15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Diskripsi Teori 1. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara, sedangkan menurut istilah adalah wahana pengantar pesan.Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauman audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan individu mereka sesuai dengan tujuanyg ingin dicapai.14 Sedangkan yang disebut media menurut pendapat dari para ahli yaitu: 1) Gagne menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis kompunen dalam lingkungan siswa, yang dapat merangsangnya untuk belajar.15 14 Azmawir, Basyaruddin Usman. Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 15 Arif Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 ), hal. 1 hal. 3 16 2) Ahmad Rohani menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di indera yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi.16 3) Media Merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan audien sehingga dapat mendorong proses belajar pada dirinya.17 Beberapa definisi media diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan agar lebih bisa dipahami dan membangkitkan motivasi dan minat belajar. Setelah memahami apa yang disebut dengan media, berikut dikemukakan apa yang disebut dengan media pembelajaran menurut para ahli yaitu: 1) Dalam Muhaimin, Martin dan Briggs memberikan batasan mengenai media pembelajaran yaitu mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa.18 2) Sudarwan Danim menyatakan media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang 16 Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 3 17 Azmawir, Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hal. 11 18 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hal. 91 17 digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.19 3) Ahmad Rohani menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara efektif dan efisien.20 4) Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sudah dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat AlAlaq ayat 1-5 yang berbunyi: ِ ِْ ) خلَق1( اِقْ رأْبِاس ِم ربِّك الَّ ِذي خلَق )3( ك ْاْلَ ْكراَُم َ ُّ) اقْ َرأْ َوَرب2( اْلنْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق َ َ َ َ ْ َ ْ َ ِْ ) علَّم4( الَّ ِذي علَّم بِالْ َقلَ ِم )5( اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم ََ ََ ْ Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,dan Tuhan mulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia)dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-alaq 1-5)21 19 Sudarwan Danim. Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara: 1994), hal. 7 Ahmad Rohani, Media Intruksional... hal. 4 21 Tafsir Muyassar Jilid 4, (Jakarta: Qisthi Press, 2007). hal. 632 20 18 Ayat tersebut membuktikan bahwa penggunaan media tidak hanya diaplikasikan pada zaman sekarang melainkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW juga sudah diterapkan. Hal ini dapat kita lihat pada “bilqolam” dari ayat diatas, yang artinya “dengan perantara kalam” maksud dari kata tersebut adalah Allah memerintahkan Nabi untuk mengajarkan manusia dengan menggunakan perantara kalam (baca-tulis), yang manabaca tulis adalah termasuk salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan perantara yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, dan sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran dan membangkitkan semangat dalam diri siswa untuk belajar. Berdasarkan beberapa batasan tentang media pengajaran, maka dapat dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung dalam media pengajaran, antara lain: 1) Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenalsebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yangterdapat dalam perangkat keras yang ingin disampaikan kepada siswa. 19 2) Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan visual. 3) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada prosesbelajar baik dalam kelas maupun di luar kelas. 4) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksiguru dan siswa dalam proses belajar mengajar. 5) Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (misalnya: radio,televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: perorangan slide, (misalnya: film,video, modul, OHP) komputer, atau radio, tape,atau kaset vudeo recorder). 6) Sikap, perbuatan, organisasi, starategi, menejemen yang berhubungandengan suatu ilmu.22 Jadi dari batasan-batasan dan ciri-ciri umum di atas media pembelajaran berupa hard ware dan soft ware dan bisa dilihat serta didengar dan juga membantu guru untuk mempelancar dalam proses belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi dan interaksi edukatif. Dan membantu mempermudah siswa dalam memahami pesan yang disampaikan oleh guru. Diuraikan diatas bahwa media pembelajaran sangatlah penting dalam pembelajaran, dan salah 22 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 6 20 satu media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah media audio visual. karena mediaaudio visual termasuk media pembelajaran yang memiliki kemampuan lebih, yaitu media yang sekaligus melibatkan dua panca indera yaitu panca indera pendengar dan indera melihat. b. Pemilihan Media Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut di perharikan dalam memilih media. 1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan daam bentuk tugas yang harus dikerjakan/ dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsi-prinsip seperti sebab akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsepkonsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan yang lebih tinggi. 21 2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Televisi, misalnya, tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu. 3) Praktis, luwes, dan bertahan.jika tidak tersedia waktu, dana, sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru atau instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemanamana 22 4) Guru terampil menggunakannya.ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. Proyeksi tranparansi (OHP), proyektor slide dan film, komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar. 5) Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. 6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memnuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.23 23 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 75-77 23 c. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Menurut Hamalik (1986) yang dikutip oleh arsyad azhar dalam bukunya media pembelajaran mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan membangkitkan keinginan motivasi dan dan minat rangsangan yang kegiatan baru, belajar mengajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkat motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.24 Sedangkan menurut Levie & Lents (1982) yang dikutip oleh arsyad azhar dalam bukunya media pembelajaran mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: 1) Fungsi atensi media visual meruapakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yagn berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyerttai 24 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.15-16 24 teks materi pelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran kumingkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. 