BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi berasal dari kata asing yaitu accounting, yang artinya bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah, dan menyajikan data transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannnya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Menurut Aliminsyah (2003), pengertian akuntansi adalah : “Akuntansi juga dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.” Menurut AICPA (The Committee on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountants) yang ditulis oleh Ahmed Riahi dan Belkaoui (2000:37), pengertian akuntansi adalah : “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut.” Menurut Sofyan Syafri Harahap (1993:4), pengertian akuntansi adalah : “Akuntansi sebagai sistem informasi merupakan teknik yang menggambarkan proses yang menghubungkan sumber data melalui “channel” komunikasi dengan para penerima informasi.” 6 7 Menurut Donald E. Kieso (2002:3), pengertian akuntansi keuangan adalah : “Akuntansi keuangan (financial accounting) adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihakpihak internal maupun pihak eksternal.” Dari definisi-definisi tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa akuntansi merupakan pemrosesan yang terdiri identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi yang dihasilkan dan diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan. 2.1.2 Kerangka Teori Akuntansi Media komunikasi yang biasa digunakan perusahaan untuk pihak luar adalah laporan keuangan (finanacial statement). Di dalamnya tercantum sebagian besar informasi keuangan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputsan ekonomi. Banyak pihak luar yang menggunakan informasi keuangan. Misalnya pemegang saham, calon pemegang saham, kreditur, bank, pajak, dan lain-lain. Pada umumnya, pihak-pihak ini tidak dapat secara bebas memperoleh informasi yang diinginkan. Informasi yang mereka peroleh terbatas pada laporan yang disediakan manajemen perusahaan. Informasi akuntansi harus bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan. Atas dasar pemikiran tersebut, perlu diciptakan suatu kerangka tentang dasar penilaian, penyusunan, dan penafsiran informasi akuntansi. Ini penting karena adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan yang menyusun informasi dengan pihak-pihak di luar perusahaan sebagai pemakai laporan. Adanya standar memungkinkan penyaji dan pemakai laporan berkomunikasi dengan bahasa yang sama. 8 Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:66), kerangka teori akuntansi merupakan elemen yang saling berkait yang menjadi pedoman pengembangan teori dan penyusunan teknik-teknik akuntansi. Struktur kerangka teori akuntansi berisi elemen sebagai berikut : 1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan. 2. Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan. 3. Konsep teoritis akuntansi yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan sifat-sifat akuntansi. Postulat dan konsep teoritis ini dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan. 4. Rumusan prinsip akuntansi utama yang didasarkan pada postulat dan konsep teoritis. 5. Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan sesuai kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsipprinsip akuntansi utama. 2.1.3 Konsep-Konsep Akuntansi Keuangan Menurut Leslie Chadwick (1993:7), konsep akuntansi adalah suatu peraturan atau petunjuk tentang bagaimana caranya menghitung angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Perlu juga dipahami sejak awal bahwa penerapan konsep-konsep tertentu tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan yang subjektif sehingga walaupun menggunakan data mentah yang sama, dua akuntan bisa menghasilkan dua laporan keuangan yang berbeda. Adapun beberapa konsep akuntansi keuangan yang harus kita pahami adalah sebagai berikut : 1. Konsep Pengukuran dengan Mata Uang Laporan keuangan hanya menyajikan hal-hal yang bisa dinilai dengan mata uang. Hal-hal lain yang bersifat kuantitatif, walaupun merupakan faktor yang bisa membawa perusahaan/organisasi ke tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, hal tersebut tidak tergambarkan di dalam 9 laporan keuangan. Contohnya adalah kemampuan manajemen, hubungan bisnis yang baik dan sebagainya. Di sisi lain perlu juga diingat bahwa nilai uang itu sendiri bukanlah pengukuran yang stabil. Terjadinya inflasi menyebakan pembandingan laporan keuangan dari periode yang berbeda menjadi sulit. Misalnya, angka penjualan tahun ini meningkat 10% dibandingkan dengan tahun lalu. Jika tingkat inflasi yang terjadi pada periode tersebut 15% peningkatan penjualan tersebut adalah peningkatan semu. Untuk mendapatkan angka perbandingan yang realistis, kita harus membuat penyesuaian atas adanya inflasi 2. Konsep Realisasi Konsep ini memastikan kapan saatnya kita mengakui adanya penjualan barang dan jasa untuk tujuan perhitungan rugi-laba. Jika barang tersebut dijual secara tunai, penjualan dapat segera diakui pada saat tunai (kas) diterima. 3. Konsep Konservatisme (kehati-hatian) Konsep ini mengajarkan bahwa jangan memperhitungkan keuntungan yang belum bisa dipastikan. Di lain pihak harus memperhitungkan kemungkinan terjadinya kerugian/biaya. Konsep ini mencerminkan sifat kehati-hatian dari para akuntan, namun penerapan konsep ini dapat mengakibatkan perhitungan laba perusahaan terlalu rendah/understated. 