BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat
memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai
macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan.
Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan
melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu
akuntan publik.
Akuntan publik adalah akuntan yang menjalankan pekerjaan di bawah
suatu kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada
klien (Abdul Halim, 2008:12). Berdasarkan SK. Menkeu No. 470KMK.017/1999
dalam Abdul Halim (2008:14) menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik yang
selanjutnya disebut KAP adalah lembaga yang memiliki ijin dari Menteri
Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya.
Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit
laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan
penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh
manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik
bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan (Mulyadi, 2009:4).
Informasi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan
sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, maka bagian akuntansi dituntut untuk
dapat menyajikan informasi yang memiliki relevansi, reliabilitas, daya uji,
netralitas, dan disajikan dengan tepat (Kieso, dkk, 2008:36). Laporan keuangan
yang biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan
perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban
pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik. Seorang akuntan (auditor)
dalam proses audit memberikan opini kewajaran dengan judgment yang
didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang (Jamilah,
dkk, 2007).
Kewajaran atas laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan sangat
bermanfaat bagi pihak intern dan ekstern perusahaan. Pihak intern perusahaan
yaitu manajemen dan semua orang yang terlibat langsung dalam kegiatan
perusahaan. Manajemen memerlukan informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan, mengetahui keadaan keuangan perusahaan serta memudahkan dalam
pengelolaan perusahaan. Pihak ekstern perusahaan antara lain investor, kantor
pajak, kreditor, dan pihak-pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan
perusahaan tapi memiliki kepentingan untuk mengetahui prospek perusahaan
dimasa yang akan datang. Dalam perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan
juga memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan
dengan perusahaan.
Ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak, manajemen perusahaan
ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana
yang berasal dari pihak luar dan dari pihak luar perusahaan ingin memperoleh
informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban
dana yang mereka investasikan (Sabrina dan Januarti, 2012).
Pentingnya peran profesi akuntan publik serta beragamnya pengguna jasa,
menyebabkan jasa profesi akuntan publik harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada pihak-pihak
yang berkepentingan tersebut.
Baik atau tidaknya
pertanggungjawaban yang diberikan tergantung dari kinerja auditor. Kinerja
auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil
pemeriksaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan (Yanhari, 2007). Terdapat
tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor individu yang berasal dari
dalam diri seseorang, faktor organisasi dan faktor psikologis. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kinerja seorang auditor yang berasal dari dalam diri mereka,
serta unsur psikologis manusia adalah kemampuan mengelola emosional,
kemampuan intelektual serta kemampuan spiritual. Kinerja auditor tidak hanya
dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai
dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan
orang lain (Martin 2000,dalam Fabiola 2005).
Kemampuan tersebut oleh Daniel Goleman disebut dengan emotional
intelligence atau kecerdasan emosi yang akan memberikan pengaruh dari dalam
diri seseorang. Goleman (2000) melalui penelitiannya mengatakan bahwa
kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan, sedangkan
20% yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient). Banyak kasus
kegagalan perusahaan yang dikaitkan dengan kegagalan auditor yang terjadi
belakangan ini, diawali dengan kasus Enron yang melibatkan salah satu kantor
akuntan publik The Big Five Arthur Andersen. Di Indonesia sendiri, kegagalan
audit atas laporan keuangan PT. Telkom yang melibatkan KAP Eddy Pianto dan
rekan-rekan, dimana laporan auditan PT. Telkom ini tidak diakui oleh SEC
(pemegang otoritas terbesar pasar modal di Amerika Serikat). Adanya peristiwa
ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap laporan keuangan PT.
Telkom oleh KAP yang lain (Choiriah, 2013).
Dari kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa masih belum optimalnya
kecerdasan
intelektual,
kemampuan
mengelola
emosi,
spiritualitas
dan
pelaksanaan etika profesi oleh auditor, sehingga kinerja yang mereka berikan juga
tidak optimal dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap KAP secara
umum dan khusunya KAP dimana mereka bekerja dimata publik. Kepatuhan
terhadap kode etik menjadi hal yang penting dalam menjaga dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dan jasa yang diberikan auditor,
disamping kepatuhan terhadap SAK, SPAP dan peraturan lainnya. Pernyataan
etika profesi yang dikeluarkan IAI menjadi standar minimum perilaku etis para
akuntan publik. Keputusan auditor dilakukan melalui bentuk opini mengenai
kewajaran laporan keuangan, maka dari itu auditor menggunakan laporan audit
untuk mengkomunikasikan opininya terhadap laporan keuangan yang diperiksanya
(Choiriah, 2013).
Ada faktor-faktor psikologis yang mendasari hubungan antara seseorang
dengan
organisasinya.
