HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013 Paulinus Masa Sato1, Adriani Kadir3 1 STIKES 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar (AlamatRespondensi: [email protected]/085341166151) ABSTRAK Beban kerja merupakan sejumlah tugas - tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu ( Depkes RI, 2012). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahuia hubungan antara pendokumentasian asuhan keparawatan,jumlah jam kerja dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana Kecamatan Soa Kabupaten Ngada Propinsi NTT. Jenis penelitian cross sectional. Sampel ditarik dengan menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis statistic menggunakan uji chi- square, yang disajikan dalam bentuk tabel. Dari hasil olah data diperoleh bahwa ada hubungan antara pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana dengan nilai p= 0,009. Ada hubungan antara jumlah jam kerja perawat dalam sebulan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana dengan nilai p = 0,002. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendokumentasian askep, jumlah jam kerja dalam sebulan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada Puskesmas Waepana Puskesmas harus meningkatkan pendokumentasian askep dan menambah jumlah jam kerja dalam sebulan Kata kunci : Beban kerja, Jumlah perawat PENDAHULUAN Beban kerja merupakan sejumlah tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Pada tenaga keperawatan beban kerja dipengaruhi oleh fungsinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan serta kapasitasnya untuk melakukan fungsi tersebut. Beban kerja seorang perawat dapat dihitung dari waktu efektif yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi bebannya. Sehingga dalam kapasitasnya sebagai perawat yang melaksanakan tugas dan fungsi asuhan keperawatan serta waktu yang telah digunakan (Depkes RI,2012). Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang. Tenaga kesehatan khususnya perawat, dimana analisis beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugastugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik (Nursalam 2013 : 149). Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat dapat menganggu penampilan kerja dari perawat. Akibat negatif dari banyaknya tugas tambahan perawat diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan berdampak buruk bagi produktifitas perawat. Menurut hasil survey dari PPNI tahun 2008, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat propinsi di Indoonesia mengalami stress kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai. 379 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 Namun perawat di rumah sakit swasta dengan gaji lebih baik ternyata mengalami stress kerja lebih besar dibanding perawat di rumah sakit pemerintah yang berpenghasilan rendah. Sementara hasil penelitian yang dilakukan International Council of Nurses (ICN) menunjukkan, peningkatan beban kerja perawat dari empat pasien jadi enam orang telah mengakibatkan 14% peningkatkan kematian pasien yang dirawat dalam 30 hari pertama sejak dirawat di Puskesmas. Ini menunjukkan adanya hubungan antara jumlah kematian dengan jumlah perawat per pasien dalam sehari. Perhitungan beban kerja dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental dan panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja. Aspek mental atau psikologis lebih menekankan pada hubungan interpersonal antara perawat dengan kepala ruang, perawat dengan perawat lainnya dan hubungan perawat dengan pasien, yang dapat mempengaruhi keserasian dan produktifitas kerja bagi perawat sebagai alokasi penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien (Adipradana, 2008 :98). Sedangkan berdasarkan data awal yang di ambil di Puskesmas Waepana kualifikasi tenaga perawat yang tersedia sebanyak 30 orang, yang berdasarkan lulusan, Ners (Ns) sebnyak 1 orang, Sarjana ( S1) sebanyak 2 orang, Diploma IV 1 orang, Diploma (D3) sebanyak 26, hal ini tentunya masih jauh dari jumlah yang diharapkan dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah kecamatan Soa adalah sebanyak 13.193 Jiwa, dengan ratarata kunjungan perhari adalah 75-150 pasien (Data Sekunder, Puskesmas Waepana 2013). BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi, dan Sampel Metode penelitian ini adalah metode deskripftif analitik dengan pendekatan “Cross Sectional” dimana penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan beban kerja berdasarkan pendokumentasian asuhan keperawatan, jumlah jam kerja dalam sebulan terhadap jumlah perawat. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Waepana Kecamatan Soa Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di puskesmas Waepana yang berjumlah 30 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Total Sampling. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual. Selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS for windows, dengan urutan sebagai berikut : 1. Editing. Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Koding Kegiatan pemberian kode numeric atau angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Selanjutnya dibuat daftar variable sesuai dengan yang ada dalam instrument penelitian. Selanjutnya untuk mempermudah pemasukan data, maka dibuat formulir koding. 3. Entry data Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontigensi. Analisis Data Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Dalam tahap ini diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Data diolah dengan softwer proses computer yaitu : 1. Analisis Univariat : dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. 