BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Diskripsi Teori 1. Media Pembelajaran

advertisement
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Diskripsi Teori
1. Media Pembelajaran
a.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari medium yang
berarti perantara, sedangkan menurut istilah adalah wahana
pengantar
pesan.Media
merupakan
sesuatu
yang
bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauman audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan
memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan individu mereka sesuai dengan tujuanyg ingin
dicapai.14
Sedangkan yang disebut media menurut pendapat dari para
ahli yaitu:
1) Gagne menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis
kompunen dalam lingkungan siswa, yang dapat
merangsangnya untuk belajar.15
14
Azmawir, Basyaruddin Usman. Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
15
Arif Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 ),
hal. 1
hal. 3
16
2) Ahmad Rohani menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat di indera yang berfungsi sebagai perantara,
sarana, alat untuk proses komunikasi.16
3) Media Merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan
pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemampuan audien sehingga dapat mendorong proses
belajar pada dirinya.17
Beberapa definisi media diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
perantara untuk menyampaikan pesan agar lebih bisa dipahami dan
membangkitkan motivasi dan minat belajar.
Setelah memahami apa yang disebut dengan media, berikut
dikemukakan apa yang disebut dengan media pembelajaran
menurut para ahli yaitu:
1) Dalam Muhaimin, Martin dan Briggs memberikan
batasan mengenai media pembelajaran yaitu mencakup
semua sumber yang diperlukan untuk melakukan
komunikasi dengan siswa.18
2) Sudarwan Danim menyatakan media pembelajaran
merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang
16
Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 3
17
Azmawir, Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
Hal. 11
18
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hal. 91
17
digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka
berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.19
3) Ahmad Rohani menyatakan bahwa media pembelajaran
adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar
yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak
untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara
efektif dan efisien.20
4) Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar sudah dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat AlAlaq ayat 1-5 yang berbunyi:
ِ
ِْ ‫) خلَق‬1( ‫اِقْ رأْبِاس ِم ربِّك الَّ ِذي خلَق‬
)3( ‫ك ْاْلَ ْكراَُم‬
َ ُّ‫) اقْ َرأْ َوَرب‬2( ‫اْلنْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬
َ َ
َ َ ْ
َ ْ َ
ِْ ‫) علَّم‬4( ‫الَّ ِذي علَّم بِالْ َقلَ ِم‬
)5( ‫اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم‬
ََ
ََ ْ
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah,dan Tuhan mulah yang Maha Pemurah,
yang mengajar (manusia)dengan perantara kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-alaq 1-5)21
19
Sudarwan Danim. Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara: 1994), hal. 7
Ahmad Rohani, Media Intruksional... hal. 4
21
Tafsir Muyassar Jilid 4, (Jakarta: Qisthi Press, 2007). hal. 632
20
18
Ayat tersebut membuktikan bahwa penggunaan media tidak
hanya diaplikasikan pada zaman sekarang melainkan sejak zaman
Nabi Muhammad SAW juga sudah diterapkan. Hal ini dapat kita
lihat pada “bilqolam” dari ayat diatas, yang artinya “dengan
perantara kalam” maksud dari kata tersebut adalah Allah
memerintahkan
Nabi
untuk
mengajarkan
manusia
dengan
menggunakan perantara kalam (baca-tulis), yang manabaca tulis
adalah termasuk salah satu media yang digunakan dalam
pembelajaran.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan perantara
yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar sehingga
materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, dan
sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran dan
membangkitkan semangat dalam diri siswa untuk belajar.
Berdasarkan beberapa batasan tentang media pengajaran,
maka dapat dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung dalam
media pengajaran, antara lain:
1) Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang
dikenalsebagai
software
(perangkat
lunak),
yaitu
kandungan pesan yangterdapat dalam perangkat keras
yang ingin disampaikan kepada siswa.
19
2) Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan
visual.
3) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu
pada prosesbelajar baik dalam kelas maupun di luar
kelas.
4) Media
pembelajaran
digunakan
dalam
rangka
komunikasi dan interaksiguru dan siswa dalam proses
belajar mengajar.
5) Media pembelajaran dapat digunakan secara massa
(misalnya: radio,televisi) kelompok besar dan kelompok
kecil
(misalnya:
perorangan
slide,
(misalnya:
film,video,
modul,
OHP)
komputer,
atau
radio,
tape,atau kaset vudeo recorder).
6) Sikap, perbuatan, organisasi, starategi, menejemen yang
berhubungandengan suatu ilmu.22
Jadi dari batasan-batasan dan ciri-ciri umum di atas media
pembelajaran berupa hard ware dan soft ware dan bisa dilihat serta
didengar dan juga membantu guru untuk mempelancar dalam
proses belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi dan interaksi
edukatif. Dan membantu mempermudah siswa dalam memahami
pesan yang disampaikan oleh guru. Diuraikan diatas bahwa media
pembelajaran sangatlah penting dalam pembelajaran, dan salah
22
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 6
20
satu media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
mengajar adalah media audio visual. karena mediaaudio visual
termasuk media pembelajaran yang memiliki kemampuan lebih,
yaitu media yang sekaligus melibatkan dua panca indera yaitu
panca indera pendengar dan indera melihat.
b. Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa
media
merupakan
bagian
dari
sistem
instruksional
secara
keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut di
perharikan dalam memilih media.
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih
berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan
secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan
dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tujuan ini dapat digambarkan daam bentuk tugas yang
harus dikerjakan/ dipertunjukkan oleh siswa, seperti
menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan
fisik atau pemakaian prinsi-prinsip seperti sebab akibat,
melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsepkonsep
atau
hubungan-hubungan
perubahan,
dan
mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada
tingkatan yang lebih tinggi.
21
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda,
misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode
yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan
keterampilan yang berbeda untuk memahaminya. Agar
dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media
harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas
pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Televisi,
misalnya, tepat untuk mempertunjukkan proses dan
transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan
waktu.
3) Praktis, luwes, dan bertahan.jika tidak tersedia waktu,
dana, sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak
perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu
yang lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan
sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para
guru atau instruktur untuk memilih media yang ada,
mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.
Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun
dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di
sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemanamana
22
4) Guru terampil menggunakannya.ini merupakan salah satu
kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan
manfaat
media
amat
ditentukan
oleh
guru
yang
menggunakannya. Proyeksi tranparansi (OHP), proyektor
slide dan film, komputer, dan peralatan canggih lainnya
tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat
menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai
upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.
5) Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk
kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika
digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada
media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok
sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun
fotograf harus memnuhi persyaratan teknis tertentu.
Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi yang
ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu
oleh elemen lain yang berupa latar belakang.23
23
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 75-77
23
c. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Menurut Hamalik (1986) yang dikutip oleh arsyad azhar
dalam bukunya
media pembelajaran mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat
membangkitkan
membangkitkan
keinginan
motivasi
dan
dan
minat
rangsangan
yang
kegiatan
baru,
belajar
mengajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat
itu. Selain membangkitkat motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran
juga
dapat
membantu
siswa
meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.24
Sedangkan menurut Levie & Lents (1982) yang dikutip
oleh arsyad azhar dalam bukunya
media pembelajaran
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya
media visual, yaitu:
1) Fungsi atensi media visual meruapakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yagn berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyerttai
24
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.15-16
24
teks materi pelajaran. Dengan menggunakan media
pembelajaran kumingkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi pelajaran semakin besar.
2) Fungsi
afektif
media
visual
dapat
terlihat
dari
kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks
yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi
yang menyangkut masalah sosial atau ras
3) Fungsi kognitif media visualterlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual
atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari
hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan
konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah
dalam
membaca
untuk
mengorganisasikan
informasi dalam teks mengingatnya kembali. Dengan
kata
lain,
media
pembelajaran
berfungsi
untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.25
25
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.16-17
25
d. Evaluasi Media Pembelajaran
Apabila media dirancang sebagai bagian integral dari
proses pembelajaran, ketika mengadakan evaluasi terhadap
pembelajaran itu sudah termasuk pula evaluasi terhadap media
yang digunakan. Data empiris yang berkaitandengan media
pembelajaran secara umum bersumber dari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1) Apabila media pembelajaran yang digunakan efektif ?