2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras 3) Fungsi kognitif media visualterlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.25 25 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.16-17 25 d. Evaluasi Media Pembelajaran Apabila media dirancang sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, ketika mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran itu sudah termasuk pula evaluasi terhadap media yang digunakan. Data empiris yang berkaitandengan media pembelajaran secara umum bersumber dari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1) Apabila media pembelajaran yang digunakan efektif ? 2) Dapatkah media pembelajaran itu diperbaiki dan ditingkatkan ? 3) Apakah media pembelajaran itu efektif dari segi biaya dari segi biaya dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa ? 4) Kriteria apa yang digunakan untuk memilih media pembelajaran itu ? 5) Apakah isi pembelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu ? 6) Apakah prinsip-prinsip utama penggunaan media yang dipilih telah diterapkan ? 7) Apakah media pembelajran yang dipilih dan digunakan benarbenar menghasilkan hasil belajar yang direncanakan ? 8) Bagaimana sikap siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan ? Tujuan evaluasi media pembelajaran berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan diatas, yaitu : 26 1) Menentukan apakah media pembelajaran itu efektif. 2) Menentukan apakah media pembelajaran itu dapat diperbaiki atau ditingkatkan. 3) Mentapkan apakah media itu cost-effective dilihat dari hasil belajar siswa. 4) Memilih media pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. 5) Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu. 6) Menilai kemampuan guru menggunakan media pembelajaran. 7) Mengetahui apakah media pembelajaran itu benar-benar memberi sumbangan terhadap hasil belajar seperti yang dinyatakan. 8) Mengetahui siskap siswa terhadap media pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dikusi kelas dan kelompok interview perorangan, obsevasi mengenai perilaku siswa, dan evaluasi media yang telah tersedia. Kegagalan mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan tentu saja merupakan indikasi adanya ketidakberesan dalam proses pembelajaran khususnya penggunaan media pembelajaran. Dengan melakukan diskusi bersama siswa, kita mungkin dapat memperoleh informasi bahwa siswa, misalnya lebih menyenangi belajar mandiri daripada belajar dengan media pilihan kita. Atau, siswa tidak menyukai penyajian materi pelajaran kita dengan menggunakan 27 media transparansi, dan mereka merasa bahwa mereka akan dapat belajar lebih banyak lagi jika pelajaran itu disajikan melalui video atau film. Evaluasi bukanlah akhir dari siklus pemebelajaran, tetapi ia merupakan awal dari suatu siklus pembelajaran berikutnya. Walker & Hess memberikan kriteria dalam me-review perangkat lunak media pembelajaran yang berdasarkan kepada kualitas. 1) Kualitas isi dan tujuan: Ketepatan, Kepentingan, Kelengkapan, Keseimbangan, Minat/perhatian, Keadilan, Kesesuaian dengan situasi siswa 2) Kualitas instruksional : Memberikan kesempatan belajar, Memberikan bantuan untuk belajar, Kualitas memotivasi, Fleksibilitas instruksionalnya, Hubungan dengan program pembelajaran lainnya, Kualitas sosial interaksi instruksionalnya, Kualitas tes dan penilaiannya, Dapat memberi dampak bagi siswa, Dapat membawa dampak bagi guru dan pembelajarannya 3) Kualitas teknis: Keterbacaan, Mudah digunakan, Kualitas tampilan tayangan, Kualitas penanganan jawaban, Kualitas pengelolaan programnya, Kualitas pendokumentasinya26 26 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.173-176 28 2. Media Visual a. Pengertian media pembelajaran visual Media Visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Adapun media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.27 c. power point 1) Pengertian Power Point Power point disini dapat diartikan sebagai perangkat lunak yang paling tersohor yang biasa dimanfaatkan untuk presentasi. Pemanfaatan power point atau perangkat lunak lainnya dalam presentasi menjadi sangat mudah, dinamis, dan sangat menarik.28 2) Pelaksanaan Media Pembelajaran Power Point Sadiman, dkk. mengemukakan bahwa ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: (a) Media jadi, karena sudah merupakan komoditi perdagangan yang terdapat dipasaran luar dalam keadaan siap jadi (media by 27 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 141 28 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal. 150 29 utilitation); (b) media rancangan, yang perlu dirancang dan disiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu (media by designs).29 Dari pernyataan tersebut dapat dikategorikan bahwa power point merupakan media rancangan yang mana di dalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. perangkat keras (hardware) yang difungsikan dalam mengispirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit komputer lengkap. Guru dalam pengajarannya dapat memanfaatkan power point tersebut dalam memberi atau menyampaikan materi pelajaran kepada para siswanya. Melalui kecanggihan teknologi ini proses belajar pastinya akan menjadi lebih menarik. Dan semakin kreatif guru dalam memanfaatkan teknologi, maka akan lebih baik pula daya serap siswa terhadap materi pelajaran.30 Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap media pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga power point. Pada umumnya power point dapat 29 Sadiman, Media Pendidikan Pengertian..., hal. 83 Sandy Guswan, “Guru Digital”, dalam http://guswan76.wordpress.com, diakses 20 30 Juni 2016 30 dipandang sebagai alat untuk mempertinggi berbagai teknologi pengajaran. Dalam hubungan ini ada beberapa kelebihan dalam pendayagunaan power point dalam pengajaran, misalnya: a) Cara kerja baru dengan power point akan menumbuhkan motivasi kepada siswa dalam belajar. b) Warna dan grafis animasi dapat menambahkan kesan realisme dan menuntut latihan, kegiatan laboratorium, simulasi, dan sebagainya. c) Respon pribadi yang cepat dalam kegiatan-kegiatan belajar siswa akan menghasilkan penguatan yang tinggi. d) Rentang pengawasan guru diperlebar sejalan dengan banyaknya informasi yang disajikan dengan mudah diatur oleh guru.31 e) Kemampuan untuk menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh pemakainya, yang diistilahkan dengan “kesabaran komputer”, tanpa harus menyusun ulang. f) Dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya relatif kecil. Seperti halnya penggunaan 31 Nana Sudjana dan Rivai, Media …, hal. 137-138 31 program komputer simulasi untuk melakukan percobaan pada mata pelajaran sains.32 Dari beberapa uraian tersebut dapat diketahui bahwa media power point mempunyai banyak sekali kelebihan yang tidak dimiliki oleh media pembelajaran lainnya. Oleh sebab itu, kelebihan-kelebihan itu harus dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya, agar tujuan dari penggunaan media pembelajaran tersebut dapat tercapai. Namun perlu diingat pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Begitupun dengan media powerpoint, berikut beberapa kelemahan yang dimiliki oleh media powerpoint: 1) Untuk mengoperasikan membutuhkan powerpoint keterampilan khusus seseorang tentang komputer pada umumnya dan microsoft powerpoint pada khususnya. 2) Powerpoint harus dijalankan dengan komputer yang mana membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mendapatkannya. 