reciprocal teaching - UIN Repository

advertisement
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) PADA
MATA PELAJARAN IPS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SELI PURNAMASARI
NIM : 109015000153
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
E-EMBATI PENGESAHAN PEMBTMBING
PEISI]VGKATAI\ HASIL BELAJAR SISX'A PTELAI,UI MODET,
PEMBEL,AJARAIII TAR-SALIX lfrE',ffPR ACAL TEAC !{ I NC) PADA *I AT A
PItr,AJARA.N
TF3!
Skripsi
Diajukan Kepada Faki*tas llmu Tarbiyah dan Ksgu*:an
Untuk Memenuhi Persyaratan Mempercleh
Gelar Sarjana Pendidikan {S.Pd)
Oleh:
Seli. FUI'nemasari
\-t\,
.\t,!I.
!nalnlinr-rfilil
iU7q.J I J'JL'U t
JJ
Yang Mengesahkan,
Pembimbingl
Fembirrbiug
tnkl
u-{
*-*t**t*-/
t-/
Dr. Iwan ilurwanto"
\lP:
II
M.8j
Annjsa l\'indarri " &i. Sfl
r fril{
\;rP.
](tl'i r\/,r")1 b'.t\'TSLVUV&
, tlOSl('lQn?
-\ri
I Bi:
i97-10424 2C0801
-Ut
JURUSAI\I PENDIDIKA}T IPSIEKONOMI
TAKULTAS ILMU TARBTYAH DATI KEGURUAITI
, TIIN SYARIF I{TDAYATIJLLAH
1
'
J"AKARTA
2ot4
/
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang heriLrduI Peningkatan Hasil Belajar Sisrva MelaiLri ]lodel
Pernbelajaran 'ferbalik (Recipracal Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS disusun
oleh Seli Purnamasari, Nomor induk Mahasiswa 109015000153" diajukan kepada
Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinvatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 24 Maret 2014 di hadapan
deu,an penguji. Karena itulah, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd)
dalam bidang Pendidikan IPS"
Jakarta, 11 April 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Tanggal
Dr. Iu,an Purrvanto. M.Pd
NrP.19730424 200801
I 012
Sekeftaris (Sekertaris Jurusan/Prodi)
Drs. H. Syaripulloh. M.Si
NrP.19670909 200701 I 033
Penguji
I
Drs. Nurochim.
M.M
NIP.t9s907ls 198403
1 003
PengLrji II
Mochamrnad Noviadi Nugroho, M.Pd
NIP. 1 9761 1 18 201 101 1 006
Mengetahui:
Drkan Fal<ultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan
Nurlen4Xifa'i, MA, Ph.D
NIP.19520520 198103
1 010
Tanda
tangan -24
SURA,T PERNYATAAI{ KARYA
ILMIA}I
Yang befiandatangan dibawah ini:
Nama
: Seli Pumamasari
Nirn
: i09015000153
Jurusan
: Pendidikan IPS
Alamat
: Jln. H.
Mawi, Gg. H. Sairun Rt. 03 Rw. 05 No.36 Kp. Jati Fanrng-Bogor
}IE$YATAKA}T DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahu'a skripsi yang berjudul Peningkatan Hasit Belajar Siswa Menggunakan
, .
\ 6
I
ll-a,
n-t.-!--,---
rcmDCaAJArAn ierDAltI{ lKeclprotgi teil{:nrngl rau& r}r8ra relirJaraff
lr3
fn3
llodel
L-..,-^--t,-1.-L
rri*ri
usrlili L--,":1
iJuilliut
karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
NamaPembimtrirg
i
!.rIt]
Dr. lwan Pufirramto, M.Pd
19730424 200801 1 &12
i{arru. ffernbinii:ing
ii
Aaissa Wi$dsrti, M.St,
i982S8S2 zrt1trfil? 0$5
Demikian $&rai psntyataaa dari saya buat dengar sesurrgglliutyarian saya siap menerima
segala kcnsekue*si apabiia tsrbukti beirwa skripsi
ini bukan hasit karya seridiri
Jakarta, Ja*$*ci 2014
Yarrg Menyatakan
Soli Prrnnqrrrqscri
Abstrak
Seli Purnamasari. “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS”. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung Tahun
Ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa kelas VIII-5 pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching). Instrumen yang digunakan berupa wawancara,
Pretest dan Postest, lembar observasi guru dan siswa. Indikator keberhasilan
penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 77. Dari hasil penelitian, pada siklus pertama
ketuntasan belajar siswa yang dicapai yaitu sebanyak 71%, dan siklus kedua
sebanyak 100 %, dimana peningkatan persentase hasil belajar siswa dari siklus I
ke siklus II mencapai 29%. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat melalui model
pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Serta memiliki kelebihan
Mengembangkan kreativitas siswa, Memupuk kerjasama antara siswa dan
Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap.
Kata kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Hasil belajar siswa, Model pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching).
Abstract
Seli Purnamasari . "Improving Learning Outcomes Through Upside Learning
Model ( Reciprocal Teaching ) In Subjects IPS". Thesis , Study Program of Social
Sciences , Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta, 2014.
This study is an action research conducted in two cycles . Each cycle consists
of planning , implementation, observation and reflection. The subjects were
students of class VIII - 5 junior Parung Islamic Academic Year 2012/2013. This
study aims to determine the improvement of learning outcomes - 5 eighth grade
students in social studies through learning model Reversed (Reciprocal
Teaching). The instrument used in the form of interviews, pretest and posttest,
teacher and student observation sheet. Indicator of the success of this study of
mastery learning students achieve mastery criteria Minimum value ( KKM ) is 77.
From the research, the first cycle of students who achieved mastery learning is as
much as 71 %, and the second cycle of 100 %, which increases the percentage of
student learning outcomes from the first cycle to the second cycle reaches 29 %.
Based on these results, it can be concluded that student learning outcomes in
social studies can be increased through the learning model Reversed (Reciprocal
Teaching). As well as having excess Developing students' creativity, Nurturing
Growing cooperation between students and gifted students, especially in speaking
and developing an attitude.
Keywords : classroom action research, student learning outcomes, learning
models Reversed (Reciprocal Teaching).
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Syukur Alhamdulilah, segala puja serta puji hanya milik Allah SWT yang
telah menganugerahkan karunia yang begitu besar kepada manusia, berupa iman,
kesehatan, dan ilmu. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada pimpinan para
rasul dan hambanya yang setia melaksanakan perintah serta sunnahnya.
Dengan desakan waktu dan pikiran yang fokus yang mendorong
menyelesaikan skripsi ini, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) ini dapat selesai.
Selesainya skripsi ini juga tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta
bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang
dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang peneliti ucapkan kepada:
1. Nurlena Rifa’i MA.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai
Dosen Pembimbing Pertama Skripsi penulis yang telah memberikan banyak
nasihat, arahan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
3. Annisa Windarti, M.Sc., sebagai pembimbing kedua skripsi, terimakasih atas
segala bimbingan, saran, pengarahan, ilmu, waktu, serta motivasinya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
i
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS, yang telah dengan sabar dan ikhlas
mendidik penulis, sehingga ilmu yang diberikan kepada kepada penulis dapat
bertambah dan bermanfaat.
5. Bapak Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd selaku kepala SMP Islam Parung yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP
Islam Parung
6. Masyarakat SMP Islam Parung yang telah membantu diperolehnya data-data
yang dibutuhkan dalam laporan penelitian skripsi ini khususnya guru IPS
Bapak Dery Prima Rohendy, S.E dan Bapak Ajat Sudrajat, S.E yang telah
banyak membatu dalam penelitian ini, terima kasih atas pelajaran hidup yang
dibagi. Serta siswa-siswi kelas VIII-5 yang seru dan asik serta kritis, terima
kasih atas kebersamaannya. Karyawan Tata usaha yang telah memberikan
pelayanan administrasi guna memperoleh data-data yang dibutuhkan.
7. Orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang yang tak pernah usai
tulus dan cintanya tak akan mampu terbalaskan yaitu mama Welas Asih dan
bapak Asrep Dwi Anggoro semoga Allah memberikan keberkahan dalam
hidup kalian.
8. Adinda Chintia Kusuma Ningrum yang peneliti sangat sayangi.
9. Sahabat terbaik, Reni Novita, Eneng Euis Sholihat, Siti Akmaliah, dan Tri
Wahyuningsih. Yang selama ini selalu bersama baik susah maupun senang.
Terima kasih sudah mau menjadi sahabat terbaik peneliti semoga
persahabatan ini abadi untuk selamanya.
10. Semua teman-teman seperjuangan Jurusan IPS angkatan 2009, serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung
dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
11. Terimakasih pula peneliti ucapkan kepada Mila Zulfiah, Ratna Marlianti,
Nurmalina, dan Riyadlul jannah yang telah berbagi informasi dalam
mengerjakan penelitian skripsi ini.
ii
12. Semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Hanya ucapan terima kasih yang mampu penulis sampaikan dan seraya
berdo’a mudah-mudahan segala kebaikan yang diberikan memperoleh ganjaran amal
kebajikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Mudah-mudahan penelitian skripsi
ini dapat bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi pembaca.
Alhamdulillahirrobil’Alamiin
Jakarta, Januari 2014
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................
i
Daftar Isi ..........................................................................................................
iv
Daftar Tabel .....................................................................................................
vii
Daftar Diagram ................................................................................................
viii
Daftar Lampiran...............................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................
5
C. Pembatasan Masalah .....................................................................
5
D. Perumusan Masalah ......................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
F. Manfaat Hasil Penelitian...............................................................
5
BAB II KAJIAN TEORITIS, PENGAJUAN KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS TINDAKAN.......................................................
8
A. Acuan Teori .................................................................................
8
1. Hasil Belajar...........................................................................
8
2. Pengertian Belajar..................................................................
8
a. Ciri-Ciri Belajar ................................................................
10
b. Tipe Kegiatan Belajar .......................................................
10
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Dan Hasil Belajar ..............................................................
12
d. Hasil Belajar......................................................................
13
iv
3. Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching )..........
15
a. Pengertian Model Pembelajaran Terbalik
(Reciprocal Teaching) ......................................................
15
b. Langkah-Langkah Teknik Scaffolding ..............................
18
c. Tahapan Kegiatan Pengajaran Reciprocal Teaching ........
18
d. Kelebihan Dan Kelemahan Reciprocal Teaching .............
20
e. Prinsip Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) .....
21
4. Pembelajaran IPS ...................................................................
23
a. Pengertian IPS ...................................................................
23
b. Karakteristik IPS ...............................................................
24
c. Disiplin Ilmu-Ilmu Sosial..................................................
25
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ....................................................
26
C. Kerangka Berpikir .......................................................................
27
D. Hipotesis Tindakan ......................................................................
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
30
A. Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................
30
B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan ..................
30
C. Subjek/Partisipan Yang Terlibat Dalam Penelitian ....................
31
D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ...............................
31
E. Tahapan Intervensi Tindakan .....................................................
31
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan .............................
35
G. Data Dan Sumber Data ...............................................................
36
H. Instrumen Penelitian ...................................................................
36
I.
Teknik Pengumpulan Data .........................................................
37
J.
Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trustworthiness) Studi.......
38
K. Analisis Data Dan Interpensi Hasil Analisis ..............................
45
L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan..............
45
v
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRESTASI HASIL
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................
47
A. Gambaran Umum Sekolah..........................................................
47
1. Sejarah singkat SMP Islam Parung....................................
47
2. Visi, Misi dan Strategi .......................................................
49
3. Data sekolah.......................................................................
50
B. Pemeriksa Keabsahan Data ........................................................
56
1. Siklus I ...............................................................................
57
2. Siklus II..............................................................................
67
C. Pembahasan temuan hasil penelitian ..........................................
82
BAB V PENUTUP .........................................................................................
85
A. Kesimpulan .................................................................................
85
B. Saran..............................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Diagram Desains Intervesi Tindakan Kelas...................................
31
Tabel 3.2 Rekapan Hasil Uji Validitas Soal Siklus I Dan Siklus II...............
41
Tabel 3.3 Interprestasi Tingkat Realibilitas Instrumen..................................
43
Tabel 3.4 Interprestasi Tingkat Kesukaran ....................................................
44
Tabel 3.5 Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP) ........................
46
Tabel 4.1 Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir ................................
51
Tabel 4.2 Data Siswa Menurut Jenis Kelamin...............................................
52
Tabel 4.3 Data Ruang Kelas ..........................................................................
53
Tabel 4.4 Data Ruang Lainnya ......................................................................
53
Tabel 4.5 Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha ..........................................
54
Tabel 4.6 Tugas Mengajar dan Jumlah Jam Mengajar
SMP Islam Parung Tahun Pelajaran 2013-2014 ...........................
54
Tabel 4.7 Lembar Observasi aktivitas guru Siklus I......................................
59
Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I.................
61
Tabel 4.9 Persentase Ketercapaian Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I .......
62
Tabel 4.10 Daftar Nilai Siswa Siklus I ............................................................
64
Tabel 4.11 Lembar Observasi aktivitas guru Siklus II ....................................
69
Tabel 4.12 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II ...............
71
Tabel 4.13 Persentase Ketercapaian Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II......
72
Tabel 4.14 Hasil Wawancara Responden Siswa kelas VIII-5
SMP Islam Parung Setelah Pelaksanaan PTK ..............................
74
Tabel 4.15 Daftar Nilai Siswa Siklus II ...........................................................
77
Tabel 4.16 Deskriptif Statistik Hasil Belajar Siklus I dan II ...........................
81
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 N-Gain Siklus I ..........................................................................
66
Gambar 4.2 N-Gain Siklus II ..........................................................................
79
Gambar 4.3 Perbandingan N-Gain Siklus I dan siklus II................................
80
Gambar 4.4 Peningkatan Hasil Bekajar Siklus I dan Siklus II …………... ....
81
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Siklus II
Lampiran 5 Soal Pretes dan Postes Sebelum Validitas
Lampiran 6 Hasil Belajar Siklus I
Lampiran 7 Hasil Belajar Siklus II
Lampiran 8 Soal Pretes dan Postes Siklus I
Lampiran 9 Soal Pretes dan Postes Siklus II
Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Siklus I
Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Siklus II
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II
Lampiran 14 Pedoman Wawancara Dengan Guru IPS Pada Saat Observasi
Lampiran 15 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Pada Saat Observasi
Lampiran 16 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan
Lampiran 17 Hasil Wawancara Observasi Dengan Guru Mata Pelajaran IPS
Lampiran 18 Hasil Wawancara Observasi dengan Siswa
ix
Lampiran 19 Hasil Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan
Lampiran 20 Validitas
Lampiran 21 Reabilitas Tes
Lampiran 22 Tingkat Kesukaran
Lampiran 23 Daya Pembeda
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk Allah SWT, telah dikaruniai Allah SWT
kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, agar
dengannya manusia mampu bertahan hidup serta memajukan kesejahteraannya.
Kemampuan dasar manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya
merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupannya di segala bidang.
Sarana utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak
lain adalah pendidikan. “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
ke arah kedewasaan”. 1
Dari rumusan di atas nyatalah bahwa pendidikan yang sebenarnya berlaku
dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak, jadi yang kita tuju dengan
pendidikan kita adalah kedewasaan si anak. Tidaklah mungkin pendidik
membawa anak-anak kepada kedewasaannya jika pendidik sendiri tidak dewasa.
1
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007) h 10
1
2
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kegiatan pendidikan
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia
tentang perubahan dan perkembangan dapat terpenuhi. Berdasarkan tujuan
pendidikan nasional pada undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional Bab II pasal 3 yaitu :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.2
Demi mewujudkan tujuan pendidikan yang dikemukakan di atas seorang
pendidik dituntut mempunyai kualitas yang baik. Karena pendidikan
mempunyai tugas yang mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa demi memajukan dunia pendidikan
nasional. Semua hal tersebut dapat dilakukan melalui proses kegiatan belajar
mengajar. “Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri”.3
Kegiatan belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, akan tetapi hasilnya
tergantung pada kegiatan proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
2
Undang-Undang Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006) hal.8
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya Offset,
2008) h 89
3
Sampai saat ini pendidikan nasional yang diharapkan masih belum tercapai
dengan baik. Faktanya masih banyak guru yang menggunakan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru. Contohnya metode ceramah dan
pemberian tugas, metode yang berpusat pada guru tersebut membuat siswa
menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena berdasarkan
pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi di SMP Islam Parung
masih banyak siswa yang bercanda dan mengobrol ketika proses pembelajaran
berlangsung sehingga proses pembelajaran di kelas tidak kondusif dan metode
yang berpusat pada guru faktanya tidak dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangan persepsinya.
Permasalahan yang peneliti tuliskan di atas menyebabkan hasil belajar siswa
rendah, khususnya pada mata pelajaran IPS dimana nilai siswa berada di bawah
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang mana pada mata pelajaran IPS
sebesar 77. Hal ini menunjukan kurangnya model pembelajaran yang menarik
sehingga membuat siswa merasa bosan karena selama ini pembelajaran IPS
dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hapalan semata,
sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa di sekolah.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain motivasi belajar,
intelegensi, kebiasaan, dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang terdapat dari luar peserta didik, seperti guru, strategi pembelajaran,
sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Rendahnya hasil belajar siswa SMP Islam Parung dikarenakan kurang
tepatnya penggunaan model pembelajaran oleh guru yang bersangkutan. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan model-model
pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran berpusat pada siswa.
Model-model pembelajaran sangat beragam, dengan pemanfaatan model
4
pembelajaran diharapkan mampu mengurangi kejenuhan siswa didalam proses
belajar mengajar. Untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat
agar dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran yang aktif
“Model-model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang),
merancang
bahan-bahan
pembelajaran,
dan
membimbing
pembelajaran dikelas atau yang lain”. 4
Model pembelajaran kooperatif model Reciprocal Teaching merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam strategi yang memberikan
kesempatan siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya,
melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun pertanyaan
atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan memprediksikannya. Model
Reciprocal Teaching ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS. Selanjutnya model pembelajaran reciprocal teaching
mengutamakan peran aktif siswa dalam meningkatkan mutu belajar dan hasil
belajar
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk memecahkan
masalah yang ada di dalam kelas VIII-5 SMP Islam Parung. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS”.
4
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2001) hal. 133
5
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1
Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pemberian
tugas.
C.
2
Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan persepsinya.
3
Hasil belajar siswa rendah.
Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini
dibatasi pada :
1. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru
cenderung menggunakan model ceramah pada setiap pembelajaran.
D.
Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang dijelaskan, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah metode Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Islam parung kelas VIII-5?
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) pada mata pelajaran
IPS
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, baik
secara Teoritis maupun Praktis:
6
a. Manfaat Teoritis
1) Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia pendidikan
khususnya.
2) Mendukung teori yang telah ada dan memberikan sumbangsih
pengetahuan tentang model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Sebagai referensi dan sumber acuan untuk peneliti-peneliti yang akan
datang.
3) Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model pembelajaran
terbalik (Reciprocal Teaching) untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPS bagi siswa.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
a) Memberikan konstruktivisme model pembelajaran terbalik (Reciprocal
Teaching) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan
dalam proses pembelajaran IPS.
c) Dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar pada mata
pelajaran IPS sehingga hasil belajar meningkat.
2) Bagi guru
a) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPS dalam melakukan
aktivitas belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.
b) Membantu guru IPS dalam melakukan perbaikan metode mengajar
yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan
bermakna.
c) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan
dalam proses pembelajaran IPS.
7
3) Bagi Sekolah
a) Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan, terutama
kebijakan pembelajaran.
b) Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para guru.
c) Memberikan sumbangsih pada sekolah dalam menghasilkan guru-guru
yang kreatif.
4) Bagi Peneliti
a) Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam penggunaan
model pembelajaran yang sesuai dalam sebuah pembelajaran.
b) Menambah wawasan dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
BAB II
KAJIAN TEORITIS, PENGAJUAN KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Acuan Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Kata belajar berarti perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat
adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman
dan latihan.Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.1
“Belajar (Learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi
sampai ke liang lahat nanti”.2 Bahkan hal ini dijelaskan dalam hadis yang
berbunyi “utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi”.
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
hasil
lingkungannya”.
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dalam
3
1
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 5.
2
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hal 62
3
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet. 5 hal 2
8
9
Witherington, dalam buku Education Psychology mengemukakan
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.4
Menurut Slameto “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.5
Adapun menurut Hamzah belajar adalah ”Perubahan tingkah laku
secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktek atau penguatan (reinforce practice) yang dilandasi tujuan untuk
mencapai tujuan tertentu”. 6
Sedangkan Garry dan Kisley menyatakan bahwa “belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang orisinal melalui pengalaman dan
latihan-latihan”.7
Winkel mengemukakan bahwa belajar adalah “Suatu aktivitas
mental/psikis
lingkungannya,
yang
yang
berlangsung
dalam
menghasilkan
interaksi
aktif
perubahan-perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.
dengan
dalam
8
Menurut Oemar Hamalik bahwa belajar adalah “Modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.9
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa melalui
pengalaman dan latihan-latihan. Belajar akan dikatakan berhasil apabila
seseorang mampu mengulangi kembali materi-materi yang telah
4
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1990),
cetakan 5, hal 84
5
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruh, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), h. 2.
6
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23
7
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h.
100.
8
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 5
9
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 27
10
dipelajarinya, serta mampu menyampaikan dan mengekspresikannya
dalam bahasa sendiri. Secara psikologis, bahwa orang belajar ada
kaitannya dengan kematangan baik jasmaniah maupun rohaniahnya.
Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut
berupa
perubahan
keterampilan,
kebiasaan,
sikap,
pengetahuan,
pemahaman, dan apersepsi. Adapun pengalaman dalam proses belajar
ialah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya.
b. Ciri – Ciri Belajar
Terdapat ciri-ciri dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai
berikut:
a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu
perkembangan tertentu.
b. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah metode dan teknik
yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
c. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik, adanya
aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar.
d. Aktor guru yang cermat dan tepat.
e. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi
masing-masing.
f. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
g. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk. 10
c. Tipe Kegiatan Belajar
Menurut Gagne tipe-tipe kegiatan belajar dibagai menjadi delapan
yaitu :
a. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespon suatu
isyarat. Jadi respon yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan
emosional. Tipe kegiatan belajar ini menekankanbelajar sebagai
usaha merespons tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi
pembelajaran.Seperti menutup mulut dengan jari telunjuk,
melambaikan tangan dll.
b. Belajar Stimulus – Respons (Stimulus Respons Learning)
10
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. I, hlm. 11
11
Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara
sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi
dalam situasi pembelajaran, misalnya mencium bau masakan sedap,
keluar air liur.
c. Belajar Rangkaian (Chaining)
Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun
hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respon
yang berkaitan dengan stimulus tersebut. Hal ini terjadi dalam
rangkaian motorik ; seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan,
minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.
d. Asosiasi Verbal (Verbal Association)
Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan
respons dengan stimulus yang disampaikan secara lisan. Seperti
suatu kalimat “unsur itu berbangun limas”
e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian.
Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, bintang, atau tumbuhtumbuhan.
f. Belajar Konsep (Concept Learning)
Tipe ini belajar menggunakan konsep. Konsep diperoleh dari
membuat tafsiran terhadap fakta dan realita.Dengan konsep dapat
digolongkan binatang bertulang belakang, menurut ciri-ciri khusus
(Kelas), seperti kelas mamalia, reptilian, amphibian, burung, dan
ikan.
g. Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran
disekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam
segitiga sama dengan 180 derajat.
h. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)
Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik menghadapi
persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik
memiliki kemampuan atau kecakapan dalam pemecahan masalah. 11
Dari penjelasan tipe-tipe di atas maka pembelajaran IPS termasuk
dalam tipe belajar konsep (Concept Learning) karena pelajaran IPS
mempelajari konsep-konsep tentang fakta atau realita yang ada di dalam
masyarakat.
11
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), hlm.
40-42
12
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
1) Faktor Internal
a.
Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam
keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan
membantu dalam proses dan hasil belajar. Bahkan dikatakan
oleh Aminuddin Rasyad pancaindera merupakan pintu gerbang
ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate of knowledge).
Artinya, kondisi panca indera tersebut akan memberikan
pengaruh pada proses dan hasil belajar.12
b.
Faktor Psikologis
Kondisi psikologis setiap manusia atau anak didik berbedabeda, terutama dalam hal kadar bukan dalam jenis, tentunya
perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis
yang dapat diuraikan di antaranya meliputi intelegensi,
perhatian, minat, dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan
daya nalar.
2) Faktor Eksternal
a.
Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam
dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam
misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan
sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia
maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar.
12
26.
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada), h.
13
b.
Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainnya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan.
e. Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris”.13
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley
membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima
kategori hasil belajar, yakni (a) kemamuan intelektual, (b) strategi
kognitif, (c) informasi verbal, (d) keterampilan motorik, (e) sikap
dann nilai.14
Menurut Abdurrahman, “Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. 15
Sudjana berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
kerjanya”.16
13
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 22
14
Iif Khoiri Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2011), h. 39.
15
Asep Jihad-Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Multi Press), h. 14
16
Ibid
14
Hamalik menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.17
Winkel menyatakan “bahwa, hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. 18
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari
ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang
menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
dilakukannya. Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam
yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diketahui,
diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar baik karena ada
guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan
lingkungannya untuk belajar. Dalam dunia pendidikan hasil belajar
digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Hasil belajar terlihat dari perubahan
tingkah laku maupun kemampuan kognitifnya.
Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi
atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan
informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan konsep, sikap
maupun keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan balik yang
sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa.
17
Ahmad Jamalong, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) Di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau, Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan 2012, Vol. 18, h. 398.
18
Purwanto, Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
(Kajian Literatur), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan
Deparrtemen Pendidikan Nasional, 2007, h. 1028.
15
2. Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching )
a. Pengertian model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
Joyce dan Weil berpendapat bahwa “ Model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain”.19
Arends menyatakan, “The term teaching model refrs to a particular
approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and
management system”.20 Atau dalam bahasa Indonesianya istilah model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk
tujuannya,
sintaksnya,
lingkungannya,
dan
sistem
pengelolaannya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model-model
pembelajaran adalah suatu rencana yang disiapkan guru untuk melakukan
sebuah pembelajaran agar tercapainya suatu pembelajaran. dan dengan
adanya model pembelajaran ini diharapkan agar bisa mengurangi rasa
kejenuhan siswa didalam kegiatan belajar mengajar.
Contoh
model-model
pembelajaran
sangat
beragam
sekali
diantaranya seperti (1) model pembelajaran kontekstual; (2) model
pembelajaran kooperatif; (3) model pembelajaran kuantum; (4) model
pembelajaran terpadu; (5) model pembelajaran berbasis masalah. Modelmodel pembelajaran tersebut tentunya mempunyai kelemahan dan
kelebihan masing-masing untuk itu guru harus memilih model
pembelajaran yang tepat sesuai agar tercapainya suatu pembelajaran yang
efektif. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus
memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pembelajaran,
19
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 133
20
Trianto, Mendesain Model Pembelajaraninovatif-Progresif (Konsep, Landasan Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)), (Jakarta: Kencana, 2010),
cet. 4, hal 22
16
tingkat pengembangan kognitif siswa, sarana atau fasilitas yang tersedia
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari model-model pembelajaran yang telah disebutkan di atas, peneliti
menggunakan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Reciprocal Teaching yang pertama dikembangkan oleh Anne Marrie
Polinscar dan Anne Brown merupakan suatu model pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik.21
Reciprocal teaching yaitu model pengajaran kelompok kecil yang
didasarkan pada prinsip perumusan pertanyaan melalui pengajaran dan
pemberian contoh, guru menumbuhkan kemampuan metakognisi
terutama untuk meningkatkan kinerja baca siswa yang mempunyai
pemahaman buruk.22
Reciprocal teaching adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berupa
