nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung

advertisement
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
YANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD
AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
PUTRA ARIEF PERDANA
NIM 111 11 183
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
i
ii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
YANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD
AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
PUTRA ARIEF PERDANA
NIM 111 11 183
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
iii
iv
v
MOTTO
“Yakinlah terhadap doamu,
Allah akan mengabulkan doa yang dilandasi keyakinan”
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”(Q.S. Al-Baqarah 286)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-NYA
saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan karya ini saya
persembahkan kepada:
 Ayahanda Khozin dan ibunda Siti Zakat Rodiah tercinta yang penuh
kasih sayang dan tetesan air mata serta doa yang tulus nan suci
dalam mendidik putranya ini. Ananda harapkan dapat terus
menyongsong masa depan untuk menghadapi tantangan hidup, rasa
terima kasih tidak dapat ananda ucapkan walaupun dengan kata-kata
yang paling manis sekalipun.
 Kepada orangtua saya yang kedua, kakak-kakakku. Terima kasih
banyak selama ini telah setia menemaniku dengan iringan doa yang
tulus
nan
suci,
memberikan
semangat
kepadaku
dalam
menyelesaikan skripsi dari awal sampai akhir.
 Adik-adikku Ananda Putri Sabilla dan Putri Ayu Firnanda, terima
kasih atas motivasinya selama ini.
 Teruntuk teman-teman PAI E Exclusive angakatan 2011 khususnya
sahabat-sahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan
melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak
atas dukungan dan kebersamaannya.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai-nilai Pendidikan karakter yang
terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak
yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan PAI.
4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing akademik yang
membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis.
viii
ix
ABSTRAK
Perdana, Putra Arief. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung
Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun,
M.Ag.
Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Buku Muhammad Al-Fatih 1453.
Dengan modal keadaan sosial budaya dan kekayaan yang dimiliki
Indonesia dapat hidup dengan makmur tanpa harus ada kejahatan, korupsi hingga
tawuran antar pelajar, sikap anak yang kurang menghormati orang tua dan kasuskasus lainnya. Berangkat dari berbagai persoalan di atas, sudah saatnya sistem
pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa
Indonesia. Salah satunya adalah dengan pendidikan karakter
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter
dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Pertanyaan utama
yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung pada buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya
Felix Y. Siauw 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung pada buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan
praktik pendidikan karakter masa kini.
Kajian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan pragmatik.
Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif, analisis data
yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan
Karakter yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y.
Siauw diantaranya: nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa (religius), nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan
diri sendiri (jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
ingin tahu, dan gemar membaca), nilai pendidikan karakter dalam hubungannya
dengan sesama (menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat),
nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (peduli
lingkungan dan toleransi), nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan
kebangsaan (semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai). (2)
Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dengan praktik pendidikan karakter masa
kini adalah mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan, saat ini kita
dihadapkan dengan kehidupan yang terus menerus berkembang sesuai
perkembangan zaman. Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap
terbentuknya karakter seseorang.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii
JUDUL ................................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... vi
MOTTO ........................................ ..................................................................... vii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4
E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 5
F. Metode Penelitian ................................................................................. 7
1. Jenis dan pendekatan penelitian ....................................................... 9
2. Metode pengumpulan Data .............................................................. 8
xi
3. Sumber Data ................................................................................... 10
4. Metode Analisis Data ..................................................................... 10
G. Penegasan Istilah ................................................................................ 11
H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 13
BAB II BIOGRAFI PENULIS DAN ANATOMI BUKU
MUHAMMAD AL-FATIH 1453
A. Biografi penulis ................................................................................. 16
1. Latar belakang penulis .................................................................. 16
2. Karya-karya penulis ...................................................................... 21
3. Tujuan penulisan buku .................................................................. 23
B. Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453 ......................................... 24
C. Sinopsis Buku Muhammad Al-Fatih 1453 .......................................... 26
BAB III PENDIDIKAN KARAKTER
A. Deskripsi Pendidikan Karakter............................................................. 35
B. Tujuan Pendidikan Karakter................................................................. 37
C. Fungsi Pendidikan Karakter................................................................. 38
D. Media Pendidikan Karakter.................................................................. 38
E. Macam-macam Pendidikan Karakter................................................... 39
1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan
Yang Maha Esa ............................................................................... 40
2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan diri
sendiri .............................................................................................. 41
xii
3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan sesama.46
4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Hubunganya dengan
lingkungan ....................................................................................... 48
5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan
kebangsaan ...................................................................................... 49
BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU
MUHAMMAD AL-FATIH 1453
A. pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 .............. 51
B. relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad AlFatih 1453 dengan praktek pendidikan karakter masa kini ................ 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Saran .................................................................................................. 83
C. Kritik .................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Daftar Nilai SKK
Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 5 Cover Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah komponen
penting yang erat dan tidak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia.
Kualitas
sebuah
bangsa
dan
peradaban
ditentukan
oleh
kualitas
pendidikannya. Ia menjadi bagian penting sebab dengan pendidikan, manusia
mampu mengembangkan nalar berfikirnya sekaligus meningkatkan taraf
hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis lainnya.
Melihat kenyataan yang ada dalam kehidupan sekarang, banyak kasuskasus yang menunjukkan menurunnya moral bangsa. Dengan modal keadaan
sosial budaya dan kekayaan yang dimiliki Indonesia dapat hidup dengan
makmur tanpa harus ada kejahatan, korupsi hingga tawuran antar pelajar,
sikap anak yang kurang menghormati orang tua dan kasus-kasus lainnya.
Berangkat dari berbagai persoalan di atas, sudah saatnya sistem
pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa
Indonesia. Salah satunya adalah dengan pendidikan karakter, diharapkan
pendidikan karakter tersebut mampu mengantarkan peserta didik menjadi
pribadi yang lebih baik dan berakhlakul karimah dengan cara menyelipkan
nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran.
Salah satu contoh produk budaya yang dapat digunakan untuk
menanamkan nilai pendidikan karakter adalah karya sastra. Karya sastra
1
merupakan karya seni yang dituntut mampu menciptakan hiburan dan
pelajaran. Seperti halnya dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 di dalamnya
berisi tentang sejarah salah seorang pahlawan Islam yang bernama
Muhammad Al-Fatih ketika menaklukkan kota Konstantinopel dengan latar
kejadian pada tahun 1453 M. Buku ini menyuguhkan kata-kata yang inspiratif
dengan banyak hikmah dan pelajaran. Buku ini ditulis karena kesedihan
penulis melihat buku-buku sejarah atau biografi kaum Muslim sangat minim.
Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat mengkombinasikan sisi
pendidikan atau pengajaran dengan hiburan.
Untuk mengoptimalkan penanaman nilai-nilai pendidikan, khususnya
nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah buku, di sini
penulis mendiskripsikan teks-teks dari buku Muhammad Al-Fatih 1453. Buku
ini termasuk buku sejarah yang ditulis secara sistematis, mengalir, mudah dan
enak dibaca dengan isi dan argumen yang sangat inspiratif dan penuh dengan
nilai-nilai pendidikan dan moral. Salah satu contohnya yaitu pada bagian
cerita “The Secret of Victory” Menceritakan kisah yang mengandung nilai
religius, toleransi, dan tanggung jawab dalam menghadapi kesulitan dan
kesempitan. Seperti terdapat dalam penggalan berikut:
“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses maka sabda Rasulullah
SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu mukjizatnya telah
terbukti. Kita akan mendapatkan bagian apa yang telah menjadi janji
hadist ini, berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu,
sampaikanlah kepada para pasukan satu persatu bahwa kemenangan
besar yang akan kita capai ini akan menambah ketinggian dan
kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan menjadikan
syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara
mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka
tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja.
2
Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orangorang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.”
(Siauw, 2013:239)
Pada penggalan cerita di atas, pembaca diajak untuk meneladani sikap
selalu ingat Allah dalam situasi apapun, mendidik diri untuk bersikap disiplin
dan tanggung jawab serta mencoba memahami bahwa semua yang terjadi atas
kehendak Allah. Bahwasannya kemenangan bukan terletak pada kekuatan
fisik, apalagi karena strategi perang, tetapi satu-satunya kunci kemenangan
yaitu sikap religius dengan melakukan ketaatan kepada Allah dan menjauhi
maksiat.
Dengan melihat isi dari buku Muhammmad Al-Fatih 1453 yang
mengandung banyak pelajaran di samping kelebihan dan kekurangannya,
maka penulis mencoba mengangkatnya sebagai objek penelitian dengan judul
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG
DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y.
SIAUW”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup
keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013:302).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam buku
Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw?
3
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku
Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik
pendidikan karakter masa kini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai
arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan
realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus
mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
2. Untuk menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku
Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik
pendidikan karakter masa kini.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan
khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik pendidikan
umum maupun pendidikan karakter melalui pemanfaatan karya sastra
serta menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat
tentang pendidikan karakter.
4
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu yang berguna
kepada masyarakat umum terutama para pendidik serta memberi masukan
bagi masyarakat Muslim untuk lebih mengenal sejarah Islam, antara lain:
a.
Dapat menambah khazanah pengetahuan sejarah Islam.
b.
Dapat memotivasi umat Islam untuk meniru dan meneladani semangat
perjuangan Muhammad Al-Fatih.
c.
Memberikan tauladan pendidikan karakter melalui buku sejarah.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini. Untuk
mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap penelitianpenelitian sebelumnya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Siswa Di Man Salatiga Tahun 2013 yang
ditulis oleh Syarif Anam Muhammad, Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga 2013. Skripsi ini mengkaji tentang pendidikan karakter yang
terkandung dalam kegiatan ekstra kurikuler siswa di Man Salatiga. Skripsi ini
menganalisis tentang ektra kurikuler siswa Man Salatiga yang mengandung
nilai-nilai pendidikan karakter. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan
skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama
mengkaji tentang pendidikan karakter. Sedangkan berbedaanya terletak pada
5
subjek penelitian, penulis mengkaji buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya
Felix Y. Siauw.
Kedua, skripsi yang berjudul Penerapan Pendidikan Karakter Di
SMPIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011/ 2012 yang
ditulis oleh Wahid Tri Mustofa, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 2012.
Skripsi ini meneliti tentang upaya untuk mengetahui sejauh mana aplikasi
penerapan pendidikan karakter di salah satu sekolah menengah yaitu SMPIT
Nurul Islam Tengaran kabupaten Semarang yang diterapkan melalui
lingkungan sekolah dan ma’had, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan
kegiatan ekstra kurikuler serta melalui program-program reguler ma’had
dengan sebaran nilai karakter yang merata di keempat ruang lingkup
pendidikan karakter yang meliputi olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah
raga. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah
terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan
karakter. Sedangkan perbedaanya terletak pada subjek penelitian, penulis
mengkaji buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
Ketiga, skripsi yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam
Novel chairul Tanjung Si Anak Singkong dan Relevansinya dengan Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak pada Tingkat MI yang ditulis oleh Ning Kharah
Nugrahani, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. Skripsi ini meneliti tentang
pendidikan karakter apa saja yang ada dalam novel Chairul Tanjung dan
6
bagaimana relevansinya dengan mata pelajaran Aqidah Akhlak pada tingkat
MI. Adapun persamaan dari skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah
terletak pada objek penelitian yaitu tentang pendidikan karakter yang
terkandung dalam buku atau novel. Sementara perbedaanya terdapan dalam
subjek penelitian, penulis menggunakan buku Muhammad Al-Fatih 1453
karya Felix y. Siauw.
Keempat, skripsi yang berjudul Nilai-nilai pendidikan Karakter Dalam
Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere- Liye dan Relevansinya dengan
Pembelajaran Fiqih di MI yang ditulis oleh Siti Saadatul Mujahidah, program
studi pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2013. Skripsi ini meneliti tentang pendidikan karakter
apa saja yang terkandung dalam Novel Hafalan Shalat Delisa dan
Relevansinya dengan Pembelajaran Fiqih di MI. Adapun persamaan dalam
skripsi tersebut dengan skripsi penulis yaitu sama-sama meneliti tentang
kandungan nilai karakter dalam sebuah buku atau novel. Sementara
perbedaanya terletak pada subjek penelitian yang penulis gunakan yaitu buku
Muhammad Al-Fatih karya Felix Y, Siauw.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis penelitian dari skripsi ini adalah studi pustaka (library research),
studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk
memperoleh
informasi
dari
penelitian
terdahulu
yang
harus
dikerjakan. Muh. Nazir (1998: 112) juga menyebutkan bahwa studi
7
kepustakaan merupakan langkah yang penting di mana setelah seorang
peneliti menetapkan topik peneliti, sumber-sumber kepustakaan dapat
diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan
disertasi), dan sumber-sumber lainya yang sesuai (internet, koran dll).
Bila telah diperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk
disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian (Syukur,
2014: 59-60).
b. Jenis Pendekatan. Menurut Abram (2006:76) ada empat macam
pendekatan terhadap karya sastra yaitu terdiri dari: Pertama,
pendekatan mimetik yaitu pendekatan yang dalam mengkaji sastra
berupaya memahami karya sastra dengan realitas dan kenyataan.
Kedua, pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam
memandang dan mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya
pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Ketiga, pendekatan
pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca.
Keempat, pendekatan obyektif adalah pendekatan yang memfokuskan
kepada karya sastra itu sendiri. Keempat pendekatan tersebut
kemudian mengalami
perkembangan hingga muncul berbagai
pendekatan seperti pendekatan struktural, semiotik, sosiologi sastra,
resepsi sastra, psikologi sastra, dan moral. Pendekatan yang akan
digunakan penulis adalah pendekatan pragmatik. Karya sastra yang
8
berorientasi pragmatik banyak mengandung aspek guna (usefull) dan
nilai karya bagi penikmatnya.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang
penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu yang diupayakan
untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan
akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Metode deskriptif
ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan faktafakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tertentu. Metode
ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa yang ada atau
mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang
berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang
terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang (Mahmud,
2011:100-101)
Ada beberapa hal yang dipandang sebagai ciri pokok metode
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan,
dan kemudian dianalisis. Pada metode deskriptif ini, proses deskripsi dan
analisis mendapat tempat yang sangat penting. Sebuah deskripsi
dipandang sebagai represenasi objektif dari permasalahan yang diselidiki,
sedangkan analisis deskriptif dipandang sebagai penjelasan ilmiah yang
menggunakan cara berpikir, cara pengupasan, dengan referensi, dan titik
tolak teori tertentu.
9
3. Sumber Data
Sumber data adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh, dapat
berupa bahan pustaka, atau orang. (Mahmud, 2011:151)
Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah
sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber
data terdiri dari dua macam yaitu:
a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu buku Muhammad Al-Fatih 1453karya
Felix Y. Siauw
b. Sumber Data Sekunder, buku Muhammad Al-Fatih sang penakluk
karya Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, buku Muhammad Al-Fatih
penakluk Konstantinopel karya Syaikh Ramzi Al-Munyami, buku
Pendidikan Karakter karya Heri Gunawan, dan buku Pendidikan
Karakter berbasis Agama dan Budaya karya Dr. Haedar Nashir.
4. Metode Analisis Data
Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis isi (content
analysis). Ricard Budd (1967) mengemukakan bahwa analisis isi adalah
teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan.
Dengan menggunakan analisis isi, akan diperoleh suatu hasil atau
pemahaman terhadap berbagai isi pesan yang disampaikan oleh media
massa, kitab suci, atau sumber informasi lain secara objektif, sistematis,
dan relevan (Mahmud, 2011:104-105)
10
G. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul
penelitian di atas, maka penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang
terkandung dalam judul tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai
Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang
lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan pengertianpengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit
ditentukan batasannya. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan
tindakan manusia dan melembaga secara objektif di dalam masyarakat
(Muhaimin, 1993:109-110).
Nilai dapat dikatakan sebagai harga atau kualitas yang melekat
pada jiwa dan tindakan manusia. Dalam kehidupan seseorang tidak akan
pernah terlepas dari nilai, baik nilai yang tersurat maupun yang tersirat.
2. Karakter
Karakter secara kebahasaan ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat atau
watak (Departemen Pendidikan Nasional, 1997:444).
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat bangsa, dan negara. Individu yang berkaraker baik
adalah
individu
yang
bisa
11
membuat
keputusan
dan
sikap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat
(Darmayanti, 2014: 11).
Karakter telah menjadi bahasa Indonesia, yang semula dari bahasa
Inggris (character) dan lebih jauh lagi dari bahasa Yunani (charassein)
yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Sehingga
dalam makna terminologi, karakter atau watak merupakan perpaduan dari
segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus
untuk membedakan orang satu dengan yang lain.
3. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu
tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak
orang lain, kerja keras dan sebagainya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala
sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, dan berbagai hal terkait lainya. (Gunawan,
2014:23-24)
4. Buku Muhammad Al-Fatih 1453
Buku ini merupakan buku sejarah yang ditulis secara populer
menceritakan
tentang
perjuangan
12
Muhammad
Al-Fatih
dalam
menaklukkan benteng Konstantinopel. Jadi buku Muhammad Al-Ftih
1453 adalah salah satu karya Felix Y. Siauw di antara berbagai karya
lainya yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa menjadi landasan
dalam menginspirasi generasi selanjutnya.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar
berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan
persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi,
halaman daftar lampiran.
Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan akan dibahas:
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Penegasan Istilah
G. Metode penelitian
1. Jenis dan pendekatan penelitian
13
2. Metode pengumpulan Data
3. Sumber Data
4. Metode Analisis Data
H. Sistematika penulisan
BAB II
BIOGRAFI PENULIS DAN ANATOMI BUKU MUHAMMAD
AL-FATIH 1453
Dalam bab ini akan dibahas:
A. Biografi penulis
1. Latar belakang penulis
2. Karya-karya penulis
3. Tujuan penulisan buku
B . Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453
C. Sinopsis buku Muhammad Al-Fatih 1453
BAB III
PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam bab ini akan dibahas:
