BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Teori 1. Kanker Leher Rahim a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker leher rahim atau yang disebut juga sebagai kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma Virus onkogenik, mempunyai presentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker leher rahim, yaitu sekitar 99,7%. Kanker leher rahim adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita (Tilong, 2012). Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita. Penyakit ini terjadi pada wanita usia reproduktif antara 20-30 tahun (Novel, et al, 2010). Kanker leher rahim atau kanker serviks (Cervical Cancer) adalah kanker yang dialami wanita dan jumlah penderitanya cukup tinggi (Setiati, 2009). Kanker leher rahim adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya (Sukaca, 2009). b. Stadium Kanker Leher Rahim Dalam hal ini menurut Tilong (2012) terdapat beberapa tingkatan atau stadium kanker leher rahim. Adapun adapun bebrapa gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut: 1) Stadium 0 Kanker leher rahim hanya ditemukan pada lapisan atas atau dari sel-sel pada jaringan yang melapisi leher rahim.Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ. 2) Stadium 1 Kanker telah menyerang leher rahim di bawah lapisan atas dari sel-sel. Kanker serviks hanya ditemukan pada leher rahim. 3) Stadium 2 Kanker leher rahim meluas melewati leher rahim ke dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dan ke bagian atas dari vagina.Kanker leher rahim tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul). 4) Stadium 3 Kanker meluas ke bagian bawah vagina.Kemungkinan kanker juga telah menyebar ke dinding pelvis dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan. 5) Stadium 4 Kanker leher rahim telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian-bagian lain tubuh. c. Faktor-faktor Penyebab dan Risiko Kanker Leher Rahim 1) Faktor Penyebab Kanker leher rahim merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma Virus onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker leher rahim, yaitu sekitar 99,7%. HPV dapat menyerang seorang wanita dari pasangan seksual yang mengidap virus tersebutakibat berganti-ganti pasangan.HPV adalah virus yang sangat umum.Virus ini berbasis DNA, dan stabil secara genetis.Stabilitas genetik, berarti infeksi akibat virus dapat dicegah melalui vaksinasi dalam jangka waktu yang panjang, tidak seperti virus influenza berbasis RNA yang kerap berubah sehingga membutuhkan vaksinasi secara teratur (Tilong, 2012). Bustan (2007) menyatakan faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor risiko terjadinya kanker leher rahim adalah: a) Usia perkawanin muda atau hubungan seks dini, yakni sebelum usia 20 tahun. Faktor ini dianggap faktor resiko terpenting dan tertinggi b) Ganti-ganti mitra seks: wanita pekerja seks ditemukan 4 kali lebih sering terserang kanker leher rahim, terlepas dari faktor halal dan haramnya dan lokasi dilakukannya kegiatan seksual itu. c) Tidak adanya tes pap smear yang teratur Kanker leher rahim lebih umum terjadi pada perempuan yang tidak melakukan Tes Pap secara teratur.Tes Pap adalah upaya mencari selsl sebelum bersifat kanker (precancerous cells).Tes ini perlukan karena perawatan terhadap perubahan-perubahan leher rahim sebelum bersifat kanker sering dapat mencegah terjadinya kanker leher rahim (Maharani, 2012). d) Hygiene rendah yang memungkinkan infeksi kuman. e) Paritas tinggi: lebih banyak ditemukan pada ibu dengan banyak anak. f) Jumlah perkawinan: ibu dengan suami yang mempunyai lebih dari satu atau banyak suami lebih beresiko kanker leher rahim. g) Infeksi virus: terutama HPV Infeksi HPV adalah faktor risiko utama pencetus kanker leher rahim. HPV merupakan kelompok virus yang dapat menginfeksi leher rahim.Infeksi-infeksi HPV sangatlah umum.Virus ini dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak seksual.Kebanyakan orang dewasa pernah terinfeksi HPV dalam kehidupannya (Maharani, 2012). h) Usia Kanker leher rahim paling sering terjadi pada perempuan yang berumur lebih dari 40 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada usia reproduktif, yakni pda usia 35-40 tahun (Maharani, 2012). i) Polusi udara menyebabkan kanker leher rahim Sukaca (2009), polusi udara ternyata dapat juga memicu penyakit kanker leher rahim.sumber dari polusi udara ini disebabkan oleh dioksin.Zat dioksin ini tentu merugikan tubuh kita. Sumber dioksin berasala dari beberapa faktor anatar lain pembakaran limbah padat dan cair, pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor, asap hasiol industri kimia, kebakaran hutan dan asap rokok. j) Sistem imun yang lemah Perempuan yang terifeksi HIV, virus penyeabab penyakit AIDS, juga perempuan yang meminum obat-obat penekan sistem imun memilki risiko yang lebih tinggi dari rata-rata perkembangan kanker leher rahim. Dalam hal ini, dokter akan menyarankan