BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Teh Kombucha

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Teh Kombucha
Teh kombucha adalah minuman segar hasil fermentasi dari teh manis dengan
bantuan jamur dan bakteri pembentuk asam. Minuman ini biasa dikonsumsi karena
bermanfaat untuk kesehatan. Kultur kombucha mengandung berbagai jenis
mikroorganisme. Adapun mikroorganisme di dalamnya; Acetobacter xylinum,
Acetobacter aceti,
Acetobacter pasteurianus,
Gluconobacter,
Brettanamyces
bruxellensis, Brettanamyces intermedius, Candida fomata, Mycoderma, Mycotorula,
Pichia, Saccharomyces cerevisiae, Schippzosaccharomyces, Torula, Torulaspora
delbrueckii, Torulopsis, Zygosaccharomyces bailii, dan Zygosaccharomyces rouxii.
Keberadaan mokroorganisme ini sangat penting di dalam proses fermentasi
kombucha (Dufresne dan Farsnworth, 1999).
2.1.1 Sejarah teh kombucha
Teh kombucha telah lama populer di kalangan masyarakat. Teh kombucha
diduga berasal dari Cina. Sejak tahun 221 sebelum masehi, masyarakat Cina sudah
menganggap teh ini dapat membuat hidup abadi dan disebut dengan nama “tea of
immortality”. Penyebaran teh kombucha dari Cina mengikuti jalur perdagangan dan
mulai dikenal di berbagai penjuru dunia (Naland, 2004). Sumber lain ada pula yang
menyebutkan bahwa teh kombucha, pada awalnya dibawa oleh seorang tabib yang
bernama Kombu, dari Jepang ke Korea, untuk mengobati seorang kaisar yang
5
6
menderita penyakit pencernaan. Teh ini kemudian dikenal hingga ke Rusia melalui
jalur perdagangan Eropa. Hingga kini teh kombucha semakin dikenal di masyarakat
sebagai minuman kesehatan yang memiliki rasa seperti cuka apel dan dihasilkan
melalui proses fermentasi oleh kultur kombucha (Dufresne dan Farnworth, 1999).
2.1.2 Khasiat teh kombucha
Teh Kombucha memiliki kandungan flavonoid yang tinggi yaitu senyawa
katekin yang bersifat antioksidan, sehingga senyawa ini dapat melawan radikal bebas
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit di dalam tubuh (Silaban, 2005). Teh
kombucha dapat menurunkan stres oksidatif yang terjadi di dalam tubuh (Dipti et al.,
2003). Menurut Setiawan et al. (2012) teh kombucha memiliki efek menurunkan
kadar asam urat di dalam darah pada kondisi hiperurisemia.
2.1.3
Komponen hasil fermentasi teh kombucha
Kandungan hasil fermentasi teh kombucha menurut Naland (2004) adalah
sebagai berikut:

Asam folat
Asam folat mencegah terjadinya serangan dari penyakit asam urat karena
memiliki peranan dalam proses metabolisme di dalam tubuh. Asam folat
dapat membantu produksi sel-sel darah merah, menyembuhkan luka,
membentuk otot, serta membantu proses pembelahan sel. Asam folat pula
sangat penting untuk pembentukan DNA dan RNA (zat-zat pembentuk
dinding sel).
7
Gambar 2.1 Rumus Struktur Asam Folat

Antibiotik
Antibiotik yang terkandung di dalam teh kombucha dapat membatasi
pertumbuhan bakteri lain, seperti bakteri patogen yang dapat mencemari
koloni jamur kombucha. Dengan adanya antibiotik ini jamur kombucha dapat
memproteksi dirinya sendiri

