Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Penjualan

advertisement
Nia Amelia Rusady, Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas...
ISSN 2356 - 4385
Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Penjualan
Kredit Pada PT Astrido Toyota
Nia Amelia Rusady1), Abriandi2)
Akuntansi, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis
Jalan Pulomas Selatan Kav 22, Jakarta
1)
Email: [email protected]
2)
Emauil: [email protected]
Abstract: This research describes about the internal control over credit sales at PT Astrido Toyota,
given the role of internal control is essential to avoid the risks that might occur in the company. The
purpose of this thesis research is to analyze the system credit sales and analyze system internal control
over credit sales. The author conducted this research by observation, interviews, questionnaires, and
conduct library research.This is done to get the data directly at PT Astrido Toyota and compare these
data with the related theories.This study resulted in the conclusion that the system of internal control
over credit sales at PT Astrido Toyota has been going well, however still has some drawbacks.
Keywords: credit sales, internal control, risk, system
Abstrak: Penelitian ini menjelaskan tentang pengendalian internal atas penjualan kredit pada PT
Astrido Toyota, mengingat peran pengendalian internal sangatlah penting untuk menghindari risikorisiko yang mungkin akan terjadi di perusahaan. Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk
menganalisis sistem penjualan kredit dan menganalisis sistem pengendalian internal atas penjualan
kreditnya. Penulis melakukan penelitian ini dengan cara observasi, wawancara, kuesioner, dan
melakukan penelitian kepustakaan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung di
PT Astrido Toyota dan membandingkan data tersebut dengan teori-teori yang terkait. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa sistem pengendalian internal atas penjualan kredit pada PT Astrido
Toyota telah berjalan dengan baik namun masih memiliki beberapa kekurangan.
Kata kunci: penjualan kredit, pengendalian internal, risiko, sistem
I.PENDAHULUAN
Saat ini kebutuhan masyarakat untuk membeli
barang semakin meningkat, diantaranya alat-alat
elektronik, tempat tinggal, kendaraan, dan kebutuhan
lainnya. Transaksi pembelian barang tersebut dapat
dilakukan secara tunai ataupun kredit. Namun,
banyaknya kebutuhan masyarakat yang beragam dan
harus dipenuhi secara waktu bersamaan, membuat
masyarakat lebih memilih membeli secara kredit.
Beragam industri dagang menawarkan berbagai
fasilitas dalam melakukan penjualan atas produkproduknya untuk bisa memenangkan pangsa
pasar dalam persaingan dunia bisnis, diantaranya
dengan memberi kemudahan kepada pelanggan
melalui penjualan secara kredit yang merupakan
strategi penjualan pada perusahaan yang bertujuan
untuk terus meningkatkan volume penjualan dan
memperoleh keuntungan yang maksimal. Penjualan
kredit dilakukan perusahaan dengan cara menerima
order pembelian kemudian menganalisis kredibilitas
pembeli. Jika ditolak, maka pengajuan kredit
dibatalkan dan jika diterima, maka pembeli dapat
melakukan persetujuan kredit dengan membayar uang
muka sebagian dan sisanya dicicil sesuai perjanjian
yang telah disepakati dalam jangka waktu yang sudah
ditetapkan, kemudian perusahaan menyiapkan dan
mengirim barang, sehingga perusahaan memiliki
tagihan piutang kepada pembeli tersebut untuk jangka
waktu tertentu. Salah satu barang yang bisa dibeli
secara kredit adalah mobil. Untuk membeli kendaraan
pribadi seperti mobil, tidak harus secara tunai,
masyarakat bisa membelinya secara kredit. Dengan
membeli secara kredit, pembeli bisa secara langsung
menikmati barangnya dengan hanya membayar uang
mukanya saja, sementara sisanya bisa dicicil.
Astrido Toyota adalah dealer resmi Toyota yang
merupakan salah satu industri dagang yang melayani
penjualan mobil secara tunai dan kredit. Strategi
yang dilakukan Astrido Toyota untuk meningkatkan
79
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
penjualan tunai dan kreditnya dengan memberikan
layanan lengkap mulai dari penjualan, service, body
repair, spare-part, emergency road asistence, sampai
dengan tukar tambah mobil lama dengan mobil baru
Toyota berikutnya dan memberikan semata-mata
hanya untuk pelanggan setia Toyota.
