hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas

advertisement
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM KELAS
DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 BANCAK
Devi Brantaningtyas Puspitasari
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Jln. Kapas No.9 Semaki, Yogyakarta 55166,563515
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi
terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bancak.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala
Persepsi Terhadap Iklim Kelas dan Skala Motivasi Belajar. Teknik sampling
dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product
Moment Pearson.
Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan koefisien korelasi (r)
sebesar – 0,194 dan (p = 0,118). Sebagian besar siswa SMP N 1 Bancak
memiliki motivasi belajar dalam kategori tinggi (57,14%) dan persepsi terhadap
iklim kelas dalam kategori tinggi (63,49%.). Kesimpulan penelitian ini adalah
tidak ada hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar.
Kata kunci: persepsi terhadap iklim kelas, motivasi belajar
Abstract
This study aimed to determine the relationship between perceptions of
classroom climate with student motivation. The samples in this study come
from the population eighth grade students of SMP Negeri 1 Bancak. This
research technique using cluster random sampling technique is a technique that
is used when the population consists of groups or individuals.
Data collection methods used in this study using a scale of Class Perceptions
of Climate and Learning Motivation Scale. The data obtained were further
analyzed using Pearson Product Moment Correlation technique.
Data analysis conducted shows that there is no relationship between the
perception of the Class Climate motivation to learn. This is shown by the
magnitude of the correlation coefficient (r) variable - .0.194 and (p 0.118).
The results of this study stated that the hypothesis is rejected. There is no
relationship between perceptions of classroom climate and motivation to learn.
Keywords: Perceptions of Climate Classroom Motivation
60
EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012
PENDAHULUAN
Pendidikan menurut UU No. 22 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan
dapat membuat orang cerdas, kreatif, bertanggung jawab dan produktif. Berawal dari kesuksesan
di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Berbagai upaya dalam pendidikan telah
dilakukan, di antaranya pengembangan maupun penyempurnaan kurikulum yang dilakukan secara
bertahap, konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi Hamalik (2008).
Pendidikan di sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran dan interaksi antara
guru dan siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap
informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan
untuk mencapai hasil belajar yang baik. Guru merupakan kunci dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan
pada perubahan. Guru bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan
suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di kelas.
Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari
belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami masalah dalam belajar
akibatnya hasil belajar yang dicapai rendah. Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditelusuri faktor
yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan
syarat mutlak untuk belajar, serta memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau
semangat dalam belajar.
Sardiman (2011) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam kegiatan
belajar, sehingga motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
dicapai. Aspek-aspek motivasi belajar menurut Sardiman (2011) adalah ketekunan menghadapi
tugas, keuletan menghadapi kesulitan, minat terhadap berbagai macam-macam masalah, perasaan
senang saat bekerja, kebosanan pada tugas yang sifatnya rutin, kemampuan untuk
mempertahankan pendapat, keinginan tidak mudah putus asa, dan kesenangan mencari dan
memecahkan masalah.
Winkel (2003) mendefinisikan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
serta memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.
Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakan
siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual,dan
berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar.
Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegang peranan penting
dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi
pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan
belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar (Hadinata, 2006). Setiap
siswa yang memiliki motivasi untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada
untuk memahami hasil pembelajaran tersebut.
Devi Braningtyas Puspitasari
61
Siswa yang mempunyai motivasi belajar diharapkan lebih semangat dan aktif dalam kegiatan
belajar dan memiliki dampak positif pada siswa sehingga materi yang dipelajari akan lebih lama
bertahan dalam benak siswa. Namun, saat siswa memiliki motivasi belajar yang rendah maka
akan menyebabkan siswa tidak bisa belajar dengan optimal dan kurang bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan belajar sehingga terhambat dalam mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan.
