Inventarisasi Jenis Palem (Arecaceae) Pada Kawasan Hutan Dataran Rendah Di Stasiun Penelitian Sikundur (Kawasan Ekosisitem Leuser) Kab. Langkat Edy Batara Mulya Siregar Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan yang dimiliki Indonesia sangat luas, terbesar kedua setelah Brasilia. Luas hutan di Indonesia lebih kurang 110,7 juta ha atau sekitar 65% dari luas total daratan. Berdasarkan pemanfaatannya, hutan di Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan peruntukannya, yaitu :1. Hutan Produksi 63 juta ha (44%), 2. Hutan Lindung 30,3 juta ha (27%), 3. Suaka Alam dan Hutan Wisata 9 juta ha(13%), 4. Hutan Konversi seluas 30 juta ha (20%). Kekayaan alam yang demikian besarnya belum banyak diketahui sebagian besar masyarakat Indonesia. Akibatnya, pengetahuan masyarakat tentang jumlah jenis apalagi aspek biologi, kegunaan, dan konservasinya sangatlah kurang (Supriatna dan Hendras, 2000). Kepunahan populasi atau erosi genetik perlu dihindari agar potensinya kelak tetap dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Salah satu cara untuk menghindari kepunahan adalah memantau ukuran populasi jenis-jenis biota yang diperkirakan telah langka melalui pengenalan akan ciri-ciri dan syarat-syarat hidupnya ( LIPI, 2001). Di Indonesia, keanekaragaman ekosistem yang tinggi kekayaan spesies dan endemisme terancam dengan perkembangan ekonomi yang besar, serta dengan populasi manusia yang sedang tumbuh dan bermobilitas internal yang besar kebanyakan berada di pedesaan dan bergerak disektor pertanian. Menurut data, konversi habitat alami sangat luas yaitu mencapai 44%. Jadi, tak mengherankan jika Indonesia memiliki daftar terpanjang di dunia mengenai jumlah spesies yang terancam punah, yakni 126 jenis burung, 63 mamalia dan 21 jenis binatang reptilia (Kerjasarna Republik Indonesia dan Norwegia, 1994). Indonesia mempunyai 1,3 persen dari luas bumi, terdapat 10 persen tumbuhan dari dunia, 12 persen marnalia, 16 persen reptilia dan amphibia, 17 persen burung dan 25 persen jenis ikan (Ministry of National Development Planning, 1993). Indonesia merupakan pusat keanekaragaman palem dunia. Dari 215 genus palem dunia, 46 genus diantaranya terdapat di Indonesia dan 29 genus merupakan palem endemik. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah mengingat masih luasnya daerah yang belum diinventarisasi (Witono et al, 2000). Menurut Sharma, (2002) famili palem terdiri dari 217 genus dan lebih dari 3000 spesies yang tersebar di daerah tropis dan subtropis didunia, dan sebagian juga terdapat pada daerah yang bertemperatur panas. 1 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Famili Arecaceae (Palem) menurut Comer di dalarn buku Sudarnadi, (1996) merupakan famili tertua diantara tumbuhan berbunga. Hal itu didasarkan penelitian fosil, anggota famili palem telah dijumpai sejak jaman cretaceous, lebih kurang 120 juta tahun yang lalu. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan berbagai jenis palem, diperkirakan ada sekitar 460 jenis palem yang termasuk dalam 35 genus dan tersebar di wilayah Indonesia. Oleh karena jenisnya begitu banyak, belum semua palem yang tumbuh di Indonesia ini diketahui namanya. Hal ini disebabkan banyak jenis palem tumbuh tersebar di hutan-hutan Indonesia, baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, hingga pulau-pulau kecil. Biasanya yang luput dari pengamatan merupakan jenis yang penampilannya kurang mencolok atau kurang menarik sebagai tanaman hias dan tidak banyak manfaatnya untuk kehidupan (Nazaruddin dan Angkasa, 1997). Di Indonesia nama palem sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, karena tumbuhan palem disamping menghasilkan ekonomi juga sangat menarik menjadi tanaman hias, seperti palas biru, korma rawa dan lain - lain. Dengan semakin meningkatnya laju kerusakan hutan tumbuhan palempun semakin berkurang di alam. Padahal tanaman palem belum semuanya dapat diketahui manfaatnya bagi kehidupan. Beberapa manfaat palem yang digunakan masyarakat seperti Aren untuk gula, tuak, buahnya untuk kolang - kaling, kelapa untuk bahan sayuran, juga bahan dasar minyak, kelapa sawit untuk bahan minyak, sabun dan lain - lain, rotan untuk kerajinan rumah tangga. Dan beberapa jenis palem yang dijadikan tanaman perhiasan. Pada stasiun penelitian Sikundur yang merupakan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Raja Garuda Mas pada tahun 1978 kini telah menjadi hutan sekunder. Dengan ketinggian antara 30 - 100 m dpl kawasan Sikundur masuk kedalam hutan dataran rendah. Setelah kawasan hutan tersebut mengalami perubahan dari hutan alam primer menjadi hutan alam sekunder perlu diketahui keanekaragaman jenis palemnya. Sampai sekarang informasi dan penelitian tentang palem masih sangat jarang dilakukan di Kawasasan Ekosistem Leuser. Penelitian tentang palem pernah dilakukan oleh Wusmara pada tahun 1999 di Stasiun penelitian Soraya, kemudian pada tahun 2003 oleh Fatma Mutia di stasiun penelitian Ketambe. Informasi dan penelitian mengenai spesies palem pada stasiun penilitian Sikundur masih kurang, maka sangat perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui spesies palem yang terdapat di stasiun penelitian Sikundur. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis - jenis Palem (Arecaceae) dan keanekaragamannya pada hutan dataran rendah berdasarkan ciri morfologi dan habitatnya di stasiun penelitian Sikundur Ekosistem Leuser. Hipotesa Penelitian 1. Pada kawasan hutan dataran rendah diduga terdapat keanekaragaman jenis tumbuhan palem. 2. Habitat tumbuh jenis tumbuhan Palem diduga dipengaruhi oleh habitat mikro yaitu kemiringan lahan, pH tanah dan kedalaman serasah. 2 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi mengenai keberadaan spesies palem di stasiun penelitian Sikundur, sehingga dapat berguna bagi pengembangan kawasan tersebut menjadi kawasan penelititian. 2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian, serta sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga terkait dalam pengelolaan kawasan konsevasi TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Arecaceae (Palem) Famili Arecaceae (Palem) masuk kedalam ordo Arecales. Famili Arecaceae mempunyai anggota 225 genera dan lebih 2600 spesies. Famili Arecaceae mempunyai anggota sangat banyak sehingga banyak pakar yang membagi dalam beberapa sub-famili yang jumlahnya kadang-kadang berbeda antara satu pakar dengan pakar yang lain. Purseglove (1978) membagi famili Arecaceae kedalam sub-famili yaitu ; 1). Phoenicoideae, 2). Caryotoideae, 3). Coryphoideae, 4). Borassoideae, 5). Lepidocaryoideae, 6). Cocoideae, 7) Arecoideae, 8). Nypoideae, 9). Phytelephantoideae. Dari ke-sembilan sub-famili tersebut hanya Phytelephantoideae yang anggotanya tidak terdapat di Indonesia (Sudarnadi, 1995). Spesies palem yang begitu banyak jumlahnya ini tergabung dalam famili Arecaceae, dahulu famili ini dikenal sebagai palem. Tentang penamaan famili palem ini didasarkan pada keseragaman dalam tata nama baru yang semua famili tanaman berakhiran ceae. Berikut ini diberikan Sistematika Botani palem : Divisi : Plantae Kelas : Monokotil Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Sekitar 210-136, misalnya Phoenix, Areca, dan Caryota Spesies : Sekitar 2500-3500 spesies, misalnya Phoenix roebelenii, Pinanga densiflora dan Caryota mitis (Nazaruddin dan Angkasa, 1997). Palem merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu) yang berbatang tunggal maupun berumpun. Tinggi batangnya sangat bervariasi dan ada yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi batang, palem dapat digolongkan sebagai palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang (2-10 meter) maupun semak kurang dari 2 meter. Batang palem ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk yang demikian terutama dari spesies-spesies Hyphaena dan Dypsis (Witono, et al, 2000). Pohon atau tanaman memanjat, dengan batang yang kerapkali tidak bercabang dan mempunyai bekas daun berbentuk cincin, kadang-kadang dari batang yang terletak di atas tanah atau akar rimpang dapat keluar beberapa batang (membentuk rumpun). Daun menyirip (palem menyirip) atau bentuk kipas (palem kipas), dengan pelepah daun atau pangkal tangkai daun yang melebar. Karangan bunga (tongkol bunga) kerapkali pada ketiak daun, kadang-kadang terminal, yang muda kerapkali keseluruhannya dikelilingi 3 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara oleh satu seludang daun atau lebih, atau (daun) tangkai dan cabang samping mempunyai seludang kecil. Bunga duduk pada cabang yang berdaging tebal atau kerapkali tenggelam di dalamnya, berkelamin 1, jarang berkelamin 2, kerapkali banyak menghasilkan madu. Tenda bunga dalam 2 lingkaran dengan jumlah masing-masing 3, bebas atau bersatu dengan yang lain, kerapkali tebal dan ulet. Benang sari 6-9 buah atau lebih, jarang berjumlah 3 buah, daun buah berjumlah 3, bebas atau bersatu, bakal buah beruang 1-3, tiap ruang 1 bakal biji. Buah buni atau buah batu, kadang-kadang tiap-tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji 1. Biji kebanyakan dengan putik lembaga seperti tanduk pada buah batu besar melekat dengan lapisan terdalam dari dinding buah (Steenis, 2003). Tidak semua palem berbentuk pohon meskipun palem umumnya dikenal mempunyai tubuh yang semampai. Ada jenis-jenis yang berbentuk liana, yaitu menyerupai tali yang memerlukan pohon lain sebagai panjatan untuk hidupnya. Ada pula yang tubuhnya seakan akan hanya terdiri atas daun-daun saja karena batangnya tidak berkembang. Nipah dan Salak misalnya mewakili kelompok ini (LIPI, 1978). Palem memiliki perbungaan yang berkaitan erat dengan siklus hidupnya. Palem menghasilkan perbungaan pada ujung batang seperti Corypha. Corypha merupakan palem yang bersifat hapasantik (setelah berbunga dan berbuah lalu mati). Selain diujung batang, perbungaan ada yang tumbuh diantara daun (interfoliar), makin keatas perbungaan yang muncul semakin muda (Witono, et al, 2000). Ciri utama jenis palem ini menurut Shukla and Misra, (2002) berbatang lurus, tinggi dan columnar. Daun palmately atau pinnately, membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang, dasar petiole luas, berpelepah dan berserat. Pembungaan spandlix dengan spathe yang biasanya menutupi bunga-bunga kecil. Bunga unisexual dengan perianth berkulit atau berdaging yang tetap ada. Stamen enam, buah berry, drupe atau nut, biji dengan embrio kecil dan endosperm. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia, (2003) distasiun penelitian Ketambe, diperoleh 26 spesies palem yang berasal dari 11 genus. Spesies yang banyak ditemukan adalah genus Calamus yaitu 11 spesies, dan yang paling sedikit dari genus Salacca, Caryota, dan Arenga. Habitat Calamus berada di pinggiran sungai, alur, daerah datar, dan berair berkisar pada ketinggian 350 - 370 meter dpl dan di bukit pada ketinggian 430 550 meter dpl. Sub Famili Palem Beberapa sub famili Palem yang terdapat di Indonesia adalah : 1. Phoenicoideae Daun majemuk bersirip, anak daun yang terbawah mengalami modifikasi menjadi duri. Mempunyai anggota satu genus yaitu Phoenix dengan lebih kurang 12 spesies yang terdapat di Asia dan Afrika. Contoh yang terdapat di Indonesia yaitu Phoenix paludosa. Tumbuhan ini di Indonesia dijumpai hanya di Aceh Timur di daerah rawa-rawa. Di luar Indonesia, jenis tersebar secara alami dari delta sungai Gangga di India ke arah timur melalui kepulauan Andaman, Aceh, Malaysia dan Thailand (Sudarnadi, 1996). 4 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 2. Caryotoideae Daun majemuk bersirip, anak daun berbentuk garis atau baji (pasak kayu) yang tepinya bergerigi. Mempunyai anggota 3 genera dan lebih kurang 35 spesies yang terdapat di Asia dan Afrika. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah : a. Arenga pinnata Arenga pinnata dijumpai mulai dari pantai barat India sampai ke sebelah Selatan Cina dan di Kep. Guam. Tidak pernah dijumpai di Kep. Riukiu dan Taiwan. Tumbuhnya tunggal, berbatang besar dan berijuk banyak. Tingginya bisa mencapai 15 meter atau lebih. Daunnya berbentuk sirip, anak-anak daunnya berbentuk garis yang bagian ujungnya bergerigi. Di Jawa Barat aren ditanam dengan memindahkan anakannya (Sudarnadi, 1996) Menurut LIPI (1978), bahwa penyebaran tumbuhan palem meliputi dari India, Cina Selatan, Asia Tenggara, dan Kepulauan Guam. Tumbuhan menyendiri berbatang besar berijuk banyak, dan tingginya mencapai 15 meter atau lebih. b. Arenga brevipes Arenga brevipes merupakan tumbuhan asli Indonesia yang dijumpai di Sumatera dan Kalimantan. Umumnya tumbuh dekat sungai, tumbuhnya berumpun, pohonnya kecil yang mencapai tinggi 4 meter, berbatang lurus dan ramping berijuk sedikit. Daun majemuk bersirip anak daun berbentuk garis dan bagian ujungnya bergerigi LIPI (1978). Selain dari dua jenis diatas beberapa spesies yang masuk kedalam sub famili Caryotoideae adalah Arenga microcarpa, Arenga undulatifolia, Arenga obtusifolia, Caryota maxima, dan Caryota mitis. 3. Coryphoideae Tumbuhan berumah satu, daun majemuk menjari, bunga majemuk dengan banyak percabangan, mempunyai anggota 3 genera dengan lebih kurang 330 spesies yang terdapat di seluruh benua. Contoh yang terdapat di Indonesia ; a. Johanesteijmania altifrons Menurut Sudarnadi (1996), bahwa tumbuhan Johanesteijmania altifrons dijumpai di Malasyia, Pantai Timur Sumatera, dan Serawak berupa tumbuhan bawah pada hutan lebat. Tumbuh tunggal, tegak, tingginya mencapai 6 meter, daun lebar berbentuk belah ketupat, dan sering disebut dengan nama Daun Sang. Di pedalaman semenanjung Malaya dan Serawak orang sering mempergunakan daunnya sebagai atap. Di Indonesia penyebaran tumbuhan ini sangat terbatas sekali. Antara tahun 1880 – 1940 tumbuhan ini dijumpai di daerah Aceh dan pantai timur Sumatera. Di Semenanjung Malaya dan Serawak, Kalimantan Utara tumbuhan ini cukup sering dijumpai. Biasanya tumbuh dihutan-hutan yang lebat dan merupakan tumbuhan pada skala hutan bagian bawah (LIPI, 1978). b. Licuala spinosa Tumbuhan Licuala spinosa dijumpai di Malasyia, Sumatera, Jawa dan Kalimantan, di daerah dataran rendah dekat pantai. Tumbuhan berumpun, batangnya tegak, tingginya mencapai 2,5 meter. Daunnya bundar bercelah dalam yang terdiri dari anak-anak daun yang membentuk suatu bulatan yang indah (Sudarnadi, 1996). Selain kedua palem diatas, jenis palem yang masuk kedalam sub famili Coryphoideae adalah Livistona rotundifolia, Licuala valida, Pholidocarpus majadun, dan Licuala grandis. 5 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 4. Borassoideae Tumbuhan berumah dua, daun mejemuk menjari, bunga majemuk dengan sedikit percabangan. Mempunyai anggota 33 genera dengan lebih kurang 330 spesies yang terdapat di semua benua. Menurut McLean and Ivimey (1956), ciri generatifnya adalah buahnya berdaging tebal, perbungaan berbentuk malai dengan bunga-bunga yang sangat kecil. Biasanya tertutup dalam tampuk bunga tinggal atau dengan sedikit cabang silindris yang tebal. Bunga berumah 2. Contoh jenis ini yang ada di Indonesia adalah : a. Borassus flabellifer Tumbuhan Borassus flabelliffer dapat dijumpai di Afrika, Tropika, Burma, Malasyia, dan Indonesia yang tumbuh pada tempat terbuka dekat pantai. Tumbuh menyendiri, batang lurus dapat mencapai 30 meter. Permukaan batang halus dan berwarna kehitam-hitaman. Daun bundar berbentuk seperti kipas, tepinya banyak mempunyai lekukan yang lancip. b. Borassodendron borneensis Dijumpai dikawasan Kutai dan Serawak, tumbuh menyendiri, berbatang lurus, tinggi mencapai 20 meter, helaian daun bundar bercelah – celah dalam, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada pohon yang berbeda, menggantung berupa tandan yang bercabang banyak (Sudarnadi, 1996). 5. Lepidocaryoideae Daun majemuk bersirip atau menjari, buah diselimuti oleh sisik-sisik yang rapat. Sub famili ini mempunyai anggota 25 genera dengan lebih kurang 500 spesies yang hanya terdapat di daerah tropika. Rotan termasuk family Palem menurut Bor, 1953 dalam Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999) yang terdiri dari 170 genera atau lebih 1500 spesies tersebar sebagian besar didaerah tropis dan beberapa daerah temperate. Di Indonesia jenis-jenis rotan diperkirakan ada 300 jenis. Heyne (1950) telah mencatat jenis-jenis yang terdapat di Indonesia sebagai berikut : 1. Genus Calamus sebanyak : 170 spesies 2. Genus Daemonorops sebanyak : 27 spesies 3. Genus Korthalsia sebanyak : 13 spesies 4. Genus Ceratolabus sebanyak : 3 spesies 5. Genus Plectocomia sebanyak : 2 spesies 6. Genus Myrialepis sebanyak : 2 spesies 7. Genus Plectocomiopsis sebanyak : 2 spesies Contoh anggotanya yang ada di Indonesia ; a. Calamus caesius Tumbuhan ini dikenal dengan rotan Sega (umum diseluruh kawasan dan dalam perdagangan). Penyebaran rotan ini tersebar secara luas di kawasan Asia Tenggara, terdapat di Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, Palawan (Filipina), dan Thailand bagian Selatan. Akhir – akhir ini dimasukan ke Cina dan beberapa negeri di Pasifik Selatan untuk penanaman uji coba (Dransfield and Manokaran, 1996). b. Rotan Dahan (Khortalsia scaphigera). Rotan udang semut banyak dijumpai di tempat senantiasa tergenang air, terutama di tepi-tepi sungai yang berrawa di daerah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, rotan ini ditemukan pula tumbuh di Malasyia dan Thailand. Rotan Dahan mempunyai beberapa 6 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara nama daerah yakni rotan pitet (Kalbar), Rotan lalun (Dayak), dan Rotan Samut (Jambi) (Januminro, 2000). c. Daemonorops angustifolia. Daerah penyebaran rotan getah adalah daerah dataran rendah yang beriklim basah. Rotan ini tumbuh secara berumpun dan tiap rumpun dapat terdiri atas beberapa batang. Tinggi batang dapat mencapai 40 meter, diameter batang bersama pelepahnya 4 cm, dan bila telah dibersihkan dan dirunti diameter batangnya hanya 2,5 cm, panjang ruas 35 cm. Bentuk daunnya majemuk menyirip, panjang keseluruhan daun mencapai 3,5 meter, termasuk tangkai daun 30 cm dan sulur panjat 1,5 meter anaka daun panjangnya 35 cm dan lebar 1,5 cm. Pelepah dan tangkai daun ditumbuhi duri yang rapat dan tajam, panjang duri 2,5 cm dan lebar dasar dari 5 mm (Januminro, 2000). d. Salacca edulis Tumbuhan Salacca edulis banyak dibudidayakan di Indonesia. Tumbuhan berumpun, tingginya dapat mencapai 7 meter. Batang hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri panjang, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada pohon yang berbeda, penyerbukan dilakukan oleh angin. Buah bersisik coklat sampai kekuningan. Salak yang dibudidayakan di Bali adalah Salacca edulis, sedangkan yang dibudidayakan di Sumatera Utara adalah Salacca sumatrana (Sudarnadi, 1996). Selain marga diatas ada beberapa marga lain dari sub famili ini Ceratolobus, Plectocimia, Plepcomiopsis, dan Myrialepis. 