BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi listrik di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan ekonomi nasional. Semakin tinggi daya beli dan konsumsi publik, maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan listriknya. Data yang diperoleh dari Statistik PLN 2013 (http://www.pln.co.id) bahwa jumlah energi listrik terjual pada tahun 2013 sebesar 187.541 Giga Watt hour (GWh) meningkat 7,79 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 di mana pertumbuhan pemakaian listrik naik sebesar 7,2 persen dibanding semester yang sama tahun lalu. Total pemakaian listrik 2013 adalah sebesar 90,48 Tera Watt hour (TWh) dan 2012 sebesar 84,43 TWh. Jumlah pemakaian listrik terlihat dalam beberapa sektor kelompok pengguna antara lain pada kelompok pelanggan sektor industri mengkonsumsi sebesar 64.381 GWh (34,33%), rumah tangga 77.211 GWh (41,17%), bisnis 34.498 GWh (18,40%), dan lainnya (sosial, gedung pemerintah dan penerangan jalan umum) 11.451 GWh (6,11%). Penjualan energi listrik untuk semua jenis sektor kelompok pelanggan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6,99 persen, 7,04 persen, 1,33 persen dan 7,08 persen. Jumlah pelanggan pada akhir tahun 2013 sebesar 53.996.208 di mana mengalami peningkatan sebesar 8,44 persen dari akhir tahun 2012. Hal ini telah dikemukakan juga oleh energitoday.com (1 April 2014) bahwa kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4 persen per tahun untuk mendukung pertumbuhan 73 ekonomi nasional rata-rata 6 persen per tahunnya. Uraian penjualan listrik per sektor selama 10 tahun terakhir adalah sebagai berikut. Tabel 1.1 Penjualan Listrik per Sektor Tahun 2004 – 2013 Rumah Komersial Industri Penerangan Sosial Tangga Tahun GWh % GWh % GWh % GWh % GWh % 2004 38.588 39 15.258 15 40.324 40 2.045 2 2.238 2 2005 41.184 38 17.023 16 42.448 40 2.221 2 2.430 2 2006 43.753 39 18.416 16 43.615 39 2.414 2 2.604 2 2007 47.325 39 20.608 17 45.803 38 2.586 2 2.909 2 2008 50.184 39 22.926 18 47.969 37 2.761 2 3.082 2 2009 54.945 41 24.825 18 46.204 34 2.888 2 3.384 3 2010 59.825 41 27.157 18 50.985 35 3.000 2 3.700 3 2011 65.110 41 28.309 18 54.725 35 3.064 2 3.994 3 2012 72.133 41 30.988 18 60.176 35 3.141 2 4.496 3 2013 77.211 41 34.498 18 64.381 35 3.506 2 4.982 3 Sumber: Statistik PLN, Statistik DJK dan Handbook of Energy and Economic Indonesia, diolah. Pemerintah GWh 1.645 1.726 1.808 2.016 2.096 2.335 2.630 2.790 3.057 3. 430 Statistics % 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 of Mengacu pada data Tabel 1.1 peningkatan jumlah produksi alat-alat yang berkaitan langsung dengan listrik, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas hendaknya berbanding lurus dengan peningkatan jumlah konsumsi dan pelanggan sebagai upaya memenuhi kebutuhan listrik nasional. Transformator, sering dikenal dengan trafo merupakan salah satu komponen penting dalam sistem tenaga listrik yang pasti ada dalam setiap pemasangan instalasi listrik dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh terdapat pada pembangkit tenaga listrik sebagai penarik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi dalam pemasangan instalasi listrik maupun jenis-jenis trafo dalam adaptor-adaptor listrik, yaitu adaptor telepon genggam, kamera, dan sebagainya. Melihat penggunaannya memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlihat dari Data Statistik PLN 2013 bahwa kapasitas terpasang trafo gardu induk sebesar 81.345 MVA, meningkat 5,54 persen dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012. Jumlah trafo gardu induk yang terpasang adalah sebanyak 1.381 unit. Kapasitas 2 terpasang dan jumlah trafo gardu distribusi menjadi 43.184 MVA dan 362.746 unit. Kapasitas terpasang dan jumlah trafo pada tahun 2013 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6,22 persen dan 5,45 persen. PT. Trafoindo