Vitamin B
Vitamin B berfungsi dalam pembentukan enzim. Salah satu komponen
vitamin B yaitu asam pantotenat dari kelompok vitamin B dapat membantu
memecah asam urat.
o Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin ini memegang peranan penting dalam pembentukan energi
melalui proses metabolisme. Tiamin berperan sebagai koenzim dalam
reaksi-reaksi yang menghasilkan karbohidrat dan memindahkan energi
untuk membentuk adenosin triposfat (ATP).
8
Gambar 2.2 Rumus Struktur Vitamin B1 (Tiamin)
o Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin ini diperlukan untuk memproses asam amino, lemak, dan
karbohidrat sehingga dapat menghasilkan ATP. Selain itu ini juga dapat
berfungsi sebagai antioksidan.
Gambar 2.3 Rumus Struktur Vitamin B2 (Riboflavin)
o Vitamin B3 (Niasin)
Vitamin B3 berfungsi membantu metabolisme dalam menghasilkan
energi. Niasin juga berperan dalam metabolisme lemak untuk menurunkan
kadar kolesterol seperti LDL (Low Density Lipoprotein) hingga bisa
mengurangi penyakit pembuluh darah dan jantung koroner.
9
Gambar 2.4 Rumus Struktur Vitamin B3 (Niasin)
o Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin B6 terdapat dalam tiga bentuk yaitu piridoksin, piridoksal, dan
piridoksamin. Piridoksin merupakan vitamin B6 yang berasal dari
tumbuhan, sedangkan piridoksal dan piridoksamin berasal dari hewan.
Bentuk vitamin ini dapat diubah menjadi piridoksal posfat yang
merupakan koenzim dalam berbagai metabolisme asam amino.
Gambar 2.5 Rumus Struktur Vitamin B6 (Piridoksin)
o Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin B12 dibantu dengan asam folat berperan penting di dalam
metabolisme antar sel di dalam tubuh.
10
Gambar 2.6 Rumus Struktur Vitamin B12 (Sianokobalamin)
o Vitamin B15
Vitamin B15 berasal dari asam amino glisin. Vitamin ini juga disebut
sebagai asam pangamik yang merupakan dimethyl glycine (DMG).
Vitamin ini dapat berperan sebagai oksigenator jaringan tubuh dan
penstabil radikal bebas.
Gambar 2.7 Rumus Struktur Vitamin B15
11

Asam Glukonat
Asam glukonat memiliki fungsi memperkuat daya kekebalan tubuh
terhadap infeksi dari luar, mengikat racun dan mengeluarkannya dari tubuh
lewat urin. Asam glukonat pada makanan berfungsi untuk mengawetkan
makanan di dalam tubuh.
Gambar 2.8 Rumus Struktur Asam Glukonat

Asam Glukoronat
Asam ini dapat mengkonjugasi atau mengikat logam berat sehingga lemak
mudah larut dalam air dan dikeluarkan dari dalam tubuh.
Gambar 2.9 Rumus Struktur Asam Glukoronat

Asam Asetat (Asam Etanoat atau Asam Cuka)
Asam asetat merupakan bagian terbesar dari hasil fermentasi teh kombucha.
Asam inilah yang memberikan rasa masam di dalam minuman ini. Asam
12
asetat dapat mengikat toksin dan bisa menjadi bentuk ester sehingga mudah
dikeluarkan oleh tubuh.
Gambar 2.10 Rumus Struktur Asam Asetat

Asam Chondrotin
Asam ini merupakan bagian dari tulang rawan yang melapisi permukaan
sendi, serta berperan menjaga keutuhan dan kesehatan persendian.
Gambar 2.11 Rumus Struktur Asam Chondrotin

Asam Hyaluronic atau Asam Hyaluronidase
Asam ini juga berada di cairan sendi dan berperan sebagai pelumas sehingga
cairan sendi tetap terjaga dengan baik.
Gambar 2.12 Rumus Struktur Asam Hyaluronic
13

Asam Laktat (Asam 2-Hidroksipropanoat)
Asam laktat yang dihasilkan pada proses fermentasi kombucha sangat tinggi
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit kanker.
Gambar 2.13 Rumus Struktur Asam Laktat

Vitamin C
vitamin C dosis tinggi memberikan efek meningkatkan pembuangan asam
urat melalui urin. Vitamin C juga berperan dalam pembentukan substansi
dalam sel dan berbagai jaringan, serta meningkatkan antibodi tubuh seperti
aktifitas fagositosis sel darah putih dan transportasi zat besi dari transferin
dalam darah ke feritin di dalam sumsum tulang, hati, dan limfa.
Gambar 2.14 Rumus Struktur Vitamin C
2.1.4 Kandungan alami daun teh pada teh kombucha
Daun teh memiliki kandungan senyawa organik yang tersedia secara alami di
dalamnya. Kandungan alami daun teh menurut Faramayuda (2010) dan
Kusuma (2009), yang memiliki sifat sebagai antioksidan adalah sebagai
berikut:
14