dialog antar pelajar atau guru dengan pembelajaran atau siswa mengenai
suatu bacaan.23
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menuntut guru menjadi
model dan pembantu siswa. Guru mengajarkan keterampilan kognitif
yang penting pada peserta didik dengan cara menciptakan pengalamanpengalaman belajar. Guru menciptakan tingkah laku tertentu kemudian
mambantu siswa untuk membangun keterampilan-keterampilan itu
sendiri dengan memberikan rangsangan, dukungan dan sistem yang
mendukung.24
Berdasarkan definisi diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) siswa diajarkan
empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu
21
Ardha Arief, Model Pembelajaran Reciprokal, (Diterbitkan pada 28 Mei 2013), dari
http://ardhaphys.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-resiprokal.html
22
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik), (Jakarta: Indeks, 2011), cet.1
h.14
23
Marthayunanda, Sekilas Tentang Reciprocal Teaching, (Dirterbitkan pada 29 Oktober 2010),
dari
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2067798-sekilas-tentang-reciprocalteaching/.
24
Ria Sardiyanti, Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Daarul
Hikmah Pamulang), FITK UIN Jakarta, 2010 h. 17
17
merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi
lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami. Model
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yaitu model pembelajaran
yang menekankan pada pemahaman mandiri siswa, siswa diminta oleh
guru untuk mambaca teks bacaan materi, kemudian siswa segera
ditetapkan seolah-olah menjadi guru untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada siswa yang lain sehingga dapat meningkatkan
penguasaan materi pembelajaran. Sedangkan guru mula-mula menjadi
model dalam penerapan model pembelajaran reciprocal teaching
selanjutnya guru menjadi scaffolding.
b. Tahapan kegiatan pengajaran Reciprocal Teaching
1.
Prosedur Awal
Prosedur awal pengajaran Reciprocal Teaching adalah guru
memperagakan semua langkah pembelajaran Reciprocal Teaching,
lalu membagi kelompok siswa sebanyak 5 orang atau kelipatannya
dalam satu kelompok. Siswa diminta melakukan langkah-langkah
Reciprocal bersama-sama dalam kelompoknya.
Langkah-langkah dalam pembelajaran Reciprocal Teaching
yang digunakan menurut Wellington, adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a) Merangkum materi
b) Membuat pertanyaan
c) Membuat prediksi jawaban
d) Mengklasifikasikan hal-hal yang sulit
Guru kelas melakukan scaffolding, di antaranya bertindak
sebagai anggota kelompok membantu siswa-siswa yang mengalami
kesulitan pada langkah-langkah tertentu. Pendekatan dialogis antara
guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa perlu ditekankan.
Guru dituntut memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan
peka terhadap siswanya saat menjalani proses pembelajaran
18
Reciprocal. Misalnya pada saat berlangsungnya pembelajaran
Reciprocal ada saja siswa yang memiliki kecendrungan diam, maka
guru harus memiliki teknik Scaffolding untuk membangkitkan
keaktifan
siswa,
diantaranya
dengan
cara
mengarahkan,
memberitahu dan menyakinkan siswa peserta tersebut untuk turut
aktif dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu takut untuk
mengungkapkan pendapatnya.
Scaffolding merupakan pemberian bantuan kepada anak selama
tahap-tahap awal perkembangan dan mengurangi bantuan tersebut
dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah anak melakukannya.25
Dapat disimpulkan bahwa scaffolding adalah pemberian bantuan
kepada anak pada tahap pembelajaran berupa arahan, petunjuk,
peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkahlangkah pemecahan, member contoh atau bantuan yang lain yang
memungkinkan siswa tumbuh mandiri, yang diberikan guru sehingga
pembelajaran dapat lebih terarah dengan baik dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Adapun langkah-langkah teknik scaffolding menurut Applebee
dan Langer dalam Priyatni, mengidentifikasi ada lima langkah dalam
pembelajaran dengan menerapkan teknik scaffolding, yaitu:
1.
Intentionality yaitu mengelompokkan bagian yang kompleks
yang hendak dikuasai siswa menjadi beberapa bagian yang
spesifik dan jelas. Bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan
untuk mencapai kompetensi secara utuh.
2.
Appropriateness yaitu memfokuskan pemberian bantuan pada
aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa secara maksimal.
3.
Structure yaitu pemberian model agar siswa dapat belajar dari
model yang ditampilkan.
25
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet.1, h.27
19
4.
Collaboration yaitu guru memberikan respons/balikan terhadap
tugas yang dikerjakan siswa. Peran guru di sini bukan sebagai
evaluator, tetapi sebagai kolaborator.
5.
Internalization yaitu pemantapan pemilikan pengetahuan yang
dimiliki siswa agar benar-benar dikuasainya dengan baik. 26
2.
Prosedur Harian
Dalam tahap kelanjutan pelaksanaannya. Pengajaran terbalik
melalui prosedur harian sebagai berikut :
a.
Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan.
b.
Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai
guru (model).
c.
Siswa diminta membaca dalam hati begian teks yang ditetapkan.
Untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraf.
d.
Guru memperagakan empat keterampilan setelah semua siswa
selesai membaca.
e.
Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran
yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.
f.
Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan/ paragraf
berikutnya, dan pilih satu siswa yang akan berperan sebagai
“guru-siswa”.
g.
Siswa
dilatih/
diarahkan
berperan
sebagai
“guru-siswa”
sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan
serta dalam dialog, namun selalu member “guru-siswa” itu
untuk kesempatan memimpin dialog. Memberikan banyak
umpan balik dan pujian kepada “guru-siswa” untuk peran
sertanya.
h.
Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran
dalam dialog, sehingga “guru-siswa” dan siswa lain itu
berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru
26
Endah Tri Priyatni, dalam http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/PeningkatanKompetensi-Menulis-Paragraf-dengan-Teknik-Scaffolding-Endah-Tri-Priyatni.pdf
20
selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada
dalam jalur dan membantu mengatasi kesulitan. 27
c. Kelebihan dan Kelemahan Reciprocal Teaching
Kelebihan reciprocal teaching antara lain :
Abdul Azis mengungkapkan bahwa kelebihan reciprocal teaching
antara lain :
a. Mengembangkan kreativitas siswa.
b. Memupuk kerjasama antara siswa.
c. Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan
mengembangkan sikap.
d. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
e. Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas.
f. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil
kesimpulan dalam waktu singkat.
g. Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan
merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran
terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan.
h. Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi
waktu yang terbatas. 28
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terbalik (reciprocal
Teaching) memiliki kelebihan didalam proses kegiatan belajar mengajar
yaitu saling bekerjasama antara siswa sehingga siswa bisa saling tukar
pendapat dalam proses belajar mengajar serta dapat mengungkapkan
pendapatnya di depan kelas.
Kelemahan reciprocal teaching antara lain:
a. Adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai
guru menyebabkan tujuan tak tercapai.
27
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka , 2007), cet. 1, h. 96
28
Bungs Education, Metode Pembelajaran, (Diterbitkan pada 16 Juli 2012), diakses pada 18
November 2013 pada http://wbungs.blogspot.com
21
b. Pendengar (siswa yang tak berperan) sering mentertawakan
tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana.
c. Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya
memperhatikan aktifitas siswa yang berperan sebagai guru
membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.29
Dari
kelemahan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran terbalik (reciprocal Teaching) memiliki kelemahan yaitu
siswa selalu mentertawakan temannya ketika temannya (siswa yang
berperan sebagai guru) menjelaskan di depan kelas.
e. Prinsip Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
Pembelajaran terbalik adalah suatu pendekatan konstruktivistik yang
berdasarkan
pada
pembuatan/pengajuan
pertanyaan.
Dengan
pembelajaran terbalik dapat menciptakan pengalaman belajar yang
membantu siswa mengembangkan keterampilan kognitif.
Adapun prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) dalam pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai
berikut:
1. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. Artinya,
bantuan
prinsip-prinsip
pedagogik
yang
kontruktivis
dengan
yaitu
relevasinya tidak harus berkaitan dengan kehidupan atau keberadaan
siswa terdahulu tetapi siswa harus memiliki minat terhadap subjek
tertentu sehingga memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subjek tertentu. Modal yang besar terhadap sesuatu merupakan modal
besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang
diminati.
2. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya
sebuah
pertanyaan. Artinya, guru konstruktivistik mengorganisasi informasi
seputar
29
Ibid
problematika
konsep,
pertanyaan,
dan
situasi
yang
22
mempunyai ciri-ciri tertentu. Karena siswa merasa disibukan dengan
ide-ide atau problem yang dipresentasikan secara sulit/tidak mengerti.
3. Mencari dan menilai pendapat siswa. Artinya, dalam proses belajar
mengajar
karakteristik
siswa
dapat
diperhitungkan
karena
mempengaruhi jalannya proses dan hasil pembelaan siswa yang
bersangkutan. Maksudnya yaitu siswa akan memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya
dan perspektif yang dipakai dalam menggiatkan prestasinya.
Pemahaman dan karakteristik siswa ini sangat membantu dalam
mencari dan menilai pendapat siswa.
4. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Artinya
belajar menjadi lebih baik jika tuntutan kognitif, sosial dan
emosionaldari kurikulum dapat dicapai oleh para siswa.
5. Menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran. Artinya, guru
harus mampu memberikan pertanyaan yang luas agar siswa dapat
mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki tanpa harus terfokus
terhadap satu jawaban saja. Guru harus mempunyai kemampuan
kepribadian
dan
keterampilan
kemasyarakatan
dalam
proses
pembelajaran (profesional). Guru perlu berupaya untuk meningkatkan
kemampuan-kemampuan pembelajaran siswa. 30
3. Pembelajaran IPS
a. Pengertian IPS
“Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin
ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau
psikologis untuk tujuan pendidikan”.31
30
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Prenada Media, 2009), hlm.
146-154
31
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009) cet. 1, h. 11.
23
Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan Sosial yaitu: Merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/Mts/SMPLB
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
yang berkaitan dengan isu sosial dan terdiri dari materi geografi,
sejarah, sosiologi dan ekonomi sehingga siswa menjadi
warganegara Indonesia yang demokrasi dan bertanggungjawab,
serta menjadi warga dunia yang cinta damai.32
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran
yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan
menengah.
Dimana
sasaran
utamanya
adalah
pengembangan teritis, seperti yang menjadi penekanan pada socian
science. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS
adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang
bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, serta mata
pelajaran ilmu sosial yang lainnya.
Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, IPS berkenaan
dengan cara manusia, memenuhi kebutuhan kebudayaan-kebudayaan
jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi,
mengatur kesejahteraan, pemerintah dan sebagainya. Sehingga dapat
dikatakan yang menjadi ruang lingkup IPS adalah manusia pada
konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya
maka dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus
melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada
tingkat masing-masing. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar
melainkan lebih jauh keutuhannya sendiri dan sesuai kebutuhan dan
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus pula
menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat.
32
(Depdiknas, 2007), h.18
24
b. Karakteristik IPS
Mata pelajaran IPS memiliki karakteristik yang berbeda dengan
disiplin ilmu-ilmu yang lainnya, biasanya disiplin ilmu lain bersifat
motorik. Adapun karakteristik mata pelajaran IPS menurut Trianto
antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan
agama.
2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari
struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi,
yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok
bahasan atau topic (tema) tertentu.
3. Standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
IPS
juga
menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan
pendekatan interdidipliner dan multidisipliner.
4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip
sebab
akibat,
kewilayahan,
adaptasi
dan
pengelolaan
lingkungan struktur, proses dan masalah sosial upaya-upaya
perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan,
kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan. 33
c. Disiplin Ilmu-ilmu Sosial
Setidaknya ada beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial yang lama
berkembang antara lain :
1.
Antropologi, mempelajari tentang budaya manusia yang dimulai
dari kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum
lahirnya sejarah) sampai kebudayaan pada zaman modern saat ini.
33
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007), Cet. I, hlm.126
25
2.
Ilmu ekonomi, adalah suatu studi tentang bagaimana langkanya
sumber-sumber
dimanfaatkan
untuk
memenuhi
keinginan-
keinginan manusia yang tidak terbatas.
3.
Geografi, mempelajari permukaan bumi dan pengaruhnya oleh
lingkungan fisik. Geografi dibagi : geografi fisik dan geografi
budaya.
4.
Sejarah, adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau,
aspek kegiatan manusia dimasa lampau meliputi : politik, hukum,
militer, sosial, keagamaan, kreatifitas, keilmuan, dan intelektual.
5.
Ilmu politik, mempelajari kebijakan umum dengan bahasan
perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia didalam
masyarakat.
6.
Psikologis, mempelajari perilaku individu-individu dan kelompokkelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk
meliputi semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia.
7.
Sosiologi, mempelajari perilaku manusia dalam kelompokkelompok. Perhatian utamanya adalah hubungan sosial manusia
perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan
dan fungsi dari kelompok dan institusi.34
Dalam penelitian ini peneliti mengambil disiplin ilmu sosial
Ekonomi, dengan materi pelaku ekonomi pada mata pelajaran IPS di
SMP Islam Parung kelas VIII-5
B. Hasil Penelitian yang relevan
1. Penelitian Aini Nur Rahma yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi Eksperimen di SMPN 3
Tangerang Selatan)” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dari penggunaan model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar siswa
34
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)
cet.1, h. 32
26
pada konsep keanekaragaman hayati. Analisis data menggunakan uji-t,
data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas diperoleh nilai t
hitung sebesar 5,452, sedangkan t tabel dengan taraf signifikan 5% dan
derajat kebebasan (dk) = 78 sebesar 1,99. Sehingga hipotesis alternatif
(Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan
kooperatif model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar siswa.35
2. Penelitian Siti Hajar yang berjudul “Pengaruh Strategi Reciprocal
Teaching Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (penelitian
Eksperimen di MTs Darul Himmah Bojong Sari Depok)” penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah skor motivasi belajar matematika
siswa yang menggunakan Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching
lebih tinggi daripada Strategi Pembelajaran Konvensional. Teknik analisa
dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors untuk menguji normalitas
data populasi, uji fisher untuk menguji homogenitas data populasi dan ujit untuk menguji hipotesis. Data hasil perhitungan perolehan thitung = 4,73
dan dengan menggunakan interpolasi dari tabel distribusi t karena
digunakan uji dua pihak maka kriteria pengujian adalah terima Ho jika –
ttabel < thitung < ttabel dan tolak Ho dalam harga lain, sehingga skor motivasi
belajar matematika siswa menggunakan Strategi Pembelajaran Reciprocal
Teaching lebih tinggi daripada Strategi Pembelajaran Konvensional.36
3. Penelitian Ria Sardiyanti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Siswa” penelitian ini mengungkapkam bahwa penerapan
model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningktakan
aktivitas belajar matematika siswa, memberikan respon positif terhadap
35
Aini Nur Rahma, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi Eksperimen di SMPN 3
Tangerang Selatan), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA, Prodi Pendidikan Biologi, FITK UIN
Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak dipublikasikan
36
Siti Hajar, Pengaruh Strategi Reciprocal Teaching Terhadap Motivasi Belajar Matematika
Siswa (penelitian Eksperimen di Mts Darul Himmah Bojong Sari Depok), Skripsi S1 Jurusan
Pendidikan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak
dipublikasikan
27
pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar matematika
siswa. 37
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti semakin yakin
untuk melakukan penelitian ini. Ada beberapa perbedaan antara penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Dari segi tempat,
subjek dan objek penelitian pun sangat berbeda. Peneliti melakukan
penelitian di SMP Islam Parung kelas VIII-5. Variabel yang ada pun berbeda
walaupun sama-sama meneliti hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi
tahu. Dan dari tidak bisa menjadi bisa. Belajar akan dikatakan berhasil
apabila seseorang mampu mengulangi kembali materi-materi yang telah
dipelajarinya, serta mampu menyampaikan dan mengekspresikannya dalam