penyaringan (screening) secara teratur untuk kanker leher rahim (Maharani, 2012). k) Rokok, baik yang aktifmaupun yang pasif Perempuan perokok yang terinfeksi HPV mempunyai risiko terinfeksi HPV yang lebih tinggi dibandingkan perempuan bukan perokok yang terinfeksi HPV (Maharani, 2012). l) Pil KB Selain para perempuan yang terinfeksi HPV, perempuan yang juga menggunakan pil KB khususnya pil KB hormonal dalam jangka waktu yang lama, misalnya lima tahun atau lebih, bisa lebih beresiko menderita kanker leher rahim(Maharani, 2012). Sebab pil KB adalah mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan lender leher rahim sehingga tidak dilalui sperma. d. Pencegahan Kanker Leher Rahim 1) Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker yang utama.Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang dapat dikontrol (Sukaca, 2009).Pencegahan primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki risiko terkena kanker mulut rahim. Anda dapat melakukan pencegahan kanker leher rahim dengan mengikuti kiat-kiat brikut (Setiati, 2009). a) Jauhi kegiatan merokok Mejauhi kagiatan meroko sangatlah penting bagi kaum wanita, terutama bagi mereka yang merokok. Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan merokok bukan saja dapat menyebabkan terjadinya penyakit paru-paru dan jantung, tetapi kadar nikotin yang terdapat dalam rokok juga dapat mengakibatkan kanker serviks (kanker leher rahim). Hal itu terjadi karena nikotin yang masuk kedalam tubuh akan menempel pada semua selaput lendeir sehingga sel-sel darah dalam tubuh bereaksi atau terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks. b) Hindari mencuci vagina dengan antiseptik Banyak wanita mencuci vagina dengan antiseptik dengan lasan kesehatan.Padahal, kebiasaan tersebut dapat meninbulkan kanker leher rahim, baik dengan obat cuci vagina yang berupa antiseptik maupun deodorant.Mencuci vagina dengan antiseptik justru dapat menyebabkan iritasi pada leher rahim. Iritasi yang berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya menjadi kanker. Oleh karena itu, pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia sebaiknya tidak dilakukan secara rutin, kecuali jika ada indikasi, misalnya infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia.Penanganan infeksi itupun harus dilakukan atas saran dokter. Jadi, jangan membeli obat-obat pencuci vagina dengan sembaranagan. Selain menimbulkan iritasi, obat pencuci tersebut umumnya akan membunuh kiman-kuman, termasuk kuman Basillus Doderlain yang terdapat di vagina, yang berfungsi memproduksi asam laktat untuk mempertahankan pH vagina. Jika kuman-kuman ini mati, maka penyakit-penyakit lain justru dapat muncul dengan mudah. c) Hindari menaburi bedak pada vagina Sering kali, saat daerah vagina mengalami gatal atau merahmerah, banyak wanita menaburkan bedak di sekitar vagina.Padahal, perbuatan tersebut berbahaya.Pada wanita berusia subur, menaburkan bedak pada vagina dapat memicu terjadinya kanker indung telur (ovarium). d) Lakukan diet rendah lemak Penting Anda ketahui, timbulnya kanker berkaitan erat dengan pola makan.Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak memiliki risiko yang lebih besar terkena kanker endometrium (badan rahim).Lemak memproduksi hormon estrogen, sementara endometrium yang sering terpapar horon estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker.Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya kanker endometrium, sebaiknya hindarilah mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. Makanlah makanan yang sehat dan segar dan jagalah agar berat badan Anda ideal, tidak terlalu gemuk, karena kanker endometrium banyak diderita oleh wanita yang bertubuh terlalu gemuk. e) Penuhi kebutuhan vitamin C (buah dan sayur-sayuran) Selain pola hidup yang terlalu banyak mengkonsumsi “Makanan berlemak tinggi”, wanita yang kekuranagan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asam folat, dapat terserang kanker leher rahim.Oleh karena itu, jika tubuh kekurangan zat-zat gizi tersebut, maka rangsangan sel-sel mukosa lebih mudah menimbulkan kanker.Beta karoten banyak terdapat dalam wortel; vitamin C terdapat dalam buahbuahan berwarna oranye; sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut. f) Hindari hubungan seks terlalu dini Idealnya, hubungan seks dilakukan setelah wanita sudah memasuki usia yang matang. Ukuran kematanagan seorang wanita bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum, tetapi juga bergatung pada kamatangan sel-sel mukosa; yang terdapat pada selaput mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun. Oleh karena itu, wanita yang sudah melakukan hubungan seks sejak usia remaja cenderung mudah terkena penyakit kanker rahim. g) Hindari berganti-ganti pasangan Penyebab lain dari kanker leher rahim adalah kebiasaan berganti-ganti pasangan seks. Kebiasaan tersebut dapat menyebabkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya adalah penyakit karena virus Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa sehingga membelah menjadi lebih banyak. h) Terlambat menikah Kaum wanita yang terlambat menikah juga berisiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium. Hal tersebut disebabkan wanita ini akan terus menerus mengalami ovulasi tanpa jeda sehingga rangsangan terhadap endometrium pun terjadi secara terus-menerus. Akibatnya, sel-sel pada endometrium berubah sifat menjadi kanker. Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau mempunyai anak karena ovulasi terjadi secara terus-menerus. Bila menstruasi pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka paparan ovulasinya semakin panjang. Hal itu mengakibatkan kemungkinan terkena kanker ovarium akan semakin besar. Salah satu upaya pencegahan terkena kanker rahim adalah dengan menikah dan hamil. Mengkonsumsi pil KB juga merupakan salah satu cara dapat dilakukan. Penggunaan pil KB akan mempersempit peluang terjadinya ovulasi. Jika seorang wanita sejak usia 15 tahun hingga 45 tahun mengalami ovulasi terus-menerus, kemudian melakukan program KB selama 10 tahun, maka masa ovulasinya lebih pendek dibandingkan jika terus-menerus mengalami masa menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi dapat menurunkan timbulnya kanker ovarium sampai 50%. i) Penggunaan estrogen Risiko yang sama juga terkadi pada wanita yang terlambat mengalami proses menopause. Karena rangsangan terhadap endometrium lebih lama, maka endometrium akan lebih sering terpapar estrogen. Kondisi tersebut sangat memungkinkan terjadinya kanker.Wanita yang banyak memakai estrogen tanpa terkontrol sangat berisiko terkena penyakit kanker rahim. Banyak wanita menopause menggunakan estrogen untuk mencegah terjadinya osteoporosis dan serangan jantung.Padahal, pemakaian estrogen dapat mengakibatkan semakin menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker.Oleh karena itu, penggunaan hormone estrogen harus dilakukan atas pengawasan dokteragar zat antinya pun juga diberikan sehinggasel-sel endometrium tidak berkembang menjadi kanker. 2) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekuder ini termasuk pencegahan dengan skrining atau deteksi dini untuk menemukan kasus-kasus dini kanker leher rahim sehingga kemungkinan untuk penyembuhan dapat ditingkatkan.Skrinning atau deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan IVA Test dan Pap Smear Test yaitu dengan mengenali tanda gejala kanker leher rahim tersebut. a) Gejala Kanker Leher Rahim Bagi sebagian orang pada tahap awal penyakit kanker leher rahim tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati.Itulah sebabnya, Anda yang sudah aktif secara seksual pun amat dianjurkan untuk melakukan pap smear test setiap dua tahun sekali. Gejala fisik serangan penyakit kanker leher rahim pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut, yaitu munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact bleeding), keputihan yang berlebihan dan tidak normal, pendarahan di luar siklus menstruasi, serta penurunan berat badan secara drastis (Tilong, 2012). Gejala penderita kanker leher rahim menurut Sukaca (2009) di klasifikasikan menjadi dua, yaitu gejala pra kanker leher rahim dan gejala kanker leher rahim. (1) Gejala Pra Kanker Leher Rahim Pada fase sebelum terjangkitnya kanker leher rahim sering penderita tidak mengalami gejala atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan gejala-gejala sebagai berikut: (a) Keluar cairan encer dari vagina (keputihan). (b) Pendarahan setelah bersenggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi pendarahan yang abnormal. (c) Timbulnya pendarahan setelah masa menopause. (d) Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah. (e) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis. (f) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. (g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal. (2) Gejala Kanker Leher Rahim Namun bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker leher rahim, maka muncul gejala-gejala sebagai berikut: (a) Pendarahan pada vagina yang tidak normal. Hal ini dapat dtandai dengan pendarahan di antara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, pendarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul. (b) Rasa sakit saat berhubungan seksual (c) Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejalagejala seperti berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, punggung dan tungkai, keluar ar kemih dan tinja dari vagina, patah tulang. b) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) IVA merupakan metode baru deteksi dini kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat (cuka) ke dalam leher rahim (Tilong, 2012). Menurut Tilong (2012) menyatakan keunggulan metode IVA dibandingkan Pap Smear adalah sebagai berikut: (1) Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambil sampel jaringan, preparat, regen, mikroskop, dan