F. Deskripsi Pendidikan Karakter
G. Tujuan Pendidikan Karakter
H. Fungsi Pendidikan Karakter
I. Media Pendidikan Karakter
J. Macam-macam Pendidikan Karakter
1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan
Tuhan Yang Maha Esa
14
2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan
diri sendiri
3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan
sesama
4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Hubunganya dengan
lingkungan
5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan
kebangsaan
BAB IV
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU
MUHAMMAD AL-FATIH 1453
Dalam bab ini akan dibahas:
C. Pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453
D. relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453 dengan praktek pendidikan karakter masa kini
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Kritik
15
BAB II
BIOGRAFI PENULIS
ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453
A. Biografi Penulis
1. Latar Belakang Penulis
Biografi penulis dilihat dari dua sudut pandang, pertama konteks
internal dan kedua konteks eksternal. Pertama konteks internal, nama Felix
Yanwar Siauw adalah seorang etnis Tionghoa. Lahir di Palembang
Sumatera Selatan pada tanggal 31 Januari 1984, seorang muallaf warga
negara Indonesia yang beragama Islam. Jenjang pendidikan di SD
Xaverius II Palembang 1989-1995, melanjutkan ke sekolah menengah
pertama di SMP Xaverius Maria Palembang 1995-1998, dan SMA
Xaverius 1 Palembang, setelah menyelesaikan pendidikan tingkat atas
SMA Xaverius 1 Palembang pada 2001, penulis melanjutkan kuliah di
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor IPB. Felix siauw mulai
mengenal Islam pada tahun 2002, saat masih berkuliah semester 3 di IPB.
Awal masuk Islam saya menemukan bahwa, teori saya semua agama itu
sama hancur sama sekali dengan adanya realitas baru yang saya dapatkan.
Lewat pertemuan saya dengan seorang ustadz muda aktivis gerakan
da’wah Islam internasional, perkenalan saya dengan Al-Qur’an dimulai.
Diskusi itu bermula dari perdebatan saya dengan seorang teman saya
tentang kebenaran. Dia berpendapat bahwa kebenaran ada di dalam AlQur’an, sedangkan saya belum mendapatkan kebenaran. Sehingga
16
dipertemukanlah saya dengan ustadz muda ini untuk berdiskusi lebih
lanjut, namanya Ustadz Fatih Karim.
Setelah bertemu dan berkenalan dengan ustadz muda ini, saya lalu
bercerita tentang pengalaman hidup saya termasuk ketiga pertanyaan hidup
saya yang paling besar. Kami lalu berdiskusi dan mencapai suatu
kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta. Adanya Tuhan,
atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan
dinafikkan bila kita benar-benar memperhatikan sekeliling kita. Tapi saya
lalu bertanya pada ustadz muda itu:
“Saya yakin Tuhan itu ada, dan saya berasal dari-Nya, tapi masalahnya
ada 5 agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk
menjalani hidupnya. Yang manakah lalu yang bisa kita percaya?!”.
Ustadz muda itu berkata: “Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk
tentang caranya bekerja”. lalu dia menambahkan:
“Begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk
yang paling benar dan bisa membuktikan diri kalau ia datang dari Sang
Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa”. lalu diapun membacakan suatu
ayat dalam al-Qur’an: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (TQS al-Baqarah [2]:2).
Ketika saya membaca ayat ini saya terpesona dengan ketegasan
dan kejelasan serta ketinggian makna daripada kitab itu. Mengapa penulis
kitab itu berani menuliskan seperti itu?. Seolah membaca pikiran saya,
ustadz itu melanjutkan:
“kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah
manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan Pencipta. Not creation but The
Creator. Bahkan al-Qur’an menantang manusia untuk mendatangkan
yang semacamnya”.
17
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah [2]: 23).
“Waktu itu saya membeku, pikiran saya bergejolak, seolah seperti jerami
kering yang terbakar api. Dalam hati saya berkata, Mungkin inilah
kebenaran yang selama ini saya cari!”.
Tetapi waktu itu ada beberapa keraguan yang menyelimuti diri
saya, belum mau mengakui bahwa memang Al-Qur’an adalah suatu kitab
yang sangat istimewa, yang tiada seorangpun yang bisa mendatangkan
yang semacamnya. Lalu saya bertanya lagi:
“Lalu mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi
pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?”.
Dengan tersenyum dan penuh ketenangan ustadz muda itu menjawab:
“Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi,
tidak ada satupun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam.
Muslim akan mulia, tinggi juga hebat. Dengan satu syarat, mereka
mengambil Islam secara kaffah (sempurna) dalam kehidupan mereka”
“Jadi maksud ustadz, Muslim yang sekarang tidak atau belum
menerapkan Islam secara sempurna?” sata menyimpulkan. “Ya, itulah
kenyataan yang bisa anda lihat” tegas ustadz muda itu.
Lalu saya dijelaskan panjang lebar tentang maksud bahwa Islam
berbeda dengan Muslim. Penjelasan itu sangat luar biasa, dia lalu
menjelaskan dan memperlihatkan bagaimana sistem Islam kaffah bekerja.
Konsep-konsep Islam yang belum pernah saya dengar sama sekali sampai
saat itu, bagaimana Islam mengatur pemerintahan seperti Islam mengatur
pernikaham bagaimana Islam mengatur ekonomi sebagaimana ia mengatur
ibadah ritual, sesuatu yang tersembunyi (atau sengaja disembunyikan) dari
18
Islam selama ini. Saat itu saya sadar betul kelebihan dan kebenaran Islam.
Hanya saja selama ini saya membenci Islam karena saya hanya melihat
Muslimnya bukan Islam. Hanya melihat sebagian dari Islam bukan
keseluruhan.
Akhirnya ketiga pertanyaan besar saya selama ini terjawab dengan
sempurna. Bahwa saya berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah
SWT. Saya hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya karena itulah
perintah-Nya yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dijamin datang
dari-Nya karena tak ada seorangpun manusia yang mampu mendatangkan
yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir, kepada Allah saya akan
kembali dan membawa perbuatan ibadah saya selama hidup dan
dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan aturan yang diturunkan
oleh Allah. Setelah yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil
pemikiran saya. Saya memutuskan, “Baik, kalau begitu saya akan masuk
Islam”
Alhamdulillah, pada 2006, penulis menggenapkan sebagian
agamanya dengan menikahi wanita yang taat dan sabar dalam agamanya,
Iin, yang dianugerahi darinya tiga buah hati yang insyaAllah menjadi
mujahid di jalan-Nya, Alila Shaffiya Asy-Syarifah, lalu Shifr Muhammad
Al-Fatih 1453 dan Ghazi Muhammad Al-Fatih 1453. Berprofesi sebagai
Marketing Manager di perusahaan agrokimia, PT. Biotis Agrindo.
19
Kedua konteks eksternal, pada awalnya Ustadz Felix lahir dan
tumbuh dewasa di lingkungan Non-Muslim. Saya tahu, saya akan
menemui banyak sekali tantangan ketika saya memutuskan hal ini.
Mengetahui anaknya masuk Islam, sudah pasti kedua orang tua Felix syok
dan marah. Namun, kemarahan keduanya hanya ditunjukkan dalam
bentuk rasa kekecewaan. Kalau sampai pada pengusiran memang tidak
terjadi seperti yang dialami mualaf lainnya. Rasa kecewa tersebut
ditunjukkan oleh kedua orang tuanya dengan kata-kata pedas. “Kamu ini
kemasukan setan atau jin. Kamu itu seperti mutiara yang menceburkan
diri ke dalam lumpur”. Lalu saya katakan, “Lumpurnya yang mana dan
mutiaranya yang mana”. Namun, dengan berbagai upaya yang Felix
lakukan selama tiga tahun, kini kedua orang tuanya sudah bisa menerima
pilihan hidupnya itu. Meski dalam beberapa hal, baik ayah maupun
ibunya, masih belum bisa menerima perbedaan tersebut. Saya memiliki
lingkungan yang tendensius kepada Islam dan saya yakin keputusan ini
tidak akan membuat mereka senang. Tapi bagaimana lagi, apakah saya
harus mempertahankan perasaan dan kebohongan dengan mengorbankan
kebenaran
yang
saya
cari
selama
ini.
(http://sisiuk.com/2014/12/27/biodata-dan-biografi-singkat-ustadz-felix-
siauw/) (Diakses pada Selasa, 16 Februari 2016, pukul 23:00)
Felix Y. Siauw adalah seorang Islamic Inspirator. Programprogramnya disusun sedemikian rupa sehingga membangkitkan nilai-nilai
Ilahiah di dalam diri setiap individu sehingga mampu dan mau menjalani
20
hidup dan beraktivitas dengan mulia. Al-Qur’an dan As-Sunnah selalu
menjadi
landasannya
mengubah
performa
dalam
setiap
menginspirasi
individu
yang
aktivitasnya
maupun
mengikuti
program-
programnya. Aktif mendakwahkan dan memperjuangkan Islam di kampus
IPB dan bergabung dalam Tim Dakwah Kampus BKIM IPB, Felix juga
diamanahi menjadi ketua lembaga dakwah Fakultas Pertanian, Elsifa.
Sekarang, Felix berkonsentrasi membangun generasi islami sebagai
Islamic Inspirator. Secara aktif, dia mengisi kajian-kajian Islam di
perkantoran, pesantren dan masjid. Alhamdulillah, Program-program
penulis telah dibagikan hampir di seluruh Indonesia (Siauw, 2013:319).
2. Karya-Karya Penulis
Di bawah ini adalah beberapa buku-buku karya Felix Y. Siauw:
a. Udah Putusin Aja
Buku Udah Putusin Aja berisi tentang nasehat untuk para remaja
untuk tidak menjalin hubungan (pacaran) jika memang belum saatnya
membutuhkan pasangan hidup. Banyak hal yang diceritakan dalam
buku ini seperti banyaknya akibat negatif jika berpacaran. Buku ini
sangat sarat akan nasehat islami yang cocok untuk para remaja yang
sekarang ini banyak yang salah langkah.
b. Yuk Berhijab
Buku ini memang sangat disarankan untuk dibaca bagi para
wanita Muslim. Dalam buku ini banyak di tuliskan mengapa sebagai
wanita Muslim harus mengunakan hijab. Pengunaan hijab bagi wanita
21
Muslim mempunyai banyak manfaat yang kadang banyak orang tidak
mengetahuinya. Buku ini berisi nasehat-nasehat agar wanita Muslim
selalu mengunakan hijab. Sama dengan buku karya Felix Siauw yang
lain, buku ini juga memiliki bahasa yang enak di baca.
c. Beyond The Inspiration
Buku ini sangat memberi inspirasi kepada remaja Muslim untuk
mengejar impian. Dalam buku ini diceritakan tentang kejayaan Islam
yang pernah menguasai dunia. Dari sejarah yang sangat inspiratif
tersebut Ustadz Felix Siauw ingin menyampaikannya kepada seluruh
remaja Islam agar terus bersemangat untuk membangun kejayaan
Islam seperti kejayaan yang dulu pernah di raih.
d. Master Your Habits
Seperti judulnya buku ini memang berisi tentang bagaimana
seorang Muslim harusnya memiliki kepribadian yang islami. Banyak
sekali orang Islam tapi tidak mengerti tentang kebiasaan yang baik. Di
buku ini anda dapat belajar bagaiman bisa memulai membangun
kebiasaan yang baik dan islami. Buku ini layak dibaca bagi orang
yang inggin mengubah kebiasaan dari kebiasaan buruk menjadi
kebiasaan baik. Buku ini sangat di sarankan di baca untuk semua
orang yang ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya.
e. Muhammad Al-Fatih 1453
Dalam buku ini bercerita tentang seorang tokoh Islam yang
bernama Muhammad Al-Fatih, dia adalah pemuda yang bisa
22
membawa harum nama Islam. Nama besar dia juga masih diingat
orang sampai saat ini. Buku ini becerita mengenai banyak petempuran
dan Muhammad Al-Fatih adalah seorang pemuda yang bisa
menguatkan kejayaan Islam. Maka dari itu buku ini bisa menjadi
inspirasi agar semuanya dapat membawa nama besar Islam.
(http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016)
3. Tujuan Penulisan Buku
Sekarang ini banyak sekali buku yang beredar di pasaran dengan
berbagai genre yang diminati oleh masyarakat. Buku yang beredar
sekarang ini banyak didominasi oleh penulis lama maupun baru yang
mempunyai bakat dalam menulis. Felix Siauw atau orang banyak
menyebutnya dengan Ustadz Felix juga merupakan penulis yang
mempunyai bakat yang bagus. Banyak orang yang belum mengetahui
siapa Felix Siauw dikarenakan dia memang jarang muncul ke publik.
Sebagai penulis dia lebih banyak fokus ke dunia yang berbau islami.
Sebagai seorang Ustadz dia juga inggin mengajarkan sesuatu kepada
masyarakat umum. Dia tidak ingin bukunya hanya menjadi sebuah karya
yang tidak bermakna, maka dari itu buku Felix Siauw juga banyak berisi
nasehat yang baik.
Buku karya Felix Siauw yang ada di pasaran memang memiliki
nilai nasehat dan inspirasi yang bagus bagi yang membaca buku tersebut.
Buku-buku karyanya juga simbol bahwa semua orang harus menyebarkan
nasehat yang baik kepada yang lain, dan Ustadz Felix Siauw juga
23
menjalankan hal tersebut lewat bukunya. Memang buku karya dia sangat
kental dengan nilai-nilai Islam, dia banyak mengambil intisari dari banyak
sumber Islam seperti Al-Quran dan Hadist menjadi nasehat-nasehat yang
sangat ringan akan tetapi memiliki nilai pembelajaran yang tinggi pada
orang yang membaca buku karya sang Ustadz. Kaidah-kaidah Islam yang
dia masukkan dibukunya memang sangat diharapkan mampu menjadi
sebuah nasehat yang bisa disampaikan dengan mudah ke segala penjuru.
Sebagai seorang Ustadz dia pasti mengetahui bahwa dengan
menulis buku maka akan mempermudah dia menyampaikan nasehat dan
motivasi islami yang baik kepada masyarakat, akan tetapi gaya menulis
Ustadz Felix Siauw memang lebih condong untuk menarik pembaca usia
remaja. Dia memilih remaja sebagai target karena sekarang ini moral
remaja sangat turun jauh diakibatkan oleh banyak faktor. Maka dari itu
harapan dia dengan buku tersebut dibaca oleh remaja akan membuat
mereka mendapat nasehat yang baik dan sesuai dengan kaidah islami.
Para remaja sekarang ini memang sudah seperti kehilangan nilai-nilai
islami dikarenakan mungkin mereka kurang mendapatkan pembelajaran
islami. (http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016)
B. Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453
Konstantinopel adalah kota yang dijanjikan bagi kaum Muslim seperti
telah diberitakan Rasulullah SAW beberapa abad sebelumnya. Menaklukkan
Konstantinopel adalah kerinduan kaum Muslim yang untuk memperolehnya
dibutuhkan lebih dari delapan abad. Membutuhkan usaha yang luar biasa
24
mengingat Konstantinopel adalah kota imperium terbesar di zamannya
dengan pertahanan luar biasa kokoh. Gabungan keyakinan utuh seorang
Muslim, kebulatan tekad, usaha keras tak kenal menyerah, strategi perang jitu
dan kesabaranlah yang menjadikan seorang Muhammad Al Fatih berhasil
menaklukkannya. 29 Mei 1453.
Membaca buku setebal 318 halaman ini tak ubahnya seperti membaca
sebuah novel yang menawan bahkan nyaris tak ingat bahwa sebenarnya buku
ini adalah buku shiroh. Gaya bahasa runtut, mengalir serta penggambaran
latar tempat dan waktu yang kuat sepanjang tujuh belas bab membuat
pembaca seperti hanyut dalam setiap kisah yang diceritakan, mengikuti
kejadian demi kejadian tanpa merasa bosan. Banyaknya ilustrasi yang ada
pada buku bersampul kuning ini dan merujuk pada referensi yang sedemikian
banyak seperti disebutkan dalam daftar pustaka menjadikan buku ini begitu
kaya. Begitu indah.
Sejarah pasti akan berulang. Belajarlah dari sejarah. Belajarlah dari
kegigihan kaum Muslim menaklukkan Konstantinopel setelah berjuang
beberapa abad, belajarlah dari keberanian kaum Muslim yang tak takut mati
demi membela kehormatan agama, belajarlah dari kesalahan dan strategi
Muhammad Al Fatih menempa dirinya sekian lama, belajarlah dari
kearifannya sebagai seorang pemimpin bagi semua kaum, belajarlah sebagai
seorang Muslim yang sepenuhnya berserah dan tunduk kepada-Nya dan
apapun yang Dia tentukan.
25
Felix Siauw, seorang mualaf, meracik kata demi kata dengan piawai.
Pemilihan kata yang digunakan tak sekedar enak untuk dibaca tetapi lebih
dari itu, kata-kata yang digunakannya menyebarkan semangat (ghirah)
keislaman yang tinggi. Bacalah dan rasakanlah kekuatan kata demi kata, dan
ditutup dengan epilog yang amat indah.
(https://petapemikiran.wordpress.com/2012/06/29/review-buku-muhammad-
al-fatih-1453/ 08:24, 28/01/2016)
C. Sinopsis Buku Muhammad Al-Fatih 1453
557 tahun yang lalu pada Maret 1453, pemandangan yang tidak banyak
berbeda akan ditemukan oleh seseorang yang mendatangi tempat itu,
walaupun keadaanya tidak sepadat sekarang dan tentunya belum ada azan
yang berkumandang. Konstantinopel terletak di posisi yang sangat strategis,
terhampat di daratan berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak di sebelah
barat selat Bosphorus yang memisahkan antara Benua Eropa dan Asia. Di
sebelah utara kota ini terdapat Teluk Tanduk Emas, sebuah pelabuhan alami
yang sempurna. Di seberang Selat Bosphorus terhampar daratan yang kaya
dengan hasil bumi, semenanjung Asia Kecil atau lebih dikenal dengan nama
Anatolia. Dari Selat Bosphorus ini seseorang dapat berlayar ke utara menuju
laut Hitam atau ke selatan melewati Selat Dardanela lalu menuju ke Laut
Mediterania. Posisinya di tengah dunia membuat Konstantinopel menjadi
bagian penting dari tiga peradaban besar manusia. Pemandangan yang paling
menonjol dari kota ini tentu saja sistem pertahanan yang merupakan
pertahanan terbaik pada masanya. Konstantinopel didlindungi tembok yang
26
mengelilingi kota dengan sempurna, baik wilayah laut maupun daratanya.
Nyali seseorang yang ingin menaklukkan ini pasti akan ciut takkala melihat
benteng dengan struktur tembok dua lapis dengan dua tingkatan, yang
diperkuat dengan parit dalam di bagian depanya.
Sejumlah pasukan yang besar sedang berbaris rapi dari kota Edirne.
Pasukan infanteri berbaris dengan tombak-tombak mereka yang menutupi
sinar matahari, menjadikan pasukan itu berada dalam bayangan sepanjang
waktu. Di belakangnya derap kaki kuda mengebulkan debu-debu yang
menjadi saksi bisu keperkasaan ksatria penunggangnya. Serta ayat-ayat AlQur’an
yang
dilantangkan
oleh
para
ulama
dibelakang
mereka
menggambarkan kekuatan tekat dan asal mereka, serta tujuan mereka datang
ke
Konstantinopel.
Tidak
terelakkan
pula
suatu
pemandangan
mencengangkan, senjata-senjata raksasa yang tak pernah terlihat sebelumnya
bergerak pelan ditarik oleh sekelompok kerbau dan manusia. Dari lautan,
layar-layar kapal perang terkembang dan dayung-dayung memandu kapal
melawan arus laut. Pasukan-pasukan Muslim lain juga terlihat bergerak dari
Asia Kecil. Sejumlah besar pasukan infanteri, kafaleri, dan para
pendukungnya dari ulama dan ahli logistik semuanya bergerak untuk
memenuhi seruan jihad yang dikumandangkan oleh Mehmed II bin Murad,
sultan ketujuh Utsmani. Gerakan seluruh pasukan ini mempunyai suatu tujuan
yang jalas yaitu Konstantinopel, keberangkatan pasukan Muslim yang penuh
dengan pengorbanan ini bukanlah tanpa dasar yang jelas.
27
Keinginan kaum Muslim menguasai Konstantinopel lebih mulia dari
hanya sekedar penghargaan, kekuasaan apalagi materi. Konstantinopel lebih
daripada itu, ia adalah sebuah kota yang dijanjikan kepada kaum Muslim oleh
Rasulullah Muhammad SAW. oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II
bukanlah ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Ekspedisi ini adalah puncak
dari kekerasan niatnya atas Konstantinopel, nama yang telah memenuhi
benaknya selama 23 tahun lamanya. Nama yang juga akan menghantarkan
menjadi panglima terbaik yang sempat diisyaratkan oleh Muhammad
Rasulullah SAW. Bagi kaum Muslim nama Konstantinopel berarti kemuliaan
yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam bisyarah mereka.
Ramai dari kaum Muslim akan menyiapkan jiwa dan harta mereka untuk
menjadi pasukan yang membebaskanya. Mental kaum Muslim pun telah dari
awal dididik untuk menjadi seorang ksatria yang mempunyai tugas untuk
mengelola dunia dan seisinya. Konstantinopel adalah penantian 825 tahun
dan para syuhada telah menyirami tanah itu dengan darah suci mereka untuk
menumbuhkan kemenangan di tanah itu maka tidak heran apabila janji Allah
dan Rasul ini menjadi suatu sumber energi yang tidak terbatas, menyalakan
api pengorbanan dan jihad fii sabilillah dalam setiap masa dan setiap
kepemimpinan.
Buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini disusun dalam 17 bab. Secara
sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab 1 berjudul Stairway to Constantinopel (tangga menuju
Konstantinopel) yang bembahas tentang sebuah perjuangan untuk
28
menaklukan dua peradaban adidaya dunia masa itu, Persia dan Romawi.
Bagi sahabat Nabi Muhammad, visi Muhammad SAW adalah misi
mereka, tujuan mereka untuk menaklukkan Persia dan Roma bukan
tujuan yang arogan dan tanpa perhitungan, melainkan tujuan yang
bervisi akhirat. Kegagalan dua ekpedisi besar oleh dua Khalifah, tentu
bukan kegagalan yang sia-sia. Kegagalan ini adalah usaha terbaik dari
kaum Muslim untuk meraih bisyarah Rasulullah SAW. Jasad Abu
Ayyub telah ditaman di bawah tembok Konstantinopel, siap menjadi
saksi derap kaki kuda pasukan pembebas Konstantinopel. Maslamah
dan pasukannya juga telah membuktikan bahwa Konstantinopel bukan
tanpa tanding. Kegagalan ini mempunyai sebuah makna lain bagi kaum
Muslim setelahnya. Sebuah pijakan besar untuk menancapkan bendera
Islam di puncak tertinggi Konstantinopel.
Bab 2 berjudul Emergence of Ghazi State (munculnya kebesaran
Ghazi) kaum Turki sendiri tidak berniat mengambil alih kekuasaan,
mereka dilahirkan dalam tradisi ksatria dan puas mengambil posisi
sebagai ksatria pembela khilafah Islam. Mereka bersumpah setia kepada
khalifah sebagai suatu pasukan khusus yang mereka menyebutnya
sebagai ghazi. Dalam kebudayaan Turki, ghazi menjadi gelar dan
kebanggaan seorang laki-laki Muslim, bisa disamakan sebagai
pemimpin suatu kaum, yang juga menandakan identitas mereka.
Bab 3 berjudul The Promised Sultan (yang dijanjikan Sultan)
Mehmed II, anak yang kelak ditakdirkan untuk menjadi sebaik-baik
29
panglima penakluk Konstantinopel dan kelak akan menjadi ahlu
bisyarah yang membuktikan ucapan Rasulullah SAW lahir di Edirne, 8
tahun setelah pengepungan Konstantinopel oleh ayahnya Murad II.
Mehmed II lahir pada 29 Maret 1432. Dikatakan bahwa ketika
menunggu proses kelahirannya, Murad II menenangkan dirinya dengan
membaca Al-Qur’an dan lahirlah anaknya saat bacaanya sampai pada
surat Al-Fath, surat yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan
kaum Muslim.
Bab 4 berjudul Bogaz-Kesen (nama dari benteng baru yang dibuat
Sultan Mehmed) yang berisikan tentang pembuatan benteng baru oleh
sultan Mehmed sebagai pemutus suplai makanan dan perlengkapan
perang kaisar Byzantium yang terletak di Selat Bosphorus. Sebuah
bangunan
yang
sangat
istimewa
pada
zamanya,
sejarawan
berkebangsaan Yunani, Kristovoulos mengatakan bahwa ia, lebih mirip
kota kecil daripada benteng. Benteng ini diberi nama Bogazkesen,
bogas dalam bahasa Turki berarti Selat atau tenggorokan, kesen artinya
pemotong jadi bisa juga Bogazkesen diartikan sebagai pemotong
tenggorokan, yaitu pemotong selat sesuai dengan maksut pembuatanya.
Bab
5
berjudul
Impregnable
Defenses
(pertahanan
tak
tergoyahkan) yang berisi tentang kekuatan bertahan yang sulit untuk
ditembus. Tidak kurang dari 23 kali tembok darat Konstantinopel
pernah dikepung dan tidak satupun yang mampu menembusnya.
Meskipun pasukan salib dapat menguasai kota pada 1204, namun
30
mereka menembus kota lewat tembok bagian lautan, bukan tembok
bagian darat. Praktis tembok bagian darat Konstantinopel menyandang
gelar
perfect,
semua
yang
pernah
berusaha
menaklukkan
Konstantinopel dipaksa bertekuk lutut dan mengakui keunggulan sistem
pertahanan Konstantinopel, sampai Mehmed II mencoba menaklukkan
pada 1453.
Bab 6 berjudul Arms of Hope (harapan oleh senjata) yang berisi
harapan sultan Mehmed kepada meriam barunya namun keimanan
Islam telah mengajarkan kepadanya bahwa hanya Allah sumber
kemenangan pasukannya, agar mereka tidak bergantung selain kepada
Allah Swt. Sultan memerintahkan agar moncong meriamnya diukir
dengan kalimat “Tolong Ya Allah! Sang Sultan Muhammad Khan bin
Murad”
Bab 7 berjudul The Best Army (pasukan terbaik) yang berisi,
setiap Muslim adalah tentara yang siap mengembang Islam, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan. Setiap Muslim dimotivasi
oleh agamanya untuk menjadi ksatria terbaik dan tentara terbaik. Dalam
banyak ayat-Nya, Allah menjadikan jihad fii sabilihi sebagai kemuliaan
tertinggi kaum Muslim sehingga syahid adalah kerinduan terbesar
mereka. Sultan Mehmed juga sangat menyadari bahwa selain ia harus
menempa dirinya sebagai pemimpin sebaik-baik pemimpin, ia pun
harus menjadikan pasukanya menjadi sebaik-baik pasukan, karena
31
Konstantinopel hanya dapat ditaklukkan dengan pemimpin dan pasukan
