BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Teh Kombucha Teh kombucha adalah minuman segar hasil fermentasi dari teh manis dengan bantuan jamur dan bakteri pembentuk asam. Minuman ini biasa dikonsumsi karena bermanfaat untuk kesehatan. Kultur kombucha mengandung berbagai jenis mikroorganisme. Adapun mikroorganisme di dalamnya; Acetobacter xylinum, Acetobacter aceti, Acetobacter pasteurianus, Gluconobacter, Brettanamyces bruxellensis, Brettanamyces intermedius, Candida fomata, Mycoderma, Mycotorula, Pichia, Saccharomyces cerevisiae, Schippzosaccharomyces, Torula, Torulaspora delbrueckii, Torulopsis, Zygosaccharomyces bailii, dan Zygosaccharomyces rouxii. Keberadaan mokroorganisme ini sangat penting di dalam proses fermentasi kombucha (Dufresne dan Farsnworth, 1999). 2.1.1 Sejarah teh kombucha Teh kombucha telah lama populer di kalangan masyarakat. Teh kombucha diduga berasal dari Cina. Sejak tahun 221 sebelum masehi, masyarakat Cina sudah menganggap teh ini dapat membuat hidup abadi dan disebut dengan nama “tea of immortality”. Penyebaran teh kombucha dari Cina mengikuti jalur perdagangan dan mulai dikenal di berbagai penjuru dunia (Naland, 2004). Sumber lain ada pula yang menyebutkan bahwa teh kombucha, pada awalnya dibawa oleh seorang tabib yang bernama Kombu, dari Jepang ke Korea, untuk mengobati seorang kaisar yang 5 6 menderita penyakit pencernaan. Teh ini kemudian dikenal hingga ke Rusia melalui jalur perdagangan Eropa. Hingga kini teh kombucha semakin dikenal di masyarakat sebagai minuman kesehatan yang memiliki rasa seperti cuka apel dan dihasilkan melalui proses fermentasi oleh kultur kombucha (Dufresne dan Farnworth, 1999). 2.1.2 Khasiat teh kombucha Teh Kombucha memiliki kandungan flavonoid yang tinggi yaitu senyawa katekin yang bersifat antioksidan, sehingga senyawa ini dapat melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit di dalam tubuh (Silaban, 2005). Teh kombucha dapat menurunkan stres oksidatif yang terjadi di dalam tubuh (Dipti et al., 2003). Menurut Setiawan et al. (2012) teh kombucha memiliki efek menurunkan kadar asam urat di dalam darah pada kondisi hiperurisemia. 2.1.3 Komponen hasil fermentasi teh kombucha Kandungan hasil fermentasi teh kombucha menurut Naland (2004) adalah sebagai berikut: Asam folat Asam folat mencegah terjadinya serangan dari penyakit asam urat karena memiliki peranan dalam proses metabolisme di dalam tubuh. Asam folat dapat membantu produksi sel-sel darah merah, menyembuhkan luka, membentuk otot, serta membantu proses pembelahan sel. Asam folat pula sangat penting untuk pembentukan DNA dan RNA (zat-zat pembentuk dinding sel). 7 Gambar 2.1 Rumus Struktur Asam Folat Antibiotik Antibiotik yang terkandung di dalam teh kombucha dapat membatasi pertumbuhan bakteri lain, seperti bakteri patogen yang dapat mencemari koloni jamur kombucha. Dengan adanya antibiotik ini jamur kombucha dapat memproteksi dirinya sendiri Vitamin B Vitamin B berfungsi dalam pembentukan enzim. Salah satu komponen vitamin B yaitu asam pantotenat dari kelompok vitamin B dapat membantu memecah asam urat. o Vitamin B1 (Tiamin) Vitamin ini memegang peranan penting dalam pembentukan energi melalui proses metabolisme. Tiamin berperan sebagai koenzim dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan karbohidrat dan memindahkan energi untuk membentuk adenosin triposfat (ATP). 