Rizky Kharismawan Shaputra: Penerapan Grenn Marketing pada bisnis produk kosmetik 47 PENERAPAN GREEN MARKETING PADA BISNIS PRODUK KOSMETIK Rizky Kharismawan Shaputra Alumni Universitas Ma Chung Malang ABSTRAK Pada era globalisasi, banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bisnis produk kosmetik. Produk kosmetik yang beredar di pasaran cukup banyak dan membingungkan para konsumen untuk memilihnya serta masih dipertanyakan mengenai keamaanannya. Kebanyakan produk kecantikan yang dihasilkan masih belum ramah terhadap lingkungan dalam artian masih menggunakan zat-zat yang membahayakan. Pada saat ini para konsumen sudah memperhatikan mengenai kegiatan green marketing. Green marketing menuntut para pemasar untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang melibatkan lingkungan. Kata Kunci: green marketing, green product, green consumerism, produk kecantikan. ABSTRACT In the era of globalization, many emerging companies engaged in the business of cosmetic products. Cosmetic products on the market are numerous and confusing for consumers to choose and still be questioned about the safety. Most beauty products are produced is still not friendly to the environment in the sense that they use dangerous substances. At the moment consumers are concerned about green marketing activities. Green marketing requires marketers to be more careful in making decisions involving the environment. Keywords: green marketing, green product, green consumerism, cosmetic Pendahuluan Pada era globalisasi sekarang ini, kondisi bumi pada saat ini sedang di landa oleh suatu permasalahan yang cukup serius yaitu mengenai terjadinya pemanasan global. Pemanasan global merupakan suatu masalah yang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas serta dapat membawa beberapa dampak positif bahkan negatif bagi kondisi lingkungan serta kehidupan masyarakat. Dampak tersebut dapat mempengaruhi hampir dari seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kondisi lingkungan yang berubah-ubah dengan adanya pemanasaan global ini membuat sebagian masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Para masyarakat di dorong untuk terus berkembang meningkatkan kualitas kehidupannya seiring di dukung dengan perkembangan lingkungan pemasaran yang cukup pesat. Dalam perkembangan pada dunia industri, persaingan di antara perusahaan-perusahaan pun semakin ketat. Sedangkan permasalahan sosial dan lingkungan saling bermunculan seiring dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di bidang yang sejenis maupun berbeda jenis. Suatu persusahaan dituntut untuk harus dapat memenuhi semua keinginan dan kebutuhan yang di minta oleh para konsumen. Selain itu, juga banyak beberapa perusahaan yang semakin peduli akan lingkungan hidup. Bukti-bukti yang ditunjukan oleh beberapa ilmuan mengenai kepedulian lingkungan, yaitu seperti penipisan lapisan ozon yang secara langsung dapat memperbesar prevelensi penyakit kanker kulit dan berpotensi mengacaukan iklim dunia serta dengan adanya pemanasan global. Belum lagi masalah hujan asam, efek rumah kaca, polusi udara dan pencemaran air yang sudah pada taraf dan tingkat yang cukup berbahaya, kebakaran dan penggundulan hutan yang mengancam jumlah oksigen di atmosfir kita dan bencana alam seperti banjir, gempa bumi yang menyerang beberapa wilayah. Bahkan sampah sekarang menjadi masalah besar karena jumlah sampah yang semakin besar dan banyaknya sampah yang sulit untuk di daur ulang. (Wibowo, 2002). Masing-masing perusahaan harus cepat dan tanggap terhadap segala perubahan permintaan konsumen dan memenuhi semua keinginan dan kebutuhannya. Hal tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan guna memperoleh keunggulan dalam persaingan ketat yang sedang