32 Agus Suyadi, ”Makalah Manfaat Komputer agussyadi.files.wordpress.com, diakses 20 Juni 2016 dalam Pembelajaran”, dalam 32 3. Media Audio-Visual a. Pengertian media pembelajaran audio-visual Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Kata medium dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju ke penerima.33 Dengan kalimat yang lain dapat dijelaskan, bahwa media adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi. Kaitannya dengan pembelajaran, maka media diartikan sebagai suatu perantara atau alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hamalik dalam Arsyad mengemukakan bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.34 Sementara itu, Asnawir dan Basyiruddin Usman menyatakan bahwa pengertian media merupakan suatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.35 Sedangkan menurut Djamarah dan Zain media diartikan sebagai 33 Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hal. 4 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 4 35 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 34 hal. 11 33 "sumber belajar"36 dan dengan mengutip Udin Saripuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu "manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan".37 Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang dijadikan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Dengan bahasa lain dapat dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar keberadaan media sangat penting dalam membantu guru menyampaikan materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan kata audio-visual merupakan kata majemuk berasal dari bahasa Inggris yakni audio yang berarti penerimaan bunyi pendengaran,38 dan visually, yang berarti yang dapat dilihat, dengan cara yang tampak/yang dapat disaksikan.39 Sehingga dapat disimpulkan bahwa audio-visual dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat. Menurut Ahmad Rohani media audio visual diartikan media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang 36 Djamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakart: Rineka Cipta, 2002), hal. 138 Ibid, hal. 139 38 Yan Peterson, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Surabaya: Karya Agung, 2005), hal. 32 39 Ibid, hal. 390 37 34 dapat dilihat, didengar dan yang dapat dilihat dan didengar.40 Sementara itu, Wina Sanjaya menyatakan bahwa pengertian media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara jugamengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya rekaman video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya.41 Berdasarkan pengertian media audio-visual di atas, maka media pembelajaran audio-visual dapat diartikan sebagai suatu alat bantu yang dapat dilihat sekaligus didengarkan berupa rekaman video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga materi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik (siswa). Sejalan dengan hal tersebut, Ngainun Naim menjelaskan secara panjang lebar tentang media pembelajaran audio-visual, sebagai berikut: Media audio-visual adalah sarana atau media yang utuh untuk mengolaborasikan bentuk-bentuk visual dengan audio. Media ini bisa dipergunakan untuk membantu penjelasan guru sebagai peneguh, sebagai pengantar, atau sebagai sarana yang didalami. Media ini tidak hanya dikembangkan melalui bentuk film saja, tetapi dapat dikembangkan melalui sarana komputer dengan teknik 40 41 Ahmad Rohani, Media Instruksiaonal Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 97 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 172 35 powerpoint dan flash player. Untuk menjalankan media ini perlu ketrampilan dan sarana yang khusus.42 Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran audio-visual dapat diartikan sebagai sarana atau media yang menggabungkan bentuk suara dan gambar bergerak yang digunakan untuk membantu penyampaian materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga siswa dapat menerimanya dengan baik. b. Jenis-jenis Media Audio-Visual Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio-visual, antara lain: 1) Televisi Televisi sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dangambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar. Dengan demikian,ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara yaitupenyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran progam yang telah direkam diataspita film atau pita video. Televisi pendidikan dapat menjadi alat 42 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 224 36 yang baik bagi penyuluh.43 Televisi intruksional berbeda dari televisi penyiaran, yaitu dalam hal materinya yang tidak didesain untuk di distribusikan oleh stasiun penyiaran massa. Menurut Gopper, menggunakan pelajaran melalui televisi untuk mengajarkan pelajaran disekolah lanjutan, dengan maksud menunjukkan bahwa tujuan-tujuan tingkat rendah dapat dicapai dengan cara televisi yang konvensional. Sedangkan tujuan tingkat lebih tinggi dapat dicapai apabila progam televisi mengandung situasi yang memungkinkan siswa untuk secara aktif memberikan respon terhadap progam tersebut.44 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswayang belajar melalui progam televisi untuk bebbagai mata pelajarandapat mengusai mata pelajaran tersebut sama seperti mereka yangmempelajarinya melalui tahap muka dengan guru kelas. 2) Proyektor Transparasi (OHP) Overhead projector adalah alat audio-visual yang sangat seringdigunakan dalam berbagai progam pendidikan orang dewasa.45 Beberapa pendidik merencanakan seluruh 43 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 197 44 45 Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal.162 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 181 37 progam pengajaran mereka dengan menggunakan transparansi atau overhead projector. Transparansi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor. Kemampuan proyektor memperbesar gambar membuat media ini berguna untuk menyajikan informasi pada kelompok yang besar dan pada semua jenjang. OHP dirancang untuk dapat digunakan di depan kelas sehingga guru dapat selalu berhadapan atau menatap langsung dengan siswanya. Menurut Chance membandingkan pemakaian papan tulis dengan OHP dalam mengajarkan gambar-gambar tehnik. Hasilnya, lebih baik dengan OHP. Waktu pelaksanaan dikurangi 20%, yang berarti bahwa lebih banyak waktu dapat di gunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk diskusi dan praktek. Hal-hal yang sama jugaditemukan oleh penelitipeneliti lain.46 3) Video Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar 46 Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal.159-160 38 bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate.47 4) Komputer Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yangotomatis melakukan pekerjaan yang diperhitungkan sederhana danrumit. Satu unit komputer terdiri atas empat kelompok komponendasar, yaitu input (misal keyboard dan writingpad), prosesor (CPU:unit pemroses data yang diimput), penyimpanan data (memori yangmenyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik secara permanen (ROM) maupun untuk sementara (RAM), dan ouput (misal layar monitor, printer atau plotter).48 komputer memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti CD 47 Putra Arif, “PENGERTIAN VIDEO” dalam http://putra arif (XMMB) PENGERTIAN VIDEO.htm, diakses 7 Juni 2016 48 Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). hlm. 52 39 player, video tape, dan audio tape. Disamping itu, komputer dapat merekan, menganalisis dan memberi reaksi kepada respon yang di input oleh pemakai atau siswa.49 5) LCD Proyektor Projektor adalah perangkat yang menginte grasikan sumber cahaya, sistem optik, elektronik dan display dengan tujuan untuk memproyeksikan gambar atau video ke dinding atau layar. Mengapa projector ? Dibandingkan dengan media yang lain seperti Plasma atau LCD Display, projector memiliki beberapa kelebihan seperti, dapat membuat tampilan yang sangat besar, dapat di bawa dengan mudah serta fleksibilitas yang tinggi. 