Permasalahan yang peneliti temukan berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran
siswa kelas 8 A pada mata pelajaran matematika pada jam 07.00 WIB di SMP Negeri 1
Bancak menunjukkan rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran yang dapat terlihat
dari ada sebagian siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, tidak ada siswa yang mengajukan
pertanyaan saat pelajaran berlangsung serta tidak ada siswa yang mengemukakan pendapat
serta ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu siswa pada saat
belajar lebih suka ribut dan berbicara dengan temannya daripada mendengarkan guru, bahkan
ada juga yang tidur pada waktu guru menerangkan mata pelajaran, ada juga yang tampak hanya
berbicara dengan teman sebangku maupun di belakang bangku, sehingga kondisi pembelajaran
di kelas kurang kondusif.
Menurut hasil wawancara dengan Guru BK tanggal 28 Februari 2012 fenomena tersebut
menunjukkan adanya motivasi belajar yang rendah pada beberapa siswa. Diperoleh hasil bahwa
masih banyak siswa yang motivasi belajarnya masih kurang, dan suka mengobrol pada saat jam
pelajaran berlangsung sehingga membuat keributan di kelas, padahal materi yang akan dipelajari
masih banyak sementara saat pelajaran berlangsung hanya sedikit siswa yang terlibat aktif dalam
kelas. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara pada empat orang siswa kelas 8 A dan 8 B
yang mengakui bahwa mereka sering mengobrol pada saat pelajaran berlangsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Sardiman (2011) adalah faktor
guru, orangtua dan keluarga serta masyarakat dan lingkungan. Parsons & Hinson (2001)
menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendorong atau menghalangi motivasi belajar
siswa adalah iklim kelas. Iklim kelas yang dirasakan aman oleh siswa akan mendukung siswa
dalam belajar. Namun iklim yang terbentuk dalam kelas juga dapat dirasakan mengancam oleh
siswa dan berakibat pada rendahnya keterlibatan siswa dalam belajar. Tokoh lain seperti Kauchak
& Eggen (2004) juga menyatakan bahwa iklim kelas memiliki peran penting dalam menciptakan
suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Iklim kelas yang
mendukung siswa dalam belajar akan membuat siswa merasa aman, bebas dalam menyampaikan
ide-ide yang dimiliki, serta mempunyai kualitas yang baik dalam kelas, seperti saling memberikan
perhatian dan saling menghargai sehingga akan membuat siswa lebih terdorong untuk belajar.
Sebagian besar tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsinya terhadap sesuatu.
Tindakan sehari-hari akan mempengaruhi persepsinya terhadap rangsangan dari luar serta
kemampuanya terhadap rangsangan tersebut. Begitu pula halnya persepsi siswa tentang iklim
kelas. Setiap siswa mempunyai persepsi yang berbeda dalam proses pembelajaran yang
diselenggarakan di dalam kelas. Mukhlis (2004) menyatakan bahwa persepsi siswa tentang iklim
kelas sangat erat kaitannya hubungan guru dengan siswa, dan hubungan antar siswa menjadi ciri
khusus dalam kelas yang akan mempengaruhi motivasi belajar. Setiap individu memiliki kondisi
internal, dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu
dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2006).
Siswa yang mempunyai persepsi yang posotif terhadap iklim kelas akan merasa nyaman
EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012
62
ketika memasuki ruang kelas, karena mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan dan
menghargai mereka, dan percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang berharga. Namun
sebaliknya siswa yang mempunyai persepsi terhadap iklim kelas yang negatif siswa akan merasa
takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat pengalaman yang
berharga. Kondisi yang merupakan dimensi iklim kelas tersebut dalam tiap-tiap kelas dapat
bervariasi dan kemungkinan akan dapat mempengaruhi motivasi belajar setiap siswa.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranan yang khas
adalah penumbuhan gairah, serta memunculkan perasaan senang dan semangat untuk belajar.