6. Cocoideae Daun majemuk bersirip, buah diselimuti oleh serabut yang kasar dan bertempurung, bunga majemuk, panjang dan bercabang-cabang. Mempunyai anggota 27 genera dengan lebih kurang 600 spesies yang terdapat di Amerika, Afrika, Asia, Pasifik. Beberapa anggota yang terdapat di Indonesia yaitu : a. Cocos nucifera Tumbuhan tersebar di daerah tropika yang banyak dijumpai di daerah pantai pada tanah yang mengandung garam. Tumbuh baik di bawah ketinggian 300 m dpl dengan curah hujan 1270-2550 mm pertahun. Di Indonesia, sering ditanam di pekarangan atau tegalan. Tumbuhan berupa pohon, tumbuh menyendiri, batangnya tegak tingginya dapat mencapai 35 meter, tergantung jenisnya (Sudarnadi, 1996). b. Elaeis guineensis. Tumbuhan Elaeis guineensis berasal dari Afrika Tropik. Di Indonesia yang pertama kali menanam adalah di Kebun Raya Bogor, kemudian bijinya disebarkan ke Sumatera Timur hingga sekarang penyebarannya sudah sangat luas. Tumbuhan ini dikenal dengan kelapa sawit. 7. Arecoideae Tumbuhan Arecoideae mirip dengan Cocoideae, tetapi pada Arecoideae tidak mempunyai tempurung. Sub famili ini mempunyai anggota 130 genera dengan lebih kurang 1100 spesies yang tersebar di daerah tropika. Contoh spesies yang ada di Indonesia yaitu : a. Pinanga kuhlii 7 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Tumbuhan ini terdapat di Sumatera dan Jawa, pada tempat yang terlidung. Pohon tumbuh berumpun, tingginya 5 – 7 meter. Daun majemuk bersirip dengan anak dauan yang agak lebar. Bunga majemuk dalam malay yang menggantung, tangkainya berwarna merah, sedangkan bunganya berwarna putih (Sudarnadi, 1996). b. Areca catechu Tumbuhan ini di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi buahnya sering dipakai sebagai bahan campuran untuk menyirih. Pinang sirih merupakan tumbuhan yang cukup umum dijumpai di kawasan Asia Tenggara. Diduga berasal dari Filipina. Sekarang tumbuhan ini telah tersebar luas dari pantai timur Afrika tropik sampai ketinggian 750 meter dpl (LIPI, 1978). 8. Nypoideae Batang pendek di bawah permukaan tanah, daun mejemuk bersirip, berumah satu, benang sari 3, bakal buah beruang satu dengan satu biji. Anggotanya hanya satu genera dan satu spesies yaitu ; a. Nypa fruticans Tanaman palma ini mempunyai nama berbeda-beda di setiap daerah tumbunya. Di Malasyia dan Indonesia di kenal dengan nama umum nipah. Di Filipina dalam bahasa tagalog diberi nama loso. Adapun di Australia oleh orang Aborigin disebut ki-bano dan tacannapoon. Di Indonesia sendiri setiap daerah mempunyai nama-nama yang berbeda untuk setiap jenis palma ini. Tercatat bermacam-macam nama daerah untuk nipah antara lain di Sumatera ; bak nipah(Aceh), nipah (Karo), pusuk (Angkola/Mandailing), dan lainlain (Bandini, 1996). Tempat Tumbuh Palem Menurut Witono et al, (2000), palem dapat tunibuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur, dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit, dan berlereng terjal, Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 250 -170 C, curah hujan 2000 mm 2500 mm pertahun dengan rata -rata hujan turun 120 - 140 hari dalam setahun dan kelembaban relative 80%. Untuk pertumbuhan palem juga memerlukan cahaya, dan cahaya yang sampai kedasar hutan berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri untuk menentukan pertumbuhan suatu spesies palem (Uhl dan Dransfield, 1987). Menurut Sudarnadi (1995), spesies rotan pada zona iklim yang berlainan menunjukan bahwa spesies ini mungkin mempunyai persyaratan iklim yang tajam. Pada ujung utara dari kisaran sebaran rotan, dimungkinkan bahwa rotan kadang kadang dapat bertahan suhu dibawah 0" C dalam kisaran ketinggian, rotan terdapat dari permukaan laut sampai 3000 meter di Gunung Kinabalu, Sabah. Biasanya terdapat pada ketinggian yang berlainan (Sudarnadi, 1995). Aren (Arenga) merupakan genus dari Famili Palem. Menurut Soeseno (2000), iklim dan curah hujan yang dibutuhkan Aren bertempat tumbuh di pegunungan, tapi Aren membutuhkan suhu yang tinggi. Paling sedikit suhu udara 250 C kalau sampai serendah 2000 C, seperti misalnya yang terjadi di pegunungan setinggi 1500 meter pada waktu malam Aren masih hidup juga, tapi kemampuannya berbuah jadi lamban. Faktor lingkungan yang lebih menentukan ialah curah hujan. Aren lebih senang ditanam di 8 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun. Atau yang huniannya jatuh selama 7 - 10 bulan dalam setahun. Rotan merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder termasuk pada daerah bekas perladangan liar dan belukar. Secara umum rotan ini dapat tumbuh pada berbagai keadaan, di rawa, tanah kering dataran rendah dan pegunungan, tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenagi air atau sama sekali bebas dari genangan air. Adapun jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah tanah alluvial (biasanya sepanjang tepi sungai), latosol dan regosol tetapi pertumbuhan terbaik pada daerahdaerah lereng bukit yang cukup lembab dengan ketinggian antara 0 – 2900 meter dengan iklim basah (tipe A dan B) atau basah sampai kering (tipe A,B,C dan D)(Anonimous, 2003) Manfaat Tumbuhan Palem Beberapa jenis palem termasuk jenis yang serbaguna. Dari segi kegunaan, jenisjenis palem dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Sumber Karbohidrat, baik dalam bentuk pati maupun gula. 2. Sumber Minyak. Sudah sejak lama masyarakat Indonesia memanfaatkan kelapa untuk minyak goreng 3. Sumber Bahan Anyaman. Rotan merupakan bahan anyaman yang berkulit tinggi. Beberapa jenis palem j uga menghasilkan daun yang dapat dianyam 4. Sumber Bahan Bangunan. Ada jenis - jenis palem yang mempunyai batang yang kuat untuk pengganti kayu. Di Bali batang - batang kelapa menjadi tiang tiang ataupun bahan ukiran perkakas rumah tangga 5. Sumber Bahan Penyegar. Ada tempat - tempat di Indonesia yang masyarakat masih menyirih 6. Sumber Tanaman Hias. Banyak jenis palem yang sudah dimanfhatkan untuk tanaman hias jalan ataupun tanaman (LIPI, 1978). Famili palem meliputi berbagai jenis yang menjadi bahan pangan berjuta-juta penduduk di daerah tropika. Beribu-ribu spesies termasuk famili besar ini, banyak diantaranya dapat berbentuk pohon setinggi 30 meter. Kebanyakan hidup di daerah tropika beberapa pulu terdapat di daerah beriklim sedang. Pada jaman kapur atas dan tersier bawah, palma tesrbar luas di belahan bumu sebelah utara, sampai sejauh Kanada. Palma jaman sekarang merupakan sumber makanan (kelapa atau Cocos, Kurma atau Phoenix), kayu, serat untuk pakaian, daun untuk atap rumah, juga sumber yang menghasilkan minyak makan, tepung, sagu dan banyak produk lain lagi, terlalu banyak untuk disebut satu demi satu (Tjitrosomo, 1983). Rotan merupakan tumbuhan berduri yang masuk kedalam famili Palem, Tumbuhan ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, seperti untuk anyaman alat rumah tangga, sebagai sayuran di Tapanuli Selatan, dan buahnya juga masih banyak dijumpai di pasar tradisional di daerah Tapanuli Selatan. Rotan adalah memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis benua lama. Tumbuhan ini merupakan sumber rotan batang untuk industri mebel rotan, sementara itu juga digunakan untuk berbagai maksud kurang penting secara lokal. Kebanyakan rotan batang yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tanaman 9 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara yang tumbuh liar, dan di berbagai bagian Asia Tenggara rotan merupakan hasil hutan yang paling penting setelah kayu (Dransfield & N. Manokaran, 1993). Tumbuhan palem memberikan makanan, perlindungan, pakaian dan kebutuhan hidup lainnya. Buah Cocos nucifera (kelapa) yang sudah masak (matang) digunakan sebagai minuman susu dingin dan yang mentah sebagai kopra (endosperm yang dikeringkan) yang kaya akan minyak dan protein. Biji Areca catechu (pinang) digunakan sebagai bahan kunyahan bersama dengan daunnya dan pucuknya digunakan sebagai sayuran. Empelur Metroxylon lueve dan M rumhii untuk tepung sagu. Buah Phoenix dactylificra (gandum) menghasilkan makanan pokok. P. sylvestris dikenal dengan jenisnya yang kaya akan vitamin digunakan sebagai minuman juga diolah mejadi sirup. Borassus flabellifer diambil airnya Yang dikonsumsi sebagai minuman atau difermentasikan menjadi minuman palm (tari-tari) atau dibuat jadi sirup, biji Yang muda dan buah-buahnya yang matang dapat dimakan. Daun muda Poustonea oleraceae dapat dimakan (Shukla and Misra, 2002). Rotan merupakan hasil hutan terpenting setelah kayu pada sebagian besar Asia Tenggara. Tumbuhan rotan mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber penghasilan bagi beberapa komunitas termiskin dalam kawasan tertentu, namun secara tradisional diabaikan dalam program - program kehutanan yang disibukan oleh niaga kayu. Dalarn 6 dasawarsa terakhir terjadi kegiatan-kegiatan penelitian yang mendorong sesuatu peningkatan tentang pentingnya rotan dan kesadaran yang juga meningkat bahwa budidaya rotan mempunyai potensi yang nyata. Kebanyakan rotan yang memasuki niaga internasional, untuk industri perabotan rumah tangga dikumpulkan dari rotan yang tumbuh liar dihutan primer dan hutan bekas tebangan. Dewasa ini sumberdaya itu terancam serius karena hilangnya habitat hutan yang diubah menjadi lahan pertanian atau penggunaan tanah lainnya, dan oleh eksploitasi berlebihan. Pola niaga Internasional juga telah diubah dengan drastis oleh dikenakannya pengawasan ekspor yang menambahkan