50 c. Fungsi dan Manfaat Media Audio-Visual Seorang ahli dalam bidang audio visual mengatakan “perhatian yang semakin luas dalam penggunaan alat-alat audio-visual telah mendorong bagi diadakan banyak penyelidikan ilmiah mengenai tempatdan nilai alat-alat audiovisual tersebut dalam pendidikan”. Penyelidikan itu telah 49 Ibid hal 53 Muhamad wahyu taufik, “Pengertian projektor”, http://muhamadwahyutaufik.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-dan-fungsi-proyektor.html diakses pada tanggal 10 juni 2016 50 40 membuktikan, bahwa alat-alat audio-visual jelas mempunyai nilai yang berharga dalam bidang pendidikan, antara lain: 1) Media audio-visual dapat mempermudah orang yang menyampaikan dan memudahkan dalam menerima sesuatu pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian. 2) Alat-alat media audio-visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan meteri yangtelah disampaikan oleg guru. 3) Alat-alat audio-visual tidak hanya menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat, tetapi apa yang diterima melalui alat-alat audio-visual lebih lama dan lebih baik, yakni tinggal dalam ingatan. 4) Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lambat membaca dan memahami.51 Sejumlah penelitian tentang manfaat alat bantu audiovisual telah membuktikan 51 dilakukan. bahwa alat Hasil bantu penelitian akhirnya audio-visual Amir Hamzah, Media Audio-Visual, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal.17-18 tidak 41 diragukan lagi dapat membantu dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik. Ada beberapa manfaat alat bantu audio-visual dalam pengajaran, antara lain: 1) Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar. 2) Mendorong minat. 3) Meningkatkan pengertian yang lebih baik. 4) Melengkapi sumber belajar yang lain. 5) Menambah variasi metode mengajar. 6) Meningkatkan keingintahuan intelektual. 7) Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu. 8) Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.52 Akibat dari apa yang diuraikan diatas, sekarang orang gandrung menggunakan alat-alat audio-visual karena dianggap sebagai salah satu media yang mampu memenuhi kebutuhan dalam pengajaran di era modern seperti sekarang ini, terutama pada alat-alat audio-visual yang dapat memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan 52 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 173 42 keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki yang akhirnya menjerumus kepada pengertian yang lebih baik. d. Faktor Kelebihan dan Kekurangan Media Audio-Visual Menurut Nana Sudjana (1991) dan Sudirman N, dkk (1991). Menyimpulakan tentang beberapa kelebihankelebihan media audio-visual, termasuk teks terprogam, adalah: 1) Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik, serta dapat mempelancarpemahaman informasi yang disajikan dalam dua format, verbal danvisual. 2) Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan yang disusun, siswa dapat segera mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. 3) Menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas, misalnya: gunung, sungai, masjid, ka‟bah. Obyekobyek tersebut dapat ditampilkan melalui foto, gambardan film. 43 4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. 5) Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme.Misalnya, untuk menjelaskan bagaimana sistem peredaran darah padamanusia, maka digunakanlah film.53 Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan padamedia audio-visual ini adalah: 1) Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam-macam menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya. 2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri. 3) Pengadaan film atau video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak. 53 Ibid. hal. 156 44 4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangannya. 5) Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa, sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa. 6) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.54 e. Film dan Video Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suaa yang sesuai. Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik 54 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatan),(Bandung: Sinar Baru,1991), hal 131 45 tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. f. Kelebihan Film dan Video 1) Film dan video dapat melengkapi pengalamanpengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dll. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut. 2) Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulangulang jika dirasa perlu. Misalnya, langkah-langkah cara berwudhu yang benar. 3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare yang dapat membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan makanan dan lingkungan. 4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat menngundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan video, 46 seperti slogan yang sering di dengar, dapat membawa dunia didalam kelas. 5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langusng seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas. 6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar ataupun kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun yang perorangan. 7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambara frame dari frame, film yang dalam waktu normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit saja. Misalnya proses kejadian mekarnya kembang mulai dair kuncup bungan hingga kuncup itu mekar. g. Kelemahan Film dan Video 1) Pengadaan film dan video pada umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak 2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. 3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengna kebutuhan dan tujuan belajar yang 47 diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.55 3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak a. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Mata pelajaran aqidah akhlak ini merupakan cabang dari pendidikan Agama Islam, menurut Zakiyah Daradjat pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.56 Aqidah dilihat dari segi bahasa (etimologi) berarti “ikatan”. Aqidah seseorang, artinya “ikatan seseorang dengan sesuatu”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqodaya‟qudu-aqidatan. 57 Sedangkan menurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang 55 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 49-50 56 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 130. 57 Taufik Yumansyah, Buku Aqidah Akhlak cetakan pertama, (Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2008), hal. 3. 