Siswa yang memilki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar (Sardiman, 2011). Menurut Djamarah (2002) motivasi belajar pada setiap individu dapat
berbeda,sehingga ada siswa yang sekedar ingin menghindari nilai yang jelek bahkan untuk
menghindari hukuman dari guru, dan orientasinya hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi,namun
ada pula siswa yang benar-benar ingin mengembangkan wawasan dan pengetahuan. Motivasi
dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam
melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang tidak akan melakukan kegiatan.
Sardiman (2011) mengemukakan bahwa motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat dicapai. Motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah menumbuhkan gairah belajar,
perasaan senang, dan semangat untuk belajar. Dimyati dan Mudjiono (2009) menyatakan motivasi
belajar sebagai dorongan yang merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan belajar
dalam rangka memenuhi harapan dan pencapaian tujuan belajar.
Aspek-aspek Motivasi Belajar
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman (2011) sebagai berikut:
Tekun dalam menghadapi tugas
Individu yang tekun akan mampu bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama dan
tidak berhenti sebelum selesai.
Ulet menghadapi kesulitan
Individu yang ulet memiliki sifat tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan
dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya
Mempunyai minat terhadap macam-macam masalah
Seseorang yang memiliki minat berbagai macam masalah berarti mempunyai keinginan
yang besar untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Perasaan senang saat bekerja
Individu yang merasa senang saat bekerja akan memilki inisiatif dalam melakukam
sesuatu, mampu mengambil keputusan dan mengatasi masalah sendiri tanpa bantuan orang
lain.
Bosan pada tugas yang sifatnya rutin
Individu yang mudah bosan pada tugas yang sifatnya rutin tidak menyukai pekerjaan
yang sifatnya berulang-ulang atau rutin tetapi lebih menyukai pekerjaan yang sifatnya inovasi
atau mengalami perubahan dengan mencari kreatifitas.
Dapat mempertahankan pendapatnya
Jika individu sudah merasa yakin terhadap suatu hal dengan menggunakan pikiran
Devi Braningtyas Puspitasari
63
secara rasional dan dapat diterima serta masuk akal, maka individu tersebut pasti akan
berusaha untuk mempertahankan pendapatnya dalam setiap situasi.
g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini
Sesuatu yang menjadi keyakinan hidup dalam diri individu, apapun bentuk keyakinan
itu tidak dengan mudah dilepaskan, karena segala sesuatunya telah menjadi pedoman hidup
bagi individu tersebut.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah belajar
Individu suka mencari tantangan atau segala sesuatunya yang membuat dirinya
tertantang dan suka menyelesaikan masalah terhadap berbgai jenis permasalahan dengan
pikiran yang kritis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi belajar terdiri
dari ketekunan dalam menghadapi tugas, keuletan menghadapi kesulitan, minat terhadap macammacam masalah, perasaan senang saat bekerja, kebosanan pada tugas yang sifatnya rutin,
kemampuan untuk dapat mempertahankan pendapatnya, keinginan untuk tidak mudah melepas
hal yang diyakini serta kesenangan mencari dan memecahkan masalah belajar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Syah (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah :
a. Guru
Guru berperan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa melalui metode
pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru juga harus bisa
menyesuaikan efektivitas suatu metode mengajar dengan mata pelajaran tertentu. Pada
pelajaran tertentu guru harus menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan karena hal ini sangat berpengaruh terhadap salah satu tujuan dari
belajar itu sendiri.
b. Orang tua dan keluarga
Tidak hanya guru di sekolah, orang tua atau keluarga di rumah juga berperan dalam
mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak untuk belajar. Oleh karena itu orang tua
dan keluarga harus bisa membimbing, membantu dan mengarahkan anak dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang kemungkinan dihadapi dalam belajar. Saat merasa dapat memahami
konsep-konsep dalam pelajaran, anak akan termotivasi untuk belajar.
c. Masyarakat dan lingkungan
Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada anak masa
sekolah. Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada anak masa
sekolah. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar adalah pengaruh
dari teman sepermainan. Seorang anak yang rajin melakukan kegiatan belajar secara rutin
akan mempengaruhi dan mendorong anak lain untuk melakukan kegiatan yang sama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar adalah faktor guru, faktor orang tua dan keluarga dan masyarakat dan lingkungan.
