PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK

advertisement
0
PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA
PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Studi Kasus Putusan Nomor :
01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd)
Oleh:
Ririn Wijayanti
NPM: 12102099
ABSTRAKSI SKRIPSI
Penelitian ini bertujuan mengkaji penerapan sanksi terhadap anak pelaku
tindak pidana pencurian dengan pemberatan serta dasar pertimbangan hakim
dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana dengan
pemberatan (Studi Kasus Putusan Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd).
Latar belakang dari penelitian ini adalah Anak sebagai pelaku tindak pidana
harus diperlakukan secara manusiawi untuk kepentingan terbaik bagi anak untuk
mewujudkan pertumbuhan dan memberikan perkembangan fisik, mental dan
sosial. Negara dan Undang-Undang wajib memberikan perlindungan hukum yang
berlandaskan hak-hak anak, sehingga diperlukan pemidanaan edukatif terhadap
anak. Penjatuhan sanksi merupakan salah satu hal tersulit yang harus dihadapi
oleh seorang Hakim dalam mengadili suatu perkara anak yang berhadapan dengan
hukum khususnya sanksi yang adil dan layak dijatuhkan kepada seorang anak
yang telah melakukan tindak pidana, apakah berupa hukuman atau tindakan
pembinaan.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kasus (case aprroach)
yaitu dengan mengutamakan pemahaman mengenai ratio decidendi, yaitu alasan
hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya.
Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif-kuantitatif, yaitu data yang telah
diperoleh dianalisis. Data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer
maupun penelitian kepustakaan (library research) dan data primer yang diperoleh
dari penelitian lapangan (field research) kemudian disusun secara berurutan dan
sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu
untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis penerapan sanksi pidana
dengan pelaku anak di wilayah hukum Pengadilan Negeri Purwodadi mengacu
pada Undang-Undang No.11 tahun 2012 tentang tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, sesuai dengan konsep diversi maka anak pelaku tindak pidana dapat dikenai
tindakan oleh majelis hakim pemeriksa perkara dengan mengembalikan pelaku
kepada orangtua masing-masing untuk di didik dan di bina agar tidak mengulangi
tindak pidana lagi dan menjadi manusia yang lebih berguna bagi masyarakat.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa kanak-kanak merupakan periode penaburan benih, pendirian
tiang pancang, pembuatan pondasi, yang dapat disebut juga sebagai periode
pembentukan watak, kepribadian dan karakter diri seorang manusia, agar
mereka kelak memiliki kekuatan dan kemampuan serta berdiri tegar dalam
meniti kehidupan 1.
Anak dalam perkembangannya menuju kedewasaan, ada kalanya
melakukan perbuatan yang lepas kontrol, yaitu melakukan perbuatan
yang tidak baik sehingga dapat merugikan dirinya sendiri, bahkan dapat
merugikan orang lain. Tingkah laku yang demikian disebabkan karena
dalam masa pertumbuhan sikap dan mental anak belum stabil, dan juga tidak
terlepas dari lingkungan tempat ia bergaul. Sudah banyak terjadi karena
lepas kendali, kenakalan anak berubah menjadi tindak pidana atau
kejahatan, sehingga perbuatan tersebut tidak dapat ditolerir lagi. Anak
yang melakukan tindak pidana harus berhadapan dengan aparat penegak
hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya 2.
Anak sebagai pelaku tindak pidana harus diperlakukan secara manusiawi
untuk kepentingan terbaik bagi anak untuk mewujudkan pertumbuhan dan
memberikan perkembangan fisik, mental dan sosial. Negara dan UndangUndang wajib memberikan perlindungan hukum yang berlandaskan hak-hak
anak, sehingga diperlukan pemidanaan edukatif terhadap anak. Penjatuhan
sanksi merupakan salah satu hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang
Hakim dalam mengadili suatu perkara anak yang berhadapan dengan hukum
khususnya sanksi yang adil dan layak dijatuhkan kepada seorang anak yang
telah melakukan tindak pidana, apakah berupa hukuman atau tindakan
pembinaan.
1
Maidin Gultom, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Halaman 1.
2
Gatot Supramono, 2000, Hukum Acara Pengadilan Anak. Jakarta: Djambatan. Halaman 9.
2
Hakim sebagai aparat pemerintah, mempunyai tugas memeriksa,
menyelesaikan, dan memutus setiap perkara yang diajukan kepadanya. Hakim
harus
dapat
memberikan
putusan
yang seadil-adilnya,
yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan
masyarakat.
Dalam
menjatuhkan
putusan
sanksi,
hakim
harus
mempertimbangkan tujuan dari pemberian sanksi itu sendiri, yaitu untuk
pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak harus mampu membuat
pelaku tindak pidana tidak akan mengulangi perbuatannya lagi serta dapat
memperbaiki kehidupan di masa mendatang.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No.11 tahun 2012 tentang
Pengadilan Anak yang di dalamnya diatur mengenai tata cara pemeriksaan
anak di pengadilan, diharapkan mampu menjamin perlindungan hak-hak anak
dalam keseluruhan proses pemeriksaan di persidangan maupun penyelesaian
perkara di luar persidangan.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian skripsi ini agar tidak melebar dalam pembahasannya
maka akan dibatasi peneliti pada seputar dasar pertimbangan hakim
Pengadilan Negeri Purwodadi yang memeriksa dan memutus perkara anak
yang melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan pada kasus
pidana dengan Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd.
C. Perumusan Masalah
1.
Bagaimana penerapan sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana
pencurian
dengan
pemberatan
(Studi
Kasus
Putusan
Nomor:
01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd)?
