(Orthosiphon aristatus) DAN PERASAN DAUN ALPUKAT

advertisement
POTENSI KOMBINASI PERASAN DAUN KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus) DAN PERASAN DAUN ALPUKAT
(Persea Americana Mill) SEBAGAI PELURUH KALSIUM
OKSALAT SECARA IN VITRO
ARTIKEL
Oleh
EVA WANIALISZA HANUM
NIM. 050112A025
PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
POTENSI KOMBINASI PERASAN DAUN KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus) DAN PERASAN DAUN ALPUKAT
(Persea Americana Mill) SEBAGAI PELURUH KALSIUM
OKSALAT SECARA IN VITRO
ARTIKEL
diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Oleh
EVA WANIALISZA HANUM
NIM. 050112A025
PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
POTENSI KOMBINASI PERASAN DAUN KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus) DAN PERASAN DAUN ALPUKAT
(Persea Americana Mill) SEBAGAI PELURUH KALSIUM
OKSALAT SECARA IN VITRO
Eva Wanialisza Hanum
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang : Urolithiasis merupakan penyakit batu ginjal yang disebabkan
oleh adanya akumulasi zat-zat yang terkandung di dalam urine, sehingga
membentuk seperti batu. Batu saluran kemih masih menjadi salah satu masalah
kesehatan yang paling sering terjadi pada bagian urologi di dunia, termasuk di
Indonesia.Tujuan : Untuk mengetahui daya melarutkan batu Ca oksalat dengan
menggunakan perasan daun kumis kucing dan daun alpukat secara tunggal dan
kombinasi.
Metode : Metode penelitian yang dilakukan adalah pelarutan Ca oksalat dalam
bentuk sediaan perasan daun Orthosiphon aristatus (Blume) Miq dan daun Persea
americana Mill. segar yang diinkubasi pada suhu 37ºC selama 4 jam. Kelarutan
batu Ca oksalat diketahui dengan metode gravimetri. Analisis data menggunakan
program Statistic Package for the Social Science (SPSS).
Hasil : Nilai rata-rata daya melarutan Ca oksalat pada kontrol positif sebesar
82,00 ± 8,37, perasan daun Orthosiphon aristatus (Blume) Miq sebesar 68,00 ±
10,95, perasan daun Persea americana Mill sebesar 50,00 ± 7,07, dan perlakuan
kombinasi (perasan daun Orthosiphon aristatus (Blume) Miq dan daun Persea
americana Mill.) sebesar 74,00±11,40. Hasil dari uji ANOVA untuk variabel daya
larut diperoleh F hitung 10,000 > F tabel 3,24 dengan p-value 0,001< α (0,05).
Simpulan : Hasil uji menunjukkan bahwa kelompok perlakuan kombinasi
(perasan daun Orthosiphon aristatus (Blume) Miq dan daun Persea americana
Mill.) memiliki daya melarutkan Ca oksalat lebih baik dari pada daun alpukat
secara tunggal, dan memiliki daya melarutkan Ca oksalat berbeda tidak bermakna
(p-value 0,207) dengan kontrol positif.
Kata Kunci
Kepustakaan
: Perasan, Orthosiphon aristatus (Blume) Miq, Persea
americana Mill, Kalsium Oksalat.
: 60 (1979-2013)
THE POWER OF DISSOLVING Ca OXALATE BY USING KUMIS
KUCING (Orthosiphon aristatus) LEAVES JUICE AND AVOCADO
(Persea americana Mill) LEAVES JUICE BY IN VITRO.
Eva Wanialisza Hanum
Pharmacy Study Program Ngudi Waluyo School of Health
Email : [email protected]
ABSTRACT
Bacground : Urolithiasis is a kidney stone disorder caused by the accumulation of
substances in the urine causing stone formation. Urolithiasis still becomes one of
global issues worldwide, including in Indonesia. Objectives : to know the power
of dissolving Ca oxalate by using kumis kucing leaves and avocado leaves juice in
single and combination methods.
Method : The research method used the dissolution of Ca oxalate in the form of
the preparation of Orthosiphon (Blume) Miq leaves juice and Persea americana
Mill leaves juice, freshly incubated at 37◦C for 4 hours. The solubility of Ca
oxalate stones was known through gravimetric method. Statistic correlation was
calculated by Statistic Package for the Social Science (SPSS).
