BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang
(obligasi), ekuiti (saham), reksa dana instrument derivatif maupun
instrument lainnya. Pasar modal merupakan saran pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah, dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi (Bursa Efek Indonesia, 2015).
2.1.2. Right Issue
Right issue adalah penerbitan saham baru oleh emiten dalam rangka
untuk menarik dana baik dari investor lama maupun investor baru. Biasanya
memerlukan persetujuan pemegang saham lama untuk melakukan right
issue, dalam bentuk RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) (Husnan,
2005). Pemegang saham yang berhak membeli saham right issue adalah
pemegang saham yang memiliki atau memegang saham perusahaan hingga
batas akhir cum date. Pemegang saham tidak mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan haknya tersebut.
6
7
Istilah yang perlu diketahui seputar rights issue:
Persetujuan pemegang saham.
Rights issue dilakukan atas dasar persetujuan rapat umum
pemegang saham. Sesudah mendapatkan persetujuan, emiten harus
menawarkan saham barunya tersebut kepada kepada pemilik saham
lama
terlebih
dahulu,
sesuai
dengan
proporsi
kepemilikannya
(preemptive rights).
Tujuan
Pada umumnya tujuan rights issue adalah untuk menghimpun
dana segar yang akan digunakan untuk ekspansi usaha, membayar
pinjaman, atau untuk modal kerja. Beberapa tujuan lainnya adalah
untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham, atau untuk
meningkatkan
jumlah
saham
beredar
sehingga
lebih
likuid
perdagangannya.
Penjamin emisi, menjamin dana hasil rights issue diterima oleh
emiten.
Standby buyer, adalah investor yang siap membeli saham baru yang
tidak terjual.Standby buyer bisa berasal dari pemegang saham lama
ataupun investor lain.
Harga. Umumnya harga rights issue lebih rendah dari harga pasar, hal
ini sebagai insentif bagi pemegang saham lama. Namun sebetulnya,
8
harga per-saham dari total saham yang dimiliki investor, tidak menjadi
serendah harga rights issue. Pemilik saham harus melakukan
penyesuaian harga dengan menambahkan nilai saham lamanya
dengan nilai saham baru, dan kemudian dibagi dengan total jumlah
saham. Harga penyesuaian akan menunjukkan harga pasar yang
terdilusi. Itulah sebabnya mengaparights issue ditawarkan kepada
pemegang saham lama terlebih dahulu.
Cum dan Ex-date. Rights issue akan ditawarkan kepada investor yang
tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada waktu yang telah
ditentukan. Artinya investor yang membeli saham pada waktu tersebut,
berhak untuk membeli saham (cum rights). Sementara itu, investor
yang memiliki saham diluar waktu tersebut, tidak akan mendapatkan
hak membeli saham (ex-rights), dan hak atas rights menjadi milik
penjual.
Bentuk lain rights issue:
Saham bonus, saham yang dibagikan secara cuma-cuma kepada
pemilik saham lama. Stock Dividend. Pembagian keuntungan emiten
kepada investor dalam bentuk saham. Stock split, memecah jumlah
saham yang berakibat juga pada pemecahan harga per-saham.
Waran: suatu hak bagi investor yang memilkinya, untuk membeli
saham pada harga dan pada waktu yang telah ditentukan, umumnya
3-5 tahun ke depan.
Sumber permodalan dari right issue dianggap penting oleh perusahaan
karena lebih efisien dan ekonomis jika dibandingkan melalui lembaga
9
keuangan. Umumnya alasan perusahaan melakukan right issue adalah
sebagai sumber modal kerja, ekspansi usaha, dan pembayaran hutang.
Ada cara menerbitkan right issue. Ini merupakan cara yang paling
banyak digunakan oleh perusahaan yang sudah terdaftar di BEI. Hal ini
dikarenakan right issue memiliki beberapa kelebihan. Menurut Husnan
(2005) kelebihan right issue adalah:
1. Biaya lebih murah dibandingkan penawaran umum karena
perusahaan tidak diharuskan menggunakan penjamin (underwriter)
yang akan menjamin bahwa saham yang ditawarkan akan laku
semua.
Pemanfaatan
jasa
underwriter
ini
menyebabkan
perusahaan harus menjawab sebuah fee.
2. Pemegang
saham
lama
dapat
mempertahankan
proporsi
kepemilikan sahamnya.
3. Pemegang saham lama diprioritaskan dalam pembelian saham
baru.
4. Saham biasa menjadi lebih likuid karena jumlahnya menjadi jauh
lebih besar dan bisa meningkatkan frekuensi perdagangan.