2.
Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
putusan terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian dengan
pemberatan
(Studi
01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd)?
Kasus
Putusan
Nomor:
3
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
a. Mengkaji penerapan sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana
pencurian
dengan
pemberatan
(Studi
Kasus
Putusan
Nomor:
01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd).
b. Mengkaji dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap anak pelaku tindak pidana dengan pemberatan (Studi Kasus
Putusan Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd).
2. Tujuan Subyektif
a. Memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai bahan untuk
menyusun
skripsi,
sebagai
persyaratan
untuk
mencapai
gelar
kesarjanaan dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Slamet Riyadi.
b. Menambah pengetahuan bagi penulis dalam penelitian hukum dan
pengembangan kerangka berfikir ilmiah.
c. Menerapkan teori yang telah penulis dapatkan di bangku kuliah,
khususnya dalam bidang Hukum Pidana.
d. Memberikan informasi kepada pembaca, khususnya pada pihak yang
berhubungan dengan Pengadilan Anak.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan tentang penerapan sanksi terhadap anak pelaku
tindak pidana pencurian dengan pemberatan (Studi Kasus Putusan
Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd).
b. Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya
dan khususnya dalam bidang hukum pidana anak di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran pada semua pihak terkait dalam
menangani masalah perlindungan anak.
4
b. Dapat memberikan informasi dan mengetahui penanganan kasus tindak
pidana pencurian dengan pemberatan dengan pelaku anak.
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana
1.
Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana adalah berasal dari kata istilah yang dikenal
dalam hukum pidana Belanda yaitu: “strafbaar feit”. Walaupun istilah ini
terdapat dalam WVS Hindia-Belanda (KUHP), tetapi tidak ada
penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu.
Strafbaar feit terdiri dari 3 kata, yakni: Straf, baar, Feit dari istilah
yang digunakan sebagai terjemahan. Dalam strafbaar feit itu, ternyata
straf
diterjemahkan
dengan
pidana
dan
hukum.Perkataan
baar
diterjemahkan dengan dapat dan boleh.Sedangkan untuk kata feit
diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan 3.
2.
Unsur-unsur Tindak Pidana
Perbuatan dikategorikan sebagai tindak pidana bila memenuhi unsurunsur, sebagai berikut 4:
a.
Harus ada perbuatan manusia;
b.
Perbuatan manusia tersebut harus sesuai dengan perumusan pasal
dari undang-undang yang bersangkutan;
c.
Perbuatan itu melawan hukum (tidak ada alasan pemaaf);
d.
Dapat dipertanggungjawabkan
B. Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan
1.
Pengertian Tindak Pidana Pencurian
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya
dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian
3
Wirdjono Prodjodikoro, 1986, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Jakarta: PT. Eresco.
Halaman 11.
4
Lamintang, 1984, Delik Delik Khusus.Bandung : Bina Cipta. Halaman 184.
5
dalam bentuk pokoknya yang berbunyi: barang siapa mengambil suatu
benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud
untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,
dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak
Rp.900,00-.
Unsur-unsur pencurian adalah sebagai berikut :
a. Unsur-Unsur Objektif berupa :
1). Unsur perbuatan mengambil (wegnemen)
2). Unsur benda
3). Unsur sebagian maupun seluruhnya milik orang lain
b. Unsur-Unsur Subjektif berupa :
1). Maksud untuk memiliki
2). Melawan hukum
2.
Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan
Pencurian
dalam
diterjemahkan
sebagai
keadaan
pencurian
memberatkan
khusus,
yaitu
mungkin
dapat
sebagai
suatu
pencurian dengan cara-cara tertentu sehingga bersifat lebih berat dan
maka dari itu diancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi,
yaitu lebih dari hukuman penjara lima tahun atau lebih dari pidana yang
diancamkan dalam Pasal 362 KUHP. Hal ini diatur dalam Pasal 363
dan Pasal 365 KUHP.
3.
Unsur dalam Keadaan Memberatkan
Selanjutnya di bawah ini akan dipaparkan unsur-unsur dalam
Pasal 363 dan Pasal 365 KUHP. Unsur yang memberatkan dalam Pasal
363 dan Pasal 365 KUHP adalah :
a. Pasal 363 KUHP
Unsur dalam Pasal 363 adalah:
1). Pencurian Ternak
6
2). Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa
bumi,
gunung
meletus,
kapal
karam,
kapal terdampar,
kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya
perang (Pasal 363 ayat (1) ke-2 KUHP).
3). Pencurian
di
waktu
malam
dalam
sebuah
rumah
atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh
orang yang ada di situ tidak diketahui atau dikehendaki oleh yang
berhak (Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP).
4). Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu (Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP).
5). Pencurian
dengan
jalan
membongkar,
merusak,
dan
sebagainya (Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP).
b. Pasal 365 KUHP
Unsur–unsur yang terdapat di dalam Pasal 365 KUHP ayat (1)
KUHP, adalah :
1). Pencurian;
2). Didahului atau disertai atau diikuti;
3). Kekerasan atau ancaman kekerasan;
4). Terhadap orang;
5). Dilakukan dengan maksud :
a). Mempersiapkan atau;
b). Memudahkan atau;
c). Dalam hal tertangkap tangan;
d). Untuk memungkinkan melarikan diri bagi dirinya atau
peserta lain;
e). Untuk menjamin tetap dikuasainya barang yang dicuri.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 365 ayat (2) ke-1
KUHP, adalah :
1). Waktu malam;
2). Dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya;
7
3). Di jalan umum;
4). Dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2
KUHP, adalah :
1). Dua orang atau lebih;
2). Bersama-sama.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 365 ayat (2) ke-3
KUHP, adalah :
1). Didahului, disertai, atau diikuti;
2). Kekerasan atau ancaman kekerasan;
3). Dengan maksud mempersiapkan;
4). Dengan cara membongkar, merusak, memanjat, atau;
5). Menggunakan anak kunci palsu, perintah palsu, seragam palsu.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 365 ayat (2) ke-4
KUHP, adalah “mengakibatkan luka berat”.