Results : The average value of dissolving Ca oxalate in the positive control was
82.00 ±8.37, Orthosiphon aristatus (Blume) Miq leaves juice was 68.00±10.95,
Persea americana Mill leaves juice was 50.00±7.07, and the combination
treatment (Orthosiphon leaf juice aristatus (Blume) Miq and Persea americana
Mill) leaves was 74.00±11.40. The results of ANOVA test for solubility variable
obtained F count 10,000 > F table 3,24 with p-value 0.001 < α (0,05).
Conclusion : The test results show that the combination treatment (juice of the
Orthosiphon aristatus (Blume) Miq leaves and Persea americana Mill leaves) has
the better power to dissolve Ca oxalate than the avocado leaves through single
method, and has the power to dissolve Ca oxalate which is not different
significantly by (p-value 0.207) with the positive control.
Keywords
: Juice, Orthosiphon aristatus (Blume) Miq, Persea americana
Mill, Calcium Oxalate.
Biliographies : 60 (1979-2013)
PENDAHULUAN
Nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, dan
merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati (Baradero, 2009). Batu ginjal bisa timbul
dikarenakan infeksi di ginjal, atau banyak mengkonsumsi kalsium tapi kurang
minum. Terlalu tinggi asam urat bisa pula memicu terbentuknya batu ginjal,
karena menimbulkan endapan dalam ginjal yang makin lama makin membatu
(Margatan, 1996). Faktor lain adalah bila zat inhibitor (zat pencegah terjadinya
kristal) kadarnya berkurang, misal sitrat, faktor keasaman urin (pH) serta infeksi
(Saputra, 2009). Kandungan batu ginjal lebih dari 80% terdiri atas batu
kalsium,baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan yang lain berasal dari batu
asam urat, batu magnesium amonium fosfat (struvite), sistein atau kombinasi
(David, 2008).
Di Indonesia sendiri angka kejadian batu saluran kemih yang
sesungguhnya masih belum bisa diketahui, tetapi diperkirakan terdapat 170.000
kasus/tahunnya. Di Jawa Barat, menurut data Riskesdas tahun 2013, bahwa
prevalensi batu ginjal ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter, Jawa Barat berada
di urutan ke 5 dari 33 provinsi di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kasus batu
saluran kemih masih tinggi. Oleh karena itu perlu dikembangkan pengobatan
untuk menanggulangi masalah ini.
Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi cukup popular saat
ini, sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam termasuk
pengobatan dengan tumbuhan obat. Tanaman yang sering digunakan dalam
pengobatan tradisional adalah daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) yang
bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu ginjal (Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2013). Sedangkan daun alpukat (Persea
Americana Mill) bermanfaat untuk memperlancar pengeluaran air seni,
penghancuran air seni, penghancuran batu saluran air kemih, dan obat sariawan
(Maryani, 2003).
Kumis kucing memiliki kandungan kimia berupa alkaloid, saponin,
flavonoid dan polifenol (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1987), zat
samak, orthosiphon glikosida, minyak lemak, sapofonin, garam kalium (0,6-3,5%)
dan myoinositol (Hariana, 2005), serta minyak atsiri sebanyak 0,02-0,06 % yang
terdiri dari 6 macam sesquiterpenes dan senyawa fenolik, glikosida flavonol,
turunan asam kaffeat. Hasil ekstraksi daun kumis kucing ditemukan
methylripariochromene A atau 6-(7, 8-dimethoxyethanone) dan juga ditemukan 9
macam golongan senyawa flavon dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida
flavonol, 1 macam senyawa coumarin, scutellarein, 6-hydroxyluteolin, sinensetin
(Yulaikhah, 2009). Sedangkan daun alpukat mengandung zat kimia alkaloid,
saponin, polifenol, kuersetin, dan gula alkohol persiit (Waluyo, 2009),
mengandung senyawa flavonoid yang tinggi (Astawan, 2008), serta mengandung
kalium yang tinggi (Ismiyati, 2013). Sehingga peneliti ingin mengetahui apakah
potensi kombinasi perasan daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan
perasan daun alpukat (Persea Americana Mill) sebagai peluruh batu ginjal lebih
baik dari pada tunggal.
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Alat : Juicer, kain flanel, pipet tetes, ayakan no. 40-60 mesh, stemper
dan mortir, tabung reaksi, erlenmeyer, kertas saring Whatman no 42,
timbangan analitik, inkubator, oven.
Bahan : Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus), daun Alpukat
(Persea Americana Mill), Batugin Elixir®, serbuk batu ginjal kalsium
oksalat, aquadest, asam sitrat, FeCl3, KMnO4, HCl pekat, HCl 10%, H2SO4
encer dan pekat, metanol, HNO3 pekat, dan Asam pikrat.