4. Konsep Materialistis Perlakuan akuntansi terhadap berbagai transaksi perusahaan akan tergantung pula kepada apakah nilai transaksi tersebut besar atau tidak. Berikut contoh bagaimana konsep ini diterapkan. Suatu perusahaan juga membeli sebuah komputer mainframe seharga Rp 120.000.000 yang diperkirakan akan dapat dipakai selama 10 tahun. Pada akhir tahun ke 10 nilainya diperkirakan sudah habis. Karena nilainya cukup besar dan masa manfaatnya lebih dari satu tahun maka tidaklah wajar kalau nilai Rp 120.000.000 itu dibebankan pada tahun 10 pertama saja. Hal ini bisa menyebabkan perhitungan laba tahun tersebut terlalu rendah (bahkan bisa rugi). Perusahaan seharusnya membebankan biaya pemakaian komputer tersebut selama 10 tahun sebesar Rp 12.000.000 per tahun. Pembebanan tersebut dinamakan biaya penyusutan. 5. Konsep Perpadanan Tujuan diterapkannya konsep ini adalah untuk membebankan biaya pada periode biaya tersebut dikonsumir. Untuk tujuan tersebut unsur biaya dapat diklasifikasikan sebagai biaya yang sudah terpakai/expired costs dan biaya yang belum terpakai/unexpired costs. Biaya yang sudah terpakai adalah biaya yang sudah dimanfaatkan pada suatu periode, terlepas dari apakah biaya tersebut sudah dibayar atau belum. Apabila belum dibayar, biaya tersebut seringkali dinamakan sebagai biaya terutang atau biaya yang belum dibayar/accrued expenses. Biaya yang belum terpakai adalah biaya yang sudah dibayar pada periode yang bersangkutan namun belum dimanfaatkan. Biaya semacam ini seringkali disebut sebagai biaya dibayar dimuka. Selain biaya, konsep perpadanan juga ditujukan untuk mengatur pencatatan pengakuan pendapatan/revenue untuk periode tertentu. Dengan memperbandingkan pendapatan dan biaya secara tepat dan sepadan, pengukuran laba atau rugi dari suatu periode dapat dilakukan dengan tepat dan sepadan pula. 6. Konsep Biaya Aktiva-aktiva yang disajikan di dalam neraca cenderung merupakan nilai historis setelah dikurangi nilai yang didepresiasikan. Nilai historis adalah fakta yang objektif sedangkan nilai-nilai lainnya cenderung bersifat subjektif. 7. Konsep Kelangsungan Usaha Konsep ini menyatakan bahwa perkiraan-perkiraan akuntansi hendaknya dipersiapkan berdasarkan asumsi bahwa perusahaan akan beroperasi terus dan tidak dimaksudkan untuk dilikuidasi. Nilai likuidasi 11 biasanya berbeda dari pada nilai yang disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. 8. Konsep Entitas Konsep ini menyatakan bahwa transaksi perusahaan tidak boleh dicampur-adukkan dan harus dipisahkan secara tegas dari transaksi pribadi para pemiliknya. 9. Konsep Konsistensi Untuk dapat membandingkan suatu laporan keuangan dengan laporan keuangan yang lain (dari perusahaan yang sama tetapi periodenya berbeda atau dari perusahaan yang lain tetapi periodenya sama) maka catatan-catatan akuntansi hendaknya dibuat dengan metode akuntansi yang konsisten. 10. Konsep Keterbukaan Konsep ini mengharuskan pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan untuk memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang penting untuk melengkapi informasi yang diberikan oleh laporan keuangan. Penjelasan tersebut misalnya mengenai metode akuntansi yang dipergunakan, perubahan dari satu metode ke metode lain, kejadiankejadian sesudah tanggal neraca yang bisa merubah keputusan seseorang. 11. Konsep Objektivitas Mereka yang bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan haruslah berusaha untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan yang timbul karena pertimbangan pribadi. Karena banyaknya hal-hal yang memerlukan pertimbangan-pertimbangan subjektif, usaha ini tidak selalu mudah. Norma Pemeriksaan Akuntansi menyiratkan bahwa laporan keuangan haruslah disusun secara wajar/fair sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia. 12 12. Konsep Dualitas Konsep ini didasrkan kepada sistem pencatatan berpasangan. Contoh, apabila hendak mencatat transaksi pembayaran biaya transport maka perkiraan biaya transport didebet dan perkiraan kas dikredit sebesar biaya transport yang dibayarkan. Jika menjual barang secara kredit maka perkiraan piutang dagang didebet dan perkiraan penjualan dikredit. Setiap transaksi mempunyai efek ganda/dual effect terhadap perkiraan akuntansi. Setiap pendebetan suatu perkiraan harus diikuti dengan perkreditan perkiraan lainnya. 13. Konsep Daya Uji Setiap perkiraan akuntansi harus dapat dibuktikan kebenaran/kewajarannya secara independen. Kegiatan pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh auditor. 2.1.4 Sifat Kualitatif Laporan Keuangan Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:141), sifat kualitatif laporan keuangan ini menggambarkan kriteria untuk : a. Memilih alternatif prinsip akuntansi dan metode pelaporan yang digunakan, serta ; b. Persyaratan pengungkapannya. Sifat-sifat kualitatif tersebut adalah : a. Kualitas Utama 1. Relevance Informasi tersebut relevan apabila informasi itu mampu dan berguna dalam mempengaruhi keputusan manajer dengan mengubah atau menguatkan pengharapannya tentang hasil dan akibat tindakan atas kejadiannya. Dengan kata lain agar informasi relevan maka informasi itu harus memiliki predictie value (meramalkan nilai masa yang akan datang), feedback value pada saat yang sama dan harus disampaikan pada waktu yang tepat. 13 2. Reliability Reliability menyangkut “kualitas yang menyebabkan pemakaian data bergantung pada kepercayaannya pada data yang disajikan dan yang dimaksudkan untuk disajikan”. Reliability tergantung pada tingkat kepercayaannya dalam menyajikan informasi tentang suatu kejadian. Kepercayaan terhadap laporan berbeda antara seorang dengan orang lain. Biasanya untuk meningkatkan reliability maka laporan keuangan harus dapat diperiksa (verifiability). 