Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 ISSN : 2252-9608 PEMBERIAN PUPUK TSP DAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT PADA TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata. L) The Application of TSP Fertilizer and Palm Oil Ash on Mung Bean Plant (Vigna radiata. L) 1 Nur samsul Kustiawan, 2Siti Zahrah, dan 2Maizar 1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284 Riau Telp: 0761-72126 ext. 123, Fax: 0761674681 Email: [Diterima November 2013; Disetujui Januari 2014] ABSTRACT The aim of this research is to determine efect of TSP Fertilizer dose and palm oil ash on growth and production of mung bean (Vigna radiata. L). the research was conducted in experimental farm of garicultural faculty Riau Islamic University, Pekanbaru, during four months from September until December 2011. This research used Completely Randomized Design (CRD) factorial consisting 2 factors. First factor is TSP fertilizer (P) consisting 4 levels : P0 (without giving TSP fertilizer), P1 (7.2 g/plot), P2 (14.4 g/plot), P3 (21.6 g/plot). Second factor is palm oil ash (A) consisting 4 levels : A0 (without giving palm oil ash), A1 (600 g/plot equivalent with 4 tons/ha)m A2 (1,200 g/plot equivalent with 8 tons/ha), A3 (1,800 g/plot equivalent with 12 tons/ha). The parameters were observed : Plant height (cm), days to flowering (days), maturity (days), number of pods per plant (fruit), the percentage of pithy pods per plant (%), planting seed weight (g) and weight of 100 seeds (g). The interaction of giving TSP fertilizer and palm oil ash on mung bean plant show that significant influent on plant height variabel 56.33 cm, number of pods per plant 46.33 fruits and weight of seed per plant 27.33 g. The best treatment is giving TSP fertilizer 14.4 g/plot and palm oil ash 1,200 g/plot (P2A2). TSP fertilizer singly significant effect on plant height 52.67 cm, 34.00 days flowering, harvesting 57.50 cm, number of pods per plant fruit 42.50, the percentage of pods per plant pithy 94.42%, dry seed weight per plant and weight of 100 g 24.68 6:21 g seed, with the best treatment TSP 14.4 g / plot (P2). Giving palm oil ash singly significant effect on plant height 53.67 cm, 34.00 days flowering, harvesting 58.33 days, number of pods per plant fruit 42.00, the percentage of pods per plant pithy 94.50%, dry seed weight per plant and 24.25 g 100 seed weight 6.13 g, with the best treatment of oil palm ash 1200 g / plot (A2). Keywords: Mung bean, TSP fertilizer, palm oil ash, and production http://rat.uir.ac.id 395 ISSN : 2252-9608 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 PENDAHULUAN Kacang hijau (Vigna radiata, L.) merupakan tanaman leguminosa yang tumbuh baik didaerah tropis yang memiliki nilai gizi dan ekonomis penting setelah tanaman kacang kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau kaya akan kandungan gizi. Karena kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A, B1, C dan E) serta kandungan zat lain. Kandungan gizi per 100 gram terdiri dari 345 kalori, 22 g protein, 1,2 g lemak, 62,9 g karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg fosfor, 6,7 mg zat besi, 157 SI vitamin A, 0,64 mg vitamin B1, 6 mg vitamin C dan 10 g air (Purwono dan Hartono, 2005). Upaya-upaya untuk meningkatkan produksi kacang hijau dapat dilakukan dengan cara penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik dan penyediaan unsur hara dalam tanah. Usaha yang dilakukan dalam penyediaan unsur hara untuk meningkatkan hasil kacang hijau dapat ditempuh dengan cara pemupukan. Kacang hijau memerlukan unsur hara dalam jumlah relatif banyak terutama unsur Fosfat (P). salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur fosfat yaitu TSP dengan kandungan