pengolahan feses ternak menjadi pupuk organik sebagai bahan

advertisement
PENGOLAHAN FESES TERNAK MENJADI PUPUK ORGANIK SEBAGAI BAHAN
TAMBAHAN ZAT HARA TANAMAN DAN TUMBUHAN DIDUSUN AUR GADING
KECAMATAN JUJUHAN ILIR KABUPATEN BUNGO
Yogi Retyan S, Yogi suhanda, Suci Arwianti
Mahasiswa Universitas Muara Bungo
ABSTRAK
. Kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan tema Proses Pengolahan Feses Ternak
Menjadi Pupuk Organik Sebagai Bahan Tambahan Zat Hara Tanaman dan Tumbuhan di
Dusun Aur Gading Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo. Telah di laksanakan pada
tanggal (27 Februari dan 14 Maret 2017). Peserta Kegiatan pengabdian dihadiri oleh
masyarakat setempat. Pelaksanaan kegiatan berupa Penyuluhan dan Proses Pembuatan serta
Pemakaian. Peserta yang hadir memberikan respon yang baik selama kegiatan bahkan
beberapa diantara dari mereka ada yang memberi pertanyaan. Untuk mengetahui pemahaman
mereka, kami juga memberikan pertanyaan dan mereka dapat menjawabnya. Kegiatan ini
memberikan wawasan yang baru berupa cara pembuatan pupuk organic dari feses ternak
untuk hasil pertanian dan perkebunan yang baik.
Kata Kunci: Feses, Effective Microorganisme 4
PENDAHULUAN
Feses juga disebut kotoran adalah limbah tubuh padat yang dibuang dari usus besar
melalui anus saat buang air besar. Tinja biasanya dikeluarkan dari tubuh satu atau dua kali
sehari. Sekitar 100 sampai 250 gram (3-8 ons) kotoran diekskresikan oleh ternak. Biasanya,
kotoran yang terdiri dari 75 persen air dan 25 persen zat padat. Sekitar 30 persen dari materi
padat terdiri dari bakteri mati; sekitar 30 persen terdiri dari materi makanan yang dicerna
seperti selulosa; 10 sampai 20 persen adalah kolesterol dan lemak lainnya; 10 sampai 20
persen adalah zat anorganik seperti kalsium fosfat dan besi fosfat; dan 2 sampai 3 persen
protein. Em 4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam (segar)
yang didalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi
proses penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah. Mikroorganisme atau kuman yang
berwatak “baik “itu terdiri dari bakteri fotosintetik,bakteri asam laktat,ragi,aktinomydetes,dan
jamur peragian. Microorganisme menguntungkan tersebut (EM 4) telah lama ditemukan,
diteliti dan diseleksi terus menerus oleh seorang ahli pertanian bernama Profesor Teruo
Higa dari universitas Ryukyu Jepang. Dengan demikian, EM4 bukan merupakan bahan kimia
yang berbahaya seperti pestisida, obat serangga atau pupuk kimia lainnya. EM merupakan
campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10 Genius 80
Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat dengan pH 3,54,0. Terdiri dari mikroorganisme aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah
memberikan multiple effect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan
terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat,actinomicetes, ragi dan
jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan
asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi
Kelompok VI – KUKERTA XIV Universitas Muara Bungo
1
untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan
organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan
menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan. Actinomicetes menghasilkan zat anti
mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat
antibiotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk
mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu
mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba,
menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan
pakan
Pemanfaatan pupuk organik merupakan solusi untuk mengatasi kelangkaan dan
kenaikan harga pupuk anorganik yang terus melambung. Penggunakan pupuk organik
(berupa kompos) selalu mendapat perhatian semua kalangan karena bahan baku pembuatan
kompos ini selalu tersedia secara berlimpah di sekitar areal pertanian. Kompos mampu
memperbaiki sifat-sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah. Sumber bahan kompos antara lain
berasal limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah
tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, abu dapur.
Dusun Aur Gading terletak diantara 102.020424 garis Bujur Timur / -1.402423 garis
Lintang Selatan dengan topografi dataran rendah dan berbukit dengan ketinggian rata-rata
104 m dpl dengan tingkat kemiringan 400 dan bentuk topografi datar sampai berbukit. Jenis
tanah adalah Orgasol, Alluvial, Latasol, PMK, Andosol dan Komplek. Sehingga tanahnya
termasuk golongan Tipe A (Sangat Basa) dengan warna tanah sebagian besar kuning dengan
tekstur pasiran. Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-twmpat yang tingginya
tidak lebih dari 200 m dpl. Melihat dari struktur tanah yang mengembang pada waktu basah
dan pecah-pecah pada waktu kering dan ciri-ciri maka suhu tanah ini tergantung musim di
daerah tersebut.