3. Verifiability Adalah suatu sarana yang dapat memberi kesempatan kepada orang-orang tertentu yang bekerja secara terpisah antara satu dengan yang lain untuk mengembangkan ukuran-ukuran yang sama atas bukti, data, dan catatan yang sama. 4. Completeness Adalah menjelaskan kelengkapan dan kesesuaian antara data akuntansi dan kejadian yang dimaksudkan untuk disajikan. Neutrality berarti bahwa akuntansi bebas dari bias (prasangka yang tidak berdasar) dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan. b. Kualitas Sekunder 1. Comparability Comparability berarti bahwa dalam menyusun laporan keuangan harus digunakan metode yang sama sepanjang waktu oleh perusahaan tertentu, agar bisa diperbandingkan. 2. Consistency Consistency berarti bahwa metode-metode akuntansi tidak dapat diubah apabila tealah dipilih. Namun dalam prinsip akuntansi disebutkan bahwa boleh mengubahnya apabila alternatif lain yang juga sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim dianggap 14 lebih baik. Perubahan itu harus diungkapkan dan termasuk diungkapkan mengapa alternatif itu dipilih. c. Pertimbangan Cost Benefit 1. Cost Benefit Informasi akuntansi akan diungkapkan apabila keuntungan yang dapat diperoleh dari informasi itu melebihi biayanya. Jadi sebelum menyajikan informasi maka harus dikaji terlebih dahulu perbandingan untuk ruginya. 2. Materiality Materiality adalah sesuatu yang secara relatif dianggap penting. Pada dasarnya pertimbangan harus diberikan dalam hal apakah informasi itu mungkin bersifat penting (significant) atau material atau tidak penting pengaruhnya terhadap keputusan. Pendapat FASB dalam hal ini adalah : “Tidak ada prinsip umum tentang materiality yang dapat diruuskan untuk dijadikan sebagai ukuran seluruh pertimbangan yang dilakukan oleh pertimbangan manusia yang berpengalaman. Namun pendapat ini bukan dimaksudkan untuk menyebutkan FASB tidak dapat mengoreksi kesimpulan itu di masa yang akan datang atau pedoman kuantitatif tentang materiality perusahaan tertentu tidak dapat ditaksir dalam prinsip akuntansi dari waktu ke waktu (yang sudah pernah dilakukan seperti dalam membuat laporan segmen perusahaan). FASB mengakui bahwa pendekatan kuantitatif sebagai pedoman kadang-kadang perlu. Namun apabila FASB atau badan lain yang berwenang mengeluarkan peraturan tentang materiality , maka hal itu akan menggantikan “judgment kolektif” yang umum untuk “judgment pribadi yang khusus” dan tidak ada alasan untuk menganggap bahwa judgment kolektif selalu lebih baik.” 15 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Para ahli mendefinisikan pengertian laporan keuangan dengan berbagai pendapat yang berbeda antara lain : Menurut Warren, Reeve dan Fees (2005:24), pengertian laporan keuangan adalah: “Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan keuangan. Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perorangan adalah laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas.” Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:2) : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011), menjelasskan bahwa: “Financial statements are the principal means through which a company communicates its financial information to those outside it. These statements provide a company’s history quantified in money terms. The financial statements most frequently provided are (1) the statement of financial statement of financial position, (2) the income statement or statement of comprehensive income, (3) the statement of cash flows, and (4) the statement of changes ini equity. Note disclosures are an integral part of each financial statement.” Penjelasan diatas, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagi berikut : 16 “Laporan keuangan adalah sarana utama melalui mana sebuah perusahaan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada orang luar. Laporan memberikan sejarah perusahaan diukur dalam hal uang. Laporan keuangan yang paling sering diberikan adalah (1) pernyataan laporan posisi keuangan, (2) laporan laba rugi atau laporan laba rugi komprehensif, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan perubahan ekuitas. Catatan pengungkapan merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan.” 2.2.2 Komponen-Komponen Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, komponen laporan keuangan yang lengkap terdiri dari : 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode; 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode yaitu laporan yang menunjukkan semua perubahan ekuitas dan perubahan-perubahan yang muncul dari transaksi-transaksi yang muncul dari pihak pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik perusahaan; 4. Laporan arus kas selama periode yaitu laporan yang menunjukkan operasi perusahaan, investasi, dan aliran kas pembiayaan; 5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; 6. Laporan posisis keuangan pada awal periode komperatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 2.2.3 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisis keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan. 17 Posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas. Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun 2009 menyatakan : 1. Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. 3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atas pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2.2.