2.1.3. Kinerja Saham
Kinerja saham merupakan salah satu bagian dari penilaian kinerja
perusahaan dengan menggunakan nilai pasar saham yang beredar di
pasar modal (Sulistyanto, 2003). Sementara itu Fabozzy Frank J (2002)
menyatakan bahwa kinerja saham dapat diukur menggunakan tingkat
pengembalian (return) saham. Hartono (2008) menyatakan bahwa return
saham adalah keuntungan yang diperoleh dari investasi saham. Return
10
saham terdiri atas return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi dihitung berdasarkan data historis.
Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan dan dasar penetuan return ekspektasi. Sementara itu
return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor
di masa mendatang atau sifatnya belum terjadi.
Jogiyanto (2009) menjelaskan bahwa konsep return realisasi
saham adalah total return yang terdiri dari capital gain (loss)
perbandingan selisih saham saat ini dengan harga saham periode
sebelumnya dan yield persentase penerimaan kas periodik terhadap
harga saham periode sebelumnya.
2.1.4. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi perusahaan yang
sesungguhnya melalui analisis data-data dalam laporan keuangan
perusahaan. Kinerja keuangan di sini akan di lihat dari Price to Book
Value dan Return of Investment
PBV menunjukkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa Semakin
tinggi rasio PBV semakin tinggi pula kepercayaan pasar terhadap prospek
perusahaan
di
masa
mendatang.
PBV
merupakan
rasio
yang
menggambarkan seberapa kali pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Teguh Hidayat (2011) menyatakan bahwa untuk mengetahui
normal tidaknya nilai PBV, overvalue, dan undervalue maka perlu
diketahui bencmark industri sebagai bahan perbandingan. Dengan
11
mengetahui PBV suatu perusahaan investor dapat memahami mahal
tidaknya harga saham suatu perusahaan. Nilai buku perusahaan dapat
dinilai dengan membandingkan antara ekuitas dengan rata-rata saham
perusahaan. Sementara untuk menilai PBV dengan membandingkan
harga saham dengan nilai bukunya.
Price to Book Value:
ROI merupakan rasio untuk mengukur kekuatan penghasilan
terhadap aset. Rasio tersebut menyatakan kemampuan perusahaan
dalam memperoleh penghasilan terhadap operasi bisnis dan menjadi
ukuran keefektivan manajemen. Bagi para investor ROI merupakan rasio
penting dalam menilai perusahaan sebagai indikator kinerja keuangan
khususnya profitabilitas dan pembagian
(2008)
menyatakan
bahwa
Return
On
dividen. Bambang Riyanto
Investment
menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Sofyan Safri (2009) mengemukakan bahwa Return On Investment adalah
suatu rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh
perusahaan bila diukur dari modal pemilik. ROI merupakan indikator yang
sangat penting dalam menilai kinerja keuangan perusahaan karena
sifatnya yang menyeluruh. Komponen dari ROI adalah Earning After Tax
(EAT) atau laba bersih dan total investasi. Semakin besar nilai ROI maka
12
kinerja
perusahaan
boleh
dikatakan
relatif
baik
karena
mampu
menunjukkan perolehan investasi yang tinggi.
Return of Investment:
2.1.5. Investasi
Menurut James C Van Horn (2012), investasi adalah kegiatan
yang dilangsungkan ialah dengan memanfaatkan kas pada sekarang ini,
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil barang di masa yang akan
datang.
Investasi merupakan suatu bentuk penundaan konsumsi dari
masa sekarang untuk masa yang akan datang, yang didalamnya
terkandung resiko ketidak pastian, untuk itu dibutuhkan suatu kompensasi
atas penundaan tersebut yang biasa dikenal dengan istilah keuntungan
dari investasi atau gain. Secara umum Investasi dapat dikategorikan
dalam dua grup besar,
• Real Investment, investasi dalam bentuk nyata seperti investasi dalam
bentuk properti, investasi komersial, dan lainnya.
• Financial Investment, investasi terhadap produk-produk keuangan
seperti investasi dalam bentuk tetap antara lain, deposito dan obligasi
ataupun dalam bentuk yang tidak tetap seperti investasi saham atau
13
sejenisnya. Ketertarikan orang dalam berinvestasi tergantung dari dana
dan skill yang dimiliki, dalam kesempatan ini kita memfokuskan pada
investasi secara tidak langsung atau Financial Investment.
Investor
Investor adalah orang perorangan atau lembaga baik
domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi
(bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang
dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau panjang
Pemegang Saham
Pemegang saham adalah seseorang atau badan hukum
yang
secara sah memiliki
perusahaan.