P2O5 48-54 %. Fosfat sangat diperlukan oleh tanaman pada saat pembentukan biji sehingga menjadi bentuk yang sempurna dan fosfat juga berguna untuk mempercepat kemasakan buah dan tahan terhadap kekeringan. Kekurangan P pada kebanyakan tanaman terjadi sewaktu tanaman masih muda, karena belum adanya kemampuan yang seimbang antara penyerapan P oleh akar dan P yang dibutuhkan. Novizan (2005) mengemukakan unsur Fosfor (P) ketersediaannya di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang terutama adalah faktor pH. Pada pH rendah fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminum yang menyebabkan sukarnya untuk diserap. Sedangkan pada pH tinggi akan bereaksi dengan ion kalsium yang menyebabkan sukar telarut. http://rat.uir.ac.id Propinsi Riau umumnya memiliki tanah jenis PMK (Podzolik Merah Kuning). Lapisan tanah PMK biasanya mengalami pencucian berat, warna kelabu, cerah sampai kekuningan, agregatnya kurang stabil dan kandungan Al, Fe serta Mn tinggi dan biasanya bereaksi masam (Hakim et all, 1986). Akibatnya pada tanah PMK ketersediaan P sangat terbatas, karena terikatnya P secara kimia oleh Al dan Fe sehingga P sukar larut dan tidak dapat diserap tanaman. Dalam meningkatkan pH tanah dan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pengapuran, selain cara pengapuran dapat pula dengan pemberian bahan organik yang mengandung pH tinggi seperti abu janjang kelapa sawit. Abu janjang kelapa sawit merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit yang selama ini belum banyak dimanfaatkan oleh petani, bahkan tandan-tandan kelapa sawit yang terdapat di kebun pertani selama ini biasanya hanya dibuang begitu saja. Padahal tandan kosong kelapa sawit sangat besar sekali manfaatnya, salah satu cara pemanfaatannya yaitu dengan cara dibakar. Abu janjang kelapa sawit mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap baik makro maupun mikro, mampu meningkatkan pH tanah dan memiliki kejenuhan basa yang tinggi dimana kandungan kationnya bisa mengusir senyawa beracun apabila ketersediaannya mencukupi. Bangka (2009) mengemukakan bahwa abu janjang kelapa sawit memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO, dan 3% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 100 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. METODE PENELITIAN 396 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 113 Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari bulan September 2011 sampai dengan Desember 2011. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian: benih kacang hijau varietas Vima-1, Pupuk TSP, Abu Janjang Kelapa Sawit, Pupuk Urea, KCl, Dithane M-45, Decis 25 EC, Furadan, Seng plat, pipet, tali rapia, kayu dan paku. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian: cangkul, parang, gergaji, palu, meteran, timbangan analitik, pH meter, handsprayer, ember, gembor, garu, kamera dan alat tulis lainnya. Rancangan yang digunakan dalam penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama pemberian TSP (Faktor P), Faktor kedua Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit (Faktor A). Pemberian TSP terdiri dari 4 taraf perlakuan dan pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit terdiri dari 4 taraf perlakuan, sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan. Dengan demikian penelitian ini terdiri dari 48 plot percobaan. Setiap plot terdiri dari 12 tanaman dan 4 tanaman dijadikan sebagai sampel. Data hasil pengamatan dari masingmasing perlakuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisa sidik ragam (ANOVA). Jika F hitung yang diperoleh lebih besar dari F tabel, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah Persiapan Lahan, Pengolahan Lahan, Pemasangan Label, Pemberian Perlakuan (TSP ISSN : 2252-9608 dan Abu janjang kelapa sawit), Perendaman Benih, Inokulas, Penanaman, Pemupukan Dasar, Pemasangan Ajir Standar, Pemeliharaan (penyiraman, penyiangan, pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit) dan Panen. Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman (cm), Umur Berbunga (hari), Umur Panen (hari), Jumlah Polong Pertanaman (buah), Persentase Polong Bernas Pertanaman (%), Berat Biji Kering Pertanaman (g), Berat 100 Biji (g). HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman tertinggi pada kombinasi pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit terdapat pada kombinasi perlakuan P2A2 yaitu 56.33 cm, hal ini disebabkan karena dengan pemberian abu janjang kelapa sawit pada dosis 1200 g/plot sudah dapat meningkatkan pH tanah sampai batas yang netral sehingga ketersedian unsur P yang diberikan melalui pupuk TSP pada dosis 14.4 g/plot tidak terikat keberadaannya dengan unsur lain didalam tanah dengan demikian dapat secara langsung dimanfaatkan oleh tanaman sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau tidak terganggu. Novizan (2005) mengemukakan unsur Fosfor (P) ketersediaannya di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang terutama adalah faktor pH. Pada pH rendah fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminum yang menyebabkan sukarnya untuk diserap. Sedangkan pada pH tinggi akan bereaksi dengan ion kalsium yang menyebabkan sukar telarut. Tabel 1.Rerata tinggi tanaman dengan perlakuan pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit. Abu Janjang Kelapa Sawit (g/plot) Pupuk TSP Rerata (g/plot) 0 600 1200 1800 0 42,33 h 49,00 def 51,67 bcd 45,00 gh 47,00 d 7.2 46,33 fg 49,00 def 51,00 bcd 46,67 efg 48,25 c http://rat.uir.ac.id 397 ISSN : 2252-9608 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 14.4 21.6 Rerata KK= 2,14 % 50,67 bcd 53,67 ab 49,67 cde 52,33 bc 47,25 c 51,00 b BNJ P & A = 1,14 56,33 a 49,67 cde 55,67 a 47,33 efg 53,67 a 47,17 c BNJ PA = 3,14 52,58 a 51,25 b Angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan P2 karena pemberian TSP pada dosis 14.7 g/plot telah mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur fosfor, dimana unsur fosfor ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman pada pertumbuhan awal yaitu dalam proses pembentukan akar dengan terpenuhinya unsur fosfor maka dapat membentuk akar yang lebih banyak sehingga tanaman dapat lebih banyak menyerap unsur hara dengan demikian akan memacu pertumbuhan titik tumbuh tanaman. Lingga (1998) dalam Berianata (2008) mengemukakan bahwa unsur hara P berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, penyusunan lemak dan protein. Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk harus diberikan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian abu janjang kelapa sawit secara tunggal memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman kacang hijau dimana perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan pemberian abu janjang kelapa sawit 1200 g/plot (A2) berbeda nyata dengan perlakuan pemberian abu janjang kelapa sawit 600 g/plot (A1), perlakuan kontrol (A0) dan perlakuan pemberian abu janjang kelapa sawit 1800 g/plot (A3). Tingginya tanaman pada perlakuan A2 disebabkan karena pemberian abu janjang pada dosis 1200 g/plot telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kandungan K dalam abu janjang kelapa sawit dapat meningkatkan pertukaran ion didalam tanah sehingga dapat menetralkan tanah. Selain itu unsur K yang terdapat pada abu janjang kelapa sawit yang diserap tanaman dalam bentuk K2O berperan dalam proses fotosintesis. Dengan terpenuhinya unsur kalium pada perlakuan A2 maka proses fotosintesis pada tanaman kacang hijau dapat