terjadi saat ini pada dunia bisnis. Cara lain yang dapat guna untuk memperoleh keunggulan yaitu dengan menentukan bagaimana cara memasarkan suatu produk atau jasa yang akan ditawarkan ke pasar. Tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen saja akan tetapi, masing-masing perusahaan harus dapat menentukan cara pemasaran seperti apakah yang cocok untuk diterapkan kepada pasar dan konsumen yang akan di tuju. Kebanyakan konsumen hanya menginginkan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhannya akan tetapi tidak memikirkan bagaimana dampaknya bagi lingkungan hidup. Sebagian besar konsumen tidak bersedia membayar lebih mahal untuk produk-produk yang bersifat ramah lingkungan. Banyaknya keinginan manusia yang harus dipenuhi sehingga para pemasar (marketer) berupaya untuk lebih inovatif dalam mengembangkan produk yang 48 Jurnal JIBEKA Volume 7, No 3 Agustus 2013 : 47-53 sebisa mungkin untuk memenuhi keinginan masyarakat akan keramahan lingkungan. Dengan adanya keinginan masyarakat akan keramahan lingkungan, maka penting bagi pemasar (marketer) untuk memanfaatkan sumber daya secara efisien tanpa limbah serta untuk mencapai kesuksesan suatu perusahaan. Banyak kalangan perusahaan yang berusaha untuk memproduksi suatu produk yang menarik dengan melakukan inovasi strategi perusahaan ke Green Marketing. Green marketing merupakan topik yang banyak dibicarakan di masyarakat pada saat ini. Banyak perusahaan yang berpendapat bahwa green marketing merupakan sebuah ide yang bagus dan berpotensi untuk kedepannya serta menerapkan sistem pemasaran green marketing guna untuk meningkatkan penjualan. Green marketing perlu diterapkan pada dunia pemasaran dikarenakan adanya ketertarikan para konsumen mengenai kepedulian terhadap lingkungan. Kondisi dunia adalah bukti menunjukkan orang yang peduli lingkungan dan mengubah perilaku mereka. Green marketing saat ini merupakan peluang besar untuk menerapkan strategi-startegi pemasaran terbaru. Green marketing menjadikan biaya-biaya produksi lebih efisien karena merupakan program daur ulang produk. Selain itu, perilaku masyarakat untuk melestarikan lingkungan menjadi dasar penting untuk melakukan green marketing sehingga pemasar dapat lebih mudah melakukan startegi-strateginya. Manfaat yang didapatkan dengan adanya green marketing adalah menghasilkan produk yang menggunakan bahan baku yang ramah terhadap lingkungan (green product). Hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan lingkungan hidup seperti pengurangan limbah industri, peningkatan efisiensi energi, dan mengurangi pelepasan emisi atau zat-zat yang beracun. Dalam kegiatan nonproduksi perusahaan juga dapat melakukan sesuatu yang peduli lingkungan yaitu dengan menghemat penggunaan energi yang berasal dari bumi. Disamping itu green marketing pula dapat mempengaruhi pertumbuhan pasar untuk produk yang berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial dan layanan. Pada green marketing tidak hanya sekedar menawarkan produk yang ramah lingkungan kepada konsumen, akan tetapi mengenai proses produksi dan distribusi produk tersebut. Pemasaran yang berbasis pada kelestarian lingkungan, merupakan perkembangan baru dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu peluang yang potensial dan strategis yang memiliki keuntungan ganda (multiplier effect) baik pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai pengguna (Allen, 2011). Salah satu sektor peindustrian yang sering disoroti pada kalangan masyarakat mengenai produk nya kerap hubungan nya dengan keramahan lingkungan adalah bisnis produk kosmetik. Bisnis produk kosmetik terus berkembang setiap tahunnya serta memberikan peluang yang cukup besar bilamana perusahaan-perusahaan lainnya ingin memasuki sektor