Para
satu atau lebih
pemegang
saham
adalah
saham
pada
pemilik
dari
perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa
efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep
pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya
memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan
pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka
Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari
jenis saham, termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya
satu
suara
per
saham
yang
dimiliki)
dalam
hal
seperti
pemilihan dewan direksi, hak untuk pembagian dari pendapatan
perusahaan, hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan
oleh
perusahaan,
dan
hak
terhadap asetperusahaan
pada
14
saat likuidasi perusahaan.
Namun,
hak
pemegang
saham
terhadap aset perusahaan berada di bawah hak kreditor
perusahaan. Ini berarti bahwa pemegang saham biasanya tidak
menerima apa pun bila suatu perusahaan yang dilikuidasi
setelah kebangkrutan (bila perusahaan tersebut memiliki lebih
untuk membayar kreditornya, maka perusahaan tersebut tidak
akan bangkrut), meskipun sebuah saham dapat memiliki harga
setelah kebangkrutan bila ada kemungkinan bahwa hutang
perusahaan akan direstrukturisasi.
2.1.6. Corporate Action
Corporate Action merupakan aktivitas emiten yang significant dan
mempengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang
bergerak dipasar. Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu
rapat umum baik RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) ataupun
RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa), hal ini penting
karena kebijakan yang akan diambil disamping akan mempengaruhi
jumlah dan harga yang ada dipasar juga akan mempengaruhi para
pemegang sahamnya, sehingga persetujuan pemegang saham adalah
mutlak untuk efektifnya suatu action.
2.1.7. Firm size
Firm size menggambarkan besar kecilnya sebuah perusahaan
yang dapat ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata rata total
15
penjualan dan rata rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan adalah
ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan.
2.1.8. Market to Book
Rasio yang digunakan untuk mencari nilai perusahaan dengan
membandingkan nilai buku perusahaan dengan nilai pasar. Nilai buku
dapat dihitung dengan melihat biaya historis perusahaan atau nilai
akuntansi. Nilai pasar dapat ditentukan di pasar saham
melalui
kapitalisasi pasarnya.
Rasio Market to Book digunakan untuk mengidentifikasikan
apakah terlalu bawah atau terlalu tinggi sekuritas dengan nilai buku dibagi
nilai pasar. Pada dasarnya, jika rasio diatas 1 maka saham dibawah
perkiraan, sebaliknya jika kurang dari 1 maka saham diatas perkiraan.
2.1.9
Total debt to Total assets
Total debt to Total assets adalah rasio utang yang mendefinisikan
jumlah total utang relative terhadap aset. Hal ini memungkinkan
perbandingan utang yang akan dibuat di perusahaan yang berbeda.
Semakin tinggi rasio, semakin tinggi tingkat utang, dan akibatnya risiko
keuangan. Ini merupakan rasio luas yang mencakup jangka panjang dan
utang jangka pendek.
Total debt to Total assetss = (Short Term debt + Long Term debt)/Total
assets.
16
2.2.
Penelitian terdahulu
1. Deny Dwi Hartomo, (2014)
Pada penelitian ini menguji efek dari penerbitan right issue
terhadap abnormal return perusahaan dengan menggunakan event study.
Ditemukan bahwa reaksi investor terhadap right issue yang komposisinya
lebih banyak untuk investasi memiliki reaksi positif, dan right issue yang
komposisinya lebih banyak untuk utang mengalami reaksi negatif.
2. Safitri, A. (2000)
Penelitian ini menguji bagaimana reaksi investor terhadap
pengumuman right issue di pasar modal Jakarta. Data yang diambil dari
tahun 1993-1997 dengan 21 event dalam pasar. Hal ini menunjukan
reaksi positif terhadap penerbitan right issue.
3. Eckbo, B.E. dan R.W. Masullis (1992)
Penelitian ini menguji tentang bagaimana pemegang saham dan
investor memilih saham dengan mempertimbangkan hak yang tidak
diasuransikan, hak dengan underwriting siaga, komitmnen penjaminan
oleh perusahaan, karakteristik pemegang saham, dan biaya flotasi
langsung.
2.3.
Kerangka Penelitian
Penerbitan right issue
yang dilakukan perusahaan bertujuan
untuk menambah modal perusahaan. Dalam right issue dijelaskan akan
digunakan untuk apa saja tambahan modal yang di dapat. Modal yang di
17
dapat
perusahaan
akan
digunakan
sebagai
investasi
maupun
pembayaran utang.
Pembagian komposisi modal akan menjadi pertimbangan bagi
para investor untuk membeli right issue. Untuk sebagian investor modal
yang lebih banyak digunakan untuk pembayaran utang tidak menarik,
mereka lebih tertarik pada right issue yang komposisinya lebih banyak
untuk investasi.