Dalam sistem penjualan kredit pada aktivitas
penagihan piutang akan menimbulkan dua hal yang
akan terjadi yaitu piutang tertagih yang berpengaruh
baik menjadi sebuah pendapatan dan bisa menjadi
piutang tidak tertagih yang berpengaruh buruk pada
laba yang merupakan sebuah risiko yang dapat
merugikan perusahaan. Adapun risiko yang mungkin
akan terjadi pada PT Astrido Toyota dalam sistem
penjualan kreditnya seperti pihak pembeli melakukan
pembatalan kredit, pembeliterlambat membayar
cicilan, persediaan barang yang diinginkan pembeli
belum siap tersedia atau kehabisan persediaan, dan
melakukan keterlambatan dalam mengirim barang.
Risiko-risiko tersebut bisa mengakibatkan kerugian
pada perusahaan. Untuk menghindari risiko-risiko
tersebut, perusahaan perlu melakukan sistem
pengendalian internal yang baik atas penjualan kredit
untuk mengurangi risiko-risiko yang mungkin akan
terjadi dalam aktivitas-aktivitas penjualan kreditnya.
Pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen (Mulyadi, 2010: 163).
Melihat penjelasan tersebut, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan
sebagai berikut: (1). Bagaimana sistem penjualan
kredit pada PT Astrido Toyota?; (2). Bagaimana
sistem pengendalian internal atas penjualan kredit
pada PT Astrido Toyota? Tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah: (1). Untuk menganalisis
sistem penjualan kredit pada perusahaan; (2). Untuk
menganalisis sistem pengendalian internal atas
penjualan kredit pada perusahaan.
II. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan oktober 2013
sampai januari 2014 di PT Astrido Toyota Balikpapan
di Jalan Balikpapan Raya no. 7, Jakarta Pusat.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian yang menurut jenis data dan analisis.
80
Menurut (Sugiyono, 2004: 13), jenis data dan
analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan
menjadi dua hal utama yaitu data kualitatif dan
kuantitatif. Pada suatu proses penelitian sering hanya
terdapat satu jenis data yaitu kuantitatif atau kualitatif
saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Dalam
analisis data juga terdapat dua macam, yaitu analisis
data kuantitatif dengan statistik dan kualitatif (tidak
mengutamakan statistik). Data kualitatif adalah data
yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
atau data kualitatif yang diangkakan.
Berdasarkan
sumber
datanya,
maka
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu data primer dan sekunder.
a.Data Primer. Merupakan data yang diperoleh
langsung dari tempat penelitian, data tersebut
adalah data yang didapatkan dari penelitian pada
perusahaan. Data primer berupa dokumen SPK
(surat pesanan kendaraan), faktur, BKK (bukti
keluar kendaraan), hasil wawancara dengan pihak
yang terkait dalam penjualan kredit, dan hasil
kuesioner yang sudah dijawab oleh bagian-bagian
yang terkait dalam penjualan kredit.
b.Data Sekunder. Merupakan
data
yang
dikumpulkandari data yang sudah diolah oleh orang
lain dan digunakan sebagai keperluan penelitian.
Data sekunder berupa buku teks, internet, dan
jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data yang relevan sebagai berikut:
a. Metode penelitian lapangan. Metode ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data yang
diperlukan dengan riset secara langsung di
perusahaan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan. Metode ini dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut: (1). Observasi, yaitu suatu
cara penelitian dengan mengamati obyek yang
diteliti secara langsung maupun tidak langsung
yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian
dilakukan kurang lebih selama empat bulan pada
bagian aktivitas-aktivitas transaksi penjualan
kredit; (2). Wawancara, yaitu suatu cara dengan
melakukan tanya jawab secara langsung dengan
beberapa orang narasumber perusahaan yang
berkaitan seperti kepala cabang dan karyawankaryawan yang terkait untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan mengenai aktivitas
penjualan kredit dan sistem pengendalian internal
di perusahaan; dan (3). Kuesioner, yaitu suatu cara
Nia Amelia Rusady, Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas...
dengan memberikan daftar pertanyaan tentang
lima komponen pengendalian internal berdasarkan
COSO kepada bagian-bagian yang berkaitan
dengan penjualan kredit untuk menjawab ya atau
tidak.
b.
Metode
penelitian
kepustakaan.
Metode
ini dilakukan dengan cara membaca dan
mengumpulkan data-data dari buku teks yang
berkaitan dengan penjualan kredit dan pengendalian
internalnya untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
D. Teknik Analisis Data
Teknik ini menggunakan teknik analisis
deskriptif. Menurut (Sugiyono, 2004: 169), analisis
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Teknik ini dilakukan dengan
mengumpulkan dan menganalisis data yang
diperoleh dari tempat penelitian yang berhubungan
dengan pengendalian internal atas penjualan kredit
di perusahaan. Skala pengukuran untuk kuesionernya
menggunakan skala guttman. Menurut (Sugiyono,
2004: 90), skala guttman adalah skala pengukuran
dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas :
yaitu ‘’ ya-tidak’’; ‘’benar-salah’’; ‘’ pernah-tidak
pernah’’; ‘’positif-negatif’’ dan lain-lain. Data
yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio
dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert
terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata ‘’sangat setuju’’
sampai ‘’sangat tidak setuju’’, maka pada dalam
skala Guttman hanya ada dua interval yaitu ‘’setuju’’
atau ‘’tidak setuju’’. Penelitiann menggunakan skala
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam
bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk
checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan
terendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor
1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisa dilakukan
seperti pada skala Likert.
Dalam menghitung presentase hasil kuesioner
menggunakan skala guttman dengan cara misalnya
jawaban ‘’ya’’ diberikan nilai 1 x 100% = 100% dan
jawaban ‘’tidak’’ diberikan nilai 0 x 100% = 0%.
Apabila rentang skala 0%-50% berarti mendekati
tidak, 50% berarti mendekati tidak dan ya, 50%100% berarti mendekati ya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Penjualan Kredit pada Perusahaan
Pada bagian ini akan dijelaskan data-data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan karyawan PT
Astrido Toyota atas penjualan kreditnya. Berdasarkan
penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh data-data
yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas penjualan
kredit PT Astrido Toyota, sebagai berikut:
1. Entri pesanan penjualan
Proses entri pesanan penjualan dilakukan oleh
fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab
menerima surat order dari pelanggan, meminta
otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman
barang, dan pengembalian pesanan dari pelanggan.
Pada perusahaan, fungsi penjualan ini dilakukan oleh
penjual pria/wanitaatau penjual di konter. Proses
ini dimulai dari pelanggan menghubungi bagian
penjualan untuk mengisi formulir surat pemesanan
kendaraan dengan datang langsung ke dealer atau
melalui telepon.
Kemudian pelanggan diminta untuk menyiapkan
data yang diperlukan perusahaan. Data tersebut
bisa berupa data kredit pribadi atau data kredit
perusahaan. Data kredit pribadi yaitu data dari orang
pribadi meliputi fotokopi KTP (suami dan istri), kartu
keluarga, slip gaji (karyawan), tabungan tiga bulan
terakhir/rekening koran, PBB rumah, dan rekening
listrik. Data kredit perusahaan yaitu data dari sebuah
perusahaan meliputi TDP (Tanda Data Perusahaan),
SIUP (Surat Izin usaha Perusahaan), akte pendirian,
akte perubahan (kalau ada), fotokopi KTP pengurus
(direktur utama, komisaris, wakil direktur, dan bagian
keuangan). Kemudian bagian penjualan meminta
tanda jadi lima juta rupiah kepada pelanggan untuk
membuat nomor angka unit.
2. Pengiriman
Proses pengiriman dilakukan oleh fungsi gudang
dan fungsi pengiriman. Fungsi gudang bertanggung
jawab menyimpan dan menyiapkan barang yang
dipesan oleh pelanggan serta menyerahkan barang ke
bagian pengiriman. Pada perusahaan, fungsi gudang ini
dilakukan oleh penjaga persediaan untuk menyiapkan
barang yang sudah dipesan. SPK (Surat Pesanan
Kendaraan) yang sudahmendapatkan persetujuan
kredit akan dilanjutkan kebagian gudang untuk
membuat BKK (Bukti Keluar Kendaraan), kemudian
menyediakan barang. Selanjutnya diserahkan kepada
pengemudi yang melakukan fungsi pengiriman.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan
barang atas BKK yang diterima dari bagian gudang.
Dalam pengambilan barang yang ingin dikirim,
81
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
pengemudi mengambil barang di gudang yang
sudah diotorisasi oleh bagian kepala administrasi
dengan menyerahkan BKK kepada bagian gudang.
Pada saat pengemudi mengirimkan kendaraan ke
lokasi pelanggan, penjual juga ikut berpatisipasi ke
lokasi untuk menjelaskan data-data yang berkaitan
dengan kendaraan kepada pelanggan. Data-data yang
dijelaskan seperti kondisi barang, pelayanan berkala,
dan pemberitahuan kapan selesainya BPKB dibuat
dan diserahkan ke pelanggan.
3. Penagihan piutang usaha
Proses penagihan piutang usaha dilakukan
oleh fungsi penagihan. Fungsi ini bertanggung
jawab membuat dan mengirimkan faktur penjualan
kepada pelanggan. Di bagian penagihan (leasing/
finance), proses ini dimulai dengan membuat surat
penagihan untuk pelanggansesuai dengan tenor
(tahun pembiayaan) yang telah disepakati oleh
pelanggan seperti yang tertera pada SPK.Selanjutnya,
mengirimkansuratpenagihankepelanggan
dan
menerima pembayaran dari pelanggan. Pada
perusahaan, fungsi ini dilakukan oleh bagian
administrasiuntuk
membuat
faktur,
bagian
pengumpuluntuk
mengkonfirmasi
pembayaran
pelanggan ke bagian penagihan (leasing/finance), dan
administrasi piutang bertugas menerima bukti setoran
pembayarannya.
4. Penagihan kas
Proses penagihan kas dilakukan oleh fungsi
akuntansi. Fungsi ini bertanggung jawab untuk
mencatat piutang dari transaksi penjualan kredit,
membuat serta mengirimkan pernyataan piutang
kepada debitur, dan membuat laporan penjualan,
serta mencatat harga pokok persediaan yang dijual
ke dalam kartu persediaan. Pada perusahaan, fungsi
ini tidak dilakukan oleh bagian kas (dealer) tetapi
dilakukan oleh pihak leasing/finance yang bertugas
mencatat piutang dari mulainya transaksi penjualan
kredit tersebut terjadi sampai transaksi pembayaran
tersebut lunas, sehingga BPKB bisa diberikan oleh
dealer kepada pelanggan. Bagian kas (dealer) hanya
menerima bukti pelunasan dan faktur yang diterima
dari penagihan (dealer) serta menerima uang muka
dari pelanggan pada saat diterbitkannya KP, kemudian
membuat jurnal penjualan.
B. Pengendalian Internal atas Penjualan Kredit
pada Perusahaan
Pada bagian ini akan dijelaskan aktivitas
pengendalian internal dalam penjualan kredit pada
perusahaan, karena pengendalian internal sangat
penting dilakukan agar aktivitas penjualan kredit
82
dapat dikontrol dan dilakasanakan sesuai dengan
yang diharapkan. Penjualan kredit merupakan bagian
faktor penting yang mempengaruhi pendapatan
perusahaan, sehingga terlaksananya aktivitas
ekonomi di perusahaan dengan lancar. Aktivitas
pengendalian internal antara lain adalah organisasi,
sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta praktik
yang sehat. Berikut akan dijelaskan mengenai unsurunsur pengendalian internal dalam penjualan kredit
yang dilakukan oleh perusahaan.
1. Organisasi
a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.
Pada perusahaan, fungsi penjualan penjualan
terpisah dengan fungsi kredit. Kedua fungsi ini
terpisah untuk menghindari terjadinya kecurangan.
Fungsi penjualan cenderung untuk menjual barang
sebanyak mungkin untuk meningkatkan penjualan
pada perusahaan tanpa ada syarat batas kredit pada
pelanggan baru maupun pelanggan lama, sehingga
mengabaikan hal tidak tertagihnya piutang yang
akan muncul dari transaksi penjualan tersebut.
Oleh sebab itu, diperlukan pengendalian internal
terhadap status kredibilitas pembeli sebelum
pengajuan kredit tersebut disetujui. Fungsi kredit
memiliki wewenang untuk menolak pengajuan
kredit atas analisis kredibilitas pembeli seperti
melihat riwayat pelunasan piutangnya yang terjadi
di masa lalu atau sebelumnya. Dipisahkannya
fungsi penjualan dan fungsi kredit bertujuan untuk
mengurangi risiko tidak tertagihnya piutang.
b.
Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi
penjualan dan fungsi kredit. Dalam sistem
penjualan kredit, fungsi akuntansi berperan
dalam mencatat piutang yang harus dipisahkan
dari fungsi penjualan dan fungsi kredit yang
menganalisis kewajiban pembeli dalam pelunasan.
Dipisahkannya tiga fungsi tersebut, catatan
piutang dapat dijamin ketelitian dan keandalannya
serta kekayaan perusahaan (piutang) dapat
dijamin keamanannya (piutang tak tertagih). Pada
perusahaan, fungsi akuntansi terpisah dengan
fungsi penjualan dan fungsi akuntansi terpisah
dengan kredit karena fungsi kredit dijalankan
oleh pihak leasing/finance yang berperan untuk
menganalisis status kredibilitas pelanggan dan
mengotorisasinya.
c.Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya lapping/
manipulasi catatan piutang. Lapping merupakan
bentuk kecurangan penerimaan kas dari piutang
Nia Amelia Rusady, Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas...
yang terjadi jika fungsi pencatatan piutang dan
fungsi penerimaan kas dari piutang yang berada
di tangan satu karyawan. Pada perusahaan, fungsi
akuntansi dan fungsi kas tidak terpisah karena
ditangani oleh satu bagian yaitu pada bagian kas,
sehingga kemungkinan bisa terjadi kecurangan
yang tidak diinginkan seperti lapping bisa saja
terjadi. Lapping adalah penundaan pembayaran
pelanggan/ penggelapan uang kas dengan
mengundur pencatatan penerimaan kas, misalnya
seseorang yang mencuri uang kas pelanggan
A untuk keperluan pribadinya kemudian dana
yang diterima dari pelanggan B digunakan untuk
membayar piutangnya pelanggan A.
d. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh
fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi pengiriman,
fungsi penagihan dan fungsi akuntansi. Tidak
ada transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan
secara lengkap hanya oleh satu fungsi tersebut.
Pada perusahaan, setiap transaksi melibatkan lebih
dari satu karyawan atau lebih dari satu fungsi
untuk menjamin ketelitian dan keandalan data
yang sudah dibuat dan menghindari penyimpangan
yang mungkin akan terjadi.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh
fungsi penjualan dengan menggunakan formulir
surat order pengiriman. Sebelum transaksi
penjualan kredit dilakukan, bukti order penjualan
harus diotorisasi terlebih dahulu oleh fungsi
penjualan. Setelah bukti tersebut diotorisasi,
fungsi penjualan dapat membuat surat order
pengiriman. Pada perusahaan, bukti SPK
diotorisasi olehmanajer cabang beserta penjualdan
BKK diotorisasi oleh kepala administrasi. Hal ini
dilakukan untuk menunjukkan fungsi penjualan
bertanggung jawab atas perintah pengiriman
barang yang dilakukan oleh fungsi pengiriman
dalam memenuhi pesanan pembeli.
b. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi
kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada
credit copy (tembusan surat order pengiriman).
Pada perusahaan, transaksi pemberian kredit tidak
dilakukan oleh pihak dealer tetapi dilakukan
oleh pihak leasing/finance. Pihak leasing/finance
memiliki wewenang untuk memberi otorisasi
persetujuan kredit berupa tanda tangan di dokumen
persetujuan pembiayaan yang telah disediakan
dari pihak leasing/finance. Dalam pemberian
batas kredit, pelanggan baru dan pelanggan lama
tidak memiliki perbedaan syarat dalam melakukan
persetujuan kredit. Pihak dealer hanya mengikuti
hasil keputusan dari pihak yang berwenang dalam
otorisasi kredit.
c.
Pengiriman
barang
kepada
pelanggan
diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara
menandatangani dan membubuhkan cap ‘’sudah
dikirim’’ pada copy surat order pengiriman.
Pada perusahaan, pengiriman barang kepada
pelanggan diotorisasi oleh kepala administrasi
dengan cara menandatangani di BKK sebagai
bukti bahwa barang sudah dikirim.
d.Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat
pengangkutan barang, dan potongan penjualan
berada di tangan direktur pemasaran dengan
penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut.
Pada perusahaan, penetapan harga jual, syarat
penjualan, syarat pengangkutan, dan potongan
penjualan dikendalikan oleh manajer cabang.
Daftar harga barang hanya dipegang oleh penjual
saja untuk mengisi informasi ke dalam dokumen
SPK, faktur, dan BKK.
e.
Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi
penagihan dengan membubuhkan tanda tangan
pada faktur penjualan. Pada perusahaan, piutang
diotorisasi oleh oleh kepala administarsi dengan
memberikan tanda tangan di faktur penjualan.
Faktur penjualan dibuat berdasarkan dokumen
yang berkaitan seperti SPK dan BKK.
f.Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus
didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri
dengan dokumen pendukung yang lengkap. Pada
perusahaan, dalam pencatatan transaksi penjualan
kredit ke dalam catatan akuntansi didasarkan dari
faktur penjualan dan bukti pelunasan. Catatan
akuntansi dan dokumen pendukung yang lengkap
diotorisasi oleh fungsi akuntansi.
g.Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus
dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang
untuk itu.
Pada perusahaan, pencatatan semua aktivitas
yang terkait dalam penjualan kredit ke dalam
catatan akuntansi dilakukan oleh bagian kas yang
menjalankan fungsi akuntansi.
3. Praktik yang sehat
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak. Pada
perusahaan, dokumen-dokumen yang berkaitan
menggunakan nomor urut tercetak. Hal ini untuk
menghindari adanya dokumen ganda.
b.
Secara periodik fungsi akuntansi mengirim
pernyataan piutang (account receivable statement)
83
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian
catatan piutang yang diselenggarakan oleh fungsi
tersebut. Pada perusahaan, secara periodik bagian
kas yang mengirim pernyataan biaya barang
ke pihak leasing/finance untuk memperoleh
kesesuaian antara pernyataan dari bagian akuntansi
di leasing/finance dan catatan biaya barang yang
dimiliki oleh bagian akuntansi di dealer.
c. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang
dengan rekening kontrol piutang dalam buku besar.
Pada perusahaan, secara periodik sudah melakukan
rekonsiliasi antara catatan biaya barang dengan
rekening kontrol dalam buku besar. Rekonsilisasi
adalah cara mencocokan dua data yang berbeda
dalam pencatatan akuntansinya tetapi masih
dari sumber yang sama. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam penagihan
ke pihak leasing/finance.
4. Karyawan yang mutunya sesuai tanggung
jawabnya
Proses perekrutan karyawan perusahaan,
manajer cabangmengajukan kebutuhan kepada
pegawai hubungan umum yang kemudian akan
membuat open recruitment melalui media cetak
seperti koran dan di kampus-kampus. Kemudian
seleksinya melalui psikotes. Jika lolos tes, maka
calon karyawan menunggu untuk pengumuman
penerimaan karyawan. Untuk karyawan yang sudah
dinyatakan diterima, maka akan melakukan proses
pelatihandi Astrido Learning Center.
Untuk karyawan lama tidak adanya dilakukan
pengembangan pendidikan, padahal hal ini jika
dilakukan bisa memperbaiki kualitas kerja para
karyawannya.
C. Kuesioner Pengendalian Internal
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diperoleh
dari karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan
mengenai sistem pengendalian internal atas penjualan
kredit pada perusahaan, maka diperoleh informasi
dari para karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
Perusahaan
sudah
memiliki
deskripsi
pekerjaanyang lengkap untuk semua bagian,
hal tersebut memberikan dampak positif dalam
pelaksanaan aktivitas-aktivitas penjualan kredit
agar berjalan dengan baik. Volume penjualan kredit
banyak dipengaruhi dari hasil kinerja karyawan
perusahaan yang berkaitan dengan penjualan kredit,
maka dari itu kinerja karyawan bagian penjualan
84
kredit haruslah menjadi perhatian. Semua karyawan
mempunyai komitmen terhadap jabatannya masingmasing untuk memberikan hasil yang terbaik, maka
dari ituperusahaan akan memberikan kenaikan
jabatan untuk karyawan yang berkomitmen terhadap
jabatannya dan memberikan komisi pada setiap
penjualan barang untuk karyawan yang bekerja
keras bisa melebihi target penjualan yang sudah
ditetapkan. Tetapi, perusahaan tidak memberikan
sanksi yang yang tegas terhadap karyawan yang tidak
masuk kerja tanpa adanya keterangan pemberitahuan
ke perusahaan. Sehingga menyebabkan karyawan
terdorong untuk melakukan pelanggaran.