2) Dapatkah media pembelajaran itu diperbaiki dan ditingkatkan ?
3) Apakah media pembelajaran itu efektif dari segi biaya dari segi
biaya dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa ?
4) Kriteria
apa
yang
digunakan
untuk
memilih
media
pembelajaran itu ?
5) Apakah isi pembelajaran sudah tepat disajikan dengan media
itu ?
6) Apakah prinsip-prinsip utama penggunaan media yang dipilih
telah diterapkan ?
7) Apakah media pembelajran yang dipilih dan digunakan benarbenar menghasilkan hasil belajar yang direncanakan ?
8) Bagaimana sikap siswa terhadap media pembelajaran yang
digunakan ?
Tujuan evaluasi media pembelajaran berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan diatas, yaitu :
26
1) Menentukan apakah media pembelajaran itu efektif.
2) Menentukan apakah media pembelajaran itu dapat diperbaiki
atau ditingkatkan.
3) Mentapkan apakah media itu cost-effective dilihat dari hasil
belajar siswa.
4) Memilih media pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan
dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
5) Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan
media itu.
6) Menilai kemampuan guru menggunakan media pembelajaran.
7) Mengetahui apakah media pembelajaran itu benar-benar
memberi sumbangan terhadap hasil belajar seperti yang
dinyatakan.
8) Mengetahui siskap siswa terhadap media pembelajaran.
Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dikusi kelas
dan kelompok interview perorangan, obsevasi mengenai perilaku siswa,
dan evaluasi media yang telah tersedia. Kegagalan mencapai tujuan belajar
yang
telah
ditentukan
tentu
saja
merupakan
indikasi
adanya
ketidakberesan dalam proses pembelajaran khususnya penggunaan media
pembelajaran. Dengan melakukan diskusi bersama siswa, kita mungkin
dapat memperoleh informasi bahwa siswa, misalnya lebih menyenangi
belajar mandiri daripada belajar dengan media pilihan kita. Atau, siswa
tidak menyukai penyajian materi pelajaran kita dengan menggunakan
27
media transparansi, dan mereka merasa bahwa mereka akan dapat belajar
lebih banyak lagi jika pelajaran itu disajikan melalui video atau film.
Evaluasi bukanlah akhir dari siklus pemebelajaran, tetapi ia merupakan
awal dari suatu siklus pembelajaran berikutnya.
Walker & Hess memberikan kriteria dalam me-review perangkat
lunak media pembelajaran yang berdasarkan kepada kualitas.
1) Kualitas isi dan tujuan: Ketepatan, Kepentingan, Kelengkapan,
Keseimbangan,
Minat/perhatian, Keadilan,
Kesesuaian
dengan situasi siswa
2) Kualitas instruksional : Memberikan kesempatan belajar,
Memberikan bantuan untuk belajar, Kualitas memotivasi,
Fleksibilitas instruksionalnya, Hubungan dengan program
pembelajaran
lainnya,
Kualitas
sosial
interaksi
instruksionalnya, Kualitas tes dan penilaiannya, Dapat
memberi dampak bagi siswa, Dapat membawa dampak bagi
guru dan pembelajarannya
3) Kualitas teknis: Keterbacaan, Mudah digunakan, Kualitas
tampilan tayangan, Kualitas penanganan jawaban, Kualitas
pengelolaan programnya, Kualitas pendokumentasinya26
26
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal.173-176
28
2. Media Visual
a.
Pengertian media pembelajaran visual
Media Visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar
atau lukisan, cetakan. Adapun media visual yang menampilkan
gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.27
c. power point
1) Pengertian Power Point
Power point disini dapat diartikan sebagai perangkat lunak
yang paling tersohor yang biasa dimanfaatkan untuk presentasi.
Pemanfaatan power point atau perangkat lunak lainnya dalam
presentasi menjadi sangat mudah, dinamis, dan sangat
menarik.28
2) Pelaksanaan Media Pembelajaran Power Point
Sadiman, dkk. mengemukakan bahwa ditinjau dari kesiapan
pengadaannya, media dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
(a) Media jadi, karena sudah merupakan komoditi perdagangan
yang terdapat dipasaran luar dalam keadaan siap jadi (media by
27
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hal. 141
28
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008), hal. 150
29
utilitation); (b) media rancangan, yang perlu dirancang dan
disiapkan
secara
khusus
untuk
maksud
dan
tujuan
pembelajaran tertentu (media by designs).29
Dari pernyataan tersebut dapat dikategorikan bahwa power
point merupakan media rancangan yang mana di dalam
penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan
didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. perangkat
keras (hardware) yang difungsikan dalam mengispirasikan
media tersebut adalah menggunakan satu unit komputer
lengkap.
Guru dalam pengajarannya dapat memanfaatkan power
point tersebut dalam memberi atau menyampaikan materi
pelajaran kepada para siswanya. Melalui kecanggihan teknologi
ini proses belajar pastinya akan menjadi lebih menarik. Dan
semakin kreatif guru dalam memanfaatkan teknologi, maka
akan lebih baik pula daya serap siswa terhadap materi
pelajaran.30
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
media pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,
begitu juga power point. Pada umumnya power point dapat
29
Sadiman, Media Pendidikan Pengertian..., hal. 83
Sandy Guswan, “Guru Digital”, dalam http://guswan76.wordpress.com, diakses 20
30
Juni 2016
30
dipandang sebagai alat untuk mempertinggi berbagai teknologi
pengajaran.
Dalam hubungan ini ada beberapa kelebihan dalam
pendayagunaan power point dalam pengajaran, misalnya:
a) Cara kerja baru dengan power point akan menumbuhkan
motivasi kepada siswa dalam belajar.
b) Warna dan grafis animasi dapat menambahkan kesan
realisme dan menuntut latihan, kegiatan laboratorium,
simulasi, dan sebagainya.
c) Respon pribadi yang cepat dalam kegiatan-kegiatan
belajar siswa akan menghasilkan penguatan yang tinggi.
d) Rentang pengawasan guru diperlebar sejalan dengan
banyaknya informasi yang disajikan dengan mudah diatur
oleh guru.31
e) Kemampuan untuk menayangkan kembali informasi yang
diperlukan oleh pemakainya, yang diistilahkan dengan
“kesabaran komputer”, tanpa harus menyusun ulang.
f) Dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan
waktu dan biaya relatif kecil. Seperti halnya penggunaan
31
Nana Sudjana dan Rivai, Media …, hal. 137-138
31
program komputer simulasi untuk melakukan percobaan
pada mata pelajaran sains.32
Dari beberapa uraian tersebut dapat diketahui bahwa
media power point mempunyai banyak sekali kelebihan yang
tidak dimiliki oleh media pembelajaran lainnya. Oleh sebab itu,
kelebihan-kelebihan itu harus dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya, agar tujuan dari penggunaan media pembelajaran
tersebut dapat tercapai.
Namun perlu diingat pepatah mengatakan bahwa tak ada
gading yang tak retak. Begitupun dengan media powerpoint,
berikut
beberapa
kelemahan
yang
dimiliki
oleh
media
powerpoint:
1)
Untuk
mengoperasikan
membutuhkan
powerpoint
keterampilan
khusus
seseorang
tentang
komputer pada umumnya dan microsoft powerpoint
pada khususnya.
2)
Powerpoint harus dijalankan dengan komputer yang
mana membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk
mendapatkannya.
32
Agus Suyadi, ”Makalah Manfaat Komputer
agussyadi.files.wordpress.com, diakses 20 Juni 2016
dalam
Pembelajaran”,
dalam
32
3. Media Audio-Visual
a.