lain sebagainya). (2) Tidak memerlukan teknisi laboratorium khusus untuk pembacaan hasil tes. (3) Hasilnya langsung diketahui, tidak memakan waktu bermingguminggu. (4) Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi daripada Pap Smear Test sekitar 75%, meskipun dari segi kepastian lebih rendah sekitar 85%. (5) Biayanya sangat murah (bahkan, gratis bila di puakesmas). Metode screening IVA mempunyai cirri-ciri sebagai berikut (Tilong, 2012) : (1) Mudah, praktis, dan mampu terlaksana. (2) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, bukan dokter ginekologi sehingga bisa dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu. (3) Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana. (4) Metode screening IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana. Tempat dan alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan screening metode IVA seperti berikut (Tilong, 2012): (1) Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi(posisi telentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen). (2) Meja/tempat tidur diperiksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi. (3) Terdapat sumber cahaya untuk melihat leher rahim. (4) Spekulum vagina. (5) Asam asetat (3-5%). (6) Swab-lidi berkapas. (7) Sarung tangan. Kategori yang dapat dipergunakan pada pemeriksaan dengan merode IVA yaitu (Tilong, 2012): (1) IVA negatif yang merupakan serviks normal. (2) IVA radang, yakni leher rahim dengan radang (servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks). (3) IVA positif, yakni apabila ditemukan bercak putih (aceto white ephithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan kanker leher rahim dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis leher rahim prakanker (dysplasia ringan sedang, berat atau, kanker serviks in situ). (4) IVA kanker leher rahim. Tahap ini berupaya untuk penurunan temuan stadium kanker leher rahim sehingga masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker leher rahim, yakni ditemukan pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA). Metode IVA dilakukan dengan beberapa cara guna mendeteksi kanker leher rahim. Adapun cara kerja IVA adalah sebagai berikut (Tilong, 2012): (1) Sebelum dialakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini (2) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (3) Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan atau tidak dengan bantuan pencahayaan yang cukup (4) Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, kemudian dibuka untuk melihat leher rahim. (5) Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya. (6) Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih 1 menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein sehingga sel kanker yang kepadatan berprotein tinggi berubah warna menjadi putih. c) Pap Smear Pap Smear merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli kandungan (Tilong, 2012). Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop (Bustan, 2007). Pap smear adalah suatu tes yang aman, murah da telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel epitel leher rahim (Novel et al, 2010). Prosedur Pap smear (Bustan, 2007): (1) Pemeriksaan akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. Tidur telentang dengan kedua kaki berada pada peyangga kaki di kiri dan kanan tempat tidur. (2) Pemeriksa akan memeriksa apakah ada pembengkakan, luka, inflamasi, ata gangguan lain pada alat kelamin bagian luar. (3) Memasukkan instrument mteal atau plastik yang disebut speculum ke dalam vagina. Tujuannya agar mulut rahim dapat leluasa terlihat. (4) Dengan swab atau spatula kayu, atau semacam sikat, operator mengambil sel pada saluran mulut rahim, pada puncak mulut rahim, dan pada daerah peralihan mulut rahim dan vagina. (5) Operator akan meletakkan sel-sel tersebut pada kaca obyek yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. (6) Spkelum kemudian dilepaskan. (7) Operator biasanya akan melanjutkan memeriksa ovarium, uterus, vagina, tuba fallopi, dan rektal (anus) dengan tangannya. 3) Pencegahan Tersier Menurut Sukaca (2009) Pencegahan tersier yaitu pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal. Seperti pada penyakit kanker yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi sedini mungkin, maka tidakan pengobatan dapat diberikan secepatnya. Jika perubahan awal telah diketahui, maka pengobatan yang umum diberikan pada penderita kanker leher rahim adalah sebagai berikut (Setiati, 2009): a) Pemanasan, yaitu dengan diathermy atau dengan sinar laser. b) Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit sel-sel pada leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilkaukan oleh ahli kandungan. Akan tetapi, apabila pertumbuhan penyakit ini sampai pada tahap pra-kanker dan kanker leher rahin telah dapat diidentifikasi, maka bebrapa langkah penyembuhan berikut dapat dilakukan. a) Dengan Vaksin HPV dan Screening Kombinasi vaksinasi