bahasa sendiri. Secara psikologis, bahwa orang belajar ada kaitannya dengan
kematangan baik jasmaniah maupun rohaniahnya. Perubahan tersebut dilihat
melalui hasil belajar.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diketahui, diperoleh atau didapat setelah
melalui proses belajar baik karena ada guru yang mengajar ataupun siswa
sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar. Dalam dunia
pendidikan hasil belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan
balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hasil belajar terlihat dari
perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitifnya.
Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi atau
penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi
tentang siswa, baik kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun
37
Ria Sardiyanti, Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Daarul
Hikmah Pamulang), Skripsi SI Jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2010,
Tidak dipublikasikan
28
keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan balik yang sangat diperlukan
dalam menentukan strategi belajar siswa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
adalah dengan penerapan model-model pembelajaran yang mengacu pada
proses pembelajaran berpusat pada siswa. Model-model pembelajaran
sangat beragam, dengan pemanfaatan model pembelajaran diharapkan
mampu mengurangi kejenuhan siswa didalam proses belajar mengajar.
Untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat
mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran yang aktif
Model pembelajaran kooperatif model Reciprocal Teaching merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam strategi yang memberikan
kesempatan siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya,
melakukan
pertanyaan
langkah-langkah
atau
berupa
menjelaskan
pemecahan
konsep
yang
masalah,
menyusun
dipelajarinya
dan
memprediksikannya. Model Reciprocal Teaching ini diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Selanjutnya
model pembelajaran reciprocal teaching mengutamakan peran aktif siswa
dalam meningkatkan mutu belajar dan hasil belajar
Model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan salah
satu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Karena model pembelajaran ini menuntut guru menjadi model dan pembantu
siswa, guru mengajarkan keterampilan-keterampilan kognitif yang penting
kepada peserta didik dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman
belajar. Guru mencontohkan tingkah laku tertentu kemudian siswa
membangun keterampilan-keterampilannya sendiri. Jadi, pembelajaran
dengan metode Reciprocal Teaching diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung pada mata pelajaran IPS.
Sehingga, model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Islam Parung pada
mata pelajaran IPS.
29
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII-5 SMP Islam
Parung.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Parung berlokasi di Jln. Raya
Parung No. 648, Kota Bogor 16330 Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII-5
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada bulan November 2013.
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Penelitian tindakan
kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat tahapan sebagai berikut:
1.
Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rancangan perencanaan pembelajran
(RPP) dan instrument penelitian. Instrument penelitian yang digunakan
adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan kisi-kisi instrumen.
30
31
2. Tindakan (Acting)
Pada tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching sesuai
dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini, dilakukan kolaborasi dengan guru kolaborator untuk mengisi
lembar observasi.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, data-data pada saat pengamatan dikumpulkan dan
dianalisis
secara
menyeluruh,
kemudian
dilakukan
evaluasi
guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses
refleksi maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus tersebut.
Gambar 3.1
Diagram Desain Intervesi Tindakan Kelas 1
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
1
Husaini Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),
Cet.2 , h.152
32
C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung
yang berjumlah 28 orang. Satu orang observer terlibat dalam penelitian ini yaitu
guru IPS kelas VIII-5 sebagai pengamat jalannya penelitian
Pada saat pelaksanaan tindakan guru IPS kelas membantu peneliti
mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru IPS juga
melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan
tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran
yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk
mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan
berikutnya.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam penelitian
Pada penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan
proses pembelajaran yaitu mengajarkan materi kebutuhan. Peneliti juga membuat
dan merancang rencana kegiatan pembelajaran dan mengevalusi jalannya
kegiatan belajar mengajar (KBM)
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukan penelitian atau
penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama yang
berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan evaluasi serta analisis refleksi. Setelah dilakukan analisis dan refleksi pada
tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang
diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada
tindakan III, dan seterusnya.
Prosedur utama dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
33
1. Perencanaan Tindakan
Dalam merencanakan tindakan, peneliti dan guru mata pelajaran
berkomunikasi dalam rancangannya. Adapun yang hendak dirancang serta
bersama adalah perangkat pembelajaran meliputi :
a.
Skenario pembelajaran dalam bentuk RPP.
b.
Instrument penilaian/evaluasi.
c.
Instrument observasi tindakan.
d.
Membuat media/alat pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukkan minimal dalam dua siklus kegiatan. Masing-masing
siklus terdiri dari 2 x tatap muka, dapat diuraikan sebagai berikut :
Siklus I
Pertemuan I
a.
Guru
mengelola
dan
mengorganisir
kelas
persiapan
proses
pembelajaran.
b.
Guru mengabsensi kesiapan belajar siswa.
c.
Guru menanyakan kesiapan belajar murid.
d.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai kompetensi yang
diajarkan.
e.
Melakukan tes awal (pretes), tujuan untuk mengukur seberapa jauh
siswa memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari.
f.
Guru mencontohkan pembelajaran Reciprocal Teaching, sehingga murid
memahami apa yang harus dilakukan sebelum dan setelah proses belajar
berakhir.
g.
Guru memberikan kesempatan kesempatan murid untuk mengajukan
pertanyaan jika ada hal-hal yang belum dipahami
h.
Guru memberikan umpan balik kepada murid.
i.
Guru memberikan penguatan kepada murid.
34
j.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar, setiap
kelompok
diharuskan
mendiskusikan,
merangkum,
membuat
pertanyaan, dan berperan sebagai guru selama kegiatan membaca dalam
kelompok atau dengan kata lain berdiskusi untuk mencari pemecahan
soal dalam LKS.
k.
Guru melakukan Scaffolding, bertindak sebagai anggota kelompok
membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah
tertentu
l.
Guru menjelaskan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching
akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
m. Guru menutup pelajaran.
Pertemuan II
a.
Guru
mengelola
dan
mengorganisir
kelas
persiapan
proses
pembelajaran, dan mempersiapkan perangkat pembelajaran
b.
Guru mengabsensi kesiapan belajar siswa.
c.
Guru menanyakan kesiapan belajar murid.
d.
Guru melakukan apersepsi meteri pelajaran
e.
Guru mempersiapkan murid untuk melaksanakan Reciprocal Teaching
n.
Murid melaksanakan kegiatan Reciprocal Teaching. Guru melakukan
Scaffolding, bertindak sebagai anggota kelompok membantu siswasiswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu.
o.
Setelah melaksanakan diskusi kelompok, guru meminta kelompok siswa
untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.
f.
Selama kegiatan berjalan, penelitian melakukan observasi aktivitas
belajar murid dalam sebuah lembar penilaian observasi yang telah
disiapkan.
35
g.
Melakukan tes akhir atau post-tes diakhir siklus, tujuannya adalah untuk
mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti
yang di rumuskan indikator hasil belajar.
Siklus II
Pertemuan I
a.
Guru
mengelola
dan
mengorganisir
kelas
persiapan
proses
pembelajaran.
b.
Guru mengabsen.
c.
Guru menanyakan kesiapan belajar murid.
d.
Guru memberikan sebuah ice breaking sebelum memulai pelajaran
e.
Melakukan tes awal (pretes), tujuan untuk mengukur seberapa jauh
siswa memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari.
f.
Guru memberikan kesempatan kesempatan murid untuk mengajukan
pertanyaan jika ada hal-hal yang belum dipahami
g.
Guru memberikan umpan balik kepada murid.
h.
Guru memberikan penguatan kepada murid.
i.
Guru mempersiapkan murid untuk melakukan pelaksanaan Reciprocal
Teaching
j.
Murid melaksanakan Reciprocal Teaching Guru melakukan Scaffolding,
bertindak sebagai anggota kelompok membantu siwa-siswa yang
mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu.
k.
Setelah melaksanakan diskusi kelompok, guru meminta kelompok siswa
untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.
l.
Selama kegiatan berjalan, penelitian melakukan observasi aktivitas
belajar murid.
m. Guru memberikan sebuah reward kepada kelompok yang percaya diri
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.
36
n.
Guru merangkum materi pembelajaran
o.
Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada murid diakhir
pembelajaran.
p.
Guru menutup pelajaran.
Pertemuan II
a.
Guru
mengelola
dan
mengorganisir
kelas
persiapan
proses
pembelajaran.
b.
Guru mengabsensi kesiapan belajar siswa.
c.
Guru menanyakan kesiapan belajar murid.
d.
Guru memberikan sebuah ice breaking sebelum memulai pelajaran
e.
Murid melaksanakan Reciprocal Teaching
f.
Setelah melaksanakan diskusi kelompok, guru meminta kelompok siswa
untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.
g.
Peneliti mengisi lembar observasi selama kegiatan Reciprocal Teaching
berjalan.
h.
Guru memberikan sebuah reward kepada kelompok yang percaya diri
mempresentasikan hasil kelompok di depsn kelas.
i.
Guru merangkum materi pembelajaran.
j.
Melakukan tes akhir atau postes di akhir siklus, tujuannya adalah untuk
mengukur siswa apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu
seperti yang di rumuskan indikator hasil belajar.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berjalan.
4. Refleksi
Guru menganalisis proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan
sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching, dalam hal
ini meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Refleksi yang
37
dilakukan pada siklus I menjadi acuan untuk melaksanakan tindakan pada
siklus II. Hanya saja, pada siklus dua tindakan yang dilakukan merupakan
revisi atau tindakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa
dapat lebih mamahami pelajaran IPS secara maksimal, dalam hal ini
pembelajaran Reciprocal Teaching berhasil meningkatkan kompetensi belajar
IPS itu sendiri.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah
hasil belajar siswa meningkat setelah proses pembelajaran dengan model
pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Adapun ketuntasan belajar yang
diharapkan mencapai 100% dengan KKM 77.
G. Data dan Sumber Data
1. Data kualitatif
: Observasi dan wawancara
2. Data kuantitatif : nilai tes siswa (pretes dan postes)
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran setiap siklus berupa observasi dan
hasil
wawancara.
Sedangkan
teknik
analisis
data
kuantitatif
dengan
menggunakan hasil tes setiap siklus dilihat dari N-Gain. Siklus akan berhenti jika
indikator keberhasilan tercapai.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri
atas dua jenis, yaitu :
1. Instrumen Tes
38
Tes ini berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal (pretes)
adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada
peserta didik, karena itu pertanyaan yang tercantum dalam pokok soal dibuat
yang mudah. Sedangkan tes akhir (postes) adalah bahan-bahan pelajaran
yang penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik dan biasanya naskah
teks akhir ini dibuat sama dengan naskah teks awal.
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non tes ini yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Lembar Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk
memberikan gambaran seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai.
Lembar observasi terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi
siswa. Lembar observasi guru untuk mengetahui proses selama
pengajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Sedangkan
lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui interaksi siswa
dengan guru selama proses belajar mengajar.
b. Lembar Wawancara Untuk Siswa
Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
siswa serta mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan
pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi dikelas. Wawancara
tindakan dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran Reciprocal Teaching.
I.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes
sebagai instrumen penelitian. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Jadi tes ini diberikan setelah
siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal yang diteskan dalam hal ini
39
menggunakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Reciprocal Teaching.
1.
Sebelum memulai proses belajar mengajar guru sekaligus peneliti
melakukan tes kemampuan awal (pretes) siswa mengenai pokok bahasan
yang akan dipelajari.
2.
Guru memberikan tes akhir (postes) kepada siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dengan pembelajaran dengan menggunakan metode
Reciprocal Teaching
3.
Guru sekaligus peneliti menilai hasil tes, kemudian dimasukan kedalam
blanko untuk selanjutnya dilakukan analisis data dan mempersiapkan
laporan penelitian.
4.
Observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
5.
Wawancara pendapat siswa tentang pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Reciprocal Teaching.
J.
Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trustworthiness) Studi
Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang terkumpul dan
dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validas data yang diperolehnya. Tes uji coba tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument tersebut dapat memenuhi
syarat validitas dan reliabilitas atau tidak.
1. Uji validitas
Validitas suatu instrumen evalusi, tidak lain adalah derajat yang
menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang menunjukkan di mana
suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.2
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes
melakukan fungsi ukurnya. Tes hanya dapat melakukan fungsinya
2
Sukardi, Evaluasi Pendidikan (prinsip dan operasionalnya), (Jakarta: Bumi aksara,2009), h. 31
40
dengan cermat kalau ada “sesuatu” yang diukurnya. Jadi, untuk
dikatakan valid, tes harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan
cermat. Penekanan definisi tersebut terletak pada seberapa cermat suatu
alat ukur melakukan fungsi ukurnya, sehingga memberikan hasil ukur
sesuai dengan hendak diukur.3
Keterangan :
rpbis
= Koefisien korelasi biserial
Mp
= Rerata skor pada subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt
= Mean Skor total yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SDt
= Standar Devisiasi dari skor total
p
= Proporsi peserta tes yang menjawab betul
q
= proporsi peserta tes yang menjawab salah
r>r tabel maka butir soal tersebut valid
r<r maka butir soal tersebut tidak valid
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan program ANATES.
Instrumen yang digunakan untuk menguji hasil belajar IPS Terpadu siswa
pada masing-masing siklus yaitu siklus I berjumlah 14 soal, yang berasal
dari 25 soal dan siklus II berjumlah 14 soal dari 25 soal, yang diujikan
terlebih dahulu melalui validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran
menggunakan program ANATES. Proses pengambilan data hasil belajar IPS
Terpadu pada masing-masing instrumen melalui pretes dan postes yang
diambil setelah dua kali pertemuan dalam tiap siklus.
3
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar (Bandung : CV Wacana Prima, 2009) h. 132
41
Peneliti menguji cobakan soal yang telah dibuat pada kelas yang telah
mempelajari materi yang akan diajarkan oleh peneliti pada saat penelitian,
pada soal pretes, postes siklus I dan postes siklus II didapatkan soal yang
valid sebanyak 29 soal yakni soal No. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 17, 19,
20, 21, 22, 24, 28, 30, 31, 35, 38, 41, 42, 44, 46, 47, 48, 49, 50 dan
didapatkan soal yang tidak valid 21 soal yakni soal No. 9, 13, 14, 15, 18, 23,
25, 26, 27, 29, 32, 33, 34, 36, 37, 39, 40, 43, 45.
Tabel 3.2
Rekapan Hasil Uji Validitas Soal Siklus I Dan Siklus II
No.
Indikator
Butir Soal Yang Valid
1.
Menjelaskan Pengertian Pelaku
Ekonomi
Mengidentifikasi pelakupelaku kegiatan ekonomi
Menjelaskan pengertian rumah
tangga keluarga sebagai pelaku
ekonomi
Mengidentifikasi peranan
rumah tangga keluarga sebagai
pelaku ekonomi
Menjelaskan pengertian
perusahaan sebagai pelaku
ekonomi
Mengidentifikasi peranan
perusahaan sebagai pelaku
ekonomi
Menjelaskan
pengertian
pemerintah sebagai pelaku
ekonomi
Mengidentifikasikan peranan
pemerintah sebagai pelaku
ekonomi
Mengidentifikasikan
masyarakat luar negeri sebagai
1
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
Butir Soal Yang
Tidak Valid
2, 3, 12, 46
9
6, 30
14, 15
11
23, 45
7, 31, 42, 50
8, 44, 49
32, 33, 37, 43
17
4, 19, 35, 41, 48
13, 18, 34, 36, 40
20, 22
21
42
10.
11.
12.
13.
14.
pelaku ekonomi
Mendeskripsikan
koperasi
sebagai pelaku ekonomi
Menjelaskan
pengertian
pemerintah sebagai pelaku
ekonomi
Mengidentifikasikan peranan
pemerintah sebagai pelaku
ekonomi
Mengidentifikasikan
masyarakat luar negeri sebagai
pelaku ekonomi
Mendeskripsikan
koperasi
sebagai pelaku ekonomi
Jumlah
10, 24, 28, 38, 44, 47
25, 26, 27, 29, 39,
17
4, 19, 34, 35, 41, 48
13, 18, 34, 36, 40
20, 21, 22
10, 24, 28, 38, 44, 47
25, 26, 27, 29, 39,
29
21
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang
dinilainya. Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang
disusun dapat memberikan hasil yang tepat atau tidak. Hal ini berarti apabila
soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu tertentu, maka
hasil akan tetap sama. Instrumen disebut reliabil mengandung arti bahwa
instrument tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa
dipercaya.4
- ∑
Keterangan :
4
r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
n
= jumlah butir soal dalam perangkat tes
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. II,
h. 100
43
s
= standar deviasi skor-skor tes
p
= proporsi subjek yang menjawab item benar
q
= proporsi subjek yang menjawab item salah
pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
Tabel 3.3
Interprestasi tingkat realibilitas instrumen5
Nilai koefisien korelasi
Interprestasi
0,800 – 0,999
Sangat tinggi
0,600 – 0,799
Tinggi
0,400 – 0,599
Sedang
0,200 – 0,399
Rendah
< 0,200
Sangat rendah
Namun dalam penelitian ini perhitungan Reliabilitas menggunakan
program ANATES.
Instrumen tersebut juga diujikan reliabilitasnya berdasarkan perhitungan
ANATES. Reliabilitas soal pada uji validitas adalah 0,75 (Kriteria tinggi).
Hasil di atas menunjukkan pada satu pengertian bahwa instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
yang sudah dapat dipercaya akan menghasilka data yang dapat dipercaya
juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka
berapa kalipun diambil akan tetap sama.
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9,
h.96-97
44
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan suatu proporsi atau perbandingan antara
siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes.
Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 sampai 1,0. Semakin besar indeks
kesukarannya menunjukkan semakin sulit burtir soal.6
=
Keterangan :
P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan Interprestasi Tingkat Kesukaran sebagaimana terdapat dalam
Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.4
Interprestasi Tingkat Kesukaran
6
Tingkat Kesukaran (TK)
Interprestasi atau Penafsiran TK
TK < 0,30
Sukar
0,30 ≤ TK ≤ 0,70
Sedang
TK > 0,70
Mudah
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakart : PT Bumi Aksara, 2010), Cet. II,
h. 208
45
0,70 ≤ TK ≤ 1
Namun
dalam
Sangat Mudah
penelitian
ini
perhitungan
Tingkat
Kesukaran
menggunakan program ANATES. Tingkat kesukaran dalam penelitian ini
terdapat dari 50 soal yang diuji cobakan terdapat 2 soal sukar, 31 soal
sedang, 15 soal mudah, dan 2 soal sangat mudah.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). 7
Rumus yang digunakan: 8
=
−
=
−
Keterangan:
J
JA
JB
BA
BB
=
=
= Jumlah peserta tes
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P
sebagai indeks kesukaran)
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan interprestasi DP sebagaimana terdapat dalam Tabel 3.4 Berikut :
7
8
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. 6, h.183
Ibid., h.186.
46
Tabel 3.5
Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP)
Daya Pembeda (DP)
Interprestasi atau penafsiran DP
DP ≥ 0,70
Baik sekali
0,40 ≤ DP < 0,70
Baik
0,20 ≤ DP < 0,40
Cukup
DP < 0,20
Jelek
Namun dalam penelitian ini perhitungan Daya Pembeda menggunakan
program ANATES. Daya pembeda pada penelitian ini memiliki daya
pembeda cukup baik. Dalam 50 soal yang diujikan terdapat 4 soal dengan
kriteria daya pembeda “Baik Sekali”( butir soal nomer : 1, 7, 8, 17 ), 18 soal
dengan kriteria daya pembeda “Baik” (butir soal nomer : 2, 3, 4, 6, 10, 11,
12, 19, 22, 24, 28, 30, 35, 38, 41, 47, 48, 49), 17 soal dengan kriteria daya
pembeda “Cukup” (butir soal nomer : 5, 13, 14, 16, 20, 21, 25, 26, 32, 33,
36, 39, 40, 42, 44, 46, 50) dan 11 soal dengan kriteria daya pembeda “Jelek”
(butir soal nomer : 9, 15, 18, 23, 27, 29, 31, 34, 37, 43, 45).
K.
Analisis Data Dan Interpensi Hasil Analisis
Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu penelitian
memberi uraian hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang
digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami
bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui
hasil penelitian. Data yang dapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif,
47
lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran, catatan
lapangan, respon siswa terhadap metode pembelajaran Reciprocal Teaching.
Dalam menganalisis hasil data hasil belajar pada aspek kognitif atau
penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus
menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain
menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah
pembelajaran yang dilakukan guru.
Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan Normalized Gain
Dengan Kategori :
=
−
−
G tinggi = nilai (g) > 0,70
G sedang = 0,70 > (g) > 0,3
G rendah = nilai (g) < 0,3
L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan
Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa penelitian yang dilakukan
peneliti merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki tahapantahapan setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi perencanaan, tindakan,
pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan
perbaikan apabila setelah tindakan siklus I selesai dilakukan dan belum terjadi
peningkatan kompetensi belajar siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk
melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai perbaikan pelajaran. Jika
hasil penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan
dianggap penelitian tindakan kelas berhasil dilaksanakan.
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA INTERPRESTASI HASIL ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat SMP Islam Parung
Yayasan pendidikan Islam Parung (YAPIP) yang sekarang menjadi SMP
Islam Parung, didirikan sejak tahun 1956, yang dipelopori oleh tokoh- tokoh
masyarakat Parung yang memiliki dedikasi tinggi terhadap masalah
pendidikan dan mempunyai semangat dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tokoh-tokoh masyarakat tersebut adalah (1) KH.Ahmad Mansyur,
seorang tokoh pejuang dan ulama; (2) H. Muhammad Yatim, seorang tokoh
pejuang dan umara; (3) H. Adung Abdul Muhyi, seorang tokoh pejuang dan
umara; (4) H. Abdul Halim, tokoh masyarakat; (5) H. Abdul Fatah, ulama ahli
qiraat; dan (6) H. Juhri, tokoh masyarakat.
Berdirinya yayasan tersebut bermula dari perkumpulan arisan pengajian
mingguan masyarakat Parung dan sekitarnya.di dalam pengajian tersebut di
himpun dana untuk mendirikan lembaga pendidikan, dan akhirnya dengan
dana tersebut dapat membeli sebidang tanah yang diperuntukkan wakaf,
dengan luas kurang lebih 4.500 m2, terletak dijalan Raya Parung Bogor.
48
49
Tujuan didirikanya yayasan pendidikan Islam Parung (YAPIP) adalah
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia pada umumnya, dan
masyarakat Parung pada khususnya, Karena pada masa itu di Parung belum
ada lembaga pendidikan yang bersifat formal apalagi untuk tingkat lanjutan
pertama.
2. Visi, Misi dan Strategi
a. Visi
“UNGGUL DALAM PRESTASI DENGAN LANDASAN AGAMA DAN
BUDAYA”
Indikator :
1. Unggul dan berprestasi dalam proses pembelajaran
2. Unggul dan berprestasi dalam hasil belajar (akademis)
3. Unggul dan berprestasi dalam kelanjutan pendidikan
4. Unggul dan berprestasi dalam baca tulis al qur’an
5. Unggul dan berprestasi dalam mengimplementasikan nilaia-nilai
budaya dan lingkungan hidup
6. Unggul dan berprestasi dalam pengamalan nilai-nilai agama (imantakwa)
7. Unggul dan berprestasi dalam bidang olahraga, seni dan budaya
8. Unggul dan berprestasi dalam penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahun dan tehnologi (iptek).
b. Misi
1. Membangun dan mengembangkan budaya belajar yang dinamis,
berdisiplin dan bertanggung jawab.
2. Meningkatkan prestasi akademis lulusan untuk dapat melanjutkan
sekolah
50
3. Membentuk peserta didik yang berkarakter, berakhlak mulia dan
berwawasan lingkungan hidup.
4. Meningkatkan prestasi kegiatan ekstrakurikuler.
5. Menumbuhkan semangat keunggulan, keteladanan serta prestasi dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
6. Menumbuhkan semangat dan kesadaran dalam pengamalan nilaia-nilai
keimanan dan ketakwaan.
7. Memberikan pengetahuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
tehnologi.
8. Menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman untuk belajar dan
berkreasi.
9. Memelihara nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, kewirausahaan dan
keterbukaan.
c. Strategi
1. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler
secara terencana, terarah dan terpadu
2. Mengefektipkan penggunaan waktu untuk pembinaan, pendidikan,
pengajaran dan ketrampilan.
3. Menambah, melengkapi, sarana dan prasarana sekolah.
4. Mengupayakan peningkatan kesejahtraan guru dan karyawan.
5. Mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan hidup
3. Data Sekolah
1. Nama sekolah/Madrasah
NIS/NSS
: SMP Islam Parung
: 202020210134
2. Alamat :
Jl /RT/RW
: Jl. Raya Parung-Bogor
Desa
: Parung
51
Kecamatan
: Parung
Kabupaten
: Bogor
Provinsi
: Jawa-Barat
No Telp Sekolah
: (0251) 8611451
3. Nama Yayasan (bagi swasta)
: Yayasan Al Mashuriyah
Alamat Yayasan
: Jl. Raya Parung Bogor No. 648
No. Telp Yayasan
: (0251) 8604046
4. Nama Kepala Sekolah
: Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd
NIP
: 196107111982031007
No. Telp
: (0251) 8611451
5. Kategori Sekolah
: Reguler
6. Tahun didirikan/beroperasi
: 1967/ 1967
Status Akreditasi
: A
7. Kepemilikan tanah/Bangunan
: Yayasan
a. Luas Tanah /Statusnya
: 4.410 m2
b.Luas Bangunan
: 1.619 m2
8. No Rekening RutinSekolah
: 0812-01-029205-53-1
Nama Bank
: BRI Cabang Bogor Unit Parung
Tabel 4.1
Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir
Th.
Ajaran
Tahun
Jml
Penda
ftar
(Cln
Siswa
Baru)
224
Kelas VII
Jml
Sisw
a
Jml
Rombo
ngan
224
Belajar
6
Kelas VIII
Jml
Sis
wa
Jml
Rombo
ngan
189
Belajar
5
Kelas IX
Jml
Sis
wa
Jml
Rombo
ngan
188
Belajar
5
Total
(Kelas VII +
VIII + IX)
Rombo
Jml
ngan
Sis
wa Belajar
601
16
52
2011/2
012
Tahun
2012/2
013
Tahun
2013/2
014
229
229
6
220
6
186
5
635
17
201
201
6
209
6
209
5
619
17
Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya penurunan jumlah siswa pada
tahun 2013 di SMP Islam Parung. Hal inilah yang menyebabkan peneliti ingin
benar-benar mengetahui tingkat pendidikan pada SMP Islam Parung terkait
dengan hasil belajar siswa di SMP Islam Parung.
Tabel 4.2
Data Siswa Menurut Jenis Kelamin
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VII
104
100
204
2
VIII
121
90
211
3
IX
108
101
209
333
291
624
Jumlah
Jumlah siswa-siswi di SMP Islam Parung dapat dikatakan cukup
memenuhi kapasitas. Dapat dilihat dari jumlah kelas yang tersedia dan jumlah
siswa-siswinya dimasing-masing kelas yaitu 35-36 siswa. Dan pada tabel di
atas juga menunjukan bahwa siswa di SMP Islam Parung lebih banyak lakilaki dibanding perempuan.
53
Tabel 4.3
Data Ruang Kelas
Jenis
Ruangan
R. Kelas
Jumlah Ruang Kelas Asli (d)
Ukuran Ukuran Ukuran Jumlah
> 63
< 63
d=
7x9
m2
m2
(a+b+
(a)
(b)
(c)
c)
Jumlah Ruang
Lainnya yang
digunakan untuk
ruang kelas
(e)
0
0
17
17
0
Jumlah
Ruang
yang
digunakan
untuk
ruang
Kelas
f=(d+e)
17
Tabel 4.4
Data Ruang Lainnya
Jenis Ruang
Jumlah
Ukuran
1. Perpustakaan
1
7X8
2. Lab. IPA
1
12 X 9
3. Lab. Bahasa
1
7X8
4. Lab. Komputer
1
7X8
5. Keterampilan
-
-
6. Kesenian
-
-
Berdasarkan tabel di atas bahwa terdapat ruang lain selain ruang
kelas/belajar yakni ruang fasilitas berupa perpustakaan, lab bahasa, IPA dan
komputer yang terdapat di SMP Islam Parung. Fasilitas yang terdapat di SMP
Islam Parung tersebut dapat menunjang pendidikan di SMP Islam Parung, dan
dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
54
Tabel 4.5
Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha
Guru/Staf
Jumlah
Guru Tetap (PNS/Yayasan)
17
Guru Tidak Tetap / Guru Bantu
13
Guru PNS Dipekerjakan (DPK)
1
Staf Tata Usaha
8
Keterangan
Tabel 4.6
Tugas Mengajar dan Jumlah Jam Mengajar
SMP Islam Parung Tahun Pelajaran 2013-2014
NO
NAMA GURU
MATA
JUM
JUM
PELAJARAN
JAM
TOTAL
1A
Yayan Herdiyana Yazid,
IPA
4
1B
S.Pd
PLH
6
2
Drs. Muslim
PAI
12
12
3
Acep Haryadi, s.Pd
PENJAS
18
18
PAI
12
4A
4B
5
6A
6B
Neni Rukmini, S.Ag
BAHASA
SUNDA
Supriyadi, S.Pd
Ahmad Dahlan, S.Ag
7
Dra. N. Dinarti
8
Irawati Picziani, S.Kom
20
SENI BUDAYA
36
PAI
12
BTQ
20
BHS
INDONESIA
TIK
10
32
36
32
12
12
12
12
KET
55
9
10A
10B
Nining Indraningsih, S.Pd
Rahmat Hermawan, S.Pd
BHS
INDONESIA
24
PENJAS
18
BTQ
16
24
34
11
Ajat Munajat, S.Ag
IPS
28
28
12
Heryani,S .Pd
PKN
12
12
PLH
24
24
13
Agung Wijaya Kusuma,
S.Ag
14
Nurohayati, S.Tp
MATEMATIKA
24
24
15
Rahmat Mustopa, S.Ag
MATEMATIKA
16
16
16
Yudith Eviyanti, S.Pd
BHS INGGRIS
24
24
IPA
12
BHS SUNDA
16
17A
17B
Rina Anggraeni, Amd
28
18
Susilo Herawati, S.Sos
PKN
24
24
19
Sodikin, S.Pd
TIK
4
4
20
Ir. Suud Hamid
IPA
24
24
21
Ade Septikasari, S.Pd
24
24
22
Neneng Hasanah, S.Mn
IPS
24
24
23
Febby Kusliani, S.Pd.I
BHS INGGRIS
20
20
24
Heny Martini, SS
BHS INGGRIS
28
28
25
Maulana Hasan, S.Pd.I
TIK
20
20
MATEMATIKA
8
8
PLH
6
IPA
12
26
27A
27B
Mey Endang Herawati,
S.Pd
Siti Zahra
BHS
INDONESIA
18
28
Nurhasanah, S.Pd
IPA
20
20
29
Dery Prima Rohendi, SE
IPS
20
20
56
30
Martinelly Masra, S.Pd
31A
31B
Erlin Hendani, S.Pd
MATEMATIKA
12
MATEMATIKA
12
BAHASA
INDONESIA
Jumlah Jam
12
648
12
24
648
Tabel di atas menerangkan tentang tenaga pendidik dan tata usaha di
SMP Islam Parung, berdasarkan data di atas terlihat bahwa ketersediaan,
mutu, dan waktu masing-masing guru sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa sekolah. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian di SMP Islam
Parung karena ingin melihat sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa
dengan ketersediaan tenaga pendidik/pengajar yang ada di SMP Islam Parung.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data hasil belajar diperoleh dari kemampuan awal (Pretest), yaitu
tes yang dilakukan sebelum siswa memperoleh materi pelajaran dan tes
kemampuan akhir (Postes), yaitu tes yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan siswa setelah diberikan materi dengan menggunakan model
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching). Hasil pretest dan postes kemudian
diperiksa dan dianalisis. Setelah diperoleh jawaban apakah model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak.
Apabila hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan
yaitu nilai siswa dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimum) pelajaran IPS
yang telah ditentukan sekolah yaitu 77 maka dilanjutkan kesiklus selanjutnya
untuk perbaikan pembelajaran.
Data hasil penelitian juga diperoleh dari hasil observasi obesrvasi aktivitas
guru dan aktivitas kelompok siswa yang diisi oleh kolaborator agar dapat
57
mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga dapat
memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas pada pertemuan berikutnya agar
berjalan lebih baik. Evaluasi dilakukan pada tahap refleksi dengan kolaborator
berdasarkan lembar observasi tersebut.
Untuk memperkuat data penelitian juga diperoleh dari sumber wawancara
pra penelitian atau sebelum dilakukan tindakan yang tujuannya untuk menetahui
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPS dan setelah melakukan tindakan
kelas yang tujuannya mengetahui apakah model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, wawancara
dilakukan baik kepada guru maupun kepada siswa sebagai bukti bahwa peneliti
telah melaksanakan penelitian.
1. Siklus I
b. Perencanaan
Pada tahapan perencanaan ini, diawali dengan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS), dan materi yang diajarkan pada siklus I ini adalah tentang
pelaku ekonomi, dari definisi, peranan pelaku ekonomi (rumah tangga
keluarga, perusahaan). Selanjutnya RPP yang telah dibuat didiskusikan
dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Kegiatan selanjutnya
adalah menyiapkan soal tes awal (pretest) dan tes akhir (postest), lembar
observasi untuk guru dan siswa.
c. Tindakan
Pada siklus pertama, proses pembelajaran diawali dengan memberikan
salam, mengabsen, apersepsi, motivasi kepada siswa setelah itu guru
memberikan soal pretes kepada siswa sebanyak 14 soal yang berbentuk
soal pilihan ganda, siswa diberikan waktu selama 15 menit untuk
mengerjakan. Tujuan dari pretes adalah untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan dan pemahaman siswa akan materi yang akan dipelajari, selain
58
itu pretes juga nantinya digunakan untuk melihat adakah peningkatan hasil
belajar siswa-siswi di kelas. Setelah pretes selesai dilaksanakan, mulailah
pembahasan materi IPS dengan menggunakan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) dan membentuk siswa menjadi beberapa kelompok
dengan jumlah masing-masing anggota kelompok berjumlah 5 orang.
Penentuan kelompok dilakukan secara secara acak oleh guru dikarenakan
jika siswa yang menentukan kelompoknya sendiri pasti akan berkelompok
dengan teman dekatnya sendiri. Pengelompokan ini dipergunakan pada saat
siswa melakukan diskusi kelompok dalam mengerjakan LKS yang sudah
disediakan oleh guru, di dalam kelompok diskusi ini guru meminta siswa
untuk (merangkum materi yang sedang dipelajari, membuat pertanyaan,
membuat prediksi jawaban, serta mengklasifikasikan hal-hal yang sulit)
selama kegiatan berdiskusi peneliti berkeliling untuk memantau jalannya
aktivitas siswa. Setelah melakukan diskusi, guru memilih kelompok secara
acak untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dengan cara
menjadi guru siswa, selama siswa melakukan aktivitasnya guru
membimbing siswa. Dilanjutkan dengan penguatan tentang materi yang
telah dipelajari dan di diskusikan, disampaikan oleh guru dan kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan penilaian antar kelompok setelah itu guru
melaksanakan postes (tes akhir). Siklus pertama dilakukan selama 2 kali
pertemuan, yaitu 2 x 40 menit per pertemuan.
d. Observasi
Pada tahap observasi, alat ukur yang digunakan adalah lembar
observasi guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi
guru diisi oleh kolaborator untuk menjadi alat kontrol guru dalam mengajar
yang dijadikan bahan evaluasi pula dalam melakukan tindakan pada setiap
siklusnya sebagai refleksi sedangkan lembar observasi siswa diisi oleh
peneliti untuk mengetahui interaksi siswa dengan guru (peneliti) selama
59
proses belajar mengajar. Berikut adalah kegiatan observasi yang dilakukan
peneliti :
Tabel 4.7
Lembar Observasi aktivitas guru
Siklus I.
No
Aspek yang diamati
Nilai
1
I
II
2
3
4
Membuka Pelajaran
1.
Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa
2.
Apersepsi
3.
Memotivasi siwa
4.
Memberikan Pre test
5.
Menyampaikan tujuan pembelajaran





