BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat imbal hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (White et al., 2002). Agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analisis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan menurut Van Horne et al., (2005) adalah: “Merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya” Menurut Kasmir (2011:104): “Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan” Menurut Susan Irawati (2006:22): “Rasio keuangan adalah merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan cara membandingkan 2 buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun rugi-laba” 12 13 2.1.2 Manfaat Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan perusahaan merupakan langkah awal dalam analisis keuangan, karena fungsi rasio keuangan yang dirancang dapat digunakan untuk memberi gambaran hubungan perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Menurut Susan Irawati (2006:24) bahwa manfaat dari analisis rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu : 1. Pihak Intern (Manajemen) 2. Pihak Ekstern (Investor) Manfaat analisis rasio keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pihak Intern (Manajemen) Dalam sudut pandang pihak intern perusahaan atau manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk : a. Mengantisipasi keadaan di masa mendatang, dan b. Sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang. 2. Pihak Ekstern (Investor) Dalam sudut pandang pihak ekstern manfaat dari analisis rasio keuangan yaitu untuk meramalkan masa depan perusahaan, atau dengan kata lain dari sudut pandang pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu untuk menentukan prediksi apakah perusahaan tersebut bisa berkembang dalam arti dapat melakukan operasionalnya kembali atau malah perusahaan tersebut gulung tikar, sehingga akan mempengaruhi keberadaan pihak ekstern di dalam perusahaan tersebut. 14 Berdasarkan uraian tentang manfaat rasio keuangan, maka pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan rasio keuangan adalah pihak intern (Manajemen), karena manajemen akan melihat hasil kinerja keuangan perusahaannya melalui analisis tersebut. Sedangkan pihak ekstern (investor), karena investor berkepentingan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya. Selain investor, kreditur juga berkepentingan untuk menggunakan analisis rasio keuangan yang berkepentingan untuk mengevaluasi kredit yang diberikan terhadap perusahaan. 2.1.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas (liquidity ratios) Menurut Kieso et al., (2008:398), rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah untuk mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas yang tak terduga. 2. Rasio Profitabilitas (profitability ratio) Menurut Kieso et al., (2008:400), rasio profitabilitas adalah mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi dari sebuah perusahaan untuk periode waktu tertentu. Menurut Kasmir (2011:114), rasio profitabiltas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. 15 3. Rasio Solvabilitas (solvency ratio) Menurut Kasmir (2011:151), rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Menurut Kieso et al., (2008:406), rasio solvabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan selama periode waktu yang panjang. 4. Rasio Aktivitas (activity ratios) Menurut Kasmir (2011:172), rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Menurut Sutrisno (2009:219), rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Menurut Agnes Sawir (2005:14), rasio aktivitas sebagai alat ukur untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada dalam pengendaliannya. 5. Rasio Pertumbuhan (growth ratios) Menurut Kasmir (2011:114), rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi 16 ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. 6. Rasio Penilaian Pasar (valuation ratios) Menurut Agnes Sawir (2005:20), rasio penilaian pasar adalah ukuran yang paling komprehensif untuk menilai hasil kerja perusahaan, karena tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh risikorisiko dan rasio hasil pengembalian. Menurut Kasmir (2011:115), rasio penilaian pasar yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi. 2.2 Earning Per Share (EPS) 2.2.1 Pengertian Earning Per Share Earning Per Share merupakan daya tarik bagi investor untuk menilai suatu perusahaan. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS menggambarkan jumlah laba yang diperoleh setiap lembar selama periode tertentu. Menurut Kieso et.al., (2008:378): “Laba per saham (Earning Per Share) menunjukan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa” 17 Menurut Agus Sartono (2001:9): “Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat, sementara itu harga saham terbentuk dipasar modal dan diterbitkan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham” Menurut Gitman J. Lawrence (2005:15), bahwa : “Earning Per Share (EPS) is amount earned during the accounting period on each outstanding share of common, calculated by diving the period’s total earning available for the firm’s common stockholder’s by the number of share of common stock outstanding”. Artinya bahwa Earning Per Share adalah rasio keuangan yang memperlihatkan jumlah pendapatan atas saham yang beredar, dimana membandingkan pendapatan yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan jumlah saham yang beredar. Menurut Kasmir (2010:115), bahwa: “Menyatakan bahwa rasio per lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat” Menurut Hanafi dan Abdul Halim (2005:194), bahwa : “Earning Per Share (EPS) adalah rasio keuangan yang digunakan oleh investor saham untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dimilikinya” Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Earning Per Share merupakan rasio profitabilitas sebagai informasi yang digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang dimiliki pemegang saham. 