berjalan dengan baik sehingga pertumbuhan vegetatifnya akan semakin sempurna. Hal inilah yang menyebabkan perlakuan A2 merupakan perlakuan terbaik. Umur Berbunga (hari) Dari Tabel 2 terlihat bahwa munculnya bunga pada perlakuan P1 lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3 ini disebabkan pada perlakuan tersebut unsur fosfor yang diberikan belum mencukupi kebutuhan tanaman. Sedangkan pada perlakuan P0 merupakan perlakuan yang paling lambat munculnya bunga, hal ini disebabkan karena tidak adanya pemberian pupuk TSP pada perlakuan tersebut sehingga tanaman kekurangan unsur fosfor, dengan demikian tanaman tidak dapat melakukan pertumbuhan dengan baik. Hakim, dkk, (1990) dalam Giska (2010) mengemukakan bahwa tanaman yang kekurangan unsur fosfor akan menunjukkan gejala pertumbuhan yang terhambat karena terjadi gangguan pembelahan sel, daun tanaman menjadi berwarna hijau tua. Gejala yang umum adalah terhambatnya pertumbuhan, tanaman kerdil sehingga produksinya akan merosot. Tabel 2. Rerata umur berbunga dengan perlakuan pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit. Abu Janjang Kelapa Sawit (g/plot) Pupuk TSP Rerata (g/plot) 0 600 1200 1800 http://rat.uir.ac.id 398 ISSN : 2252-9608 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 0 7.2 14.4 21.6 Rerata KK= 3,28 % 42,67 40,00 38,00 36,67 39,33 d 37,66 38,00 36,00 35,66 33,00 30,00 34,66 32,00 35,33 b 34,00 a BNJ P & A : 1,32 39,00 37,66 35,00 34,00 36,41 c 39,42 c 37,33 b 34,00 a 34,41 a Angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5 %. Anonimous (1991) mengemukakan bahwa unsur hara fosfor berperan dalam proses fotosintesis, pembentukan karbohidrat dan sejumlah proses kehidupan lainnya pada tanaman. Sutedjo dan Sapoetra (1987) mengemukakan bahwa unsur hara fosfor merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peran untuk pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan meristematik. Fosfor dapat membentuk ikatan fosfor berdaya tinggi yang digunakan untuk mempercepat proses pembungaan. Umur berbunga tercepat pada tanaman kacang hijau dengan perlakuan pemberian abu janjang kelapa sawit terdapat pada perlakuan A2 yaitu 34.00 hari, kemudian diikuti oleh perlakuan A1 yaitu 35.33 hari, perlakuan A3 yaitu 36,41 hari dan perlakuan kontrol yaitu 39.33 hari. Cepatnya umur berbunga pada perlakuan A2, hal ini disebabkan karena adanya respon positif tanaman akibat pemberian abu janjang kelapa sawit terhadap pertumbuhan generatif tanaman kacang hijau, disebabkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman berada dalam keadaan seimbang sehingga dapat merangsang pertumbuhan tanaman termasuk saat munculnya bunga. Hal ini juga dikarenakan dengan ketersediaan unsur hara dalam abu janjang kelapa sawit yang diberikan pada tanaman melalui tanah akan dapat mempengaruhi kegiatan pembelahan dan pembentukan sel baru bagi tanaman, menghasilkan perakaran yang baik sehingga tanaman akan mudah menyerap unsur hara terutama unsur N, P dan K yang merupakan unsur pembentuk organ vegetatif dan generatif tanaman seperti saat munculnya bunga. Umur Panen (hari) Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk TSP memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan umur panen tanaman kacang hijau, dimana umur panen tercepat terdapat pada perlakuan pemberian pupuk TSP 14,4 g/plot (P2), tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk TSP 21,6 g/plot (P3), berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk TSP 14,4 g/plot (P1) dan Tanpa pemberian pupuk TSP (P0). Tabel 3. Rerata umur panen dengan perlakuan pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit. Abu Janjang Kelapa Sawit (g/plot) Pupuk Fosfat Rerata (g/plot) 0 600 1200 1800 0 65,33 62,00 61,00 63,67 63,00 c 7.2 