Pengertian luka berat diatur dalam Pasal 90 KUHP, yaitu :
1). Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi akan sembuh
sama sekali, atau menimbulkan bahaya maut.
2). Tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan tugas,
jabatan atau pekerjaan pencahariannya.
3). Kehilangan salah satu panca indera.
4). Mendapat cacat berat.
5). Menderita sakit lumpuh.
6). Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.
7). Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 365 ayat (3) KUHP
adalah :
1). Didahului, disertai atau diikuti;
2). Kekerasan atau ancaman kekerasan;
3). Mengakibatkan kematian.
8
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 365 ayat (4) KUHP
adalah :
1). Mengakibatkan luka berat atau;
2). Kematian;
3). Dilakukan oleh dua orang atau lebih;
4). Dengan bersekutu;
5). Disertai salah satu hal dari unsur ayat (2) ke-1 dan ke-3.
C. Tinjauan Umum tentang Anak
1.
Pengertian Anak
Pengertian anak merupakan masalah aktual dan sering menimbulkan
kesimpangsiuran pendapat diantara para pakar hukum, salah satunya
adalah mengenai batas umur yang ditentukan bagi seorang anak. Para
pakar hukum tidak mempunyai kata sepakat tentang batas umur anak.
Dalam sistem hukum di Indonesia, terdapat perbedaan mengenai
batasan umur anak. Hal ini diakibatkan karena setiap peraturan
perundang-undangan secara tersendiri mengatur tentang pengertian anak
sehingga perumusan dalam setiap peraturan perundang-undangan tidak
memberikan pengertian yang jelas tentang anak.
2.
Sanksi Pidana Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana
Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap anak sebagai pelaku
delik diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
Pasal 23 ayat (2) yaitu :
a. Pidana Penjara
b. Pidana Kurungan
c. Pidana Denda
d. Pidana Pengawasan
Sanksi Tindakan yang dapat dijatuhkan terhadap anak sebagai
pelaku delik diatur dalam Pasal 24 ayat (1) UU Nomor 3 Tahun 1997
tentang Peradilan Anak sebagai berikut :
9
a.
Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh
b.
Menyerahkan
kepada
Negara
untuk
mengikuti
pendidikan,
pembinaan dan latihan kerja
c.
Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial
Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan,
dan latihan kerja
Sedangkan sanksi pidana yang dapat dijatuhkan terhadap anak
sebagai pelaku delik menurut UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Anak , yakni :
a.
Sanksi Pidana Pokok
1). pidana peringatan;
2). pidana dengan syarat:
a). pembinaan di luar lembaga;
b). pelayanan masyarakat; atau
c). pengawasan.
3). pelatihan kerja;
4). pembinaan dalam lembaga; dan
5). penjara.
b. Pidana Tambahan
1). perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau
2). pemenuhan kewajiban adat.
Untuk melindungi hak – hak anak dan demi psikis seorang anak,
maka diusahakan untuk upaya damai terlebih dahulu. Sebagai contoh
adanya konsep diversi dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Anak
yang terbaru. Dalam Pasal 1 angka t Undang-Undang No.11 tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang dimaksud dengan Diversi
adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan
pidana ke proses di luar peradilan pidana. 5
Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak
di pengadilan negeri wajib diupayakan Diversi. Diversi sebagaimana
5
Pasal 1 angka 7 Undang – Undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
10
dimaksud pada pada Pengadilan Negeri dilaksanakan dalam hal tindak
pidana yang dilakukan 6:
a.
diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan
b.
bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
D. Tinjauan Umum tentang Pemidanaan dan Teori Pemidanaan
1.
Tujuan Pemidanaan
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Barda Nawawi Arief : bahwa
tujuan dari kebijakan pemidanaan yaitu menetapkan suatu pidana tidak
terlepas dari tujuan politik kriminal. Dalam arti keseluruhannya yaitu
perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu
untuk menjawab dan mengetahui tujuan serta fungsi pemidanaan, maka
tidak terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang ada.
2.
Teori Pemidanaan
Teori pemidanaan atau penghukuman dalam hukum pidana dikenal
ada tiga aliran yaitu:
a.
Absolute atau vergeldings theorieen (vergelden/imbalan)
b. Relative atau doel theorieen (doel/maksud, tujuan)
c.
Vereningings theorieen (teori gabungan)
E. Tinjauan Umum tentang Putusan Hakim
1.
Pengertian Putusan Hakim
Rubini, S.H. dan Chaidir Ali, S.H. 7, merumuskan bahwa keputusan
hakim itu merupakan suatu akte penutup dari suatu proses perkara dan
putusan hakim itu disebut vonis yang menurut kesimpulan-kesimpulan
terakhir mengenai hukum dari hakim serta memuat akibat-akibatnya.
Bab I Pasal 1 angka 5 Rancangan Undang-undang Hukum Acara
Perdata
6
menyebutkan
putusan
pengadilan
adalah suatu putusan
Pasal 7 Undang – Undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
7
Fence Wantu, 2011, Idée Des Recht Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan
(Implementasi dalam Proses Peradilan Perdata). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 108.