8 Gambar 2.2 Rumus Struktur Vitamin B1 (Tiamin) o Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin ini diperlukan untuk memproses asam amino, lemak, dan karbohidrat sehingga dapat menghasilkan ATP. Selain itu ini juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Gambar 2.3 Rumus Struktur Vitamin B2 (Riboflavin) o Vitamin B3 (Niasin) Vitamin B3 berfungsi membantu metabolisme dalam menghasilkan energi. Niasin juga berperan dalam metabolisme lemak untuk menurunkan kadar kolesterol seperti LDL (Low Density Lipoprotein) hingga bisa mengurangi penyakit pembuluh darah dan jantung koroner. 9 Gambar 2.4 Rumus Struktur Vitamin B3 (Niasin) o Vitamin B6 (Piridoksin) Vitamin B6 terdapat dalam tiga bentuk yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Piridoksin merupakan vitamin B6 yang berasal dari tumbuhan, sedangkan piridoksal dan piridoksamin berasal dari hewan. Bentuk vitamin ini dapat diubah menjadi piridoksal posfat yang merupakan koenzim dalam berbagai metabolisme asam amino. Gambar 2.5 Rumus Struktur Vitamin B6 (Piridoksin) o Vitamin B12 (Sianokobalamin) Vitamin B12 dibantu dengan asam folat berperan penting di dalam metabolisme antar sel di dalam tubuh. 10 Gambar 2.6 Rumus Struktur Vitamin B12 (Sianokobalamin) o Vitamin B15 Vitamin B15 berasal dari asam amino glisin. Vitamin ini juga disebut sebagai asam pangamik yang merupakan dimethyl glycine (DMG). Vitamin ini dapat berperan sebagai oksigenator jaringan tubuh dan penstabil radikal bebas. Gambar 2.7 Rumus Struktur Vitamin B15 11 Asam Glukonat Asam glukonat memiliki fungsi memperkuat daya kekebalan tubuh terhadap infeksi dari luar, mengikat racun dan mengeluarkannya dari tubuh lewat urin. Asam glukonat pada makanan berfungsi untuk mengawetkan makanan di dalam tubuh. Gambar 2.8 Rumus Struktur Asam Glukonat Asam Glukoronat Asam ini dapat mengkonjugasi atau mengikat logam berat sehingga lemak mudah larut dalam air dan dikeluarkan dari dalam tubuh. Gambar 2.9 Rumus Struktur Asam Glukoronat Asam Asetat (Asam Etanoat atau Asam Cuka) Asam asetat merupakan bagian terbesar dari hasil fermentasi teh kombucha. Asam inilah yang memberikan rasa masam di dalam minuman ini. Asam 12 asetat dapat mengikat toksin dan bisa menjadi bentuk ester sehingga mudah dikeluarkan oleh tubuh. Gambar 2.10 Rumus Struktur Asam Asetat Asam Chondrotin Asam ini merupakan bagian dari tulang rawan yang melapisi permukaan sendi, serta berperan menjaga keutuhan dan kesehatan persendian. Gambar 2.11 Rumus Struktur Asam Chondrotin Asam Hyaluronic atau Asam Hyaluronidase Asam ini juga berada di cairan sendi dan berperan sebagai pelumas sehingga cairan sendi tetap terjaga dengan baik. Gambar 2.12 Rumus Struktur Asam Hyaluronic 13 Asam Laktat (Asam 2-Hidroksipropanoat) Asam laktat yang dihasilkan pada proses fermentasi kombucha sangat tinggi sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit kanker. Gambar 2.13 Rumus Struktur Asam Laktat Vitamin C vitamin C dosis tinggi memberikan efek meningkatkan pembuangan asam urat melalui urin. Vitamin C juga berperan dalam pembentukan substansi dalam sel dan berbagai jaringan, serta meningkatkan antibodi tubuh seperti aktifitas fagositosis sel darah putih dan transportasi zat besi dari transferin dalam darah ke feritin di dalam sumsum tulang, hati, dan limfa. Gambar 2.14 Rumus Struktur Vitamin C 2.1.4 Kandungan alami daun teh pada teh kombucha Daun teh memiliki kandungan senyawa organik yang tersedia secara alami di dalamnya. Kandungan alami daun teh menurut Faramayuda (2010) dan Kusuma (2009), yang memiliki sifat sebagai antioksidan adalah sebagai berikut: 14 Katekin Katekin adalah segolongan metabolit skunder yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid. Senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki gugus fenol. Strukturnya memiliki dua gugus fenol (cincin-A dan -B) dan satu gugus dihidropiran (cincin-C). Karena memiliki lebih dari satu gugus fenol, senyawa katekin sering disebut senyawa polifenol. Katekin adalah kandungan utama pada polifenol yang dimiliki daun teh. Gambar 2.15 Rumus Struktur Katekin Kuersetin Kuersetin adalah senyawa bioflavonoid yang menghambat kerja enzim xantin oksidase dalam produksi asam urat karena bersifat antioksidan. Gambar 2.16 Rumus Struktur Kuersetin 15 Kaffein Kafeina, atau lebih dikenal dengan nama kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Pada tumbuhan, kafein berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Kafein adalah salah satu senyawa yang terdapat di dalam daun teh. Gambar 2.17 Rumus Struktur Kafein Menurut Sustrani (2006) kandungan di dalam bahan makanan yang dapat mengatasi radang sendi dan menghambat peningkatan kadar asam urat di dalam darah antara lain asam folat, vitamin C, vitamin B, vitamin E (membantu menjaga agar kadar asam urat berada pada tingkat normal), kuersetin, alanin, asam aspartat, asam glutamat, dan glisin. Asam-asam amino, asam aspartat, asam glutamat, dan glisin berpotensi menurunkan kadar asam urat, sebagai efek dari pembuangan kadar asam urat melalui ginjal. 16 2.2 Hiperurisemia Hiperurisemia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya kadar asam urat di dalam darah di atas angka kadar asam urat normal (Krisnatuti et al., 1997 ; Sustrani et al., 2006). Jumlah asam urat di dalam darah dapat dilihat dari kadar natrium urat yang terkandung di dalam serum darah. Asam urat di dalam kondisi hiperurisemia terjadi apabila kadar asam urat di dalam serum melampaui daya larut serum sehingga serum menjadi sangat jenuh. Pada suhu 37oC daya larut natrium urat di dalam darah adalah 7 mg/dL, dan apabila telah melampau angka tersebut maka keadaan itu disebut hiperurisemia, dan memunculkan penyakit asam urat (Krisnatuti et al., 1997). Menurut Sustrani et al. (2006) kondisi hiperurisemia dapat terjadi akibat peningkatan produksi asam urat atau adanya gangguan pada proses ekskresi asam urat. Penyakit asam urat ditandai dengan rasa nyeri di daerah persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa yang amat sakit bagi penderitanya. Rasa sakit ini disebabkan oleh adanya radang pada persendian. Radang ini diakibatkan oleh adanya penumpukan kristal di daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah (Redaksi Agromedia, 2010 ; Sustrani et al., 2006 ; Soeryono, 2011). Penyakit ini sudah dikenal sejak jaman Yunani Kuno yang dikenal sebagai penyakit ’gout’ atau ’pirai’ yang pada masa itu dikenal sebagai penyakit orang kaya. Kata ’gout’ berasal dari bahasa Latin ’guttan’ yang berarti tetesan, sebab pada jaman dulu penyakit ini diperkirakan diakibatkan oleh adanya racun yang jatuh setetes demi setetes pada persendian. Sekarang penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan penyakit arthritis gout yang merupakan salah satu dari penyakit rematik atau radang sendi (Redaksi Agromedia, 2010 ; Sustrani et al., 2006). 