yang terbaik.
Bab 8 berjudul Numberless as Grains of Sands (terhitung sebagai
butir pasir) berisi, perhitungan-perhitungan dan taktik Sultan Mehmed
dalam menaklukkan Konstantinopel serta awal perjalanan Sultan
Mehmed dan pasukanya menuju Konstantinopel pada tangal 23 Maret
1453.
Bab 9 berjudul A Test of Faith (ujian iman) berisi, ujian besar
muncul dalam penaklukkan agung ini. Setelah kelelahan akibat
serangan
selama
6
jam
tanpa
berhasil
menembus
tembok
Konstantinopel, kekalahan ini bukan hanya kekalahan korban jiwa
namun kerugian moril lebih besar dan lebih berbahaya.
Bab 10 berjudul Cul-de-Sac (jalan buntu) berisi, penyerbuan
Konstantinopel yang dilakukan pertama kalinya dari darat dan lautan
secara terpadu. Tetapi keadaan belum berpihak dari pasukan laut Sultan
Mehmed “terpaku. Tak berucap sepatah kata pun, ia berbalik lalu
meninggalkan lautan dengan kudanya”, penuh dengan kegalauan
kegalauan dan kegetiran.
Bab 11 berjudul Beyond The Eyes Can See (melihat lebih
daripada yang bisa dilihat mata) berisi, pemindahan kapal Utsmani dari
Double Columns di Selat Bosphorus melewati daratan Galata menuju
Valley of Spring di Teluk Tanduk Emas agar dapat mengatasi rantai
raksasa
32
Bab 12 berjudul Unwavering Resolution (resolusi yang tak
tergoyahkan) berisi pertempuran pada bulan Mei 1453 yang dilakukan
dengan sengit walaupun tidak dengan besar-besaran. Mehmed
memerintahkan agar serangan berkala baik dari daratan maupun lautan
dengan konsisten tetap dilakukan untuk menjaga semangat tempur
pasukan, sekaligus hal ini tentu sangat melelahkan bagi pasukan
bertahan yang dipaksa untuk bersiaga sepanjang waktu.
Bab 13 berjudul The Sign of Crescent (tanda bulan sabit) berisi
ketakutan pasukan dan penduduk Byzantium mendapat pertanda langit
itu. mereka bertanya “bukankah salib adalah lambang Utsmani yang
sering kita lihat dalam bendera mereka?”, bagi kaum Muslim
fenomena alam ini juga dijadikan sebuah pertanda baik dan bergembira
karenanya. Bulan sabit di dalam kebudayaan Utsmani memang sebuah
simbol penting yang telah lama melekat pada ingatan mereka.
Bab 14 berjudul The Secret of Victory (rahasia kemenangan)
berisi, rahasia penting kemenangan pasukan Muslim. Bahwasanya
kemenangan bukan terletak pada kekuatan fisik, apalagi karena strategi
perang. Satu-satunya kunci kemenangan, yaitu ketaatan kepada syariat
Allah dan menjauhi maksiat. Sultan betul-betul yakin bahwa
kemaksiatan salah seorang prajurit saja bisa berakibat fatal bagi
pengepungan ini.
Bab 15 berjudul The Promised Victory (kemenangan yang
dijanjikan) berisi, tentang kekalahan Byzantium dan akhir dari dinasti
33
keluarga Palaiologis selama 194 tahun. Konstantinopel telah kalah dan
jatuh sebelum matahari nampak di ufuk sebelah timur oleh tentara
Muslim.
Bab 16 berjudul Full of Islam (penuh Islam) berisi, segala sesuatu
yang ada di dalam Konstantinopel telah dijadikan Islam oleh Mehmed,
seperti halnya gereja Hagia Sophia yang dijadikan masjid kota, keadilan
Islam yang dirasakan hampir seluruh warga Konstantinopel, dan semua
kemegahan berpadu menjadi satu di kota baru kaum Muslim,
Konstantinopel telah menjadi duta Islam bagi dunia
Bab 17 berjudul Road to Roma (jalan ke Roma) berisi, setelah
penaklukan Konstantinopel sudah jelas, yaitu kota Roma. Jalan menuju
Roma terus-menerus dibangun, selain membebaskan wilayah Eropa di
sebelah Barat, Karaman juga dapat ditaklukkan pada 1468 sehingga
lengkaplah kekuasaan Utsmani di Asia.
34
BAB III
PENDIDIKAN KARAKTER
A. Deskripsi Pendidikan Karakter
Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada individual atau
pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter merupakan landasan dari
kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan merupakan pula perekat budaya.
Sedangkan nilai dari sebuah karakter digali dan dikembangkan melalui
budaya masyarakat itu sendiri. Terdapat empat modal strategis yaitu sumber
daya manusia, modal cultural, modal kelembagaan, serta sumber daya
pengetahuan. Keempat modal tersebut penting bagi penciptaan pola pikir
yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai suatu bangsa (Narwanti,
2011:27).
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan
dan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan.
Pelaksanaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia pendidikan
Islam sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut pendidikan akhlak,
sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan
dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada
pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan menjadikan manusia yang
utuh atau insan kamil.
Pendidikan karakter dan istilah yang sejenis telah lama dibicarakan
oleh berbagai pihak dalam kaitannya dengan generasi Indonesia seperti apa
yang hendak dihasilkan untuk menggantikan generasi berikutnya. Tentu saja
35
perbincangan mengenai pendidikan karakter telah ada pula sebelum
kemerdekaan atau sebelum terbentuknya Republik Indonesia.
Pada tahun 2000-an, pendidikan karakter mulai marak dibicarakan
lagi. Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang pada tahun-tahun
terakhir ini cukup sering dilekatkan dengan Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Ismadi, 2014: 1-2).
Menurut Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa
Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri
sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipoktit, lemah
kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Karakter
lemah tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilainilai tersebut sudah ada sejak Indonesia masih dijajah bangsa asing beratusratus tahun yang lalu. Karakter tersebut akhirnya mengkristalisasi pada
masyarakat Indonesia. Bahkan ketika bangsa ini sudah merdekapun karakter
tersebut masih melekat (Listyarti, 2012: 4-5).
Kondisi inilah yang kemudian melatarbelakangi lahirnya pendidikan
karakter oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai tahun 2011,
36
seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan
berkarakter. Apa sajakah 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
berkarakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
B. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong,
berjiwa
patriotik,
berkembang
dinamis,
berorientasi
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Menurut presiden
Susilo Bambang Yudhoyono lima hal dasar yang menjadi tujuan Gerakan
Nasional Pendidikan Karakter. Gerakan tersebut dihadapkan mencintai
manusia Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Lima hal dasar tersebut adalah:
1.
Manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik.
Oleh karena itu, masyarakat dihimbau menjadi masyarakat religius
yang anti kekerasan.
2.
Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional.
Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi.
3.
Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar
kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan.
37
4.
Harus bisa memperkuat semangat. Seberat apapun masalah yang
dihadapi jawabannya selalu ada.
5.
Manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa
dan negara serta tanag airnya.
C. Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi: pertama, mengembangkan potensi
dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Kedua,
memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Ketiga,
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Di
antara fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
1.
Pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
menjadi
pribadi
berperilaku baik, ini bagi peserta didik yang telah mamiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.
2.
Perbaikan,
memperkuat
kiprah
pendidikan
nasional
untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat.
3.
Penyaring, untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang bermartabat.
D. Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang
mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik,
38
pemerintah, dunia usaha, dan media masa. Keluarga merupakan agen
sosialisasi pertama bagi seorang individu, melalui pendengaran, penglihatan,
serta pengamatan. Disinilah peran orangtua untuk turut membangun karakter
positif bagi anak.
Sekolah, sebagai organisasi pendidikan formal, membantu seorang
individu belajar dan berkembang. Sekolah tidak hanya mengajarkan
pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual
saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib.
Melalui sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa
sesuai nilai dan norma, mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong
partisipasi demokrasi masyarakat.
Media massa terdiri atas media cetak, dan media elektronik. Media
massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media
massa sangat mempengarui tindakan dan sikap angota masyarakat terutama
anak-anak. Nilai-nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri
anak melalui penglihatan maupun pendengaran yang dilihat dalam acara.
Oleh karena itu, media massa bisa menjadi media yang efektif dan strategis
untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif.
E. Macam-macam Pendidikan Karakter
Dari nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikelompokkan menjadi
lima, yaitu; (1) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya
39
dengan diri sendiri, (3) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya
dengan sesama, (4) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya
dengan lingkungan, dan (5) nilai-nilai
pendidikan karakter dalam
hubungannya dengan kebangsaan. Rincian nilai-nilai pendidikan karakter
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
Pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa yaitu religius. Religius merupakan sarana ibadah yang
mendekatkan manusia dengan hal di luar jangkauannya, yang
memberikan
jaminan
dan
keselamatan
bagi
manusia
dalam
mempertahankan moralnya.
Religius
Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan
dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan
(Listyarti, 2012: 5). Berkaitan dengan nilai di atas yaitu segala pikiran,
perkataan, dan perbuatan seseorang yang diupayakan dan dilakukan
selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.
40
2.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Diri
Sendiri.
Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri
terdapat delapan karakter diantaranya sebagai berikut: jujur, tanggung
jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar
membaca.
a. Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan (Listyarti, 2012: 6). Jujur merupakan sifat
dan sikap yang paling berharga bagi seseorang. Dengan berkata jujur
tentu merupakan hal luar biasa yang berani menegaskan yang
sebenarnya.
Kesadaran akan pentingnya
jujur dalam hidup
harus
ditumbuhkan sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus
mementingkan kejujuran seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan
agar anak senantiasa senang berbuat jujur.
Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam segala perkataan
maupun perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu
hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut
benar-benar menjadi prinsip hidup. Kesadaran berawal dari
pengetahuan, seseorang harus ditanamkan pengetahuan mengenai
pentingnya jujur dan apa akibat tidak jujur.
41
b. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan
(Listyarti, 2012: 8). Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia
akan tindakan yang dilakukannya baik yang disengaja maupun tidak,
dan sudah menjadi kodrat manusia dibebani suatu tanggung jawab
karena ia menyadari akibat baik dan buruk perbuatannya. Maka
seseorang harus bertanggung jawab terhadap apa yang sudah
diberikan
atau
dibebankan
kepadanya,
dan
melaksanakan
kewajibannya itu dengan baik dan benar.
Manusia bertanggung jawab terhadap tindakan mereka.
Manusia menanggung akibat dari perbuatannya dan mengukurnya
pada berbagai norma, di antaranya adalah nurani sendiri dan standar
nilai setiap pribadi. Norma-norma nilai ini dapat dibentuk dengan
berbagai macam cara.
c.
Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Listyarti, 2012: 6).
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan
belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai
pekerjaannya. Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
42
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang,
karena berfungsi sebagai alat menyesuaikan diri dalam lingkungan
yang ada. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap,
perilaku, dan tata tertib kehidupan berdisiplin yang akan mengantar
seseorang menuju kesuksesannya.
d. Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Listyarti,
2012: 6). Kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa
mengenal lelah dan selalu mengutamakan kepuasan hasil pada setiap
kegiatan yang dilakukan. Bekerja keras mempunyai sifat yang
bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai,
dapat memanfaatkan waktu secara optimal sehingga terkadang tidak
mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapi dengan
semangat yang tinggi untu meraih hasil yang baik dan maksimal.
e.
Kreatif
Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimilikinya (Listyarti, 2012: 6). Nilai kreatif ini mengandung arti
pengungkapan ide-ide seseorang terhadap suatu cara atau suatu
pekerjaan yang menghasilkan inovasi baru. Kreatif merupakan suatu
kemampuan untuk memahami, mengintrepretasi pengalaman dan
43
memecahkan masalah dengan cara yang baru sehingga dapat
menciptakan ide-ide yang dapat berkembang.
f.
Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
(Listyarti,
2012:
6).
Kemandirian
merupakan
sikap
yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas melakukan sesuatu
atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai
dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri
masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan dari orang
lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang
telah di ambil.
Lingkungan
kehidupan
yang dihadapi
individu
sangat
mempengaruhi kepribadian seseorang, lingkungan keluarga dan
masyarakat yang baik akan membentuk kepribadian dalam hal ini
adalah kemandiriannya. Sikap orang tua yang tidak memanjakan
anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan
sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam
hal kemandiriannya.
g.
Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar (Listyarti, 2012: 6). Manusia adalah makhluk yang
44
sempurna diciptakan Tuhan di muka bumi ini. Karena dianugerahkan
dengan berbagai alat indera dan akal pikiran. Sudah menjadi kodrat
dari manusia memiliki rasa ingin tahu, menyebabkan manusia selalu
berfikir dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Manusia
merupakan makhluk yang dapat dan akan selalu berfikir. Mereka
akan selalu memiliki hasrat rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu merupakan naluri alami, rasa ingin tahu
menganugerahkan manfaat kelangsungan hidup manusia. Semua
orang pemikir besar, para jenius, adalah orang-orang dengan
karakter penuh rasa ingin tahu. Nilai rasa ingin tahu ini merupakan
cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu untuk
menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang.
h. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
(Listyarti, 2012: 7). Membaca merupakan suatu media belajar yang
sangat efektif di dalam pendidikan. Dengan banyak membaca maka
akan memperoleh suatu ilmu yang tidak mungkin dimiliki oleh orang
yang tidak suka membaca. Seseorang yang gemar membaca akan
banyak mendapatkan pengetahuan dalam berbagai bidang, baik
dalam ilmu pengetahuan, perekonomian, maupun sejarah sosial.
45
3.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan
Sesama.
Nilai pendidikan karakter yang hubungannya dengan sesama,
terdapat empat karakter yaitu: menghargai prestasi, demokratis, peduli
sosial, dan bersahabat. Penjabarannya adalah sebagai berikut.
a.
Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain
(Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan,
karena dengan menghargai prestasi dapat memotivasi diri sendiri dan
orang lain agar dapat maju dan berkembang.
Menghargai prestasi adalah menghargai karya orang lain dan
menghormati hasil usaha, ciptaan, dan pemikiran. Karena dengan
sikap seperti itu kehidupan akan berjalan dengan tenteram dan
damai, sehingga setiap orang akan menyadari pentingnya sikap
saling menghormati dan menghargai.
b. Demokratis
Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Listyarti,
2012: 6). Nilai demokratis ini perlu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena akan menghasilkan keseimbangan antara hak dan
kewajiban seorang individu dengan individu lain. Demokratis
46
merupakan bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara
untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
c.
Peduli Sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi
bantuan
pada
orang
lain
dan
masyarakat
yang
membutuhkan (Listyarti, 2012: 7). Manusia diciptakan Allah sebagai
makhluk sosial, yaitu makhluk yang senantiasa mengadakan
hubungan dengan sesamanya. Kerja sama antara orang lain dapat
terbina dengan baik apabila masing-masing pihak memiliki
kepedulian sosial. Oleh karena itu sikap ini sangat dianjurkan dalam
Islam. Sebagai makhluk sosial sudah menjadi kewajibannya untuk
memberi bantuan dan perhatian pada orang lain.
d. Bersahabat
Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Listyarti,
2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
karena sahabat merupakan seseorang yang selalu menemani dan
membantu dalam keadaan apapun, sahabat juga termasuk teman
dekat yang selalu menemani disaat seseorang senang ataupun susah.
4.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan
Lingkungan.
47
Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan
terdapat dua karakter, yaitu: peduli lingkungan, dan toleransi.
Penjabarannya adalah sebagai berikut.
a.
Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi (Listyarti, 2012: 7). Peduli lingkungan
merupakan suatu sikap peduli terhadap lingkungan yang diwujudkan
dalam
kesediaan
diri
untuk
menyatakan
aksi
yang
dapat
meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan.
b. Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya (Listyarti, 2012: 6). Nilai toleransi ini
menjunjung tinggi rasa tenggang rasa antar sesama agama, suku,
etnis dan lainnya demi keberlangsungan kehidupan yang harmonis
dan rukun. Toleransi juga membiarkan orang lain berpendapat lain,
melakukan hal yang tidak sependapat dengan seseorang tanpa
diganggu. Agama juga mengajarkan agar toleransi terhadap
kepercayaan lain.
48
5.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan
Kebangsaan.
Nilai pendidikan karakter yang berhubungkan dengan kebangsaan
terdapat tiga karakter, yaitu: semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan
cinta damai. Penjabaranya adalah sebagai berikut.
a.
Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini
sangat
menjunjung
tinggi
rasa
semangat
kebangsaan
serta
menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau
kelompok. Semangat kebangsaan dapat dikatakan sebagai sebuah
situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang kepada negara atas
nama sebuah bangsa, memperjuangkan kepentingan bangsanya dan
mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya.
b. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini tidak jauh berbeda
dengan nilai semangat kebangsaan, yang membedakan yaitu lebih
mementingkan
kepentingan
negara
dibandingkan
dengan
kepentingan pribadi atau kelompok. Rasa mencintai tanah air berarti
49
rela berkorban untuk tanah air dan membela dari segala macam
ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun.
c.
Cinta Damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), serta negara. (Listyarti, 2012: 7). Seseorang yang bisa
menghargai perbedaan dengan tidak menghina atau melakukan
kekerasan terhadap orang lain, cinta damai itu ketika seseorang
mendapatkan suatu masalah dan tidak menanggapinya dengan
emosi, orang yang cinta damai akan menanggapi suatu masalah
dengan kepala dingin tidak membuat masalah semakin besar, karena
kedamaian itu lebih penting dari pada membuat masalah semakin
besar.
50
BAB IV
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453
A. Pendidikan Karakter Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453.
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453
karya Felix Y. Siauw banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita,
dialog antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu.
Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini terdapat dialog percakapan
langsung dan juga deskripsi cerita. Karena percakapan dan cerita ini
berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulangulang.
Kalimat-kalimat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 merupakan
kumpulan sejarah dan ide yang dituangkan oleh pengarang. Namun,
terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda oleh
pembaca. Sebab itu, kalimat-kalimat yang lebih jelas akan lebih mudah
dipahami oleh pembaca, dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan
dibalik deskripsi cerita, maka penulis dalam skripsi ini menyampaikannya
dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat.
Penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan karakter yang
terdapat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.
51
Adapun nilai-nilai pendidikan karakter terbagi dalam lima cakupan yaitu
nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri
sendiri, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama,
nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, nilainilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad AlFatih 1453 karya Felix Y. Siauw, dijabarkan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa
Religius
Religius atau ketaatan beribadah, yaitu pikiran, perkataan, dan
tindakan seseorang yang diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran
agamanya (Zuchdi, 2013: 26). Seseorang yang melaksanakan ibadah
dengan taat, segala perkataan dan perbuatan yang dilakukannya sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya. Kutipan cerita
yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter religius adalah
sebagai berikut:
“Dari semua hal yang ada pada Mehmed II, tentu saja yang
paling mempesona pada dirinya adalah kedekatanya dengan
Allah SWT. Mehmed sangat menyadari bila keinginanya untuk
menjadi ahlu bisyarah sangat dipengaruhi dengan kedekatanya
dengan yang Maha Memenangkan dan Maha Menolong. Oleh
karenanya, telah sampai kepada ummat Muslim bahwa Mehmed
selalu menyibukkan diri dengan bertaqarrub kepada Allah. Dia
adalah satu-satunya panglima yang tidak pernah masbuq dalam
shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dalam keadaan
52
berjama’ah. Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya
sebagai mahkota dirinya dan menjadikan shalat rawatib
sebagai pedangnya. Tidah sekalipun Mehmed pernah
melewatkan shalat malam dan shalat rawatib semasa baligh
hingga ia meninggal.” (Siauw, 2013: 49-50).
“Selain itu, Sultan juga seringkali shalat berjama’ah dengan
pasukanya, memberikan taushiyah dan mengingatkan akan
kemuliaan pasukan yang dapat menaklukkan Konstantinopel,
untuk menjaga kadar keimanan dan semangat mereka. Sultan
juga menempatkan ulama di setiap barak tentaranya, untuk
memastikan keikhlasan niat mereka dan kedekatan mereka
kepada Zat yang Maha Kemenangan.” (Siauw, 2013: 107).
Kutipan cerita di atas menggambarkan seorang Sultan Mehmed
yang sangat religius yang selalu mendekatkan dirinya hanya kepada
Allah SWT, tidak pernah melalaikan shalatnya yang selalu
dikerjakannya dengan berjama’ah, dan selalu menjaga shalat
malamnya serta shalat rawatib, Sultan Mehmed merupakan satusatunya panglima yang selalu menyibukkan dirinya bertaqarrud
kepada Allah SWT Yang Maha Memenangkan dan Yang Maha
Menolong. Sultan juga selalu menjaga ibadah para pasukan perangnya
dalam penaklukkan Konstantinopel agar menjadi pasukan yang
dimuliakan oleh Allah SWT, itu merupakan pendidikan karakter yang
patut dijadikan sebagai contoh. Allah berfirman dalam surat AlBaqarah ayat 21.
        