Pengertian media pembelajaran audio-visual
Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan
bentuk jamak dari kata medium. Kata medium dapat diartikan
sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju ke penerima.33 Dengan kalimat yang lain dapat
dijelaskan, bahwa media adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menyampaikan suatu informasi. Kaitannya dengan pembelajaran,
maka media diartikan sebagai suatu perantara atau alat yang
digunakan dalam proses belajar mengajar agar materi yang
disampaikan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Hamalik dalam Arsyad
mengemukakan bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar
dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang
disebut media komunikasi.34 Sementara itu, Asnawir dan
Basyiruddin
Usman
menyatakan
bahwa
pengertian
media
merupakan suatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa)
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.35
Sedangkan menurut Djamarah dan Zain media diartikan sebagai
33
Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hal. 4
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 4
35
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
34
hal. 11
33
"sumber belajar"36 dan dengan mengutip Udin Saripuddin dan
Winataputra mengelompokkan sumber belajar menjadi lima
kategori, yaitu "manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam
lingkungan dan media pendidikan".37
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah suatu alat yang dijadikan sebagai
sumber belajar dalam proses pembelajaran sehingga pesan atau
materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta
didik. Dengan bahasa lain dapat dijelaskan bahwa dalam proses
belajar mengajar keberadaan media sangat penting dalam
membantu guru menyampaikan materi pelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan kata audio-visual merupakan kata majemuk
berasal dari bahasa Inggris yakni audio yang berarti penerimaan
bunyi pendengaran,38 dan visually, yang berarti yang dapat dilihat,
dengan cara yang tampak/yang dapat disaksikan.39 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa audio-visual dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat.
Menurut Ahmad Rohani media audio visual diartikan media
instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman
(kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang
36
Djamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakart: Rineka Cipta, 2002), hal. 138
Ibid, hal. 139
38
Yan Peterson, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Surabaya: Karya
Agung, 2005), hal. 32
39
Ibid, hal. 390
37
34
dapat dilihat, didengar dan yang dapat dilihat dan didengar.40
Sementara itu, Wina Sanjaya menyatakan bahwa pengertian media
audio visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur
suara jugamengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya
rekaman video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain
sebagainya.41
Berdasarkan pengertian media audio-visual di atas, maka
media pembelajaran audio-visual dapat diartikan sebagai suatu alat
bantu yang dapat dilihat sekaligus didengarkan berupa rekaman
video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya yang
digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga materi
pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
peserta didik (siswa). Sejalan dengan hal tersebut, Ngainun Naim
menjelaskan secara panjang lebar tentang media pembelajaran
audio-visual, sebagai berikut:
Media audio-visual adalah sarana atau media yang utuh
untuk mengolaborasikan bentuk-bentuk visual dengan
audio. Media ini bisa dipergunakan untuk membantu
penjelasan guru sebagai peneguh, sebagai pengantar, atau
sebagai sarana yang didalami. Media ini tidak hanya
dikembangkan melalui bentuk film saja, tetapi dapat
dikembangkan melalui sarana komputer dengan teknik
40
41
Ahmad Rohani, Media Instruksiaonal Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 97
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 172
35
powerpoint dan flash player. Untuk menjalankan media ini
perlu ketrampilan dan sarana yang khusus.42
Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran audio-visual dapat diartikan sebagai sarana atau
media yang menggabungkan bentuk suara dan gambar bergerak
yang
digunakan
untuk
membantu
penyampaian
materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga siswa dapat
menerimanya dengan baik.
b. Jenis-jenis Media Audio-Visual
Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam
media audio-visual, antara lain:
1) Televisi
Televisi sistem elektronik yang mengirimkan gambar
diam dangambar hidup bersama suara melalui kabel atau
ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya
dan suara kedalam gelombang elektronik dan mengkonversinya
kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang
dapat didengar. Dengan demikian,ada dua jenis pengiriman
(penyiaran) gambar dan suara yaitupenyiaran langsung
kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia
terjadi dan penyiaran progam yang telah direkam diataspita
film atau pita video. Televisi pendidikan dapat menjadi alat
42
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 224
36
yang baik bagi penyuluh.43 Televisi intruksional berbeda dari
televisi penyiaran, yaitu dalam hal materinya yang tidak
didesain untuk di distribusikan oleh stasiun penyiaran massa.
Menurut Gopper, menggunakan pelajaran melalui televisi
untuk mengajarkan pelajaran disekolah lanjutan, dengan
maksud menunjukkan bahwa tujuan-tujuan tingkat rendah
dapat dicapai dengan cara televisi yang konvensional.
Sedangkan tujuan tingkat lebih tinggi dapat dicapai apabila
progam televisi mengandung situasi yang memungkinkan
siswa untuk secara aktif memberikan respon terhadap progam
tersebut.44
Beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa
siswayang belajar melalui progam televisi untuk bebbagai
mata pelajarandapat mengusai mata pelajaran tersebut sama
seperti mereka yangmempelajarinya melalui tahap muka
dengan guru kelas.
2) Proyektor Transparasi (OHP)
Overhead projector adalah alat audio-visual yang
sangat seringdigunakan dalam berbagai progam pendidikan
orang dewasa.45 Beberapa pendidik merencanakan seluruh
43
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hal. 197
44
45
Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal.162
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hal. 181
37
progam
pengajaran
mereka
dengan
menggunakan
transparansi atau overhead projector.
Transparansi yang diproyeksikan adalah visual baik
berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya
pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang
dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau
dinding melalui sebuah proyektor. Kemampuan proyektor
memperbesar gambar membuat media ini berguna untuk
menyajikan informasi pada kelompok yang besar dan pada
semua jenjang. OHP dirancang untuk dapat digunakan di
depan kelas sehingga guru dapat selalu berhadapan atau
menatap langsung dengan siswanya.
Menurut Chance membandingkan pemakaian papan
tulis dengan OHP dalam mengajarkan gambar-gambar tehnik.
Hasilnya, lebih baik dengan OHP. Waktu pelaksanaan
dikurangi 20%, yang berarti bahwa lebih banyak waktu dapat
di gunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk diskusi dan
praktek. Hal-hal yang sama jugaditemukan oleh penelitipeneliti lain.46
3) Video
Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam,
memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar
46
Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal.159-160
38
bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal
elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan
sebagai
gabungan
gambar-gambar
mati
yang
dibaca
berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu.
Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame
dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame
rate.47
4) Komputer
Komputer adalah mesin
yang dirancang khusus
untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin
elektronik
yangotomatis
melakukan
pekerjaan
yang
diperhitungkan sederhana danrumit. Satu unit komputer
terdiri atas empat kelompok komponendasar, yaitu input
(misal keyboard dan writingpad), prosesor (CPU:unit
pemroses data yang diimput), penyimpanan data (memori
yangmenyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik
secara permanen (ROM) maupun untuk sementara (RAM),
dan ouput (misal layar monitor, printer atau plotter).48
komputer memiliki kemampuan untuk menggabungkan
dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti CD
47
Putra Arif, “PENGERTIAN VIDEO” dalam http://putra arif (XMMB) PENGERTIAN
VIDEO.htm, diakses 7 Juni 2016
48
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). hlm. 52
39
player, video tape, dan audio tape. Disamping itu, komputer
dapat merekan, menganalisis dan memberi reaksi kepada
respon yang di input oleh pemakai atau siswa.49
5) LCD Proyektor
Projektor adalah perangkat yang menginte grasikan
sumber cahaya, sistem optik, elektronik dan display dengan
tujuan untuk memproyeksikan gambar atau video ke
dinding atau layar.
Mengapa projector ? Dibandingkan dengan media
yang lain seperti Plasma atau LCD Display, projector
memiliki beberapa kelebihan seperti, dapat membuat
tampilan yang sangat besar, dapat di bawa dengan mudah
serta fleksibilitas yang tinggi. 50
c. Fungsi dan Manfaat Media Audio-Visual
Seorang ahli dalam bidang audio visual mengatakan
“perhatian yang semakin luas dalam penggunaan alat-alat
audio-visual
telah
mendorong
bagi
diadakan
banyak
penyelidikan ilmiah mengenai tempatdan nilai alat-alat audiovisual tersebut dalam pendidikan”. Penyelidikan itu telah
49
Ibid hal 53
Muhamad wahyu taufik, “Pengertian projektor”,
http://muhamadwahyutaufik.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-dan-fungsi-proyektor.html diakses
pada tanggal 10 juni 2016
50
40
membuktikan, bahwa alat-alat audio-visual jelas mempunyai
nilai yang berharga dalam bidang pendidikan, antara lain:
1) Media audio-visual dapat mempermudah orang yang
menyampaikan dan memudahkan dalam menerima
sesuatu
pelajaran
atau
informasi
serta
dapat
menghindarkan salah pengertian.
