BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan utama dari kegiatan belajar adalah hasil belajar. Kegiatan belajar dan hasil belajar mempunyai hubungan yang erat yang tak terpisahkan. Hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Beberapa ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pengertian hasil belajar tetapi mempunyai inti yang sama. Menurut Purwanto (2009:46) “hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar di ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (Iskandar, 2012:128) “hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan”. Sedangkan menurut iskandar (2012: 128) “hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari data kuantitatif maupun kualitatif”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Setyaningsih, 2011:19) “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (Setyaningsih, 2011:19) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni: (a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. (b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. (c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. 7 8 Hasil belajar banyak di pengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Abu Ahmadi (Saminanto 2010:101) faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: a. Faktor-faktor stimulasi belajar. Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, antara lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringanya tugas, suasana lingkungan eksternal. b. Faktor-faktor metode belajar Metode belajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor metode belajar antara lain: kegiatan berlatih atau praktek, over learning dan driil, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan alat indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif. c. Faktor-faktor individual Faktor-faktor individual meliputi: kematangan, fakor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi jasmaniah jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi. Dari berbagai pandapat ahli di atas tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar di kelas yang telah diikuti siswa dalam menerima materi pelajaran matematika dalam kompetensi yang berupa aspek kognitif yang dinyatakan dengan skor. 2.1.2 Matematika Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru apabila ingin mengajarkan matematika terlebih dahulu harus memahami konsep-konsep yang akan diajarkan. Matematika lebih menekankan pada dunia penalaran karena terbentuk dari pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Belajar matematika di Sekolah Dasar merupakan awal peserta didik untuk belajar, maka dari itu diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini untuk menjadi dasar serta pengembangan kemampuan berpikir 9 sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja sama. Selain itu memperoleh, serta diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengelola, memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan dan mengembangkan dinamika kehidupan yang kompetitif untuk semua bidang. “Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalisasi dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis” (Kusumah Wijaya, Dwitagama Dedi. 2012:214). Menurut H.W. Fowler (Saminanto,2010:96) “Matematika adalah ilmu yang mempelajari bilangan dan ruang yang bersifat abstrak". Sumardyono (2004:28) secara umum mendefinisikan matematika sebagai berikut: 1) Matematika sebagai struktur yang terorganisir. Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat). 2) Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. 3) Matematika sebagai pola pikir deduktif. Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum). 4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking). Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih 10 (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis. 5) Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. 6) Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif. Dari berbagai pendapat para ahli tentang pengertian matematika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari, dimana siswa diharapkan dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 2.1.3 Pembelajaran Matematika di SD Menurut Suyitno dalam Saminanto (2010:91) ”pembelajaran matematika adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa”. ”Agar tujuan pengajaran dapat tercapai guru harus dapat mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen satu dengan yang lainya dapat berinteraksi secara harmonis” (Suhito, 2000:11). Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam setrategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran, sehingga dituntut kemampuan guru untuk memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajar. 11 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (Saminanto, 2010:92) menyatakan: Potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan dan di dalam proses belajar matematika siswa dituntut untuk mampu: a. Melakukan penelusuran pola dan hubungan. b. Mengembangkan kreatifitas dan imajinasi, intuisi dan penemuanya. c. Melakukan kegiatan pemecahan masalah. d. Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain. Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkanya proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui oleh siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa. Selain itu dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk: a. Menyediakan atau menggunakan alat peraga atau media pembelajaran yang menarik perhatian siswa. b. Memberikakan kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan c. Memberikan kesempatan mengunakan matematika untuk bebrbagai keperluan d. Mengembangkan sikap menggunakan matematika untuk memecahkan matematika baik di sekolah maupun di rumah. e. Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam mengembangkan matematika. f. Membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya. Dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model Numberd Heads Together (NHT) dan media pembelajaran, karena dengan menggunakan model NHT dapat menciptakan suasana yang menyenangkan saat KBM berlangsung, sehingga akan menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran matematika juga akan menunjang KBM, karena dengan menggunakan 12 media pembelajaran siswa lebih mudah memahami materi matematika yang sedang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa untuk membangun pengetahuan matematika dengan caranya sendiri yang membutuhkan suasana yang medukung saat belajar. Dalam kegiatan tersebut guru berperan sebagai fasilitator dan mediator. Sebagai fasilitator guru menyediakan berbagai sarana pembelajaran yang memudahkan siswa membangun pengetahuan matematikanya sendiri. Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam interaksi antar siswa atau antara siswa dengan ide matematika dan menghindari pemberian pendapatnya sendiri ketika siswa lain sedang mengemukakan pendapat. Penggunaan media dan model pembelajaran yang sesuai akan mendukung keberhasilan dalam KBM matematika. 2.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Kompetensi Dasar (KD) merupakan penjabaran SK yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK. Secara rinci SK dan KD mata pelajaran matematika kelas 5 disajikan dalam tabel 2.1 . 13 Tabel 2.1 SK dan KD mata pelajaran matematika kelas 5 semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5. Menggunakan 5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan pecahan dalam desimal serta sebaliknya pemecahan masalah 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan 5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala 6. Memahami sifatsifat bangun dan hubungan antar bangun 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana 6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana 2.1.5 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar bersama dengan bertanggung jawab pada diri sendiri maupun pada kelompk dengan berinteraksi secara langsung serta mempunyai peluang sukses bersama. Menurut Saminanto (2012:30) ”model pembelajaran memiliki ragam yang banyak, namun tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan pada setiap materi, sehingga diperlukan cara untuk memilihnya agar sesuai dengan tujuan 14 pembelajaran”. Pemilihan model pembelajaran yang diterapkan perlu disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan kondisi tempat pembelajaran berlangsung, oleh karena itu diperlukan kreatifitas guru dalam memilih model pembelajaran atau menggabungkan model pembelajaran yang ada, sehingga pembelajaran dapat berjalan menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Beberapa faktor yang mempengaruhi model pembelajaran ialah: 1. Tujuan pembelajaran 2. Peserta didik 3. Guru 4. Fasilitas 5. Situasi Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan mengajar di kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut Anita Lie (2002:14) “kepala bernomor pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992”. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama dan melatih siswa berbicara di depan orang. 2.1.6 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together 2.1.6.1 Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut: 1. Setiap siswa menjadi siap semua. 2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sunguh. 3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 2.1.6.2 Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut: 1. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. 15 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. 2.1.7 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT menurut Spencer Kagan dalam Saminanto (2010:35-36): 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. 2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabanya. 4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomer yang lain. 6) Kesimpulan. 2.1.8 Media Pembelajaran Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Diharapkan para guru mampu menggunakan media pembelajaran yang dapat mendukung PBM. Menurut Suyitno (Saminanto, 2010:96) “untuk menunjang pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa”. Menurut Darhim (Saminanto, 2010:96) nilai dan fungsi khusus media pembelajaran matematika antara lain: 1) Untuk menghindari atau mengurangi terjadi salah komunikasi. 2) Untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa. 3) Untuk membuat konsep matematika yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk konkret sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti dan disajikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 16 Menurut Hamdani (2008:244-245) secara garis besar media pembelajaran terbagi atas: 1) Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau yang memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak mengandung unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto dan sebagainya. 3) Media audio visual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan juga gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan sebagainya. 4) Orang (people) yaitu orang yang menyimpan informasi. Pada dasarnya setiap orang berperan sebagai sumber belajar. Pada umumnya dapat dibagai 2 yaitu orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar dan orang yang memiliki profesi. 5) Bahan (materials) yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga, transparansi, film, slide dan sebagainya. 6) Alat (device), yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang sering dengan perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran, misalnya computer, radio, televisi, VCD,DVD dan sebagainya 7) Teknik (technic), yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran untuk mencai tujuan pembelajaran, seperti ceramah, diskusi, stimulasi, permainan dan sejenisnya. 