  
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,(Q.S.
Al-Baqarah:21).
53
2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Diri
Sendiri
a. Jujur
Jujur adalah menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara
apa yang dikatakan dan dilakukan, berani karena benar, dapat
dipercaya, dan tidak curang (Samani dan Hariyanto, 2013: 51). Segala
sesuatu yang dilakukan dan dikatakan harus sama dengan informasi
dan fenomena yang terjadi. Kutipan cerita yang menggambarkan
tentang nilai pendidikan karakter jujur adalah sebagai berikut:
“Terlepas banyak penulis Barat yang mendiskreditkan pasukan
Muslim Utsmani kerena kebencian mereka dan mengingkari
bahwa keberhasilan Utsmani juga didukung oleh nilai
keluhuran Islam yang ada pada tentaranya. Namun, tidak
sedikit juga penulis Barat yang jujur mengakui kekuatan tentara
Muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara
Prancis, Bertrandon de la Broquiera yang bertemu tentara
Muslim pada 1430-an: mereka sangat rajin, terbiasa bangun
lebih awal dan sederhana, ketika perintah sudah diberikan
mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan. Saya harus
mengakui bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam,
saya selalu mengenal orang-orang Turki sebagai orang yang
jujur dan loyal serta ketika mereka dibutuhkan untuk
menunjukkan keberanian, mereka tidak pernah gagal
melekukanya.” (Siauw, 2013: 116).
Kutipan cerita di atas menggambarkan pendidikan karakter
dalam aspek kejujuran, ada beberapa penulis barat yang menceritan
tentang keadaan tetara Muslim. Penulis tersebut dengan jujur
mengakui kekuatan tentara Muslim dan menceritakan segala hal yang
dilakukan oleh tentara Muslim, dari kebiasaan tentara Muslim hingga
54
apa yang dilakukan oleh tentara Muslim yang tidak pernah diingkari.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Anfal ayat 58.
           