17 Penyakit ini umumnya disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi seperti jeroan. Penyebab lain penyakit ini adalah mengonsumsi alkohol, stres, infeksi, dan obat-obatan tertentu. Laki-laki yang berusia di atas 30 tahun rentan terkena penyakit asam urat sebab laki-laki memiliki kadar asam urat tinggi di dalam tubuhnya. Kadar asam urat pada wanita umumnya cukup rendah dan baru akan meningkat setelah menopause (Redaksi Agromedia, 2010 ; Sustrani et al., 2006 ; Soeryono, 2011). Menurut (Toha, 2009) jumlah total asam urat yang diekskresikan oleh manusia dewasa normal kira-kira 0,6 g/24 jam. Asam urat ini dihasilkan dari purin yang dikonsumsi dan sebagian lagi dari degradasi nukleotida purin asam nukleat. Dalam dunia kedokteran kadar asam urat tinggi di dalam darah memiliki ciriciri terdapat kristal urat yang khas di dalam cairan sendi, terdapat tofi yang dibuktikan dengan pemeriksaan kimiawi. Ciri fisik yang ditimbulkan oleh kadar asam urat tinggi adalah terjadinya rasa sakit lebih dari satu kali terutama sendi ibu jari kaki, sendi terlihat kemerahan, dan pembengkakan asimetris pada satu sendi yang disertai rasa sakit, serta pada saat muncul rasa sakit dan terjadinya inflamasi tidak ditemukan adanya bakteri (Krisnatuti et al., 1997). Penyebab peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) dapat dikelompokan menjadi dua kelompok: a. Hiperurisemia Primer Hiperurisemia primer ini kerap tidak diketahui penyebabnya, namun sebagian besar dikarenakan oleh faktor genetik atau hormonal sehingga terjadi kekurangan enzim yang berfungsi untuk mengurangi kadar asam urat di dalam darah. 18 b. Hiperurisemia Skunder Penyebabnya antara lain ketidakmampuan tubuh memproses fruktosa secara normal, kelainan glikogen, kelainan ginjal, anemia hemolitik, dan terbentuknya limfosit secara berlebihan. Obesitas dan keracuan serta terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi juga dapat menyebabkan hiperurisemia sekunder (Redaksi Agromedia, 2009). Tingkatan gejala penyakit asam urat ada beberapa tahap yakni tahap asimtomatik yaitu terjadinya peningkatan asam urat tanpa disertai munculnya rasa nyeri. Tahap akut, serangan nyeri pada persendian secara mendadak dan hebat disertai dengan rasa panas dan kemerahan biasanya tengah malam atau menjelang pagi hari. Tahap interkritikal yaitu penderita dapat melakukan aktifitas dengan normal tanpa keluhan rasa sakit, dan tahap kronis yakni terjadi pembentukan tofus berupa benjolan di sekitar sendi yang sering meradang sekitar 11 tahun setelah serangan pertama biasanya terjadi 4-5 kali serangan selama setahun (Redaksi Agromedia, 2009). 2.3 Pembentukan Asam Urat Asam urat dapat ditemukan di dalam darah dan urin. Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan makanan yang mengandung purin yang diproduksi oleh tubuh. Tingginya kadar asam urat dalam darah yang melebihi batas normal disebabkan oleh banyaknya pembuangan hasil metabolisme purin, sedangkan eksresi asam urat melalui urin terlalu sedikit. Terlalu banyak 19 mengonsumsi makanan yang mengandung nukleotida purin tinggi dapat meningkatkan produksi asam urat di dalam tubuh (Krisnatuti et al., 1997). Purin yang melebihi kebutuhan sel bisa mengalami proses degradasi menjadi alantoin dengan adanya urikase, dan degradasinya tergantung pada organisme. Menurut (Ngili, 2010), manusia tidak bisa mendegradasi purin di luar asam urat karena tidak adanya enzim urikase yang membelah cincin purin membentuk alantoin. Di dalam tubuh manusia kelebihan adenosil monofosfat (AMP) dideaminasi menjadi inosin monofosfat (IMP) oleh reaksi deaminase spesifik. IMP kemudian dihidrolisis oleh 5’-nukleotidase untuk membentuk inosin. Karena kekurangan urikase manusia mengeluarkan asam urat setiap hari sekali pun dalam jumlah kecil. Hati mensintesis sekitar 0,8 g asam urat per hari, namun 20-50% memasuki saluran usus dalam cairan lambung dan dalam empedu serta didegradasi oleh mikroorganisme. Sebagian hewan (uricoteles seperti burung), kelebihan nitrogen dikeluarkan sebagai asam urat. Namun pada organisme nonuricoteles (seperti pada manusia) yang tidak memiliki enzim urikase bisa mendegradasi purin menjadi urea, ammonia, dan karbon dioksida (Ngili, 2010). 