penekanan pada persediaan dihutan dalam daerah-daerah yang tidak dikenai pengawasan, dan dengan serius mempengaruhi mata pencaharian pengumpul rotan ditempat pengawasan diberlakukan (Dransfield & N. Manokaran, 1993). KONDISI UMUM Lokasi Penelitian Kawasan Ekosistem Leuser merupakan bentang alam yang terletak antara Danau Laut Tawar di propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Danau Toba di propinsi Sumatera Utara. Ada 15 kabupaten yang tercakup didalam yaitu Aceh Tenggara, Gayo lues, Aceh Selatan, Aceh Utara, Aceh Barat, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Nagan Raya, Deli Serdang, Langkat, Tanah Karo, dan Dairi. Luas keseluruhannya lebih kurang 2,6 juta ha. Kawasan Ekosistem Leuser terletak pada posisi geografis 2,25' - 4,950’ Lintang Utara dan 96,350’ - 98,550’ Bujur Timur dengan curah hujan rata-rata 2544 mm pertahun dan suhu harian rata-rata 260 pada siang hari dan 210 C pada hari (PPI, 2002). Kawasan Penelitian Sikundur yang berada pada Taman Nasional Gunung Leuser dikelola oleh Unit Manajemen Leuser (UML). Untuk mencapai lokasi penelitian tersebut dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari Dusun Aras Napal, atau dapat diternpuh speed 10 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara boat. Pada kawasan penelitian ini oleh pihak pengelola sudah dibuat transek atau trail untuk memudahkan pemantauan dan penelitian. Hutan dataran rendah Sikundur terletak di selatan perbatasan propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan propinsi Sumatera Utara. Kawasan Ekosisitem Leuser merupakan zona penyangga Taman Nasional Gunung Leuser, yang memiliki kurang lebih 5 % koleksi palem yang sangat bagus. Kawasan ini juga menyimpan keanekaragaman Dipterocarpacea dengan drainase tanah yang sangat baik, dan kaya akan tanah kapur ketika menyusuri sungai Besitang. Kawasan ini dekat dengan Unit monitoring Gajah di Aras Napal (Rustiami and Zumaidar, 2001). Topografi dan Iklim Areal 242 Aras Napal Sikundur berada pada ketinggian 47 – 58 m dpl dengan pola menaik ke arah barat. Kondisi topografi kawasan cenderung datar dengan kemiringan lahan < 3 %. Kondisi lahan kawasan sebagain besar (90 %) merupakan formasi Seureula, yaitu campuran batu lanau, batu pasir dan batu lumpur serta konglomerat. Selain itu di sebelah barat juga terdapat bagian kecil formasi keutapang, yaitu batu pasir berselang-seling dan batu lumpur. Dataran yang berada di atas endapan campuran dan sebagian kecil bukit yang merupakan punggungan endapan merupakan hasil sedimentasi (Soemarno, 2001). Curah hujan kawasan berkisar antara 3500 – 4000 mm pertahun, dengan iklim yang sangat lembab dan tidak memiliki bulan kering. Berdasarkan klasifikasi Schmit & Ferguson (1951) kawasan yang demikian termasuk ke dalam tipe iklim A (Priatna, 2002). Flora dan Fauna Hutan di kawasan Aras Napal Sikundur secara umum merupakan tipe vegetasi hutan dataran rendah. Dari penelitian yang dilakukan oleh UML di areal TNGL menunjukkan bahwa terdapat tidak kurang dari 39 famili dengan 133 jenis pohon beberapa diantaranya bernilai ekonomis tinggi khususnya dari famili Dipterocarpaceae. Di dalam kawasan hutan masih banyak ditemukan jenis pohon meranti, medang, geseng bunga, kruing, damar hitam, semaran dan semantuk serta berbagai jenis tanaman buah. Dari seluruh jenis yang telah diidentifikasi menunjukkan bahwa famili Euphorbiaceae dan famili Lauraceae merupakan famili yang paling besar dengan jumlah jenis masing-masing 18 dan 10 jenis pohon. Selain berbagai jenis pohon, di kawasan ini juga dijumpai berbagai jenis tumbuhan bawah seperti bambu, palem, pakis dan liana. Sementara itu komposisi jenis tegakan di Areal 242 Aras Napal Sikundur didominasi dari famili Dipterocarpaceae (7 jenis), Euphorbiaceae, Verbenaceae, Caesalpiniaceae, Julandaceae dan Myrtaceae. Dalam jumlah sedikit masih terdapat tegakan pohon dari jenis lain seperti Meliaceae, Lauraceae. Moraceae. Apocynaceae, Oleaceae, Sterculacea, Sapindaceae, Leguminosae dan Styracaceae yang relatif sedikit. Sedangkan keadaan tumbuhan bawah berbeda di masing-masing lokasi. Vegetasi rumput, semak, resam pakis) dan lalang umumnya banyak tumbuh pada areal yang terbuka yang berbatasan dengan lahan masyarakat. Sedangkan pada lokasi kerapatan dan tegakan/pohon cukup tinggi, tumbuhan bawah umumnya dari jenis bambu, rotan, resam dan pakis (Soemarno, 2001). Pos pemantauan Sikundur (Aras Napal) dirintis pada bulan Mei 2001 dengan luas areal penelitian ± 500 ha yang terletak dikawasan hutan Dipterocarpaceae dataran rendah 11 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara (ketinggian antara 30-100 m dpl). Sebelurn menjadi bagian TNGL pada tahun 1978, lokasi ini merupakan hutan bekas tebangan HPH PT. Raja Garuda Mas (RGM). Pos Pemantauan Sikundur memiliki indeks biodiversitas yang cukup tinggi , yang sesuai untuk habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatraensis), Harimau Surnatera (Pantheratigris sumatraensis), Orangutan Sumatera (Pongo obelii). dan Beruang madu (Helarclos malayanus). Selain itu juga. merupakan habitat spesies Palem langka Johanesteysinania ulfif~ons. Pos pemantauan Sikundur berada dalam kawasan TNGL. Secara administratife stasiun ini berada dalam wilayah Dusun Aras Napal Desa Bukit Mas Kec. Besitang Kab. Langkat. Berdasarkan posisi geografis terletak pada koordinat 03057’27’’ Lintang Utara dan 98004'22" Bujur timur (Irfan, 2002). Kawasan sekundur pada mulanya direncanakan sebagai zona penggunaan intensif untuk turisme dan rekreasi. Hal ini adalah suatu kekeliruan, karena area sekundur tidak luas dan tidak memiliki potensi area untuk bersaing seperti Bahorok, Berastagi, dan Lawe Gurah. Saat ini belum ada investasi kebutuhan lain diluar yang berhubungan dengan riset dan manajemen perlindungan (Schaik and Supriatna, 1996). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode belt, hanya objek diamati dan diambil datanya. Metode belt berasal dari metode jalur. Menurut Suin, (2002) metode ini digunakan dalam analisis vegetasi suatu daerah yang luas dan keadaan komunitasnya belum diketahui keadaanya, dan pada lokasi penelitian yang bervariasi ketinggian, keadaan tanah, dan topografinya. Penelitian ini akan menginventarisir jenis-jenis tumbuhan palem dan habitatnya, sebagai pendukung data yang akan diambil adalah kedalaman serasah, kemiringan lahan dan pH tanah. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini ini dilakukan di Stasiun Penelitian Sikundur Ekosistem Leuser Dusun Aras Napal, Desa Bukit Mas, Kec. Besitang, Kab. Langkat. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan pada April 2004 sampai Mei 2004. Bahan Dan Alat Sebagai objek penelitian adalah tumbuhan yang masuk kedalam famili palem, dan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, kantong plastik, kertas koran, label gantung, karung, tally sheet, Alat-alat yang digunakan adalah meteran, pisau ,parang, alat tulis, tali rafia, pengaris, lakban, pancang, dan clinometer. Teknik Pengambilan Data Data-data yang akan diambil adalah : 1. Jenis-jenis palem : objek penelitian ini hanya tumbuhan yang masuk dalam jenis palem. Dimana pelem tersebut nantinya akan dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri morfologis spesies yang dijumpai.. 2. Kedalam serasah : pengukuran kedalaman serasah menggunakan ukuran centimeter, yaitu dengan cara menusukan pacak kedalam tanah kemudian diukur dengan meteran atau pengaris 12 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 3. Kemiringan Lahan : pengukuran kemiringan lahan diukur denga alat clinometer yaitu untuk mengetahui tempat tumbuh palem pada kemiringan tertentu. 4. pH Tanah ; pengukuran pH tanah diukur dengan alat pH meter Sebelum pengambilan data dilapangan, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan untuk mengetahui keberadaan jenis palem dilokasi penelitian. Dan pengumpulan data-data tersebut dilakukan khusus terhadap jeins-jenis palem yang dijumpai dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Terlebih dahulu ditentukan plot dengan luas 3 ha yang terdiri dari 3 plot masingmasing plot seluas 1 ha dan jarak antar plot 500 meter. Pada setiap plot ditarik garis tegak lurus Utara – Selatan sepanjang 1 Km. 2. Pengambilan sampel dilakukan pada jalur dengan jarak 5 meter kekanan dan 5 meter kekiri dengan ukuran 10 X 10 meter sebagai sub plot. 3. Setiap tumbuhan palem yang dijumpai pada setiap plot diambil organ-organ tumbuhan seperti batang, daun, buah dan bunga lalu diberi label gantung. Kemudian diukur kedalam serasah, kemiringan lahan, dan diambil sampel tanah untuk pengukuran pH tanah. 4. Kemudian spesimen yang diambil dimasukan kedalam karung goni dan dibawa ke camp. 5. Setelah sampai ditempat peristirahatan masing-masing spesimen dilapisi dengan koran, lalu dimasukan kedalam kantong plastik ukuran besar lalu dituangkan alkohol 70% dan diselotif. 6. Spesimen tersebut setelah beberapa jam kemudian dipindahkan ke kertas koran dan diapit dengan sasak. Setelah kering spesimen yang belum diketahui nama jenisnya tersebut dilakukan pengidentifikasian. 13 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Y Y Y 1 Km 5m 5m 10 m X 500 m 500 m Gambar 1. Plot contoh penelitian Analisis Data Data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan jenisnya. Data hasil dari pengukuran dilapangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Kerapatan Mutlak = Jumlah Individu Suatu Jenis Jumlah Total Luas Areal yang digunakan untuk Menarik Contoh 2. Kerapatan Relatif = Kerapatan Individu suatu Jenis x100% Kerapatan Total Seluruh Jenis 3. Frekuensi Multak (FM) = Jumlah Satuan Petak Contoh yang diduduki oleh Suatu Jenis Jumlah Banyaknya Contoh yang dibuat dalam Analisis Vegetasi 4. Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi Suatu Jenis x100% Frekuensi Total suatu Jenis 14 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 5. INP (Indeks Nilai Penting) = KR + FR 6. Indek Keragaman Jenis dihitung dengan menggunakan rumus indeks Shannon s Winner : ∑ Pi( LnPi) i =1 Dimana Pi adalah Kepadatan Relatif jenis ke I (i=1,2,3 …) 1. 2. 3. 4. 5. Keterangan ; Kerapatan populasi suatu jenis dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah per unit contoh atau persentase luas atau volume Kerapatan Relative dihitung dengan membandingkan kerapatan suatu jenis dengan kerapatan semua jenis yang terdapat dalam unit. Frekuensi adalah proporsi jumlah plot diketemukannya suatu spesies dari semua plot yang diamati. Frekuensi kehadiran suatu jenis disuatu habitat menunjukan kesering-hadiran jenis tersebut dihabitat itu. Frekuensi Relatif adalah proporsi suatu jenis tersebut dari frekuensi semua jenis. Frekuensi tersebut dinyatakan dalam persen. INP (Indeks Nilai Penting) yaitu Nilai penting suatu jenis tumbuhan dikomunitasnya adalah jumleh dari kepadatan relatif dan frekuensi relatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Indeks Keanekaragaman Palem di Sikundur 15 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Inventarisasi jenis palem yang dilakukan dengan luas total 3 ha dengan 300 sub plot pada kawasan hutan dataran rendah Sikundur didapat hasil sebanyak 2314 individu Palem, 12 genus dan 31 spesies palem (tabel 1). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data (Tabel 1) bahwa Jumlah spesies tertinggi adalah Genus Calamus (10 spesies), kemudian Daemonorops ( 5 spesies), Khorthalsia (4 spesies), Iguanura (2 spesies), Pinanga (2 spesies), dan Plectomiopsis (2 jenis). Genus Johanesteijmania, Livistona, Linospandix, Licuala, Salacca, dan Arenga masing-masing hanya 1 spesies. Spesies yang tidak teridentifikasi sampai tingkat spesies ada 2 spesies yaitu Korthalsia sp dan Linospandix sp. Persentase jumlah genus palem yang terdapat di Sikundur disajikan dalam gambar 1. Gambar 2. Persentase jumlah genus palem yang terdapat di kawasan hutan Sikundur Licuala 3% Linospandix 3% Arenga Johanesteijmania 3% 3% Livistona 3% Salacca 3% Pinanga 6% Calamus 33% Plectocomiopsis 6% Iguanura 6% Korthalsia 14% Daemonorops 17% Tabel 1. Jumlah Genus, spesies dan Jumlah Individu palem di Sikundur No 1 2 3 Genus Johanesteijmania Livistona Nama Spesies Daun Sang (Johanesteijmania altifrons) Jumlah Individu 103 Palem Serdang (Livistona rotundifolia) 7 Rotan Kikis (Calamus concinnus) 673 4 Rotan Kumbar (Calamus wallichiana) 93 5 Rotan Manau (Calamus manan) 8 6 Calamus insignis 7 7 Rotan Lilin (Calamus Javensis) 23 8 Rotan Irit (Calamus trachyoleus) 21 9 Rotan Udang (Calamus scaphigera) 4 Calamus 16 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 10 Rotan Cacing (Calamus adspersus) 16 11 Calamus erinaceus 2 12 Rotan Sega (Calamus caesius) 13 Rotan Getah (Daemonorops angustifolia) Daemonorops 4 157 14 Rotan pelah (Daemonorops rubra) 15 Daemonorops grandis 113 16 Rotan Duduk (Daemonorops longipes) 72 17 Rotan Sabut (Demonorops hystrix) 18 19 Rotan Semut Besar (Korthalsia echinometra) Rotan Semut Kecil (Korthalsia scortechinii) 256 63 20 Rotan Dahan (Khortarsia rigida) 58 21 Khortalsia sp 22 Iguanura spectabilis 330 23 Iguanura wallichuan 58 24 Plectocomiopsis griffithii 1 Plectocomiopsis wrayi 21 Korthalsia Iguanura Plectocomiopsis 25 26 Pinanga Palem Pidie (Pinanga malayana) 27 Pinanga disticha 28 Salak Hutan (Salacca affinis) 29 30 31 Salacca Licuala Linospandix Arenga Palas Biru (Licuala spinosa) Linospandix sp Aren Hutan (Arenga pinnata) 7 3 8 98 5 181 9 4 9 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Indeks Shannon – Wienner diperoleh hasil Indeks Keanekaragaman Jenis palem sebagai berikut : s D= ∑ Pi( LnPi) i =1 = - (-2.5536218) = 2.5536218 Indeks Keanekaragaman jenis ini menunjukan keanekaragaman jenis palem di kawasan hutan dataran rendah Sikundur dengan nilai 2.5536218. Indeks Nilai Penting Jenis Palem di Sikundur Indeks Nilai Penting diperoleh dari keseluruhan nilai kerapatan relatif dan frekuensi. Besar kecilnya indeks nilai penting menunjukan jenis tumbuhan palem yang paling menguasai kawasan hutan dataran rendah Sikundur. Hasil penelitian diperoleh jenis yang mempunyai indeks nilai penting tertinggi adalah Rotan Kikis (Calamus concinus) yaitu dengan nilai 2,759291, sedangkan indeks nilai penting terendah adalah Plectocomiopsis griffithii (0.004898). Indeks nilai penting keseluruhan spesies palem pada kawasan hutan dataran rendah Sikundur dengan luas plot 3 ha adalah 11.1452. Indeks nilai penting palem tersebut menunjukan penguasaan suatu habitat yang terdapat di hutan dataran rendah Sikundur . 17 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Palem di Sikundur No Nama Spesies KR(%) FR (%) INP 0.497839 1 Daun Sang (Johanesteijmania altifrons) 0.494574 0.003265 2 Palem Serdang (Livistona rotundifolia) 0.033612 9.6E-05 0.033708 3 Rotan Kikis (Calamus concinnus) 2.751368 0.007923 2.759291 4 Rotan Duduk (Daemonorops longipes) 0.345722 0.001296 0.347018 5 Rotan Kumbar (Calamus wallichiana) 6 7 Rotan Getah (Daemonorops angustifolia) Rotan Semut Besar (Korthalsia echinometra) 0.446557 0.753865 1.229233 0.003505 0.002593 0.000624 0.450062 0.756458 1.229857 8 9 Rotan Semut Kecil (Korthalsia scortechinii) Rotan Manau ( Calamus manan) 0.302506 0.001633 0.304139 0.038414 4.8E-05 0.038462 10 Palem Pidie (Pinanga malayana) 0.470566 0.001392 0.471958 11 Salak Hutan (Salacca affinis) 0.869106 0.000528 0.869634 12 Rotan Pelah (Daemonorops rubra) 0.033612 0.000144 0.033756 13 Daemonorops grandis 0.542591 0.002257 0.544848 14 Palas Biru ( Licuala spinosa) 0.043215 0.000288 0.043503 15 Iguanura spectabilis 1.584558 0.003601 1.588159 16 Linospandix sp 0.019207 9.6E-05 0.019303 17 Iguanura wallichuana 0.278498 0.000576 0.279074 18 Calamus insignis 0.033612 0.00024 0.033852 Aren Hutan (Arenga pinnata) 0.043215 0.000192 0.043407 20 Rotan Lilin (Calamus Javensis) 0.110439 0.00048 0.110919 21 Rotan Irit (Calamus trachyoleus) 0.100835 0.000528 0.101364 22 Rotan Sabut (Daemonorops hystrix) 0.014405 4.8E-05 0.014453 23 Rotan Dahan (Kortharsia rigida) 0.278498 0.000144 0.278642 24 Rotan Sega (Calamus caesius) 0.019207 0.000336 0.019543 25 Khortalsia sp 0.038414 4.8E-05 0.038462 26 Plectocomiopsis wrayi 0.100835 0.00024 0.101076 27 Rotan Udang (Calamus scaphigera) 0.019207 0.000144 0.019351 28 Plectocomiopsis griffithii) 0.004802 9.6E-05 0.004898 29 Rotan Cacing (Calamus adspersus) 0.076827 0.000288 0.077115 30 Pinanga disticha 0.024008 0.001392 0.025401 31 Calamus erinaceus 0.009603 4.8E-05 0.009651 19 11.1452 Iklim Mikro Kawasan Sikundur Dari pengukuran iklim mikro di lapangan diperoleh pH tanah 3,67 – 5,24, Kedalaman Serasah 1 – 9,5 cm dan Kemiringan lahan 00 ( Datar) – 750 Sangat curam). Jenis palem hampir semua dapat ditemukan pada setiap kelerengan, pH tanah dan kedalaman serasah yang berbeda. 18 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Deskripsi Morfologis 1. Nama Latin Nama Daerah : Johanesteijmania altifrons : Daun Payung Nama Indonesia : Daun Sang Ciri Vegetatif : Mempunyai daun yang sangat lebar dan panjang, tingginya, mencapai 6 meter, diameter pada pangkal mencapai 5 – 12 cm, daunnya lebar berbentuk belah ketupat, daun agak tebal, tumbuh tunggal. Buahnya berbentuk tandan, berwarna coklat, berwarna hijau tua dan muda, permukaan kulit buah kasar, dan buah sangat keras apanila telah matang. Tepi Gambar 3. Daun Sang daun bergelombang, pelepah daun tidak berduri, tetapi tepi pelepahnya ditumbuhi duri-duri. 2. Nama Latin Nama Daerah : Livistona rotundifolia : Serdang (Jawa), Woka (Manado), dan Salbu (Ambon) Nama Indonesia : Palem Serdang Ciri Vegetatif : Palem Serdang yang dewasa tumbuh kokoh dan tinggi, tumbuh tunggal, berbatang lurus, batangnya besar, berwarna coklat, pelapah jatuh seperti kelapa, berdiameter 38 cm, dengan tinggi mencapai 15 meter, pelepah daun bagian tepi berduri kasar, tajuknya bundar, bentuk daun bundar berlubang stengah, permukaan dan bawah daun halus. Gambar 4. Palem Serdang 19 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 3. Nama Latin : Calamus concinnus Nama Daerah : Rotan Kikis Nama Indonesia : - Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, berwarna hijau tua baik pada batang maupun daunnya, berdiameter 1,6 – 1,9 cm bersama seludangnya, berduri pada batang dan pelepahnya, daun bersusun silang, tulang bawah daun berduri, jumlah urat daun 3, daun tidak terlalu rapat, ujung tepi daun berduri. 4. Nama Latin Nama Daerah : Daemonorops longipes : Rotan Duduk (Malaya), rotan rundang (Bangka), rotan huwi tikus (Lampung) Nama Indonesia : Rotan Duduk Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, jumlah rumpun 4 – 8 batang, diameter batang berpelepah 4 – 5,5 cm, berduri lebat dan berwarna hitam, permukaan daun berduri pada 2 urat daun, duri halus pada bawah daun terdapat pada tulang daun, duri pada pelepah muda berjumlah 2, panjang tangkai daun 35 – 50 cm, dan letak daun sejajar. Gambar 5. Rotan Duduk 5. Nama Latin : Calamus wallichiana Nama Daerah : Rotan Kumbar Nama Indonesia : - Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, berduri 6-9 cm, duri berwarna kuning muda, diameter – 5 cm, susunan daun silang, bawah daun berduri, 3 Gambar 6. Rotan Kumbar pelepah berduri jarang, urat daun berduri. 