HPV dan screening dapat memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan penyakit kanker leher rahim.Vaksin HPVdapat berguna dalam pengobatan, sedangkan screening untuk mengurangi kejadian kanker leher rahim.Kedua kombinasi ini juga bisa mengobati kondisi pra-kanker leher rahim pada kasus yang ringan (Sukaca, 2009). b) Pengobatan dengan cara operasi (Opersai sederhana, besar, atau khusus) Operasi sederhana dilakukan pada tingkat stadium awal (prakanker) dari nol hingga 1A.Operasi tersebut disebut konisasi (pemotongan rahim seperti kerucut).Karena berada dalam stadium awal, kanker masih/berada di sel-sel selaput lendir.Operasi juga dapat dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila pasien sudah tidak ingin hamil lagi, maka histerektomi simple (pengangkatan rahim secara keseluruhan) akan dilakukan. Tujuannya adalah agar kanker tidak tumbuh lagi. Jika kanker sudah berada pada stadium 1B sampai 2A/2B, maka histerektomi radikal akan dilakukan. Seluruh rahim diagkat berikut sepertiga vagina dan penggantung rahim akan dipotong sedekat mungkin dengan didnding panggul. Indung telur dapat diangkat ataupun tidak tergantung usia pasien. Bila pasien masih mengalami menstruasi, indung telur akan ditinggal. Walaupun vagina dipotong, tidak berarti pasien tidak bisa berhubungan seks. Awalnya, penderita hanya akan merasa tidak nyaman karena vagina menjadi lebih pendek. c) Vaksin menggunakan AS04 Banyak sekali jenis vaksin yang sekarang digunakan untuk pengobatan kanker serviks.Ada sistem terbaru dari vaksin yang dapat merangsang tubuh menajdi kuat dan stabil. Sistem ajuva Nomor 4 (AS04) dapat merespon tubuh dibandingkan dengan sistem vaksin yang lain. Dengan menggunakan AS04 maka dapat menyebabkan: (1) Antiboodi yang tinggi terhadap tipe HPV tipe 16 dan 18 (2) Perlindungan 100% seama 5,5 tahun terhadap HPV tipe 16 dan 18 yang berhubungan dengan lesi prakanker yang mengarah pada kanker leher rahim. d) Cervarix Vaksin ini ditujukan baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10 tahun s/d 55 tahun) untuk pencegahan kanker leher rahim. Cervarix adalah vaksin yang diproduksi oleh GlaxoSmith-Kline’s.Vaksin ini bermanfaat untuk para penderita kanker, karena vaksin ini dapat membasmi virus HPV tipe 16 dan 18 (Sukaca, 2009). e) Gardasilr Gardasilr dapat mencegah infeksi dua tipe HPV yang menyebabkan kanker leher rahim, yaitu tipe 16 dan 18. Vaksin ini diberikan melalui injeksi intramuskular 0,5 mL sebanyak tiga kali selama enam bulan dan dosis kedua diberikan dua bulan setelah vaksin pertama dan dosis ketiga diberikan dua bulan setelah dosis kedua (Sukaca, 2009). f) Biopsi Pengobatan dengan biopsi adalah pengobatan dengan cara operasi. Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada leher rahim, atau jika Pap Smear menunjukkan suatu ketidaknormalan atau kanker. g) Konisasi Konisasi adalah sebuah cara mengangkat jaringan yang menfgandung selaput lender leher rahim dan epitel gepeng serta kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada leher rahim tidak tampak kelainan-kelainan (Sukaca, 2009). h) Histerektomi Histerektomi merupakan sebuah operasi pengangkatan kandungan (rahim/ uterus) seorang wanita.Operasi ini sangatlah berbahaya dan merupakan pilihan berat bagi seorang wanita.Sebab tindakan medis ini menyebabkan kemandulan. Dengan begitu jika tidak ada pilihan lain maka histerektomi baru akan dilakukan (Sukaca, 2009). i) Terapi Biologis Terapi biologis adalah pengobatan dengan menggunakan zat-zat untuk memperbaiki kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Pengobatan ini dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke tubuh lain. Pengobatan ini bisa dikombinasikan dengan kemoterapi (Sukaca, 2009). j) Pengobatan dengan cara Radiasi atau penyinaran (Radioterapi dengan menggunakan sinar X) Pengobatan ini dilakukan jika kanker leher rahim ini sudah berada dalam stadium 2B ke atas. Operasi sudah tidak dapat dilakukan lagi dan cara yang dapat ditempuh adalah dengan radiasi atau penyinaran. Akan tetapi, penyinaran dapat mengakibatkan komplikasi yang dapat menimbulkan hal-hal berikut: (a) Indung telur ikut mati karena terkena radiasi sehingga hormon pun mati. Hormon diperlukan untuk gairah seksual, menstruasi, mencegah osteoporosis, dan mencegah penyakit jantung. (b) Organ tubuh lain ikut trekena radiasi penyinaran, misalnya dubur dan saluran kencing. Terkadang terjadi luka bakar pada dubur dan terjadi diare atapunperdarahan yang terus menerus. Kalau terjadi demikian, maka dubur atau saluran kencing harus diangkat. Sebagai gantinya, dubur dan saluran kencing baru akan dibuat lewat perut. (c) Vagina menjadi kaku sehingga penderita tidak bisa berhubungan seks. Meskipun dilakukan banyak penyinaran, kanker atau tumor masih tetap ada. Oleh karena itu, radiasi dilakukan bila tidak ada pilihan lain (Setiati, 2009). k) Pengobatan dengan cara Kemoterapi Cara ini biasanya dilakukan oleh dokter jika opersai dan radiasi tidak memungkinkan lagi. Jika dalam waktu satu tahun pasien sudah pernah diradiasi, maka proses radiasi tidak mungkin lagi dilakukan karena dikhawatirkan akan terjadi komplikasi. Akan tetapi, kemoterapi memerlukan biaya yang sangat mahal. Pengobatan dengan cara penyinaran dan kemoterapi berbeda dengan operasi. Meskipun sepertiga vagina harus diangkat, tetapi penderita masih dapat melakukan hubungan seks (Setiati, 2009). 