2.4 Xantin Oksidase (XO) Enzim adalah suatu protein yang mengkatalisis suatu reaksi biokimia. Menurut (Ngili, 2010) dan (Lehninger, 1982) enzim terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah di dalam sel dan dapat meningkatkan laju reaksi tanpa merubah posisi kesetimbangan reaksi. Banyak enzim lebih dikenal dengan nama yang berasal dari nama reaktan utamanya. Salah satu contohnya adalah enzim yang membantu 20 pembentukan asam urat dari senyawa xantin yang dikenal dengan nama xantin oksidase. Xantin oksidase adalah suatu enzim yang bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi xantin menjadi asam urat pada metabolisme purin. Enzim ini tergolong dalam golongan oksidoreduktase atau enzim oksidase. Enzim ini dapat mengoksidasi beberapa senyawa nitrogen heterosiklik lain, berikatan dengan flavin adenin dinukleotida (FAD), molibdenum, dan besi non heme (Toha, 2010). Enzim oksidase biasanya mengkatalisis oksidasi substrat oleh O 2 tanpa penggabungan oksigen di dalam produk. Pada oksidasi biasanya terlibat dua elektron dan oksigen diubah ke dalam bentuk H2O2. Adapun persamaan reaksi pembentukan asam urat yang dibantu oleh xantin oksidase sebagai berikut: DNA/RNA adenosin guanosin Xantin oksidase hipoxantin xantin asam urat Gambar 2.18 Reaksi Pembentukan Asam Urat (Ngili, 2010) 21 2.5 Allopurinol Allopurinol adalah obat yang kerap diberikan kepada penderita asam urat. Allopurinol adalah obat yang memiliki fungsi menghambat kerja xantin oksidase dalam mengubah hipoxantin menjadi xantin, dan dari xantin menjadi asam urat (Soeryoko, 2011 ; Sustrani et al., 2006). Allopurinol adalah obat yang digunakan untuk mengatasi penimbunan asam urat pada sendi, kulit, dan ginjal sebab ini dapat mempercepat pembuangan asam urat melalui ginjal. Allopurinol akan berinteraksi kompetitif dengan xantin, sehingga pembentukan asam urat dapat ditekan. Dosis awal untuk pemberian allopurinol adalah 100 mg/hari dan dapat ditingkatkan menjadi 300 mg/hari (Sustrani et al., 2006). Allopurinol dapat menyerap kembali kristal urat dari topus sehingga pada awal pengobatan biasanya akan terjadi serangan akut asam urat. Efek samping pengobatan lainnya biasanya berupa reaksi hipersensitivitas yang muncul sebagai ruam kulit atau gangguan kulit lainnya. Contoh obat allopurinol yang banyak beredar di pasaran adalah Algut, Alofar, Benoxuric, Hanoric, Isoric, Llanol, Kemorinol, Nilapur, Omeric, Puricemia, Reucid (Otto), Tylonic, Urica, Uroquad. Xanturic, dan Xyloric (Sustrani et al., 2006). 22 allopurinol hipoxantin aloxantin xantin asam urat Gambar 2.19 Mekanisme Penghambatan Allopurinol Terhadap Enzim Xantin Oksidase Pada Pembentukan Asam Urat 2.6 Makanan Tinggi Kandungan Purin Purin terdapat dalam tubuh karena terkandung pada semua makanan, dan makan yang memiliki kandungan purin tinggi cenderung mengakibatkan meningkatnya kadar asam urat di dalam darah secara signifikan (Redaksi Agromedia, 2009). Makanan seperti jerohan, daging, melinjo, serta kacang-kacangan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar asam urat di dalam darah. Hal ini disebabkan karena makanan tersebut memiliki kandungan purin tinggi (Redaksi Agromedia, 2010 ; Sustrani et al., 2006 ; Soeryono, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Artini (2011), jeroan hati ayam dan melinjo dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam darah. Sehingga pada penelitian ini dilakukan pemberian jeroan hati ayam dan melinjo pada hewan coba guna meningkatkan kadar asam urat di dalam darah tikus Rattus norvegicus. 