11
oleh
hakim,
sebagai pejabat
negara
yang
diberi
wewenang
menjalankan kekuasaan kehakiman, yang dituangkan dalam bentuk
tertulis dan kemudian diucapkan di persidangan serta bertujuan untuk
mengakhiri atau menyelesaikan suatu gugatan.
2.
Macam-Macam Bentuk Putusan Hakim
Setiap
keputusan
hakim
merupakan
salah
satu
dari
tiga
kemungkinan:
a. Putusan bebas (vrijpraak/acquittal)
b. Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum (onslag van Alle
Rechtsvervolging)
c. Putusan pemidanaan (veroordeling)
3.
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana
Pertimbangan
“gebonden
hakim
vrijheld”
dalam
menjatuhkan
pidana
adalah
yaitu kebebasan terikat /terbatas karena diberi
batas oleh Undang-undang yang berlaku dalam batas tertentu, hakim
memiliki kebebasan dalam menetapkan dan menentukan jenis pidana
(starsoort) ukuran pidana berat atau ringanya pidana (strafmaat),
cara pelaksanaan
pidana
(straf
modus) dan
kebebasan
untuk
menentukan hukum (rechtvinding).
Faktor pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana pada anak 8:
a. Latar belakang pidana dan pemidanaan
1). Pengadilan anak dan Perlindungan anak
2). Terdakwa dan Tersangka
3). Penyidik Anak
4). Penuntut Umum Anak
5). Hakim Anak
6). Penasihat Hukum
7). Petugas Kemasyarakatan
8
Bambang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika .
12
Undang-undang merinci petugas kemasyarakatan menjadi
3 sesuai bunyi pasal 33 UU. No. 3 tahun 1997, yaitu :
a). Pembimbing kemasyarakatan dari Departemen kehakiman
b). Pekerja sosial dari Departemen Sosial
c). Pekerja
sosial
sukarela
dari
organisasi
sosial
kemasyarakatan.
b. Faktor yang menyebabkan terjadinya pidana
1). Faktor keluarga
2). Faktor kemiskinan
3). Faktor lingkungan
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang lengkap dan konkrit penyusun mengadakan
penelitian pada instansi tertentu yang berhubungan dengan objek yang akan
diteliti yaitu di Pengadilan Negeri Purwodadi.
B. Metode Pendekatan
Pendekatan
menggunakan
penelitian
pendekatan
yang
kasus
dilakukan
(case
penulis
adalah
dengan
aprroach)
yaitu
dengan
mengutamakan pemahaman mengenai ratio decidendi, yaitu alasan hukum
yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya 9.
C. Spesifikasi Penelitian
Dalam penelitian ini spesifikasi penelitiannya bersifat Deskriptif-Analitis
yaitu penelitian yang bertujuan untuk memaparkan data yang ada dan
selanjutnya menganalisa dan menginterpretasikan masalah peranan hakim
dalam menangani dan memutuskan tindak pidana pencurian dengan
pemberatan dengan pelaku anak.
9
Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. Halaman 119.
13
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Data-data yang
diperlukan bagi penulisan hukum ini akan didapatkan dengan :
1.
Wawancara
Wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Purwodadi,
yang memeriksa perkara tindak pidana pencurian dengan pemberatan
dengan pelaku anak.
2.
Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara inventarisasi bahan
penelitian hukum yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:
a.
Data Primer
Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan, yaitu dari
para pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber
seperti Hakim Anak di Pengadilan Negeri Purwodadi, yang
menangani tindak pidana dengan pelaku anak.
b.
Data Sekunder
Untuk menghimpun data sekunder, maka dibutuhkan bahan
hukum primer dapat berupa :
1). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2). UU No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
3). UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
4). UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
5). UU No.3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
6). Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd
c.
Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder 10,
terdiri dari :
1). Kamus hukum
2). Ensiklopedia
10
Bambang Sunggono, 2010, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 114.
14
3). Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
4). Menjelajah Internet
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif-kuantitatif, yaitu data yang telah diperoleh dianalisis. Hasil
penelitian yang telah terkumpul dianalisa secara kualitatif-kuantitatif yaitu
sebagai salah satu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif-analitis.
Data dari penelitian dikumpulkan dan diseleksi secara sistematis, yuridis dan
logis. Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara akurat dan sistematis
data yang diperoleh, dimana dengan metode ini diharapkan akan memperoleh
jawaban mengenai pokok permasalahan dari penelitian ini yaitu penerapan
sanksi yang diberikan oleh hakim anak di Pengadilan Negeri Purwodadi
terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Paparan Kasus dalam Perkara Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd
Kasus yang penyusun bahas yakni mengenai tindak pidana pencurian
dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak Studi Kasus Putusan Nomor:
01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd, berdasarkan Surat Dakwaan Penuntut Umum
tertanggal 12 Januari 2015 Reg.Perk.No.: PDM-01, 02/P.dadi/Epp.2/01/2015
yang didakwa dengan dakwaan tunggal yaitu: Terdakwa Melanggar Pasal
363 ayat (1) ke-4,5 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.