Karena terletak di wilayah pada topografi dataran rendah maka Dusun Aur Gading
termasuk beriklim tropis dengan suhu atau temperature tahunan rata-rata antara 260 C dan
kelembaban rata-rata 55%-70% serta termasuk daerah yang berkategori sifat hujannya diatas
normal dilihat distribusi bulanan curah hujan yang cukup tinggi rata-rata 9 bulan per tahun
dan pergantian musim hujan dan kemarau.
Penggunaan lahan masyarakat tidak lepas dari kondisi iklim, dimana pada dasarnya
lahan yang dimilki oleh masyarakat lebih menyukai dengan keanekaregaman hayati. Luas
Dusun Aur Gading seluruhnya sekitar 3.300 Ha, dimana penduduknya mempunyai pekerjaan
sebagai petani, petani kebun dan buruh harian lepas.
Ditinjau dari komoditas yang diusahakan masyarakat adalah komoditas pertanian
seperti padi, jagung, ketela, ubi jalar dan komoditas perkebunan seperti karet, sawit, serta
komoditas kehutanan seperti kayu lainnya. Selain itu juga sebagian masyarakat melakukan
usaha pertanian persawahan baik tadah hujan maupun rawa yang memanfaatkan sumber
irigasi yang dibangun pemerintah.
Dilihat dari penjelasan tentang keadaan lokasi serta struktur tanah dan pencaharian
penduduk pengolahan feses ternak sangat menguntungkan untuk taraf ekonomi seperti
membantu penduduk untuk menghemat biaya pemakaian pupuk kimia beralih ke pupuk
organic serta dapat meningkatkan taraf ekonomi dengan diperjual belikan. Selain itu,
keuntungan lain dari pengolahan feses ternak menjadi pupuk organic adalah untuk menjaga
unsure hara tanah yang dapat menyuburkan lahan pertanian serta perkebunan warga
dikarenakan microorganism yang baik. Serta mengurangi resiko pencemaran akibat pemakain
pupuk kimia yang berbahaya.
Kelompok VI – KUKERTA XIV Universitas Muara Bungo
2
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Materi
Pembuatan bokashi tidak memerlukan tempat khusus.proses tersebut tidak terkena
matahari maupun hujan secara langsung. Oleh karenanya, tempat pembuatan diusahakan
beratap. Bila pengomposan dilakukan di atas tanah, sebaiknya diberi alas, misalnya plastic,
terpal atau dedaunan. Oleh sebab itu, pemilihan untuk lokasi pembuatan pupuk di laksanakan
pada kandang ternak warga yaitu Bapak Muhktadi, yang terlaksana pada hari Senin tanggal
27 Februari 2017.
Alat dan Bahan
Pembuatan kompos dengan kapasitas 1 ton diperlukan kotak yang berukuran 3m x 1m x
1,5m. Bahan utama (bahan organik) yang dibutuhkan untuk membuat bokashi ada beberapa
macam seperti jerami, pupuk kandang, kotoran hewan, rumput, pupuk hijau, sekam atau
serbuk gergaji. Bahan lain yang mutlak dibutukan adalah dedak. Kebutuhan dedak ini sekitar
10% dari total bokashi yang akan dihasilkan. Namun, jika bahan organik berupa kotoran
hewan (bukan pupuk kandang) maka kebutuhannya lebih banyak, sekitar 15-20%. Sebagai
sumber energi atau makanan bagi bakteri, pada tahap awal sebelum proses fermentasi
diperlukan molase (tetes tebu). Molase ini dapat diganti dengan gula putih atau gula merah.
Dari ketiga bahan tersebut, molase lebih baik daripada gula merah dan gula merah lebih baik
daripada gula putih. Hal ini dapat dipahami karena molas mengandung asam amino yang
lebih baik daripadagula merah dan asam amino pada gula merah lebih baik daripada dalam
dula putih. Selain dosis di atas, dalam pembuatan bokashi dapat digunakan dosis yang umum.
