sang pemberi kenikmatan... Seusai bersyukur kepada Tuhannya, Mehmed berbalik kepada seluruh pasukannya yang berjumlah 64 70.000 atau 80.000 dan mengucapkan selamat kepada mereka.” (Siauw, 2013:255). “Harta rampasan perang dibagi menurut hukum syariat setelah dikumpulkan semuanya di depan Sultan. Setiap prajurit yang mengikuti perang dibagi berdasarkan hukum-hukum Islam pula. Mehmed memberikan hadiah tambahan bagi prajurit yang berjasa ataupun kepada keluarga tentara yang gugur dalam peperangan.” (Siauw, 2013:258). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang menghargai keahlian Orban dengan membayar 4x lipat dari permintaan Orban sebelumnya. Sikap menghargai prestasi juga ditunjukkan Sultan dengan mengucapkan selamat kepada para pasukannya seusai mengucap syukur kepada Tuhannya. Selain itu Sultan Mehmed juga menghargai prestasi bagi para prajurit yang berjasa ataupun pada keluarga tentara yang gugur dalam peperangan dengan memberikan hadiah tambahan. Itulah karakter yang dimiliki Sultan Mehmed yang dapat dijadikan sebagai teladan hidup. Allah berfirman: karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orangorang yang berbuat kebaikan, (Q.S. Ali Imran:148). b. Demokratis Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Mewujudkan negara yang aman dan bemberikan hak-hak kepada rakyatnya secara adil, mewujudkan 65 sistem pemerintahan suatu negara yang demokratis. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk seluruh rakyatnya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter demokratis adalah sebagai berikut: “Segera setelah penaklukan Konstantinopel, Sultan Mehmed memindahkan ibukota Utsmani ke kota itu dan memerintah rakyatnya dengan sangat adil. Kemampuannya dalam urusan administrasi dan pengelolaan kota sama baiknya ketika ia berhadapan dengan pasukan perang. Mehmed Al-Fatih adalah Sultan pertama yang mengodifikasi aturan-aturan hukum dalam setiap urusan-urusan, yang selanjutnya akan disempurnakan oleh keturunannya, Khalifah Suleyman II yang dikenal sebagai Al-Qaruni, sang pembuat hukum. Sultan mengatur semuanya dengan hukum-hukum yang rinci, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, kepegawaian, peradilan, kesehatan, militer, seni dan budaya, perdagangan, sampai hukum-hukum sipil. Tidak heran bila pada masa pemerintahannya, banyak diantara penduduk Yunani yang memilih Islam sebagai agama baru mereka.” (Siauw, 2013: 261). Kutipan cerita di atas menggambarkan bahwa Sultan Mehmed setelah memindahkan ibukota Utsmani ke Konstantinopel kepemimpinan Sultan dianggap sangat adil terhadap rakyatnya dalam hal administrasi dan pengelolaan kota, selain itu Sultan juga demokratis dalam hal pendidikan, pemerintahan, kesehatan, militer, seni budaya, perdagangan sampai hukum-hukm sipil. Semua itu diperlakukan dengan adil oleh Sultan Mehmed dan karakter tersebut dapat dijadikan sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari. ). Allah berfirman: 66 Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan, (Q.S. An Nisaa’: 7). c. Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Rasa yang timbul dari dalam hati untuk memberikan bantuan kepada yang lebih membutuhkan secara ikhlas tidak ada paksaan, dan tidak memikirkan waktu, usia, bahkan harta. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter peduli sosial adalah sebagai berikut: “Adapun terhadap tawanan-tawanan perang, Sultan Mehmed menerapkan hukum syariat Islam kepada mereka. Sebagian besar daripada tawanan perang dibebaskan dan sebagian besar yang lain lagi ditebus dengan emas dan perak, Sultan bahkan menebus beberapa tawanan perang dengan harta pribadinya.” (Siauw, 2013: 258) Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed sangat peduli terhadap para prajurit perang yang menjadi tawanan musuh, kepeduliannya itu ditunjukkan dengan membebaskan para tawanan perang. Cara yang dilakukannya menebus dengan emas dan perak 67 bahkan Sultan menebus beberapa tawanan perang dengan harta pribadinya. Itulah sikap peduli sosial yang ditunjukkan Sultan Mehmed yang rela menolong sesamanya dengan cara apaun. Allah berfirman: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik, (Q.S. Ali ‘Imran:110). d. Bersahabat Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Bersahabat membuat seseorang lebih mudah untuk bergaul dan saling bertukar pikiran karena memiliki banyak teman yang mau mendengar dan membantu jika ada seorang sahabat yang sedang mengalami kesusahan. Bersahabat dapat dengan siapa saja asalkan tetap sesuai dengan norma agama. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter bersahabat adalah sebagai berikut: 68 “Mehmed pun menyetujui hampir setiap permintaan dari negara-negara Kristen Eropa sehingga mereka pulang dengan kegembiraan dan anggapan bahwa Mehmed bukanlah ancaman sebagaimana Murad ayahnya.” (Siauw, 2013: 62). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang bersahabat dengan negara-negara Kristen Eropa, sikap yang ditunjukkan Sultan kepada mereka sangat baik sehingga mereka pulang dengan kegembiraan. Karakter yang dimiliki Sultan ini dapat dijadikan sebagai contoh dalam menjalin persahabatan dengan tidak memandang status, entah itu agama, ras, suku bangsa, dan lainnya. Allah berfirman: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan mereka, (Q.S. Asy-syura:38) seruan mereka mereka kepada 4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan a. Peduli Lingkungan Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Listyarti, 2012: 7). Sikap dan prilaku seseorang yang menunjukkan suatu perbuatan atas dasar rasa cinta dan 69 kepedulian terhadap lingkungan maupun orang lain. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter peduli lingkungan adalah sebagai berikut: “Mehmed sangat paham bahwa kekuasaan Utsmani yang terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Eropa dan Asia, dimana keduanya dibatasi oleh Selat Bosphorus dan Byzantium menjadi suatu kelemahan besar baginya dalam upaya menaklukkan Konstantinopel. Tidak mungkin bagi Sultan untuk memusatkan perhatiannya kepada Konstantinopel, sementara ia tidak bisa mengamankan jalur antara Asia dan Eropa.” (Siauw, 2013: 66) “Sejarah juga mencacat bahwa daerah yang dibebaskan kaum Muslim akan menjadi sejahtera daripada sebelumya, sebagai bukti ketinggian Islam dan sebagai argumen tak terbantahkan bahwa Islam bukan menjajah dan mengeksploitasi, melainkan membebaskan dan membawa ummatnya menuju kemuliaan hidup.” (Siauw, 2013: 104). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed tidak hanya mementingkan urusan pribadi dalam usahanya menaklukkan Konstantinopel, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sekitarnya, seperti mengamankan jalur antara Asia dan Eropa yang lemah. Karena jalur tersebut sangat mendukung dalam penaklukkan Konstantinopel. Sultan Mehmed juga sangat peduli terhadap kesejahteraan daerah yang dibebaskannya. Sebagai bukti bahwa Islam tidak menjajah melainkan membawa ummatnya menuju kemuliaan-Nya. Bahwasannya sikap peduli lingkungan itu harus menjadi tanggung jawab bersama agar keseimbangan antara manusia dan lingkungan tetap terjaga. Allah berfirman: 70 Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.”Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”,(Q.S. AlBaqarah:11). b. Toleransi Toleransi adalah sikan dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Sikap yang diberikan apabila menemukan perbedaan, menghargai, dan menghormatinya. Membuat seseorang merasa lebih tenang karena merasa dihargai perbedaan yang dimiliki. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter toleransi adalah sebagai berikut: “Penduduk Kristen Ortodoks di Konstantinopel sedang bersiap menyambut hari tersuci bagi mereka, yaitu Hari Paskah yang jatuh pada 1 April, dalam doa-doa yang mereka panjatkan, mereka memohon agar Hari Paskah dapat mereka lalui dengan tenang. Hak itu tentu diperhatikan oleh Sultan Mehmed dan memberikan mereka kesempatan untuk beribadah dalam kepercayaan mereka dan tidak lebih daripada hari itu saja.” (Siauw, 2013: 128). “Tatkala Sultan mendekati pintu Gereja, kaum Kristen yang berkumpul di dalamnya merasa sangat ketakutan. Namun, tidak ada pilihan lain bagi mereka, salah seorang pendeta lalu membukakan pintu untuk Sultan dan terlihatlah di depannya penduduk Konstantinopel memadati Gereja Hagia Sophia dengan ketakutan dan histeris. Sultan kemudian meminta agar pendeta menenangkan penduduk dan semua diperintahkan kembali ke rumahnya masing-masing dengan jaminan darinya. Mendengarkan hal ini, beberapa pendeta yang tadinya 71 bersembunyi segera keluar dan menyatakan masuk Islam setelah menyaksikan toleransi Islam kepada penduduk yang telah ditaklukkan.” (Siauw, 2013: 256). Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang memberikan kesempatan beribadah kepada penduduk Kristen Ortodoks di Konstantinopel yang sedang bersiap menyambut hari suci bagi mereka yaitu Hari Paskah, sikap toleransi tersebut diberikan karena Sultan Mehmed menghargai kepercayaan mereka. Sultan Mehmed juga memberikan toleransi kepada warga kota Konstantinopel dengan cara memberikan jaminan kepada mereka. Sikap yang ditunjukkan oleh Sultan Mehmed merupakan contoh yang sangat baik terutama dalam memberikan toleransi dalam hal beragama dan yang lainnya. Allah berfirman: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, (Q.S. Al-Baqarah:256). 5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Kebangsaan a. Semangat Kebangsaan Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Rasa yang timbul untuk membela negara, rela berkorban, sesalu berusaha memberikan yang terbaik untuk mementingkan kepentingan 72 bangsa, dan tidak mementingkan diri sendiri. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter semangat kebangsaan adalah sebagai berikut: “Abu Ayyub Al-Anshari seorang sahabat dekat Rasulullah yang pada saat itu usianya hampir 80 tahun, tetapi ia memaksa untuk tetap ikut dalam pengepungan Konstantinopel.” (Siauw, 2013: 23). “Khususnya pasukan Yeniseri yang sangat bersemangat menaklukkan kota, tidak ada satupun dari mereka yang takut pada kematian, mereka berlari berani menuju tembok dengan tangga, pedang crossbow, panah untuk menghadapi pasukan bertahan.” (Siauw, 2013: 152). Kutipan cerita di atas menggambarkan sosok Abu Ayyub AlAnshari walaupun usia beliau hampir 80 tahun akan tetapi beliau memiliki semangat juang yang tinggi dan memaksa untuk tetap ikut dalam sebuah peperangan. Itulah yang ditunjukkan dari sikap beliau tentang dalam hal semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan juga ditunjukkan oleh pasukan khusus Yeniseri untuk menaklukkan kota Konstantinopel bahkan mereka tidak memiliki rasa takut sekalipun dihadapkan pada kematian. Itulah semangat kebangsaan yang ditunjukkan oleh para prajurit Islam. Kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kebangsaan dapat ditanamkan dalam diri seseorang untuk mempertahankan dan memperjuangkan bangsa yang dimiliki tanpa mengenal usia serta rasa takut. Allah berfirman: 73 Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kanalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal, (Q.S. Al-Hujurat:13(. b. Cinta Tanah Air Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa (Listyarti, 2012: 7). Mencintai semua hal yang berada di bangsa ini merupakan sikap untuk mencintai tanah air. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter cinta tanah air adalah sebagai berikut: “Heraklius sedang menikmati masa-masa paling jaya semasa hidupnya. Setelah peperangan sengit dan berkepanjangan antara front Romawi dan Persia pada abad ke 6 dan 7, Romawi akhirnya memenangkan peperangan dan merebut kembali daerah mereka yang dikuasai Persia.” (Siauw, 2013: 9). Kutipan cerita di atas menggambarkan sosok Heraklius yang berjuang merebut kembali daerah kekuasaannya yang telah dijajah bangsa Persia dan itulah sikap cinta tanah air yang ditunjukkan Heraklius yang rela berkorban demi tanah airnya. 74 c. Cinta Damai Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Tidak ada kekerasan yang timbul jika menghadapi masalah, menyelesaikan segala permasalahan dengan jalan damai, adil, dan benar merupakan sikap cinta damai yang ditunjukkan seseorang dalam menghadapi masalah. Dengan damai membuat seseorang akan merasa tenang karena tidak ada ancaman yang merugikan suatu pihak. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter cinta damai adalah sebagai berikut: “Hal ini membuat kaisar Byzantium, Romanus IV Diogenes murka, ia segera mengumpulkan pasukan Byzantium dan pasukan gabungan Eropa yang berjumlah 200.000 untuk menghentikan gerakan Alp Arslan yang mempunyai pasukan hanya 20.000. Alp Arslan sebenarnya tidak ingin terlalu cepat berurusan dengan pasukan inti Byzantium karena itu ia mengirimkan utusan damai.” (Siauw, 2013: 30). “Wallachia dan Rhodes mengirimkan utusan kepada Sultan baru untuk mengadakan kesepakatan antara kesultanan Utsmani dengan mereka. Kedatangan utusan-utusan itu disambut baik oleh Mehmed. Ia menyetujui tawaran Venezia untuk berdamai, sebagaimana ia melanjutkan kesepakatan damai yang dibuat ayahnya untuk tiga tahun ke depan dengan John Hunyad dari Hungaria.” (Siauw, 2013: 62). Kutipan cerita di atas menggambarkan sosok Alp Arslan yang tidak menyukai kekerasan dan dia lebih memilih jalur damai karena dia merasa tidak memiliki banyak pasukan dan tidak ingin cepat berurusan