industri ini. Dimana menurut Persatuan Kosmetik Indonesia (Petosmi) dikatakan bahwa omzet penjualan kosmetik tiap bulannya mencapai Rp. 40 miliar untuk perusahaan besar (Darmadji, 2008). Dengan adanya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian kosmetik di Indonesia cukup besar dan seiring dengan perkembangan jaman kosmetik menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi dikalangan wanita. Pembahasan Banyak perusahaan-perusahaan yang mulai sadar akan keramahan lingkungan yaitu dengan saling berupaya menghadirkan produk kosmetik aman dikarenakan, perusahaan khawatir akan image perusahaan itu sendiri. Image perusahaan harus di bangun sebaik mungkin guna memberikan keamanan bagi konsumen yang menggunakan produk kosmetik tersebut. Dengan memberikan keamanan kepada konsumen, maka dapat mempengaruhi konsumen dari pemilihan produk kosmetik. Selain dapat mempengaruhi konsumen dalam hal pemilihan produk, dapat juga mempengaruhi dari segi pemasaran produknya. Konsumen lebih memilih suatu produk yang bertanggung jawab dan ramah terhadap lingkungan hidup serta di dukung dengan munculnya Green Consumerism. Green consumrism merupakan gerakan konsumerisme global yang dimulai dengan adanya kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak, aman, serta produk yang ramah lingkungan (environment friendly). Produk yang ramah lingkungan adalah produk yang dihasilkan melalui proses dan menggunakan bahan yang dapat mengurangi tingkat kerusakan lingkungan (Haryadi, 2009). Persaingan sengit yang terjadi pada bisnis produk kosmetik dimana masing-masing perusahaan terus menerus berusaha memproduksi produk yang berkualitas tinggi dan bervariasi sehingga dapat bersaing dengan produkproduk yang ada lainnya. Meskipun adanya usaha untuk meningkatkan kualitas produk, akan tetapi masih banyak dari perusahaan-perusahaan produk kecantikan yang tidak bertanggung jawab mengunakan campuran zat-zat kimiawi berbahaya ke dalam produk kecantikannya guna untuk menghemat biaya produksi. Hal tersebut dapat membahayakan bagi konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut. 49 Rizky Kharismawan Shaputra: Penerapan Grenn Marketing pada bisnis produk kosmetik Tabel 1. Beberapa perusahaan penghasil produk kecantikan di Indonesia. No Perusahaan 1. PT. Rudy Soetadi & CO.Ltd (http://www.thetempogroup.net) 2. PT. Unilever (http://www.unilever.com/) 3. PT. Yasulor (http://www.loreal.co.id) 4. PT. Vita Pharm (http://www.vivacosmetic.com) 5. PT. Mustika Ratu (http://www.mustika-ratu.co.id/) 6. PT. Martha Tilaar (http://www.marthatilaargroup.com/) Sumber: www.cosmobeautyindonesia.com (2010) 2. Tabel 2. Produk Masing-Masing Perusahaan Kosmetik di Indonesia Perusahaan Produk Mustika Ratu (jamu tradisional, kosmetik, hair tonic, shampoo, PT. Mustika Ratu body lotion, masker, minuman herbal) PT. Unilever Unilever (Lux, Lifeboy, Citra, Vaseline, Dove, Sunsilk, Clear) 3. PT. Yasulor Loreal (kosmetik, shampoo, hair tonic) 4. PT. Vita Pharm Viva Cosmetic (kosmetik, body lotion, hair tonic) No 1. 5. PT. Martha Tilaar Martha Tilaar (kosmetik) Sumber: Majalah Marketing (2011) Tabel 3. Pertumbuhan Market Share Perusahaan Kosmetik di Indonesia Perusahaan 2005 2006 2007 2008 2009 Perubahan PT. Unilever 35,82 35,38 34,38 35,13 34,24 -1,58 PT. Yasulor 3,5 3,66 3,88 4,07 4,2 +0,70 PT. Vita Pharm 2,19 2,24 2,48 2,43 2,28 +0,08 PT Martha Tilaar 2,59 2,55 2,76 2,68 2,64 +0,04 PT. Mustika Ratu 1,93 1,99 2,31 2,3 2,29 Sumber: Euromonitor International from trade sources / national statistic (2011) +0,36 Pada akhirnya, dengan adanya green marketing memberikan suatu tantangan kepada para perusahaanperusahaan yang memproduksi produk kecantikan. Tantangan yang didapatkan yaitu memperhatikan mengenai aspek keramahan lingkungan apakah produk kosmetik yang di hasilkan oleh masing-masing perusahaan telah ramah lingkungan sehingga aman untuk digunakan oleh para konsumen. Perusahaan yang pintar akan tantangan ini bukan sebagai suatu ancaman melainkan sebagai peluang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Marketing Berdasarkan cara perusahaan melakukan kegiatan pemasarannya, terdapat enam konsep pemasaran menurut (Kotler, 2003) yaitu: 1. Konsep berwawasan produksi. Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan murah hargannya. 2. Konsep berwawasan produk. Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja, dan hal-hal inovatif lainnya. 3. Konsep berwawasan penjualan. 50 4. 5. 6. Jurnal JIBEKA Volume 7, No 3 Agustus 2013 : 47-53 Konsep ini berpendapat bahwa konsumen enggan untuk membeli dan harus didorong supaya membeli, terkecuali perusahaan menjalankan suatu usaha promosi dan penjualan yang efektif untuk merangsang pembelian. Konsep berwawasan pemasaran. Konsep ini berpendapat bahwa kunci utama untuk mencapai tujuan perusahaan terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada kompetitor. Konsep ini bersandar pada empat pilar utama yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran yang terkoordinir, serta keuntungan. Konsep berwawasan konsumen. Konsep ini beranggapan bahwa untuk meningkatkan penjualan maka perusahaan harus fokus terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat menaikkan loyalitas konsumen. Konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat. Konsep ini beranggapan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan, serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhinya dengan lebih efektif, serta lebih efisien daripada kompetitor dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Berdasarkan aspek sosial itu tersebut di atas, secara lengkap pemasaran didefinisikan sebagai proses sosial antara individu maupun kelompok dalam mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya melalui penciptaan (creating), penawaran (offering), dan kebebasan tukar menukar (freely exchanging) produk dan jasa satu sama lain (Kotler, 2003). Sedangkan secara manajerialnya pemasaran dideskripsikan sebagai "Seni dalam memasarkan sebuah produk atau jasa". Namun pada dasarnya bagian terpenting di dalam pemasaran adalah bukan penjualan itu sendiri. Penjualan hanya merupakan sebagian kecil dari pemasaran. Pemasaran sendiri dapat di artikan yaitu suatu proses sosial dimana setiap individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mepertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2003). Sedangkan The American Association mendefinisikan pemasaran sebagi proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga promosi dan distribusi ide barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi. Kartajaya (2005) menyimpulkan bahwa pemasaran adalah sebuah konsep bisnis strategis yang bertujuan untuk meraih kepuasan berkelanjutan bagi ketiga stakeholder utama yaitu pelanggan, orang-orang dalam organisasi itu, serta pemegang saham. Marketing adalah jiwanya, bukan sekedar bagian dari tubuh organisasi. Green Marketing Green marketing merupakan topik yang banyak dibicarakan di masyarakat pada saat ini. Semua orang berpendapat bahwa green marketing merupakan sebuah ide yang bagus dan berpotensi untuk kedepannya. Green marketing adalah proses dari menjual produk atau jasa dengan dasar keuntungan dari lingkungan. Seperti produk atau jasa yang ramah lingkungan melalui cara produksi atau kemasan. Green marketing semakin berkembang dengan bertambahnya jumlah dari konsumen yang semakin peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, pada green marketing ditekankan bahwa perlindungan lingkungan bukan berarti menghilangkan