BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda – beda. Salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan di antaranya adalah Musik. Saat ini musik berkembang mengikuti perkembangan zaman. Musik memiliki genre atau jenis. Weintraub dalam bukunya mengatakan bahwa genre musik itu memainkan peran utama dalam mengabsahkan karya, hierarki kultural, dan keputusan mengenai sensor dan dukungan pemerintah. (Weintraub 2012:10). Rock, Pop, Jazz, Punk, Reggae, Metal, merupakan berbagai genre musik yang telah ada dan telah berkembang pesat di luar negeri. Sedangkan musik – musik asli bangsa Indonesia seperti musik – musik langgam, gamelan, keroncong juga mulai mengalami perkembangan seiring dengan masuknya jenis – jenis musik modern dari luar negeri tersebut. Tranformasi dan akulturasi kebudayaan yang menyebabkan semakin banyak juga jenis atau genre musik di Indonesia sendiri. Genre musik rock, pop, jazz, reggae, punk, metal yang sebelumnya belum dikenal oleh masyarakat Indonesia, saat ini menjadi tren tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Keanekaragaman genre musik di Indonesia telah membawa masyarakatnya itu sendiri memiliki sebuah panutan tersendiri atau bahkan menjadi suatu kaum yang memiliki sisi fanatisme terhadap suatu grup musik atau genre musik itu sendiri. (Hugh 2001:23). 1 Genre musik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia yang telah menjadi suatu ciri khas di Indonesia adalah jenis musik dangdut. Dangdut, merupakan sebuah aliran musik atau genre musik yang sangat merakyat bagi bangsa Indonesia sejak jaman berdirinya negara Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa dangdut sebagai “musik rakyat”. Musik dangdut berakar dari musik melayu yang mulai berkembang pada tahun 1940an. Irama melayu sangat kental dengan unsur aliran musik dari India dan gabungan dengan irama musik Arab (Ibrahim 1997:234). Unsur tabuhan gendang yang merupakan bagian unsur dari musik India digabungkan dengan unsur cengkok penyanyi dan harmonisasi dengan irama musiknya merupakan suatu ciri khas dari irama Melayu. Ini merupakan awal dari mutasi dari irama Melayu ke dangdut. Musik sebagai salah satu media komunikasi yang efektif, dan musik itu sendiri adalah salah satu bentuk budaya media yang mempesona, dimana peran dari musik yang merupakan sarana pengungkapan dan penyebarluasan opini yang ampuh (Batmomolin 2003:78). Musik dangdut mengungkapkan tuturan umum tentang dangdut, yang berlaku pada banyak jenis musik populer. Jenis musik ini sangat terasa dekat dengan pendukungnya dan begitu populer karena masyarakat penggemarnya telah menjadikan dangdut sebagai bagian dari hidup mereka. Hal ini ditunjukkan masyarakat pada berbagai kesempatan untuk berkumpul, pesta – pesta perkawinan, khitanan, syukuran, kampanye politik tidak pernah sepi dari alunan irama musik dangdut (Sumaryo 1978:88). Dangdut sebagai satu bentuk budaya musikal mengandung sejumlah anatomi yang mencerminkan keadaan internal masyarakat. Sehingga persoalan – persoalan sosial (ekonomi, politik, sosial, teknologi) yang berkembang berkaitan pula dengan perkembangan yang sedang terjadi dalam musik dangdut. Dilihat dari sejarah perkembangannya, musik dangdut di 2 Indonesia mengalami beberapa tahapan pekembangan. Pada tahun 1960an musik dangdut dipertunjukan secara keliling dari kampung ke kampung yang dikenal dengan sebutan Orkes Melayu (OM). Masyarakat yang menonton menjadi penikmat pertunjukan kecil ini kebanyakan berasal dari masyarakat kalangan bawah. Dekade 70-an, merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan musik dangdut. Orkes Melayu yang sebelumnya hanya dipentaskan secara keliling dan dalam format yang kecil, pada tahapan ini pertunjuknya mulai dilakukan secara massal. Pertunjukan dangdut mulai dihadiri banyak penonton serta setting panggung pertunjukan, dan