Karena hal ini saya ingin meneliti bagaimana efek penerbitan right
issue terhadap kinerja keuangan dengan proxy Price to Book Value dan
kinerja saham dengan proxy Return saham, di kontrol oleh variabel firm
size, market to book, total debt to total assetss.
Analisis Perbandingan
Analisis Pengaruh
Kinerja Sebelum
PBV, ROI (Kinerja Keuangan)
Return Saham (Kinerja Saham)
Kinerja Sesudah
PBV, ROI (Kinerja Keuangan)
Return Saham (Kinerja Saham)
Right Issue
Kinerja
Penggunaan dana
ROI PBV
Investasi/Utang
18
2.4.
Pengembangan Hipotesis
Dalam terjadinya corporate action, perusahaan menharapkan
terjadinya perubahan yang positif. Tapi tidak serta merta semua
corporate action menimbulkan perubahan dalam sebuah perusahaan
baik positif maupun negatif, bahkan bisa saja tidak terjadi perubahan
yang berarti bagi perusahaan yang melakukan corporate action.
Berbagai penelitian mengenai right issue telah banyak dilakukan.
Dharsan D. Palkar (2010) menyatakan bahwa perusahaan dengan nilai
likuiditas tinggi akan cepat menyelesaikan proses penawaran right issue
di pasar modal. PJM Cotterel (2011) melakukan penelitian right issue
pada 31 perusahaan di Afrika Selatan. Dengan ukuran kinerja saham
perusahaan, ia menemukan bahwa pasar memberikan respon negatif
sesudah perusahaan melakukan right issue. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pooja Miglani (2011) dengan sample India, dia
menemukan bahwa pasar memberikan respon yang positif terhadap
pelaksanaan right issue.
Di Indonesia, penelitian mengenai right issue dilakukan oleh Puji
Harto (2001) menganalisis kinerja perusahaan yang melakukan dan
tidak melakukan right issue. Ia menemukan bahwa perusahaan yang
melakukan right issue memiliki kinerja keuangan yang lebih rendah
dibanding perusahaan yang tidak melakukan right issue, kecuali pada
rasio likuiditas.
H1: Terdapat perbedaan pada kinerja keuangan dan saham
sebelum dan sesudah penerbitan right issue
19
Kinerja keuangan yang akan saya teliti disini menggunakan proxy
Price to Book Value (PBV) dan Return of Investment (ROI). PBV
menunjukkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Semakin tinggi ratio PBV semakin tinggi pula kepercayaan
pasar terhadap prospek perusahaan di masa mendatang (Prabandari,
2010). Pooja Miglani (2011) mengungkapkan bahwa nilai PBV
perusahaan setelah pelaksanaan right issue akan mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan respon pasar yang positif dan menilai perolehan
dana melalui right issue akan digunakan oleh perusahaan untuk
meningkatkan profitabilitas yang berdampak pada kenaikan perolehan
dividen para investor. Sementara itu Sukwandi (2006) menyatakan
bahwa sumber pendanaan right issue yang digunakan untuk kegiatan
investasi akan meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Kenaikan
profitabilitas tersebut akan menaikkan minat investor dalam berinvestasi,
karena tingkat kembalian yang diharapkan relatif tinggi.
ROI merupakan perbandingan antara penghasilan perusahaan
terhadap ekuitas yang dimiliki. Rasio tersebut juga menjadi indikasi
keefektivan
operasi
bisnis
dan
kinerja
manajemen
perusahaan
(Sunarjanto, 2007). Pooja Miglani (2011) menyatakan bahwa ROI
perusahaan setelah pelaksanaan right issue mengalami kenaikan. Hal
ini disebabkan perolehan dana tersebut dimanfaatkan secara maksimal
oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya. Kenaikan ROI
berbanding lurus dengan PBV perusahaan. Investor bereaksi positif atas
pelaksanaan
right
issue
perusahaan
yang
mengutamakan
20
pendanaannya untuk ekspansi usaha yang tentunya menjanjikan return
bagi investor itu sendiri.
Darsana D. Palkar (2010) mengungkapkan bahwa perusahaan
yang memanfaatkan perolehan dana right issue untuk ekspansi usaha
akan menarik investor berinvestasi dalam perusahaan. Prabandari
(2010)
menyatakan
menginvestasikan
bahwa
perolehan
perusahaan
dana melalui
memiliki
right
issue
peluang
sehingga
profitabilitasnya meningkat.