Prima Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha produksi dan pemasaran transformator distribusi dan transformator tenaga. Resmi didirikan pada tanggal 28 Oktober 1981 dengan nama perusahaan PT. Trafindo Perkasa yang kemudian berganti nama dan berlaku hingga kini menjadi PT. Trafoindo Prima Perkasa (disingkat Trafoindo). Pelanggan mencakup seluruh sektor atau jenis industri-industri dalam negeri, Perusahaan Listrik Negara, gedung-gedung perkantoran, mal-mal perbelanjaan, serta perusahaan pertambangan umum yang dirakit sesuai dengan permintaan para pelanggan. Menurut Nur Pamudji, Direktur Utama PLN (petikan wawancara SWA Online dalam swa.co.id, 18 Agustus 2014), PT Trafoindo Prima Perkasa dan PT Sintra Sinarindo Elektrik adalah produsen yang sudah dipakai secara meluas. Pertumbuhan pemakaian listrik dari data statistik PLN tahun 2013 yang dapat berdampak terhadap peningkatan permintaan trafo di Indonesia, PT. Trafoindo Prima Perkasa bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas kerja agar dapat memenuhi permintaan terhadap kondisi listrik di Indonesia. Usaha telah dilakukan dengan memberikan varian terlengkap untuk produk dan pelayanan, unggul dalam mutu, handal dalam memberikan pelayanan, harga kompetitif di bidang manufaktur peralatan listrik tegangan menengah dan tinggi. Namun dalam mencapai target, usaha yang dilakukan dinilai belum cukup untuk memenuhi permintaan trafo dan permintaan pasar serta mempertahankan pelanggan tetapnya. 3 Oleh sebab itu, PT. Trafindo memerlukan pinjaman kredit kepada bank sebagai modal tambahan untuk dapat meningkatkan produksi trafo secara maksimal. Bank dalam memberikan kredit kepada calon debitur akan melihat dan menghitung kemungkinan calon debitur dalam mengembalikan pinjamannya. Oleh sebab itu, perlunya penilaian terhadap aset yang dimiliki untuk mengukur potensi aset PT. Trafindo sebagai dokumen pelengkap oleh bank bersangkutan sebagai jaminan. Proses kredit di perbankan melibatkan beberapa pihak lain selain bank dan calon debitur, diantaranya konsultan independen yaitu konsultan keuangan/feasibility study, konsultan penilai, dan konsultan pengawas (credit monitoring). Konsultan tersebut bertindak sebagai pihak independen yang memberikan opini atau nasehatnya sesuai kompetensi dan profesionalitasnya (kjppmbpru.indonetwork.co.id, 8 Agustus 2014). Adapun penilaian yang dilakukan oleh profesi penilai bertujuan untuk menjadi rujukan di sektor keuangan maupun sektor lainnya, baik untuk tujuan perbuatan hukum jual beli, pelaporan keuangan, pemberian ganti rugi, penghitungan pajak, pemenuhan persyaratan perundangan, penjaminan hutang, dan aktifitas transaksi lainnya. Mengingat pentingnya kontribusi data tersebut, maka keakuratannya menjadi hal yang sangat diutamakan dan sedapatnya telah mencerminkan kondisi pasar yang wajar terhitung pada tanggal dilakukannya penilaian. Untuk dapat menjadi konsultan dalam memberikan pendapat nilai suatu aset, konsultan tersebut harus memiliki kualifikasi dan sertifikasi yang telah dipersyaratkan untuk dapat menunjukkan profesionalismenya (kjppmbpru.co.id, 8 Agustus 2014). 4 Secara umum istilah “jaminan kredit” diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang. Di dalam konsideran huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbakan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) menyatakan bahwa “perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai serta legalitas jaminan yang akan dimiliki oleh bank atau yang disediakan oleh debitur harus mencerminkan nilai yang sesungguhnya agar cukup untuk menjamin fasilitas kredit yang diterima oleh debitur. Oleh karena itu, untuk mempelajari lebih lanjut perihal kaitan antara penilaian aset milik perusahaan dan tujuan perusahaan menjadikannya sebagai jaminan kredit dengan menggunakan metode penilaian pendekatan biaya, penulis melakukan penelitian dengan memilih judul “Estimasi Nilai PT. Trafoindo Prima Perkasa (TRAFINDO) dengan Menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach)”. 