2. Wanita Usia Subur Wanita usia subur atau bisa disebut masa reproduksi adalah wanita yang berumur antara 15-49 tahun yang ditandai dengan menstruasi untuk pertama kali (Menarche) dan diakhiri dengan menopause (Wiknjosastro, 2008). Masa reproduksi tingkat kesuburan seseorsng wanita mencapai puncaknya dan secara seksualitas sudah siap untuk memiliki keturunan.Masa reproduksi dimulai ketika sudah terjadinya pengeluaran sel telur. 3. Pasanagan Usia Subur Pasangan usia subur (PUS) berkisar usia 20-35 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal, termasuk fungsi reproduksinya. Pada kondisi yang normal, pasangan usia subur sangat mudah memperoleh keturunan sehingga memerlukan adanya pengaturan kesuburan (fertilitas), perawatan kehamilan, dan pengetahuan persalinan yang aman. Pasangan usia subur di upayakan mampu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi mendatang (Mubarak, 2011). Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS), masa ini merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama masa ini wanita berdarah selama 1.800 hari dan akan terjadi penurunan fertilitas setelah umur 40 tahun (Hikmawati, 2011). 4. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh (Wawan, 2010) “Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga”. b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni (Notoatmodjo, 2010): 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepty, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagimana cara melakukan PSN (pemberantsan sarang nyamuk), dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi oarng tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara benar tenrang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempat-tempat penmapungan air tersebut. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja, orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah mambuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materiatau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalamsuatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu samalain. Kemampuan analisis ini dapat menggambarkan dilihat dari (membuat penggunaan bagan), kata-kata kerja dapat membedakan,memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau di dengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukanjustifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembabgan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yag menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b) Pekerjaan Menurut Thomas yang di kutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyaj tentangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. c) Umur Menurut, Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2) Faktor eksternal a) Faktor Lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan, 2010). d. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, 2003: 11 adalah sebagai berikut (Wawan, 2010): 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.Kemungkinan yang lama sampai msalah tersebut dapat dipecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. e. Proses Perilaku “TAHU” Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku bari di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Wawan, 2010) : 1) Awareness (kesadaran) diamana orang tersebut menyadari dslam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. 3) Evaluation(menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru 5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus Pada penelitian selanjutnya, rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya. f. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu (Wawan, 2010) : 1) Baik : Hasil presentase 76%-100% 2) Cukup : Hasil presentase 56%-75% 3) Kurang : Hasil presentase < 56% 5. Sikap a. Pengertian Sikap menurut Allport (1924) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2010) merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi.Sikap merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum memberikan respons konkret. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue (Petty, cocopio, 1986 dalam Azwar S., 2000: 6 yang di kutip oleh Wawan dan Dewi, 2010). b. Komponen Sikap Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu Azwar S., 2000: 23 yang dikutip oleh (Wawan dan Dewi, 2010): 1) Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimilki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2) Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimilki seseorang terhadap sesuatu. 