kesejahteraan ekonomi, tetapi sebaliknya mendorong pemikiran kembali tentang bagaimana mengaitkan pemasaran dengan perlindungan lingkungan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Grant (2007), green marketing merupakan fokus baru dalam usaha bisnis, yaitu sebuah pendekatan pemasaran stratejik yang mulai mencuat dan menjadi perhatian banyak pihak mulai akhir abad 20. Kondisi ini menuntut pemasar (marketer) untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang melibatkan lingkungan. Perhatian terhadap isu-isu lingkungan ini ditandai dengan maraknya para pelaku bisnis dalam menerapkan standar internasional atau lebih dikenal dengan ISO-14000. ISO-14000 ini merupakan sistem manajemen lingkungan yang dapat memberikan jaminan kepada produsen dan konsumen bahwa dengan memerapkan sistem tersebut produk yang dihasilkan baik limbah, produk yang telah digunakan, ataupun layanannya sudah melalui suatu proses yang memperhatikan kaidah-kaidah atau upaya-upaya pengelolaan lingkungan (Chandra and Cristian, 2002). International Organization for Standardization (ISO) mengembangkan suatu seri standar internasional untuk Eco Labelling (ISO 14000). Eco labelling yaitu kegiatan pemberian label yang berupa simbol, atribut atau bentuk lain terhadap suatu produk dan jasa. Label ini akan memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk atau jasa yang dikonsumsi tersebut sudah melalui proses yang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan (Rudi Haryadi, 2009). Definisi dari green marketing menurut American Marketing Association adalah memasarkan produk dengan cara ramah lingkungan, termasuk memodifikasi produk, merubah proses produksi, mengubah packaging bahkan melakukan perubahan cara promosi. Namun, Ottman (2006) mengusulkan konsep yang sedikit berbeda yaitu, Peraturan pertama pada green marketing adalah menfokuskan pada keuntungan konsumen. Ini mungkin terjadi Rizky Kharismawan Shaputra: Penerapan Grenn Marketing pada bisnis produk kosmetik 51 karena bila konsumen melihat keuntungan dari pembelian, mereka akan tertarik untuk melakukan pembelian lagi. Dengan konsep ini faktor lingkungan menjadi penghubung untuk terjadinya pembelian. Menurut (Grant, 2007) green marketing memiliki lima I yaitu: a. Intuitive – Making better alternative accessible and easy to grasp b. Intergrative – Combining commerce, technology, socia; effects ecology c. Inviting – A positive choice not a hair shirt d. Informed – Lack of knowledge is what most, distorts people behaviour Ada lima alasan mendasar mengapa para marketer seharusnya menerapkan green marketing menurut (World Business Council for Sustainable Development, 2003): a. Peluangan atau keunggulan dalam bersaing. Unsur “green” bisa menjadikan differensiasi bagi sebuah produk dan dengan pasar yang berubah menjadikan green product sebagai sebuah peluang bisnis baru. b. Corporate social responsibilities. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah suatu komitmen dari bisnis yang berkelakuan secara etika dan memberikan sumbangan kepada perkembangan ekonomi dan sekaligus meningkatkan kualitas dari pekerja dan keluarga mereka seperti komunitas lokal dan masyarakat secara luas. c. Tekanan dari pemerintah. Kebanyakan pemerintah sekarang ini memperhatian mengenai permasalahan produk yang tidak ramah lingkungan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mencari jalan untuk tetap mempertahankan bisnis mereka. d. Permasalahan dari biaya atau keuntungan. Dengan menghasilkan green product para pengusaha berharap bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. e. Tekanan dari persaingan bisnis yang ada. Semakin meningkatnya persaingan bisnis saat ini, mendesak perusahaan harus dapat berinovatif agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Inovasi green marketing bisa menjadikan salah satu senjata agar bisa bersaing. Green Product Junaedi (2005) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Green product harus mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dalam siklus hidup produk sehingga dapat meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Upaya minimalisasi tersebut untuk mendorong semua pihak agar berperan dalam pengembangan teknologi menuju produk ramah lingkungan. Pada sektor produksi, berbagai macam cara dapat dilakukan guna menghasilkan suatu produk yang ramah lingkungan yaitu salah satunya dengan menggunakan konsep green product yang berkelanjutan. Pada intinya, green product adalah upaya untuk meminimalkan limbah ketika proses produksi di samping memaksimalkan produk yang dibuat sekaligus memenuhi syarat ramah lingkungan. Green product sendiri harus mempunyai kualitas produk yang tahan lama dalam artian tidak mudah rusak, tidak mengandung racun, dibuat dari bahan yang dapat di daur ulang dan memiliki packaging yang minimalis. Kualitas produk seperti diatas masih menggunakan energi atau sumber daya yang menghasilkan emisi saat proses pembuatan maka dari itu, green product adalah dimana suatu produk memberikan dampak yang sekecil mungkin dalam pengaruhnya terhadap lingkungan. Yang harus diperhatikan dari produk adalah mengenai harga, kualitas, kenyamanan dan ketersediaan dari produk. Konsumen akan membayar lebih untuk green product. Harga yang lebih mahal dari harga rata-rata yang telah ditentukan hanya dapat di jual dengan menambahkan value pada produk. Banyak orang berpikir bahwa keefektivitasan green product akan berkurang dari produk biasa. Jaminan dari kualitas produk merupakan hal yang mendasar dan harus dikomunikasikan secara meyakinkan. Kualitas dinilai dari beberapa fitur termasuk performance, tampilan, perasaan, kenyamanan dan ketahanan dari suatu produk. Konsep yang sangat penting dalam sebuah green product adalah meminimalisasi kekecewaan konsumen sehingga membuat konsumen mencoba dan membeli green product. Konsumen biasanya merasa bahwa banyak atribut membuat sebuah produk menjadi baik. Strategi yang baik menawarkan pembuktian lingkungan di beberapa kategori pada waktu yang sama, seperti polusi air, sampah dan bahkan kualitas yang kurang memuaskan. Percaya akan kualitas sangat diperlukan, dan harus dikomunikasikan dengan cara yang meyakinkan. Produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang lebih tinggi, yaitu lebih berhubungan dengan lingkungan dan dibanding kompetisi di kalangan perusahaan. Jika tidak perusahaan akan dipandang gagal dalam penjualan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang jelas dan terbuka terhadap produk yang akan dipasarkan kepada konsumen. Selain itu perlu juga dilakukan monitoring pesaing untuk lihat apakah mereka sedang mengembangkan 52 Jurnal JIBEKA Volume 7, No 3 Agustus 2013 : 47-53 produk yang menyamai green product serupa, dengan harga yang lebih rendah atau dengan kualitas yang lebih rendah (Grant, 2007). Karakteristik produk hijau menurut beberapa peneliti, yaitu: a. Produk tidak mengandung toxic (racun). b. Produk lebih tahan lama. c. Produk menggunakan bahan baku dari bahan daur ulang. d. Produk menggunakan bahan baku yang dapar di daur ulang. e. Produk tidak menggunakan bahan yang dapat merusak lingkungan. f. Menggunakan kemasan yang sederhana dan menyediakan produk isi ulang. g. Tidak membahayakan bagi kesehatan manusia dan hewan. h. Tidak menghabiskan banyak energi dan sumber daya lainnya selama pemrosesan, penggunaan, dan penjualan. i. Tidak menghasilkan sampah yang tidak berguna akibat kemasan dalam jangka waktu yang singkat. Green Consumerism Green consumerism, sebagai