B. Cara Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Determinasi daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan daun alpukat
(Persea Americana Mill) dilaksanakan di Laboratorium Ekologi dan
Biositematik fakultas MIPA jurusan biologi Universitas Diponegoro
Semarang untuk mengidentifikasi tumbuhan yang akan diteliti
berdasarkan ciri-ciri fisik sehingga kesalahan dalam pengambilan
tanaman yang akan diteliti dapat dihindari.
2. Penyiapan Serbuk Batu Ginjal
Batu ginjal yang diperoleh dari pasien di RSI SULTAN AGUNG, digerus
dalam mortir, kemudian serbuk diayak dengan ayakan 40-60 mesh.
Sedangkan pembuatan perasan.
3. Penyiapan Perasan Daun (Alpukat dan Kumis Kucing)
Pengumpulan daun sebanyak 0,5 kg daun kumis kucing dan daun alpukat
yang masih segar.Masing-masing tanaman dilakukan sortasi basah,
ditiriskan, dirajang, kemudian di juicer.
4. Identifikasi Senyawa Tanaman dan Kandungan Batu Ginjal
a. Identifikasi Flavonoid Perasan Daun Alpukat dan Daun Kumis
Kucing
Perasan daun kumis kucing dan daun alpukat ditambahkan metanol
sampai terendam, dipanaskan lalu disaring, filtrat ditambah H2SO4
pekat akan terjadi perubahan warna merah.
b. Identifikasi Kalium Perasan Daun Alpukat dan Daun Kumis
Kucing
abu daun kumis kucing dan daun alpukat dimasukkan dalam labu
takar ukuran 50 ml. Kemudian ditambah sedikit aquadest, ditambah 3
ml HNO3 pekat disaring. Hasil penyaringan (filtrat) di tambahkan
asam pikrat, maka akan terbentuk kristal jarum besar.
c. Identifikasi Kalsium
Serbuk batu ginjal 100 mg ditambahkan H2SO4 encer terbentuk
endapan putih CaSO4, endapan putih CaSO4 bisa larut setelah
penambahan H2SO4 pekat dan ammonium sulfat.
d. Identifikasi Oksalat
Serbuk batu ginjal 100 mg ditambahan KMnO4 terbentuk warna
kuning kecoklatan dan warna kuning kecoklatan itu akan hilang saat
ditambahkan H2SO4. Dan saat serbuk batu ginjal ditambahkan FeCl3,
maka akan terbentuk warna kuning kenari.
5. Perendaman Batu Ginjal
Ditimbang 100 mg serbuk batu ginjal, dimasukan ke dalam erlenmeyer
yang berisi 10 ml larutan perasan daun kumis kucing, 10 ml perasan daun
alpukat, kombinasi perasan daun kumis kucing 5 ml dengan perasan daun
alpukat 5 ml, dan 10 ml batugin elixir sebagai kontrol (+). Diinkubasi
pada suhu 37o C selama 4 jam, dengan penggojogan setiap 15 menit.
Setelah direndam, larutan disaring dengan kertas saring. Endapan yang
diperoleh dipergunakan untuk analisis kadar kalsium dengan metode
Gravimetri.
6. Analisis Kadar Kalsium dan Oksalat yang Terlarut dengan Metode
Gravimetri
Hasil dari perendaman batu ginjal dengan perasan dari masing-masing
daun tersebut disaring dengan kertas Whatman 42, kemudian endapan
dibilas dengan aquadest dan di oven pada suhu 105ºC selama 2 jam,
kemudian didinginkan dalam desikator selama 10-15 menit. Berat
endapan ditimbang sampai bobot konstan dan daya larut kalsium oksalat
pada perasan daun alpukat dan daun kumis kucing dihitung. Perhitungan
persentase daya larut Ca Oksalat pada masing-masing kelompok
perlakuan:
Daya larut Ca Oksalat (%) =
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Determinasi Tanaman
Hasil determinasi tanaman daun kumis kucing adalah sebagai berikut: 1b-2b3b-4b-6b-7b-9b.....14b-16b.Golongan 10 : Daun-daun tunggal berhadapan,
239b-243b-244b-248b-249b-250b-266b-267b-273b-276a-277b. Famili 44:
Lamiaceae-1a. Genus : Orthosiphon, Spesies : Orthosiphon stamineus Benth.