   
“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari
suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada
mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berkhianat.” (Q.S. Al-Anfal:58 ).
b. Tanggung Jawab
Tanggung
jawab
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya, atau
biasa disebut dengan panggilan jiwa (Munir, 2010:90). Melakukan
suatu tugas dengan sepenuh hati, berusaha keras untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan dan yakin terhadap pilihan dan keputusan
yang diambil. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai
pendidikan karakter tanggung jawab adalah sebagai berikut:
“Murad menyerahkan tahta sultan kepada Mehmed II untuk
memastikan anaknya dapat menjalankan tugasnya dengan baik
semasa ia masih hidup dan mempercayakan pengawasanya
pada Halil Pasha, wazir kepercayaannya untuk mendidiknya
tentang tugas-tugas seorang sultan dan kepemimpinan.” (siauw,
2013:51).
“Mehmed membangun benteng barunya dengan tiga menera
utama yang dia dedikasikan kepada ketiga wazirnya; Halil
Pasha, Zaganos Pasha dan Saruja Pasha. Masing-masing
deberikan porsi pembangunan benteng berdasarkan master
desain dan masing-masing wazir bertanggung jawab terhadap
bagiannya sendiri, Halil Pasha diberikan bagian menara timur
dekat gerbang benteng, Saruja Pasha mendapatkan bagian
sebelah utara sementara Zaganos Pasha bertanggung jawab
atas pembangunan menara bagian selatan.” (Siauw, 2013: 71).
55
Kutipan cerita di atas menggambarkan
diberikanya sebuah
tanggung jawab berupa tahta Sultan kepada Mehmed dari ayahnya
Murad, dan Murad juga memberikan tanggung jawab kepada Halil
Pasha seorang kepercayaannya untuk mendidik Mehmed dalam hal
penugasannya dan kepemimpinannya, ada juga dalam kutipan cerita di
atas menggambarkan tanggung jawab yang diberikan kepada tiga
wazir Sultan yang berupa pembangunan sebuah benteng baru Sultan
Mehmed, dan itu merupakan pendidikan karakter dalam aspek
tanggung jawab yang perlu dicontoh agar terbina kerakter yang
bertanggung jawab. Allah SWT berfirman:
     
“tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” (Q.S. Al-Muddatstsir:38).
Ayat di atas mengajarkan bahwa setiap individu harus
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Islam
mengajarkan bahwa apa saja yang dilakukan manusia, keburukan dan
kebaikan akan mendapatkan ganjaran atau balasan dari Allah.
c. Disiplin
Disiplin adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan ketertiban
dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan peraturan (Zuchdi,
2013:27). Disiplin yang telah terbina itu akan sulit untuk diubah,
karena telah menyatu dengan pribadinya. Disiplin diri menjadi kata
kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran orang-orang besar
56
yang
pernah
hidup
dalam
sejarah.
Kutipan
cerita
yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter disiplin adalah
sebagai berikut:
“Sultan juga menekankan pentingnya kedisiplinan kepada
pemimpin, mematuhi setiap arahan dan komando yang
diberikan kepada mereka tanpa keraguan sedikit, kalian harus
bergerak maju tanpa gaduh dan tanpa suara, sebaliknya ketika
harus berteriak maka harus dilakukan sekeras mungkin.”
(siauw, 2013:235).
Kutipan cerita di atas menggambarkan sikap disiplin yang
ditanamkan Sultan Mehmed terhadap para tentaranya dengan
mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan tanpa ada
keraguan, itu merupakan sikap pendidikan karakter yang berupa
kedisiplinan yang perlu dicontoh karena sikap disiplin sangat penting
dilaksanakan
ketika
mendapatkan
perintah
dan
menjalankan
kewajiban yang diberikan. Tidak hanya itu, sikap disiplin juga harus
ditanamkan sejak dini untuk membentuk karakter yang baik yang
nantinya akan berguna terhadap apapun yang dikerjakan. Seperti
kegiatan di sekolah diantaranya disiplin masuk sekolah, disiplin
mengerjakan tugas yang diberikan, disiplin dalam peraturan-peraturan
sekolah, dan juga yang lainya. Allah berfirman:
        
 ... 
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (QS. AnNisa’4:59).
57
d. Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Zakiyah dan Rusdiana,
2014: 112). Kerja keras merupakan suatu upaya yang terus dilakukan
tidak pernah menyerah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang
menjadi
tugasnya
hingga
tercapai.
Kutipan
cerita
yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter kerja keras adalah
sebagai berikut:
“Resolusinya pasti, keputusannya sudah final bahwa
Konstantinopel harus dibebaskan pada masanya dan di
tangannya. Pemikiran ini sudah cukup untuk membuatnya
terjaga sepanjang malam. Tangannya sibuk membuat sketsa
pertahanan Konstantinopel hasil penelitian pribadinya pada
Agustus di musim panas tahun lalu dan merencanakan strategi
yang tepat untuk pengepungannya.” (Siauw, 2013:92).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang
bekerja keras menyusun strategi perang untuk menaklukkan
Konstantinopel yang sudah membuat Sultan sangat sibuk, karena
Konstantinopel harus segera dibebaskan. Hal itulah yang dilakukan
oleh Sultan Mehmed dengan sungguh-sungguh tidak bermalasmalasan. Kerja keras merupakan sebuah karakter yang dilakukan
untuk mengubah sebuah keadaan, dan bagi yang mau bekerja keras
dengan sungguh-sungguh seperti Sultan Mehmed pasti akan
mendapatkan hasil yang terbaik. Allah berfirman dalam surat AzZumar ayat 39 tentang bekerja.
58
        
 
Katakanlah: “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan
keadaanmu, sesungguhnya aku bekerja (pula), maka kelak kamu
akan mengetahui,(Q.S.Az-Zumar:39).
e. Kreatif
Kreatif adalah mampu menyelesaikan masalah secara inovatif,
luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat,
menampilkan sesuatu secara luar biasa, memiliki ide baru, ingin terus
berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru
(Samani dan Hariyanto, 2013: 51). Berfikir untuk melakukan sesuatu
dengan mengembangkan ide-ide yang ada dengan hal-hal yang baru,
menarik dan lebih baik. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang
nilai pendidikan karakter kreatif adalah sebagai berikut:
“Abdullah bin Sa’ad bukanlah berucap tanpa hitugan, pada
abad ke-7 komposisi kapal perang mengalami evolusi.
Walaupun jenis dromon masih mendominasi kapal-kapal perang
yang ada pada zaman itu, tetapi kapal dibuat dengan ukuran
yang lebih besar dan pertahanan yang lebih kuat, namun
dengan gerakan yang lebih lambat. Perubahan komposisi
formasi kapak juga berpengaruh dalam taktik perang, taktik
menghancurkan
kapal
dengan
alat
pelantak
juga
dikombinasikan dengan cara mendekatkan kapal satu sama lain
dan pasukan marinir berperang tidak ubahnya seperti
pertempuran darat. Hal ini keuntungan besar buat pasukan
Muslim yang terbiasa melakukan perang jarak dekat. Dari segi
perlengkapan kapal perang, kapal-kapal Muslim tidak
secanggih kapal perang Konstantinopel maka mereka segera
mengikatkan kapal mereka pada kapal-kapal Byzantium.
Membatasi pergerakannya dan melakukan peperangan jarak
dekat layaknya peperangan di daratan.” (Siauw, 2013:19-20).
59
Kutipan cerita di atas menggambarkan para tentara Utsmani
sangat kreatif dalam peperangan tersebut dengan cara mendekatkan
kapal mereka kepada kapal musuh, sehingga menguntungkan bagi
tentara Utsmani karena terbiasa melakukan pertempuran jarak dekat
seolah-olah mereka berperang di daratan. Kreatif merupakan berfikir
dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki seperti yang dilakukan oleh tentara
Ustmani dalam menyusun strategi perang. Allah berfirman:
           
            
             
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768]
yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia, (Q.S. Ar Ra’d:11)
f. Mandiri
Mandiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain.
Soaekarno, Presiden Indonesia pertama, mengumandangkan istilah
berdikari, yakni berdiri di atas kaki sendiri, untuk membangkitkan
sikap mandiri bangsa ini dari pengaruh dan kekuatan bangsa asing
60
(Nashir, 2013:86). Karakter mandiri sangat penting dan harus melekat
dalam diri seseorang, dengan kemandirian seseorang akan lebih
memaknai kehidupannya tanpa bergantung pada orang lain. Kutipan
cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter mandiri
adalah sebagai berikut:
“Benak Sultan berkecamuk, ambisinya jelas, tapi dia banyak
memerlukan banyak informasi dan perencanaan tambahan
untuk melakukan hal paling besar dalam hidupnya. Penaklukan
Konstantinopel memenuhi seluruh pandangan dan pikirannya.
Malam-malam di akhir musim dingin 1453 tidak jarang
dilewatinya tanpa tidur, semangat tampaknya telah memacu
adrenalin yang membius tubuhnya dari rasa lelah. Puluhan
sketsa pertahanan Konstantinopel hasil penelitian dan
penyelidikan pribadinya pada 1452 lalu terhampar di
depannya...” (Siauw, 2013:121).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang
mandiri, Sultan mencari sendiri informasi tentang keadaan kota
Konstantinopel dan menyusun strategi peperangan penuh semangat
tanpa rasa lelah. Itulah yang perlu kita contoh sikap kemandirian dari
seorang Sultan Mehmed yang memiliki ambisi sangat kuat untuk
menaklukkan kota Konstantinopel. Allah berfirman:
           
  
Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang
membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya, (Q.S. AlMukminun:62).
61
g. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Zakiyah dan Rusdiana, 2014:
112). Keingintahuan akan sesuatu menyebabkan seseorang akan
mendekati, mengamati, ataupun mempelajari suatu benda ataupun
suatu hal lainnya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai
pendidikan karakter rasa ingin tahu adalah sebagai berikut:
“Ketika ilham strategi perang yang sempurna untuk membuka
pintu Konstantinopel tidak kunjung datang, sering pula Sultan
menyamar sebagai penduduk biasa pada malam harinya dan
berbaur dengan masyarakat untuk mengetahui pendapat mereka
tentang penaklukan yang akan dilakukannya. Sultan memastikan
bahwa opini umum yang terbentuk di masyarakat mendukung
rencananya dan dapat memberikan sokongan yang memadai.”
(Siauw, 2013:122).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang
rela menyamar menjadi orang biasa dan berbaur dengan penduduk
sekitar untuk mencari tahu pendapat para masyarakat tentang
penaklukkan kota Konstantinopel. Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar ditunjukkan oleh Sultan
Mehmed yang ingin mengetahui pendapat para penduduk.
       
   
62
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, (Q.S. Ali Imran:190).
h. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
(Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Semakin banyak waktu yang
tersedia untuk membaca, maka semakin banyak ilmu, pengetahuan,
dan pengalaman yang akan diperoleh. Membaca tidak harus dengan
buku atau sesuatu yang bertulis, membaca dapat dilakukan dimana
saja kapanpun, membuat seseorang akan lebih cerdas daripada yang
tidak banyak membaca Kutipan cerita yang menggambarkan tentang
nilai pendidikan karakter gemar membaca adalah sebagai berikut:
“Mehmed bertindak cepat untuk mengantisipasi segala
kemungkinan, pada 29 Agustus – 1 September 1452, ia
menyelinap ke Teluk Tanduk Emas untuk mempelajari
Konstantinopel dengan detail dari dekat, membuat catatan
untuk persiapan perang dan analisa geografis dan sagala hal
disekelilingnya untuk mendapatkan celah kelemahan pada
pertahanan Konstantinopel.” (Siauw, 2013:73).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed
menyelinap ke Teluk Emas hanya untuk mempelajari kelemahan
Konstantinopel lebih detail dan dari dekat. Banyak cara yang Sultan
lakukan untuk mendapatkan celah kelemahan kota Konstantinopel di
antaranya dengan membuat catatan dan menganalisa geografis di
sekelilingnya. Gemar membaca merupakan kebiasaan seseorang untuk
63
menambah pengetahuan dan informasi dengan meluangkan waktunya
untuk membaca buku. Allah berfirman:
          