kelanjutan dari gerakan konsumerisme global yang dimulai dari adanya kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak dan aman sehingga tuntutan terhadap produk yang ramah lingkungan semakin kuat. Sedangkan Green consumers memiliki keyakinan bahwa ada problem lingkungan yang nyata, problem tersebut harus ditangani dengan serius dan disikapi dengan cara yang aktif, mereka merasa mendapatkan informasi yang cukup dalam keseharian hidup mereka, setiap individu dapat dan harus memberikan kontribusi dalam menyelamatkan bumi dari bencana lingkungan yang menakutkan (Grant, 2003). Green consumerism didefinisikan sebagai “The use of individual consumer preference to promote less environtmentally damaging products and services” (Ottman, 2011). Yang menarik dari definisi ini adalah bahwa green consumerism muncul dari kesadaran setiap individu. Selanjutnya, produk yang diinginkan bukan benar-benar “green” namun cukup yang sedikit berkurang tingkat kerusakan yang dapat di timbulkannya. Penutup Kesimpulan Green marketing semakin dirasa penting oleh produsen dari berbagai macam jenis industri. Masyarakat sebagai konsumen juga sudah semakin peduli dalam arti bersedia membeli green product yang ramah terhadap lingkungan. Meskipun dipastikan harga dari green product lebih mahal daripada produk biasa, para konsumen tetap memilih green product yang di jamin mengenai keamanan dan kealamian bahan dasar yang digunakan dibandingkan dengan produk biasa. Produk biasa masih kurang terjamin mengenai apakah bahan dasar dan proses produksi nya sudah aman bagi konsumen yang akan menggunakan produk tersebut. Sedangkan di dalam green marketing, perusahaan menggunakan bahan dan fasilitas yang tidak merusak lingkungan dalam proses produksinya. Bahan yang digunakan biasanya dapat di daur ulang dan tidak berbahaya. Di Indonesia, dalam hal pemilihan produk kecantikan adalah sesuatu yang mudah namun ada beberapa hal yang menyebabkan pemilihan menjadi susah. Hal tersebut dikarenakan para konsumen dihadapkan pada banyak nya pilihan yang dapat menyebabkan kebingungan dalam memilih produk manakah yang ramah terhadap lingkungan dengan memiliki kualitas yang baik serta aman untuk digunakan. Jika salah dalam memilih produk kecantikan, maka dapat berakibat yang cukup fatal bagi kesehatan dan keindahan kulit konsumen itu sendiri. Banyak perusahaan yang merasa enggan menerapkan green marketing dalam memasarkan produknya dikarenakan produk yang ramah lingkungan pada umumnya akan dijual dengan harga yang cukup tinggi. Sedangkan mayoritas konsumen tidak ingin membayar lebih untuk hal tersebut sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan perusahaan. Disamping itu, riset yang dilakukan untuk menemukan teknologi produk baru yang ramah terhadap lingkungan membutuhkan biaya investasi yang cukup besar pula menyebabkan beberapa perusahaan enggan untuk melakukannya. Salah satu tantangan yang terjadi di dalam memasarkan green marketing adalah masyarakat yang sebenarnya tidak terlalu paham mengenai apa yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya terutama mengenai permasalahan green marketing. Saran Kesadaran konsumen berasal dari pengetahuan mereka tentang pentingnya menciptakan lingkungan sehat yang merupakan dasar adanya peningkatan kualitas kehidupan manusia. Peningkatan kualitas kehidupan dapat dikendalikan oleh individu konsumen dengan melakukan perubahan memilih dan mengkonsumsi barang tertentu yang ramah terhadap lingkungan. Di Indonesia sebenarnya cukup banyak regulasi lingkungan, baik yang berupa undang-undang maupun Peraturan Pemerintah dari Kementrian Lingkungan Hidup. Setiap perusahaan yang memproduksi barang dalam Rizky Kharismawan Shaputra: Penerapan Grenn Marketing pada bisnis produk