2) Alat-alat media audio-visual mendorong keinginan
untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang hal-hal
yang berkaitan dengan meteri yangtelah disampaikan
oleg guru.
3) Alat-alat audio-visual tidak hanya menghasilkan cara
belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat,
tetapi apa yang diterima melalui alat-alat audio-visual
lebih lama dan lebih baik, yakni tinggal dalam ingatan.
4) Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan
masing-masing. Materi pelajaran dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan
siswa, baik yang cepat maupun yang lambat membaca
dan memahami.51
Sejumlah penelitian tentang manfaat alat bantu audiovisual
telah
membuktikan
51
dilakukan.
bahwa
alat
Hasil
bantu
penelitian
akhirnya
audio-visual
Amir Hamzah, Media Audio-Visual, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal.17-18
tidak
41
diragukan lagi dapat membantu dalam pengajaran apabila
dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik. Ada
beberapa manfaat alat bantu audio-visual dalam pengajaran,
antara lain:
1) Membantu memberikan konsep pertama atau
kesan yang benar.
2) Mendorong minat.
3) Meningkatkan pengertian yang lebih baik.
4) Melengkapi sumber belajar yang lain.
5) Menambah variasi metode mengajar.
6) Meningkatkan keingintahuan intelektual.
7) Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan
kata yang tidak perlu.
8) Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih
lama.52
Akibat dari apa yang diuraikan diatas, sekarang
orang gandrung menggunakan alat-alat audio-visual karena
dianggap sebagai salah satu media yang mampu memenuhi
kebutuhan dalam pengajaran di era modern seperti sekarang
ini, terutama pada alat-alat audio-visual yang dapat
memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan
52
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hal. 173
42
keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki yang akhirnya
menjerumus kepada pengertian yang lebih baik.
d. Faktor Kelebihan dan Kekurangan Media Audio-Visual
Menurut Nana Sudjana (1991) dan Sudirman N, dkk
(1991). Menyimpulakan tentang beberapa kelebihankelebihan media audio-visual, termasuk teks terprogam,
adalah:
1)
Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah
merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya
tarik, serta dapat mempelancarpemahaman informasi
yang disajikan dalam dua format, verbal danvisual.
2)
Khusus
pada
teks
terprogram,
siswa
akan
berpartisipasi atau berinteraksi dengan aktif karena
harus memberi respon terhadap pertanyaan dan
latihan yang disusun, siswa dapat segera mengetahui
apakah jawabannya benar atau salah.
3)
Menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak
memungkinkan
untuk
dibawa
kedalam
kelas,
misalnya: gunung, sungai, masjid, ka‟bah. Obyekobyek tersebut dapat ditampilkan melalui foto,
gambardan film.
43
4)
Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap
siswa.
5)
Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep
yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman
yang
bersifat
verbalisme.Misalnya,
untuk
menjelaskan bagaimana sistem peredaran darah
padamanusia, maka digunakanlah film.53
Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan
padamedia audio-visual ini adalah:
1) Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang
bermacam-macam menimbulkan kesulitan untuk
memainkan kembali rekaman yang direkam pada
suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.
2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali
film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus
untuk kebutuhan sendiri.
3) Pengadaan film atau video umumnya memerlukan
biaya yang mahal dan waktu yang banyak.
53
Ibid. hal. 156
44
4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki
hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi
bersikap pasif selama penayangannya.
5) Program
yang
tersedia
saat
ini
belum
memperhitungkan kreativitas siswa, sehingga hal
tersebut
tentu
tidak
dapat
mengembangkan
kreativitas siswa.
6) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik
bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan
dalam berfikir abstrak.54
e. Film dan Video
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam
frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui
lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat
gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan
bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu.
Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan
suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara
alamiah atau suaa yang sesuai. Kemampuan film dan video
melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik
54
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Penggunaan dan
Pembuatan),(Bandung: Sinar Baru,1991), hal 131
45
tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan
untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.
f. Kelebihan Film dan Video
1) Film dan video dapat melengkapi pengalamanpengalaman dasar dari siswa ketika mereka
membaca,
berdiskusi,
berpraktik,
dll.
Film
merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat
menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat
dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut.
2) Film dan video dapat menggambarkan suatu proses
secara tepat yang dapat disaksikan secara berulangulang jika dirasa perlu. Misalnya, langkah-langkah
cara berwudhu yang benar.
3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi,
film dan video menanamkan sikap dan segi-segi
afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan yang
menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare
yang
dapat
membuat
siswa
sadar
terhadap
pentingnya kebersihan makanan dan lingkungan.
4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif
dapat menngundang pemikiran dan pembahasan
dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan video,
46
seperti slogan yang sering di dengar, dapat
membawa dunia didalam kelas.
5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang
berbahaya bila dilihat secara langusng seperti lahar
gunung berapi atau perilaku binatang buas.
6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok
besar ataupun kelompok kecil, kelompok yang
heterogen maupun yang perorangan.
7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan
gambara frame dari frame, film yang dalam waktu
normal
memakan
waktu
satu
minggu
dapat
ditampilkan dalam satu atau dua menit saja.
Misalnya proses kejadian mekarnya kembang mulai
dair kuncup bungan hingga kuncup itu mekar.
g. Kelemahan Film dan Video
1) Pengadaan
film
dan
video
pada
umumnya
memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak
2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar
bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu
mengikuti
informasi
yang
ingin
disampaikan
melalui film tersebut.
3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai
dengna
kebutuhan
dan
tujuan
belajar
yang
47
diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan
diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.55
3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
a. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran aqidah akhlak ini merupakan cabang
dari pendidikan Agama Islam, menurut Zakiyah Daradjat
pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup.56
Aqidah dilihat dari segi bahasa (etimologi) berarti
“ikatan”. Aqidah seseorang, artinya “ikatan seseorang dengan
sesuatu”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqodaya‟qudu-aqidatan. 57
Sedangkan menurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau
kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang
55
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 49-50
56
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 130.
57
Taufik Yumansyah, Buku Aqidah Akhlak cetakan pertama, (Jakarta: Grafindo Media
Pratama, 2008), hal. 3.
48
yang membuat hati tenang. Dalam Islam akidah ini kemudian
melahirkan iman, menurut Al-Ghozali, sebagai mana dikutip
oleh Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, iman adalah
mengucapkan dengan lidah mengakui kebenarannya dengan
hati dan mengamalkan dengan anggota. 58
Adapun secara terminologi ada beberapa pengertian
yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
1) Ibnu Maskawaihi memeberikan pengertian akhlak
sebagaimana
yang
Tatapangarsa.
Akhlak
seseorang
yang
dikutip
oleh
adalah
Humaidi
keadaan
mendorongnya
jiwa
melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran terlebih dahulu. 59
2) Hamid Yunus sebagaimana dikutip oleh Asmara
mengatakan: akhlak adalah sifat-sifat manusia yang
terdidik. 60
3) Ahmad Amin dikutip oleh Asmaran mengatakan:
Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya,
kehendak itu bila membiasakan sesuatu disebut
akhlak,
58
keadaan
seseorang
mendorong
untuk
Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2007), hal. 235.
59
humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984),
hal. 14.
60
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hal. 1.