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 5 Tabel 1.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti (Tahun) Andrew and Pitt (2001). Judul/Metode Penelitian Hasil Penelitian The valuation of the site in depreciated replacement cost and contractors basis valuations Kecenderungan penelitian yang ada adalah berfokus pada masalah unsur-unsur biaya untuk menyelesaikan persoalan site valuation. Pendekatan lain adalah penggunaan standar penilaian berdasarkan kebijakan Pemerintah khususnya dalam hal penilaian properti. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan hasil antara metode Uji beda 2 rata-rata, uji assessement ratio dan ordinary least squares dalam melihat perbedaan hasil penilaian dengan metode bank, metode survei kuantitas dan Metode unit terpasang. Atas properti yang sama. 2. Samsuriadi (2003). Analisis Metode Penilaian Properti Rumah Tinggal untuk Kredit Bank dengan Metode Pendekatan Biaya (Studi Kasus pada PT.Bank NTB Cabang PrayaLombok Tengah). 3. Wyatt (2009). Practice Replacement Market Value 4. Erlangga (2010). Penilaian Infrastruktur Jalan dengan Metode Depreciated Replacement Cost (Studi: Ruas Jalan T.M Hasan Kota Banda Aceh). 5. Makin (2012). Briefing: Cost and Rekonsiliasi Nilai Aset Tetap (tanah dan Bangunan) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Studi Kasus Rekonsiliasi Nilai Aset Tetap Tanah dan Bangunan Kantor Inspektorat) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012. 6. Simpan Penetapan Nilai Pasar (2013). Properti Hotel Mercure Regency Makassar untuk Tujuan Penjaminan Utang Bank. 7. Salam Penetapan Nilai Pasar (2013). Properti Gedung Pekantoran Graha Sucofindo PT Sucofindo (persero) Cabang Semarang Tujuan Penjaminan Utang Bank. Sumber: Data Primer, data diolah. Dapat dibuktikan bahwa menjadikan replacement cost (nilai pengganti) untuk mengestimasi nilai pasar (market value) membuat tidak jelas perbedaan antara cost dan value. Penggunaan asumsi nilai pasar tidak menghalangi penggunaan metode replacement cost (nilai pengganti) sebagai standar penilaian. Penilaian dengan pendekatan biaya menggunakan metode Depreciated Replacement Cost (DRC) menghasilkan nilai aset jalan sebesar Rp228.402.241.000,00 dapat membantu Pemerintah Kota Banda Aceh dalam menyusun neraca daerah tahun 2010. Nilai tanah di dapatkan dari statistik analisis regresi linier berganda dan nilai bangunan dengan (DRC) depreciated replacement cost di bandingkan dengan nilai tercatat dalam laporan keuangan, tanah mengalami overvalued,bangunan mengalami undervalued. Dengan Pendekatan Biaya dengan Metode DRC dan Pendekatan Pendapatan dengan Metode DCF menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda. Dengan metode on investment didapat nilai properti lebih tinggi dibanding biaya investasi, sehingga layak untuk dijalankan. 6 Berdasarkan pemaparan penelitian terdahulu pada Tabel 1.2 terdapat persamaan penelitian yang dilakukan terhadap penelitian terdahulu, yaitu mengenai penelitian dengan menggunakan pendekatan biaya, pendekatan data pasar, dan dengan tujuan penjaminan utang bank. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini menggabungkan antara penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu dengan mencari estimasi nilai dengan tujuan penjaminan utang bank. 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quantity survey dengan harga bangunan mengacu kepada standar yang dikeluarkan MAPPI. 3. Waktu penelitian dilakukan pada periode akhir tahun 2014. 4. Objek penelitian merupakan tanah dan bangunan pabrik/gudang berserta sarana pelengkap lainnya dengan total bangunan berjumlah delapan. 5. Objek yang dilakukan terletak di Kota Tangerang, Provinsi Banten. 