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai komdisi perusahaan dan laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh sebagai suatu progress report dari laporan keuangan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.1), sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Oleh karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja. 18 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari pengguna taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula dengan halnya penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang paling menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (substance form). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan dapat memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi tersebut. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat dipergunakan untuk menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan umumnya diabaikan. 2.2.5 Proses Akuntansi Menurut Sofyan Syafri Harahap (1994:50), proses akuntansi adalah proses pengolahan data. Kemudian akuntansi dalam proses pengolahan datanya menggunakan arus, siklus, atau proses akuntansi yang dimulai dari transaksi, pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, sampai pada tahap pelaporan. 19 Laporan Keuangan Reversing Entries Transaksi Neraca Lajur Bukti Penutupan Pencatatan Penyesuaian Neraca Percobaan Saldo Pengikhtisaran Jurnal Pemindahbukuan Buku Besar Ledger Gambar 2.1 Proses (siklus) Akuntansi Proses akuntansi ini dijelaskan sebagai berikut : a. Transaksi Yang dimaksud dengan transaksi adalah setiap kejadian yang mengubah posisi keuangan atau hasil usaha entity yang dilaporkan (perusahaan/lembaga). Kejadian yang terjadi dalam perusahaan yang tidak mempengaruhi posisi harta/utang/modal dan hasil usaha perusahaan merupakan transaksi yang dicatat dalam akuntansi. Kejadian yang dicatat dan dibukukan hanya kejadian yang dapat dikategorikan sebagai transaksi. Setiap transaksi harus mempunyai bukti (evidence), baik dari luar misalnya faktur pembelian, rekening 20 listrik maupun bukti dari dalam misalnya daftar gaji, alokasi penyusutan, dan sebagainya. b. Buku Harian/ Jurnal Dalam menggunakan jurnal ini perusahaan dapat menempuh 2 (dua) cara : 1. Perusahaan hanya memiliki satu jenis jurna yang disebut general journal. Dalam sistem ini semua jenis transaksi dimaksukkan ke buku jurnal ini saja. Perusahaan yang belum memiliki banyak transaksi dapat menggunakan jurnal ini. 2. Perusahaan menggunakan dua jenis jurnal : Jika perusahaan sudah besar dan transaksinya banyak, maka terlalu rumit jika hanya menggunakan satu jurnal. Ia disarankan membuka beberapa jurnal khusus yang mencatat berbagai transaksi dalam kelompok buku jurnal yang sama. Jurnal dapat dikelompokkan menjadi : a. Jurnal khusus b. Jurnal umum (serba-serbi) Jurnal khusus berfungsi sebagai jurnal untuk mencatat transaksi transaksi sejenis yang banyak ditemukan dalam perusahaan. Transaksi sejenis yang mempengaruhi perkiraan yang sama dikelompokkan dalam satu jurnal yang disebut jurnal khusus. Buku jurnal khusus ini biasanya adalah untuk : 1. Mencatat transaksi penjualan kredit saja dibuat jurnal penjualan (sales journal); 2. Mencatat transaksi pembelian kredit saja dibuat jurnal pembelian (purchase jornal); 3. Mencatat transaksi penerimaan kas dibuat jurnal penerimaan kas (cash receipts journal); 4. Mencatat transaksi pengeluaran kas dibuat jurnal pengeluaran kas (cash disbursement journal); 21 5. Apabila diluar jurnal khusus ini ada lagi transaksi yang tidak tertampung maka dapat dibuat jurnal tersendiri yang disebut jurnal umum atau jurnal serba-serbi. Dalam melakukan pemindah bukuan kita banyak menghemat waktu dan tenaga karena yang dipindahkan hanyalah akumulasi dari transaksi itu bukan satu per satu. Setelah jurnal maka kita menuju kegiatan memindahkan jurnal ke masing-masing perkiraan yang disebut ledger, item account, pos atau buku besar. c. Buku Besar (Ledger) Buku besar sering disebut juga perkiraan, akun (di Malaysia), item pos dan lain-lain. Buku ini adalah merupakan tempat menampung selururh transaksi yang telah diklasifikasikan melalui jurnal. Beberapa jenis perkiraan dapat dijelaskan sebagai berikut : I. Dikelompokkan menurut laporan keuangan : 1. Perkiraan Neraca, semua perkiraan yang terdapat di neraca misalnya kas, aktiva tetap, utang dan modal. 2. Perkiraan Laba Rugi, semua perkiraan yang terdapat di laba rugi seperti hasil penjualan, biaya produksi, biaya iklan, dan lain-lain. II. Dari segi elemen, laporan keuangan perkiraan dibagi : 1. Perkiraan Aktiva, semua perkiraan yang mencatat aktiva (asset accounts); 2. Perkiraan Utang/ Kewajiban (liabilities accounts); 3. Perkiraan Modal (capital accounts); 4. Perkiraa Biaya (expense accounts); 5. Perkiraan Penghasilan (revenue accounts). III. Klasifikasi menurut perlakuan jurnal : Perkiraan aktiva dan perkiraan biaya dapat dikelompokkan dalam satu golongan apabila ditinjau dari segi perlakuan jurnal. Apabila perkiraan ini bertambah, maka dibukukan sebelah debet dan sebaliknya apabila berkurang, dibukukan sebelah kredit. 