49
melakukan
perbuatan-perbuatn
tanpa
melalui
pertimbangan pikiran.61
4) Farid Ma‟ruf sebagaimana dikutip oleh Zahrudin
dan Hasanudin Sinaga mengatakan bahwa akhlak
adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.62
Dari beberapa paparan di atas penulis menyimpulkan
bahwa seseorang yang memiliki akhlakul karimah hidupnya
akan terasa tenang dan bahagia karena terhindar dari sifat-sifat
buruk. Namun sebaliknya seseorang yang akhlaknya buruk,
maka hidupnya akan merasa tidak tenang dan resah. Akhlak
memang bukanlah barang mewah yang mungkin tidak terlalu
dibutuhkan, tetapi akhlak merupakan pokok/sendi kehidupan
yang esensial, yang harus dimiliki dan menjadi anjuran dari
agama (Islam).
Djazuli dalam bukunya yang berjudul Akhlak Dasar
Islam menyatakan bahwa:
1) Akhlak yang baik harus ditanamkan kepada
menusia supaya manusia mempunyai kepercayaan
yang teguh dan kepribadian yang kuat.
2) Sifat-sifat terpuji atau akhlak yang baik merupakan
61
62
Ibid., hal. 2.
Zahrudin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak..., hal.6.
50
latihan bagi pembentukan sikap sehari-hari, sifatsifat ini banyak dibicarakan dan berhubungan
dengan rukun Islam dan Ibadah seperti sholat, puasa
zakat, dan sodaqoh.
3) Untuk mengatur hubungan yang baik antara manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia.63
Dari pengertian diatas dapat kita ketahui kegunaan
akhlak yang pertama adalah berhubungan dengan Iman
manusia, sedangkan yang kedua berhubungan dengan ibadah
yang merupakan perwujudan dari Iman, apabila dua hal ini
terpisah maka, akhlak akan merusak kemurnian jiwa dan
kehidupan manusia.
Untuk mengembangkan aqidah akhlak bagi siswa atau
remaja diperlukan modofikasi unsur-unsur moral dengan
faktor-faktor budaya dimana anak tinggal. Program pengajaran
moral seharusnya disesuaikan dengan karakteristik siswa
tersebut, yang termasuk unsur moral adalah 1) Penaralan moral,
2)
Prasaan,
3)
Prilaku
moral
serta
4)
Kepercayaan
eksistensial/iman.64
Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan
63
64
Dzajuli, Akhlak Dasar Islam, (Malang: Tunggal Murni, 1982), hal. 29-30.
Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), hal. 10.
51
meralisasikannya dalam perilaku
akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Qur‟an dan Hadits melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut
agama lain dan hubunganya dengan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.65 Peranan dan efektifitas pendidikan agama
di madrasah sebagai landasan bagi pengembangan spiritual
terhadap kesejahteraan masyarakat harus ditingkatkan, karena
jika pendidikan Agam Islam (yang meliputi: Aqidah Akhlak,
Qur‟an Hadits, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa
arab) yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual
dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih
baik.
Pendidikan atau mata pelajaran Aqidah Akhlak di
Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian integral dari pendidikan
Agam Islam, memang bukan satu-satunya faktor yang
menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa.
Tetapi secara substansial mata pelajaran akidah akhlak
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk memperaktikkan nilai-nilai keyakinan
65
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum
Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen
Agama Ri, 2003), hal. 1.
52
keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari.
Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada
didalam mata pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai
salah satu pedoman kehidupannya.66
b. Dasar Aqidah Akhlak
1) Dasar aqidah
Dasar aqidah Islam adalah Al-Qur‟an dan Hadits. Di
dalam Al- Qur‟an banyak disebutkan pokok-pokok aqidah
seperti cara-cara dan sifat Allah, malaikat, kitab-kitab
Allah, hari kiamat, surga dan neraka. Mengenai pokokpokok atau kandungan aqidah Islam, antara lain disebutkan
dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 285 sebagai
berikut:
ِِ ِِ ِ ِ
ِ
ِ ِِِ
ِ َّ ‫اَمن‬
‫ي اَ َح ٍد‬
َ ْ َ‫الر ُس ْو ُل ِبَآاُنْ ِزَل الَْيه م ْن َّربَّه َوالْ ُم ْؤمنُ ْو َن ُكلٌّ اََم َن بِاللَّه َوَملَئ َكته َوُر ُسله َْلنُ َفِّر ُق ب‬
ََ
‫قلى‬
‫قلى‬
ِ
َِ ‫ِّمن ُّرسلِ ِه وقَالُو‬
ِ ‫ك الْم‬
)285( ‫صْي ُر‬
َ َ‫اَس ْعنَ َاواَطَ ْعنَاغُ ْفراَن‬
ْ َ ُ ْ
َ َ ‫ك َربَّنَ َاوالَْي‬
‫قلى‬
Artinya:
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang
66
Ibid., hal. 1.
53
diturunkan kepadanya (Al- Qur ‟an) dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membedabedakan seseorang pun dari rasul-rasul-Nya. ” Dan mereka
berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya
Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali. ” (Q.S.
Al-Baqarah: 285)67
2) Dasar akhlak
Allah SWT telah menunjukkan tentang gambaran
dasar-dasar akhlak yang mulia, sebagaimana yang tertera
dalam firma-Nya, yaitu Q.S. Al- A‟raf ayat 199:
ِ ِ ْ ‫ف واَ ع ِرض ع ِن‬
ِ
ِ
)199( ‫ي‬
َ ْ ْ َ ‫ُخذالْ َع ْف َو َوأ ُْم ْر بِالْعُْر‬
َ ْ ‫اْلَاهل‬
Artinya :
“Jadilah Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan
yang ma'ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang
bodoh”.(Q.S. Al-A‟raf: 199). 68
Akhlak merupakan satu hal yang sangat penting
67
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Duta Ilmu
Surabaya:2005), hal. 60-61.
68
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Duta Ilmu
Surabaya: 2005), hal. 237.
54
untuk dimiliki oleh setiap individu umat Islam. Hal ini
didasarkan atas dari Rasulullah SAW yang begitu berakhlak
mulia dan kita sebagai umatnya sudah selayaknya memiliki
akhlak mulia ini.
)4( ‫َّك لَ َعلَى ُخلُ ٍق َع ِظي ٍم‬
َ ‫َوإِن‬
Artinya:
“Dan Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi
pekerti yang luhur ”. (Q.S. Al Qalam:4) 69
Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus
hanya diberikan kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan
aqlaknya. Penggunaan istilah “khuluqun „adhiim” ( ‫خلق العظيم‬
) menunjukkan keagungan dan keagungan moralitas Rosul
dalam hal ini adalah Muhammad SAW yang mendapat
pujian sedahsyat itu.70
Dengan
lebih
tegas
Allah
pun
memberikan
penjelasan secara transparan bahwa aqlak Rasulullah SAW
sangat layak untuk dijadikan standar moral bagi umatnya.
Sehingga layak untuk dijadikan idola yang diteladani
sebagai suritauladan yang baik (Uswatun Hasanah), melalui
firman-Nya:
69
Ibid., hal. 826.
70
Tono, Ibadah dan Akhlak...,91.
55
ِ ‫لََّق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رسوِل اللَّ ِه أُسوةٌحسنَةٌ لِّمن َكا َن ي رجواْ اللَّه والْي وم ْاْل‬
‫َخَر‬
َ ْ َ َ َ ُ َْ
ْ َ َ َ َْ
ُْ َ ْ
)21( ً‫َوذَ َكَر اللَّهَ َكثِريا‬
Artinya:
“Sesungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) yaitu bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. ( Q.S. AlAhzab: 21)71
Ayat
tersebut
memberikan
penegasan
bahwa
Rasulullah merupakan contoh yang layak ditiru dalam
segala sisi kehidupannya. Disamping itu ayat tersebut juga
mengisyaratkan bahwa tidak ada satu “sisi gelap”
(kejelekan) pun pada diri Rasulullah SAW. Karena semua
sisi kehidupanya dapat ditiru dan diteladani. Ayat diatas
juga mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW sengaja
dijadikan oleh Allah SWT untuk menjadi pusat akhlak umat
manusia secara universal, karena Rasulullah SAW diutus
sebagai “Rohmatan lil „alamin”.72
Karena kemudian akhlak Rasulullah SAW tersebut
itulah, maka Allah SWT memberitahukan kepada kepada
71
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Duta Ilmu
Surabaya:2005), hal. 595
72
Moh. Rifa‟I, Akhlak SeorangMuslim, (Semarang: Wicaksana, 1986), hal. 15.