       
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, (Q.S. Al-‘Alaq:1-4).
3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama
a. Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat
dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Zakiyah
dan Rusdiana, 2014: 113). Memberikan kesempatan pada seseorang
untuk menampilkan ide, bakat dan kreasi yang dimilikinya, serta
memberikan pujian atau penghargaan apabila telah melaksanakan
tugas dengan baik, memunculkan ide yang cemerlang atau
memunculkan sebuah karya. Kutipan cerita yang menggambarkan
tentang nilai pendidikan karakter menghargai prestasi adalah sebagai
berikut:
“Mehmed
segera
memerintahkan
bawahanya
untuk
memperlakukan Orban dengan baik dan membayar keahliannya
4x lipat dari permintaan Orban.” (Siauw, 2013:96).
“Sultan memasuki gerbang kota, mengagumi isi di dalamnya
dan mengalir dari lisannya puji dan syukur kepada Tuhannya,
sang pemberi kenikmatan... Seusai bersyukur kepada Tuhannya,
Mehmed berbalik kepada seluruh pasukannya yang berjumlah
64
70.000 atau 80.000 dan mengucapkan selamat kepada mereka.”
(Siauw, 2013:255).
“Harta rampasan perang dibagi menurut hukum syariat setelah
dikumpulkan semuanya di depan Sultan. Setiap prajurit yang
mengikuti perang dibagi berdasarkan hukum-hukum Islam pula.
Mehmed memberikan hadiah tambahan bagi prajurit yang
berjasa ataupun kepada keluarga tentara yang gugur dalam
peperangan.” (Siauw, 2013:258).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang
menghargai keahlian Orban dengan membayar 4x lipat dari permintaan
Orban sebelumnya. Sikap menghargai prestasi juga ditunjukkan Sultan
dengan mengucapkan selamat kepada para pasukannya seusai
mengucap syukur kepada Tuhannya. Selain itu Sultan Mehmed juga
menghargai prestasi bagi para prajurit yang berjasa ataupun pada
keluarga tentara yang gugur dalam peperangan dengan memberikan
hadiah tambahan. Itulah karakter yang dimiliki Sultan Mehmed yang
dapat dijadikan sebagai teladan hidup. Allah berfirman:
         
 
karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia
dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orangorang yang berbuat kebaikan, (Q.S. Ali Imran:148).
b. Demokratis
Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Zakiyah dan
Rusdiana, 2014: 112). Mewujudkan negara yang aman dan
bemberikan hak-hak kepada rakyatnya secara adil, mewujudkan
65
sistem pemerintahan suatu negara yang demokratis. Memberikan
pelayanan yang terbaik untuk seluruh rakyatnya. Kutipan cerita yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter demokratis adalah
sebagai berikut:
“Segera setelah penaklukan Konstantinopel, Sultan Mehmed
memindahkan ibukota Utsmani ke kota itu dan memerintah
rakyatnya dengan sangat adil. Kemampuannya dalam urusan
administrasi dan pengelolaan kota sama baiknya ketika ia
berhadapan dengan pasukan perang. Mehmed Al-Fatih adalah
Sultan pertama yang mengodifikasi aturan-aturan hukum dalam
setiap urusan-urusan, yang selanjutnya akan disempurnakan
oleh keturunannya, Khalifah Suleyman II yang dikenal sebagai
Al-Qaruni, sang pembuat hukum. Sultan mengatur semuanya
dengan hukum-hukum yang rinci, baik dalam bidang
pendidikan, pemerintahan, kepegawaian, peradilan, kesehatan,
militer, seni dan budaya, perdagangan, sampai hukum-hukum
sipil. Tidak heran bila pada masa pemerintahannya, banyak
diantara penduduk Yunani yang memilih Islam sebagai agama
baru mereka.” (Siauw, 2013: 261).
Kutipan cerita di atas menggambarkan bahwa Sultan Mehmed
setelah
memindahkan
ibukota
Utsmani
ke
Konstantinopel
kepemimpinan Sultan dianggap sangat adil terhadap rakyatnya dalam
hal administrasi dan pengelolaan kota, selain itu Sultan juga
demokratis dalam hal pendidikan, pemerintahan, kesehatan, militer,
seni budaya, perdagangan sampai hukum-hukm sipil. Semua itu
diperlakukan dengan adil oleh Sultan Mehmed dan karakter tersebut
dapat dijadikan sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari. ). Allah
berfirman:
66
       
          
 
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan, (Q.S. An Nisaa’: 7).
c. Peduli Sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
(Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Rasa yang timbul dari dalam hati
untuk memberikan bantuan kepada yang lebih membutuhkan secara
ikhlas tidak ada paksaan, dan tidak memikirkan waktu, usia, bahkan
harta. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan
karakter peduli sosial adalah sebagai berikut:
“Adapun terhadap tawanan-tawanan perang, Sultan Mehmed
menerapkan hukum syariat Islam kepada mereka. Sebagian
besar daripada tawanan perang dibebaskan dan sebagian besar
yang lain lagi ditebus dengan emas dan perak, Sultan bahkan
menebus beberapa tawanan perang dengan harta pribadinya.”
(Siauw, 2013: 258)
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed sangat
peduli terhadap para prajurit perang yang menjadi tawanan musuh,
kepeduliannya itu ditunjukkan dengan membebaskan para tawanan
perang. Cara yang dilakukannya menebus dengan emas dan perak
67
bahkan Sultan menebus beberapa tawanan perang dengan harta
pribadinya. Itulah sikap peduli sosial yang ditunjukkan Sultan
Mehmed yang rela menolong sesamanya dengan cara apaun. Allah
berfirman:
      
        
       
 
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik, (Q.S. Ali ‘Imran:110).
d. Bersahabat
Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Zakiyah dan
Rusdiana, 2014: 113). Bersahabat membuat seseorang lebih mudah
untuk bergaul dan saling bertukar pikiran karena memiliki banyak
teman yang mau mendengar dan membantu jika ada seorang sahabat
yang sedang mengalami kesusahan. Bersahabat dapat dengan siapa
saja asalkan tetap sesuai dengan norma agama. Kutipan cerita yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter bersahabat adalah
sebagai berikut:
68
“Mehmed pun menyetujui hampir setiap permintaan dari
negara-negara Kristen Eropa sehingga mereka pulang dengan
kegembiraan dan anggapan bahwa Mehmed bukanlah ancaman
sebagaimana Murad ayahnya.” (Siauw, 2013: 62).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang
bersahabat dengan negara-negara Kristen Eropa, sikap yang
ditunjukkan Sultan kepada mereka sangat baik sehingga mereka
pulang dengan kegembiraan. Karakter yang dimiliki Sultan ini dapat
dijadikan sebagai contoh dalam menjalin persahabatan dengan tidak
memandang status, entah itu agama, ras, suku bangsa, dan lainnya.
Allah berfirman:
      
    
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
mereka, (Q.S. Asy-syura:38)
seruan
mereka
mereka
kepada
4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan
Lingkungan
a. Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi (Listyarti, 2012: 7). Sikap dan prilaku
seseorang yang menunjukkan suatu perbuatan atas dasar rasa cinta dan
69
kepedulian terhadap lingkungan maupun orang lain. Kutipan cerita
yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter peduli
lingkungan adalah sebagai berikut:
“Mehmed sangat paham bahwa kekuasaan Utsmani yang
terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Eropa dan Asia, dimana
keduanya dibatasi oleh Selat Bosphorus dan Byzantium menjadi
suatu kelemahan besar baginya dalam upaya menaklukkan
Konstantinopel. Tidak mungkin bagi Sultan untuk memusatkan
perhatiannya kepada Konstantinopel, sementara ia tidak bisa
mengamankan jalur antara Asia dan Eropa.” (Siauw, 2013: 66)
“Sejarah juga mencacat bahwa daerah yang dibebaskan kaum
Muslim akan menjadi sejahtera daripada sebelumya, sebagai
bukti ketinggian Islam dan sebagai argumen tak terbantahkan
bahwa Islam bukan menjajah dan mengeksploitasi, melainkan
membebaskan dan membawa ummatnya menuju kemuliaan
hidup.” (Siauw, 2013: 104).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed tidak
hanya mementingkan urusan pribadi dalam usahanya menaklukkan
Konstantinopel, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sekitarnya,
seperti mengamankan jalur antara Asia dan Eropa yang lemah. Karena
jalur tersebut sangat mendukung dalam penaklukkan Konstantinopel.
Sultan Mehmed juga sangat peduli terhadap kesejahteraan daerah
yang dibebaskannya. Sebagai bukti bahwa Islam tidak menjajah
melainkan
membawa
ummatnya
menuju
kemuliaan-Nya.
Bahwasannya sikap peduli lingkungan itu harus menjadi tanggung
jawab bersama agar keseimbangan antara manusia dan lingkungan
tetap terjaga. Allah berfirman:
70
         
 
Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi.”Mereka menjawab: “Sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”,(Q.S. AlBaqarah:11).
b. Toleransi
Toleransi adalah sikan dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 112). Sikap yang
diberikan
apabila
menemukan
perbedaan,
menghargai,
dan
menghormatinya. Membuat seseorang merasa lebih tenang karena
merasa dihargai perbedaan yang dimiliki. Kutipan cerita yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter toleransi adalah
sebagai berikut:
“Penduduk Kristen Ortodoks di Konstantinopel sedang bersiap
menyambut hari tersuci bagi mereka, yaitu Hari Paskah yang
jatuh pada 1 April, dalam doa-doa yang mereka panjatkan,
mereka memohon agar Hari Paskah dapat mereka lalui dengan
tenang. Hak itu tentu diperhatikan oleh Sultan Mehmed dan
memberikan mereka kesempatan untuk beribadah dalam
kepercayaan mereka dan tidak lebih daripada hari itu saja.”
(Siauw, 2013: 128).
“Tatkala Sultan mendekati pintu Gereja, kaum Kristen yang
berkumpul di dalamnya merasa sangat ketakutan. Namun, tidak
ada pilihan lain bagi mereka, salah seorang pendeta lalu
membukakan pintu untuk Sultan dan terlihatlah di depannya
penduduk Konstantinopel memadati Gereja Hagia Sophia
dengan ketakutan dan histeris. Sultan kemudian meminta agar
pendeta menenangkan penduduk dan semua diperintahkan
kembali ke rumahnya masing-masing dengan jaminan darinya.
Mendengarkan hal ini, beberapa pendeta yang tadinya
71
bersembunyi segera keluar dan menyatakan masuk Islam
setelah menyaksikan toleransi Islam kepada penduduk yang
telah ditaklukkan.” (Siauw, 2013: 256).
Kutipan cerita di atas menggambarkan Sultan Mehmed yang
memberikan kesempatan beribadah kepada penduduk Kristen
Ortodoks di Konstantinopel yang sedang bersiap menyambut hari suci
bagi mereka yaitu Hari Paskah, sikap toleransi tersebut diberikan
karena Sultan Mehmed menghargai kepercayaan mereka. Sultan
Mehmed
juga
memberikan
toleransi
kepada
warga
kota
Konstantinopel dengan cara memberikan jaminan kepada mereka.
Sikap yang ditunjukkan oleh Sultan Mehmed merupakan contoh yang
sangat baik terutama dalam memberikan toleransi dalam hal beragama
dan yang lainnya. Allah berfirman:
          
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam),
sesungguhnya jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat,
(Q.S. Al-Baqarah:256).
5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan
Kebangsaan
a. Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014:
112). Rasa yang timbul untuk membela negara, rela berkorban, sesalu
berusaha memberikan yang terbaik untuk mementingkan kepentingan
72
bangsa, dan tidak mementingkan diri sendiri. Kutipan cerita yang
menggambarkan
tentang
nilai
pendidikan
karakter
semangat
kebangsaan adalah sebagai berikut:
“Abu Ayyub Al-Anshari seorang sahabat dekat Rasulullah yang
pada saat itu usianya hampir 80 tahun, tetapi ia memaksa untuk
tetap ikut dalam pengepungan Konstantinopel.” (Siauw, 2013:
23).
“Khususnya pasukan Yeniseri yang sangat bersemangat
menaklukkan kota, tidak ada satupun dari mereka yang takut
pada kematian, mereka berlari berani menuju tembok dengan
tangga, pedang crossbow, panah untuk menghadapi pasukan
bertahan.” (Siauw, 2013: 152).
Kutipan cerita di atas menggambarkan sosok Abu Ayyub AlAnshari walaupun usia beliau hampir 80 tahun akan tetapi beliau
memiliki semangat juang yang tinggi dan memaksa untuk tetap ikut
dalam sebuah peperangan. Itulah yang ditunjukkan dari sikap beliau
tentang dalam hal semangat kebangsaan.
Semangat kebangsaan juga ditunjukkan oleh pasukan khusus
Yeniseri untuk menaklukkan kota Konstantinopel bahkan mereka
tidak memiliki rasa takut sekalipun dihadapkan pada kematian. Itulah
semangat kebangsaan yang ditunjukkan oleh para prajurit Islam.
Kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kebangsaan
dapat ditanamkan dalam diri seseorang untuk mempertahankan dan
memperjuangkan bangsa yang dimiliki tanpa mengenal usia serta rasa
takut. Allah berfirman:
73
        
           
 
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
bangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kanalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,
(Q.S. Al-Hujurat:13(.
b. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa (Listyarti, 2012: 7). Mencintai semua hal yang berada
di bangsa ini merupakan sikap untuk mencintai tanah air. Kutipan
cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter cinta
tanah air adalah sebagai berikut:
“Heraklius sedang menikmati masa-masa paling jaya semasa
hidupnya. Setelah peperangan sengit dan berkepanjangan
antara front Romawi dan Persia pada abad ke 6 dan 7, Romawi
akhirnya memenangkan peperangan dan merebut kembali
daerah mereka yang dikuasai Persia.” (Siauw, 2013: 9).
Kutipan cerita di atas menggambarkan sosok Heraklius yang
berjuang merebut kembali daerah kekuasaannya yang telah dijajah
bangsa Persia dan itulah sikap cinta tanah air yang ditunjukkan
Heraklius yang rela berkorban demi tanah airnya.
74
c. Cinta Damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya (Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 113). Tidak ada kekerasan yang
timbul jika menghadapi masalah, menyelesaikan segala permasalahan
dengan jalan damai, adil, dan benar merupakan sikap cinta damai
yang ditunjukkan seseorang dalam menghadapi masalah. Dengan
damai membuat seseorang akan merasa tenang karena tidak ada
ancaman yang merugikan suatu pihak. Kutipan cerita yang
menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter cinta damai adalah
sebagai berikut:
“Hal ini membuat kaisar Byzantium, Romanus IV Diogenes
murka, ia segera mengumpulkan pasukan Byzantium dan
pasukan gabungan Eropa yang berjumlah 200.000 untuk
menghentikan gerakan Alp Arslan yang mempunyai pasukan
hanya 20.000. Alp Arslan sebenarnya tidak ingin terlalu cepat
berurusan dengan pasukan inti Byzantium karena itu ia
mengirimkan utusan damai.” (Siauw, 2013: 30).
“Wallachia dan Rhodes mengirimkan utusan kepada Sultan
baru untuk mengadakan kesepakatan antara kesultanan
Utsmani dengan mereka. Kedatangan utusan-utusan itu
disambut baik oleh Mehmed. Ia menyetujui tawaran Venezia
untuk berdamai, sebagaimana ia melanjutkan kesepakatan
damai yang dibuat ayahnya untuk tiga tahun ke depan dengan
John Hunyad dari Hungaria.” (Siauw, 2013: 62).
Kutipan cerita di atas menggambarkan sosok Alp Arslan yang
tidak menyukai kekerasan dan dia lebih memilih jalur damai karena
dia merasa tidak memiliki banyak pasukan dan tidak ingin cepat
berurusan dengan Byzantium. Sultan Mehmed juga sepakat untuk
mengambil langkah damai antara kesultanan Ustmani dengan
75
Wallachia dan Rhodes. Hal tersebut memberikan contoh agar selalu
mencintai damai. Karena sebuah kekerasan tidak akan menyelesaikan
masalah. Selain itu damai juga dapat memberikan rasa senang dan
aman. Allah berfirman:
         