22 Perkiraan Utang, Perkiraan Modal, dan Perkiraan Penghasilan diperlakukan sebaliknya,. Jika apabila perkiraan ketiga jenis ini bertambah harus dibukukan ke sebelah kredit, dan sebaliknya apabila berkurang harus dibukukan sebelah debet. IV. Dilihat dari segi pemecahannya, perkiraan dibagi menjadi dua : 1. Perkiraan control (controlling/general ledger account); 2. Perkiraan pembantu (subsidiary account/individual account). General/controlling account adalah perkiraan induk yang dapat dibagi/dipecah ke beberapa perkiraan pembantu. Perkiraan ini mengontrol perkiraan-perkiraan pembantu. V. Lain-lain Nominal account disebut juga temporary account adalah perkiraan yang terdapat dalam daftar Laba Rugi seperti Penjualan, Biaya Kantor dan lain-lain, karena memang perkiraan ini bersifat sementara hanya sampai pada penyusunan laporan keuangan. Sering juga kita mengenal perkiraan sementara. Perkiraan ini merupakan perkiraan yang tidak sampai disajikan ke laporan keuangan. Dia hanya dipakai sewaktu proses akuntansi berlangsung, ia hanya sebagai perkiraan yang dipakai dalam proses penyusunan laporan keuangan d. Neraca Lajur (Worksheet) Untuk memudahkan menyusun laporan keuangan biasanya dibuat neraca lajur. Dalam neraca lajur ini semua perkiraan dijumlahkan dan didaftar, dan kemudian dilakukan penjurnalan, baik jurnal penyesuaian maupun jurnal penutup. Dari hasil penjurnalan ini, maka akan diperoleh angka yang menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha yang up to date. Dari angka-angka inilah disusun laporan keuangan. Neraca lajur juga bisa mempunyai beberapa lajur yang masing-masing dapat dipakai, yaitu ada 8 lajur (kolom neraca saldo, kolom ayat jurnal penyesuaian, kolom laba rugi, dan kolom neraca masing-masing 2 kolom), 10 lajur (ditambah dua kolom, misalnya 23 neraca percobaan, neraca sebelum dihitung saldo) atau 12 lajur (ditambah lagi kolom manufacturing). 1. Neraca Percobaan (trial balance) Yaitu neraca yang menggabungkan seluruh perkiraan dengan memasukkan penjumlahan debet, kredit setiap buku besar. Disebut neraca karena di sini merupakan tempat pertama untuk mencoba apakah proses pemindahbukuan benar atau salah. 2. Neraca Saldo Neraca saldo adalah neraca yang memuat semua perkiraan buku besar tapi yang dimasukkan hanya saldo akhirnya saja. Sama seperti neraca percobaan, bedanya dalam neraca saldo setiap perkiraan memiliki saldo akhir, saldo debet atau saldo kredit. Perkiraan aset dan biaya biasanya bersaldo debet, perkiraan utang, modal dan hasil biasanya bersaldo kredit. 3. Jurnal Penyesuaian (adjustment) Di kolom ini dimuat semua jurnal yang digunakan untuk menyesuaikan/ meng-up to date-kan posisi masing-masing perkiraan sehingga sesuai dengan posisi dan akumulasinya pada tanggal laporan. Di sini dicatat transaksi yang accrued atau deffered yang belum masuk dalam jurnal sebelumnya. Misalnya biaya yang belum dibayar, hasil yang belum earned, biaya penyusutan, amortisasi supplies yang dikonsumsi, bunga yang terutang, dan lain sebagainya. Jurnal penutup tidak perlu dimasukkan dalam kertas kerja ini, cukup di buku besar masingmasing. 4. Lajur Laba Rugi Semua perkiraan yang mempengaruhi perhitungan laba rugi perusahaan (perkiraan laba rugi/temporary account) ditempatkan di lajur ini. Jika ada lajur untuk menampung perkiraan untuk menghitung harga pokok produksi, dimasukkan dalam lajur manufacturing. 24 5. Lajur Laba Ditahan Lajur ini boleh ada boleh tidak. Di lajur ini semua perkiraan dan angka yang mempengaruhi laba ditahan dibuat di lajur ini. Laba ditahan ini dapat juga dipindahkan langsunng ke neraca. 6. Lajur Neraca Semua perkiraan neraca dipindahkan ke lajur ini, termasuk saldo laba rugi. Jika pemindahan semua benar, maka kolom neraca akan otomatis seimbang, artinya debet dan kredit akan sama. Jika ternyata belum sama, maka coba di-review lagi untuk melihat kemungkinan kesalahan. 7. Manufacturing Lajur ini memuat semua perkiraan yang berkaitan dengan perhitungan harga pokok produksi, seperti Biaya Bahan Langsung, Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead Pabrik. 2.3 Piutang 2.3.1 Pengertian Piutang Piutang dihasilkan melalui berbagai macam transaksi, dua hal yang paling umum yaitu penjualan barang dagang atau jasa dengan kredit dan meminjamkan uang. Pada tingkat pribadi kita mengenal kredit, karena kredit adalah siap tersedia dimana kita tidak harus membayar secara tunai. Menurut Kieso, Weygandt (2011:347), menyatakan bahwa : “Receivables are also financial assets-they are also a financial instrument. Receivable (often referred to as loans and receivables) are claims held against customers, and others for money, goods, or services.” Penjelasan diatas, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagi berikut : 25 “Piutang juga asset keuangan yang merupakan instrumen keuangan. Piutang (sering disebut sebagai pinjaman dan piutang) adalah klaim terhadap pelanggan, dan lain-lain untuk uang, barang, atau jasa. " James D. Stice (2001), menyatakan bahwa : “Piutang menunjukkan kepada klaim perusahaan untuk uang, barang atau jasa.” Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2009:01.23), menyatakan bahwa : “Aset lancar mencakup aset (seperti piutang) yang dijual, dikonsumsi atau direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak diharapkan untuk direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan.” 2.3.2 Jenis-jenis Piutang Menurut Horngren, Harrison, Bamber (2006:418), piutang ada 3 jenis yaitu : 1. Piutang Dagang Piutang dagang perusahaan adalah jumlah yang harus ditagih dari pelanggan. Piutang dagang, yang merupakan aktiva lancar, disebut juga piutang usaha. Piutang dagang di dalam buku besar umum bertindak sebagai akun pengontrol karena akun tersebut memberikan ikhtisar atas jumlah total piutang dari semua pelanggan. Perusahaan juga mencatat piutang dalam buku besar pembantu atau buku besar tambahan dari masing-masing pelanggan. 