63,67 60,67 59,67 61,33 61,33 b 14.4 59,00 57,67 56,00 57,33 57,50 a 21.6 58,67 57,67 56,67 58,00 57,75 a http://rat.uir.ac.id 399 ISSN : 2252-9608 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 Rerata KK= 1,80 % 61,67 c 59,50 a 58,33 a 60,08 b BNJ P & A: 1,20 Angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5 %. Prihmantoro (1996) dalam Marwan (2002) mengemukakan bahwa unsur fosfor berperan untuk merangsang pertumbuhan akar, juga sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein, membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Marsono dan Paulus (2002) mengemukakan gejala kekuragan unsur hara fosfor pada tanaman yaitu daun berubah warna tua atau tampak mengkilap kemerahan, cabang dan batang berubah menjadi kuning dan buah kecil. Unsur fosfat juga sangat berguna untuk mempercepat proses pemasakan buah. Data pada Tabel 3 menunjukkan pemberian abu janjang kelapa sawit secara tunggal memberikan pengaruh nyata terhadap umur panen, dimana umur panen tercepat terdapat pada perlakuan pemberian abu janjang kelapa sawit 1200 g/plot (A2) yaitu 59,08 hari, kemudian diikuti oleh perlakuan pemberian abu janjang kelapa sawit 600 g/plot (A1) yaitu 59.50 hari, pemberian abu janjang kelapa sawit 1800 g/plot (A3) yaitu 60.08 hari dan umur panen terlama terdapat pada perlakuan kontrol (A0) yaitu 61.67 hari. Dimana perlakuan A2 dan A1 tidak berbeda nyata sesamanya, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A3 dan A0 serta perlakuan A3 dan A0 berbeda nyata sesamanya. Lebih cepatnya umur panen pada perlakuan A2 disebabkan pada dosis 1200 g/plot unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam keadaan yang seimbang, sehingga mampu mempercepat umur panen tanaman kacang hijau, ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang terkandung dalam abu janjang kelapa sawit mampu menciptakan kondisi yang lebih baik pada tanah, struktur dan aerase tanah akan lebih baik sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan akar, sehingga serapan hara dari pemberian abu janjang kelapa sawit dapat memacu pertumbuhan generatif tanaman termasuk umur panen. Soepardi (1983) dalam Sari (2011) mengemukakan bahwa abu cenderung meningkatkan jumlah ketersediaan unsur hara P, K, Ca dan Mg serta meningkatkan unsur hara N bagi tanaman. Hakim (1986) mengemukakan bahwa unsur hara yang diberikan kedalam tanah dalam bentuk yang tersedia dan dalam dosis seimbang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jumlah Polong Per Tanaman (buah) Jumlah polong terbanyak pada kombinasi pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit terdapat pada perlakuan P2A2 yaitu 46,33 buah. Banyaknya jumlah polong pada perlakuan P2A2 disebabkan karena pemberian abu janjang kelapa sawit pada dosis 1200 g/plot dapat meningkatkan pH tanah sampai batas yang netral sehingga ketersedian unsur P yang diberikan melalui pupuk TSP pada dosis 14.4 g/plot tidak terikat keberadaannya oleh unsur Al dan Fe didalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terganggu, maka pembentukan polong juga dapat berjalan dengan sempurna. Tabel 4. Rerata jumlah polong per tanaman dengan perlakuan pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit . Abu Janjang Kelapa Sawit (g/plot) Pupuk TSP Rerata (g/plot) 0 600 1200 1800 0 28,67 e 34.33 cde 34,67 cde 32,67 de 32,58 c http://rat.uir.ac.id 400 ISSN : 2252-9608 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 7.2 14.4 21.6 Rerata KK= 6,48 % 28,00 e 38,33 bcd 39,67 abcd 44,33 ab 39,33 abcd 41,67 abc 33,92 c 39,67 a 44,33 ab 46,33 a 42,67 ab 42,00 a BNJ P & A : 2,74 37,67 bcd 39,67 abcd 38,00 bcd 37,00 b 37,08 b 42,50 a 40,42 a BNJ PA = 7,52 Angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5 %. Soepardi (1992) mengemukakan