56
Muhammad untuk menjalankan misi menyempurnakan
akhlak seluruh umat manusia agar mencapai akhlak yang
mulia.
c. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat
penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah
yang hendak dicapai atau yang hendak ditinjau oleh
pendidikan. Demikian halnya dengan pendidikan agama Islam,
maka tujuan pendidikan agama Islam itu adalah tujuan yang
ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam dalam kegiatan
pelaksanaan pendidikan agama Islam.
Dalam pasal 3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan
membentuk
watak
serta
peradaban
bangsa
yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa.
Tentang tujuan pendidikan nasional dengan tujuan
pendidikan agama Islam tidak jauh beda. Pendidikan Agama
Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan
dan
meningkatkan
keimanan
melalui
pemberian
dan
57
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.73
Jadi mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang
diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta
pengalaman siswa tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga
menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dan
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan peribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 74
73
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya,
2005), hal. 135.
74
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum
Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen
Agama Ri, 2003), hal. 1.
58
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
yang
menggambarkan
prosedur
dan
pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
Maka ringkasnya RPP adalah resncana operasional kegiatan
pembelajaran setiap atau beberapa KD dalam setiap tatap muka
di kelas. Lingkup RPP paling luas mencakup satu Kompetensi
Dasar yang erdiri atas satu indikator atau beberapa indikator
untuk satu kali pertemuan atau lebih.
RPP harus berupa kegiatan konkret setapak demi setapak
yang dilakukan oleh guru di kelas dalam mendampingi peserta
didik. Satu hal yang amat penting dalam penyusunan RPP
adalah bahwa kegiatan pembelajaran harus diarahkan agar
berfokus pada peserta didik, sedangkan guru berperan sebagai
pendamping,
fasilitator.
Artinya,
ketika
guru
memilih
pendekatan, metode, materi, pengalaman belajar, interaksi
belajar mengajar harus memungkinkan peserta didik berinteraksi
dan aktif, sedangkan guru memfasilitasi dan mendampinginnya.
59
b. Tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembentukan RPP memiliki tujuan diantaranya adalah :
1) Memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam
mencapai kompetensi dasar dan indikator.
2) Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek.
3) Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem,
memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa.
4) Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran,
berakibat nurturant effect.
c. Landasan Pengembangan RPP
Landasan RPP adalah PP no 19 tahun 2005 pasal 20.
Di dalam PP no 19 tahun 2005 pasal 20 dikatakan bahwa
perencanaan
proses
pembelajaran
meliputi
silabus
dan
rencana pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar.75
75
Anjar Gigih Dewanto, “Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)” dalam
http://oneallstudents.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-rencana-pelaksanaan.html diakses tanggal
29 Juni 2016
60
5. Evaluasi Program Pengajaran
a. Arti Evaluasi Program
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat
keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang
“program” itu sendiri. Di dalam kamus tertulis :Program
adalah
rencana;
Program
adalah
kegiatan
yang
direncanakan dengan seksama. Dalam pembicaraan ini
yang dimaksud adalah pengertian. Melakukan evaluasi
program
adalah
kegiatan
yang
dimaksudkan
untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari
kegiatan yang direncanakan.76
Dari uraian tersebut dapat ditangkap bahwa sesuatu
kegiatan
perlu
direncanakan
apabila
kegiatan
yang
bersangkutan memang dipandang penting sehingga apabila
tidak direncanakan secara matang bisa jadi akan menjumpai
kesulitan atau hambatan.
76
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal.
352
61
Seperti sebuah keluarga yang akan mengadakan
perhelatan pernikahan, tentu membuat perencanaan sejak
jauh hari sebelumnya karena takut kalau tidak lancar.
Setelah selesai pelaksanaan, biasanya juga mengadakan
evaluasi. Mungkin evaluasi tersebut tidak melalui prosedur
yang sistematis dan mungkin juga tidak seketika.
Barangkali pada waktu akan menyelenggarakan perhelatan
pernikahan lagi baru mengingat-ingat dahulu pada waktu
pelaksanaan dulu kurangnya apa.
Penyelenggaraan pendidikan bukan sesederhana
mengadakan perhelatan pernikahan. Dampak pendidikan
akan meliputi banyak orang dan menyangkut banyak aspek.
Oleh karena itu kegiatan pendidikan harus dievaluasi agar
dapat dikaji apa kekurangannya dan kekurangan tersebut
akan dapat dipertimbangkan untuk pelaksanaan pendidikan
pada waktu lain. Sebetulnya yang menjadi titik awal dari
kegiatan
evaluasi
program
adalah
keingintahuan
penyusunan program untuk melihat apakah tujuan program
sudah tercapai atau belum.
1) Jika sesudah tercapai, bagaimana kualitas pencapaian
kegiatan tersebut.
2) Jika belum tercapai:
62
a) Bagaimanakah dari rencana kegiatan yang telah
dibuat yang belum tercapai.
b) Apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum
tercapai ataukah faktor luar.
Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan untuk melihat
pencapaian target program. Untuk menentukan seberapa jauh target
program sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang
sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan. Sebagai contoh,
misalnya seorang guru mentargetkan sekurang-kurangnya ada tujuan orang
siswa yang dapat memperoleh nilai 10, dan setelah hasil ulangan diperiksa
ternyata hanya 3 orang saja yang memperoleh nilai 10. Dengan demikian
maka tingkat keberhasilan guru tersebut hanya 3/7 x 100% yaitu lebih
kurang 47%.
Apa perlunya mengadakan evaluasi program? evaluasi program
biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan kebijakan untuk
menentukan kebijakan selanjutnya. Dengan melalui evaluasi program,
langkah evaluasi bukan hanya dilakukan serempak saja tetapi sistematis,
rinci, dan menggunakan prosedur yang sudah diuji data yang andal dan
dapat dipercaya. Penentuan kebijaksanaan akan tepat apabila data yang
digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut
lengkap.
benar, akurat, dan
63
Ada empat macam kebijakan lanjutan yang mungkin diambil
setelah evaluasi program di lakukan, yaitu sebagai berikut.
1) Kegiatan tersebut dilanjutkan karena dari data yang terkumpul
diketahui bahwa program ini sangat bermanfaat dan dapat
dilaksanakan dengan lancar tanpa hambatan sehingga kualitas
pencapaian tujuan tinggi.
2) Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penyempurnaan karena
dari data yang terkumpul diketahui bahwa hasil program dangat
bermanfaat. Tetapi pelaksanaannya kurang lancar atau kualitas
pencapaian tujuan kurang tinggi. Yang perlu mendapatkan
perhatian kebijaksanaan berikutnya adalah cara atau proses
kegiatan pencapaian tujuan.
3) Kegiatan tersebut dimodifikasi karena dari data yang terkumpul
dapat diketahui bahwa kemanfaatan hasil program kurang
tinggi sehingga perlu disusun lagi perencanaan secara lebih
baik. Dalam hal ini mungkin tujuannya yang perlu diubah.
4) Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan (dengan kata lain
dihentikan !) karena dari data yang terkumpul diketahui dari
hasil program kurang bermanfaat, ditambah lagi didalam
pelaksanaan sangat banyak hambatannya.
64
b. Objek Atau Sasaran Evaluasi Program
Dalam melaksanakan evaluasi program, apanya dari
program yang di evaluasi? Dengan kata lain, apakah sasaran
evaluasi program? Untuk dapat mengenal sasaran evaluasi secara
cermat, kita perlu memusatkaan perhatian kita pada aspek-aspek
yang bersangkut paut dengan keseluruhan kegiatan belajarmengajar. Untuk itu ada baiknya kita mengenal kembali model
transformasi proses pendidikan formal di sekolah.