3) Komponen konatif Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilikioleh seseorang.Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu.Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. c. Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Nototmodjo, 1996) yang dikutip oleh (Wawan dan Dewi, 2010) : 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan mengerjakan dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiakusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. d. Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 1998) yang dikutip oleh (Wawan dan Dewi, 2010) : 1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. 2) Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. e. Ciri-ciri Sikap Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998) yang dikutip oleh (Wawan dan dewi, 2010) : 1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimilki orang. f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor-fakor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain (Azwar, 2005) yang dikutip oleh (Wawan dan Dewi, 2010): 1) Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3) Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. 4) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderungdipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6) Faktor emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. g. Cara Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003 yang dikutip oleh Wawan dan Dewi, 2010). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap (Hadi, 1971) yang dikutip oleh (Wawan dan Dewi, 2010) yaitu : 1) Keadaan objek yang diukur 2) Situasi pengukuran 3) Alat ukur yang digunakan 4) Penyelenggaraan pengukuran 5) Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran h. Pengukuran Sikap Beberapa teknik pengukuran sikap (Wawan dan Dewi, 2010) : 1) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals) Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangat favourable terhadap suatu obyek sikap caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya.Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhdap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran yang mencerminkan derajat favorabilitas dalam masingmasing pernyataan.Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala. Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih.Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges).Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan.Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11.Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat setuju tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu.Median atau rereta perbedaan penilain anatar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem.Pembuat skala kemudian menyusun aitem muali dari aitem yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi.Dari aitemaitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungghunya.Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden.Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut. Teknik ini disusun oleh Thrustone didasrkan pada asumsi-asumsi ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap issue. Penilai melakukan rating terhadap aitem dalam tataran yang sama terhadap issue tersebut. 2) Skala Likert (Method of Summateds Ratings) Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternative yang lebih sederhana dibandingkana dengan skala Thurstone.Skala Thurstone yang tediri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favourable dan yang unfavourable.Sedangkan aitem yang netral tidak disertakana. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau disagreement-nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point (Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).Semua aitem yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak Setuju nilainya 1.Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale). 3) Unobstrusive Measures Metode ini berkar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan. 4) Multidimensional Scaling Teknik ini memberikan deskripsi sesorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala aitem. 5) Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung) a) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diingatkan atau dapat dilakukan oleh responden b) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden c) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan d) Observer dapat menginterprestasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya. 6. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Lawrence Green (1980) dalan Notoatmodjo (2007), faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku, antar lain: a. Faktor Predisposisi (predisposing factor) 1) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, ykni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang melakukan perubahan dalam tindakannya sebagian besar manusia memperoleh pengetahuan melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). 