Katekin
Katekin adalah segolongan metabolit skunder yang secara alami dihasilkan
oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid. Senyawa ini
memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki gugus fenol. Strukturnya
memiliki dua gugus fenol (cincin-A dan -B) dan satu gugus dihidropiran
(cincin-C). Karena memiliki lebih dari satu gugus fenol, senyawa katekin
sering disebut senyawa polifenol. Katekin adalah kandungan utama pada
polifenol yang dimiliki daun teh.
Gambar 2.15 Rumus Struktur Katekin

Kuersetin
Kuersetin adalah senyawa bioflavonoid yang menghambat kerja enzim xantin
oksidase dalam produksi asam urat karena bersifat antioksidan.
Gambar 2.16 Rumus Struktur Kuersetin
15

Kaffein
Kafeina, atau lebih dikenal dengan nama kafein, ialah senyawa alkaloid
xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat
perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Pada tumbuhan, kafein berperan
sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga
tertentu yang memakan tanaman tersebut. Kafein adalah salah satu senyawa
yang terdapat di dalam daun teh.
Gambar 2.17 Rumus Struktur Kafein
Menurut Sustrani (2006) kandungan di dalam bahan makanan yang dapat
mengatasi radang sendi dan menghambat peningkatan kadar asam urat di dalam darah
antara lain asam folat, vitamin C, vitamin B, vitamin E (membantu menjaga agar
kadar asam urat berada pada tingkat normal), kuersetin, alanin, asam aspartat, asam
glutamat, dan glisin. Asam-asam amino, asam aspartat, asam glutamat, dan glisin
berpotensi menurunkan kadar asam urat, sebagai efek dari pembuangan kadar asam
urat melalui ginjal.
16
2.2 Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya kadar asam urat di
dalam darah di atas angka kadar asam urat normal (Krisnatuti et al., 1997 ; Sustrani et
al., 2006). Jumlah asam urat di dalam darah dapat dilihat dari kadar natrium urat yang
terkandung di dalam serum darah. Asam urat di dalam kondisi hiperurisemia terjadi
apabila kadar asam urat di dalam serum melampaui daya larut serum sehingga serum
menjadi sangat jenuh. Pada suhu 37oC daya larut natrium urat di dalam darah adalah
7 mg/dL, dan apabila telah melampau angka tersebut maka keadaan itu disebut
hiperurisemia, dan memunculkan penyakit asam urat (Krisnatuti et al., 1997).
Menurut Sustrani et al. (2006) kondisi hiperurisemia dapat terjadi akibat peningkatan
produksi asam urat atau adanya gangguan pada proses ekskresi asam urat.
Penyakit asam urat ditandai dengan rasa nyeri di daerah persendian tulang dan
tidak jarang timbul rasa yang amat sakit bagi penderitanya. Rasa sakit ini disebabkan
oleh adanya radang pada persendian. Radang ini diakibatkan oleh adanya
penumpukan kristal di daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam
darah (Redaksi Agromedia, 2010 ; Sustrani et al., 2006 ; Soeryono, 2011). Penyakit
ini sudah dikenal sejak jaman Yunani Kuno yang dikenal sebagai penyakit ’gout’ atau
’pirai’ yang pada masa itu dikenal sebagai penyakit orang kaya. Kata ’gout’ berasal
dari bahasa Latin ’guttan’ yang berarti tetesan, sebab pada jaman dulu penyakit ini
diperkirakan diakibatkan oleh adanya racun yang jatuh setetes demi setetes pada
persendian. Sekarang penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan penyakit arthritis
gout yang merupakan salah satu dari penyakit rematik atau radang sendi (Redaksi
Agromedia, 2010 ; Sustrani et al., 2006).
17
Penyakit ini umumnya disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi
makanan yang mengandung purin tinggi seperti jeroan. Penyebab lain penyakit ini
adalah mengonsumsi alkohol, stres, infeksi, dan obat-obatan tertentu. Laki-laki yang