Di dalam proses transformasi,
siswa yang baru masuk
mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah
yang akan diolah (ditranfonnasikan diubah dari bahan mentah
menjadi bahan jadi) melalui proses pengerjaan. Siswa yang baru
masuk (input) ini memiliki karakteristik atau kekhususan sendirisendiri,yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Disamping itu ada masukan lain yang juga berpengaruh
dalam keberhasilan belajar siswa, yaitu masukan instrumental dan
masukan lingkungan.Yang dapat dimasukkan sebagai masukan
instrumental adalah materi / kurikulum, guru, metode mengajar,
dan sarana pendidikan (alat, bahan, dan media belajar).Siswa yang
sudah dimasukkan kedalam alat pemroses, yaitu transformasi, dan
sudah menjadi bahan jadi, dikenal dengan istilah hasil atau
keluaran (output).
65
Ada hal-hal yang harus diteliti berkaitan tentang tingkat
hasil belajar siswa.
1) Masukan (Input)
Siswa adalah subjek yang menerima atau pelajaran.
Ada siswa pandai, kurang pandai dan tidak pandai. Setiap
siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, sosial, dan
lain-lain yang sifatnya khusus. Guru harus mampu mengenal
kekhususan siswanya agar mampu memberikan pelayanan,
pendidikan, dan administratif secara tepat. Pelayanan
pendidikan berupa pemberian remedial dan sebagainya,
susdah
dibicarakan
dalam
pengelolaan
pengajaran.
Pelayanan administrasi juga harus disesuaikan dengan jenis
kemampuannya. Kepada siswa yang hanya mempunyai
kemampuan intelektual rendah, disediakan perlengkapan
sarana belajar yang dapat mendukung peningkatan prestasi.
Sebaliknya siswa yang mempunyai pembawaan menonjol
juga disediakan sarana canggih agar bakat yang dimiliki
tersebut dapat berkembang secara maksimal. Penyediaan
dan pengelolaan sarana merupakan salah satu dari garapan
administrasi pendidikan.
66
2) Materi atau kurikulum
Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional
karena kita menganut sitem sentralisasi.
3) Guru
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Kepada guru diserahkanutnuk “digarap”
suatu masukan “bahan mentah” berupa siswa yang
menginginkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap
baik yang akan digunakan oleh mereka untuk menghadapi
masa depan dalam kehiduapannya.
4) Metode atau pendekatan dalam mengajar
Berbeda
dengan
evaluasi
terhadap
kurikulum,
evaluasi erhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru
untuk
meninjau
kembali
tentang
metode
mengajar,
pendekatan atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh
guru di dalam menyampaikan materi kurikulum kepada
siswa.
5) Sarana : alat pelajaran atau media pendidikan
67
Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar adalah
sarana pendidikan, yang meliputi alat pelajaran dan media
pendidikan.
6) Lingkungan manusia
Yang
dapat
digolongkan
sebagai
masukan
lingkungan manusia bukan hanya kepala sekolah, guru-guru,
dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang
dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil
belajar siswa. Misalnya di taman kanak-kanak, munkin saja
ibu-ibu mengantar dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk
memberikan
contoh-contoh
perilaku
positif
yang
memperkuat motivasi siswa dalam belajar.
7) Lingkungan bukan manusia
Yang dimaksud lingkungan bukan manusia adalah
segala hal yang berada dilingkungan siswa (dalam radius
tertentu) yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
68
Termasuk
kategori
lingkunga
bukan
manusia
misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan
gedung, dan sarana lain, tumbuhan di kebun sekolah dan
tetangga.77
c. Cara Melaksanakan Evaluasi Program
Apabila guru ingin melakukan evaluasi program
dengan lebih seksama, misalnya ingin menulusuri secara
khusus latar belakang keluarga siswa, terlebih dahulu harus
menyusun
rencana
evaluasi
sekaligus
instrumen
pengumpulan data. Mengenai bagaimana menyiapkan
instrumen untuk angket, pedoman wawancara, pedoman
pengamatan dan sebagainya, dapat dipelajari dari bukubuku penelitian.
Sebagai cara paling sederhana adalah mengadakan
pencatatan terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan
sehari-hari. Akan terlalu sulit dan memakan waktu yang
amat banyak apabila guru masih dibebani dengan evaluasi
program secara sistematis seperti seorang penelitian.
77
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal.
330-337
69
Akan cukuplah kiranya apa bila guru mau membuat
acuan singkat dan sederhana yang disusun dalam bentuk
pertanyaan saja. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut guru akan memperolah umpan terhadap apa yang
dilakukan.
Deretan pertanyaan berpangkal dari komponenkomponen transformasi yang sudah kita ketahui dalam
uraian diatas. Dibawah ini adalah contoh jenis pertanyaan
yang berkaitan tentang evaluasi sarana. 1) Apakah pokok
bahasan
yang
memerlukan
alat
program
dipenuhi
kebutuhannya ?; 2) Apakah alat program yagn dipilih sudah
tepat ?; 3) Apakah guru sudah terampil menggunakan alat
?; 4) Apakah siswa sudah cukup dilibatkan dalam
penggunaan alat program ? dan sebagainya.78
d. Makna Penilaian
Jika sebelum membeli jeruk kita tidak memilih dulu mana
jeruk yang baik dibandingkan dengan yang kurang baik,
maka kita akan memperolah jeruk seadanya.
78
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal.
338-340
70
Mungkin biak, tetapi ada juga kemungkinan tidak baik.
Yang jelas kita belum tentu memperoleh jeruk yang
berkualitas baik jika tidak didahului dengan kegiatan
menilai.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan,
penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi.
1) Makna bagi guru
a) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan
dapat
mengetahui
siswa
mana
yang
dapat
melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil
menguasai
materi,
maupun
siswa-siswa
yang
berhaasil menguasai materi.
b) Guru
akan
mengetahui
apakah
materi
yang
diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk
memberikan pengajaran di waktu yang akan datang
tidak perlu diadakan perubahan.
71
c) Guru akan mengetahui apakah metode yang
digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian
besar dari siswa memperoleh nilai jelek pada
penilaian
yang
diadakan,
mungkin
hal
ini
disebabkan oleh pendekatan atau metode yang
kurang tepat. Apabila demikian halnya. Maka guru
harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain
dalam mengajar.79
2) Sesudah kegiatan pengajaran
Jika guru sudah selesai memberikan pelajaran (satu
pertemua
atau
satu
semester),
ia
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a) Dengan selesainya pelajaran saya ini, apakah tujuan
yang akan dicapai oleh siswa sudah tercapai,
seberapa jauh pencapaian tiap siswa, berapa
orangkah yang sudah dapat mencapai
b) Seandainya belum tercapai, bagian dari tujuan
manasajakah yang belum tercapai itu ? (baik
individu maupun kelompok).
79
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2013), hal. 15
72
c) Seandainya belum tercapai, faktor-faktor apakah
yang menyebabkan ? (penghambat bagi individu
maupun kelompok).80
e. Fungsi Penilaian
Terdapat beberapa tujuan atau fungsi dalam penilaian yaitu:
1) Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian, guru mempunyai
cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap
siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai
tujuan, antara lain: a) Untuk memilih siswa yang dapat
diterima di sekolah tertentu, b) Untuk memilih siswa
yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, c) Untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, d)
Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan
sekolah, dan sebagainya
2) Penilaian berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup
memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya,
guru akan mengetahui kelemahan siswa.
80
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal.
18
73
Disamping itu, diketahui pula penyebabnya. Jadi
dengan
mengadakan
penilaian,
sebenarnya
guru
melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan
dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab
kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk
mengatasinya.
3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini dipopulerkan di negara barat,
adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat
dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket
belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem
ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadapa
kemampuan individual.
Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat
sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif
apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan
tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan
tenaga, pendidikan
yang bersifat individual kadang-
kadang sukar sekali dilaksanakan.
74
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan
kemampuan. Adalah pengajaran secara kelompok.
Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok
mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan
suatu penilaian. Sekelompok siswa yang memepunyai
hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok
yang sama dalam belajar.