Hasil determinasi tanaman daun alpukat adalah sebagai berikut: 1b-2b-3b-4b6b-7b-9b....15a. Golongan 8 : Tanaman dengan daun tunggal tersebar, 109b119b-120b-128b-129b-135b-136b-139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b156b-162b-163a-164b-165b. Famili 52 : Lauraceae-1a-2b. Genus : Persea,
Spesies : Persea americana Mill.
2. Identifikasi Senyawa Tanaman dan Kandungan Batu Ginjal
a. Identifikasi Flavonoid Perasan Daun Alpukat dan Daun Kumis
Kucing
Perasan daun kumis kucing dan daun alpukat akan terjadi perubahan warna
merah setelah penambahan H2SO4 pekat, hal ini menunjukkan bahwa
perasan daun alpukat dan daun kumis kucing positif mengandung
flavonoid.
b. Identifikasi Kalium Perasan Daun Alpukat dan Daun Kumis Kucing
Filtrat daun kumis kucing dan daun alpukat akan terbentuk kristal jarum
besar setelah penambahan asam pikrat, hal ini menunjukkan bahwa
perasan daun alpukat dan daun kumis kucing positif mengandung kalium.
c. Identifikasi Kalsium
Serbuk batu ginjal akan terbentuk endapan putih CaSO4 setelah
ditambahkan H2SO4 encer, endapan putih CaSO4 bisa larut setelah
penambahan H2SO4 pekat dan ammonium sulfat. Hal ini menunjukkan
batu ginjal positif mengandung kalsium.
e. Identifikasi Oksalat
Serbuk batu ginjal ditambahkan FeCl3 terbentuk kuning kenari dan jika
asam oksalat ditambahkan KMnO4 terbentuk warna kuning kecoklatan
serta warna tersebut akan hilang jika ditambahkan H2SO4. Hal ini
menunjukkan batu ginjal positif mengandung oksalat.
3. Hasil Uji Kelarutan Batu Ginjal Kalsium Oksalat
Perendaman serbuk batu ginjal dengan larutan uji dilakukan dalam
inkubator pada suhu 37oC dengan alasan agar sesuai dengan kondisi suhu
tubuh normal manusia. Perendaman dilakukan selama 4 jam dan digojog setiap
15 menit, dengan alasan karena urin normal keluar setiap 4 jam sekali
sedangkan alasan dilakukan penggojokan setiap 15 menit karena batu ginjal di
dalam tubuh mengalami gerakan-gerakan akibat aliran urin, aliran air ataupun
gerakan akibat aktivitas dari tubuh manusia (Nisma, 2011). Hasil rendaman
disaring dengan kertas Whatman nomor 42 yang umumnya cocok digunakan
untuk analisa gravimetri karena permukaannya yang licin dan berkecepatan
aliran sedang (Pudjaatmaka, 2002). Endapan batu ginjal tersebut dicuci dengan
aquadest 2 sampai 3 kali pencucian hingga tidak ada serbuk batu ginjal yang
menempel pada erlenmeyer dan hingga endapan pada kertas saring murni batu
ginjal. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan dan mencegah
terkontaminasinya larutan sampel dengan endapan batu ginjal, karena dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Hasil penyaringan endapan batu ginjal yang sudah tidak terkontaminasi
dengan larutan uji, di masukkan ke dalam oven dengan suhu 105ºC selama 2
jam untuk menghilangkan kadar air yang masih ada pada kertas Whatman
nomor 42. Suhu harus bertahap tidak langsung 105ºC, hal ini dikarenakan agar
tidak terjadi case hardening dimana proses pengeringan tidak berjalan
sempurna sehingga menyebabkan pengeringan yang tidak merata. Setelah
dilakukan pemanasan dengan oven, endapan serbuk batu ginjal tersebut dan
kemudian ditimbang. Hasil penimbangan dicatat dan dimasukkan kembali
dalam oven selama 30 menit, didinginkan kembali pada suhu ruang dan baru
dilakukan penimbangan sampai didapat bobot konstan. Yang dimaksud bobot
konstan yaitu dua kali penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5
mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah zat
dikeringkan atau dipijarkan lagi selama 1 jam. Dengan pernyataan bobot yang
dapat diabaikan, dimaksudkan bobot yang tidak lebih dari 0,5 mg
(Anonim,1979).
4. Hasil uji
Tabel 1. Uji Normalitas Saphiro Wilk
Kelompok perlakuan
p-value
Kesimpulan
Kontrol positif
0,314
Normal
Daun kumis kucing
0,135
Normal
Daun alpukat
0,325
Normal
Kombinasi
0,814
Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk menunjukkan data
terdistribusi normal dengan p- value > 0,05.