berusia di atas 30 tahun rentan terkena penyakit asam urat sebab laki-laki memiliki
kadar asam urat tinggi di dalam tubuhnya. Kadar asam urat pada wanita umumnya
cukup rendah dan baru akan meningkat setelah menopause (Redaksi Agromedia,
2010 ; Sustrani et al., 2006 ; Soeryono, 2011). Menurut (Toha, 2009) jumlah total
asam urat yang diekskresikan oleh manusia dewasa normal kira-kira 0,6 g/24 jam.
Asam urat ini dihasilkan dari purin yang dikonsumsi dan sebagian lagi dari degradasi
nukleotida purin asam nukleat.
Dalam dunia kedokteran kadar asam urat tinggi di dalam darah memiliki ciriciri terdapat kristal urat yang khas di dalam cairan sendi, terdapat tofi yang
dibuktikan dengan pemeriksaan kimiawi. Ciri fisik yang ditimbulkan oleh kadar asam
urat tinggi adalah terjadinya rasa sakit lebih dari satu kali terutama sendi ibu jari kaki,
sendi terlihat kemerahan, dan pembengkakan asimetris pada satu sendi yang disertai
rasa sakit, serta pada saat muncul rasa sakit dan terjadinya inflamasi tidak ditemukan
adanya bakteri (Krisnatuti et al., 1997).
Penyebab peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) dapat dikelompokan
menjadi dua kelompok:
a. Hiperurisemia Primer
Hiperurisemia primer ini kerap tidak diketahui penyebabnya, namun sebagian
besar dikarenakan oleh faktor genetik atau hormonal sehingga terjadi kekurangan
enzim yang berfungsi untuk mengurangi kadar asam urat di dalam darah.
18
b. Hiperurisemia Skunder
Penyebabnya antara lain ketidakmampuan tubuh memproses fruktosa secara
normal, kelainan glikogen, kelainan ginjal, anemia hemolitik, dan terbentuknya
limfosit secara berlebihan. Obesitas dan keracuan serta terlalu banyak
mengonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi juga dapat menyebabkan
hiperurisemia sekunder (Redaksi Agromedia, 2009).
Tingkatan gejala penyakit asam urat ada beberapa tahap yakni tahap
asimtomatik yaitu terjadinya peningkatan asam urat tanpa disertai munculnya rasa
nyeri. Tahap akut, serangan nyeri pada persendian secara mendadak dan hebat
disertai dengan rasa panas dan kemerahan biasanya tengah malam atau menjelang
pagi hari. Tahap
interkritikal yaitu penderita dapat melakukan aktifitas dengan
normal tanpa keluhan rasa sakit, dan tahap kronis yakni terjadi pembentukan tofus
berupa benjolan di sekitar sendi yang sering meradang sekitar 11 tahun setelah
serangan pertama biasanya terjadi 4-5 kali serangan selama setahun (Redaksi
Agromedia, 2009).
2.3 Pembentukan Asam Urat
Asam urat dapat ditemukan di dalam darah dan urin. Asam urat dihasilkan
dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan makanan yang mengandung
purin yang diproduksi oleh tubuh. Tingginya kadar asam urat dalam darah yang
melebihi batas normal disebabkan oleh banyaknya pembuangan hasil metabolisme
purin, sedangkan eksresi asam urat melalui urin terlalu sedikit. Terlalu banyak
19
mengonsumsi
makanan
yang
mengandung
nukleotida
purin
tinggi
dapat
meningkatkan produksi asam urat di dalam tubuh (Krisnatuti et al., 1997).
Purin yang melebihi kebutuhan sel bisa mengalami proses degradasi menjadi
alantoin dengan adanya urikase, dan degradasinya tergantung pada organisme.
Menurut (Ngili, 2010), manusia tidak bisa mendegradasi purin di luar asam urat
karena tidak adanya enzim urikase yang membelah cincin purin membentuk alantoin.
Di dalam tubuh manusia kelebihan adenosil monofosfat (AMP) dideaminasi menjadi
inosin monofosfat (IMP) oleh reaksi deaminase spesifik. IMP kemudian dihidrolisis
oleh 5’-nukleotidase untuk membentuk inosin.
Karena kekurangan urikase manusia mengeluarkan asam urat setiap hari
sekali pun dalam jumlah kecil. Hati mensintesis sekitar 0,8 g asam urat per hari,