18 2.2.2 Pengukuran Earning Per Share (EPS) Earning Per Share adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurang dividen saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan. Menurut Irham Fahmi (2012:97) Earning Per Share (EPS) dihitung dengan rumus berikut: πΈππ = Penelitian biasa. πΏπππ π΅πππ πβ πππ‘πππβ πππππ π½π’πππβ ππβππ π΅ππππππ yang dilakukan dibatasi hanya membicarakan saham Apabila perusahaan menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka net income dalam penelitian harus merupakan net income bagi pemegang saham biasa. Net income bagi pemegang saham biasa diperoleh dengan mengurangi net income dengan dividend dan hak-hak lainnya bagi pemegang saham preferen. Hasil yang diperoleh merupakan net income atau keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Earning Per Share Berdasarkan rumus dan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan EPS dapat disebabkan karena: 1. Laba bersih setelah pajak naik, dan jumlah lembar saham tetap. 2. Laba bersih setelah pajak tetap, dan jumlah lembar saham turun 3. Laba bersih setelah pajak naik, dan jumlah lembar saham turun. 19 4. Persentase kenaikan laba bersih setelah pajak lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham. 5. Persentase penurunan laba bersih setelah pajak lebih kecil daripada persentase penurunan jumlah lembar saham. Sedangkan penurunan EPS dapat disebabkan karena: 1. Laba bersih setelah pajak tetap, dan jumlah lembar saham naik. 2. Laba bersih setelah pajak turun, dan jumlah lebar saham tetap. 3. Laba bersih setelah pajak turun, dan jumlah lembar saham naik. 4. Persentase kenaikan laba bersih setelah pajak lebih kecil daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham. 5. Persentase penurunan laba bersih setelah pajak lebih besar daripada persentase penurunan jumlah lembar saham. 2.3 Net Profit Margin (NPM) 2.3.1 Pengertian Net Profit Margin Rasio ini menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Menurut Indra Bastian dan Suhardjono (2006), bahwa: “Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha” 20 Menurut Weston Fred dan Thomas Copeland. (1999), bahwa: “Semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya” Menurut Agnes Sawir (2005 : 18), bahwa: “Marjin laba bersih (Net Profit Margin atau Profit Margin On Sales) dirumuskan dengan laba bersih dibagi dengan penjulan, rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan” Menurut Rusdin (2008:144), bahwa: “Net profit margin adalah rasio yang menunjukan kontribusi penjualan terhadap laba bersih yang dihasilkan semakin besar rasio semakin baik” Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa net profit margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. net profit margin dapat disebut juga sebagai keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan dan bisa juga diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. 2.3.2 Pengukuran Net Profit Margin (NPM) Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin 21 tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. Menurut Rusdin (2008:144) Net Profit Margin (NPM) dihitung dengan rumus berikut: πππ‘ ππππππ‘ ππππππ = 2.4 πΏπππ π΅πππ πβ πππ‘πππβ πππππ π₯ 100% πππππ’ππππ Return On Equity (ROE) 2.4.1 Pengertian Return On Equity (ROE) Merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:305), bahwa: “Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan” Menurut Irham Fahmi (2012:99), bahwa: “Return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas ekuitas atau dalam beberapa referensi disebut sebagai rasio total asset turnover atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan laba atas ekuitas” 22 Menurut Martono dan Agus Harjito (2003:60), bahwa : “Return on e quity sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri” Menurut Brigham et al., (2004:88), bahwa: “The ratio of net income to common equity ; measure the rate of return common stockholders investment” Artinya bahwa rasio dari pendapatan bersih (EAT) terhadap modal sendiri; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai tingkat keuntungan yang diperoleh pada periode waktu tertentu dibandingkan dengan modal yang dimiliki perusahaan. 2.4.2 Pengukuran Return On Equity (ROE) Rasio ini menunjukan daya untuk menghasilkan laba atau investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan. Dalam perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir. Jika ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir. Jika ROE tinggi dapat diasumsikan bahwa perusahaan akan memberikan peluang tingkat pengembalian atau pendapatan yang cukup besar bagi investor. Tingkat pengembalian yang tinggi memiliki kemungkinan pendapatan yang diharapkan oleh investor akan naik pula dan hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham. 23 Menurut Gitman J. Lawrence (2000:145) Return On Equity (ROE) dihitung dengan rumus berikut: π ππ‘π’ππ ππ πΈππ’ππ‘π¦ = πΏπππ π΅πππ πβ πππ‘πππβ πππππ π₯100% πππ‘ππ πΈππ’ππ‘ππ 2.5 Saham 2.5.1 Pengertian Saham Bentuk sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang disebut emiten. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang paling banyak dipilih oleh para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan/perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Definisi dari saham adalah tanda penyertaan/kepemilikan seseorang/badan usaha dalam suatu perusahaan/perseroan terbatas. Pengertian saham diantaranya sebagai berikut: 1. Menurut Tjiptono Darmadji dan Fakhruddin Hendi M (2001:5) saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan 24 bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan ditanamkan di perusahaan tersebut. 