1. Kasus Posisi
a. Identitas Terdakwa:
1). Nama Lengkap
: JBP
Tempat lahir
: Grobogan
Umur/tanggal lahir
: 14 tahun 7 bulan/06 April 2000
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan
: Indonesia
15
Tempat tinggal
: Dusun Dukuh Kidul Rt.01 Rw.03, Desa
Toko, Kecamatan Penawangan, Kabupaten
Grobogan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: SMPN 2 kelas III
2). Nama Lengkap
: BATA
Tempat lahir
: Grobogan
Umur/tanggal lahir
: 12 tahun 5 bulan/12 Juni 2002
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan
: Indonesia
Tempat tinggal
: Dusun Dukuh Kidul Rt.01 Rw.03, Desa
Toko, Kecamatan Penawangan, Kabupaten
Grobogan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: SMPN 2 kelas I
b. Dakwaan
Bahwa Terdakwa I. JBP bersama dengan terdakwa II. BATA pada
hari Sabtu tanggal 18 Oktober 2014 sekira pukul 09.00 WIB atau
setidak-tidaknya pada suatu waktu tertentu dalam bulan Oktober 2014
atau setidak-tidaknya pada tahun 2014, bertempat di tepi jalan raya
Penawangan-Truko tepatnya di Desa Wolo Kecamatan Penawangan
Kabupaten Grobogan atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang
masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purwodadi,
mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
oranglain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu yang untuk
masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk sampai pada barang
yang diambilnya dilakukan dengan cara merusak, memotong atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
16
pakaian jabatan palsu, dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang
harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan perbuatan yang harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan,
perbuatan tersebut dilakukan para terdakwa dengan cara sebagai
berikut:
- Berawal pada hari Sabtu tanggal 18 Oktober 2014 sekitar pukul
06.30 WIB terdakwa JBP bersama dengan terdakwa BATA
berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor Honda
Revo No.Pol. K4316-DZ secara berboncengan, setelah keduanya
sampai di SMPN 2 Penawangan ternyata tidak ada jam pelajaran,
sehingga terdakwa JBP dan terdakwa BATA hanya berputar-putar di
lokasi sekolahan lalu keduanya pulang lagi, sesampainya di rumah
kemudian terdakwa JBPdan terdakwa BATA ganti pakaian,
terdakwa JBPmemakai jaket jamper warna biru, sedangkan terdakwa
BATA memakai jaket warna merah seret hitam.
- Bahwa selanjutnya terdakwa JBP dan terdakwa BATA dengan
mengendarai sepeda motor Honda Revo No.Pol. K4316-DZ secara
berboncengan mulai melanjutkan perjalanan lagi melalui Desa
Bologarang terus menuju ke pasar Karangrayung dan hendak menuju
ke Godong, namun sebelum ke Godong menuju ke arah
Penawangan, sesampainya terdakwa JBPdan terdakwa BATA di
Desa Wolo, terdakwa JBP melihat sepeda motor Yamaha Jupiter Z
No.Pol. K-2015 BF warna biru yang di parkir di pinggir jalan dengan
kunci kontak masih menempel ditempatnya, selanjutnya terdakwa
JBP memberhentikan sepeda motornya lalu turun mendekati sepeda
motor Yamaha Jupiter Z No.Pol. K-2015 BF tersebut, kemudian
terdakwa JBP mengkontak kuncinya dan mencoba menghidupkan
mesinnya, setelah mesin sepeda motor Yamaha Jupiter Z dapat
dihidupkan, kemudian terdakwa JBP mematikan kembali mesinnya,
selanjutnya terdakwa JBP mendorong sepeda motor tersebut sampai
17
jalan beton yang berjarak ± 1 meter, setelah sampai dijalanan beton,
selanjutnya terdakwa JBP menghidupkan kembali kunci kontaknya
dan terdakwa BATA membawa sepeda motor Yamaha Jupiter
tersebut ke arah timur, sedangkan terdakwa JBP langsung berjalan
ke rumahnya. Selanjutnya sepeda motor Yamaha Jupiter Z No.Pol.
K-2015 BF tersebut sering digunakan oleh terdakwa JBP dan
terdakwa BATA secara bergantian.
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 21 Oktober 2014 sekira pukul 13.00
wib terdakwa JBP dan F bertukar sepeda motor, dimana terdakwa
JBP memakai sepeda motor Yamaha Vega R milik F, sedangkan F
memakai sepeda motor Honda Revo milik terdakwa JBP, dan sekira
pukul 15.00 wib pada saat terdakwa JBP sedang menaiki sepeda
motor Yamaha Vega R, ternyata sepeda motor milik F telah rusak
mesinnya, akhirnya terdakwa JBP membawa sepeda motor tersebut
ke rumah, dan pada malam harinya terdakwa JBP membawanya ke
bengkel untuk diperbaiki, dan biayanya sebesar Rp.850.000,(delapan ratus lima puluh ribu rupiah), karena saat itu terdakwa JBP
tidak memiliki uang, selanjutnya terdakwa JBP mulai berusaha
menjual sepeda motor Jupiter Z No.Pol. K-2015-BF tersebut namun
juga belum laku.
- Bahwa pada hari Sabtu tanggal 09 Nopember 2014 sekira pukul
09.00 wib datang petugas polisi ke rumah terdakwa JBP, dan
menanyakan tentang sepeda ontel merk Polygon yang berada
dirumahnya terdakwa JBP, selanjutnya terdakwa JBP diajak petugas
polisi ke tempatnya saksi H (Ketua RW), sesampainya di rumah
saksi H, lalu saksi H menanyakan pada terdakwa JBP tentang asal
usul sepeda ontel Polygon dan sepeda motor Yamaha Jupiter Z
No.Pol. K-2015-BF yang berada di rumah terdakwa JBP, selanjutnya
terdakwa JBP menjawab kalau sepeda ontel Polygon dari hasil
mengambil di Desa Wolo, serta terdakwa JBP juga menjelaskan
kalau sepeda motor Jupiter Z yang lainnya dari hasil mengambil di
18
wilayah Toroh serta sepeda motor Satria R dari hasil mengambil di
GOR Purwodadi.