Setiap karyawan baru yang diterima perusahaan
harus melakukan proses pelatihan dulu di Astrido
Learning Center sebelum karyawan mulai bekerja
di perusahaan, yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan mengenai pelaksanaan kerja yang akan
mereka lakukan. Untuk karyawan lama tidak ada
diberikan pengembangan pendidikan yang berguna
untuk menunjang kemajuan kualitas kinerja karyawan
perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan selalu diaudit
oleh auditor eksternal dari Toyota Astra Motor dengan
presentase, hal ini dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian laporan keuangan perusahaan yang dibuat
atas prinsip-prinsip akuntansi.
2. Penilaian risiko
Dalam pemberian batas kreditpada perusahaan,
perusahaan tidak memberlakukan syarat pemberian
batas kredit untuk pelanggan baru maupun pelanggan
lama dengan cara melihat kredibilitasnya seperti pada
pelanggan lama dapat dilihat dari catatan piutangnya
terdahulu sedangkan pelanggan baru bisa dilihat dari
saldo rekeningnya, karena dealer hanya mengikuti
hasil kebijakan dari pihak leasing/finance. Apabila
hal tersebut tidak dilakukan sebagai pertimbangan
persetujuan kredit maka akan berdampak terjadinya
banyak piutang yang tak tertagih. Bagian penjualan
melakukan identifikasi kepada pelanggan dengan
cara memberikan syarat mengenai data-data apa saja
yang diperlukan untuk pengajuan kredit. Pelunasan
yang ditagih langsung dicatat oleh bagian akuntansi,
yang bertujuan agar catatan piutang pelanggan
benar-benar akurat. Barang-barang yang dikirim ke
pelanggan sudah sesuai dengan dokumen pesanan
pelanggannya, meskipun pernah ada beberapa
keluhan dari pelanggan mengenai kelecetan barang
seperti barang tergores/baret dan aksesoris barang
yang kurang lengkap. Sebagian data-data yang
dimiliki perusahaan sudah di-backup untuk antisipasi
Nia Amelia Rusady, Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas...
apabila terjadi kesalahanpada sistem jika hal tersebut
terjadi dan bisa berakibat hilangnya data-data penting
yang berkaitan. Setiap barang yang akan siap dikirim
ke pelanggan sudah harus memiliki bukti keluar
kendaraan dari bagian gudang, hal ini dilakukan agar
tidak adanya kecurangan dalam mengirimkan barang
tanpa adanya otorisasi.
3. Aktivitas pengendalian
Pada perusahaan, fungsi penjualan dan fungsi
kredit terpisah karena fungsi penjualan dilakukan
oleh dealer pada bagian penjualan sedangkan fungsi
kredit dilakukan oleh pihak leasing/finance, sehingga
bisa mengurangi piutang tak tertagih. Otorisasi sudah
tepat dilaksanakan oleh fungsi masing-masing yang
berkaitan dan semua dokumen yang digunakan sudah
menggunakan nomor urut tercetak seperti pada surat
pemesanan kendaraan. Hal tersebut mencegah adanya
dokumen ganda dan bisa mempermudah karyawan
dalam menemukan dokumen yang diperlukan di
kemudian hari.
Perhitungan fisik barang di gudang dilakukan
perusahaan secara rutin, sehingga dapat diketahui
habis atau tidaknya jumlah persediaan barang
di gudang secara cepat. Barang yang dikirim ke
pelanggan tidak selalu dilakukan secara tepat waktu
diakibatkan beberapa kendala seperti lamanya
pemasangan aksesoris mobil atau lama mencari
alamat pelanggan. Pelunasan dilakukan oleh bagian
penagihan dengan mengirimkan surat penagihan
kepada pihak leasing/finance melalui fax agar
pelunasan piutang bisa dicatat dengan tepat waktu.
4. Informasi dan komunikasi
Pada perusahaan, data pesanan pelanggan
dicatat secara lengkap berdasarkan perolehan
informasi-informasi yang dibutuhkan dari fungsi
penjualan. Pada bagian pesanan pelanggan
memiliki catatan persediaan yang akurat, sehingga
bisa memberikan informasi yang akurat tentang
persediaan barang kepada bagian pesanan pelanggan.
Laporan penjualan yang telah dibuat oleh perusahaan
sudah dirinci dengan jelas dan semua dokumen yang
berkaitan dengan penjualan sudah disimpan dengan
baik pada bagian administrasi. Laporan mengenai
persediaan barang yang dibuat oleh bagian gudang
sudah dilakukan secara berkala untuk mengetahui
persediaan barang yang akurat. Pada saat pengiriman
barang, barang yang akan dikirim disertai salinan
dokumen pengiriman untuk memberikan informasi
penting yang berkaitan dengan barang tersebut seperti
biaya pengiriman.