20 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 6. Nama Latin : Calamus angustifolia Nama Daerah : Rotan Getah Nama Indonesia : Rotan Getah Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, diameter batang berpelepah 3,5 4,5 cm, pada batang jika dilukai bergetah, duri pada pelapah jarang dan berwarna kekuning-kuningan, daun bawah berduri halus dn jelas, susunan daun hampir sejajar atau menyirip, tepi daun berduri lembut, tepi ujung daun berbulu, daun bawah berduri halus, urta daun 2 dan berduri halus, tepi daun berduri. Gambar 7. Rotan Getah 7. Nama Latin : Kortahalsia echinometra Nama Daerah : Rotan Semut Besar (Aras Napal), Rotan Siu (Jambi). Nama Indonesia : Rotan Meiya Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, batang dengan seludang berdiameter 1,4-2 cm, berwarna coklat pada batang, batang pada ruas bergelembung dan bersemut, duri ramping, letak daun menyirip majemuk, warna permukaan daun gelap dan bawah daun abu-abu. Gambar 8. Rotan Meiya 8. Nama Latin : Korthalsia scortechinii Nama Daerah : Rotan Semut Kecil Nama Indonesia : Rotan Semut Ciri Vegetatif :Tumbuh berumpun, batang Gambar 9. Rotan Semut Kecil 21 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara dengan seludang berdiameter 0,4 – 0,6 cm, batang berwarna coklat, batang pada pelepah bergelembung dan bersemut, duri pendek dan jarang. 9. Nama Latin : Calamus manan Nama Daerah : Rotan Manau Nama Indoonesia : Rotan manau Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, memanjat tinggi, diameter batang tanpa seludang 4 – 6 cm, duri pada pelepah berwarna kuning hitam, panjang daun sampai 8 cm termasuk seludang, pelepah daun hijau-kelabu kusam, pelepah ditumbuhi duri segi tiga yang pinggirnya berbulu hitam, tangkai daun pendek. 10. Nama Latin : Calamus caesius Nama Daerah : Rotan Sega Nama Indonesia : Rotan Taman Ciri Vegetatif :Tumbuh berumpun, berdiameter 1,5 – 2,5 cm dengan seludang, jarak antar ruas batang 50 cm lebih, pelepah daun berwarna hijau suram, dilengkapi dengan duri segi tiga, mempunyai kuncir pada ujung pelepah daun, daun bersusun selang – seling, permukaan daun berwarna hijau tua, permukaan bawah daun berwarna putih kebiruan. Gambar 10. Rotan Sega 11. Nama Latin : Pinanga malayana Nama Daerah : Palem Pidie Nama Indonesia : Pinang Ciri Vegetatif :Tumbuh berumpun, akar seperti menggantung, batang lurus dengan diameter 4 – lebih, ruas batang berjarak 7 cm sampai lebih, susunan daun sejajar, batang berwarna coklat lumut, pelepah daunnya berbentuk seludang yang membungkus batangnya, anak daun lebar, pelepah daun tidak berduri, perbungaannya berbentuk malay dan menggantung. Gambar 11. Palem Pidie 22 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 12. Nama Latin : Salacca affinis Nama Daerah : Salak Hutan, Asam Paya Nama Indonesia : Salak Hutan Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, berduri kasar, berwarna kuning pada pelepah, batang tidak muncul, pelepah dan tangkai daun berduri, tepi daun rata, permukaan daun agak kasar, permukaan bawah daun berwarna putih abu – abu. Buah berwarna kuning, kulit buah seperti salak biasa dan bertandan. Gambar 12. Salak Hutan 13. Nama Latin : Daemonorops rubra Nama Daerah :- Nama Indonesia : Rotan Pelah Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, diameter batang berpelepah 2 – 2,5 cm, susunan daun hampir sejajar atau majemuk menyirip, permukaan atas daun berduri halus dan jarang, permukaan bawah daun berduri halus dan rapat, duri pada pelepah berjumlah 2 – 4, daun rapat, terdapat kucir pada ujung pelepah. 14. Nama Latin : Daemonorops grandis Nama Daerah : Nama Indonesia : Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, pada pelepah duri hanya terdapat pada pangkal, permukaan atas daun berduri halus, susunan daun silang, letak daun rapat, tulang atas daun tidak berduri, pelepah bulat dan halus, duri pada pangkal pelepah berwarna hitam. 23 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 15. Nama Latin : Licuala spinosa Nama Daerah : - Nama Indonesia : Palas Duri Ciri Vegetatif :Tumbuh tunggal, pelepah tidak berduri, daun berwarna hijau tua, ujung tepi daun bergelombang, helai daun bulat, helai daun berjumlah 56 pada setiap pelepah, pada pangkal pelepah terdapat rambut seperti ijuk. Gambar 13. Palas Duri 16. Nama Latin : Iguanura spectabilis Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri vegetatif : Tumbuh berumpun, tidak berduri, permukaan daun berwarna hijau muda, diameter 1,4 – 2,3 cm, bentuk daun tunggal, tinggi mencapai 1,5 cm, kulit buah mengkilat dan halus, buah berwarna putih kemerah-merahan, dan ruas batangnya 0,7 cm – 1 cm, Gambar 14. Iguanura spectabilis 17. Nama Latin : Linospandix sp Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, permukaan daun berwarna hijau muda, diameter batang 1,7 – 2,7 cm, susunan daun selang – seling, urat daun berjumlah 7, tulang daun tunggal tidak jelas. 18. Nama Latin : Iguanura walichiana Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri-ciri : Tumbuh tunggal, daun berjumlah 2 bagian yang membentuk huruf V, urat daun berjumlah 7-9, batang tidak berduri, dan pucuk daun berwarna merah ketika masih muda. 24 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 19. Nama Latin : Calamus insignis Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, pada pelepah trdapat duri, susunan daun hampir sejajar, urat daun tidak jelas, permukaan atas dan bawah daun berduri halus dan jarang, tepi daun berduri lembut, tulang daun jelas. 20. Nama Latin : Arenga pinnata Nama Daerah : Aren (Jawa), Hanau (Lampung, Minag, Bengkulu). Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh tunggal, diameter batang 15 cm – 30 cm, pelepah tidak berduri, daun agak lebar, ujung daun bergerigi, permukaan bawah daun berwarna putih, daun paling ujung memiliki tulang daun 6, tulang daun berjumlah 1 – 2, warna pelepah gelap kecoklatan. 21. Nama Latin : Calamus javensisi Nama Daerah : Rotan Lilin Nama Indonesia : Rotan Lilin Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, warna batang, diameter batang berpelepah 0,4 – 0,6 cm, (pelepah dan daun hijau tua, susunan daun silang, pelepah berduri jarang dan kecil, tulang daun jelas dengan urat daun 5, ujung daun berbulu, daun agak lebar. Gambar 15. Rotan Lilin 22. Nama Latin : Calamus trachyoleus Nama Daerah :- Nama Indonesia : Rotan Irit Ciri Vegetatif :Tumbuh berumpun, diameter batang berpelapah o,5 cm – 1,4 cm, berwarna hijau tua, jumlah Gambar 15. Rotan Irit e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 25 daun pada pelepah 22 atau lebih, susunan daun silang, ujung pelepah terdapat 2 pasang daun yang sejajar, pelepah berduri. Batang berdiameter 0,4 – 1,4 cm, panjang ruas 10 – 20 cm. Bagian bawah daun berwarna putih kapur dan tua mengkilap, seludang berduri segitiga adak pendek. 23. Nama Latin : Daemonorops hystrix Nama Daerah : rotan tahi landak (Semenanjung Malaya) Nama Indonesia : Rotan Sabut Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, diameter batang berpelepah 0,9 cm 1,7 cm, duri rapat pada batang dan pangkal pelepah, tulang bawah daun berduri, permukaan atas daun berduri halus pada urat daun, susunan daun silang, tulang daun jelas. 24. Nama Latin : Khorthalsia rigida Nama Daerah :- Nama Indonesia : Rotan Dahan Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, diameter batang berpelepah 2,1 cm – 3 cm, warna batang gelap, terdapat kucir, tepi ujung daun bergerigi, pelepah berduri, permukaan bawah berduri halus, susunan daun sejajar, daun agak tebal, tepi daun bergelombang 25. Nama Latin : Korthalsia sp Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, terdapat pada ujung pelepah kucir, daun agak tebal, tepi daun bergelombang, susunan daun sejajar, pelepah daun berduri, batang berduri, berwarna coklat, ukuran diameter batang 2,5 – 3,5 cm. Gambar 17. Korthalsia sp 26 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 26. Nama Latin : Plectocomiopsis wrayi Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, batang merah bata, pelepah berduri dan berwarna kecoklatan, permukaan daun atas berduri jarang dan kecil, diameter batang 2,1 – 3,4 cm. 27. Nama Latin : Korthalsia scaphigera Nama Daearah : Rotan semut kecil Nama Indonesia : Rotan Udang Ciri vegetatif : Tumbuh berumpun, diameter batang berpelepah 0, 4 cm – 0,6 cm, batang berwarna coklat, batangnya merambat pada pohon atau ranting , permukaan daun berduri halus, duri berwarna hitam, susunan daun sejajar, batang yang sudah dikulti bisa dipergunakan sebagai tali atau gelang, merambat ranting, cabang atau tajuk pohon, jumlah tiap rumpun mencapai 10 batang. Gambar 18. Rotan Semut Kecil 28. Nama Latin : Plectocomiopsis griffithii Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, pelepah daun berduri halus, batang berduri agak kasar, berwarna coklat, susunan daun silang, daun berwarna hijau kekuning-kuningan. 29. Nama Latin : Calamus adspersus Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, berwarna kekuning-kuningan, diameter batang berseludang 0,4 - 0,9 cm, batang berduri kecil, berkucir pada ujung pelepah daun, susunan daun menyirip, jumlah rumpun sampai 15 batang dan memanjat. 