8) Latar (setting), yaitu lingkungan yang berasal dari sekolah maupun di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak, seperti ruangkelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, took, museum, kantor dan sebagainya. Agar penggunaan media dapat efektif ada beberapa kreteria yang perlu diperhatikan (Arsyad azhar, 2007): 1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 17 2) Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip dan generalisasi. 3) Praktis, luwes dan bertahan. 4) Guru terampil menggunakanya. 5) Pengelompokan sasaran. 6) Mutu teknis. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah alat peraga bangun datar dan bangun ruang. 2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Berti Muryan Susanto tahun 2011 Universitas Kristen Satya Wacana yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan Pembelajaran Kooperatif NHT Dan Pemanfaatan Media Gambar Pada siswa kelas V Semester II SDN Sumogawe 3 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan NHT dan pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu nilai sebelum tindakan menunjukan dari 27 siswa hanya 10 siswa yang tuntas (37%) dan 17 siswa belum tuntas (63%). Setelah tindakan yang dilakukan dapat dilihat hasil belajar pada siklus I meningkat, dari 27 siswa hanya 17 siswa tuntas (63%) dan 10 siswa belum tuntas (27%). Hasil belajar pada siklus II pun meningkat, dari 27 siswa 24 siswa yang tuntas (89%) dan 3 siswa yang belum tuntas (11%). Penelitian yang dilakukan oleh Farida Yeni tahun 2011 Universitas Negeri Malang yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten Tulunggung. Berdasarkan hasil penelitian, persentase nilai kemampuan guru dalam menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) pada siklus I adalah 83,35%, sedangkan pada siklus II 90,75%. Pada siklus I nilai rata-rata kegiatan siswa adalah 75,9 dan pada siklus II adalah 88. Hasil belajar siswa dari tahap pra tindakan hingga pelaksanaan siklus II telah meningkat. Pada tahap pra tindakan ketuntasan hasil 18 belajar siswa adalah 35,3%. Untuk pembelajaran siklus I hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus I yang dilakukan peneliti, ketuntasan belajar siswa adalah 70,6%. Pada pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dari pra tindakan. Pada pembelajaran siklus II, ketuntasan belajar siswa adalah 94,1%. Pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 23,5%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model NHT (Numberred Heads Together) pada pembelajaran matematika materi bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten Tulungagung. Untuk itu guru hendaknya menerapkan model yang tepat untuk pembelajaran matematika seperti model NHT (Numberred Heads Together) untuk materi lainnya agar hasil belajar siswa bisa terus meningkat dengan baik. 2.3 Kerangka Berpikir Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Salah satu hal yang harus diperhatikan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa matematika adalah dari faktor model pembelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru juga harus melihat kondisi siswa, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya tangap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya tanggap yang lama. Penelitian ini mengarah pada pembelajaran matematika. Pada awalnya guru hanya mengajar dengan cara konvesional (ceramah) dan tidak memanfaatkan media yang ada, maka akibat yang terjadi adalah hasil belajar siswa masih rendah. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan menggunakan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai 19 tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya menggunakan media yang sudah disediakan dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Dalam pembelajaran menggunakan model NHT dan media pembelajaran tidak akan tampak lagi siswa yang unggul dan tidak unggul karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompoknya tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Tukang 02 guru perlu menerapkan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran dalam mengajarkan pokok bahasan matematika. Diharapkan dengan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa akan lebih baik. Skema kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini. 20 Pembelajaran Matematika KD: 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala Pembelajaran Konvensional Terpusat pada Guru dan menggunakan metode ceramah Siswa menjadi jenuh, tidak memperhatikan guru dan bosan mengikuti pembelajaran Tes Formatif Hasil Belajar < KKM Pembelajaran Matematika KD: 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang Model Pembelajaran NHT dan media bangun datar dan ruang dari kertas karton. Rubrik pembentukan kelompok Membentuk kelompok Penomoran Rubrik penomoran Mendiskusikan sifat-sifat yang dimiliki bangun datar dan bangun ruang menggunakan media bangun datar dan ruang dari kertas karton. Rubrik penilaian diskusi Mempresentasikan sifat-sifat bangun datar dan ruang di depan kelas. Rubrik presentasi sifat-sifat bangun datar dan ruang. Memberikan tanggapan presentasi sifat-sifat bangun datar dan ruang Rubrik tanggapan presentasi sifatsifat bangun datar dan ruang. Membuat kesimpulan sifat-sifat bangun datar dan ruang Tes Formatif Rubrik penilaian kesimpulan sifat-sifat bangun datar dan ruang Penilaian Hasil Belajar Penilaian Proses Belajar Hasil Belajar ≥ KKM Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Matematika Model Pembelajaran NHT dan Media Pembelajaran 21 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together dan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Tukang 02 kabupaten Semarang.