4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sirsak 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Menurut Tjitrosoepomo (2005) tanaman sirsak dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Annonales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies :Annona muricata L. Di Indonesia nama sirsak memiliki banyak sebutan yaitu sirsak, nangka sabrang, nangka walanda, durian belanda (Melayu) sedangkan diluar negeri sirsak memiliki nama Soursop (Inggris), Mang Cau Xiem (Vietnam), Thurian Thet (Thailand), Guyabano (Pilipina). 2.1.2. Kandungan Kimia Dan Manfaat Daun Sirsak Sirsak (Annona muricata L.) adalah tanaman yang mengandung senyawa flavonoid, tanin, fitosterol, kalsium oksalat dan alkaloid (Adjie, 2011). Antioksidan yang terkandung dalam buah sirsak antara lain adalah vitamin C. Hasil riset yang dilakukan oleh Adjie, 2011 menyatakan bahwa sirsak mengandung asetogenin yang mampu melawan sel kanker. Banyaknya manfaat sirsak membuat orang mulai beralih mengkonsumsi sirsak sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan konvensional. Kandungan senyawa asetogenin pada daun sirsak berkhasiat sebagai antitumor. Menurut Mardiana dan Juwita (2011) sejak dahulu masyarakat di daerah Kalimantan sering menggunakan daun sirsak untuk mengobati demam, Universitas Sumatera Utara 5 masyarakat di daerah Minahasa memanfaatkannya sebagai obat bisul dengan memanfaatkan daun mudanya, masyarakat di daerah Sunda (Jawa Barat) menggunakan daun sirsak sebagai obat penurun tekanan darah tinggi. Penggunaan daun sirsak sebagai salah satu obat herbal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsumsi obat kimia di masyarakat. Beberapa senyawa flavonoid dan alkaloid dapat menghambat kerja enzim Xanthine Oxidase sehingga dapat menghambat pembentukan asam urat dalam tubuh (Cos dkk, 1998). Flavonoid golongan flavon dan flavonol memiliki daya inhibisi lebih tinggi dari pada golongan flavonoid yang lainnya karena posisi gugus hidroksilnya lebih mudah menangkap elektron dari sisi aktif xantin oksidase. Senyawa lainnya seperti polifenol dan saponin juga berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase karena memiliki gugus hidroksil sebagai akseptor elektron dari xantin oksidase. 2.2. Asam Urat 2.2.1. Definisi dan Struktur Asam Urat Asam urat merupakan produk akhir hasil metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3. Gambar 2.1. Struktur Kimia Asam Urat (Zhao et al, 2009). Penyakit asam urat adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut salah satu jenis penyakit rematik artikuler (Utami, 2003). Asam urat merupakan substansi hasil akhir nucleic acid atau metabolisme purin dalam tubuh. Asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut sebagai hiperurisemia. Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang menjadi gout. Universitas Sumatera Utara 6 Kadar asam urat normal pada laki – laki 3,4 – 7,0 mg/dl dan pada wanita 2,4 – 6,0 mg/dl. Pada mencit normal, kadar asam uratnya 0,5 – 1,4 mg/dl dan mencit dikatakan hiperurisemia bila kadar asam uratnya 1,7 - 3,0 mg/dl (Mazzali et al., 2001). Pada hiperurisemia akan dapat terjadi akumulasi kristal asam urat pada persendian sehingga menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang sering disebut pirai atau gout (Hidayat, 2009). Pembentukan asam urat terjadi melalui jalur oksidasi hipoxanthin dan guanin menjadi xanthin yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase dan guanase. Kemudian xanthin akan teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi selanjutnya yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase. Dengan demikian enzim xanthin oksidase merupakan faktor utama secara farmakologis dalam pembentukan asam urat pada penderita hiperurisemia atau penyakit gout (Murray et al., 2006). 2.2.2. Metabolisme Nukleotida Purin Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat atau inti dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino unsur pembentuk protein. Asam nukleat yang dilepas di traktus intestinalis diurai menjadi mononukleotida oleh enzim ribonuklease, deoksiribonuklease dan polinukleotidase. Kemudian enzim nukleotidase dan fosfatase menghidrolis mononukleotida menjadi nukleotida yang kemudian bisa di serap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase intestinal menjadi basa purin serta pirimidin. Proses pembentukan asam urat sebagian besar dari metabolisme nukleotida purin endogen, guanosine monophosphate (GMP), inosine monophosphate (IMP) dan adenosine monophosphate (AMP) (Murray et al., 2006). Pada manusia nukleosida purin yang utama yaitu adenosin dan guanosin diubah menjadi asam urat sebagai produk akhir yang diekskresikan keluar tubuh. Adenosin dan guanosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi inosin oleh adenosin deaminase. Fosforilase ikatan N-glikosinat inosin dan guanosin, yang dikatalisasi oleh nukleosida purin fosforilase, akan melepas senyawa ribosa 1fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanin selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisasi oleh xantin oksidase dan guanase xantin kemudian Universitas Sumatera Utara 7 teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim yang sama (Rodwell, 1997). Di bawah ini dapat dilihat skema terbentuknya asam urat melalui purin: Gambar 2.2. Skema terbentuknya asam urat Menurut Hawkins (2005) purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat berasal dari 3 sumber yaitu purin dari makanan, konversi asam nukleat dari jaringan dan pembentukan purin dari dalam tubuh. Beberapa sistem enzim mengatur metabolisme purin. Bila terjadi sistem regulasi yang abnormal maka terjadilah produksi asam urat yang berlebihan. Produksi asam urat berlebihan ini dapat juga terjadi karena adanya peningkatan penguraian asam nukleat dari jaringan seperti pada myeloproliferative dan lymphoproliferative disorder. dua abnormalitas dari dua enzim yang menghasilkan produksi asam urat berlebih yaitu: a. Peningkatan aktivitas phosphoribosylpyrophosphate (PRPP) sintetase yang menyebabkan peningkatan konsentrasi PRPP. PRPP adalah kunci sintesa purin, berarti juga kunci sintesa asam urat. b. Defisiensi hypoxanthine guanine phosphoribosyl transferase (HGPRT). Defisiensi HGPRT meningkatkan metabolisme guanin dan hipoxantin menjadi asam urat (Hawkins, 2005). Universitas Sumatera Utara 8 2.2.3. Hiperurisemia Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah diatas batas normal (Kelley dan Wortmann, 1997). Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan merupakan faktor resiko terjadinya hiperurisemia. Faktor-faktor resiko terjadinya hiperurisemia tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga mekanisme, yaitu: a. Peningkatan produksi asam urat Peningkatan produksi asam urat terjadi karena faktor idiopatik primer, mengkonsumsi makanan yang kaya purin (banyak mengandung protein), obesitas, alkohol, proses hemolitik dan penyakit kulit (prosiaris). b. Penurunan ekskresi asam urat Penurunan ekskresi asam urat merupakan sebagian besar penyebab hiperurisemia (hampir 90% kasus). Penyebabnya antara lain: idiopatik primer, insufesiensi ginjal, ginjal polikistik, diabetes insipidus, hipertensi, asidosis, toksik pada kehamilan, penggunaan obat-obatan seperti salisilat kurang dari 2 gram/hari, diuretik, alkohol, levodopa, ethambutol dan pirazinamid. c. Kombinasi antara kedua mekanisme tersebut Dapat terjadi pada defisiensi glukosa 6-fosfat, defisiensi fruktosa 1-fosfat, konsumsi alkohol dan syok (Kelley dan Wortmann, 1997). Jika pada hiperurisemia didapatkan hasil bentukan kristal asam urat maka hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout. Berdasarkan penyebab peningkatan asam urat dalam darah atau hiperurisemia dan gout dapat dibedakan menjadi: a. Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa disebabkan penyakit dan penyebab lain. b. Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia dan gout yang disebabkan penyakit dan meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. c. Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia dengan penyebab primer yang tidak jelas, kelainan genetik dan tidak ada kelainan fungsi fisiologis ataupun anatomi yang jelas (Schumacher Jr, 1992). Universitas Sumatera Utara 9 2.2.4. Gout Gout atau pirai adalah penyakit akibat adanya penumpukan kristal mononatrium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat (Terkeltaub, 2001; Becker & Meenaskshi, 2005). Gout disebabkan oleh deposit kristal asam urat didalam sendi. Penumpukan asam urat didalam darah dapat menyebabkan timbulnya kristal asam urat pada bagian tubuh, termasuk kulit dan ginjal, tetapi pada sendi yang paling mudah diserang. Saat kristal asam urat menumpuk dan jumlahnya banyak, maka kristal asam urat akan tersebar ke dalam rongga sendi (Kelley dan Wortmann, 1997). Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan menyerang pada malam hari). Jika gout menyerang sendi maka sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang hebat dan persendian sulit digerakan. Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang dan jantung berdebar. Gambar 2.3 Peradangan pada pangkal ibu jari kaki (gout) akibat kadar asam urat darah yang tinggi. Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus (tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai pengendapan kristal asam urat (Soeparman, 1998). Universitas Sumatera Utara