didukung peralatan canggih. Maka tahap kedua ini dapat disebut juga dengan “era panggung pertunjukan”. Di awal tahun 1980-an, musik dangdut mulai berinteraksi dengan aliran seni musik lainnya, yaitu dengan masuknya aliran Musik Pop, Rock, dan Disco atau House Music. Selain dikarenakan masuknya unsur seni musik modern, musik dangdut juga mulai bersenyawa dengan irama Musik tradisional seperti gamelan, Jaranan, Jaipongan dan musik tradisional lainnya. Maka pada tahun 1990-an dimulailah era baru yaitu musik dangdut yang banyak dipengaruhi musik tradisional yaitu irama gamelan yang merupakan kesenian musik asli dari budaya Jawa. Pada masa itu, musik dangdut mulai berasimilasi dengan seni gamelan tersebut, dan terbentuklah suatu aliran musik baru yaitu musik Dangdut Campursari. Meskipun begitu, musik dangdut yang lebih original juga masih eksis pada masa tersebut. Di era tahun 2000an setelah reformasi seiring dengan kejenuhan musik dangdut yang masih terkesan original, maka di awal era ini para musisi Jawa Timur di daerah pesisir Pantura mulai mengembangkan jenis musik dangdut baru yaitu yang dikenal dengan musik Dangdut Koplo. Jenis dangdut koplo 3 ini merupakan mutasi dari musik dangdut setelah era dangdut campursari yang kental dengan irama tradisionalnya dan dengan ditambah dengan masuknya unsur seni musik kendang kempul yang merupakan seni musik dari daerah Banyuwangi Jawa Timur. Jenis musik dangdut yang seperti inilah yang masih bisa tetap eksis dan melokal di daerah – daerah di Indonesia. Pada era musik dangdut koplo inilah mulai memacu tumbuh dan berkembangnya grup – grup musik dangdut koplo yang lebih terkenal dengan sebutan Orkes Melayu (OM). Beberapa OM besar dan terkenal di antaranya adalah OM Sera, OM Airlangga, OM Palapa, OM Sagita, dan OM RGS. Selain berberapa OM tersebut, masih terdapat banyak lagi OM kecil lainnya yang mengusung aliran musik dangdut koplo di nusantara ini. Kota Surakarta, Jawa Tengah, merupakan salah satu kota yang sering mengadakan berbagai event musik. Di kota ini, terdapat pagelaran musik rutin di kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari. THR Sriwedari merupakan sebuah tempat wisata keluarga yang sering digunakan untuk pergelaran musik dan pentas seni lainnya seperti pentas wayang orang dan tari. Di samping itu, THR Sriwedari juga menyediakan wahana permainan untuk menarik pengunjung anak – anak seperti mobil senggol, kereta mini, mini outbond, lautan balon dan permainan lainnya. Sedangkan untuk menarik pengunjung dewasa, THR Sriwedari menggelar pertunjukan musik dengan berbagai genre musik yang setiap malam pada hari-hari tertentu. Seperti pertunjukan musik – musik koesplus, rock klasik, reggae, dan tentunya musik dangdut. Dimana pertunjukan musik dangdut yang digelar oleh pihak THR Sriwedari menjadi senjata untuk mendatangkan pengunjung, karena pertunjukan dangdut yang digelar di THR Sriwedari tersebut selalu dipadati oleh pecinta musiknya. 4 Konser musik dangdut yang dimeriahkan oleh Orkes Melayu (OM) selalu dipadati ratusan orang dari berbagai kalangan, berbagai daerah, dan berbagai usia yang menyukai musik ini. Pertunjukan dangdut yang digelar di panggung THR Sriwedari itu selalu menampilkan grup dangdut dari OM secara bergantian, seperti OM Sera, dan OM Sagita yang sudah terkenal sering tampil menghibur dengan penyanyinya yang cenderung berpenampilan seksi. Salah satu faktor yang menjadi ciri khas musik dangdut dangdut koplo itu sendiri memang dari busana atau pakaian yang dikenakan oleh penyanyinya. Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif, dan pakaian juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pria (Barnard 1996 : 80). Setiap grup musik Orkes Melayu tersebut mempunya ciri – ciri sendiri dalam berpakaian sebagai identitas atau untuk mengenali sebuah grup itu berasal. Tidak hanya lewat gaya berpakaian, penyanyi dangdut juga menampilkan sisi sensualitasnya lewat goyangan – goyangan yang erotis yang membuat penonton juga ikut bergoyang menikmati alunan musik dangdut tersebut. Lagu – lagu yang ditampilkan oleh grup musik dangdut tersebut kebanyakan merupakan lagu – lagu pop dengan lirik bahasa Jawa yang diiringi dengan “musik koplo” yang dapat membuat penonton untuk ikut berjoget. Selain pertunjukan musik dangdut yang diselenggarakan oleh THR Sriwedari, terdapat satu pertunjukan musik dangdut yang dikemas modern dalam program acara musik dangdut oleh TV lokal di Kota Solo, Terang Abadi Televisi (TATV). Acara bertajuk “Terminal Dangdut” merupakan program musik dangdut yang disiarkan langsung dari studio TATV dengan menghadirkan berbagai grup musik dangdut atau penyanyi dangdut sebagai bintang tamu dan mengundang komunitas pecinta musik dangdut untuk meramaikan acara tersebut. Terminal Dangdut menjadi salah satu program utama guna menarik calon pemirsa dari Solo sekitarnya (wilayah Jawa Tengah), yang sangat kental dengan musik dangdut, untuk menonton TATV. 5 Salah satu media massa selain TATV yang ikut mempertahankan eksistensi dan mengiringi dinamika musik dangdut di Kota Surakarta adalah Radio Jaya Pemuda Indonesia FM Solo (JPI FM). Radio JPI FM ini merupakan salah satu radio tertua di Kota Surakarta dan sangat dikenal oleh masyarakat di Soloraya sebagai radio dangdutnya wong Solo. Berdasarkan latar belakang seperti di atas, penulis ingin mengkaji dan melakukan penelitian mengenai dinamika musik dangdut yang saat ini menjadi sebuah musik populer di Indonesia, khususnya di Kota Surakarta dimana sering digelar pertunjukan musik dangdut yang tidak pernah sepi dari penonton. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan digunakan dalam penelitian yang berjudul “Dangdut dan Budaya Populer (Dinamika Panggung Musik Dangdut di Kota Surakarta)” ini adalah: 1. Bagaimanakah dinamika panggung musik dangdut di Kota Surakarta? 2. Apa sajakah faktor - faktor yang mempengaruhi dinamika panggung musik dangdut? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini mengangkat tema tentang dinamika yang terjadi dalam perkembangan musik dangdut di masa orde baru hingga era reformasi sampai saat ini, dimana musik dangdut menjadi musik yang populer di Indonesia. Maka penelitian dengan judul “Dangdut dan Budaya Populer (Dinamika Panggung Musik Dangdut di Kota Surakarta)” ini bertujuan untuk mengetahui dinamika atau perubahan apa saja yang terjadi pada musik dangdut itu sendiri terutama di kota Surakarta. Melihat bagaimana proses awal hingga sampai saat ini musik dangdut berkembang di Surakarta melalui 6 sebuah skema perkembangan dialektika (eksternalisasi, objektivasi, internalisasi). Penelitian yang dibuat oleh penulis ini diharapkan memiliki beberapa manfaat diantaranya: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini mengkaji tentang fenomena musik dangdut yang terus mengalami perubahan dan perkembangan khususnya di Kota Surakarta dimana rutin diadakan pergelaran musik dangdut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran teoritis dan pengetahuan tentang dinamika musik dangdut sebagai musik populer yang terus berkembang dengan pesat. Dan juga penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas atau bermanfaat bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian yang berkaitan dengan topik perubahan sosial dan mengkaji tentang musik dangdut. 2. Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan uraian kepada publik tentang musik dangdut yang dikenal sebagai musik asli dari bangsa Indonesia. Selain itu, untuk menjaga eksistensi musik dangdut di tengah banyaknya genre musik modern saat ini. Serta diharapkan penelitian ini bisa menjadi gambaran tentang dinamika musik dangdut khususnya di Kota Surakarta. 7