Penelitian ini lebih mengfokuskan pada salah satu faktor lingkungan yaitu persepsi terhadap iklim
kelas.
Persepsi Terhadap Iklim Kelas
Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh dan rangsangan dari luar
yang meliputi pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Hadiyanto
64
EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012
(2004) menyatakan bahwa iklim merupakan kualitas lingkungan kelas yang terus-menerus dialami
oleh guru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang
kondusif.
Hoy dan Forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim kelas adalah aspek sosial informal dan
aktivitas guru kelas yang secara spontan mempengaruhi tingkah laku. Iklim kelas adalah
sebuah konsep yang luas, yang mencakup mood atau suasana perasaan atau atmosfer yang
diciptakan oleh guru kelas melalui aturan-aturan yang ditetapkan, cara guru berinteraksi dengan
murid, dan cara lingkungan fisik dikelola (Freiberg dan Stein, 1999). Iklim kelas juga ditemukan
sebagai prediktor yang kuat terhadap munculnya agresi murid, dimana hubungan yang lebih baik
dengan guru dan teman sebaya ditemukan berkorelasi lebih rendah dengan tingkat agresi
(Schechtman, 2002).
Berdasarkan pada pengertian iklim kelas di atas maka dapat dipahami bahwa iklim kelas
adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan
antara peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.
Aspek-aspek Iklim Kelas
Menurut Fraser, McRobbie dan Fisher (dalam Dorman, 2009) iklim kelas dapat dibagi
ke dalam beberapa aspek yaitu :
a. Kekompakan siswa
Aspek kekompakan kelas mengukur sejauhmana siswa saling mengenal, membantu,
dan mendukung satu sama lain.
b. Dukungan guru
Aspek dukungan guru mengukur sejauhmana guru membantu siswa, mampu bersahabat
dengan siswa, memberikan perhatian dan kepercayaan pada siswa.
c. Keterlibatan siswa dalam pelajaran
Keterlibatan siswa dalam kelas mengukur sejauhmana para peserta didik peduli dan
tertarik pada kegiatan-kegiatan dan berpartisipasi dalam diskusi-diskusi di kelas.
Keterlibatan siswa dalam kelas mengukur sejauhmana para peserta didik peduli dan tertarik
pada kegiatan-kegiatan dan berpartisipasi dalam diskusi-diskusi di kelas.
d. Kegiatan penyelidikan
Kegiatan penyelidikan ini mengukur sejauhmana siswa mampu memecahkan persoalan
dalam kelas tanpa diberitahu dulu cara pemecahannya. Siswa dapat memecahkan persoalan
dengan bertanya kepada siswa lainnya, kepada guru, ataupun memperoleh informasi dari
media (menonton televisi, membaca buku).
e. Arahan tugas dari guru
Aspek arahan dari tugas ini mengukur sejauhmana siswa mampu menyelesaikan suatu
tugas dan mampu untuk tetap fokus pada pelajaran.
f. Kerjasama siswa
Mengukur sejauh mana siswa lebih memilih untuk saling bekerja sama daripada
berkompetisi dalam belajar. Guru adakalanya memberikan tugas secara berkelompok untuk
melihat kemampuan siswa bekerja dengan orang atau siswa lain agar menyelesaikan tugas
dengan baik.
g. Kesetaraan
Kesetaraan dilihat melalui setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk bicara.
Guru tidak membeda-bedakan siswanya, dan setiap siswa mendapatkan perlakuan yang
sama.