bahwa peningkatan pH dapat meningkatkan ketersediaan unsur P, Mo, K, Ca dan Mg untuk pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin, pembentukan bunga polong dan biji. Unsur P berperan dalam pembentukan sejumlah protein, membantu asimilasi dan respirasi, memperdepat pembungaan serta memperbesar proses pembentukan bunga menjadi polong. Dengan ketersediaan unsur P yang cukup bagi tanaman maka bunga yang terbentuk akan semakin bertambah dan tingkat pembentukan bunga ke polong akan semakin besar serta biji yang terbentuk akan sempurna. Pada perlakuan P2 yang menghasilkan jumlah polong terbanyak hal ini disebabkan karena pada dosis perlakuan tersebut telah mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur fospor. Dimana pada fase pembentukan polong tanaman kacang hijau sangat banyak membutuhkan unsur P, dengan terpenuhinya unsur fosfor maka pembentukan polong dapat berjalan dengan sempurna. Suprapto (1993) mengemukakan jika jumlah P pada tanah yang miskin unsur P, dengan cara menaburkan dan mememdamkan pada lapisan olah maka hasilnya akan lebih baik. Dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari setelah aplikasi, apabila tingkat kelembaban cukup maka unsur hara P akan mudah larut didalam tanah dan mudah diserap oleh akar tanaman. Persentase Polong Bernas Pertanaman (%) Tingginya persentase polong bernas pertanaman pada perlakuan P2 dikarenakan oleh seimbangnya unsur hara fosfat yang diberikan, dimana pada dosis tersebut unsur fosfat cukup tersedia dan mampu memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, dengan demikian pembentukan biji pada polong berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rinsema (1983) mengemukakan bahwa fosfat sangat penting dalam pertumbuhan dan menentukan hasil tanaman, karena peran utama fosfat adalah sebagai pembangun nukleo protein yang terdapat pada tanaman. Persentase polong bernas per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 94.42 %, kemudian diikuti oleh perlakuan P3 yaitu 91.58 %, P1 yaitu 89,83 % dan P0 yaitu 86.25 %. Supardi (1992) yang mengemukakan bahwa unsur P dapat merangsang pengisian biji, pada saat fase pertumbuhan generatif fosfat dibutuhkan tanaman untuk sintesis protein dan proses enzimatik. Dengan demikian bila pengisian biji berjalan dengan optimal maka biji yang dihasilkan akan lebih bernas. Rendahnya persentase polong bernas pada perlakuan P1 disebabkan karena dengan pemberian pupuk TSP 7.2 g/plot belum mencukupinya unsur fosfor sesuai dengan kebutuhan tanaman, hal ini menyebabkan terhambatnya proses metabolisme dalam tubuh tanaman sehingga pembentukan biji dalam polong tidak berjalan dengan sempurna. Tabel 5. Rerata persentase polong bernas pertanaman dengan perlakuan pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit. http://rat.uir.ac.id 401 ISSN : 2252-9608 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 Pupuk TSP (g/plot) 0 7.2 14.4 21.6 Rerata Abu Janjang Kelapa Sawit (g/plot) 0 81,00 86,67 92,00 88,67 87,08 b KK= 5,94 % 600 88,33 90,67 95,00 92,67 91,67 a 1200 90,67 94,33 97,00 96,00 94,50 a 1800 85,00 87,67 93,67 89,00 88,83 b Rerata 86,25 c 89,83 b 94,42 a 91,58 a BNJ E: 0,43 Angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5 %. Persentase polong bernas tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu 94.50 %, kemudian diikuti oleh perlakuan A1 yaitu 91.67 %, P3 yaitu 88.83 % dan persentase polong bernas terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 87.08 %. Hal ini disebakkan karena pada perlakuan A2 (pemberian abu janjang kelapa sawit 1200 g/plot) pada dosis tersebut telah cukup optimal sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman, dalam hal ini pada perlakuan tersebut mampu menaikkan pH tanah