Tabel 2. Uji Homogenitas Levene Test
Levene statistic
p-value
0,583
0,635
Variabel
Daya larut
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan Levene Test menunjukkan varian
populasi homogen dengan p- value > 0,05.
Tabel 4.6 Uji Oneway Anova
Variabel dependent
F-hitung
p-value
Daya larut
10,000
0,001
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antar
kelompok perlakuan dengan p-value < 0,05.
Tabel 2. Hasil Uji Post Hoc
Perbandingan tiap perlakuan
p-value
Kesimpulan
Kontrol (+) vs Kumis Kucing
0,035
Berbeda signifikan
Kontrol (+) vs Alpukat
0,000
Berbeda signifikan
Kontrol (+) vs Kombinasi
Kumis Kucing vs Alpukat
Kumis Kucing vs Kombinasi
Alpukat vs Kombinasi
0,207
0,009
0,339
0,001
Berbeda tidak signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda tidak signifikan
Berbeda signifikan
Keterangan :
Kontrol positif
Kombinasi
: Batugin Elixir® (daun tempuyung dan daun keji beling)
: Daun kumis kucing dan daun alpukat
Hasil penelitian pada kontrol positif dengan kombinasi memiliki pvalue 0,207 > 0,05 yang menunjukkan bahwa kontrol positif tidak ada
perbedaan yang bermakna dengan kombinasi. Pada perasan daun kumis kucing
dengan kombinasi p-value 0,339 > 0,05 yang menunjukkan bahwa kumis
kucing tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kombinasi. Sehingga
masyarakat bisa memilih perasan daun kumis kucing secara tunggal, karena
perasan daun alpukat hanya sedikit memberikan efek peluruhan kalsium
oksalat pada batu ginjal.
KESIMPULAN
1. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata daya melarutkan Ca Oksalat untuk
kontrol positif (Batugin elixir) sebesar 82,00 ± 8,37 %, perasan daun alpukat
(Persea americana Mill) sebesar 50,00 ± 7,07 %, daun kumis kucing
(Orthosiphon aristatus) sebesar 68,00 ± 10,95 %, dan kelompok kombinasi
sebesar 74,00 ± 11,40 %.
2. Kombinasi (daun alpukat dan daun kumis kucing) memiliki perbedaan tidak
bermakna dengan Batugin Elixir® (daun tempuyung dan daun keji beling) pvalue 0,207 > 0,05, dan kombinasi (daun alpukat dan daun kumis kucing)
dengan daun kumis kucing memiliki perbedaan tidak bermakna p-value 0,339
> 0,05.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian daya melarutkan batu ginjal secara in vivo dengan
menggunakan tanaman daun kumis kucing dan daun alpukat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang toksisitas daun kumis kucing
(Orthosiphon aristatus) dan daun alpukat (Persea americana Mill) terhadap
ginjal sebagai obat alternatif peluruhan kalsium oksalat pada batu ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. dkk. 2009. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.
Margatan, A.1996. Kencing Batu dapat Memicu Gagal Ginjal. CV Aneka:Solo.
Saputra, A.A.H. 2009.Uji aktifitas Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun Alpukat
(Persea americana Mill) Pada Tikus Putih Jantan. Skripsi.Institut
Pertanian
Bogor.
David A. B. dkk. Nephrolithiasis in The Kidney, 8th Edition. Philadelphia :
Saunders Elsevier. 2008.
Anonim. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta : Bakti
Husada.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2013. Pekarangan dan
Persediaan Obat. http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id. diakses tanggal
28 April 2016.
Maryani, H.S. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Lanjut.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Depkes RI. 1987. Analisis Obat Tradisional, Edisi ke-1. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Hariana, A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 2. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Yulaikhah, Y. U. 2009. Pengaruh Kadar Bahan Pengikat Polivinil Pirolidon
Terhadap Sifat Fisik Tablet Effervescent Campuran Ekstrak Daun Salam
(Syzygium polyanthum Wight.) dan Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
[Blume] Miq.). Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Surakarta.
Waluyo, S. 2009. 100 questions & answer diabetes. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Astawan, M. 2008. Khasiat warna-warni makanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Ismiyati. 2013. Aktivitas Antihipertensi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzgium
polyantum [Wight] Walp) pada Tikus Wistar, Profil Kromatografi Lapis.
Skripsi.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Download