dengan Byzantium. Sultan Mehmed juga sepakat untuk mengambil langkah damai antara kesultanan Ustmani dengan 75 Wallachia dan Rhodes. Hal tersebut memberikan contoh agar selalu mencintai damai. Karena sebuah kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Selain itu damai juga dapat memberikan rasa senang dan aman. Allah berfirman: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan,(Q.S. Al-Hasyr: 23). B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Muhammad AlFatih 1453 dengan Praktek Pendidikan Karakter Masa Kini Pada dasarnya pendidikan karakter mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan, saat ini kita dihadapkan dengan kehidupan yang terus menerus berkembang sesuai perkembangan zaman. Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap terbentuknya karakter seseorang. Dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, kejujuran menjadi amat penting untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia saat ini. Karakter ini dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal anak melakukan ujian. Perbuatan mencontek merupakan perbuatan yang mencerminkan anak tidak berbuat jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya. Dengan mencontek, anak menipu diri, teman, orang tua, dan 76 gurunya. Apa yang ditipu oleh anak. Anak memanipulasi nilai yang didapatkannya seolah-olah merupakan kondisi yang sebenarnya dari kemampuan anak, padahal nilai yang didapatnya bukan merupakan kondisi yang sebenarnya. Selain itu juga kebudayaan katakanlah ditelapkan sebagai pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah pada jam sekolah untuk menyukseskan proses belajar mengajar. Kejujuran dalam penyelenggaraan sekolah saat ini dapat kita identifikasi ketika sekolah menghadapi Ujian Nasional (UN). Banyak dugaan bahwa pelaksanaan UN banyak dimanipulasi oleh penyelenggara sekolah itu sendiri, bahkan beberapa kepala sekolah dan guru mengakui akan hal ini. Jika anak mempersepsi proses ketidakjujuran dalam UN ini sebagai hal yang biasa, maka telah terbentuk dalam diri anak karakter terhadap kebohongan, bahkan menganggap harus berbohong. Tentu saja hal ini sangat berbahaya untuk penguatan karakter anak. Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Selain itu ada pula anak muda sekarang yang tidak mau bekerja keras, mereka lebih memilih bekerja ringan walaupun tidak halal dari pada bekerja keras yang halal. Berapa banyak pemuda yang pekerjaanya meminta-minta di terminal atau di perempatan jalan, padahal bersamaan dengan keberadaan 77 mereka, para kakek dan nenek masih terus bekerja keras, semisal dengan berjualan keliling. Masyarakat saat ini banyak yang tidak mau bekerja keras, dengan taat aturan dan norma untuk mencapai tujuan, tetapi mereka banyak memilih untuk melakukan hal yang mudah dan mendapat untung banyak sehingga korupsi, pemalakan, perampokan menjadi hal-hal yang lumrah terjadi dan semakin menggejala di semua lapisan. Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 Sultan Mehmed mengajarkan satu hal yang sangat penting bagi kaum Muslim yang igin menapaki jalan perjuangan Islam setelahnya. Pertanyaannya bukanlah bisa atau tidak bisa, bukan juga mungkin atau tidak mungkin. Seseorang tentu sangat paham, tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Namun Sultan Mehmed mengajarkan bahwa pertanyaannya adalah mau atau tidak mau. Apabila seseorang mau, maka semua yang dilakukannya pasti yang terbaik dan tidak akan menghabiskan waktu untuk mengasihani diri sendiri, beralasan dan membenarkan kegagalan-kegagalan. Namun, seseorang akan terus mencari cara terbaik untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan kegagalan justru akan menjadi pengalaman berharga untuk dijadikan bahan perbaikan. Berbeda dengan orang yang tidak mau, maka seberapapun kemungkinan dan kemudahan yang didapatkannya, namun itu tidak akan bisa mendorongnya untuk berbuat maksimal dan yang keluar dari dirinya adalah alasan demi alasan, mengasihani diri, mengeluh, dan meligitimasi kegagalan 78 yang diperolehnya. Kegagalan akan menjadi kambing hitam di dalam hidupnya. Salah satunya melalui pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kesuma, 2012: 6). Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terdapat lima hal dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Pertama, manusia Indonesia harus bermoral, berakhlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau menjadi masyarakat yang religius yang anti kekerasan. Kedua, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi. Ketiga, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. Keempat, harus bisa memperkuat semangat. Seberat apapun masalah yang dihadapi 79 jawabannya selalu ada. Kelima, manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya. Melalui buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw ini, diharapkan nilai-nilai pendidikan karakter dapat tersampaikan dengan baik. Pendidikan karakter kaitannya dengan praktek pendidikan masa kini dibagi dalam lima aspek. Pertama, pendidikan karakter hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu religius. Kedua, pendidikan karakter kaitanya dengan diri sendiri yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca. Ketiga, pendidikan karakter kaitanya dengan sesama yaitu menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan barsahabat. Keempat, pendidikan karakter kaitanya dengan lingkungan yaitu peduli lingkungan dan toleransi. Kelima pendidikan karakter kaitanya dengan kebangsaan yaitu semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai. 80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan pembahasan terhadap Buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan kajian berupa nilai-nilai pendidikan karakter, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai pendidikan karakter yang penulis temukan dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw meliputi: nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Religius), nilai ini memiliki kesamaan dengan pendidikan sekarang, karena nilai religius merupakan tindakan perkataan dan perbuatan kita untuk selalu mematuhi dan melaksanakan perintah dari agama yang dianutnya. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca), nilai pendidikan karakter kaitanya dengan diri sendiri memiliki perbedaan pada gemar membaca, gemar membaca yang penulis temukan pada buku Muhammad Al-Fatih bukanlah membaca buku yang banyak, melainkan membaca keadaan, menganalisa situasi daerah dan yang lainya. Sedangkan saat ini gemar membaca ditunjukkan kepada seseorang yang senang sekali dengan buku, rela meluangkan waktu 81 untuk membaca, dan mengetahui manfaat dari gemar membaca karena memiliki banyak pengetahuan, wawasan serta lebih cerdas dari pada yang tidak membaca. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama (menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat), nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (peduli lingkungan dan toleransi), dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan (semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai). 2. Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dengan praktik pendidikan masa kini. Pada dasarnya pendidikan karakter mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan, saat ini seseorang dihadapkan dengan kehidupan yang terus menerus berkembang sesuai perkembangan zaman. Dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, kejujuran menjadi amat penting untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia saat ini. Karakter ini dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal anak melakukan ujian. Perbuatan mencontek merupakan perbuatan yang mencerminkan anak tidak berbuat jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya. Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 Sultan Mehmed mengajarkan 82 satu hal yang sangat penting bagi kaum Muslim yang igin menapaki jalan perjuangan Islam setelahnya. Mehmed adalah gabungan dari keberanian, kegigihan, dan kecerdasan dalam berjuang. Dia memiliki suatu mental penentu, yaitu memberikan yang terbaik dalam setiap pilihan hidupnya. Banyak Muslim di dunia ini yang kalah sebelum berperang, mereka tidak mampu menunjukkan kemampuan maksimal yang mereka miliki. Bahkan, sejak awal mereka meragukan pencapaian yang diinginkannya. Namun tidak bagi Sultan Mehmed, sejak awal dia sudah menunjukkan bahwa dia adalah seorang pemberani karena agama Allah dan hal itu ditunjukkan melalui perbuatan dan kata-katanya dalam setiap kesempatan. B. Saran Setelah mengadakan kajian tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Ada beberapa saran yang penulis sampaikan antara lain: 1. Bagi Orang Tua Hendaknya orang tua menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter sejak dini dan lebih bisa mengawasi putra-putri mereka. Berilah perhatian dan kasih sayang. Jadikanlah keluarga sebagai tempat berkembangnya karakter dan akhlak. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, ataupun kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas 83 sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Maka pengembangan karakter bangsa dapat melalui pendidikan formal maupun nonformal, salah satunya melalui peran kedua orang tua dan keluarga. 2. Bagi Dunia Pendidikan Metode pembelajaran dalam pendidikan harus semakin dikembangkan terlebih di era modern sekarang ini. Banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media cerita yang inspiratif dalam mendidik siswa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila sehingga pendidikan budaya dan karakter bangsa harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik. C. Kritik Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw yang penulis teliti sudah cukum bemberikan manfaat dan juga menambah wawasan mengenai sejarah Islam, dalam buku ini mengisahkan seorang kesatria muda yang berjuan dengan keras untuk menaklukkan kerajaan Konstantinopel. Tetapi dalam buku Muhammad Al-Fatih tersebut yang 84 begitu indah dan enak dibaca ternyata yang penulis buku Felix Y. Siauw kurang teliti dalam penulisan dan penyusunan kata-kata. Semisal penulis menemukan sebuah contoh dalam penulisan Kerajaan Utsmani terkadang juga ditulis Ustmani, yang benar yang mana. Selanjutnya dalam penulisan profil, penulis buku kurang detail dalam memberikan informasi, mengenai latar belakang keagamaan dan juga yang lainya. 85 DAFTAR PUSTAKA Al-Munyawi, Syaikh Ramzi. 2012. Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstantinopel. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar Ash-Shalabi, Ali Muhammad. 2015. Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk. Solo. Al-Wafi Darmayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta. Araksa Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Bandung. Alfabeta. Ismadi, Hurip Danu. 2014. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kubudayaan. Jakarta. PT Gading Inti Prima, Anggota IKAPI Kesuma, Dharma, Cepi Triantara, dan Johar Permata. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Tenori danPraktik di Sekolah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, Kreatif. Jakarta. Erlangga Group Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa. Yogyakarta: TrustMedia Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Anak Sejak Dari Rumah. Sleman Yogyakarta. PT Pustaka Insan Madani, Anggota IKAPI Nurwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta. Familia Nashir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama Dan Kebudayaan. Yogyakarta. Multi Presindo Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN SALATIGA. 2008 permendiknas Nomor 46 Tahun 2009. 2009. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD TERBARU. Yogyakarta. Pustaka Timur Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Siauw, Felix Y. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta Utara. Alfatih Press Syukur, Abdul. 2014. Profesi Pendidik. Salatiga. STAIN Salatiga Press Uhlin, Anders. 1998. Oposisi Berserah Arus Deras Demokratisasi Gelombang Ketiga Di Indonesia. Bandung. Mizan Anggota IKAPI Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta. Pustaka Zakiyah, Qiqi Yuliati dan Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai. Bandung: Pustaka Setia Zuchdi, Darmiyati dkk. 2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press http://blogalakadar.blogspot.co.id/2013/04/ustadz-felix-siauw-yangketurunan.html (Diakses pada Kamis, 28 Januari 2016, pukul 07:35) http://felixsiauw.com/home/aku-dan-islam/ (Diakses pada Selasa, 16 Februari 2016, pukul 23:21) http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ (Diakses pada Kamis, 28 Januari 2016, pukul 07:40) https://petapemikiran.wordpress.com/2012/06/29/review-buku-muhammad-alfatih-1453/ (Diakses pada Kamis, 28 Januari 2016, pukul 08:24) RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Putra Arief Perdana Tempat/tanggal lahir : Semarang, 24 Maret 1991 NIM : 11111183 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Alamat Asal : Bawangan RT 001/RW 003, Reksosari, Suruh, Semarang Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Golongan darah : B Warga Negara : Indonesia Jenjang Pendidikan : 1. TK Muslimat Reksosari lulus tahun 1997 2. SD Negeri Reksosari 1 lulus tahun 2004 3. SMP Negeri 1 Suruh lulus tahun 2007 4. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran lulus tahun 2010