dalam keadaan yang netral. Dengan demikian unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga proses metabolisme pada tanaman dapat berjalan dengan sempurna yang pada akhirnya persentase polong bernas dapat meningkat. Berat Biji Per Tanaman (g) Tingginya berat biji pertanaman pada perlakuan P2A2 disebabkan karena pemberian abu janjang kelapa sawit pada dosis 1200 g/plot sudah dapat meningkatkan pH tanah sampai keadaan yang netral (lampiran 3) sehingga unsur fosfat yang diberikan melalui pupuk TSP pada dosis 14.4 g/plot cukup tersedia sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman kacang hijau dan tidak terikat keberadaannya oleh unsur Al dan Fe didalam tanah dan dapat secara optimal dimanfaatkan oleh tanaman, dengan terpenuhinya unsur fosfor yang dibutuhkan oleh tanaman maka pertumbuhan tanaman tidak terganggu sehingga proses pembentukan biji dalam polong dapat berjalan dengan baik. Tabel 6.Rerata berat biji per tanaman dengan perlakuan pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit. Abu Janjang Kelapa Sawit (g/plot) Pupuk TSP Rerata (g/plot) 0 600 1200 1800 0 18,50 j 20,43 hij 7.2 20,77ghi 14.4 19,00 ij 19,76 c 21,93 efgh 23,13 def 21,50 efgh 21,83 b 21,97 efgh 25,80 ab 27,33 a 23,43 cde 24,68 a 21.6 22,03 efgh 25,13 bcd 25,43 abc 22,93 efg 23, 88 a Rerata 20,82 d 23,33 b 24,25 a 21,72 c http://rat.uir.ac.id 21,10 fghi 402 ISSN : 2252-9608 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 KK= 3,17 % BNJ P & A: 0,79 BNJ PA = 2,18 Angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5 %. Munthe (1991) mengemukakan abu janjang kelapa sawit memiliki bahan organik yang dapat memberikan unsur hara yang baik pada tanaman, memudahkan unsur hara didalam tanah bagi tanaman, karena abu janjang mudah larut didalam tanah dan apabila di interaksikan dengan pupuk lain akan mempermudah dan mempercepat tanaman menyerap unsur hara. Hal ini terlihat dengan dikombinasikannya antara abu janjang kelapa sawit dan pupuk fosfat pada dosis yang tepat mampu menghasilkan berat biji per tanaman tertinggi. Dimana kombinasi perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan P2A2 dengan rerata berat biji 27.33 g/tan, bila di konversikan hasil per ha total jumlah produksi mencapai 2.2 ton/ha, bila dibandingkan dengan deskripsi potensi hasil yaitu 1.76 ton/ha. Dalam hal ini berarti dengan di kombinasikannya pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit telah dapat memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal dan lebih tinggi dari deskripsi. Abu janjang kelapa sawit dapat sebagai pengganti pupuk KCl karena abu janjang kelapa sawit mengandung unsur K yang tinggi, selain itu pemberian abu janjang kelapa sawit dapat meningkatkan kesuburan tanah terutama hara tanah, karena unsur hara yang dikandungnya dapat terekstrak dengan air sehingga dapat dengan mudah diserap oleh tanaman, sedangkan sifat kealkaliannya dapat meningkatkan pH tanah. (Musa, 1990). Berat 100 Biji (g) Perbedaan berat 100 biji pada masingmasing perlakuan memperlihatkan bahwa unsur P peranannya sangat penting pada berat biji. Sehingga pada perlakuan P2 mampu menghasilkan berat 100 biji terberat, karena pada perlakuan tersebut merupakan dosis yang tepat sehingga unsur hara dalam keadaan seimbang sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Rendahnya berat 100 biji pada perlakuan P1 karena pada dosis perlakuan tersebut unsur fosfat belum memenuhi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan rendahnya berat 100 biji pada perlakuan P0 karena tidak adanya pemberian pupuk TSP sehingga tanaman kekurangan unsur fosfat dengan demikian proses metabolisme pada tubuh tanaman tidak berjalan dengan sempurna yang pada akhirnya berat biji yang dihasilkan juga rendah. Tabel 