namun 20-50% memasuki saluran usus dalam cairan lambung dan dalam empedu
serta didegradasi oleh mikroorganisme. Sebagian hewan (uricoteles seperti burung),
kelebihan nitrogen dikeluarkan sebagai asam urat. Namun pada organisme
nonuricoteles (seperti pada manusia) yang tidak memiliki enzim urikase bisa
mendegradasi purin menjadi urea, ammonia, dan karbon dioksida (Ngili, 2010).
2.4 Xantin Oksidase (XO)
Enzim adalah suatu protein yang mengkatalisis suatu reaksi biokimia.
Menurut (Ngili, 2010) dan (Lehninger, 1982) enzim terdapat dalam konsentrasi yang
sangat rendah di dalam sel dan dapat meningkatkan laju reaksi tanpa merubah posisi
kesetimbangan reaksi. Banyak enzim lebih dikenal dengan nama yang berasal dari
nama reaktan utamanya. Salah satu contohnya adalah enzim yang membantu
20
pembentukan asam urat dari senyawa xantin yang dikenal dengan nama xantin
oksidase.
Xantin oksidase adalah suatu enzim yang bekerja sebagai katalis pada reaksi
oksidasi xantin menjadi asam urat pada metabolisme purin. Enzim ini tergolong
dalam golongan oksidoreduktase atau enzim oksidase. Enzim ini dapat mengoksidasi
beberapa senyawa nitrogen heterosiklik lain, berikatan dengan flavin adenin
dinukleotida (FAD), molibdenum, dan besi non heme (Toha, 2010). Enzim oksidase
biasanya mengkatalisis oksidasi substrat oleh O 2 tanpa penggabungan oksigen di
dalam produk. Pada oksidasi biasanya terlibat dua elektron dan oksigen diubah ke
dalam bentuk H2O2. Adapun persamaan reaksi pembentukan asam urat yang dibantu
oleh xantin oksidase sebagai berikut:
DNA/RNA
adenosin
guanosin
Xantin
oksidase
hipoxantin
xantin
asam urat
Gambar 2.18 Reaksi Pembentukan Asam Urat (Ngili, 2010)
21
2.5 Allopurinol
Allopurinol adalah obat yang kerap diberikan kepada penderita asam urat.
Allopurinol adalah obat yang memiliki fungsi menghambat kerja xantin oksidase
dalam mengubah hipoxantin menjadi xantin, dan dari xantin menjadi asam urat
(Soeryoko, 2011 ; Sustrani et al., 2006). Allopurinol adalah obat yang digunakan
untuk mengatasi penimbunan asam urat pada sendi, kulit, dan ginjal sebab ini dapat
mempercepat pembuangan asam urat melalui ginjal. Allopurinol akan berinteraksi
kompetitif dengan xantin, sehingga pembentukan asam urat dapat ditekan. Dosis awal
untuk pemberian allopurinol adalah 100 mg/hari dan dapat ditingkatkan menjadi 300
mg/hari (Sustrani et al., 2006).
Allopurinol dapat menyerap kembali kristal urat dari topus sehingga pada
awal pengobatan biasanya akan terjadi serangan akut asam urat. Efek samping
pengobatan lainnya biasanya berupa reaksi hipersensitivitas yang muncul sebagai
ruam kulit atau gangguan kulit lainnya. Contoh obat allopurinol yang banyak beredar
di pasaran adalah Algut, Alofar, Benoxuric, Hanoric, Isoric, Llanol, Kemorinol,
Nilapur, Omeric, Puricemia, Reucid (Otto), Tylonic, Urica, Uroquad. Xanturic, dan
Xyloric (Sustrani et al., 2006).
22
allopurinol
hipoxantin
aloxantin
xantin
asam urat
Gambar 2.19 Mekanisme Penghambatan Allopurinol Terhadap Enzim Xantin
Oksidase Pada Pembentukan Asam Urat
2.6 Makanan Tinggi Kandungan Purin
Purin terdapat dalam tubuh karena terkandung pada semua makanan, dan
makan
yang memiliki
kandungan
purin
tinggi
cenderung
mengakibatkan
meningkatnya kadar asam urat di dalam darah secara signifikan (Redaksi Agromedia,
2009). Makanan seperti jerohan, daging, melinjo, serta kacang-kacangan dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar asam urat di dalam darah. Hal ini
disebabkan karena makanan tersebut memiliki kandungan purin tinggi (Redaksi
Agromedia, 2010 ; Sustrani et al., 2006 ; Soeryono, 2011). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Artini (2011), jeroan hati ayam dan melinjo dapat meningkatkan
kadar asam urat di dalam darah. Sehingga pada penelitian ini dilakukan pemberian
jeroan hati ayam dan melinjo pada hewan coba guna meningkatkan kadar asam urat
di dalam darah tikus Rattus norvegicus.
23
2.6.1 Jeroan hati ayam
Jerohan seperti hati ayam memiliki kandungan purin tinggi, yaitu sekitar 150180 mg/100 g massanya (Sustrani et al., 2006). Jeroan tidak aman dikonsumsi oleh
penderita asam urat karena kandungan purinnya sangat tinggi sebab, salah satu penyebab
penyakit asam urat adalah makanan tinggi purin. Di dalam makanan sehari-hari umumnya
mengandung 600-1.000 mg purin. Bila menderita asam urat akut, disarankan kandungan
purin dalam menu sehari-hari 100-150 mg. Bila kadar asam urat penderita di dalam darah
melebihi kadar normal (di atas 7 mg/dL), dianjurkan menghindari jeroan. Jika kadar asam
urat sampai melebihi angka 10 mg/dL dibarengi dengan pembengkakan sendi, sebaiknya
tidak mengonsumsi makanan yang mengandung purin sama sekali. Tubuh telah
menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan tubuh harian, sehingga tambahan
dari makanan hanya 15 persen. Apabila konsumsi purin berlebihan, ginjal tidak dapat
mengatur metabolismenya dengan baik (Astawan, 2012). Contoh dari makanan yang
berupa jeroan yang memiliki kandungan purin tinggi adalah hati.
Hati merupakan organ utama tubuh bagian dalam hewan. Senyawa beracun
lebih banyak ditemui pada hati, dibandingkan dengan bagian tubuh lain, sebab hati
merupakan tempat untuk menetralkan racun di dalam sistem pencernaan tubuh. Hati
ayam adalah jeroan cukup banyak dikonsumsi masyarakat. Hati ayam berwarna merah
agak kecokelatan, lembut, dan mudah hancur, tetapi bila dipanaskan akan mengeras
(Astawan, 2012).
24
2.6.2 Melinjo
Tanaman melinjo sudah cukup dikenal di masyarakat. Adapun klasifikasi
tanaman melinjo dalam dunia tumbuh – tumbuhan adalah:
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Gnetophyta
Kelas
: Gnetopsida
Ordo
: Gnetales
Famili
: Gnetaceae
Genus
: Gnetum
Spesies
: Gnetum gnemon
Tanaman melinjo termasuk tumbuhan berbiji terbuka, tidak terbungkus daging namun
terbungkus kulit luar. Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan
setiap panen raya mampu menghasilkan buah melinjo sebanyak 80-100 kg per
pohonnya (Asrofi, 2012).
2.7 Hewan Uji
Dalam berbagai disiplin ilmu, hewan percobaan digunakan seperti pada
pemeriksaan toksisitas (keracunan) atau safety, yang bertujuan untuk mengetahui
komponen racun atau batas-batas yang dapat diterima, maupun pemeriksaan potensi
guna menentukan kekuatan atau kemampuan suatu produk. Hewan yang digunakan
dalam suatu penelitian harus jelas klasifikasinya serta berasal dari jenis serta variasi
biologis (spesies dan strain) yang sama. Selain itu, hewan tersebut harus sehat dengan
tingkah laku normal, serta seragam baik dari umur, berat badan, serta jenis
kelaminnya dan terkondisi(diet, kandang/situasi, stres, temperatur dsb). Adapun
25
dalam penelitian ini akan digunakan tikus galur wistar dengan nama latin Rattus
norvegicus.
Pada penelitian ini digunakan tikus galur wistar berjenis kelamin jantan. Ini
didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
1. Memiliki ukuran lebih besar sehingga lebih menguntungkan untuk penelitian
dalam pengambilan serum ataupun plasma yang lebih banyak (Gutama,
2008).
2. Tikus jantan lebih stabil karena tidak memiliki hormon estrogen yang relatif
berpengaruh pada masa-masa tertentu seperti siklus estrus, masa kehamilan
dan menyusui sehingga dapat berpengaruh pada kondisi psikologis hewan uji.
3. Tingkat stres tikus jantan lebih kecil dibandingkan tikus betina yang mungkin
mengganggu selama proses pengujian (Gutama, 2008).
Download