H2:
a) Terdapat peningkatan pada kinerja keuangan sesudah
penerbitan right issue jika sebagian besar dana digunakan
untuk investasi.
Sedangkan kinerja saham akan di lihat melalui return saham.
Return saham adalah tingkat keuntungan yang ditawarkan oleh suatu
saham dalam periode tertentu, umumnya dalam satu tahun melalui
investasi. Pooja Miglani (2011) mengungkapkan bahwa return saham
setelah pelaksanaan right issue mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan pasar bereaksi positif terhadap pelaksanaan right issue.
Investor menilai prospek perusahaan ke depannya lebih menjanjikan
karena menggunakan pendanaan right issue untuk ekspansi usaha.
Selain itu kenaikan return saham tercermin melalui pembagian dividen
oleh perusahaan yang memperoleh laba investasi atas dana right issue.
Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa Semakin tinggi rasio PBV semakin
tinggi pula kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan di masa
mendatang.
Kurniawan
(2006)
menyatakan
bahwa
kenaikan
21
profitabilitas perusahaan sesudah melaksanakan right issue berdampak
pada kenaikan return saham melalui kenaikan harga saham maupun
pembagian dividen. Dengan demikian diharapkan sesudah pelaksanaan
right issue return saham mengalami kenaikan signifikan.
H2:
b) Terdapat
peningkatan
pada
kinerja
saham
sesudah
penerbitan right issue jika sebagian besar dana digunakan
untuk investasi
Menurut Asquith dan Mullins (1986), right issue yang digunakan
untuk
membayar
hutang
merupakan
sesuatu
yang
tidak
menguntungkan. Perusahaan yang menggunakan dana right issue
untuk membayar hutang, berarti tidak menangkap adanya suatu
investasi yang bisnis menguntungkan perusahaan. Masulis dan Korwar
(1986) memperlihatkan adanya hubungan negatif antara abnormal
return pada hari pengumuman dan perubahan hutang yang berkaitan
dengan penerbitan saham tersebut. Semakin besar penurunan hutang
maka semakin negatif abnormal return.
Penerbitan ekuitas baru yang digunakan untuk membayar hutang
akan menurunkan ratio leverage perusahaan, sehingga resiko hutang
menjadi mengecil. Konsekuensinya, nilai pasar hutang meningkat.
Dengan kata lain pemilik hutang akan mendapatkan keuntungan dan
disisi lain merupakan kerugian bagi pemegang saham.
22
H3:
a) Terdapat
penurunan
pada
kinerja
keuangan
sesudah
penerbitan right issue jika sebagian besar dana digunakan
untuk utang.
b) Terdapat
penurunan
pada
kinerja
saham
sesudah
penerbitan right issue jika sebagian besar dana digunakan
untuk utang.
Dalam hal ini peneliti ingin membandingkan antara perusahaan yang
menerbitkan right issue dengan penggunaan dana untuk investasi dengan
perusahaan yang penggunaan dana right issue nya untuk membayar
utang. Terdapat perbedaan dimana perusahaan yang menggunakan dana
right issue nya untuk investasi akan memiliki kinerja keuangan dan saham
yang lebih baik.
H4:
a.) Perusahaan yang mengeluarkan right issue untuk investasi
lebih baik kinerja keuangannya dibanding perusahaan yang
mengeluarkan right issue untuk membayar utang.
b.) Perusahaan yang mengeluarkan right issue untuk investasi
lebih baik kinerja sahamnya dibanding perusahaan yang
mengeluarkan right issue untuk membayar utang.
Peneliti ingin melihat kinerja keuangan perusahaan secara khusus
saat penerbitan right issue. Dalam hal ini peneliti akan melihat prospktus
right issue dan melihat right issue yang komposisi penggunaan dananya
23
lebih besar untuk investasi. Kinerja dalam hal ini akan dilihat dari return of
investment (ROI) dan Price to Book Value (PBV).
Menurut Sufyan Safri (2009) mengemukakan bahwa Return of
Investment adalah suatu rasio yang menunjukan besar laba bersih yang
diperoleh perusahaan bila diukur dari modal pemilik. ROI merupakan
indicator
yang
sangat
penting
dalam
menilai
kinerja
keuangan
perusahaan karena sifatnya yang menyeluruh.
Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa semakin semakin tinggi rasio
PBV
semakin
tinggi
pula
kepercayaan
pasar
terhadap
prospek
perusahaan di masa mendatang. PBV menggambarkan seberapa kali
pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Prabandari,
2010).
H5: Penggunaan dana dalam right issue lebih banyak digunakan
untuk investasi maka akan berpengaruh positif terhadap kinerja.
Download