Devi Braningtyas Puspitasari
65
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek persepsi terhadap iklim
kelas adalah kekompakan siswa, dukungan guru, keterlibatan siswa dalam pelajaran, kegiatan
penyelidikan, arahan tugas dari guru, kerjasama siswa serta kesetaraan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap iklim
kelas dengan motivasi belajar.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran
dalam mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, khususnya bagi psikologi sekolah berkaitan
dengan persepsi terhadap iklim kelas serta motivasi belajar.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan berupa
kajian tentang hubungan persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar. Khususnya dalam
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar siswa. Semakin
positif persepsi terhadap iklim kelas maka semakin tinggi motivasi belajar, demikian sebaliknya
persepsi terhadap iklim kelas semakin negatif maka motivasi belajar semakin rendah.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bancak kelas XI berjumlah
113 siswa pada tahun ajaran 2012/2013. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Skala
Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Skala Motivasi Belajar. Tekhnik sampling yang digunakan
adalah cluster random sampling. Metode analisis data menggunakan korelasi product moment
dengan menggunakan program SPSS 16,0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi (r
) = - 0,199 dan nilai p sebesar
0, 118. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi terhadap iklim
kelas dengan motivasi belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini tidak diterima.
Ditolaknya hipotesis dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan karena dasar teori
yang digunakan untuk merumuskan hipotesis kurang sesuai. Selain itu ada kemungkinan alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini kurang baik sehingga kurang dapat mengungkap tentang
66
EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012
aspek yang akan siukur dalam penelitian. Selai itu kemungkinan lainnya adalah subjek penelitian
saat mengisi alat ukur memberikan respon yang tidak sesuai dengan kondisi subjek yang
sebenarnya karena penelitian yang dilaksanakan di siang hari menyebabkan kemungkinan subjek
merasa kelelahan dalam membaca soal sehingga kurang kosentrasi dalam mengisi soal.
Alasan lainnya yang membuat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak adalah
ada banyak faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar selain persepsi terhadap iklim kelas.
Faktor-faktor tersebut menurut Syah (2003) adalah faktoir guru, faktor orang tua dan keluarga
serta faktor masyarakat dan lingkungan.
Berdasarkan hasil kategorisasi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP N 1
Bancak memiliki motivasi belajar dalam kategori tinggi (57,14%) Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagain besar siswa memiliki ketekunan dalam menghadapi tugas, keuletan menghadapi
kesulitan, menunjukkan minat berbagai macam masalah, perasaan senang saat bekerja,
kemampuan mempertahankan pendapat, keinginan tidak mudah putus asa serta kesenangan
mencari dan memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil kategorisasi skor dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP
1 Bancak memiliki persepsi terhadap iklim kelas dalam kategori tinggi (63,49%.) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada kekompakan antar siswa, siswa mendapat dukungan dari guru, ada
keterlibatan siswa dalam pelajaran, siswa melakukan berbagai kegiatan penyelidikan, ada arahan
tugas dari guru, ada kerjasama antar siswa serta ada kesetaraan antar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar
2. Mayoritas subjek (63,49%) memiliki persepsi terhadap iklim kelas dalam kategori tinggi
dan motivasi belajar dalam kategori tinggi (57,14%).
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati & Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah & Bahr,S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hadinata, P. 2009. Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal psikologi. Vol 3. No 1
Desember.
Hadiyanto, 1996. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta
: Rineka Cipta.
Hadiyanto, 1997. Forum Pendidikan IKIP Padang, No 01.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Kauchak, D dan Eggen, P. 1997. Educational Psychology Windows on ClassroomThird
Edition. New Jersey. Merril Prentice Hall.
Muklis, H.2004. Iklim Kelas Akademi Gizi. Perintis Padang. (Tesis). Padang : UNP Padang.
Devi Braningtyas Puspitasari
67
Sardirman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Syah, M. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Undang-undang RI. No 20.2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU. No 14.2005.
Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Transmedia Pustaka.
Uno, H.B.2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Walgito,B.2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarata: Penerbit Andi.
Winkel, W.S. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.
Download