7. Rerata berat 100 biji dengan perlakuan pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit. Abu Janjang Kelapa Sawit (g/plot) Pupuk TSP Rerata (g/plot) 0 600 1200 1800 0 7.2 14.4 21.6 Rerata KK= 2,52 % 5,40 5,55 5,93 5,70 5,64 c 5,84 5,94 6,35 5,99 6,03 a BNJ P & A: 0,16 5,89 6,02 6,58 6,04 6,13 a 5,64 5,74 6,00 5,87 5,18 b 5,64 c 5,81 b 6,21 a 5,90 b Angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%. http://rat.uir.ac.id 403 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 Anonimus (1991) mengemukakan bahwa pemberian fosfor pada tanaman juga dapat mempengaruhi berat kering biji, bobot biji dan kualitas hasil. Lebih lanjut Supardi (1992) mengemukakan bahwa unsur fosfat dapat merangsang pengisian biji. Pada saat fase pertumbuhan generatif fosfat dibutuhkan tanaman untuk sintesis protein dan proses enzimatik. Dengan demikian bila pengisian biji berjalan dengan optimal maka biji yang dihasilkan akan lebih bernas. Hal ini terlihat pada perlakuan P2 yang merupakan perlakuan terbaik dengan rerata berat 100 biji 6.21 g. KESIMPULAN 1. Interaksi pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan berat biji per tanaman dimana perlakuan terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan pemberian pupuk TSP 14.4 g/plot dan abu janjang kelapa sawit 1200 g/plot (P2A2). Dengan hasil berat biji kering/tanaman 27.33 g (2.2 ton/ha). 2. Pemberian pupuk TSP secara tunggal memberikan pengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas per tanaman, berat biji kering per tanaman dan berat 100 biji, dengan perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan pemberian pupuk TSP 14.4 g/plot (P2). 3. Pemberian abu janjang kelapa sawit secara tunggal memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas per tanaman, berat biji kering per tanaman dan berat 100 biji, dengan perlakuan terbaik terdapat pada pemberian abu janjang kelapa sawit 1200 g/plot (A2). DAFTAR PUSTAKA http://rat.uir.ac.id ISSN : 2252-9608 Anonimus. 1991. Kesuburan Tanah. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Berianata. O. 2008. Pemberian Pupuk ABG-B (Amazing Bio-Growth Bunga Buah) dan SP-36 Pada Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata. L). Skripsi Fakultas Pertanian UIR. Pekanbaru. Giska H. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L) Merril) Dengan Pemberian Pupuk Fospat, Modifikasi Iklim Mikro dan Pengaturan Jarak Tanam. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara. Medan. Hakim, N. Yusuf, A.M. Lubis, G. Nugroho, R. Saul, A. Diha, G. B. Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Lingga. P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Marsono dan Paulus, S. 2002. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya, Jakarta. Marwan. 2002. Imbangan Urea, TSP dan KCl Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Skripsi Fakultas Pertanian UIR, Pekanbaru. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. Purwono dan Hartono. R. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. Rinsema. W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksarsa. Jakarta. Sari. I. 2011. Studi Ketersediaan dan Serapan Hara Mikro Serta Hasil Beberapa Varietas Kedelai Pada Tanah Gambut Yang Diameliorasi Abu Janjang Kelapa Sawit. Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang. Soeprapto. H.S. 1993. Bertanam Kacang Hijau. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 404 Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014 ISSN : 2252-9608 Soepardi. G. 1992. Pemanfaatan Sumber Daya Dolomit Alamiah Menuju Produktivitas Perkebunan. Makalah Pada Seminar Lahan Pertanian Se Kalimantan. Sutedjo. M.M dan A.G. Sapoetra. 1987. Pengetahuan Ilmu Tanah. PT. Bina Angkasa. Jakarta. http://rat.uir.ac.id 405