1.3 Rumusan Masalah Dampak konsumsi listrik yang mengalami kenaikan akibat pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, di mana diketahui jumlah energi terjual berdasarkan pada data statistik PLN tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 7,79 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Dari jumlah tersebut, pelanggan terbesar kedua dalam mengkonsumsi listrik berasal dari kelompok industri yaitu sebesar 3,4 persen setelah kelompok rumah tangga dengan angka konsumsi sebesar 41,17 persen yang disusul dengan kelompok bisnis dan kelompok lainnya. Dengan kata lain, penjualan energi listrik pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding tahun 2012 pada masing-masing kelompok yaitu sebesar 6,99 persen pada 7 kelompok industri 7,04 persen pada kelompok rumah tangga kemudian disusul dengan kelompok bisnis dan kelompok lainnya. Melihat dampak konsumsi listrik yang kian meningkat dari tahun ke tahun, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang usaha produksi, distributor dan pemasaran transformator PT. Trafoindo Prima Perkasa perlu adanya peningkatan dalam kualitas maupun kuantitas produk. Pinjaman dana modal dalam bentuk kredit kepada bank menjadi pilihan bagi PT. Trafindo demi tercapai tujuan untuk dapat meningkatkan produksi trafo secara maksimal sehingga dapat memfasilitasi permintaan trafo akibat dampak kenaikan konsumsi listrik yang terjadi dari tahun ke tahun. Memberikan pinjaman kredit kepada calon debitur, bank harus mempertimbangkan kelayakan untuk mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah disepakati bersama. Agar mengetahui kelayakan calon debitur untuk mendapatkan kredit dari bank, mengetahui estimasi nilai suatu tanah dan bangunan yang akan di jadikan sebagai jaminan pinjaman merupakan salah satu caranya. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk dijadikan sebagai salah satu pedoman atau acuan PT. Trafoindo Prima Perkasa untuk menjaminkan salah satu atau lebih asetnya kepada bank. 1.4 Pertanyaan Penelitian 1. Berapakah nilai RCN (reproduction cost new) bangunan PT. Trafoindo Prima Perkasa dengan menggunakan metode survei? 2. Berapakah nilai pasar tanah dan bangunan PT. Trafoindo Prima Perkasa dengan pendekatan biaya (cost approach)? 8 1.5 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi nilai RCN (reproduction cost new) bangunan dan sarana pelengkap lainnya PT. Trafoindo Prima Perkasa dengan menggunakan metode survei. 2. Berdasarkan nilai pasar dengan pendekatan biaya (cost approach) dapat diketahui nilai aset tetap (tanah dan bangunan) PT. Trafoindo Prima Perkasa. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi oleh berbagai pihak diantaranya sebagai berikut. 1. Secara akademi agar pembaca dapat lebih memahami pendekatan biaya yang dapat dilakukan dalam penilaian tanah dan bangunan pabrik. 2. Bagi penulis selanjutnya dapat menjadi pertimbangan kekurangan yang perlu diteliti lebih lanjut demi kesempurnaan penelitian. 3. Bagi pihak PT. Trafoindo Prima Perkasa diharapkan dapat dimanfaatkan baik oleh PT. Trafoindo Prima Perkasa untuk mengetahui estimasi nilai aset tanah dan bangunan yang dimiliki dan agar pihak bank terkait yang memberikan pinjaman kredit dalam mempertimbangkan estimasi nilai pabrik II PT. Trafoindo Prima Perkasa. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan, memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II 9 Landasan Teori, menguraikan tentang landasan teoritis yang digunakan dalam pnelitian. Bab III Metode Penelitian, menjelaskan tentang jenis penelitian yang dilakukan, alat analisis dan batasan dan asumsi penelitian. Bab IV Analisis dan Pembahasan, memaparkan tentang deskripsi data penelitian, dan penilaian nilai pasar PT. Trafoindo Prima Perkasa dengan pendekatan biaya. Bab V merupakan bab Simpulan dan Saran yang memuat tentang simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. 10