2. Piutang Wesel Merupakan bentuk yang lebih formal dari piutang dagang. Debitor berjanji secara tertulis untuk membayar, kreditor jumlah tertentu pada tanggal tertentu di masa mendatang atau tanggal jatuh tempo (maturity date). Dokumen tertulis yang dikenal sebagai perjanjian pinjaman (promissory note) 26 bertindak sebagai buktinya. Piutang wesel yang akan jatuh tempo dalam satu tahun atau kurang, dimasukkan ke dalam aktiva lancar. Piutang wesel yang jatuh temponya lebih dari satu tahun dikategorikan sebagai piutang jangka panjang. Beberapa piutang wesel dibayarkan melalui termin periodik. Bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun dimasukkan ke aktiva lancar dan sisanya menjadi piutang jangka panjang. 3. Piutang lain-lain Merupakan kategori macam ragam, dapat juga termasuk piutang untuk karyawan. Biasanya piutang ini merupakan piutang jangka panjang namun bila jatuh tempo di bawah satu tahun atau kurang dimasukkan sebagai aktiva lancar. 2.3.3 Pengelolaan Piutang Menurut Soemarso (1986:338) Dalam hubungannya dengan piutang, hal penting yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan adalah memastikan agar piutang dapat ditagih begitu waktunya telah tiba. Misalnya apabila syarat penjualan yang diberikan adalah 2/10, n/30, maka pimpinan perusahaan harus berusaha agar piutang yang berhubungan dengan penjualan tersebut telah dapat ditagih pada hari ke sepuluh setelah dikeluarkannya faktur dan untuk ini kepada debitur akan diberikan potongan sebesar 2%. Tetapi apabila debitur tidak bersedia untuk membayar utangnya pada hari ke sepuluh setelah tanggal faktur, pimpinan perusahaan harus bekerja keras agar tagihan tersebut sudah dapat diterima pada hari ke tiga puluh setelah tanggal faktur. Apabila pimpinan perusahaan sudah dapat mengusahakan hal yang demikian, maka kerugaian yang disebabkan oleh karena tidak tertagihnya piutang akan dapat dikurangi sesedikit mungkin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan agar tujuan pengelolaan piutang seperti yang disebutkan diatas dapat tercapai adalah sebagai berikut : 1. Pimpinan perusahaan perlu menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat diperguanakan sebagai pedoman dalam pemberian kredit kepada 27 langganan. Adanya kebijakan dan prosedur ini, berarti debitur sudah diseleksi terlebih dahulu sebelum penjualan kredit kepadanya diberikan. Dengan cara ini kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang dapat diperkecil. 2. Pimpinan perusahaan perlu menetapkan syarat kredit yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Penetapan syarat kredit ini akan berhubungan dengan : (a) jangka waktu lamanya kredit dan (b) potongan yang diberikan untuk menarik debitur agar membayar lebih cepat dari jangka waktu kredit. 3. Pimpinan perusahaan perlu menetapkan prosedur yang baik untuk penagihan piutang. Peralatan yang dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk memonitor apakah pengelolaannya terhadap piutang sudah cukup baik adalah : (a) analisa umur piutang, (b) angka perputaran piutang, dan (c) angka rata-rata jangka waktu penagihan. a) Analisa Umur Piutang, adalah mengelompokkan saldo piutang pada suatu saat tertentu berdasarkan golongan umurnya. Dari analisa ini pimpinan perusahaan akan dapat melihat berapa dari saldo piutang yang dimilikinya, jumlah-jumlah yang telah lewat jatuh tempo dan sampai berapa lama lewat jatuh temponya. Dari analisa umur piutang ini, pimpinan perusahaan akan dapat mengambil beberapa tindakan yang perlu dilakukan, misalnya menentukan kerugian yang mungkin timbul oleh karena tidak tertagihnya piutang. b) Perputaran Piutang (receivables turnover), angka ini menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam suatu periode tertentu. Makin tinggi angka perputaran piutang yang diperoleh, makin baik pengelolaan piutang yang dilakukan perusahaan. c) Rata-rata Jangka Waktu Penagihan (average collection period), angka ini menunjukkan rata-rata jangka waktu yang diperlukan untuk menagih piutangnya. Makin pendek jangka waktu ini, makin baik bagi perusahaan. 28 Apabila angka rata-rata jangka waktu penagihan ini dibandingkan dengan syarat kredit yang diberikan, maka perusahaan akan dapat menilai efektivitas kegiatan penagihan piutang yang dilakukannya. 2.3.4 Masalah Dasar dalam Akuntansi untuk Piutang Menurut Kieso (2008:348), masalah dasar dalam akuntansi untuk piutang tidak berbeda dengan wesel tagih yaitu : pengakuan, penilaian, dan disposisi. a. Pengakuan Piutang Usaha Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchange price) adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur (invoice). Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah (1) ketersediaan diskon (diskon dagang dan diskon tunai) dan (2) lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (unsur bunga). 1. Diskon dagang Harga barang biasanya dapat dikenakn diskon dagang atau kuantitas. Diskon dagang (trade discount) semacam itu digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda bagi pembelian dalam kuantitas yang berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarnya dari pesaing. Diskon dagang biasanya dikutip sebagai persentase. 