I. I.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini di Indonesia suatu limbah yang dihasilkan dan banyak dipermasalahkan adalah limbah sisa bakaran batubara oleh suatu industri yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dalam limbah abu batubara (abu terbang batubara dan bottom ash) terkandung unsur-unsur logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium (Cr) dan tembaga (Cu). Apabila masuk kedalam lingkungan tanah maupun perairan akan mencemari lingkungan, sehingga limbah batubara digolongkan menjadi limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) berdasarkan PP No.18 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun. Kenaikan harga minyak diesel industri berdampak pada banyaknya perusahaan yang beralih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar dalam menghasilkan uap (steam). Penggunaan batu bara sebagai sumber energi pengganti memang menguntungkan, namun di sisi yang lain dengan semakin meningkatnya penggunaan batu bara, maka perindustrian ikut serta dalam menciptakan peningkatan limbah batu bara di alam. Limbah hasil pembakaran batu bara sebesar 5-10% berupa abu yang disebut dengan abu terbang batubara dan bottom ash. Prosentase abu terbang batubara yang dihasilkan sebesar 80-90%, sedangkan prosentase bottom ash yang dihasilkan sebesar 10-20% (Tim Kajian, 2006). Limbah pembakaran batubara, abu terbang batubara dan bottom ash (F&B ash) memunculkan dua dampak yang bertolak belakang, yaitu menguntungkan dan merugikan (Singh, 2012). Abu terbang (abu terbang batubara) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. Limbah padat ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, perairan dan penurunan kualitas ekosistem. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa olahan limbah tersebut dapat dimanfaatkan di bidang pertanian sebagai pupuk maupun pembenah tanah (Nawaz, 2013). Misalnya penelitian di India oleh Rai et al (2010) menjelaskan tentang 1 kemampuan abu terbang batubara membenahi struktur fisik tanah, yaitu meningkatkan kandungan air, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan kapasitas menjerab air. Selebihnya, abu terbang batubara menyediakan kandungan nutrisi yang lengkap bagi tanaman. Biomassa limbah abu terbang batubara yang dihasilkan dari PLTU Tanjung Jati B Jepara cukup besar. Meskipun beberapa perusahaan sudah menyediakan teknologi pengolahan limbah tersebut, namun potensi pemanfaatan hasil olahan limbah tersebut, misalnya sebagai conditioner tanah dan pupuk organik masih perlu dioptimalkan. Isu kandungan logam berat dan bahan-bahan berbahaya lain masih cukup kuat terutama kaitannya dengan pemanfaatan olahan limbah tersebut. Oleh karena itu, penelitian untuk mengoptimalkan manfaat sekaligus meminimalkan dampak buruk F&B ash harus dilakukan. Pemanfaatan tanah dalam jangka waktu yang lama tanpa teknik pengawetan, dapat menyebabkan penurunan kesuburan kimiawi dan fisik tanah, sehingga produktivitasnya rendah. Alfisol umumnya berada pada kondisi geografis dan agroklimat yang mendorong untuk menjadi tanah marjinal. Alfisol, seperti halnya dengan Molisol juga mempunyai kejenuhan basa yang cukup tinggi dan bereaksi mendekati netral sampai agak alkalis, akan tetapi kandungan bahan organiknya lebih rendah. Sifat kimia lain cukup beragam misalnya ada yang mempunyai kapasitas tukar kation rendah, contohnya Kandiudalf, Kanhapludalf, dan lain-lain, tetapi banyak pula yang mempunyai KTK tinggi seperti Hapludalf, Haplustalf, dan sebagainya. Istilah logam berat menunjuk pada logam yang mempunyai berat jenis lebih tinggi dari 5 atau 6 g/cm3. Namun pada kenyataannya dalam pengertian logam berat ini, dimasukkan pula unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya seperti logam berat sehingga jumlah seluruhnya mencapai lebih kurang 40 jenis. Banyak jenis logam yang digunakan pada industriindustri pembuatan baterai, kaleng, pelapisan logam, zat warna dan cat, zat anti-ketuk dalam bahan bakar mesin,dan lainnya tergolong sebagai logam berat. Di antara logam yang banyak digunakan itu tergolong berbahaya bagi manusia dan lingkungan seperti cadmium (Cd), nikel (Ni), dan timbal (Pb). Dengan konsentrasi tertentu dalam tubuh manusia tiap logam 2 tersebut dapat menimbulkan beberapa penyakit dan gangguan kesehatan (Irwan, 1993). Adanya kandungan logam berat yang tinggi pada tanah akan menjadi penghambat dari usaha-usaha pertanian maupun usaha perikanan. Tan (1991) menyatakan bahwa kandungan logam berat yang tinggi menyebabkan tanah menjadi marjinal dan kurang diusahakan, sehingga pada akhirnya tanah menjadi kurang produktif. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diusahakan kegiatan untuk memperbaiki kondisi tanah agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk tujuan pertanian. Bahan organik berperan juga dalam perkembangan struktur tanah dan mengatur perpindahan polutan dan bahan pencemar di dalam tanah (Taberina, 2004). Senyawa humat yang terkandung berperan dalam dalam membentuk ikatan kompleks dengan logam-logam. Adanya pembentukan kompleks mempengaruhi kereaktifan dan efek toksik dari logam (Matagi et. al., 1998). Bahan organik memiliki peranan aktif terhadap pengikatan logam. Hasil akhir dari proses dekomposisi bahan organik seperti humus memiliki kontribusi dalam pertukaran anion dan kation kompleks, khelat ion logam, pH buffer, serta bersifat stabil terhadap proses biodegradasi (Ariyanto, 2006). Jagung sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri.Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak. Peningkatan produksi yang telah dicapai melalui perluasan areal tanam dan perbaikan teknologi produksi ternyata belum mampu untuk mengimbangi kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam negeri. Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu untuk mengkaji proses penjerapan dan tingkat kelarutan dari unsur-unsur hara di dalam hal ini fraksi logam berat di dalam tanah. Penambahan bahan organik tertentu pada tanah diduga dapat mengikat logam – logam berat yang terlarut dalam tanah. Selain itu penggunaan tanaman hiper akumulator seperti sawi dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur 3 merupakan pilihan yang dapat diterapkan untuk menanggulangi masalah yang timbul pada tanah yang mengandung logam berat tinggi. I.2. Tujuan Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi abu terbang batubara dan pupuk kandang sapi terhadap sifat kimia Alfisol, pertumbuhan tanaman jagung dan serapan logam Pb oleh tanaman jagung I.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengkaji pengaruh abu terbang (abu terbang batubara) batubara saat ditambahkan kedalam tanah dan pengaruhnya pada tanaman jagung (Zea mays) 4