23 2.6.1 Jeroan hati ayam Jerohan seperti hati ayam memiliki kandungan purin tinggi, yaitu sekitar 150180 mg/100 g massanya (Sustrani et al., 2006). Jeroan tidak aman dikonsumsi oleh penderita asam urat karena kandungan purinnya sangat tinggi sebab, salah satu penyebab penyakit asam urat adalah makanan tinggi purin. Di dalam makanan sehari-hari umumnya mengandung 600-1.000 mg purin. Bila menderita asam urat akut, disarankan kandungan purin dalam menu sehari-hari 100-150 mg. Bila kadar asam urat penderita di dalam darah melebihi kadar normal (di atas 7 mg/dL), dianjurkan menghindari jeroan. Jika kadar asam urat sampai melebihi angka 10 mg/dL dibarengi dengan pembengkakan sendi, sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang mengandung purin sama sekali. Tubuh telah menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan tubuh harian, sehingga tambahan dari makanan hanya 15 persen. Apabila konsumsi purin berlebihan, ginjal tidak dapat mengatur metabolismenya dengan baik (Astawan, 2012). Contoh dari makanan yang berupa jeroan yang memiliki kandungan purin tinggi adalah hati. Hati merupakan organ utama tubuh bagian dalam hewan. Senyawa beracun lebih banyak ditemui pada hati, dibandingkan dengan bagian tubuh lain, sebab hati merupakan tempat untuk menetralkan racun di dalam sistem pencernaan tubuh. Hati ayam adalah jeroan cukup banyak dikonsumsi masyarakat. Hati ayam berwarna merah agak kecokelatan, lembut, dan mudah hancur, tetapi bila dipanaskan akan mengeras (Astawan, 2012). 24 2.6.2 Melinjo Tanaman melinjo sudah cukup dikenal di masyarakat. Adapun klasifikasi tanaman melinjo dalam dunia tumbuh – tumbuhan adalah: Kerajaan : Plantae Divisi : Gnetophyta Kelas : Gnetopsida Ordo : Gnetales Famili : Gnetaceae Genus : Gnetum Spesies : Gnetum gnemon Tanaman melinjo termasuk tumbuhan berbiji terbuka, tidak terbungkus daging namun terbungkus kulit luar. Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu menghasilkan buah melinjo sebanyak 80-100 kg per pohonnya (Asrofi, 2012). 2.7 Hewan Uji Dalam berbagai disiplin ilmu, hewan percobaan digunakan seperti pada pemeriksaan toksisitas (keracunan) atau safety, yang bertujuan untuk mengetahui komponen racun atau batas-batas yang dapat diterima, maupun pemeriksaan potensi guna menentukan kekuatan atau kemampuan suatu produk. Hewan yang digunakan dalam suatu penelitian harus jelas klasifikasinya serta berasal dari jenis serta variasi biologis (spesies dan strain) yang sama. Selain itu, hewan tersebut harus sehat dengan tingkah laku normal, serta seragam baik dari umur, berat badan, serta jenis kelaminnya dan terkondisi(diet, kandang/situasi, stres, temperatur dsb). Adapun 25 dalam penelitian ini akan digunakan tikus galur wistar dengan nama latin Rattus norvegicus. Pada penelitian ini digunakan tikus galur wistar berjenis kelamin jantan. Ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: 1. Memiliki ukuran lebih besar sehingga lebih menguntungkan untuk penelitian dalam pengambilan serum ataupun plasma yang lebih banyak (Gutama, 2008). 2. Tikus jantan lebih stabil karena tidak memiliki hormon estrogen yang relatif berpengaruh pada masa-masa tertentu seperti siklus estrus, masa kehamilan dan menyusui sehingga dapat berpengaruh pada kondisi psikologis hewan uji. 3. Tingkat stres tikus jantan lebih kecil dibandingkan tikus betina yang mungkin mengganggu selama proses pengujian (Gutama, 2008).