Kegiatan Inti
6.
Menjelaskan materi pembelajaran
a. Kualitas bahasa


b. Sitematika penulisan
c. Penggunaan waktu
7.
Menggunakan alat atau media pembelajaran
8.
Menggunakan model pembelajaran “Reciprocal


Teaching”
a. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok

kecil
b. Membagikan bahan diskusi

c. Memperagakan menjadi guru siswa

60

d. Memilih kelompok secara acak untuk

mempresentasikan hasil diskusi
e. Membimbing siswa dalam melakukan aktifitas
menjadi guru siswa
9.
Kualitas interaksi pembelajaran

a. Bahasa tubuh

b. Suara

c. Pemusatan perhatian kepada siswa
10. Kualitas pengelolaan kelas

a. Pengelolaan kesiapan siswa dalam
pembelajaran

b. Pengelolaan suasana siswa dalam pembelajaran

11. Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
III
IV
Kegiatan Penutup
12. Menyimpulkan hasil pembelajaran

13. Menutup kegiatan pembelajaran

Penilaian Evaluasi

14. Pemberian tes (post test)
Total
12 + 48 + 4 = 64
Rata-rata
2,78
Keterangan :
`
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran IPS pada
siklus I sudah cukup “2,78”. Guru harus lebih meningkatkan lagi dari segi
61
kesiapan pengelolaan kesiapan dan suasana siswa dalam pembelajaran.
Belum lagi kualitas tubuh dan bahasa serta penggunaan waktu yang kurang
maksimal karena Pada saat kegiatan pembelajaran masih banyak siswasiswi yang gaduh ditambah suara guru yang kecil, banyak siswa-siswi
yang belum paham dengan model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) dan masih ada kelompok siswa yang mengandalkan temannya
yang pintar dan aktif.
Selanjutnya untuk observasi kegiatan siswa pada siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8
Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa
Siklus I
Kelompok
No
:1
Kategori pengamatan
Kesiapan mengikuti pembelajaran
Tingkat pemahaman kejelasan guru
Berusaha menyelesaikan bahan diskusi sesuai
waktu yang diberikan
4
Bekerjasama dalam kelompok masing-masing
5
Kualitas menjadi guru siswa menjelaskan
hasil pengisian bahan diskusi
6
Kualitas memimpin diskusi
7
Keaktifan bertanya
8
Keaktifan menjawab
9
Aktivitas mengikuti metode pembelajaran
10
Ketepatan waktu mengumpulkan hasil
jawaban bahan diskusi
Total skor
Skor maksimum
Skor minimum
Skor
1
1
2
3
2