Bila akan menghasilkan 1 ton bokash, dapat digunakan takaran atau dosis: 80% bahan
oraganik, 10% pupuk kandang, 10% dedak, 1 liter EM4, 1 liter molase ( ½ kg gula pasir atau
½ kg gula merah), serta air secukupnya (kadar air 30 %).
Metode pelaksanaan
Khalayak Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat Dusun Aur Gading Kecamatan Jujuhan
Ilir, terutama masyarakat yang mempunyai lahan perkebunan dan pertanian.
Kerangka pemecahan masalah
Golongan yang dimiliki tanah di Dusun Aur gading adalah Golongan Tipe A (Sangat
Basa) dengan warna tanah sebagian besar kuning dengan tekstur pasiran. Di Indonesia jenis
tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 200 m dpl.
maka, kerangka pemecahan masalah adalah dengan :
1) Memberikan penyuluhan tentang guna feses ternak untuk lingkungan dan pengolahan
menjadi pupuk organic.
2) Memperaktekan cara pembuatan serta menerapkannya dirumah warga.
3) Membentu masyarakat dalam tahap penggunaan di lahan perkebunan warga.
Metoda Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan dilapangan meliputi :
1. Memberikan penyuluhan tentang pengolahan feses ternak yang melibatkan
masyarakat
2. Melakukan pengumpulan feses ternak.
3. Mengolah feses ternak yang telah dikumpulkan untuk menjadi pupuk organic dengan
bantuan EM4 dan melakukan proses fermentasi.
4. Mempresentasikan hasil pupuk organic yang telah siap pakai kepada peserta serta
mempraktekkan cara penggunaannya pada perkebunan, persawahan, dan pertanian.
5. Tanya jawab secara langsung dengan peserta, agar peserta penyuluh lebih memahami
metode ini.
Kelompok VI – KUKERTA XIV Universitas Muara Bungo
3
Metoda Evaluasi
1. Setelah dilakukan penyuluhan diadakan tanya jawab untuk melihat tingkat
pemahaman dari materi yang diberikan.
2. Mempraktekkan secara langsung kepada masyarakat agar mengetahui proses secara
detail untuk dapat diterapkan.
3. Evaluasi kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan dilihat dari pemahaman
mahasiswa dan masyarakat peserta.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan
Pengolahan Feses Ternak menjadi pupuk organic sangat cocok dilakukan di Dusun
Aur Gading Kecamatan Jujuhan Ilir di karenakan Dusun Aur Gading merupakan daerah
dataran rendah. Dan ditinjau dari komoditas yang diusahakan masyarakat adalah komoditas
pertanian, dan perkebunan. Berdasarkan hal ini maka kegiatan pengabdian pada masyarakat
ini adalah membantu masyarakat dalam pengolahan feses ternak menjadi pupuk organic
sehingga dapat meningkatkan penghasilan masyarakat setempat dan mengurangi resiko
terjadinya pencemaran lingkungan.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh Kukerta kelompok VI
Universitas Muara Bungo di Dusun Aur Gading Kecamatan Jujuhan Ilir. bertempat di
Kadang ternak salah satu masyarakat
.
Gambar 1. Pengumpulan serta penggemburan feses Ternak di salah satu kadang warga dan Posko Induk
Pelaksanaan pertama diawali dengan pengumpulan feses ternak dan penggemburan
yang bertujuan untuk pencampuran bahan dan pengeringan dapat diproses dengan cepat.
Gambar 2. Pencampuran EM4 dan bahan lainnya
Kelompok VI – KUKERTA XIV Universitas Muara Bungo
4
Gambar 3. Penutupan Pupuk untuk Fermentasi
Gambar 4. Penyuluhan cara Pemakaian Kepada Warga
Gambar 5. Foto bersama dengan warga penyuluhan
Berdasarkan kegiatan ini diharapkan pengetahuan masyarakat desa mengenai proses
pengolahan feses ternak menjadi pupuk organic dapat bermanfaat untuk masyarakat desa
serta dapat mengurangi resiko terjadinya pencemaran akibat pemakaian pupuk kimia yang
berlebihan.
Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi peserta penyuluhan untuk bisa lebih
mengembangkan ilmu yang ditujukan untuk pemanfaatan feses ternak yang berada
dilingkungan terutama pada masyarakat petani untuk menghemat pembiayaan untuk
pemupukan lahan pertanian dan perkebunan.