48 yang membuat hati tenang. Dalam Islam akidah ini kemudian melahirkan iman, menurut Al-Ghozali, sebagai mana dikutip oleh Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan dengan lidah mengakui kebenarannya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota. 58 Adapun secara terminologi ada beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya: 1) Ibnu Maskawaihi memeberikan pengertian akhlak sebagaimana yang Tatapangarsa. Akhlak seseorang yang dikutip oleh adalah Humaidi keadaan mendorongnya jiwa melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. 59 2) Hamid Yunus sebagaimana dikutip oleh Asmara mengatakan: akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik. 60 3) Ahmad Amin dikutip oleh Asmaran mengatakan: Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu disebut akhlak, 58 keadaan seseorang mendorong untuk Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 235. 59 humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hal. 14. 60 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hal. 1. 49 melakukan perbuatan-perbuatn tanpa melalui pertimbangan pikiran.61 4) Farid Ma‟ruf sebagaimana dikutip oleh Zahrudin dan Hasanudin Sinaga mengatakan bahwa akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.62 Dari beberapa paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki akhlakul karimah hidupnya akan terasa tenang dan bahagia karena terhindar dari sifat-sifat buruk. Namun sebaliknya seseorang yang akhlaknya buruk, maka hidupnya akan merasa tidak tenang dan resah. Akhlak memang bukanlah barang mewah yang mungkin tidak terlalu dibutuhkan, tetapi akhlak merupakan pokok/sendi kehidupan yang esensial, yang harus dimiliki dan menjadi anjuran dari agama (Islam). Djazuli dalam bukunya yang berjudul Akhlak Dasar Islam menyatakan bahwa: 1) Akhlak yang baik harus ditanamkan kepada menusia supaya manusia mempunyai kepercayaan yang teguh dan kepribadian yang kuat. 2) Sifat-sifat terpuji atau akhlak yang baik merupakan 61 62 Ibid., hal. 2. Zahrudin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak..., hal.6. 50 latihan bagi pembentukan sikap sehari-hari, sifatsifat ini banyak dibicarakan dan berhubungan dengan rukun Islam dan Ibadah seperti sholat, puasa zakat, dan sodaqoh. 3) Untuk mengatur hubungan yang baik antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia.63 Dari pengertian diatas dapat kita ketahui kegunaan akhlak yang pertama adalah berhubungan dengan Iman manusia, sedangkan yang kedua berhubungan dengan ibadah yang merupakan perwujudan dari Iman, apabila dua hal ini terpisah maka, akhlak akan merusak kemurnian jiwa dan kehidupan manusia. Untuk mengembangkan aqidah akhlak bagi siswa atau remaja diperlukan modofikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya dimana anak tinggal. Program pengajaran moral seharusnya disesuaikan dengan karakteristik siswa tersebut, yang termasuk unsur moral adalah 1) Penaralan moral, 2) Prasaan, 3) Prilaku moral serta 4) Kepercayaan eksistensial/iman.64 Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan 63 64 Dzajuli, Akhlak Dasar Islam, (Malang: Tunggal Murni, 1982), hal. 29-30. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), hal. 10. 51 meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Qur‟an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dan hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.65 Peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat harus ditingkatkan, karena jika pendidikan Agam Islam (yang meliputi: Aqidah Akhlak, Qur‟an Hadits, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik. Pendidikan atau mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian integral dari pendidikan Agam Islam, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktikkan nilai-nilai keyakinan 65 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama Ri, 2003), hal. 1. 52 keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam mata pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu pedoman kehidupannya.66 b. Dasar Aqidah Akhlak 1) Dasar aqidah Dasar aqidah Islam adalah Al-Qur‟an dan Hadits. Di dalam Al- Qur‟an banyak disebutkan pokok-pokok aqidah seperti cara-cara dan sifat Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga dan neraka. Mengenai pokokpokok atau kandungan aqidah Islam, antara lain disebutkan dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 285 sebagai berikut: ِِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِِِ ِ َّ اَمن ي اَ َح ٍد َ ْ َالر ُس ْو ُل ِبَآاُنْ ِزَل الَْيه م ْن َّربَّه َوالْ ُم ْؤمنُ ْو َن ُكلٌّ اََم َن بِاللَّه َوَملَئ َكته َوُر ُسله َْلنُ َفِّر ُق ب ََ قلى قلى ِ َِ ِّمن ُّرسلِ ِه وقَالُو ِ ك الْم )285( صْي ُر َ َاَس ْعنَ َاواَطَ ْعنَاغُ ْفراَن ْ َ ُ ْ َ َ ك َربَّنَ َاوالَْي قلى Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang 66 Ibid., hal. 1. 53 diturunkan kepadanya (Al- Qur ‟an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membedabedakan seseorang pun dari rasul-rasul-Nya. ” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali. ” (Q.S. Al-Baqarah: 285)67 2) Dasar akhlak Allah SWT telah menunjukkan tentang gambaran dasar-dasar akhlak yang mulia, sebagaimana yang tertera dalam firma-Nya, yaitu Q.S. Al- A‟raf ayat 199: ِ ِ ْ ف واَ ع ِرض ع ِن ِ ِ )199( ي َ ْ ْ َ ُخذالْ َع ْف َو َوأ ُْم ْر بِالْعُْر َ ْ اْلَاهل Artinya : “Jadilah Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”.(Q.S. Al-A‟raf: 199). 68 Akhlak merupakan satu hal yang sangat penting 67 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Duta Ilmu Surabaya:2005), hal. 60-61. 68 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Duta Ilmu Surabaya: 2005), hal. 237. 54 untuk dimiliki oleh setiap individu umat Islam. Hal ini didasarkan atas dari Rasulullah SAW yang begitu berakhlak mulia dan kita sebagai umatnya sudah selayaknya memiliki akhlak mulia ini. )4( َّك لَ َعلَى ُخلُ ٍق َع ِظي ٍم َ َوإِن Artinya: “Dan Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur ”. (Q.S. Al Qalam:4) 69 Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan aqlaknya. Penggunaan istilah “khuluqun „adhiim” ( خلق العظيم ) menunjukkan keagungan dan keagungan moralitas Rosul dalam hal ini adalah Muhammad SAW yang mendapat pujian sedahsyat itu.70 Dengan lebih tegas Allah pun memberikan penjelasan secara transparan bahwa aqlak Rasulullah SAW sangat layak untuk dijadikan standar moral bagi umatnya. Sehingga layak untuk dijadikan idola yang diteladani sebagai suritauladan yang baik (Uswatun Hasanah), melalui firman-Nya: 69 Ibid., hal. 826. 70 Tono, Ibadah dan Akhlak...,91. 55 ِ لََّق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رسوِل اللَّ ِه أُسوةٌحسنَةٌ لِّمن َكا َن ي رجواْ اللَّه والْي وم ْاْل َخَر َ ْ َ َ َ ُ َْ ْ َ َ َ َْ ُْ َ ْ )21( ًَوذَ َكَر اللَّهَ َكثِريا Artinya: “Sesungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. ( Q.S. AlAhzab: 21)71 Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa Rasulullah merupakan contoh yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya. Disamping itu ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa tidak ada satu “sisi gelap” (kejelekan) pun pada diri Rasulullah SAW. Karena semua sisi kehidupanya dapat ditiru dan diteladani. Ayat diatas juga mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW sengaja dijadikan oleh Allah SWT untuk menjadi pusat akhlak umat manusia secara universal, karena Rasulullah SAW diutus sebagai “Rohmatan lil „alamin”.72 Karena kemudian akhlak Rasulullah SAW tersebut itulah, maka Allah SWT memberitahukan kepada kepada 71 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Duta Ilmu Surabaya:2005), hal. 595 72 Moh. Rifa‟I, Akhlak SeorangMuslim, (Semarang: Wicaksana, 1986), hal. 15. 56 Muhammad untuk menjalankan misi menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia agar mencapai akhlak yang mulia. c. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak ditinjau oleh pendidikan. Demikian halnya dengan pendidikan agama Islam, maka tujuan pendidikan agama Islam itu adalah tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan agama Islam. Dalam pasal 3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Tentang tujuan pendidikan nasional dengan tujuan pendidikan agama Islam tidak jauh beda. Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan 57 pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.73 Jadi mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman siswa tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan peribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 74 73 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 135. 74 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama Ri, 2003), hal. 1. 58 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Maka ringkasnya RPP adalah resncana operasional kegiatan pembelajaran setiap atau beberapa KD dalam setiap tatap muka di kelas. Lingkup RPP paling luas mencakup satu Kompetensi Dasar yang erdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP harus berupa kegiatan konkret setapak demi setapak yang dilakukan oleh guru di kelas dalam mendampingi peserta didik. Satu hal yang amat penting dalam penyusunan RPP adalah bahwa kegiatan pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada peserta didik, sedangkan guru berperan sebagai pendamping, fasilitator. Artinya, ketika guru memilih pendekatan, metode, materi, pengalaman belajar, interaksi belajar mengajar harus memungkinkan peserta didik berinteraksi dan aktif, sedangkan guru memfasilitasi dan mendampinginnya. 59 b. Tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembentukan RPP memiliki tujuan diantaranya adalah : 1) Memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator. 2) Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. 3) Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa. 4) Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat nurturant effect. c. Landasan Pengembangan RPP Landasan RPP adalah PP no 19 tahun 2005 pasal 20. Di dalam PP no 19 tahun 2005 pasal 20 dikatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.75 75 Anjar Gigih Dewanto, “Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)” dalam http://oneallstudents.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-rencana-pelaksanaan.html diakses tanggal 29 Juni 2016 60 5. Evaluasi Program Pengajaran a. Arti Evaluasi Program Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang “program” itu sendiri. Di dalam kamus tertulis :Program adalah rencana; Program adalah kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Dalam pembicaraan ini yang dimaksud adalah pengertian. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.76 Dari uraian tersebut dapat ditangkap bahwa sesuatu kegiatan perlu direncanakan apabila kegiatan yang bersangkutan memang dipandang penting sehingga apabila tidak direncanakan secara matang bisa jadi akan menjumpai kesulitan atau hambatan. 76 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal. 352 61 Seperti sebuah keluarga yang akan mengadakan perhelatan pernikahan, tentu membuat perencanaan sejak jauh hari sebelumnya karena takut kalau tidak lancar. Setelah selesai pelaksanaan, biasanya juga mengadakan evaluasi. Mungkin evaluasi tersebut tidak melalui prosedur yang sistematis dan mungkin juga tidak seketika. Barangkali pada waktu akan menyelenggarakan perhelatan pernikahan lagi baru mengingat-ingat dahulu pada waktu pelaksanaan dulu kurangnya apa. Penyelenggaraan pendidikan bukan sesederhana mengadakan perhelatan pernikahan. Dampak pendidikan akan meliputi banyak orang dan menyangkut banyak aspek. Oleh karena itu kegiatan pendidikan harus dievaluasi agar dapat dikaji apa kekurangannya dan kekurangan tersebut akan dapat dipertimbangkan untuk pelaksanaan pendidikan pada waktu lain. Sebetulnya yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusunan program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. 1) Jika sesudah tercapai, bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut. 2) Jika belum tercapai: 62 a) Bagaimanakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai. b) Apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai ataukah faktor luar. Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan untuk melihat pencapaian target program. Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan. Sebagai contoh, misalnya seorang guru mentargetkan sekurang-kurangnya ada tujuan orang siswa yang dapat memperoleh nilai 10, dan setelah hasil ulangan diperiksa ternyata hanya 3 orang saja yang memperoleh nilai 10. Dengan demikian maka tingkat keberhasilan guru tersebut hanya 3/7 x 100% yaitu lebih kurang 47%. Apa perlunya mengadakan evaluasi program? evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan kebijakan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Dengan melalui evaluasi program, langkah evaluasi bukan hanya dilakukan serempak saja tetapi sistematis, rinci, dan menggunakan prosedur yang sudah diuji data yang andal dan dapat dipercaya. Penentuan kebijaksanaan akan tepat apabila data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut lengkap. benar, akurat, dan 63 Ada empat macam kebijakan lanjutan yang mungkin diambil setelah evaluasi program di lakukan, yaitu sebagai berikut. 1) Kegiatan tersebut dilanjutkan karena dari data yang terkumpul diketahui bahwa program ini sangat bermanfaat dan dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa hambatan sehingga kualitas pencapaian tujuan tinggi. 2) Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penyempurnaan karena dari data yang terkumpul diketahui bahwa hasil program dangat bermanfaat. Tetapi pelaksanaannya kurang lancar atau kualitas pencapaian tujuan kurang tinggi. Yang perlu mendapatkan perhatian kebijaksanaan berikutnya adalah cara atau proses kegiatan pencapaian tujuan. 3) Kegiatan tersebut dimodifikasi karena dari data yang terkumpul dapat diketahui bahwa kemanfaatan hasil program kurang tinggi sehingga perlu disusun lagi perencanaan secara lebih baik. Dalam hal ini mungkin tujuannya yang perlu diubah. 4) Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan (dengan kata lain dihentikan !) karena dari data yang terkumpul diketahui dari hasil program kurang bermanfaat, ditambah lagi didalam pelaksanaan sangat banyak hambatannya. 64 b. Objek Atau Sasaran Evaluasi Program Dalam melaksanakan evaluasi program, apanya dari program yang di evaluasi? Dengan kata lain, apakah sasaran evaluasi program? Untuk dapat mengenal sasaran evaluasi secara cermat, kita perlu memusatkaan perhatian kita pada aspek-aspek yang bersangkut paut dengan keseluruhan kegiatan belajarmengajar. Untuk itu ada baiknya kita mengenal kembali model transformasi proses pendidikan formal di sekolah. Di dalam proses transformasi, siswa yang baru masuk mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah yang akan diolah (ditranfonnasikan diubah dari bahan mentah menjadi bahan jadi) melalui proses pengerjaan. Siswa yang baru masuk (input) ini memiliki karakteristik atau kekhususan sendirisendiri,yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Disamping itu ada masukan lain yang juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar siswa, yaitu masukan instrumental dan masukan lingkungan.Yang dapat dimasukkan sebagai masukan instrumental adalah materi / kurikulum, guru, metode mengajar, dan sarana pendidikan (alat, bahan, dan media belajar).Siswa yang sudah dimasukkan kedalam alat pemroses, yaitu transformasi, dan sudah menjadi bahan jadi, dikenal dengan istilah hasil atau keluaran (output). 