       
  
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha
Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan,
Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan,(Q.S. Al-Hasyr: 23).
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Muhammad AlFatih 1453 dengan Praktek Pendidikan Karakter Masa Kini
Pada dasarnya pendidikan karakter mempunyai peran yang sangat
penting bagi kehidupan, saat ini kita dihadapkan dengan kehidupan yang
terus menerus berkembang sesuai perkembangan zaman. Lingkungan sangat
berpengaruh besar terhadap terbentuknya karakter seseorang.
Dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, kejujuran menjadi
amat penting untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia saat ini. Karakter
ini dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal anak
melakukan ujian. Perbuatan mencontek merupakan perbuatan
yang
mencerminkan anak tidak berbuat jujur kepada diri, teman, orang tua, dan
gurunya. Dengan mencontek, anak menipu diri, teman, orang tua, dan
76
gurunya. Apa yang ditipu oleh anak. Anak memanipulasi nilai yang
didapatkannya seolah-olah merupakan kondisi yang sebenarnya dari
kemampuan anak, padahal nilai yang didapatnya bukan merupakan kondisi
yang sebenarnya. Selain itu juga kebudayaan katakanlah ditelapkan sebagai
pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah pada jam sekolah untuk
menyukseskan proses belajar mengajar.
Kejujuran dalam penyelenggaraan sekolah saat ini dapat kita
identifikasi ketika sekolah menghadapi Ujian Nasional (UN). Banyak dugaan
bahwa pelaksanaan UN banyak dimanipulasi oleh penyelenggara sekolah itu
sendiri, bahkan beberapa kepala sekolah dan guru mengakui akan hal ini. Jika
anak mempersepsi proses ketidakjujuran dalam UN ini sebagai hal yang
biasa, maka telah terbentuk dalam diri anak karakter terhadap kebohongan,
bahkan menganggap harus berbohong. Tentu saja hal ini sangat berbahaya
untuk penguatan karakter anak.
Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain, baik
dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan sebagainya.
Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan
seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan
kebenaran yang ia lakukan.
Selain itu ada pula anak muda sekarang yang tidak mau bekerja keras,
mereka lebih memilih bekerja ringan walaupun tidak halal dari pada bekerja
keras yang halal. Berapa banyak pemuda yang pekerjaanya meminta-minta di
terminal atau di perempatan jalan, padahal bersamaan dengan keberadaan
77
mereka, para kakek dan nenek masih terus bekerja keras, semisal dengan
berjualan keliling. Masyarakat saat ini banyak yang tidak mau bekerja keras,
dengan taat aturan dan norma untuk mencapai tujuan, tetapi mereka banyak
memilih untuk melakukan hal yang mudah dan mendapat untung banyak
sehingga korupsi, pemalakan, perampokan menjadi hal-hal yang lumrah
terjadi dan semakin menggejala di semua lapisan.
Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 Sultan Mehmed mengajarkan
satu hal yang sangat penting bagi kaum Muslim yang igin menapaki jalan
perjuangan Islam setelahnya. Pertanyaannya bukanlah bisa atau tidak bisa,
bukan juga mungkin atau tidak mungkin. Seseorang tentu sangat paham, tidak
ada yang tidak mungkin di dunia. Namun Sultan Mehmed mengajarkan
bahwa pertanyaannya adalah mau atau tidak mau.
Apabila seseorang mau, maka semua yang dilakukannya pasti yang
terbaik dan tidak akan menghabiskan waktu untuk mengasihani diri sendiri,
beralasan dan membenarkan kegagalan-kegagalan. Namun, seseorang akan
terus mencari cara terbaik untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan
kegagalan justru akan menjadi pengalaman berharga untuk dijadikan bahan
perbaikan.
Berbeda dengan orang yang tidak mau, maka seberapapun
kemungkinan dan kemudahan yang didapatkannya, namun itu tidak akan bisa
mendorongnya untuk berbuat maksimal dan yang keluar dari dirinya adalah
alasan demi alasan, mengasihani diri, mengeluh, dan meligitimasi kegagalan
78
yang diperolehnya. Kegagalan akan menjadi kambing hitam di dalam
hidupnya.
Salah
satunya
melalui
pendidikan
nasional
yang
berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Kesuma, 2012: 6).
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong,
berjiwa
patriotik,
berkembang
dinamis,
berorientasi
ilmu
pengetahuan dan tekhnologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Terdapat lima hal dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional
Pendidikan Karakter. Pertama, manusia Indonesia harus bermoral, berakhlak,
dan berperilaku baik. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau menjadi
masyarakat yang religius yang anti kekerasan. Kedua, bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya
nalar tinggi. Ketiga, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan
mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. Keempat, harus
bisa memperkuat semangat. Seberat apapun masalah yang dihadapi
79
jawabannya selalu ada. Kelima, manusia Indonesia harus menjadi patriot
sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya.
Melalui buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw ini,
diharapkan nilai-nilai pendidikan karakter dapat tersampaikan dengan baik.
Pendidikan karakter kaitannya dengan praktek pendidikan masa kini dibagi
dalam lima aspek. Pertama, pendidikan karakter hubunganya dengan Tuhan
Yang Maha Esa yaitu religius. Kedua, pendidikan karakter kaitanya dengan
diri sendiri yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
rasa ingin tahu, dan gemar membaca. Ketiga, pendidikan karakter kaitanya
dengan sesama yaitu menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan
barsahabat. Keempat, pendidikan karakter kaitanya dengan lingkungan yaitu
peduli lingkungan dan toleransi. Kelima pendidikan karakter kaitanya dengan
kebangsaan yaitu semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
penulis
melakukan
pembahasan
terhadap
Buku
Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan kajian berupa
nilai-nilai pendidikan karakter, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan karakter yang penulis temukan dalam Buku
Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw meliputi: nilai-nilai
pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa (Religius), nilai ini memiliki kesamaan dengan pendidikan
sekarang, karena nilai religius merupakan tindakan perkataan dan
perbuatan kita untuk selalu mematuhi dan melaksanakan perintah dari
agama yang dianutnya. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam
hubungannya dengan diri sendiri (jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca), nilai
pendidikan karakter kaitanya dengan diri sendiri memiliki perbedaan
pada gemar membaca, gemar membaca yang penulis temukan pada
buku Muhammad Al-Fatih bukanlah membaca buku yang banyak,
melainkan membaca keadaan, menganalisa situasi daerah dan yang
lainya. Sedangkan saat ini gemar membaca ditunjukkan kepada
seseorang yang senang sekali dengan buku, rela meluangkan waktu
81
untuk membaca, dan mengetahui manfaat dari gemar membaca karena
memiliki banyak pengetahuan, wawasan serta lebih cerdas dari pada
yang
tidak
membaca.
Nilai-nilai
pendidikan
karakter
dalam
hubungannya dengan sesama (menghargai prestasi, demokratis, peduli
sosial, dan bersahabat), nilai-nilai pendidikan karakter dalam
hubungannya dengan lingkungan (peduli lingkungan dan toleransi),
dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan
kebangsaan (semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai).
2. Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dengan praktik pendidikan
masa kini. Pada dasarnya pendidikan karakter mempunyai peran yang
sangat penting bagi kehidupan, saat ini seseorang dihadapkan dengan
kehidupan yang terus menerus berkembang sesuai perkembangan
zaman. Dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, kejujuran
menjadi amat penting untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia saat
ini. Karakter ini dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan di
kelas, semisal anak melakukan ujian. Perbuatan mencontek merupakan
perbuatan yang mencerminkan anak tidak berbuat jujur kepada diri,
teman, orang tua, dan gurunya. Seseorang yang memiliki karakter jujur
akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis,
rekan/mitra kerja, dan sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu
karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun
resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan.
Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 Sultan Mehmed mengajarkan
82
satu hal yang sangat penting bagi kaum Muslim yang igin menapaki
jalan perjuangan Islam setelahnya. Mehmed adalah gabungan dari
keberanian, kegigihan, dan kecerdasan dalam berjuang. Dia memiliki
suatu mental penentu, yaitu memberikan yang terbaik dalam setiap
pilihan hidupnya. Banyak Muslim di dunia ini yang kalah sebelum
berperang, mereka tidak mampu menunjukkan kemampuan maksimal
yang mereka miliki. Bahkan, sejak awal mereka meragukan
pencapaian yang diinginkannya. Namun tidak bagi Sultan Mehmed,
sejak awal dia sudah menunjukkan bahwa dia adalah seorang
pemberani karena agama Allah dan hal itu ditunjukkan melalui
perbuatan dan kata-katanya dalam setiap kesempatan.
B. Saran
Setelah mengadakan kajian tentang nilai-nilai pendidikan karakter
dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Ada
beberapa saran yang penulis sampaikan antara lain:
1. Bagi Orang Tua
Hendaknya orang tua menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter sejak dini dan lebih bisa mengawasi putra-putri mereka.
Berilah perhatian dan kasih sayang. Jadikanlah keluarga sebagai
tempat berkembangnya karakter dan akhlak. Karakter adalah watak,
tabiat, akhlak, ataupun kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas
83
sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan
orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
Maka pengembangan karakter bangsa dapat melalui pendidikan
formal maupun nonformal, salah satunya melalui peran kedua orang
tua dan keluarga.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Metode pembelajaran dalam pendidikan harus semakin
dikembangkan terlebih di era modern sekarang ini. Banyak cara yang
bisa
dilakukan.
Salah
satunya
dengan
penggunaan
media
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan
pendidikan melalui media cerita yang inspiratif dalam mendidik
siswa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila
sehingga pendidikan budaya dan karakter bangsa harus berdasarkan
nilai-nilai Pancasila, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah
mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik melalui
pendidikan hati, otak, dan fisik.
C. Kritik
Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw yang
penulis teliti sudah cukum bemberikan manfaat dan juga menambah
wawasan mengenai sejarah Islam, dalam buku ini mengisahkan seorang
kesatria muda yang berjuan dengan keras untuk menaklukkan kerajaan
Konstantinopel. Tetapi dalam buku Muhammad Al-Fatih tersebut yang
84
begitu indah dan enak dibaca ternyata yang penulis buku Felix Y. Siauw
kurang teliti dalam penulisan dan penyusunan kata-kata. Semisal penulis
menemukan sebuah contoh dalam penulisan Kerajaan Utsmani terkadang
juga ditulis Ustmani, yang benar yang mana. Selanjutnya dalam penulisan
profil, penulis buku kurang detail dalam memberikan informasi, mengenai
latar belakang keagamaan dan juga yang lainya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munyawi,
Syaikh
Ramzi.
2012.
Muhammad
Al-Fatih
Penakluk
Konstantinopel. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
Ash-Shalabi, Ali Muhammad. 2015. Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk. Solo.
Al-Wafi
Darmayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Yogyakarta. Araksa
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Bandung.
Alfabeta.
Ismadi, Hurip Danu. 2014. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kubudayaan.
Jakarta. PT Gading Inti Prima, Anggota IKAPI
Kesuma, Dharma, Cepi Triantara, dan Johar Permata. 2012. Pendidikan Karakter
Kajian Tenori danPraktik di Sekolah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, Kreatif.
Jakarta. Erlangga Group
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: TrustMedia
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Anak Sejak Dari
Rumah. Sleman Yogyakarta. PT Pustaka Insan Madani, Anggota IKAPI
Nurwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta. Familia
Nashir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama Dan Kebudayaan.
Yogyakarta. Multi Presindo
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN SALATIGA. 2008
permendiknas Nomor 46 Tahun 2009. 2009. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan EYD TERBARU. Yogyakarta. Pustaka Timur
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Siauw, Felix Y. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta Utara. Alfatih Press
Syukur, Abdul. 2014. Profesi Pendidik. Salatiga. STAIN Salatiga Press
Uhlin, Anders. 1998. Oposisi Berserah Arus Deras Demokratisasi Gelombang
Ketiga Di Indonesia. Bandung. Mizan Anggota IKAPI
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta. Pustaka
Zakiyah, Qiqi Yuliati dan Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai. Bandung: Pustaka
Setia
Zuchdi, Darmiyati dkk. 2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan
Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press
http://blogalakadar.blogspot.co.id/2013/04/ustadz-felix-siauw-yangketurunan.html (Diakses pada Kamis, 28 Januari 2016, pukul 07:35)
http://felixsiauw.com/home/aku-dan-islam/ (Diakses pada Selasa, 16 Februari
2016, pukul 23:21)
http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ (Diakses pada Kamis, 28 Januari 2016,
pukul 07:40)
https://petapemikiran.wordpress.com/2012/06/29/review-buku-muhammad-alfatih-1453/ (Diakses pada Kamis, 28 Januari 2016, pukul 08:24)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Putra Arief Perdana
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 24 Maret 1991
NIM
: 11111183
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Alamat Asal
: Bawangan RT 001/RW 003, Reksosari, Suruh,
Semarang
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Golongan darah
: B
Warga Negara
: Indonesia
Jenjang Pendidikan
:
1. TK Muslimat Reksosari lulus tahun 1997
2. SD Negeri Reksosari 1 lulus tahun 2004
3. SMP Negeri 1 Suruh lulus tahun 2007
4. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran
lulus tahun 2010
Download