Kelompok VI – KUKERTA XIV Universitas Muara Bungo
5

Pembahasan
Effective Microorganism 4 (EM4) adalah kultur campuran dari berbagai
mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM4 ini mengandung
lactobacillus sp dan sebagian kecil bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, dan ragi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa hanya ada satu produk EM4 yang berhasil,
sedangkan yang lainnya gagal. EM4 yang berhasil adalah yang tambahkan dengan daun
lamtoro ke dalam bahan utama. Pembuatan EM4 ini dilakukan selama 4 minggu dengan
penambahan bahan secara bertahap tiap 1 minggu. Bahan utama yang digunakan adalah
bekatul/sekam padi dan penambahan sisa sayuran serta daun tanaman (daun lamtoro, manga,
belimbing dan jambu air) dengan perbandingan 1:1/2:1/2. 1 minggu pertama bahan yang
telah disimpan secara tertutup akan menjadi EM1. Bahan ini kemudian dicampurkan dengan
kulit buah yang telah dicacah dan disimpan selama 1 minggu untuk mendapatkan EM2.
Selanjutnya EM2 akan ditambahkan dengan air cucian beras dan air gula untuk menghasilkan
EM3. EM3 itu sendiri harus disimpan lagi selama 1 minggu tanpa penambahan bahan apapun
untuk mengdapatkan EM4. Jika EM4 berhasil maka bahan tidak akan ditumbuhi oleh jamur
maupun belatung.
Kegagalan pembuatan EM4 terjadi karena jumlah dan keragaman mikroorganisme
pengurai lebih kecil dari bahan baku yang digunakan. Suhu penyimpanan bahan juga belum
bisa memberantas mikroba pathogen. suhu merupakan faktor utama yang menyebabkan
organisme patogen dapat bertahan atau tidak dapat bertahan hidup pada bahan kompos saat
proses pengomposan. Selain pengaruh suhu, pencacahan bahan tambahan seperti daun
mangga yang memiliki struktur yang keras akan mempengaruhi proses pembusukan oleh
mikroba pengurai. Perbandingan bahan yang dicampurkan juga dapat berpengaruh terhadap
hasil produksi EM4.
Dedak dan bekatul adalah produk sampingan dari proses penggilingan beras. Dedak
(rice bran) terdiri dari lapisan luar butiran beras (perikarp dan tegmen) serta sejumlah
lembaga, sedangkan bekatul terdiri atas lapisan dalam butiran beras yaitu aleuron/kulit ari
beras serta sebagian kecil endosperma. Komponen mineralnya antara lain besi, alumunium,
kalsium, magnesium, mangan, fosfor dan seng. Kulit buah pisang mengandung 15% Kalium
dan 12% Fosfor lebih banyak daripada daging buah. Keberadaan Kalium dan Fosfor yang
cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk. Pupuk kulit buah pisang adalah
sumber potensial pupuk potasium dengan kadar K2O 46-57% basis kering. Selain
mengandung Fosfor dan Potasium, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur,
dan Sodium. Bahan-bahan ini digunakan karena kandungannya dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman.
Kelompok VI – KUKERTA XIV Universitas Muara Bungo
6
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyuluhan akan proses pengolahan feses ternak menjadi pupuk organic mendapatkan
antusias yang tinggi dari kalangan masyarakat yang mata pencahariannya merupakan bertani
dan berkebun serta pemahaman dari proses pembuatan hingga penyuluhan cara pemakaian
dapat dimengerti oleh masyarakat.
Diharapkan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini bermanfaat serta dapat
diterapkan dilingkungan msyarakat. Agar dapat mencapai tujuan utama dari program ini yaitu
mengurangi resiko terjadinya pencemaran akibat pemakaian pupuk kimia yang berlebihan.
Serta diharapkan, dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
yang lebih baik guna dapat memperjual belikan pupuk organic dikalangan petani.
DAFTAR PUSTAKA
1) Anonim.”Jenis Limbah Peternakan Sapi”.http://duniasapi.com/id/produk-sapi/1331-
cara-mudah-mengolah-kotoran-sapi-.html.
2) Sry Elfyrah."Pemanfaatan Kotoran Sapi".http://srielfyra.blogspot.com/2012/10/
makalah- pemanfaatan-kotoran- sapi.html.
3) CV,Mitra UKM. ”Membuat Pupuk Kompos Dari Kotoran Sapi” http://mesinmurah.com/index.php/artikel/69-membuat-pupuk-kompos-dari-kotoran-sapi.
Kelompok VI – KUKERTA XIV Universitas Muara Bungo
7
Download