kosmetik 53 bidang bisnis apapun sebetulnya wajib melakukan green marketing guna menjaga persepsi masyarakat terhadap citra perusahaan. Kesadaran akan pentingnnya membangun citra perusahaan semakin di sadarin oleh perusahaanperusahan penghasil produk kecantikan. Dimana perusahan produk kencantikan berlomba-lomba menghadirkan produk yang berkualitas tinggi tetapi tidak lepas pula mengenai keamanan dari produk itu sendiri. Produk yang aman adalah produk yang ramah akan lingkungan dengan berbahan dasar alami. Bila perusahaan dapat memproduksi produk yang ramah lingkungan maka dapat menaikan reputasi dari perusahaan tersebut. Keterlibatan konsumen akan adanya green marketing sangatlah berpengaruh pada lingkungan, sehingga para konsumen yang peduli terhadap lingkungan harus terlibat dalam memilih produk yang berhubungan dengan green product. Konsumen dapat lebih cepat tanggap terhadap informasi suatu produk yang mereka ingin kan dan yang dapat memenuhi kebutuhannya. Konsumen biasanya mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yaitu dari teman, keluarga, dan lain-lainnya. Green marketing bukan hanya mempromosikan produk yang ramah akan lingkungan melakinkan juga membina komunikasi dengan para konsumen ke depan nya dan dapat pula meningkatkan penjualan suatu produk. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Chandra, H.P & Cristian, D. (2002). Analisa Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14000) dan Kemungkinan Implementasinya oleh Para Kontraktor Kelas A di Surabaya. Dimensi Vol. 4 No. 2 September 2002 pp: 77-84. Chang, Nai-Jen. (2010). “Green Product Quality, Green Corporate image, Green Customer Satisfaction, And Green Customer Loyalty”. African Journal of Business Management Vol. 4 (13), October 2010. Chamarro, A., & Miranda, F.J. (2009). “Characteristics of Research on Green Marketing”. Journal Business, Strategy and The Environment, Vol. 18, No. 4. Darmadji, B. (2008). Industri Kosmetik Di Indonesia. Retrieved from http://kosmetik/JawaPos.html. Grant, John. (2007). The Green Marketing Manifesto. John Wiley & Sons, Ltd., West Sussex, England. Journal of Business Ethics, Vol. 29. Grant, R.M. (2003). “The Greening of Business: The Role of Green Consumerism, the limits of Earth”. Department of Marketing, University of Southern California. Kartajaya, Hermawan. (2005). “Marketing in Venus”. PT. Gramedia Pustaka. Kotler, P. (2003). “A Generic Concept of Marketing”. Journal of Marketing Vol. 36 No. 2. Haryadi, R. (2009). “Pengaruh Strategi Green Marketing Terhadap Pilihan Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix”. Junaedi, S.M.F. (2005). “Pengaruh Kesadaran Lingkungan pada Niat Beli Produk Hijau: Studi Perilaku Konsumen Berwawasan Lingkungan” Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 9, No. 2, hal. 189-201. Manongko, Allen. (2011). “Greeen Marketing dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Membeli Produk Organik”. Ottman, J.A., et al. (2006). ”Green Marketing Myopia: Ways to Improve Consumer Appeal for Environmentally Preferable Products”. Environment Volume 48, Number 5 pp 22-36 Heldref Publications, 2006. Ottman, J.A., et al. (2011). “Green Marketing: Challenges and Opportunities For The New Marketing Age”. NTC Business Books, Lincolnwood. Sari, H. (2008). “Pemasaran Produk Hijau: Profil Pelanggan Berdasarkan Usia, Gender, Pendidikan dan Pengalaman Membeli”, MBA-ITB Volume. 3 No. 4. Wibowo, B. (2002). “Green Consumerism dan Green Marketing: Perkembangan Perilaku Konsumen dan Pendekatan Pemasaran”. Usahawan, No. 6 Th XXXI Juni, pp : 12-15. Yazdanifard, Rashad. (2011). “The Impact Of Green Marketing Satisfaction and Environmental Safety”. International Conference on Computer Communication and Management, Vol.5.