2. Diskon tunai (diskon penjualan) Diskon tunai (sales discount) diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah seperti 2/10,n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam 10hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30hari), atau 2/10,E.O.M. net 30, E.O.M. (diskon 2% jika dibayarkan dalam 29 10hari dari akhir bulan, dengan pembayaran penuh dilakukan pada hari ke-30 bulan berikutnya. Perusahaan biasanya mencatat transaksi penjualan dan diskon penjualan terkai dengan mencatat piutang dan penjualan dalam jumlah kotor. Menurut metode ini, diskon penjualan hanya diakui dalam akun apabila pembayaran diterima dalam periode diskon. Diskon penjualan lalu akan ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai pengurang atas penjualan untuk mendapatkan penjualan bersih. Jika penjual menawarkan penjualan kredit pada harga yang sedikit lebih tinggi dari pada penjualan tunai, dan kenaikannya dioffset oleh diskon tunai yang ditawarkan. Jadi, pelanggan yang membayar dalam periode diskon membeli secara tunai ; mereka yang membayar setelah berakhirnya periode diskon akan didenda karena harus membayar dengan jumlah yang melebihi harga tunai. Jika penalaran ini yang digunakan, maka penjualan dan piutang dicatat pada harga bersih, dan setiap diskon yang tidak diambil kemudian didebit ke piutang usaha dan dikredit ke diskon penjualan yang hilang (sales discount forfeited). Ayat jurnal untuk mencatat diskon tunai menurut metode kotor dan metode bersih adalah : Metode Kotor Metode Bersih Pada saat penjualan dr. Piutang Usaha cr. Penjualan Xxx dr. Piutang Usaha Xxx cr. Penjualan xxx xxx Pada saat pembayaran (periode diskon) dr. Kas Xxx dr. Kas dr. Diskon Penjualan Xxx cr. Piutang Usaha cr. Piutang Usaha Xxx xxx xxx 30 Pembayaran diterima setelah periode diskon dr. Kas Xxx cr. Piutang Usaha xxx dr. Piutang Usaha cr. Disk.penjualan xxx xxx yang hilang dr. Kas cr. Piutang Usaha xxx xxx 3. Tidak Ada Pengakuan atas Unsur Bunga Idealnya, piutang harus diukur dalam istilah nilai sekarang, yaitu, nilai diskonto dari kas yang akan diterima di masa depan. Jika ekspektasi penerimaan kas memerlukan periode tunggu (waiting period), maka jumlah nominal (face amount) piutang tidak sama nilainya dengan jumlah yang akan diterima kemudian. Secara teoritis, setiap pendapatan setelah periode penjualan adalah pendapatan bunga. Dalam praktik, pendapatan bunga yang berhubungan dengan piutang usaha diabaikan karena jumlah diskon biasanya tidak material dibandingkan dengan laba bersih periode bersangkutan. Profesi akuntansi secara khusus mengeluarkannya dari pertimbangan nilai sekarang untuk “Piutang yang berasal dari transaksi dengan pelanggan dalam kegiatan bisnis normal yang jatuh tempo dalam jangka waktu perdagangan umum yang tidak melampaui sekitar 1 tahun”. b. Penilaian Piutang Usaha Pelaporan piutang melibatkan (1) klasifikasi dan (2) penilaian dalam neraca. Klasifikasi melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam 1 tahun atau satu siklus operasi tergantung mana yang lebih panjang diklasifikasikan sebagai lancar; sementara semua piutang lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang. 31 Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih, jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value) memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga yang diberikan. c. Disposisi Piutang Usaha Dalam peristiwa yang normal, piutang usaha dapat ditagih pada saat jatuh tempo dan dikeluarkan dari pembukuan. Namun, seiring dengan meningkatnya ukuran dan signifikansi dari penjualan kredit dan piutang peristiwa ini telah dirubah. dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer piutang usaha kepada perusahaan lainnya secara tunai. Ada banyak alasan untuk transfer semacam ini sebelumnya. Pertama, untuk alasan kompetitif, penyediaan pembiayaan penjualan kepada pelanggan bisa dikatakan wajib dalam banyak industri. Dalam penjualan barang yang tahan lama, seperti mobil, truk, peralatan industri pertanian, komputer, sebagian besar penjualan berdasarkan atas kontrak angsuran banyak perusahaan besar dalam industri telah menciptakan anak perusahaan yang dimilki secara penuh, yang berspesialisasi dalam pembiayaan piutang. Kedua, pemilik piutang (holder) mungkin menjual piutang karena memerlukan kas dan akses ke kredit normal tidak tersedia atau sangat mahal. Selain itu, sebuah perusahaan juga mungkin menjual piutang, bukan meminjam, untuk menghindari pelanggaran terhadap kesepakatan peminjaman yang sudah ada. Penagihan piutang sering kali memerlukan waktu dan mahal. Sebaliknya, beberapa pembeli (purchasers) piutang mungkin membelinya untuk mendapatkan perlindungan hukum atas hak kepemilikan yang diterima pembeli aktiva vs hak yang diterima penjual yang dijamin kreditor. Selain itu, bank dan institusi pemberi pinjaman lainnya mungkin juga terpaksa membeli piutang karena adanya batasan legal; yaitu, mereka tidak dapat lagi memberikan pinjaman tambahan tetapi bisa membeli piutang dan menarik 32 biaya untuk jasa ini. Transfer piutang kepada pihak ketiga dapat dilakukan dalam salah satu dari dua cara berikut : 1. Peminjaman yang dijamin 2. Penjualan Piutang 2.4 Piutang Tak Tertagih Pada saat pelaporan, piutang dinilai sebesar jumlah yang diharapkan dapat diterima. Jumlah ini belum tentu sama dengan jumlah yang secara formal tercantum sebagai piutang. Perbedaan disebabkan perusahaan telah mengurangkan dari jumlah piutangnya, penyisihan terhadap piutang-piutang yang tidak tertagih. 