3
4







18/40 = 0,45x100% = 45%
40
10
62
Tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas kelompok siswa pada siklus
I untuk kelompok 1 tidak tercapai, sedangkan untuk kelompok lainnya
dapat dilihat pada lampiran. Dan persentase hasil ketercapaian aktivitas
kelompok siswa dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9
Persentase Ketercapaian Aktivitas Siswa
Siklus I
Kelompok
Total Skor
Persentase
Keterangan
1
18
45%
Tidak Tercapai
2
26
65%
Tercapai
3
23
57%
Tidak Tercapai
4
28
70%
Tercapai
5
26
65%
Tercapai
6
22
55%
Tidak Tercapai
7
20
50%
Tidak Tercapai
Rata-rata
23
58%
Tidak Tercapai
Keterangan :
1. Skor aktivitas kelompok siswa
a. Skor maksimum = 40
b. Skor minimum
= 10
c. Skor rata-rata
= 26 atau 65%
2. Skor rata-rata 26 atau 65% dijadikan sebagai patokan ketercapaian
 65% = Tercapai
 65 % = Tidak tercapai
63
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa kelompok 1 dan 7
masih cukup jauh dari standar ketercapaian hal ini dilihat dari persentase
yang didapat yaitu kurang dari 65% yaitu 45% dan 50% hampir semua
aspek perlu ditingkatkan lagi. Kelompok 3 dan 6 lebih baik dari kelompok
1,7 karena persentase yang didapat 55% dan 57% ada beberapa aspek yang
perlu ditingkatkan lagi seperti bekerjasama kelompok, keaktifan bertanya
dan keaktifan menjawab.
Kelompok 2 dan 5 sudah cukup baik dibandingkan kelompok 1,3,6,7
hal ini dapat dilihat persentase yang didapat yaitu 65% namun ada
beberapa yang perlu ditingkatkan lagi seperti kerjasama kelompok,
menjelaskan hasil diskusi kelompok. Perolehan persentase terbesar
didapatkan oleh kelompok 4 sebesar 70% siswa terlihat lebih siap
mengikuti pelajaran. Namun ada beberapa yang perlu di tingkatkan lagi
yaitu keaktifan bertanya dan ketepatan waktu mengumpulkan hasil diskusi.
Berdasarkan hasil observasi dari seluruh aktivitas kelompok pada saat
siklus I didapatkan bahwa rata-rata aktivitas kelompok siswa masih kurang
bekerjasama dengan anggota kelompoknya masing-masing, kualitas
menjelaskan hasil diskusi, keatifan bertanya dan keaktifan menjawab
pertanyaan. Hal ini dijadikan patokan pada saat siklus II. Pembelajaran
harus dilanjutkan karena baru tiga kelompok yang dapat dikatakan baik
aktivitasnya, sedangkan kelompok lain diharapkan dapat meningkat
aktivitas kelompoknya pada saat siklus II.
d. Refleksi
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap refleksi, peneliti dan guru mata
pelajaran yang bertindak sebagai observer membahas dan mengevaluasi
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus pertama. Dalam
pembahasan dan evaluasi peneliti dan guru dapat melihat apakah proses
pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama sudah sesuai dengan
perencanaan, apakah urutan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang
64
dibuat dan apakah proses pembelajaran yang sudah dilakukan mencapai
tujuan yang tertuang dalam indikator pembelajaran.
Dari proses pembelajaran pada siklus pertama banyak hambatan yang
terjadi yaitu, peneliti kurang menguasai kondisi dan keadaan kelas ketika
awal masuk sehingga siswa sulit untuk berkonsentrasi ketika akan memulai
pelajaran, siswa masih banyak yang tidak mau berdiskusi dengan
kelompoknya dan masih mengandalkan temannya yang pintar dan aktif,
dan siswa pun terdengar masih sangat gaduh ketika guru menjelaskan
manfaat pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran.
Rencana perbaikan pada siklus I yaitu memberikan suasana kelas lebih
santai agar siswa tidak tegang dan takut, guru lebih bisa menyesuaikan
kondisi dan keadaan kelas, guru lebih meningkatkan lagi dan memberikan
penguatan kepada siswa yang tidak mau berdiskusi dengan cara
memberikan semangat dan motivasi pada siswa untuk melakukan diskusi ,
memberikan reward kepada kelompok yang berani tampil untuk menjadi
guru siswa di depan kelas, dan guru lebih tegas lagi untuk menghadapi
siswa yang ribut.
Pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
IPS Terpadu siswa. Data hasil belajar IPS siswa (pretes dan postes) pada
siklus I dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10
Daftar Nilai Siswa Siklus I
No
Nama Siswa
Siklus I
Pretes
Postes
N-Gain I
Kategori
1
Adriel Akbar
14
71
0,69
Sedang
2
Aldytia Rianto
50
78
0,56
Sedang
65
3
Ammar Ryan R
50
92
0,84
Tinggi
4
Andri Iriansyah
57
64
0,16
Rendah
5
Asya
57
86
0,67
Sedang
6
Dahlia Rahmawati
78
86
0,36
Sedang
7
Dian Prisma Agung
42
78
0,62
Sedang
8
Dzauqy Khusnan Azazi
36
57
0,36
Sedang
9
Faisal Akbar
42
78
0,62
Sedang
10
Fajar Ramadhan
57
64
0,16
Rendah
11
Faris Andreyana
36
78
0,65
Sedang
12
Fauziah Arsella
36
78
0,65
Sedang
13
Gunawan A.F
42
85
0,74
Tinggi
14
Hilda Hidayanti
42
64
0,16
Rendah
15
Jhustine Octavianie
42
78
0,62
Sedang
16
Muhammad Arya Putra
14
86
0,84
Tinggi
17
Muhammad Hafiz Nuddin
64
92
0,77
Tinggi
18
Nadia Aurel. I
36
78
0,67
Sedang
19
Nur Dewi Kania Cecilia
36
78
0,67
Sedang
20
Nur Khofifah
57
71
0,33
Sedang
21
Pinkan Mamesah
36
78
0,66
Sedang
22
Raflie. D
50
86
0,7
Tinggi
23
Ridwan.S
36
71
0,55
Sedang
24
Salsabila
57
78
0,49
Sedang
25
Sela Safitri
50
78
0,56
Sedang
66
26
Sindi Wulandari
42
92
0,86
Tinggi
27
Triyawan. S
57
78
0,49
Sedang
28
Yossy Amrizal. P
36
64
0,44
Sedang
Jumlah
1252
2175
16,12
Rata-rata
44,71
77,39
0,56
Rata-rata rendah
52
64
0,16
Rata-rata sedang
43,89
75,89
0,56
Rata-rata tinggi
43,66
88,83
0,79
Sedang
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa :
Gambar 4.1
N-Gain Siklus I
N-Gain Kriteria Rendah
N-Gain Kriteria Sedang
21%
11%
68%
N-Gain Kriteria Tinggi
67
Pada gambar diatas dari jumlah 28 siswa, 3 siswa NGainnya tergolong
rendah (11%), 19 siswa NGainnya tergolong sedang (68%) dan hanya 6
siswa NGainnya tergolong tinggi (21%). Selain itu dapat dijelaskan hasil
belajar pada siklus I diperoleh hasil belajar pretes dan postes dengan ratarata pretes 44,71 dan postes 77,39. Pada siklus I ini terdapat 8 siswa (29
%) nilai postes belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar (KKM) dan 20
siswa (71 %) nilai postes sudah memenuhi KKM. Sehingga hasil belajar
pada siklus I belum tercapai dan perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya
dengan perbaikan dari kekurangan yang pada siklus I ini karena acuannya
adalah semua siswa harus memenuhi kriteria ketuntasan belajar (KKM)
yaitu 77.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan siklus kedua, peneliti bersama guru yang
berperan sebagai kolaborator dan observer melakukan persiapan. Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan Lembar
Kerja Siswa (LKS), dan materi yang diajarkan pada siklus II ini adalah
tentang pemerintah/negara sebagai pelaku ekonomi, masyarakat luar negeri
sebagai pelaku ekonomi, peranan pelaku ekonomi (pemerintah dan
masyarakat luar negeri) dan koperasi. Kegiatan selanjutnya adalah
menyiapkan soal tes awal (pretest)
dan tes akhir (posttest), lembar
observasi untuk guru dan siswa.
b. Tindakan
Pada siklus II, proses pembelajaran diawali dengan ketua kelas
menyiapkan dan dilanjutkan siswa berdo’a dan memberi salam. Peneliti
menanyakan kepada siswa siapa yang tidak masuk, kemudian dilanjutkan
dengan memberikan motivasi, ice breaking, serta pengarahan agar mereka
68
dapat mengikuti pelajaran dengan baik dari sebelumnya. Hal ini
disampaikan sebagai upaya perbaikan pada siklus sebelumya. Aktivitas
selanjutnya mengingat kembali mengenai materi yang telah disampaikan
sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa setelah
itu mengaitkan dengan materi selanjutnya yang akan disampaikan setelah
itu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai.
Kegiatan selanjutnya yaitu guru memberikan soal pretes kepada para
siswa sebanyak 14 soal yang berbentuk soal pilihan ganda, siswa diberikan
waktu selama 15 menit untuk mengerjakan. Tujuan dari pretes adalah
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan dan pemahaman siswa akan
materi yang akan dipelajari, selain itu pretes juga nantinya digunakan untuk
melihat adakah peningkatan hasil belajar siswa-siswi di kelas. Setelah
pretes selesai dilaksanakan, mulailah siswa melakukan kegiatan model
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching), masing-masing kelompok
diberi sebuah LKS seperti pada siklus I di dalam kelompok diskusi ini guru
meminta siswa untuk (merangkum materi yang sedang dipelajari, membuat
pertanyaan, membuat prediksi jawaban, serta mengklasifikasikan hal-hal
yang sulit) selama kegiatan berdiskusi peneliti berkeliling untuk memantau
jalannya aktivitas siswa. Setelah melakukan diskusi, guru memilih
kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
dengan cara menjadi guru siswa, selama siswa melakukan aktivitasnya
guru membimbing siswa. Dilanjutkan dengan penguatan tentang materi
yang telah dipelajari dan di diskusikan, disampaikan oleh guru dan
kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penilaian antar kelompok setelah itu
guru melaksanakan postes (tes akhir). Siklus kedua dilakukan selama 2 kali
pertemuan, yaitu 2 x 40 menit per pertemuan.
c. Observasi
Pada tahap observasi, alat ukur yang digunakan adalah lembar
observasi guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi
69
guru diisi oleh kolaborator untuk menjadi alat kontrol guru dalam mengajar
yang dijadikan bahan evaluasi pula dalam melakukan tindakan pada setiap
siklusnya sebagai refleksi sedangkan lembar observasi siswa diisi oleh
peneliti untuk mengetahui interaksi siswa dengan guru (peneliti) selama
proses belajar mengajar. Berikut adalah kegiatan observasi yang dilakukan
peneliti:
Tabel 4.11
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Siklus II
No
Aspek yang diamati
Nilai
1
I
II
2
3
4
Membuka Pelajaran
1. Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa

2. Apersepsi

3. Memotivasi siwa

4. Memberikan Pre test

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti
6.
Menjelaskan materi pembelajaran
d. Kualitas bahasa

e. Sitematika penulisan

f. Penggunaan waktu

7.
Menggunakan alat atau media pembelajaran
8.
Menggunakan model pembelajaran “Reciprocal
Teaching”

70

a. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok
kecil
b. Membagikan bahan diskusi

c. Memperagakan menjadi guru siswa

d. Memilih kelompok secara acak untuk

mempresentasikan hasil diskusi
e. Membimbing siswa dalam melakukan aktifitas

menjadi guru siswa
9.
Kualitas interaksi pembelajaran
a. Bahasa tubuh

b. Suara

c. Pemusatan perhatian kepada siswa

10. Kualitas pengelolaan kelas
a. Pengelolaan kesiapan siswa dalam pembelajaran

b. Pengelolaan suasana siswa dalam pembelajaran


11. Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
III
IV
Kegiatan Penutup
12. Menyimpulkan hasil pembelajaran

13. Menutup kegiatan pembelajaran

Penilaian Evaluasi

14. Pemberian tes (post test)
Total
18+ 64 = 82
Rata-rata
3,56
Keterangan :
`
1 = Kurang
2 = Cukup
71
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran
IPS siklus II sudah baik “3,56”. Guru telah dapat meningkatkan proses
pembelajaran dan guru sudah menjalankan pembelajaran sesuai dengan
konsep yang telah dibuat sebelumnya. Guru sudah dapat beradaptasi
dengan siswa secara baik, suara gurupun sudah dapat didengar oleh siswa,
siswa sudah mulai melaksanakan diskusi dengan baik, dan guru sudah
menjalankan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP.
Selanjutnya untuk observasi kegiatan siswa pada siklus II dapat dilihat
pada tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.12
Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa
Siklus II
Kelompok
:1
No
Kategori pengamatan
1
2
3
Kesiapan mengikuti pembelajaran
Tingkat pemahaman kejelasan guru
Berusaha menyelesaikan bahan diskusi sesuai
waktu yang diberikan
Bekerjasama dalam kelompok masing-masing
Kualitas menjadi guru siswa menjelaskan
hasil pengisian bahan diskusi
Kualitas memimpin diskusi
Keaktifan bertanya
Keaktifan menjawab
Aktivitas mengikuti metode pembelajaran
Ketepatan waktu mengumpulkan hasil
jawaban bahan diskusi
4
5
6
7
8
9
10
Skor
1
2
3










4
72
Total skor
Skor maksimum
Skor minimum
24/40 = 0,6 x100% = 60%
40
10
Tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas kelompok siswa pada siklus
I untuk kelompok 1 masih belum tercapai walaupun siklus II mengalami
peningkatan, sedangkan untuk kelompok lainnya dapat dilihat pada
lampiran. Dan persentase hasil ketercapaian aktivitas kelompok siswa
dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.13
Persentase Ketercapaian Aktivitas Kelompok Siswa
Siklus II
Kelompok
Total Skor
Persentase
Keterangan
1
24
60%
Tidak Tercapai
2
33
82%
Tercapai
3
30
75%
Tercapai
4
36
90%
Tercapai
5
34
85%
Tercapai
6
29
73%
Tercapai
7
27
67%
Tercapai
Rata-rata
30
76%
Tercapai
Keterangan
1.
Skor aktivitas kelompok siswa
a.
Skor maksimum = 40
73
2.
b.
Skor minimum
= 10
c.
Skor rata-rata
= 26 atau 65%
Skor rata-rata 26 atau 65% dijadikan sebagai patokan ketercapaian