65 Ada hal-hal yang harus diteliti berkaitan tentang tingkat hasil belajar siswa. 1) Masukan (Input) Siswa adalah subjek yang menerima atau pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, sosial, dan lain-lain yang sifatnya khusus. Guru harus mampu mengenal kekhususan siswanya agar mampu memberikan pelayanan, pendidikan, dan administratif secara tepat. Pelayanan pendidikan berupa pemberian remedial dan sebagainya, susdah dibicarakan dalam pengelolaan pengajaran. Pelayanan administrasi juga harus disesuaikan dengan jenis kemampuannya. Kepada siswa yang hanya mempunyai kemampuan intelektual rendah, disediakan perlengkapan sarana belajar yang dapat mendukung peningkatan prestasi. Sebaliknya siswa yang mempunyai pembawaan menonjol juga disediakan sarana canggih agar bakat yang dimiliki tersebut dapat berkembang secara maksimal. Penyediaan dan pengelolaan sarana merupakan salah satu dari garapan administrasi pendidikan. 66 2) Materi atau kurikulum Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut sitem sentralisasi. 3) Guru Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kepada guru diserahkanutnuk “digarap” suatu masukan “bahan mentah” berupa siswa yang menginginkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baik yang akan digunakan oleh mereka untuk menghadapi masa depan dalam kehiduapannya. 4) Metode atau pendekatan dalam mengajar Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi erhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa. 5) Sarana : alat pelajaran atau media pendidikan 67 Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar adalah sarana pendidikan, yang meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. 6) Lingkungan manusia Yang dapat digolongkan sebagai masukan lingkungan manusia bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Misalnya di taman kanak-kanak, munkin saja ibu-ibu mengantar dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk memberikan contoh-contoh perilaku positif yang memperkuat motivasi siswa dalam belajar. 7) Lingkungan bukan manusia Yang dimaksud lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada dilingkungan siswa (dalam radius tertentu) yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 68 Termasuk kategori lingkunga bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung, dan sarana lain, tumbuhan di kebun sekolah dan tetangga.77 c. Cara Melaksanakan Evaluasi Program Apabila guru ingin melakukan evaluasi program dengan lebih seksama, misalnya ingin menulusuri secara khusus latar belakang keluarga siswa, terlebih dahulu harus menyusun rencana evaluasi sekaligus instrumen pengumpulan data. Mengenai bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan sebagainya, dapat dipelajari dari bukubuku penelitian. Sebagai cara paling sederhana adalah mengadakan pencatatan terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari. Akan terlalu sulit dan memakan waktu yang amat banyak apabila guru masih dibebani dengan evaluasi program secara sistematis seperti seorang penelitian. 77 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal. 330-337 69 Akan cukuplah kiranya apa bila guru mau membuat acuan singkat dan sederhana yang disusun dalam bentuk pertanyaan saja. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guru akan memperolah umpan terhadap apa yang dilakukan. Deretan pertanyaan berpangkal dari komponenkomponen transformasi yang sudah kita ketahui dalam uraian diatas. Dibawah ini adalah contoh jenis pertanyaan yang berkaitan tentang evaluasi sarana. 1) Apakah pokok bahasan yang memerlukan alat program dipenuhi kebutuhannya ?; 2) Apakah alat program yagn dipilih sudah tepat ?; 3) Apakah guru sudah terampil menggunakan alat ?; 4) Apakah siswa sudah cukup dilibatkan dalam penggunaan alat program ? dan sebagainya.78 d. Makna Penilaian Jika sebelum membeli jeruk kita tidak memilih dulu mana jeruk yang baik dibandingkan dengan yang kurang baik, maka kita akan memperolah jeruk seadanya. 78 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal. 338-340 70 Mungkin biak, tetapi ada juga kemungkinan tidak baik. Yang jelas kita belum tentu memperoleh jeruk yang berkualitas baik jika tidak didahului dengan kegiatan menilai. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi. 1) Makna bagi guru a) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui siswa mana yang dapat melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, maupun siswa-siswa yang berhaasil menguasai materi. b) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. 71 c) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh nilai jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya. Maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.79 2) Sesudah kegiatan pengajaran Jika guru sudah selesai memberikan pelajaran (satu pertemua atau satu semester), ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a) Dengan selesainya pelajaran saya ini, apakah tujuan yang akan dicapai oleh siswa sudah tercapai, seberapa jauh pencapaian tiap siswa, berapa orangkah yang sudah dapat mencapai b) Seandainya belum tercapai, bagian dari tujuan manasajakah yang belum tercapai itu ? (baik individu maupun kelompok). 79 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal. 15 72 c) Seandainya belum tercapai, faktor-faktor apakah yang menyebabkan ? (penghambat bagi individu maupun kelompok).80 e. Fungsi Penilaian Terdapat beberapa tujuan atau fungsi dalam penilaian yaitu: 1) Penilaian berfungsi selektif Dengan cara mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, c) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya 2) Penilaian berfungsi diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. 80 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal. 18 73 Disamping itu, diketahui pula penyebabnya. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya. 3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan Sistem baru yang kini dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadapa kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang- kadang sukar sekali dilaksanakan. 74 Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan. Adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang memepunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. 