2. Analisis bivariat : dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan uji chi square. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat. Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur di Puskesmas Waepana Tahun 2013 Umur n % 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 22 6 2 73.3 20.0 6.7 Total 30 100 380 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 Berdasarkan tabel 1 di atas dari 30 responden yang diteliti, diketahui bahwa sebagian responden berada pada golongan umur 21-30 tahun, yaitu sebanyak 22 orang (73,3%) dan paling sedikit berada pada golongan umur 41-50 Tahun, yaitu 2 orang (6,7%). Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Waepana Tahun 2013 Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 5 25 16.7 83.3 Total 30 100 Berdasarkan tabel 2 di atas dari 30 responden yang diteliti, terdapat 5 orang (16,7%) responden yang berjenis kelamin laki – laki dan 25 (83,3%) responden yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Puskesmas Waepana Tahun 2013 Tingkat n % Pendidikan D3 Keperawatan 27 90.0 D4 Keperawatan 1 3.3 S1 Keperawatan 1 3.3 S1 Kep + Ners 1 3.3 Total 30 100 Berdasarkan tabel 3 di atas dari 30 responden yang diteliti terdapat 27 orang (90,0%) responden yang berpendidikan D3 Keperawatan, dan sisanya D4 Keperawatan, S1 Keperawatan, serta S1 Keperawatan + Ners masing-masing 1 orang ( 3,3%) responden. Tabel 4 Distribusi Jumlah Perawat Berdasarkan Asumsi Responden di Puskesmas Waepana Tahun 2013/ Jumlah Perawat n % Cukup 11 36.7 Kurang 19 63.3 Total 30 100 Berdasarkan tabel 4 di atas dari 30 responden yang diteliti, yang mengatakan jumlah perawat cukup sebanyak 11orang (36,7%) responden dan yang mengatakan kurang sebanyak 19 orang (63,3%) responden. Tabel 5 Distribusi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Responden di Puskesmas Waepana Tahun 2013 Pendokumentasian n % Askep Terlaksana 18 60.0 Tidak Terlaksana 12 40.0 Total 30 100 Berdasarkan tabel 5 di atas dari 30 responden yang diteliti, yang melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 18 orang (60,0%) responden dan yang tidak melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 12 orang (40,0%) responden. Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jumlah Jam Kerja Dalam Sebulan di Puskesmas Waepana Tahun 2013 Jlh Jam Kerja Dalam n % Sebulan Efisien Tidak Efisien 16 14 53.3 46.7 Total 30 100 Berdasarkan tabel 6 diatas dari 30 responden yang diteliti, yang mengatakan jumlah jam kerja dalam sebulan efisien sebanyak 16 orang (53,3%) responden dan yang mengatakan jumlah jam kerja dalam sebulan tidak efisien sebanyak 14 orang (46,7%) responden. 2. Analisis Bivariat Tabel 7. Distribusi Hubungan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dengan Jumlah Perawat Menurut Asumsi Responden Di Puskesmas Waepana Tahun 2013 Jumlah Perawat Menurut Asumsi Responden Pendokumentasian Asuhan Cukup Kurang Total Keperawatan n % n % n % Terlaksana Tidak Terlaksana Total 10 33,3 8 26,7 18 60,0 1 3,3 11 36,7 12 40,0 11 36,7 19 63,3 30 100 p = 0,009 Berdasarkan data pada tabel 7 dari 30 responden yang diteliti, terdapat 18 orang (60,0%) responden yang melaksanakan pendokumentasian askep, diantaranya 10 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 8 orang (26,7%) responden yang 381 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 mengatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 12 orang (40,0%) responden yang tidak melaksanakan pendokumentasian askep, 11 orang (36,7%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan 1 orang (3,3%) responden yang mengatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test diperoleh nilai p = 0,009 < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan yang berarti antara jumlah perawat dengan pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Tabel 8. Hubungan Jumlah Jam Kerja Dalam Sebulan Dengan Jumlah Perawat Menurut Asumsi Responden Di Puskesmas Waepana Tahun 2013 Jumlah Jam Kerja Dalam Sebulan Efisien Tidak Total Jumlah Perawat Menurut Asumsi Responden Cukup Kurang Total n % n % n % 10 33,3 6 20,0 16 53,3 1 3,3 13 43,3 14 46,7 11 36,7 19 63,3 30 100 p = 0,002 Berdasarkan data pada tabel 8 dari 30 responden yang diteliti, terdapat 16 orang (53,3) responden yang mengatakan jumlah jam kerja efisien, diantaranya 10 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 6 orang (20,0%) responden yang mangatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 14 orang (46,7%) responden yang mengatakan jumlah jam kerja tidak efisien, diantaranya 13 orang (43,3%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan hanya 1 orang (3,3%) responden yang menyatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test diperoleh nilai p = 0,002 < α (0,05) sehingga Ho ditolak. Jadi ada hubungan yang berarti antara jumlah perawat dengan Jumlah jam kerja dalam sebulan. PEMBAHASAN 1. Analisis hubungan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah perawat menurut asumsi responden Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar perawat 18 orang (60,0%) responden yang melaksanakan pendokumentasian askep sebagian besar diantaranya 10 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 8 orang (26,7%) responden yang mengatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 12 orang (40,0%) responden yang tidak melaksanakan pendokumentasian