4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana sejauh program berhasil
diterapkan. Telah disinngung pada bagian sebelum ini,
keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu faktor guru, metode mengajar, kuirkulum, sarana,
dan sistema administrasi.81
B. Penelitian Terdahulu
Peneliti akan mendeskripsikan beberapa hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh beberapa peneliti lain yang berkaitan dengan
penggunaan media visual dan audio visual pada beberapa mata pelajaran
yang berbeda. Hasil penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut:
81
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hal.
18-19
75
Penelitian yang dilakuakan oleh Edi Junaedi Abdillah mahasiswa
program studi S1 Pendidikan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Efektifitas Penggunaan
Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus
(2011)”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian
tersebut antara lain untuk: mengetahui efektifitas penggunaan media audio
visual pada aspek proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK
Al-Hidayah Lebak Bulus, untuk mengetahui efektifitas penggunaan media
audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada aspek
hasil belajar di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes tulis, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan media audio visual
mempunyai tingkat efektifitas yang signifikan terhadap keberhasiln belajar
siswa. Hal ini diketahui hasil belajar siswa kelas X AP2 sebagai kelas
eksperimen dengan nilai rata-rata 77,90. Dan hasil wawancara
menunjukkan bahwa siswa menyukuai dan termotivasi ketika proses
pembelajaran menggunakan media audio visual berbentuk VCD, karena
menurut hasil wawancara siswa menyebutkan bahwa dia VCD dapat
mempermudah mereka dalam memahami pelajaran.82
Penelitian yang dilakuakan oleh Titin Dwi Jayanti mahasiswa
program studi S1 Pendidikan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
82
Edi Junaedi Abdillah, Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap
Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Al-Hidayah
Lebak Bulus, (Jakarta: Skripsi tidak diterbitkan, 2011), hal. i
76
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul “Penggunaan Media
Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. (2010)” Dari penelitian
yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut antara lain untuk:
mengetahui tujuan guru dalam penggunaan media audio visual pada mata
pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo, mendeskripsikan proses
penggunaan media audio visual dalam meningkatkan belajar siswa pada
mata pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo, mengetahui hasil
belajar siswa setelah menggunakan media audio visual dalam mata
pelajaran fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tujuan guru menggunakan media audio
visual untuk meningkatkan kualitas siswa dalam proses belajar mengajar,
memudahkan siswa untuk belajar, untuk memudahkan guru dalam
menjelaskan tentang materi pelajaran fiqih. Disamping itu, Materi yang
digunakan oleh guru adalah materi shalat, thaharah, puasa dan haji, sebab
materi ini materi yang paling pokok untuk umat Islam. Sedangkan proses
penggunaan media audio visual yaitu waktu yang digunakan harus
terjadwal, supaya proses belajar mengajar menjadi baik dan efektif.
Sebelum menggunakan media audio visual,guru harus mempunyai langkah
persiapan, pelaksanaan, kegiatan lanjutan, sertaadanya sarana prasarana
yang mendukung dalam pembelajaran seperti, televisi,video, komputer,
dan LCD dan adanya lab 3 bahasa, sehingga menjadikan siswa lebih
77
tanggap, pintar, cermat dalam menggunakan teknologi. Adapun yang
menjadi hambatan dalam proses penggunaan media audio visual ialah
kurangnya fasilitas (minim), keterlambatan siswa, keterbatasan waktu, dan
kebanyakan guru menggunakan metode yang lama seperti ceramah,
sehingga pembelajaran yang dilakukan guru cenderung menonton dan
membosankan, kondisi ini terdampak terhadap belajar siswa. Setelah
menggunakan media audio visual hasil yangdiperoleh siswa lebih baik
dibandingkan tidak menggunakan media audio visual, rata-rata siswa
mendapat nilai 70-80 dengan catatan ketegori ”baik”. Jadi, menggunakan
media audio visual sudah mencapai keberhasilan bagi guru dan siswa,
sebab media audio visual bermanfaat bagi guru dan siswa pada proses
belajar mengajar. Saran yang ditawarkan peneliti tentang penggunaan
media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
fiqih adalah harus diadakan pelatihan bagi guru yang belum bisa
menggunakan teknologi, sehingga menjadikan guru yang berkualitas dan
perlu ditambahkan sarana prasarana. Untuk itu lembaga pendidikan
diharapkan memfasilitasi kebutuhan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar.83
Dari uraian hasil penelitian terdahulu diatas, disini peniliti akan
mengkaji persamaan dan perbedaaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan peneliti kakukan. Dari kajian ini dapat diketahui
perbedaan dari masing-masing penelitian yang pernah dilakukan dalam
83
Titin Dwi jayanti, Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sunan Giri Probolinggo, (Malang: Skripsi tidak
diterbitkan, 2010), hal. 18
78
pemanfaatan pengunaan media visual dan audio visual kedalam proses
pembelajaran.
Untuk
mempermudah
memaparkan
persamaan
dan
perbedaan tersebut, akan diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu
Nama Peneliti dan Judul
Pesamaan
Perbedaan
Penelitian
Edi Junaedi Abdillah,
1. Sama-sama
1. Lokasi penelitian berada di
Efektifitas Penggunaan
menggunakan
SMK Al-Hidayah Lebak
Media Audio Visual
media audio visual
Bulus, Jakarta Selatan
Terhadap Keberhasilan
2. Sama-sama
sedangkan penelitian ini di
Belajar Siswa Pada Mata
bertujuan
MTsN Ngantru
Pelajaran Pendidikan
meningkatkan hasil
Tulungagung.
Agama Islam Di SMK Al-
belajar
2. Mata pelajaran yang pakai
Hidayah Lebak Bulus
adalah Pendidikan Agama
(2011)
Islam sedangkan penelitian
ini menggunakan mata
pelajaran Akidah Akhlak.
3. Tahun ajaran 2011/2012,
sedangkan penelitian ini
tahun ajaran 2015/2016
79
Titin Dwi jayanti,
1. Sama-sama
1. Lokasi penelitian berada di
Penggunaan Media Audio
bertujuan
MTs Sunan Giri,
Visual
meningkatkan hasil
Probolinggo, Jakarta
dalam Meningkatkan
belajar
Selatan sedangkan
Hasil Belajar Siswa pada
2. Subyek penelitain
Mata Pelajaran Fiqih di
sama-sama di kelas
MTs Sunan Giri
VII
Probolinggo. (2010)
penelitian ini di MTsN
Ngantru Tulungagung.
2. Mata pelajaran yang pakai
adalah Pendidikan Agama
Islam sedangkan penelitian
ini menggunakan mata
pelajaran Akidah Akhlak.
3. Tahun ajaran 2011/2012,
sedangkan penelitian ini
tahun ajaran 2015/2016
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama memanfaatkan media
untuk memudahkan guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa.
Selain itu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Sedangkan perbedaanya terdapat pada mata pelajaran, tahun ajaran, dan
lokasi penelitian.
80
C. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah pandangan atau model pola pikir yang
menunjukan
permasalahan
yang
akan
diteliti
yang
sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian.84 Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu,
maka paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1: Paradigma Penelitian
Penggunaan media Visual dan Audio Visual
dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTsN
Ngantru tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016
Dampak
Proses
Temuan Penelitian
Analisis Data
84
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan metode R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2006), hal. 43
81
Deskripsi:
Penelitian ini akan diarahkan untuk mengetahui Penggunaan media
visual dan audio visual dalam pembelajaran akidah akhlak di MTsN
Ngantru Tulungagung tahun ajaran 2015-2016. Dari judul penelitian ini,
peneliti mengembangkannya kedalam 2 poin pertanyaan penelitian antara
lain: mengenai proses dan dampak dalam Penggunaan media visual dan
audio visual dalam pembelajaran akidah akhlak di MTsN Ngantru
Tulungagung tahun ajaran 2015-2016. Kemudian akan memperoleh
temuan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri ini, yang selanjutnya
peneliti analisis untuk dapat dijadikan sebagai hasil penelitian skripsi ini.
Download