27 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 30. Nama Latin : Pinanga disticha Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, jumlah rumpun 3 – 5 batang, berbatang lurus, bisa bercabang, pelepah daun berduri, berdiameter 2,4 cm – 4,2 cm, panjang tangkai pelepah daun 45 cm, batang berwarna coklat lumut, daun berwarna hijau tua, susunan daun hampir sejajar, batang beruas – ruas dan buah berwarna hijau. 31. Nama Latin : Calamus erinaceus Nama Daerah :- Nama Indonesia :- Ciri Vegetatif : Tumbuh berumpun, dimater batang berpelepah 1,5 cm 2,3 cm, pelepah daun berduri, susunan daun silang, permukaan daun berduri halus dan jarang, permukaan bawah daun berwarna abu-abu dan kehijaun. Pembahasan Dari hasil penelitian di lapangan dengan luas plot contoh 3 ha atau 300 plot terdapat 2314 batang Palem (Arecaceae) yang terdiri dari 4 sub famili dengan 12 genus yaitu yaitu Lepidocaryoideae dengan genus (Calamus, Daemonorops, Khortalsia, Plectomiopsis, Salacca), Arecoideae dengan genus (Pinanga), Caryotoideae dengan genus (Arenga), Coryphoideae dengan genus Johanesteimania, Livistona, Linospandix, Iguanura dan Licuala. Genus yang paling dominan adalah genus Calamus dengan jumlah 10 spesies atau 33 % yaitu C. concinus, C. Wallichiana, C. giganteus, C. insignis, C. trachyolus, C. caesius, C. scaphigera, C. adpesrsus dan C. erinaceus. Dan yang paling sedikit dari genus Salacca, Arenga, Livistona, Johanesteijmania, Iguanura, Linospandix, dan Licuala masing – masing hanya satu spesies atau 3 %, sedangkan genus lain adalah Daemonorops 5 spesies atau 17 %, Khorthalsia 4 spesies atau 14 % dan masing – masing Iguanura, Plectocomiopsis, dan Pinanga 1 spesies atau 3 %. Menurut Sudarnadi, (1996), bahwa jenis-jenis diatas mempunyai wilayah penyebaran dari India, Cina Selatan, Asia Tenggara yaitu Thailand, Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa dan sampai ke Kepulauan Guam. Dan terdapat pada daerah hutan meranti, juga pada hutan dataran rendah sampai ketinggian 1800 meter dpl. Dari tabel 1 tentang keanekaragaman Palem, dapat dilihat bahwa nilai keanekaragaman jenis yang dihitung dengan Indeks Shanon Wienner yaitu 2.5536218. Menurut Barbour et al, (1987) menyatakan bahwa tumbuhan dengan kenaekaragaman jenis diantara 0 – 2 tergolong rendah, >2 – 4 tergolong sedang. Jadi dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kenekaragaman jenis Palem pada hutan Sikundur tergolong sedang yaitu 2.5536218 yang berada pada kisaran >2 – 4. Dari tabel 1 juga dapat dilihat bahwa jenis 28 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara yang jumlahnya tertinggi adalah Rotan Kikis (Calamus concinnus) yaitu 573. sedangkan yang paling sedikit adalah Plectocomiopsis griffithii yaitu 1 jenis saja. Dari tabel 2 tentang Indeks Nilai Penting dapat dilihat bahwa kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah rotan kikis (Calamus concinus) yaitu 2.751368. Dimana jenis rotan ini ditemui pada 165 plot contoh. Sedangkan Kerapatan Relatif (KR) terendah adalah Plectocomiopsis griffithii yaitu 0.004802, yang hanya terdapat pada 1 plot contoh dengan jumlah 1. Begitu juga dengan Frekuensi relatifnya, jenis yang tertinggi adalah rotan kikis (Calamus concinus) yaitu 0.007923, sedangkan yang terendah adalah Plectocomiopsis griffithii yaitu 9.6E-05. Besarnya nilai frekuensi dapat menggambarkan bahwa persentase kehadiran suatu jenis dalam suatu plot contoh. Kemudian Indek Nilai Penting yang tertinggi adalah 2.759291 yaitu jenis rotan Kikis (Calamus concinus), sedangkan yang terendah adalah Plectocomiopsis griffithii yaitu 0.004898. Besar kecilnya Nilai Indeks Penting suatu jenis menunjukan jenis tumbuhan yang paling menguasai suatu habitat. Dari hasil perhitungan jumlah keseluruhan Indek Nilai Penting untuk Palem yang terdapat di hutan Sikundur adalah 11.1452. Indeks Nilai Penting ini diperoleh dari Kerapatan relatif (KR) + Frekuensi Relatif (FR). Menurut Djufri et al, (1998) dalam Purnasari (2000), bahwa nilai penting dikelompokan dalam 3 kriteria yaitu Tinggi dengan nilai >133,3 – 200 %, sedang dengan nilai >66,6 – 133,3 %, dan rendah dengan nilai 0 – 66,6 %. Jadi nilai diatas yaitu 11,1452 masuk kedalam kategori rendah yaitu antara 0 – 66,6 %. Selain didapat keanekaragaman jenis dan Indeks Nilai Penting, juga diperoleh data habitat mikro pada kawasan hutan dataran rendah Sikundur yaitu : 1. Nilai pH Tanah Nilai pH tanah pada hutan Sikundur adalah masam. Dari hasil pengukuran di lapangan pHnya berkisar antara 3,67 – 5, 24, namun pada umumnya pHnya adalah 4. Menurut Soemarno, (2002), bahwa pH tanah pada kawasan hutan Sikundur untuk bawah kanopi adalah 3,63 dan daerah terbuka 4,04. Dengan nilai pH tanah 3,67 – 5,24, maka tanah tersebut tergolong kemasaman yang tinggi. Hal ini didasarkan dari Foth, H.D, (1991), yang mengkasifikasikan pH tanah sebagai berikut : 4 – 5,5 (kemasaman tinggi), 5,5 – 6 (kemasaman rendah), 6,5 – 7 (kemasaman sangat rendah), sehingga pH tanah Sikundur dengan nilai < 4 kemasaman sangat tinggi) dan 4,0 – 5,5 adalah kemasaman tinggi. Dari hasil di lapangan bahwa pH tanah pada hutan Sikundur umumnya hampir sama, sehingga pengaruh pH tanah terhadap penyebaran Palem tidak begitu terlihat dengan jelas. Adapun jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah tanah alluvial (biasanya sepanjang tepi sungai), latosol dan regosol tetapi pertumbuhan terbaik pada daerah-daerah lereng bukit yang cukup lembab dengan ketinggian antara 0 – 2900 meter dengan iklim basah (tipe A dan B) atau basah sampai kering (tipe A,B,C dan D) (Anonimous, 2003) 2. Kedalaman Serasah Hutan dataran rendah Sikundur adalah bekas kawasan HPH milik PT. Raja Garuda Mas pada tahun 1970, sehingga permukaan tanah telah mengalami perubahan akibat adanya aktivitas logging. Dari pengukuran di lapangan kedalaman serasah berkisar 29 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara antara 1 – 9,5 cm. Kedalaman 1 cm umumnya terdapat pada areal bekas logging atau jalan. Sedangkan kedalaman yang tertinggi terdapat pada areal lembah. Dari pengamatan dilapangan, kedalaman serasah tidak berpengaruh terhahadap pertumbuhan Palem. Namun ada suatu jenis dari Palem yang memerlukan daerah lembah dan dengan kedalaman tanah yang tinggi yaitu Salacca. Salacca ini tumbuh pada areal lembah dan kondisi lahan yang basah. Hampir semua jenis Palem dapat ditemukan pada kedalaman serasah yang berbeda – beda. Daerah bekas jalan logging sampai sekarang masih ditumbuhi oleh pakis jenis Resam, dan pada areal bekas jalan logging sama sekali tidak ditemukan tumbuhnya jenis Palem, bekas jalan logging kedalaman serasahnya sangat tipis (1 cm). Daerah lembah pada umumnya mempunyai kedalaman serasah yang sangat tebal, dan pada areal dengan kedalaman serasahnya yang tinggi umumnya ditumbuhi jenis Salak Hutan. Menurut Foth. H.D, 1991), tanah yang berhutan memiliki bahan organik yang berasal dari daun, ranting dan batang yang membusuk, sementara akar tanaman sangat lama dalam proses pembusukan. Dengan demikian kedalaman serasah pada tanah hutan sangat tipis, jika dibandingkan dengan tanah padang rumput yang memiliki daur hidup sangat cepat. 3. Kemiringan Lahan Daerah penelitian kawasan hutan Sikundur memiliki topografi mulai dari datar (0 – 8%) sampai sangat curam > 45 %). Dari pengamatan dilapangan hampir semua spesies Palem dapat ditemukan dalam areal yang berbeda – beda. Misalnya Rotan Kikis (Calamus concinus) dapat ditemukan diareal yang datar, terjal ataupun curam. Namun ada beberapa spesies yang memang mempunyai habitat tertentu misalnya Salacca, jenis ini hanya dijumpai pada daerah yang datar yang terdapat pada areal lembah seperti yang dikemukakan diatas. Kemudian Palem Serdang (Livistona rotundifolia), jenis ini hanya dijumpai pada areal yang mempunyai kanopi terbuka atau rumpang yang lebar untuk membutuhkan cahaya matahari. Menurut Witono et al, (2000), palem dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur, dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit, dan berlereng terjal. Selain faktor diatas, ada juga faktor lain yang mempengaruhi kehadiran suatu tumbuhan pada suatu wilayah yaitu pengaruh hewan dalam membantu pemencaran biji tumbuhan kedaerah lain. Menurut Kartawinata et al, (1991), bahwa hewan harus dipandang sebagai suatu faktor penyebaran dalam komunitas tumbuhan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian di lapangan dengan luas plot contoh 3 ha atau 300 plot terdapat 2314 batang Palem (Arecaceae) yang terdiri dari 4 sub famili dengan 12 genus yaitu yaitu Lepidocaryoideae dengan genus (Calamus, Daemonorops, Khortalsia, Plectomiopsis, Salacca), Arecoideae dengan genus (Pinanga), Caryotoideae dengan genus (Arenga), Coryphoideae dengan genus Johanesteimania, Livistona, Linospandix, Iguanura dan Licuala. 30 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 2. 3. 4. 5. Nilai Keanekaragaman jenis Palem di Sikundur yang dihitung dengan Indeks Shanon Wienner yaitu 2.5536218, nilai ini termasuk kategori sedang. Indek Nilai Penting yang tertinggi untuk jenis Palem adalah 2.759291 yaitu jenis rotan kikis (Calamus concinus), sedangkan yang terendah adalah spesies Plectocomiopsis griffithii yaitu 0.004898. Dari hasil perhitungan jumlah keseluruhan Indek Nilai Penting untuk palem yang terdapat di hutan Sikundur rendah (11.1452). Palem terdapat pada berbagai pH tanah, Kemiringan lahan dan kedalaman serasah yang sama. Saran Untuk selanjutnya perlu dilakukan penelitian tentang tingkat kekerabatan antara berbagai jenis palem tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1999. Materi Penyuluhan Kehutanan II. Departemen Kehutanan dan Perkebunan-Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta. Anonimous, 2003. Studi Jenis dan Penyebaran Rotan yang Dimanfaatkan Masyarakat Sumatera Utara. Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara-Lembaga Pengabdian pada Masyarakat USU. Medan. Bandini, 1996. Nipah Pemanis Alami. Penebar Swadaya. Jakarta. Barbour, G.M J.K Burk and W.D Pitts. 1987. Terestrial Plant Ecology. The Benyamin/Cummings Publicing Company Inc. California. Djufri, Hasanuddin, dan I. Huda .1998. Analisis Vegetasi Khusunya Spermatophyta di Taman Hutan Raya Seulawah. FKIP Unsyiah, Banda Aceh. Dransfield, N. manokaran, 1993. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 6. Gadjah Mada university Press bekerjasama dengan Prosea Indonesia-bogor. Foth.D.H. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta Haupt, A.W, 1953. Plant Morfologi. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. Los Angeles. Kartawinata, K, S.Danimiharja, dan U. Soetisna. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah tropik. Gramedia Jakarta Kerjasama Republik Indonesia dan Norwegia, 1994,. Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutan Alam Indonesia (KOPHALINDO), Jakarta. 31 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Lawrence, G.H.M, 1964. Taxonomy of Vasculer Plants. The Macmillan company. USA Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1978. Palem Indonesia. Proyek Sumberdaya Ekonomi. Bogor. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Seri Pamduan lapangan, Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriese. BogorIndonesia. Mc Lean, Ivimey, W.R, and Cook, 1956. Textbook of Theoretical Botani. Volume I. Longmas, Green and CO. London-New York-Toronto. Ministry of Development Planning, 1993. Biodiversity Action Plant For Indonesia. Jakarta. Mutia, F, 2003. Inventarisasi dan Habitat Palem (Arecaceae) di Stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser. Skripsi. Jurusan Biologi, F-MIPA. Unsyiah Darussalam-Banda Aceh. Nazaruddin, S. Angkasa, 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. Program Pengembangan Leuser, 2002. Sekilas tentang Kawasan Ekosistem Leuser. Unit Manajemen Leuser. Medan. Purnasari N. 2000. Kenakaragaman Jenis Lumut di Stasiun Penelitian ketambe Ekosistem Leuser. Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Purseglove, J.W, 1972. Tropical crops : Monocotyledons Volume 1 and 2 Combined. Longman Group Limited. Longman House, Burnt Mill, Harlow. Essex CM20 2JE England. Rustiami and Zumaidar, 2001. Palms Flora of Sekundur Forest, North Sumatra. Syiah Kuala University. Darussalam. Banda Aceh. Schaik, C.P and Supriatna, J, 1996. Leuser A Sumatran Sanctuary. Leuser Development Program. Indonesia. Sharma, 2002. Plant Taxonomy. Tata Mc Draw-Hill. Publishing Company Limited. Departement of Botany-New Delhi. Shukla P. Misra P.S, 2002. An Introduction to Axonomy of Angiosperms. Vikas Publishing House PUT LTD. University of Delhi. Kanpur. Soeseno Salak, 2000. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta. Subrahmanyam, N.S, 1995. modern Plant Taxonomy. Vikas Publishing Hpuse PUT LTD. Jangpura. New Delhi. 32 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara Suin H, 1995. Tumbuhan monokotil. Penebar Swadaya, Jakarta. Supriatna, Edi HW, 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Tjitrosomo, S.S, 1983. Botani Umum 3. Penerbit Angkasa Bandung-Indonesia. Uhl, N. W dan J. Dransfiel, 1987. Genera Palmarum, A Classification of Palms Basic on The Work of harold E. More Jr, Bailey Hortorium and the International Palm Society, Allen Press. Lawrence. Kansas-USA. Witono, J.R.A, Suhatman, N, Suryana dan R.S Purwantoro. 2000. Koleksi Palem Kebun Raya Cibodas. Seri Koleksi Kebun Raya-LIPI Vol. II, No. I. Sindang Laya-Cianjur. Lampiran 1. Indeks Keanekaragaman Jenis Palem di Sikundur No Nama Spesies Ni Nt Pi Pi X Pi Ln Pi Pi X Ln Pi 1 Daun Sang (Johanesteijmania altifrons) 103 2314 0.0445117 0.0019813 -3.1120039 -0.1385205 2 Palem Serdang (Livistona rotundifolia) 7 2314 0.0030251 9.151E-06 -5.8008228 -0.0175479 3 Rotan Kikis (Calamus concinnus) 573 2314 0.2476232 0.0613172 -1.3958472 -0.3456441 4 Rotan Duduk (Daemonorops longipes) 72 2314 0.031115 0.0009681 -3.4700668 -0.107971 5 Rotan Kumbar (Calamus wallichiana) 93 2314 0.0401901 0.0016152 -3.2141334 -0.1291765 157 2314 0.0678479 0.0046033 -2.6904871 -0.1825439 256 2314 0.1106309 0.0122392 -2.2015555 -0.2435602 6 Rotan Getah (Daemonorops angustifolia) Rotan Semut Besar (Korthalsia echinometra) 7 8 Rotan Semut Kecil (Korthalsia scortechinii) 63 2314 0.0272256 0.0007412 -3.6035982 -0.0981101 9 Rotan Manau ( Calamus manan) 8 2314 0.0034572 1.195E-05 -5.6672914 -0.0195931 10 Palem Pidie (Pinanga malayana) 98 2314 0.0423509 0.0017936 -3.1617654 -0.1339036 11 Salak Hutan (Salacca affinis) 181 2314 0.0782195 0.0061183 -2.5482359 -0.1993218 12 Rotan Pelah (Daemonorops rubra) 7 2314 0.0030251 9.151E-06 -5.8008228 -0.0175479 13 Daemonorops grandis 113 2314 0.0488332 0.0023847 -3.0193451 -0.1474443 14 Palas Biru ( Licuala spinosa) 9 2314 0.0038894 1.513E-05 -5.5495083 -0.0215841 15 Iguanura spectabilis 330 2314 0.1426102 0.0203377 -1.9476403 -0.2777534 16 Linospandix sp 4 2314 0.0017286 2.988E-06 -6.3604385 -0.0109947 17 Iguanura wallichuana 58 2314 0.0250648 0.0006282 -3.6862899 -0.0923962 18 Calamus insignis 7 2314 0.0030251 9.151E-06 -5.8008228 -0.0175479 19 Aren Hutan (Arenga pinnata) 9 2314 0.0038894 1.513E-05 -5.5495083 -0.0215841 20 Rotan Lilin (Calamus Javensis) 23 2314 0.0099395 9.879E-05 -4.6112387 -0.0458334 21 Rotan Irit (Calamus trachyoleus) 21 2314 0.0090752 8.236E-05 -4.7022105 -0.0426735 22 Rotan Sabut (Daemonorops hystrix) 3 2314 0.0012965 1.681E-06 -6.6481206 -0.008619 23 Rotan Dahan (Kortharsia rigida) 58 2314 0.0250648 0.0006282 -3.6862899 -0.0923962 24 Rotan Sega (Calamus caesius) 4 2314 0.0017286 2.988E-06 -6.3604385 -0.0109947 33 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 25 Khortalsia sp 8 2314 0.0034572 1.195E-05 -5.6672914 -0.0195931 26 Plectocomiopsis wrayi 21 2314 0.0090752 8.236E-05 -4.7022105 -0.0426735 27 Rotan Udang (Calamus scaphigera) 4 2314 0.0017286 2.988E-06 -6.3604385 -0.0109947 28 Plectocomiopsis griffithii) 1 2314 0.0004322 1.868E-07 -7.7467329 -0.0033478 29 Rotan Cacing (Calamus adspersus) 16 2314 0.0069144 4.781E-05 -4.9741442 -0.0343934 30 Pinanga disticha 5 2314 0.0021608 4.669E-06 -6.137295 -0.0132612 31 Calamus erinaceus 2 2314 0.0008643 7.47E-07 -7.0535857 -0.0060964 2.5536218 2314 Lampiran 2. Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Palem di Sikundur No Nama Spesies Ni Nt K KR(%) F FR (%) INP 1 Daun Sang (Johanesteijmania altifrons) 103 2314 34.33333 0.494574 0.226667 0.003265 0.497839 2 Palem Serdang (Livistona rotundifolia) 7 2314 2.333333 0.033612 0.006667 9.6E-05 0.033708 3 Rotan Kikis (Calamus concinnus) 573 2314 191 2.751368 0.55 0.007923 2.759291 4 Rotan Duduk (Daemonorops longipes) 72 2314 24 0.345722 0.09 0.001296 0.347018 5 Rotan Kumbar (Calamus wallichiana) 93 2314 31 0.446557 0.243333 0.003505 0.450062 6 Rotan Getah (Daemonorops angustifolia) Rotan Semut Besar (Korthalsia echinometra) 157 2314 52.33333 0.753865 0.18 0.002593 0.756458 256 2314 85.33333 1.229233 0.043333 0.000624 1.229857 8 Rotan Semut Kecil (Korthalsia scortechinii) 63 2314 21 0.302506 0.113333 0.001633 0.304139 9 Rotan Manau ( Calamus manan) 8 2314 2.666667 0.038414 0.003333 4.8E-05 0.038462 10 Palem Pidie (Pinanga malayana) 98 2314 32.66667 0.470566 0.096667 0.001392 0.471958 11 Salak Hutan (Salacca affinis) 181 2314 60.33333 0.869106 0.036667 0.000528 0.869634 12 Rotan Pelah (Daemonorops rubra) 7 2314 2.333333 0.033612 0.01 0.000144 0.033756 13 Daemonorops grandis 113 2314 37.66667 0.542591 0.156667 0.002257 0.544848 14 Palas Biru ( Licuala spinosa) 9 2314 3 0.043215 0.02 0.000288 0.043503 15 Iguanura spectabilis 330 2314 110 1.584558 0.25 0.003601 1.588159 16 Linospandix sp 4 2314 1.333333 0.019207 0.006667 9.6E-05 0.019303 17 Iguanura wallichuana 58 2314 19.33333 0.278498 0.04 0.000576 0.279074 18 Calamus insignis 7 2314 2.333333 0.033612 0.016667 0.00024 0.033852 19 Aren Hutan (Arenga pinnata) 9 2314 3 0.043215 0.013333 0.000192 0.043407 20 Rotan Lilin (Calamus Javensis) 23 2314 7.666667 0.110439 0.033333 0.00048 0.110919 0.101364 7 21 Rotan Irit (Calamus trachyoleus) 21 2314 7 0.100835 0.036667 0.000528 22 Rotan Sabut (Daemonorops hystrix) 3 2314 1 0.014405 0.003333 4.8E-05 0.014453 23 Rotan Dahan (Kortharsia rigida) 58 2314 19.33333 0.278498 0.01 0.000144 0.278642 24 Rotan Sega (Calamus caesius) 4 2314 1.333333 0.019207 0.023333 0.000336 0.019543 25 Khortalsia sp 8 2314 2.666667 0.038414 0.003333 4.8E-05 0.038462 26 Plectocomiopsis wrayi 21 2314 7 0.100835 0.016667 0.00024 0.101076 27 Rotan Udang (Calamus scaphigera) 4 2314 1.333333 0.019207 0.01 0.000144 0.019351 28 Plectocomiopsis griffithii) 1 2314 0.333333 0.004802 0.006667 9.6E-05 0.004898 29 Rotan Cacing (Calamus adspersus) 16 2314 5.333333 0.076827 0.02 0.000288 0.077115 30 Pinanga disticha 5 2314 1.666667 0.024008 0.096667 0.001392 0.025401 31 Calamus erinaceus 2 2314 0.666667 0.009603 0.003333 4.8E-05 0.009651 2314 11.1452 34 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara