IV. Hasil Pengamatan Data Meteorologi Temperatur : 31°C = 304o K Kecepatan angin : 0,73 m/s Arah angin : Utara Tekanan udara :766,11 mmHg Kelembaban : 55% Rel. Data Sampling Lokasi : Toilet lantai 8 Gedung K Waktu : 09.30 – 10.30 WIB (30 menit) Pengamatan di Laboratorium Dengan spektofotometri didapatkan ABS sebesar 0,089. V. Perhitungan 1. Perhitungan Volume Contoh Uji Diketahui : Laju alir awal (F1) = 1 L/menit Laju alir akhir (F2) = 1 L/menit Suhu = 31 0C + 273 = 304 0K Tekanan = 766,11 mmHg Rumus : 𝐹1+𝐹2 2 𝑥𝑡𝑥 𝑃𝑎 𝑇𝑎 298 V = 𝑥 760 V adalah volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal (mL) F1 adalah laju alir awal (L/menit) F2 adalah laju alir akhir (L/menit) t adalah durasi pengambilan contoh uji (menit) Pa adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg) Ta adalah temperatur rata-rata selama pengambilan contohh uji (0K) 298 adalah kondisi temperatur pada kondisi normal (250C) ke dalam kelvin 760 adalah tekanan udara standar (mmHg) Penyelesaian : V = V = 1+1 2 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 766,11 304 𝑥 298 760 59,2886 L 2. Konsentrasi NH3 Grafik antara konsentrasi (x) dan absorbansi (y) dapat diitampilkan dalam grafik 1 dibawah ini. 1 0.9 0.8 0.7 ABS 0.6 Hubungan ABS dan Konsentrasi NH3 0.5 0.4 Linear (Hubungan ABS dan Konsentrasi NH3) 0.3 0.2 0.1 0 0 10 20 30 40 Konsentrasi NH3 Grafik 1. Hubungan antara ABS dan Konsentrasi NH3 NB : tolong revisi tabelnya lagi ya fat Perhitungan dilakukan dengan rumus y = ax + b y = 0,2433X + 0,0027432 y = 0,144 x = 0,5805 Perhitungan konsentrasi NH3 Rumus : 𝑥 𝑉 C = 𝑥 1000 C adalah konsentasi NH3 di udara (𝜇𝑔/Nm3) x adalah jumlah NH3 dalam contoh uji (𝜇𝑔) V adalah volume udara yang dihisap koreksi papa kondisi normal 250C, 760 mmHg Penyelesaian : 0,5815 C = 59,2886 𝑥 1000 = 9,7910 𝜇𝑔/Nm3 Jadi konsentrasi NH3 pada pengamatan adalah 9,7910 𝜇𝑔/Nm3. Konversi 24 jam C’ = C’ = 9,7910 x (1/24)0,185 C’ = 5,4386 𝜇𝑔/Nm3 VI. Pembahasan Pada pratikum kali ini dilakukan pengamatan kadar NH3 pada udara ambien dengan metode indofenol. Pada prinsipnya, amoniak dari udara ambien dijerap oleh larutan penjerap amonium sulfat. Setelah itu direaksikan dengan fenol dan natrium hipoklorit dalam suasana basa, sehingga membentuk larutan indofenol. Larutan indofenol meberikan perubahan warna yakni warna biru. Pengambilan contoh uji di lapangan dilakukan pada Toilet lantai 8 Gedung K. Pengambilan contoh uji uji ini dilakukan dengan pertimbangan toilet ini sering dipakai mahasiswa. pengambilan contoh uji harus dilakukan sesuai dengan proseddur pemasangan alat yakni botol penjerap, botol perangkat uap yang berisi granulat kemudian pompa. Urutan pemasangan yang salah dapat menyebabkan masuknya cairan penjerap kedalam botol yang berisi granulat dan pompa vakum. Jika terjadi kesalahan dalam pemasangan alat pratikum harus diulang. pada pengambilan contoh uji dilapangan perlu dilakukan pengukuran laju alir awal dan akhir, suhu dan tekanan pada pengambilan contoh uji karena akan berpengaruh pada volume contoh uji yang diambil. Setelah pengambilan contoh uji, larutan penjerap yang telah berikatan dengan amoniak arus direaksikan terlebih dahulu dengan larutan fenol dan natrium hipoklorit. Larutan natrium hipoklorit berfungsi sebagai larutan penyangga yang berfungsi mempertahankan pH contoh uji. Sedangkan larutan fenol digunakan sebagai indikator adanya amoniak dalam larutan penjerap karena perubahan warna biru yang terjadi jika bereaksi dengan amoniak. Setelah dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer diketahui bahwa konsentrasi amoniak pada udara ambien adalah sebesar 9,7910 𝜇𝑔/Nm3. Nilai ini masih amat kecil jika dibandingkan dengan ambang batas emisi NH3 yakni sebesar Jika kita bandingkan dengan SNI 19-7119.1-2005 sebesar 2 ppm (2291,88 𝜇𝑔/Nm3). Adanya amoniak di udara dapat dideteksi dengan adanya bau yang terhirup. Jika terpapar dalam konsentrasi yang terlalu tinggi maka dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Bab VII. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan kadar amoniak di udara dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kadar amoniak di udara ambien area Toilet lantai 8 Gedung K, Kampus A Universitas Trisakti adalah sebesar 9,7910 𝜇𝑔/Nm3 masih jauh di bawah baku mutu yakni sebesar 2291,88 𝜇𝑔/Nm3. 2. Amoniak di udara dapat diketahui secara langsung dengan indra penciuman. 3. Kadar amoniak yang tinggi disebabkan adanya hasil pembusukan sampah dan berbagai reaksi lainnya termasuk bekas buang air kencing manusia, dan bekas buang air besar manusia. LAMPIRAN Gambar 1. Lokasi Sampling Gambar 2. Rangkaian alat pengambilan contoh uji 1. Baku mutu udara ambien nasional PP No 41 Tahun 1999 Waktu No. Parameter 1 Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer 24 Jam 365 ug/Nm3 1 Thn 60 ug/Nm3 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer 24 Jam 10.000 ug/Nm3 1 Thn - 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer 24 Jam 150 ug/Nm3 1 Thn 100 ug/Nm3 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer (Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas SO2 (Sulfur Dioksida) 2 CO (Karbon Monoksida) 3 NO2 (Nitrogen Dioksida) 4 5 (Hidro Karbon) 6 PM10 Chromatogarfi 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol (Partikel < 10 um ) PM2,5 (*) (Partikel < 2,5 7 um ) 1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol (Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3 (2291,88 8 NH3 24 jam 𝜇𝑔/Nm3). Indofenol Tabel 1. PP No.41 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Udara Ambien Keterangan hasil pengamatan No keterangan Hasil pengamatan 1 NH3 dari 12 titik sampel 2 Stopwatch 3 Kelembaban Gambar 4 Temperature