65% = Tercapai

65 % = Tidak tercapai
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa aktivitas kelompok 1
mengalami peningkatan sebesar 15% dibandingkan dengan aktivitas pada
siklus I yaitu 45% pada siklus II ini menjadi 60%. Kelompok 3 juga
mengalami peningkatan sebesar 18% dibandingkan siklus I yaitu 57%
menjadi 75%. Persentase kelompok 6 pada siklus II sebesar 73%
mengalami peningkatan sebesar 12% dari siklus I sebesar 55%. Persentase
aktivitas belajar siswa kelompok 7 pada siklus I sebesar 50% meningkat
menjadi 67% hal ini menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar
sebesar 17%.
Perolehan persentase aktivitas kelompok 2 mengalami peningkatan
sebesar 17%, pada siklus I diperoleh persentase sebesar 65% dan pada
siklus II sebesar 82%. Sedangkan persentase aktivitas kelompok 5 pada
siklus II sebesar 85% mengalami peningkatan yang cukup besar
dibandingkan kelompok 2 yang pada saat siklus I sama-sama memperoleh
persentase 65% yaitu sebesar 20%. Perolehan aktivitas kelompok 4 masih
menunjukan persentase paling tinggi yaitu 95% pada siklus II dari 70%
pada siklus I, hal ini menunjukan adanya peningkatan aktivitas sebesar
20%.
Pada siklus II ini kelompok 1 tidak tercapai hal ini dikarenakan
kelompok 1 masih belum bisa bekerjasama dengan kelompoknya, kualitas
berpresentasi masih malu-malu, kurang aktif bertanya dan menjawab.
74
walaupun aktivitas kelompok 1 mengalami peningkatan sebesar 15%
dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I yaitu 45% pada siklus II ini
menjadi 60%.
Selain melakukan observasi dengan kegiatan pengamatan, peneliti juga
melakukan
wawancara untuk menguatkan data hasil penelitian.
Wawancara dilakukan diakhir siklus II, setelah semua kegiatan penelitian
dilakukan. Yang menjadi sumber dalam wawancara tersebut adalah siswasiswi kelas VIII-5 kelompok 4. Berikut adalah petikan wawancara peneliti
dengan siswa-siswi kelas VIII-5 Kelompok 4:
Tabel 4.14
Hasil Wawancara Responden Siswa kelas VIII-5
SMP Islam Parung Setelah Pelaksanaan PTK
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
Sekolah
: SMP Islam Parung
Kelas
: VIII-5
Hari/Tanggal
: Kamis/ 28 November 2013
Waktu Wawancara
: 10.00-Selesai
Tempat
: Ruang Kelas VIII-5
Identitas Siswa :
1. Siswa 1 dengan nilai tertinggi (Muhammad Hafiz Nuddin)
75
2. Siswa 2 dengan nilai terendah (Hilda Hidayanti)
No
Pertanyaan
1.
Bagaimana
pembelajaran
Tanggapan
pendapat
kamu
tentang
IPS menggunakan model
1. Mudah dipahami (Gampang)
2. Mudah diingat
pembelajaran Reciprocal Teaching ?
2.
3
4
Apakah kalian senang belajar menggunakan
1. Iya
model pembelajaran Reciprocal Teaching ?
2. Senang
Apakah kalian merasa lebih aktif dan mudah
1. Iya
untuk berfikir kreatif ?
2. Biasa Saja
Apakah belajar dengan model pembelajaran
1. Iya
Reciprocal Teaching membuatmu lebih
2. Kadang-kadang
mudah dan memahami materi IPS ?
5
Apakah hasil belajar kamu meningkat
1. Iya
setelah belajar dengan model pembelajaran
2. Iya
Reciprocal Teaching ?
6.
Bagaimana pendapat kamu kelemahan dan
1. Kelemahannya : pada saat
kelebihan model pembelajaran Reciprocal
berdiskusi berisik masih ada
Teaching?
kelompok yang berteriakteriak
Kelebihanya
:
seru
belajarnya
2. Kelemahannya : gerogi pada
76
saat jadi guru siswa
Kelebihannya : jadi asik
belajarnya
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teachin) lebih disukai siswa dalam memahami materi IPS,
siswa merasa lebih aktif dan mudah untuk berfikir kreatif. Hasil belajar IPS
Terpadu siswa pun mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni PTK
telah berhasil karena aplikasinya positif terhadap proses pembelajaran IPS
dan hasil belajar IPS siswa.
d. Refleksi
Tahap refleksi pada siklus II ini berdasarkan pada lembar observasi
dan evaluasi yang dilakukan oleh kolaborator ditemukan beberapa
peningkatan, yaitu :
1) Suasana kelas lebih tertib, keadaan siswa menjadi lebih terkendali dan
lebih konsentrasi.
2) Alokasi waktu dalam pembelajaran siklus II lebih optimal karena
selesai pembelajaran tepat dengan waktu.
3) Siswa sudah baik dalam melakukan diskusi kelompok dan siswa yang
pasif menjadi aktif setelah diberi penguatan oleh guru.
Tabel 4.15
Daftar Nilai Siswa Siklus II
No
1
Nama Siswa
Adriel Akbar
Siklus II
Pretes
Postes
28
78
N-Gain II
0,74
Kategori
Tinggi
77
2
Aldytia Rianto
3
Ammar Ryan R
4
Andri Iriansyah
5
Asya
6
Dahlia Rahmawati
7
Dian Prisma Agung
8
Dzauqy Khusnan Azazi
9
Faisal Akbar
10
Fajar Ramadhan
11
Faris Andreyana
12
Fauziah Arsella
13
Gunawan A.F
14
Hilda Hidayanti
15
Jhustine Octavianie
16
Muhammad Arya Putra
17
Muhammad Hafiz Nuddin
18
Nadia Aurel. I
19
Nur Dewi Kania Cecilia
20
Nur Khofifah
21
Pinkan Mamesah
22
Raflie. D
23
Ridwan.S
50
86
0,72
Tinggi
57
92
0,84
Tinggi
42
78
0,62
Sedang
64
92
0,77
Tinggi
78
100
1
Tinggi
57
86
0,67
Sedang
42
86
0,76
Tinggi
42
86
0,76
Tinggi
57
78
0,49
Sedang
36
86
0,78
Tinggi
42
85
0,74
Tinggi
57
92
0,81
Tinggi
57
78
0,49
Sedang
57
78
0,49
Sedang
36
86
0,78
Tinggi
64
100
1
Tinggi
36
78
0,67
Sedang
42
78
0,62
Sedang
57
86
0,67
Sedang
42
86
0,76
Sedang
64
100
1
Tinggi
57
86
0,67
Sedang
78
24
Salsabila Zahira
25
Sela Safitri
26
Sindi Wulandari
27
Triyawan. S
28
Yossy Amrizal. P
57
92
0,81
Tinggi
42
86
0,76
Tinggi
57
92
0,81
Tinggi
64
86
0,61
Sedang
42
78
0,62
Sedang
1426
2415
20,46
50,92
86,25
0,73
-
-
-
50,83
81,33
0,61
51
89,93
0,81
Total
Rata-rata
Rata-rata rendah
Rata-rata sedang
Rata-rata tinggi
Dari tabel diatas dapat disimpulkan :
Gambar 4.2
N-Gain Siklus II
N-gain Kriteria Sedang
N-gain Kriteria Tinggi
43%
57%
Tinggi
79
Hasil belajar IPS Terpadu siswa siklus II mengalami peningkatan dari
siklus I, hal ini dapat dibuktikan dengan tidak ada lagi siswa yang
NGainnya rendah dan otomatis menambah siswa dengan NGain sedang
dan tinggi. Pada siklus II terdapat 12 siswa yang memiliki NGain sedang
(43%) dan 16 siswa yang memiliki NGain Tinggi (57%). Rata-rata nilai
pretes 50,92 dan postes adalah 86,25. Pada siklus II ini Setelah dilakukan
tindakan pada siklus I dan II diperoleh gambaran bahwa model
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) membuat siswa kinerja baca
siswa yang mempunyai pemahaman buruk. Dalam hal ini mereka diajarkan
empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum
bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan
mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami sehingga memudahkan
mereka untuk memahami suatu bacaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II mengalami
peningkatan. Peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat
dilihat sebagai berikut :
80%
Gambar 4.3
Perbandingan N-Gain Siklus I dan Siklus II
70%
60%
N-gain Kriteria
Rendah
N-gain Kriteria
Sedang
N-gain Kriteria
Tinggi
Dalam %
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I
Siklus II
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar
pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I NGain dengan kriteria rendah
80
sebesar 11% yaitu sebanyak 3 siswa, kriteria sedang sebesar 68% yaitu
sebanyak 19 siswa dan kriteria tinggi sebesar 21% sebanyak 6 siswa. Hasil
dari siklus I jelas menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan belum
maksimal dan belum mencapai tujuan yakni KKM sebesar 77. Pada siklus
ke II peningkatan terjadi sangat signifikan pada Ngain kriteria tinggi,
dimana siklus II terdapat NGain dengan kriteria sedang sebesar 43% yaitu
sebanyak 12 siswa dan kriteria tinggi sebesar 57 % sebanyak 16 siswa.
Pada siklus II tidak terdapat siswa dengan Ngain berkriteria rendah, yang
menunjukkan bahwa siklus II telah menghasilkan hasil yang memuaskan
dan sesuai dengan tujuan yakni KKM sebesar 77.
Tabel 4.16
Deskriptif Statistik Hasil Belajar Siklus I dan II
Statistik
Siklus I
Siklus II
Nilai Tertinggi
92
100
Nilai Terendah
57
78
Rata-rata Postes
77,39
86,25
Rata-rata N-gain
0,56
0,73
81
Nilai Rata-rata
Gambar 4.4
Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
88
86
84
82
80
78
76
74
72
86,25
77,39
Siklus I
Siklus II
Tes Hasil Belajar
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa
telah terjadi peningkatan hasil belajar dari pretes dan postes baik pada
siklus I dan siklus II. Perinciannya adalah sebagai berikut : nilai rata-rata
pretes siklus I 44,71 dan siklus II adalah 50,93 terjadi peningkatan sebesar
6,22, nilai rata-rata postes siklus I adalah 77,39 dan nilai rata-rata postes
siklus II adalah 86,25 telah terjadi peningkatan postes sebesar 8,86, ratarata N-Gain siklus I adalah 0.56 dan rata-rata N-Gain siklus II adalah 0.73,
dan diketahui bahwa pada siklus II telah terjadi peningkatan hasil belajar
yang sebesar yaitu 0,17 dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I,
pada siklus pertama ketuntasan belajar siswa yang dicapai yaitu sebanyak
71%, dan siklus kedua sebanyak 100 %, dimana peningkatan persentase
hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 29%. Dan dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat digunakan sebagai salah
satu model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam menyampaikan
ilmu pengetahuan khususnya mata pelajaran IPS. Karena hasil dari postes
siklus ke II seluruh siswa sudah mendapatkan nilai sesuai dan lebih dari
82
KKM mata pelajaran IPS yaitu 77. Maka siklus dihentikan dan dinyatakan
berhasil.
C. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian
Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dari kedua
siklus yang telah dilaksanakan terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran Terbalik (reciprocal teaching). Hal tersebut
diperkuat juga dengan peningkatan aktivitas siswa dari siklus ke siklus. Tes hasil
belajar diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest,
terdiri dari 14 soal dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan pada masingmasing siswa setiap siklusnya.
Pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kendala yang dialami oleh
siswa, di antaranya pada saat melakukan diskusi, banyak siswa lebih
mengandalkan temannya yang pintar dan aktif, dan siswa pun terdengar masih
sangat gaduh ketika guru menjelaskan manfaat pembelajaran dan langkahlangkah pengamatan. Hal ini tejadi karena siswa belum terbiasa dan belum
menyukai model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching).
Berdasarkan hasil skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 77,39.
Selain itu, didukung oleh nilai hasil N-Gain siswa yang sudah memenuhi KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah di tetapkan sekolah yaitu 77 adalah
sebanyak 20 orang, jika di persentasekan 71%. Sedangkan siswa yang hasil
belajarnya masih dibawah KKM berjumlah 8 orang atau sekitar 29%. Dari
keterangan tersebut proses pembelajaran IPS Terpadu menggunakan model
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dilanjutkan ke siklus II dengan
tujuan meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa karena persentase
ketuntasan hasil belajar siswa yang diharapkan 100% pada siklus I hanya sebesar
71%.
Temuan penelitian pada siklus II menunjukan adanya perubahan hasil belajar
siswa dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 77,39
83
menjadi 86,25. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa seluruh siswa sudah
memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 77, pada siklus I
diperoleh 71 % menjadi 100%. Maka disimpulkan bahwa tindakan pada siklus II
pada materi ini telah mencapai keberhasilan. Oleh karena itu peneliti
memutuskan untuk menghentikan penelitian pada siklus ke II.
Peningkatan yang terjadi pada hasil belajar siklus II merupakan hasil dari
perbaikan tindakan siklus I. Kondisi ini terjadi tidak terlepas dari penerapan
model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) pada mata pelajaran IPS
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Slavin bahwa model pembelajaran terbalik (Reciprocal teaching)
yaitu model pengajaran kelompok kecil yang didasarkan pada prinsip perumusan
pertanyaan melalui pengajaran dan pemberian contoh, guru menumbuhkan
kemampuan metakognisi terutama untuk meningkatkan kinerja baca siswa yang
mempunyai pemahaman buruk.1 Siswa benar-benar mengalami dan menemukan
sendiri apa yang di pelajari dari suatu bacaan, dengan demikian hasil yang
dicapai menjadi lebih maksimal.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti terbukti bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) pada mata pelajaran IPS. Namun tidak dipungkiri bahwa keberhasilan
model pembelajaran diiringi oleh beberapa kelemahan. Kelemahan ini terjadi
pada saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran dilakukan.
Pada saat kegiatan belajar menggunakan model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) dilaksanakan masih banyak dari siswa yang kurang paham apa itu
model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) karena mereka baru
mendengar dan juga baru pertama kali diterapkan dikelas mereka (VIII-5).
Banyak dari siswa-siswi yang bingung harus mengerjakan yang mana dulu
karena model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) siswa diajarkan empat
1
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik), (Jakarta: Indeks, 2011)
84
strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan,
mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi
istilah-istilah yang sulit dipahami.
Dalam hal ini model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) bukanlah
menjadi suatu model pembelajaran yang sempurna dan tidak memiliki
kekurangan. model pembelajaran dengan segala kemenarikan pembelajarannya
tak selamanya membawa pengaruh baik pada saat proses belajar. Terkadang
kemenarikan suatu model pembelajaran akan mengurangi rasa bosan siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Namun dengan diberikannya arahan yang cukup
mengenai tujuan dan hakikat dari model pembelajaran, tentu pembelajaran akan
berdampak positif dalam kegiatan pembelajaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang
peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) pada mata pelajaran IPS, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) pada mata pelajaran IPS dengan baik karena dengan
menggunakan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) memudahkan
mereka dalam memahami pelajaran.
Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) terlihat meningkat dari siklus I , hal ini ditunjukkan dari
angka hasil belajar siswa pada siklus I dengan postes rata-rata 77,39 dengan NGain 0,56 dan hasil belajar siswa pada siklus II dengan rata-rata postes 92,68
dengan N-Gain 0,74. Hasil belajar telah tercapai karena semua siswa telah
memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang telah ditentukan yaitu 77 .
Berdasarkan dari tindakan proses pembelajaran yang telah dilakukan dan
hasil belajar yang telah diperoleh, maka model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran kerena model
pembelajaran ini siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri
85
86
spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi
lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami serta dapat
meningkatkan hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis
memiliki beberapa saran yang kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait,
diantaranya :
1.
Bagi guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang
lebih variatif, karena model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil
dari proses pembelajaran. selain itu hendaknya guru kreatif dalam
mengembangkan media pembelajaran.
2.
Bagi siwa, alangkah baiknya belajar aktif jadi tidak hanya guru yang
dijadikan sumber belajar tapi saat ini sumber belajar dapat diperoleh
dari berbagai sumber atau informasi.
3.
Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan kebutuhan yang
didukung kegiatan pembelajaran khususnya IPS.
4.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan komperhensif untuk
memperoleh hasil yang signifikan serta dapat mengembangkan suatu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Ardha. “Model Pembelajaran Reciprokal”. (Diterbitkan pada 28 Mei 2013).
diakses pada 18 november 2013. Melalui http://ardhaphys.blogspot.com.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet.9,
2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara,
Cet. II, 2010.
B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Bungs Education, Bungs. Metode Pembelajaran, (Diterbitkan pada 16 Juli 2012),
diakses pada 18 november 2013 dari http://wbungs.blogspot.com.
Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6, 2010.
E Slavin, Robert. Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik). Jakarta: Indeks, cet.I
2011.
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Islam. Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. I,
2007.
Hajar, Siti. Pengaruh Strategi Reciprocal Teaching Terhadap Motivasi Belajar
Matematika Siswa (penelitian Eksperimen di Mts Darul Himmah Bojong Sari
Depok), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Matematika, Prodi Pendidikan
Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak dipublikasikan.
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
87
88
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Jamalong, Ahmad. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif
Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai
Kabupaten Sanggau. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2012.
Khoiri, Iif Ahmadi, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2011.
Marthayunanda. “Sekilas Tentang Reciprocal Teaching”. (Dirterbitkan pada 29
Oktober 2010), dari http://id.shvoong.com.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada.
Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, cet.
5, 1990.
Nur Rahma, Aini. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi
Eksperimen di SMPN 3 Tangerang Selatan), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan
IPA, Prodi Pendidikan Biologi, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak
dipublikasikan.
Purwanto. Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar (Kajian Literatur). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007.
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
89
Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana Prima,
2009.
Rianto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan
Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Prenada Media, 2009.
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, 2001.
Sapriya. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. I, 2009.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo,
2004.
Sardiyanti, Ria.
Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa (penelitian tindakan
kelas di MTs Daarul Hikmah Pamulang), Skripsi SI Jurusan Pendidikan
Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2010, Tidak dipublikasikan.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
cet. 5, 2010.
Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sukardi. Evaluasi Pendidikan (prinsip dan operasionalnya). Jakarta: Bumi aksara,
2009.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya Offset, 1995.
90
Tri
Priyatni,
Endah
dalam
http://sastra.um.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/Peningkatan-Kompetensi-Menulis-Paragraf-denganTeknik-Scaffolding-Endah-Tri-Priyatni.pdf.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaraninovatif-Progresif (Konsep, Landasan Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana, cet. 4, 2010.
-----------. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, Cet. I, 2007.
-----------. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka, Cet. I, 2007.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006.
Usman, Husaini dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, Cet. 2, 2009.
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
:
Seli Purnamasari
NIM
:
109015000153
Jurusan :
Judul Skripsi
Pendidikan IPSlEkonomi
: Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS
Pembimbing
:
1.
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
2. AnnisaWinda*i, M.Sc
No
Paraf Dosen
Pembimbins
Referensi
I
BAB I
1.
2.
J.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Prahis,
d e/
(Bandung: PT Remaia Rosdakarya, 2007) h l0
Undang-Undang Peraturan Pemerintah RI Tentang
Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam A.€
da
Departemen Asama RI" 2000 hal.8
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme guru, (Jakarta: Rajawali Pers,2001) hal.
e/
IJJ
4.
I
).
6.
7.
8.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan.
'
Baru.(Bandune: Rosdakarva Offset.2008) h 89
*-\./
-/
yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. 5
Wt
hal2
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: d
Remaja Rosdakarya Offset,l990), cetakan 5, hal 84
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi
-*t.t/-'
,/P'
4
BAB II
Bambang Warsita, Telcnologi Pembelajaran Landasan
dan Aplikasinya, (Jakafia: Rineka Cipta 2008), hal62
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor
II
t-tr
ltl
/-"--4-t-
-"t-
Download
Study collections