Faktor-faktor
psikologis
yang
berpengaruh
pada
kemampuan akuntan di dalam organisasinya diantaranya adalah kemampuan
mengelola diri sendiri, kemampuan mengkoordinasi emosi dalam diri, serta
melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa emosi. Akuntan yang cerdas
secara intelektual belum tentu dapat memberikan kinerja yang optimum terhadap
organisasi dimana mereka bekerja, namun akuntan yang juga cerdas secara
emosional dan spiritual tentunya akan menampilkan kinerja yang lebih optimum
untuk KAP dimana mereka bekerja.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang
untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan
untuk menerapkan nilai-nilai positif. Ciri utama dari kecerdasan spiritual ini
ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya
sebagai bentuk penerapan nilai dan makna (Imelda yanti, 2012). Komponen
kecerdasan spiritual meliputi mutlak jujur, keterbukaan, pengetahuan diri, fokus
pada konstribusi diri, spiritual non dogmatis (Setyawan:2004). Kecerdasan
spiritual memungkinkan manusia untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh,
membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat orang tersebut dapat
bekerja lebih baik. Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukan
untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara
efektif. Secara singkat kecerdasan spiritual mampu mengintegrasikan dua
kemampuan lain yang sebelumnya telah disebutkan yaitu kecerdasan intelektual
dan kecerdasan emosional (Idrus 2002).
Pada dasarnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk
menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di
sekitarnya. Kecerdasan emosional ini dipengaruhi lingkungan, tidak menetap dan
dapat berubah-ubah serta dikembangkan. Kecerdasan emosional berperan penting
dalam pekerjaan seseorang. Proses yang dijalani auditor dalam melaksanakan
tugasnya
sebagai
auditor
akan
melatih
dan
meningkatkan
kecerdasan
emosionalnya. Kecerdasan emosional dalam hal ini sikap kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial akan melatih
kemampuan auditor yaitu kemampuan untuk menyadari emosi dirinya (kesadaran
diri) dan mengelola perasaannya dalam hal ini mampu mengendalikan dorongan,
mampu memotivasi diri dalam keadaan frustasi, kesanggupan untuk tegar,
mengatur suasana hati yang reaktif serta mampu berempati dan mempunyai
keterampilan sosial dengan orang lain.
Komitmen organisasi adalah suatu prinsip yang dimiliki oleh seorang
auditor untuk cenderung memilih organisasi tersebut dengan tujuan berupaya
mempertahankan dirinya di dalam organisasi tersebut (Gummala, 2014).
Komitmen organisasi mencerminkan sejauh mana individu lebih mementingkan
kepentingan organisasinya dari pada kepentingan pribadinya, sehingga individu
tersebut menjadi lebih loyal terhadap organisasinya (Robbins, 2007). Komitmen
organisasi akan muncul bila individu sadar akan hak dan kewajibannya didalam
menjalankan tugasnya di organisasi tersebut tanpa memikirkan kepentingannya
(Suryana, 2013).
Suatu komitmen organisasional merupakan suatu daya dari seseorang
dalam mengidentifikasikan keterlibatan dalam suatu organisasi. Auditor yang
komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan sikap dan gaya kepemimpinan
yang baik terhadap lembaganya, auditor akan memiliki jiwa untuk tetap membela
organisasinya, berusaha meningkatkan prestasinya, dan memiliki keyakinan yang
pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi (Arifah, 2012).
Faktor pendukung untuk terciptanya manajemen kinerja yang baik
diperlukan juga komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. Komitmen tersebut
dapat tercipta apabila individu dalam organisasi sadar akan hak dan kewajibannya
dalam organisasi tanpa melihat jabatan dan kedudukan masing-masing individu,
karena pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja semua anggota
organisasi yang bersifat kolektif. Hal tersebut membuktikan bahwa akuntanbilitas
pun sangat diperlukan sebagai pertanggungjawaban kinerja setiap individu
tersebut (Akriyanto, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul tentang
“Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
Spiritual, Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1) Apakah keceradasan intelektual berpengaruh terhadap kinerja auditor?
2) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor?
3) Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kinerja auditor?
4) Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual terhadap kinerja auditor.
2) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor.
3) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor.
4) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja auditor.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan
wawasan di lingkungan akademis. Selain itu diharapkan mampu memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya mengenai pengaruh
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan
komitmen organisasi terhadap kinerja auditor.
2) Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan pertimbangan dan
masukan bagi pihak Kantor Akuntan Publik di Bali dalam meningkatkan para
auditor untuk memberikan kinerja auditornya.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan, diuraikan mengenai latar
belakang, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan
penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini merupakan kajian pustaka terdiri dari landasan teori,
pembahasan hasil penelitian sebelumnya, dan hipotesis.
Landasan teori menjelaskan mengenai Teori Keagenan,
Pengertian Audit, Jenis Audit, Manfaat Audit, Jenis-Jenis
Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Spiritual, Komitmen Organisasi dan Kinerja
Auditor.
Bab III
Metode Penelitian
Bab ini merupakan metode penelitian yang terdiri dari
desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel,
metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini terdiri dari gambaran umum daerah penelitian dan
pembahasan hasil penelitian.
Bab V
Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan penutup terdiri dari simpulan yang
diperoleh dari hasil penelitian serta saran-saran yang
dipandang perlu atas simpulan yang dikemukakan.
Download