- Bahwa selanjutnya saksi S melaporkan kejadian tersebut ke Polsek
Penawangan.
- Bahwa selanjutnya petugas kepolisian dapat menyita barang bukti
berupa:
1). 1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Jupiter Z warna biru
tahun 2003 No.Pol. K-2015-BF Noka MH35TP0054K188285
Nosin STP-532035.
2). 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Revo warna hitam tahun
2011 No.Pol. K-4316-DZ Noka MH1JBE110BK191164 Nosin
JBE-1E11929464.
3). 1 (satu) buah jaket jamper warna biru, bertuliskan nomor 22
pada dada serta pada lengan kanan kiri terdapt seret warna putih.
4). 1 (satu) buah jaket warna merah seret hitam.
-
Bahwa akibat perbuatan dari para terdakwa tersebut saksi S
mengalami kerugian sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah).
- Selanjutnya pada hari Rabu tanggal 29 Oktober 2014 sekira pukul
14.00 wib, ketika terdakwa BATA sedang berada di rumah, tiba-tiba
datang terdakwa JBP dan mengajak terdakwa BATA pergi menonton
pertunjukkan pasar malam di wilayah Toroh, selanjutnya keduanya
naik sepeda motor Honda Revo No.Pol. K-4316-DZ warna hitam
milik terdakwa JBP, sewaktu keduanya naik sepeda motor yang
berada di posisi depan adalah terdakwa JBP, sedangkan terdakwa
BATA berada di belakang, sesampainya keduanya di Kecamatan
Toroh, lalu terdakwa JBP
mengajak terdakwa BATA untuk
menonton pertunjukkan pasar malam, setelah sampai di tempat
pertunjukkan
pasar
malam,
keduanya
tidak
jadi
menonton
pertunjukkan pasar malam, namun terdakwa JBP malah terus
mengendarai sepeda motornya menuju ke arah selatan, sesampainya
didepan warnet SI ikut Dusun Kedungmulyo Rt.07 Rw.04 Desa
19
Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, terdakwa
JBPtelah melihat 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Jupiter Z
No.Pol. K-2337-KP warna merah hitam yang diparkir di depan
warnet SI tersebut, kemudian terdakwa JBP menghentikan laju
sepeda motornya, selanjutnya terdakwa JBP turun dari sepeda motor
dan mengambil kunci kontak sepeda motor Suzuki Tornado dibawah
jok
sepeda
motor
miliknya,
sedangkan
terdakwa
BATA
menungguinya diatas sepeda motor Honda Revo, sambil mengawasi
keadaan sekitar.
- Selanjutnya terdakwa JBP mulai menghidupkan mesin sepeda motor
Yamaha Jupiter tersebut, dengan menggunakan kunci kontak sepeda
motor Suzuki Tornado, setelah terdakwa JBP berhasil menghidupkan
mesinnya lalu sepeda motor tersebut dibawa pulang oleh terdakwa
JBP, dan terdakwa BATA menyusulnya dari belakang dengan
mengendarai sepeda motor Honda Revo.
- Bahwa atas kejadian tersebut diatas, saksi HS melapor ke Polsek
Toroh.
- Bahwa selanjutnya petugas kepolsian dapat menyita barang bukti
berupa:
a.
1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Jupiter Z No. Pol.
K-2337-KP Noka MH330C0028J264437 Nosin. 30C-264445
warna merah hitam, tahun 2008 a.n Suwarti alamat Plenjetan
Rt.03 Rw.14 Kel. Depok Kec. Toroh Kab. Grobogan.
b.
1 (satu) buah kunci kontak sepeda motor Suzuki Tornado warna
hitam sebagai alat untuk mencuri.
- Bahwa akibat perbuatan dari para terdakwa tersebut, saksi HS
mengalami kerugian sebesar Rp.8.000.000,- (delapan juta rupiah).
- Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4, 5 KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP.
20
B. Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian
Dengan
Pemberatan
(Studi
Kasus
Putusan
Nomor:
01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd)
Berdasarkan keterangan saksi-saksi, yang antara keterangan saksi yang
satu dengan keterangan saksi yang lain terdapat persesuaian dan bersesuaian
pula dengan keterangan para terdakwa serta didukung barang bukti yang
diajukan di persidangan.
Setelah melalui proses pemeriksaan perkara di pengadilan, Hakim pada
tanggal 04 Pebruari 2015 menjatuhkan vonis kepada terdakwa I dan terdakwa
II bersalah telah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam keadaan
memberatkan beberapa kali” dengan menjatuhkan tindakan terhadap para
terdakwa anak tersebut oleh karena itu dengan mengembalikan kepada
orangtua masing-masing.
Berdasarkan putusan yang dijatuhkan hakim dalam kasus Tindak Pidana
Pencurian dalam keadaan memberatkan beberapa kali tersebut diatas yaitu
Putusan Pengadilan Negeri Purwodadi No. 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN. Pwd.
dengan menjatuhkan tindakan dikembalikan kepada orangtua masing-masing
dan bukan dijatuhkan pidana, dimana dalam perlu dilihat pada Pasal 363 ayat
(1) ke-4 KUHP sebagai berikut: ayat (1) : Dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya tujuh tahun.