2) Pendidikan Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan remaja sangat menentukan kemudahan dalam menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan mengikuti perubahan itu. Di samping itu semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin luas pengetahuan sehingga akan termotivasi menerima (Depkes RI, 2011). 3) Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan respon evaluatif, dimana respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Menurut Azwar (2010) respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian akan diaplikasikan dalam bentuk perilaku. 4) Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu norma yang diyakini oleh masyarakat sekitar tentang suatu hal ataupun perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam suatu wilayah. Berdasarkan hal tersebut maka kepercayaan sangat berpengaruh oleh wanita yang sudah menikah tentang pencegahan penyakit kanker leher rahim. 5) Nilai-nilai Mengenal dan memilih berbgai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Faktor Pendukung (enabling factor) 1) Tersedianya fasilitas kesehatan Adanya fasilitas kesehatan disuatu wilayah memberikan kontribusidalam memberikan pelayanan maupun konseling tentang masalah kesehatan.Tersedianya fasilitas kesehatan membuat orang dapat mengakses informasi tentang kesehatan, sehingga seseorang dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan.Fasilitas kesehatan dalam hal ini diantaranya adalah petugas puskesmas, bidan atau perawat komunitas. 2) Lingkungan fisik Lingkungan fisik tempat pelayanan kesehatan berperan dalam tempat dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga setiap masalah kesehatan yang dialami oleh seseorang dapat teratasi.Lingkungan fisik atau tempat pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat adalah puskesmas, Rumah sakit atau Balai pengobtan terdekat. 3) Jarak dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan Tempat pelayanan yang jaraknya jaug bisa jadi membuat orang enggan untuk mendatanginya.Jauhnya tempat pelaynan bisa menyebabkan membengkaknya akomodasi pelayanan, karena selain biaya pelayanan kesehatan ada biaya tambahan yaitu biaya transportasi. Bagi orang-orang yang hanya berfikir sederhana mungkin akan memutuskan untuk tidak dating ke sarana pelayanan kesehatan. Hal ini yang mungkin terjadi adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat. c. Faktor Pendorong (reinforcing factor) 1) Dukungan petugas kesehatan Persyaratan utama seseorang untuk berpartisipasi ialah motivasi.Tanpa motivasi seseorang sulit untuk berpartisipasi disegala program.Timbulnya motivasi harus dari seseorang itu sendiri dan pihak luar hanya merangsang saja. Untuk itu motivasi petugas kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan kesehatan sangat diperlukan masyarakat awam sehingga akan percaya pada orang yang dianggapnya mempunyai pengetahuan luas. Petugas kesehatan yang ada di desa oleh masyarakat biasanya dianggap sebagai orang yang tahu segalanya tentang masalah kesehatan. Sehingga masyarakat akan percaya terhadap apa yang dikatakan petugas. 2) Dukungan tokoh masyarakat Perilaku seseorang berasal dari dorongan yang ada dalam diri maupun luar individu tersebut, sedangakan dorongan merupakan usaha untuk memnuhi kebutuhan yang ada dalam diri seseorang atau dengan kata lain bahwa perilaku dipengaruhi oleh dorongan baik berasal daru luar maupun dari dalam individu dalam hal ini adalah tokoh masyarakat yang dianggap sebagai panutan sehingga individu apat percaya dan melakukan apa yang sudah diajrkan. 3) Tokoh agama Tokoh agama dalam suatu masyarakat dianggao sebagai orang yang dituakan sehingga seringkali apa yang dilakukan atau disarankan oleh tokoh agama diikuti oleh masyarakat sekitarnya. Hal ini turut membetuk perilaku seseorang dalam meningkatkan derajat kesehatan, dalam hal ini adalah perilaku masyarakat dalam melakukan pencegahan peyakit kanker leher rahim. 4) Guru Guru merupakan penggantu orang tua dalm lingkungan sekolah, sehingga guru berperan dalam memberikan bimbingan maupun solusi terhadap nmasalah yang dialami muridnya. Selain itu, guru juga dianggap memiliki pengetahuan yang lebih baik sehingga motivasi yang diberikan dapat diterima oleh murid untuk dapat dilaksanakan. B. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori Predisposing Factor (Faktor Predisposisi): a. Pengetahuan b. Keyakinan c. Nilai d. Sikap Enabling Factor (Faktor Pendukung): a. Ketersediaan sumber daya kesehatan b. Keterjangkauan sumber daya kesehatan c. Prioritas dan komitmen masyarakat/ pemerintah d. Keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan Perilaku Pencegahan Kanker Leher Rahim Reinforcing Factor (Faktor Pendorong): a. Keluarga b. Teman sebaya c. Guru d. Petugas Kesehatan Keterangan : Huruf tebal yang diteliti Sumber :Lawrence W. Green (1980)