askep, 11 orang (36,7%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan 1 orang (3,3%) responden yang mengatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chy square test diperoleh nilai p = 0,009 < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan yang berarti antara jumlah perawat dengan pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinana masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan mapupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2013:1). Perhitungan jumlah perawat yang bekerja harus disesuaikan dengan sasaran masyarakat yang dilayani dalam wilayah kerja Puskesmas tersebut. Kebutuhan tenaga di ruangan rawat inap inap tentu berbeda dengan kebutuhan tenaga perawat di unit Rawat jalan, perawat Rawat Jalan selain melaksanakan tugas jaga di polik juga harus melaksanakan tugas Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) mencakup Home Care dan pelayanan lainnya. Untuk Puskesmas Waepana Kecamatan Soa, rumus penghitungan jumlah tenaga keperawatan dapat menggunakan metode Ful Time Equivalent (FTE), Konsep FTE didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun artinya bekerja selama 40 jam/ minggu atau 2.080 jam dalam dalam periode 52 minggu (Finkler dan Kovner, 2000 dalam bruce J.Fried.et.al, 2005). Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun waktu non produktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan tungkat ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam perawatan yang dibutuhkan (Nursalam 2013:147-148). 2. Analisis hubungan jumlah jam kerja dalam sebulan dengan jumlah perawat menurut asumsi responden 382 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar perawat 16 orang (53,3) responden yang mengatakan jumlah jam kerja efisien sebagian besar diantaranya 10 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 6 orang (20,0%) responden yang mangatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 14 orang (46,7%) responden yang mengatakan jumlah jam kerja tidak efisien, diantaranya 13 orang (43,3%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan hanya 1 orang (3,3%) responden yang menyatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test diperoleh nilai p = 0,002 < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan yang berarti antara jumlah perawat dengan Jumlah jam kerja dalam sebulan. Seseorang yang bekerja secara terus menerus pada suatu ketika akan mengalami kelelahan, baik pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik maupun pekerjaan yang menuntut kerja otak. Kelelahan dapat berupa kelelahan fisik dan mental dan saat itulah orang membutuhkan istirahat sebelum tenaganya habis (Suma’mur, 2009:363). Lama seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6 - 10 jam. Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, evektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahakan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul kecendrunganuntuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidak puasan. Dalam seminggu seorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu kemungkina besar untuk timbulnya halhal yang negative bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan pekerjaannya itu sendiri. Makin panjang waktu kerja dalam seminggu, makin besar kecendrungan terjadinya hala-hal yang tidak diinginkan (Suma’mar 2009:363). KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana 2. Ada hubungan antara jumlah jam kerja perawat dalam sebulan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana. 3. Jumlah perawat dengan jumlah pasien belum seimbang. SARAN 1. Bagi Perawat Puskesmas Waepana, agar selalu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. 2. Bagi Puskesmas Waepana, agar kembali melakukan revisi penghitungan jumlah kebutuhan tenaga perawat sehingga ketercukupan perawat di semua lini terpenuhi, dengan ini beban kerja perawat akan merata dan tidak berlebihan. 3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada agar dalam penempatan tenaga perawat perlu mempertimbangkan dan memperhatikan jumlah beban kerja dalam hal ini pasien dan sasaran masyarakat yang dilayani secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA A.Aziz Alimul Hidayat, 2013, Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, EGC, Jakarta, 1-8 Adipradana, 2008, Pelayanan Keperawatan Terhadap Pasien, Alfabeta, Bandung Agus Kuntoro, 2010, Buku Ajar Manajemen Keperawatan, Muha Medika, Yogyakarta , 22 Berita Indonesia.Com, 2008, Evolusi Perkembangan Sistem Pelayanan Kesehatan Data Sekunder, Puskesmas Waepana 2013 Departemen Kesehatan RI, 2012, Pusat Data dan Informasi Kesehatan Indonesia, Jakarta Departemen Kesehatan RI, 2012, Profil Kesehatan Indonesia (http://www.depkes.go.id), Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo., 2011, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. 383 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 Nursalam ,2013, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Keperawatan Profesional, Jakarta,132-149. Salemba Medika, Profil Puskesmas Waepana, 2012. Suara Pembaruan.Com, 2008, Hubungan Perawat Dengan Pasien Sugiyono, 2009, Pengantar Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Suma’mur, 2009, Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Cv Sagung Seto, Jakarta, 362-363 Wilson, 2011, Fakta Beban Kerja Perawat, ( http ://eprints.undip 2011.ac.id) 384 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 3 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721