Para terdakwa diajukan ke persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum
dengan Dakwaan Tunggal yaitu melanggar Pasal 363 ayat (1) ke-4,5
KUHP jo pasal 65 ayat (1) KUHP, yang memuat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Barang siapa
Yang dimaksud dengan barang siapa adalah orang sebagai subyek hukum.
Bahwa dalam hal ini subyek hukum adalah JBP dan BATA.
2. Mengambil barang sesuatu
Pengertian mengambil suatu barang adalah memindahkan suatu barang ke
tempat lain dan barang di sini harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang
mempunyai nilai ekonomis dalam kehidupan sesorang.
21
Dalam hal ini pelaku telah mengambil 1 unit sepeda motor Jupiter Z warna
biru tahun 2003 No.Pol. K-2015-BF dan 1 unit sepeda motor Jupiter Z
warna merah hitam tahun 2008 No.Pol. K-2337-KP.
3. Yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain
Pengertian seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain
yaitu apa yang sudah diambil oleh pelaku baik seluruhnya atau sebagian
bukan milik pelaku, melainkan milik orang lain.
4. Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum
Yang dimaksud dengan dimiliki secara melawan hukum adalah
adanya keinginan dari pelaku untuk memiliki barang tanpa ijin
pemiliknya.
5. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu
Yang dimaksud dua orang atau lebih dengan bersekutu adalah adanya
semacam kerja sama untuk melakukan suatu perbutaan.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut telah terbukti bahwa benar-benar
telah terjadi pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh terdakwa
seperti yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Apabila melihat lamanya hukuman penjara maksimal pada pasal
tersebut, maka putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim ternyata
sama dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum menuntut untuk menjatuhkan
tindakan kepada para terdakwa dikembalikan kepada orangtua masingmasing.
Peraturan peradilan untuk anak di Indonesia telah mengalami
perkembangan seiring kemajuan zaman sehingga undang-undang yang
mengatur tentang peradilan anak sekarang telah diatur dalam Undang –
Undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dimana
dalam peraturan undang-undang ini telah menganut asas diversi, yakni
pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses
di luar peradilan pidana.
22
C. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap
Anak Pelaku Tindak Pidana Dengan Pemberatan (Studi Kasus Putusan
Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd)
1. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana
Sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, maka
perlu dipertimbangkan mengnai segala hal yang memberatkan dan
meringankan bagi terdakwa, yaitu:
a. Hal-hal yang memberatkan:
1). Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat
2). Terdakwa telah menikmati hasil kejahatannya
b. Hal-hal yang meringankan:
1). Terdakwa anak diharapkan masih dapat memperbaiki kelakuannya
sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat
2). Terdakwa anak masing-masing masih bersekolah dan ingin tetap
melanjutkan sekolahnya
3). Terdakwa menyesali segala perbuatannya
4). Terdakwa telah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya
2. Amar Putusan
a. Menyatakan terdakwa anak JBP bin Darmain dan terdakwa anak
BATA bin Darmadi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “PENCURIAN DALAM KEADAAN
MEMBERATKAN BEBERAPA KALI”;
b. Menjatuhkan tindakan terhadap para terdakwa anak tersebut diatas oleh
karena itu dengan mengembalikan kepada orangtua masing-masing;
c. Memerintahkan barang bukti berupa:
1). 1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Jupiter Z warna biru
tahun 2003 No.Pol. K-2015-BF Noka MH35TP0054K188285
Nosin.532035, dikembalikan kepada saksi Saryono bin Soyo;
2). 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Revo warna hitam tahun
2011
No.Pol.
K-4316-DZ
Noka
MH1JBE110BK191164
23
Nosin.JBE-1E11929464, dan 1 (satu) buah jamper warna biru,
bertuliskan 22 pada dada serta lengan kanan kiri terdapat seret
warna merah putih, dikembalikan kepada terdakwa anak JBP;
3). 1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Jupiter Z No.Pol. K-2337KP Noka MH330C0028J264437 Nosin.30C-264445 warna merah
hitam tahun 2008 a.n Suwarti alamat Plenjetan RT.03 RW14 Kel.
Depok kec. Toroh, Kab. Grobogan, dikembalikan kepada saksi
Heri setiawan bin Darto;
4). 1 (satu) buah kunci kontak sepeda motor Suzuki Tornado warna
hitam sebagai alat untuk mencuri, dirampas untuk dimusnahkan;
5). Membebankan kepada para terdakwa anak untuk membayar biaya
perkara masing-masing sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus
rupiah);
3. Analisis
Sesuai dengan pertimbangan Hakim serta berdasarkan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
maka para terdakwa dikenai tindakan dengan mengembalikan kepada
orangtua masing-masing.
Berdasarkan wawancara dengan hakim
mengadili
yang
memeriksa
dan
kasus tersebut yaitu Santonius Tambunan,SH,MH 11
yang
memeriksa dan mengadili perkara tersebut,beliau menyatakan bahwa:
Hakim
dalam
membuktikan
terungkap
memeriksa
kebenaran
dalam
perkara pidana
berusaha
materiil berdasarkan
persidangan,
mencari
fakta-fakta
dan
yang
serta berpegang pada apa yang
dirumuskan dalam surat dakwaan Penuntut Umum. Apabila dalam surat
dakwaan Penuntut Umum terdapat kekeliruan maka hakim sulit untuk
mempertimbangkan dan menjatuhkan putusan.
11
Wawancara dengan Santonius Tambunan, SH,MH, Hakim Pengadilan Negeri Purwodadi,
tanggal 8 Juni 2015.