4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana sejauh program berhasil diterapkan. Telah disinngung pada bagian sebelum ini, keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kuirkulum, sarana, dan sistema administrasi.81 B. Penelitian Terdahulu Peneliti akan mendeskripsikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti lain yang berkaitan dengan penggunaan media visual dan audio visual pada beberapa mata pelajaran yang berbeda. Hasil penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut: 81 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal. 18-19 75 Penelitian yang dilakuakan oleh Edi Junaedi Abdillah mahasiswa program studi S1 Pendidikan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus (2011)”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut antara lain untuk: mengetahui efektifitas penggunaan media audio visual pada aspek proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus, untuk mengetahui efektifitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada aspek hasil belajar di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes tulis, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan media audio visual mempunyai tingkat efektifitas yang signifikan terhadap keberhasiln belajar siswa. Hal ini diketahui hasil belajar siswa kelas X AP2 sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 77,90. Dan hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa menyukuai dan termotivasi ketika proses pembelajaran menggunakan media audio visual berbentuk VCD, karena menurut hasil wawancara siswa menyebutkan bahwa dia VCD dapat mempermudah mereka dalam memahami pelajaran.82 Penelitian yang dilakuakan oleh Titin Dwi Jayanti mahasiswa program studi S1 Pendidikan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam 82 Edi Junaedi Abdillah, Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus, (Jakarta: Skripsi tidak diterbitkan, 2011), hal. i 76 Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul “Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. (2010)” Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut antara lain untuk: mengetahui tujuan guru dalam penggunaan media audio visual pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo, mendeskripsikan proses penggunaan media audio visual dalam meningkatkan belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo, mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan media audio visual dalam mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan guru menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kualitas siswa dalam proses belajar mengajar, memudahkan siswa untuk belajar, untuk memudahkan guru dalam menjelaskan tentang materi pelajaran fiqih. Disamping itu, Materi yang digunakan oleh guru adalah materi shalat, thaharah, puasa dan haji, sebab materi ini materi yang paling pokok untuk umat Islam. Sedangkan proses penggunaan media audio visual yaitu waktu yang digunakan harus terjadwal, supaya proses belajar mengajar menjadi baik dan efektif. Sebelum menggunakan media audio visual,guru harus mempunyai langkah persiapan, pelaksanaan, kegiatan lanjutan, sertaadanya sarana prasarana yang mendukung dalam pembelajaran seperti, televisi,video, komputer, dan LCD dan adanya lab 3 bahasa, sehingga menjadikan siswa lebih 77 tanggap, pintar, cermat dalam menggunakan teknologi. Adapun yang menjadi hambatan dalam proses penggunaan media audio visual ialah kurangnya fasilitas (minim), keterlambatan siswa, keterbatasan waktu, dan kebanyakan guru menggunakan metode yang lama seperti ceramah, sehingga pembelajaran yang dilakukan guru cenderung menonton dan membosankan, kondisi ini terdampak terhadap belajar siswa. Setelah menggunakan media audio visual hasil yangdiperoleh siswa lebih baik dibandingkan tidak menggunakan media audio visual, rata-rata siswa mendapat nilai 70-80 dengan catatan ketegori ”baik”. Jadi, menggunakan media audio visual sudah mencapai keberhasilan bagi guru dan siswa, sebab media audio visual bermanfaat bagi guru dan siswa pada proses belajar mengajar. Saran yang ditawarkan peneliti tentang penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fiqih adalah harus diadakan pelatihan bagi guru yang belum bisa menggunakan teknologi, sehingga menjadikan guru yang berkualitas dan perlu ditambahkan sarana prasarana. Untuk itu lembaga pendidikan diharapkan memfasilitasi kebutuhan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.83 Dari uraian hasil penelitian terdahulu diatas, disini peniliti akan mengkaji persamaan dan perbedaaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti kakukan. Dari kajian ini dapat diketahui perbedaan dari masing-masing penelitian yang pernah dilakukan dalam 83 Titin Dwi jayanti, Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo, (Malang: Skripsi tidak diterbitkan, 2010), hal. 18 78 pemanfaatan pengunaan media visual dan audio visual kedalam proses pembelajaran. Untuk mempermudah memaparkan persamaan dan perbedaan tersebut, akan diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu Nama Peneliti dan Judul Pesamaan Perbedaan Penelitian Edi Junaedi Abdillah, 1. Sama-sama 1. Lokasi penelitian berada di Efektifitas Penggunaan menggunakan SMK Al-Hidayah Lebak Media Audio Visual media audio visual Bulus, Jakarta Selatan Terhadap Keberhasilan 2. Sama-sama sedangkan penelitian ini di Belajar Siswa Pada Mata bertujuan MTsN Ngantru Pelajaran Pendidikan meningkatkan hasil Tulungagung. Agama Islam Di SMK Al- belajar 2. Mata pelajaran yang pakai Hidayah Lebak Bulus adalah Pendidikan Agama (2011) Islam sedangkan penelitian ini menggunakan mata pelajaran Akidah Akhlak. 3. Tahun ajaran 2011/2012, sedangkan penelitian ini tahun ajaran 2015/2016 79 Titin Dwi jayanti, 1. Sama-sama 1. Lokasi penelitian berada di Penggunaan Media Audio bertujuan MTs Sunan Giri, Visual meningkatkan hasil Probolinggo, Jakarta dalam Meningkatkan belajar Selatan sedangkan Hasil Belajar Siswa pada 2. Subyek penelitain Mata Pelajaran Fiqih di sama-sama di kelas MTs Sunan Giri VII Probolinggo. (2010) penelitian ini di MTsN Ngantru Tulungagung. 2. Mata pelajaran yang pakai adalah Pendidikan Agama Islam sedangkan penelitian ini menggunakan mata pelajaran Akidah Akhlak. 3. Tahun ajaran 2011/2012, sedangkan penelitian ini tahun ajaran 2015/2016 Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama memanfaatkan media untuk memudahkan guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Selain itu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaanya terdapat pada mata pelajaran, tahun ajaran, dan lokasi penelitian. 80 C. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian adalah pandangan atau model pola pikir yang menunjukan permasalahan yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian.84 Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, maka paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1: Paradigma Penelitian Penggunaan media Visual dan Audio Visual dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTsN Ngantru tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 Dampak Proses Temuan Penelitian Analisis Data 84 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan metode R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 43 81 Deskripsi: Penelitian ini akan diarahkan untuk mengetahui Penggunaan media visual dan audio visual dalam pembelajaran akidah akhlak di MTsN Ngantru Tulungagung tahun ajaran 2015-2016. Dari judul penelitian ini, peneliti mengembangkannya kedalam 2 poin pertanyaan penelitian antara lain: mengenai proses dan dampak dalam Penggunaan media visual dan audio visual dalam pembelajaran akidah akhlak di MTsN Ngantru Tulungagung tahun ajaran 2015-2016. Kemudian akan memperoleh temuan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri ini, yang selanjutnya peneliti analisis untuk dapat dijadikan sebagai hasil penelitian skripsi ini.