5. Pemantauan
Setiap pekerjaan karyawan di perusahaan
selalu disupervisi secara berkala oleh pengawas
penjualan. Pemeriksaan kondisi barang di gudang
tidak dilakukan secara terjadwal yang bertujuan
agar bisa melihat kondisi barang seperti melihat ada
atau tidaknya barang yang sudah dipesan pelanggan
di gudang sesuai dengan tanggal pengiriman yang
ditentukan. Barang yang akan dikirim ke pelanggan
terlebih dahulu diperiksa untuk memastikan tidak
adanya kerusakan pada barang. Laporan kas direview dan diotorisasi oleh atasan untuk mengetahui
perinciannya secara lengkap. Pada perusahaan ini
sudah memiliki internal auditor untuk melakukan
audit atas laporan penjualan kredit dan pada setiap
akhir bulan para karyawan dan atasan melakukan
evaluasi untuk menilai kinerja karyawan perusahaan
dalam meningkatkan kemajuan menjadi yang lebih
baik lagi.
IV. SIMPULAN
1.Sistem penjualan kredit pada perusahaan sudah
baik. Hal ini bisa dlihat dari struktur organisasinya
sudah jelas, sudah adanya pemisahan fungsi pada
aktivitas penjualan kredit, setiap transaksi penjualan
kredit dicatat dengan baik dan didokumentasikan
dengan menggunakan dokumen-dokumen sebagai
bukti dalam menjalankan aktivitas-aktivitas
penjualan kredit
2.
Sistem pengendalian internal atas penjualan
kredit pada perusahaan sudah baik namun masih
memiliki beberapa kekurangan. Hal ini bisa dilihat
dari sisi organisasinya yaitu sudah melibatkan
lebih dari satu fungsi dalam aktivitas penjualan
kredit, sisi sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
yaitu otorisasi sudah tepat dilaksanakan oleh
orang yang berwenang dan prosedur pencatatan
sudah dilaksanakan dengan baik oleh bagian
yang berkaitan, sisi praktik yang sehat yaitu
sudah menggunakan nomor urut tercetak pada
dokumen, sudah ada pengujian ketelitian catatan
biaya barang, dan sudah ada rekonsiliasi antara
catatan pelunasan dengan rekening kontrol dalam
buku besar, sisi karyawan yang mutunya sesuai
tanggung jawabnya yaitu adanya training untuk
karyawan baru, namun untuk karyawan lama tidak
ada diberikan pengembangan pendidikan.
3.Hasil kuesioner mengenai pengendalian internal
atas penjualan kredit pada perusahaan sudah baik
namun masih memiliki beberapa kekurangan,
85
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
hal ini bisa dilihat dari: (a). Lingkungan
Pengendaliannya sudah baik, namun masih ada
kekurangan yaitu tidak ada sanksi yang tegas
pada karyawan yang melakukan pelanggaran dan
tidak adanya pengembangan pendidikan untuk
karyawan lama; (b).Penilaian Risikonya sudah
baik, namun masih ada kekurangan yaitu tidak
ada memberlakukan syarat perbedaan pemberian
batas kredit pada pelanggan baru dan pelanggan
lama; (c). Aktivitas Pengendaliannya sudah baik,
namun masih ada kekurangan yaitu pengiriman
barang tidak selalu dilakukan dengan tepat waktu;
(d).Informasi dan Komunikasinya sudah baik dan
tidak memiliki kekurangan. Hal ini bisa dilihat
dari keakuratan pada data pesanan pelanggan,
catatan persediaan, laporan penjualan, laporan
persediaan, dokumen pengiriman, dan dokumen
penjualan; dan (e). Pemantauannya sudah baik dan
86
tidak memiliki kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari
setiap pekerjaan karyawan penjualan kredit yang
selalu disupervisi.
V. DAFTAR RUJUKAN
Diana, A. & Setiawati, L. (2011). Sistem Informasi Akuntansi.
Yogyakarta: Andi Publisher.
Institut Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar
Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. (2010). Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Salemba
Empat.
Romney, M. B & Steinbart, P. J. (2005). Accounting
Information System. Buku Dua Edisi sembilan. Jakarta:
Salemba Empat.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Alfabeta CV
Download