24
Beliau juga berpendapat bahwa “dalam menjatuhkan pidana
terhadap anak patut diperhatikan pidana yang tepat terhadap anak
tersebut”. Selain patut dikemukakan sifat kejahatan yang dilakukan juga
harus diperhatikan perkembangan jiwa anak serta tempat menjalankan
hukuman.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penerapan sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian dengan
pemberatan
(Studi
Kasus
Putusan
Nomor:
01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd)
Dalam persidangan telah terbukti secara sah bahwa terdakwa benarbenar melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan memberatkan
beberapa kali, yang di dukung dengan mendengar pengakuan dari
terdakwa, keterangan saksi-saksi, maupun barang bukti dan dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu. Apabila dikaitkan dengan
tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum ternyata tuntutan dan putusan
hakimnya sama yaitu menjatuhkan tindakan para terdakwa untuk
dikembalikan kepada orangtua masing-masing.
2. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak
pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan (Studi Kasus Putusan
Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd).
Dengan memeriksa fakta-fakta di persidangan melalui pemeriksaan
terhadap keterangan terdakwa dan barang bukti yang dihadirkan di
persidangan dan dihubungkan dengan unsur-unsur yang didakwakan
oleh
Jaksa
Penuntut Umum.
mempertimbangkan
hal-hal
Setelah
yang memperberat
Majelis
dan
Hakim
meringankan
pidana serta berdasarkan peraturan peradilan pidana anak UU No11
tahun 2012, akhirnya majelis hakim menjatuhkan tindakan dengan
mengembalikan para terdakwa kepada orangtua masing-masing.
25
Saran-saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan saran sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada aparat penegak hukum dalam menerapkan sanksi
terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana untuk lebih memperhatikan
berbagai faktor baik secara aturan hukum maupun di luar hukum supaya
sanksi yang dikenakan kepada anak sebagai pelaku tindak pidana adalah
sesuai dengan apa yang telah diperbuat tanpa mengesampingkan rasa dan
nilai keadilan baik bagi pelaku, korban tindak pidana dan masyarakat
sekitar.
2. Diharapkan kepada hakim yang memeriksa perkara tindak pidana dengan
pelaku anak mampu mempertimbangkan dengan cermat dan teliti serta
mempertimbangkan aspek non legal seperti kondisi psikologis serta
budaya masyarakat tempat tinggal si anak pelaku tindak pidana, supaya
putusan yang dijatuhkan mampu memberikan rasa keadilan bagi pelaku,
korban dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku – Buku :
Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Bambang Sunggono. 2010. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali
Pers.
Bambang Waluyo. 1991. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar
Grafika.
.2000. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika.
Barda Nawawi Arief. 2006. Kapita Selekta Hukum Pidana tentang Sistem
Peradilan Pidana Terpadu. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
26
Burhan Ashofa. 2001. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi dkk. 2011 Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di
Pengadilan Anak diIndonesia. Depok: Indie Publishing.
Djoko Prakoso.1988. Hukum Penitensier di Indonesia. Jakarta: Liberty.
Fence Wantu. 2011. Idée Des Recht Kepastian Hukum, Keadilan, dan
Kemanfaatan (Implementasi dalam Proses Peradilan Perdata).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gatot Supramono. 2000. Hukum Acara Pengadilan Anak. Jakarta:
Djambatan.
Leden Marpaung. 2005. Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar
Grafika.
Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
Lilik Mulyadi. 2010. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana Teori,
Praktik, Teknik Penyusunan, dan Permasalahannya. Bandung: Citra
Aditya.
Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung: Refika
Aditama.
Mukti Fajar. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nazir Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
P.A.F Lamintang. 1984. Delik Delik Khusus. Bandung: Bina Cipta.
Peter Mahmud, 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
Romli Atmasasmita. 1997. Peradilan Anak di Indonesia. Bandung:
Mandar Maju.
Ronny Hannitijo Soemitro. 1982. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta:
Galia Indonesia.
Rusli Effendy. 1989. Asas Asas Hukum Pidana. Ujung Pandang: Leppen
UMI.
27
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press.
Soetikno. 2008. Filsafat Hukum Bagian I. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Sudarto. 2009. Hukum Pidana 1. Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas
Hukum UNDIP.
Sutherland & Cressey (disadur oleh Sudjono D). 1974. The Control of
Crime Hukuman dalam Perkembangan Hukum Pidana. Bandung:
Tarsito.
Tongat. 2002. Hukum Pidana Materiil. Malang: UMM Press.
Wawancara dengan Santonius Tambunan, SH,MH, Hakim Pengadilan
Negeri Purwodadi, tanggal 8 Juni 2015.
Wirdjono Prodjodikoro. 1986. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia.
Jakarta: PT. Eresco.
. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia.
Bandung: PT.Refika Aditama.
Peraturan Perundang– undangan atau peraturan lain yang berkaitan:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang – Undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
Putusan Nomor: : 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Pwd
28
Website :
Fachrizal
Afandi.
2010.
Pencurian.
Diakses
dari
http://fachrizalafandi.files.wordpress.com/2010/08/pencurian2.pdf,
tanggal 5 April 2015.
Jurnal Mahupiki. 2012. Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak
Pidana
Pencurian.
Diakses
dari
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/view/5885, tanggal 5
April 2015.
Munnawara. 2012. Penegakan
Keadilan Restoratif dalam Sistem
Peradilan
Anak.(http://hukum.kompasiana.com/2012/05/01/penegakankeadilan-restoratif-di-dalam-sistem-peradilan-pidana-anak459017.html), diakses tanggal 15 Desember 2013, pukul 16.08 WIB.
Download