2. Menurut Sutrisno (2001:59) saham adalah surat bukti kepemilikan perusahaan yang memberikan penghasilan tetap. Penghasilan tersebut berupa deviden yang akan dibagikan kepada pemilik saham apabila perusahaan mengalami keuntungan. Selain deviden, para pemegang saham juga mengharapkan keuntungan dari selisih harga saham. Bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli maka akan mendapatkan capital gain tetapi bila harga jual saham lebih rendah dari harga beli maka akan capital loss. 3. Menurut Weston Fred dan Thomas Copeland (1999: 166) Saham merupakan tanda penyertaaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. 25 2.5.2 Kepemilikan dan Karakteristik Saham Biasa Kepemilikan saham biasa pada suatu perusahaan menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2002:348) dapat berbentuk : 1) Kepemilikan saham pribadi, yaitu saham biasa dari perusahaan yang dimiliki secara pribadi atau individual. 2) Kepemilikan saham tertutup, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang dimiliki oleh sebuah kelompok investor kecil seperti keluarga. 3) Kepemilikan saham publik, yaitu saham biasa perusahaan yang telah dimiliki oleh sebuah kelompok besar yang tidak ada hubungan antar individu dan atau suatu lembaga investasi. Pada umumnya, tiap lembar saham dari saham biasa memberi hak atas pemiliknya sebesar satu suara dalam pemilihan direktur dan pemilihan khusus lainnya. Hak suara tersebut dimanfaatkan pada pertemuan tahunan pemegang saham. 2.5.3 Jenis-jenis Saham Menurut Tjiptono Darmadji dan Fakhruddin Hendi M (2001:6) ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim. a. Saham Biasa (common stock) Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang 26 ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. b. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. 2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari suatu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 27 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue – Chip Stocks Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. b. Income Stocks Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata–rata dividen yang dibayarkan pada tahun Sebelumnya Emiten seperti biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. c. Growth Stocks ii. (Well – Known) Saham–saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. ii. (Lesser – Known) Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. 28 d. Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan mempunyai tetapi kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stockss Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. 2.5.4 Harga Saham Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjual belikan pada harga pasar. Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan oleh investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena investor sepakat terhadap harga suatu saham. Menurut Agus Sartono (2001:70) tentang terbentuknya harga pasar saham sebagai berikut: “Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme penerimaan dan penawaran di pasar modal” 29 Menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2001 : 60): “Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkatkan. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan” Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana Harga ini merupakan harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. c. Harga Pasar Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar–benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di 30 pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. Harga saham juga mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Prestasi baik yang dicapai perusahaan dapat dilihat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna mengambil keputusan investasi, bagi investor membantu dalam seperti, menjual, membeli atau menanam saham. 2.5.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Tjiptono Darmadji dan Fakhruddin Hendi M (2001: 10) harga saham dibentuk karena adanya permintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun informasi-informasi yang berkembang, selanjutnya Suad Husnan (2001:317) kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas akan meningkatkan harga saham. 31 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Faktor yang bersifat fundamental Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktorfaktor ini meliputi: a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan. b. Prospek bisnis perusahaan di masa datang. c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan d. Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. e. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 2. Faktor yang bersifat teknis Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek, baik secara individu maupun secara kelompok. Para analis teknis dalam menilai harga saham banyak memperlihatkan hal-hal sebagai berikut: a. Perkembangan kurs b. Keadaan pasar modal c. Volume dan frekuensi transaksi suku bunga d. Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan. 32 3. Faktor sosial politik a. Tingkat inflasi yang terjadi b. Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah c. Kondisi perekonomian d. Keadaan politik suatu negara 2.5.4.2 Analisis Harga Saham Terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk pedoman para pelaku di pasar modal. Kedua tipe tersebut adalah analisis fundamental dan analisis teknikal. Di dalam prakteknya, para investor menggunakan kedua tipe analisis tersebut untuk transaksi saham mereka. 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang menentukan nilai intrinsik suatu instrument financial. Menurut Suad Husnan (2005:307), bahwa : “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variable-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham” Sedangkan menurut Kamaruddin Ahmad (2004:81) “Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan perusahaan” Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis fundamental digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang, pertumbuhan dan profit perusahaan dalam kaitannya dengan 33 perekonomian secara makro ekonomi nasional, pertimbangan perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham sudah benar-benar mencerminkan nilai seharusnya. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu analisis yang lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, dari pada apa yang seharusnya terjadi. Para analis teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumennya pasar. Definisi analisis teknikal menurut Suad Husnan (2005:341), bahwa: “Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar) di waktu yang lalu” Sedangkan menurut Kamaruddin Ahmad (2004:81) : “Analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal” Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah (1) harga saham mencerminkan informasi yang relevan (2) 34 informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan harga di waktu yang lalu (3) perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang. Para analis teknikal tidak seperti analis fundamental, mereka merasa sia-sia apabila harus mempelajari laporan keuangan perusahaan dan data lainnya dalam menentukan nilai suatu saham atau instrumen pasar lainnya. Kedua analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal mempunyai perbedaan masing-masing. Menurut Kamarudin Ahmad (2002:83), perbedaanya adalah: Tabel 2.1 Perbedaan Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal No Variabel Fundamental Teknikal 1 Fokus Perhatian Harga Overvalue/undervalue Timing 2 Horison Waktu Jangka menengah jangka panjang 3 Informasi Utama Perusahaan/emiten Psikologis Investor 4 Motif Utama Dividen/pertumbuhan Capital Gain 5 Strategi Utama Beli dan simpan Berpindah 6 Karakter Investor Penabung dan investasi Perdagangan dan dan Jangka pendek Institusional 2.6 Kerangka Pemikiran 2.6.1. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham Earning Per Share (EPS) merupakan indikator yang paling umum digunakan oleh para investor, karena rasio ini mengungkap kemungkinan EPS yang dapat diperoleh oleh para pemegang saham. 35 Menurut Agus Sartono (2001:9): “Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham terbentuk di pasar modal ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham” Menurut Munawir (2002:96) menyatakan bahwa: “Keuntungan per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperlihatkan oleh para investor (penanam modal) yang merupakan angka dasar yang diperlukan dalam menentukan harga saham” Menurut Irham Fahmi (2011:77), bahwa: “Earning per share atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki” Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat EPS suatu perusahaan, maka minat investor untuk berinvestasi dalam perusahaan pun akan semakin tinggi, dan dengan tingginya jumlah permintaan saham tersebut maka harga jualnya akan naik. Karena itu, EPS mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dini Ayu Arsyanti (2010) yang menguji pengaruh earning per share, return on equity dan dividend payout ratio terhadap harga saham pada industri otomotif dan komponen pada tahun 2004-2008, dengan hasil pengujian menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial maupun simultan antara variable earning per share (X) terhadap harga saham (Y) pada sektor otomotif periode 2004-2008. 36 Menurut hasil penelitian Putu Ryan Damayanti (2013) diketahui bahwa variabel EPS mempunyai pengaruh signifikan, baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. 2.6.2 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Net Profit Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut yang akan meningkatkan harga saham perusahaan. Menurut Hasil Penelitian Terdahulu yang dilakukan oleh Murtiningsih Dwi (2011) yang menguji pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan DER terhadap tingkat Harga Saham pada perusahaan Food and Beverages tahun 2008-2010. Hasil menunjukan net profit margin secara parsial berpengaruh dengan arah hubungan yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan Putu Laksmi (2013) yang menguji pengaruh ROE, NPM, leverage dan nilai pasar terhadap harga saham pada perusahaan properti dan real estate. menunjukan bahwa net profit margin berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. 37 2.6.3 Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham Jika suatu perusahaan mempunyai masa depan yang baik dan dapat memberikan profitabilitas bagi para investor maka transaksi saham perusahaan akan mengikuti laju perkembangan dan kondisi perusahaan tersebut. Menutur Suad Husnan (2001:317) mengatakan bahwa : “Kalau kemamapuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas akan meningkatkan harga saham” Menurut Brigham et al., (2010:133) return on equity (ROE) adalah rasio yang paling penting bagi pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan dan ROE menunjukan tingkat pengembalian yang mereka peroleh. Jika ROE tinggi, maka harga saham juga cenderung akan tinggi dan tindakan meningkatkan ROE kemungkinan juga akan meningkatkan harga saham. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astri Wulan Dini (2011) yang menguji pengaruh NPM, ROA, dan ROE terhadap harga saham indeks LQ45 tahun 2008-2010. Hasil menunjukan bahwa return on equity berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu Laksmi (2013) yang menguji pengaruh ROE, NPM, leverage dan nilai pasar terhadap harga saham pada perusahaan properti dan real estate. menunjukan bahwa return on equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 38 Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran 2.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan model kerangka penelitian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1: Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham. Hipotesis 2: Net Profit Margin (NPM) mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham. Hipotesis 3: Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham. Hipotesis 4: Earning Per Share, Return On Equity, Net Profit Margin berpengaruh terhadap Harga Saham secara simultan.