2.4.1 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Menurut Soemarso (2002:339), terdapat dua cara untuk menaksir jumlah penyisihan untuk piutang tak tertagih yaitu : 1. Penyisihan atas Dasar Saldo Piutang Penyisihan piutang tak tertagih yang didasarkan atas saldo piutang dapat dilakukan dengan jalan menetapkan suatu persentase terhadap saldo piutang. Biasanya saldo yang dipakai adalah rata-rata antara saldo awal piutang pada awal dan akhir periode. Jumlah penyisihan tersebut harus muncul di neraca sebagai saldo pos penyisihan piutang tak tertagih. Jumlah inilah yang dikurangkan ke akun piutang dagang untuk memperoleh nilai piutang yang diharapkan diterima. Di samping berdasarkan rata-rata saldo piutang pada awal dan akhir periode, penyisihan piutang tak tertagih juga dapat dihitung atas dasar persentase tertentu, terhadap golongan umur piutang pada akhir periode. Dalam keadaan demikian, pada akhir periode perlu dibuat daftar umur piutang (aged receivables). Setelah saldo piutang dikelompokkan menurut umurnya, maka terhadap kelompok-kelompok umur diterapkan suatu persentase tertentu yang dianggap sebagai piutang tak tertagih. Persentase yang diterapkan untuk tiap-tiap kelompok umur tidak perlu harus sama. Jumlah piutang tak tertagih yang dihitung berdasarkan persentase terhadap 33 saldo tiap-tiap kelompok umur merupakan penyisihan piutang tak tertagih yang harus diadakan. 2. Penyisihan atas Dasar Saldo Penjualan Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih dengan cara ini dilakukan dengan menetapkan suatu persentase tertentu terhadap penjualan. Sedapat mungkin angka penjualan yang dipakai adalah penjualan kredit. Akan tetapi, apabila untuk memperoleh angka tersebut diperlukan terlalu banyak waktu dan biaya maka persentase dapat juga didasarkan atas total penjualan. Kalau perbandingan antara penjualan tunai dan penjualan kredit tidak banyak mengalami perubahan, hasil yang diperoleh akan cukup memuaskan. Perhatikan bahwa dalam metode persentase penjualan, beban piutang tak tertagih tidak dipengaruhi oleh saldo akun penyisihan sebelum adanya ayat jurnal penyesuaian. Dalam metode persentase saldo piutang, jumlah beban piutang tak tertagih ditentukan olehnya. Apabila setelah beberapa waktu terlihat bahwa saldo akun penyisihan piutang tak tertagih menjadi terlampau besar, oleh karena jumlah yang betul-betul dihapuskan lebih kecil, maka persentase yang diterapkan mungkin perlu direvisi. 2.4.2 Penghapusan Piutang Menurut Soemarso (2002:343) penyisihan piutang tak tertagih merupakan pemebanan kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang. Jumlah yang tercantum didalamnya merupakan suatu taksiran. Dari cara perhitungan yang telah dibicarakan terlihat bahwa nama-nama pelanggan tidak dapat diidentifikasikan. Oleh karena tidak dapat diidentifikasikan, maka penyisihan piutang tak tertagih dicatat dalam akun terpisah. Dengan cara ini rincian piutang menurut nama debitur berdasarkan jumlah brutonya masih dapat dibuat. Penghapusan piutang (receivable write-off) berbeda dengan penyisihan piutang tak tertagih. Dalam penghapusan piutang, saldo piutang kepada pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan perusahaan. Dengan penghapusan 34 piutang tersebut, nama dan saldo piutang pelanggan yang bersangkutan tidak akan muncul lagi dalam rincian piutang. Terhadap piutang yang telah dihapuskan perlu dibuatkan daftar nominatif yang memuat nama dan alamat debitur, tanggal pinjaman diberikan serta saldo piutang yang dihapuskan. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penghapusan piutang adalah sebagai berikut : dr. Penyisihan piutang tak tertagih cr. 2.4.3 xxx Piutang Dagang xxx Metode Penghapusan Langsung untuk Piutang Tak Tertagih Menurut Niswonger (1999:332) metode penyisihan menekankan pada pelaporan beban piutang tak tertagih dalam periode dimana penjualan terkait terjadi. Penekanan pada penandingan antara beban dengan pendapatan ini merupakan metode akuntansi yang lebih disukai untuk piutang ragu-ragu. Namun, ada situasi dimana tidak mungkin untuk mengestimasi secara akurat, piutang tak tertagih pada akhir periode. Disamping itu, jika sebuah perusahaan menjual sebagian besar barang dan jasanya secara tunai, maka jumlah beban dari piutang tak tertagih biasanya kecil. Dalam hal ini, jumlah piutang juga merupakan bagian yang relatif kecil dari total aktiva lancar. Dalam hal ini, metode yang digunakan untuk mencatat beban piutang tak tertagih adalah metode penghapusan langsung (direct write-off method). Berdasarkan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi. Jadi, akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir periode. Ayat jurnal untuk menghapus piutang yang telah diputuskan tidak akan tertagih adalah sebagai berikut : dr. Beban Piutang Tak Tertagih cr. Piutang Usaha xxx xxx Jika terjadi pelanggan ternyata membayar piutang yang telah dihapus, maka piutang harus ditimbulkan kembali dengan membalik ayat jurnal 35 penghapusan sebelumnya. Ayat jurnal untuk menimbulkan kembali piutang adalah sebagai berikut : dr. Piutang Usaha xxx cr. Beban piutang tak tertagih 2.4.4 xxx Penerimaan Piutang yang Dihapuskan Menurut Soemarso (2002:344), tanpa diduga-duga, piutang yang telah dihapuskan, ternyata dapat ditagih kembali. Ayat jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut : dr. Piutang Dagang cr. dr. Bank xxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx xxx cr. Piutang Dagang xxx Bahwa ada dua ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan tagihan dari piutang yang sebelumnya telah dihapuskan. Ayat jurnal pertama digunakan untuk menyatakan kembali (reinstate) piutang yang sebelumnya telah dikeluarkan dari pembukuan. Ayat jurnal kedua digunakan untuk mencatat penerimaan uang dari penagihan piutang seperti yang biasa dilakukan.