SISTEM SAPAAN DALA}I BAHASA INDONESIA Mursia Ekawati FKIP Universitas Tidar Magelang ABSTRACT The characteristics of Indonesian arldress deals witlt donttnuled relulivc terms. These terms are also used lo adtlress arutther who is not a relative. The choice of special terms in lntlonesian is nntch influenced by socio-situationul factors und tlrc u.spetts o.f'respect and close. 'flrc use of'address ternt hus an intporlunl role in comnzunication because it does not only refer to un interlocutrn', but ulso refers to the stutus tf the participunt. Kata krytci : kerahat, penutur, sosiosituasional, sistenz sapaan, komutzikasi A. PENDAHULUAN Salah satu fungsi bahasa ialah sebagai alat komunikasi. Dalam komunikasi terdapat dua pihak yaitu penutur dan mitra lpenanggap tutur atau pengirim amanat dan penerimanya. Dalam komunikasi tulispun kedua peserta ini ada, meskipun salah seorang (mitra / penanggap tutur) tidak secara fisik hadir pada waktu dan tempat yang bersamaan. Ketika berkomunikasi (interaksi verbal) penutur maupun penanggap tutur sclalu menggunakan kata-kata tertenru untuk meruluk larvan tuturnya. Kata vang dipergunakan untuk saling merujuk dalam srtuasi ujaran cisebut kata sapa.an Pcnggunaan kata sapaan tidak hanya ditentukan oleh taktor-faktor linguistik tetapi juga oleh'faktor-faktor nonlinguistik antara lain faktor sosial dan situasional. Dalarn."peristiwa tutur, kata sapaarr rnempunyai peranan Yang penting. karena bukan hanya uutuk merujuk larvan iutur 61 Ibl. )0, )'ikt. 2, t5 Agu.st 200J (Iahun ke t0). 6t-79 tetapi sekaligus menggambarkan kedudukan (status) di antara partisipan dan situasi komunikasi Sistem dan bentuk sapaan dalam bahasa Indonesia sangat beraneka ragam, sedangkan penelitian yang rnendalarn ke arah itu belurn banyak dilakukan. Seperti yang dikatakan }Jarimurti Kridalaksana . K.eunekurugLut'tutl rru tlirutrukun oleh udunyu tltulek regtttnal, vuriusi .trtuust, .si/ut lubttngun tliunturu pelaku (ukruh, biasu, .fbrntrl re,rrprokal, nonresiprrkall serta puIu /uktbr multr/irtguulisntc yang utlu dr Indonc.ttu. (1982 14) Hal yang menarik pada srstern sapaan dararn bahasa Indonesia ialah dominasi istilah keJcerabatan sebagai kata sapaan. Kata-kata kekerabatan itu tidak han1,'a dipakai untuk menvapa larvan tutur tetapi juga untuk menyebut diri sendiri maupun untuk menvebut orang ke-3. Jika kita mendensar tuturan ; Ihu muu ke pusur. Berum jeras bagi kita siapa yang dirnaksud dengan ibu- orang pertarna atau orang ketiga. Dernikian juga dengan ujaran Kupun hupuk purung /. Tanpa mengetahui konteks wacana tersebut kita tidak dapat memastikan apakah bupuk sebagai orang kedua atua orang ketiga. Fenomena-fenornena seperti itu rnerupakan dirnensi sistem sapaan dalam bahasa Indonesia yang dirvarnai oleh latar belakang sosial budaira masyarakat pernakainya. untuk mengetahui ciri khas sistern sapaan dalam bahasa Indonesia perlu dilakukan peneritian )'ung berkesinarnbungan tentang sistem sapaan serta bcntuk-bentuk rupuon dalam bahasa Indonesia. Tulisan ini bertujuan memerikan sistem dan bentuk sapaan dalam bahasa Indonesia, baik did alarn lingkiingan kerabat maupun di luar lingkungan kerabat. llenurut iiarirnirti Kridalaksana. .\t.iteil ,tupuan ittluh .risrern vuttg :nengikul Lil1sur-unsur hultasu _i,Lulg t7?(ttt:rulat parht,rlatrn ,slulu: tlun ])eran parl isipan drtlan, kot;tttntkrt,si dangan buhrt,stt ( 198-;: I 5,5; |,4cnu1rt Asni Ayub, si.rrcttt supaan tulult, se.luntiah ru:rntu r:uttg :.elutrl ber.si.lur lelup tlan Vung salAlu dipukut aluu dipedrtntuni oleh fs,.,nrtlur .\uultt huhasa dulunt bcrrut,t' .rap(t uttroru ,\csun1e Lttlggor(r tlt(:.\vurttktt{. 11984:3) 62 Si slern Suptttut dulun lJuhttsu I tnlotte.siu (h{ u r.s i tt P-. l<uv, u I t ) Berdasarkan pendapat para ahli bahasa tersebut dapat disirnpulkan bahrva . srstem sapaan ialah ( 1) norma vang dipedomani mas\/arakat dalarn bertutur sapa, (2) nonna. yang mengatur pemakaian unsur-unsur bahasa (kata sapaan) sesuai dengan relasi antara penutur dan mitra tutur Sedangkan yang dirnaksud dengan bentuk sapaan ialah selumiah kata.kata yang dipergunakan untuk menyapa seseorang (lawan tutur). Dalarn bahasa Indonesia sistem sapaan secara relatif sangat sulrt berubah sedangkan kata sapaan cenderung'berubah. terutama kata sapaan yanu dipergunakan oleh generasi rnuda. Bertolak dari anggapan dasar' bahrva setiap mas.varakal bahasa mempunvausislern dan bentuk tutur sapa sendiri. sistern sapaan dalarn bahasa lndonesia rnerupakan sistem sapaan yang khas sesuai dengan latar belakang sosral budaya masyarakatnva. Melaiui srstem tutur sapa itulah akan dijumpai kata-kata untuk !f09lly9.b_ut dan g1q41,apg seseorang baik di lingkungan kerabat, maupun di luar lingkungan kerabat. Istilah loslygbq! dibedakan dengan istilah !qg!y4pq \aglyqbq! tidak drpergunakan langsung kepada orang kedua (02) sedangkan istilah men-vapa dipergunakan langsung untuk merujuk O2. Dengan bahasa Indonesia kita menyapa guru dengan sapaan bupak. lbir sesuai dengan sapaan orang tua di daiarn lingkungarr kerabat. Sedangkan kata sapaan untuk perubahan bahasa -vang drmiliki ekabahasawan. Kontak bahasa bahkan alih kode. ini menvebabkan terjadinya carnpur kode ' Campuf kode ialah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling rnernasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke bahasa 1,ang lain secara konsisten. Campur kodi. rnerupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalarn rnasyarakat rnrritilingual. Ciri-ciri ketei-gantungan itu ditandar oleh adanya hubupgan tirnbal balik antara peranan dan tui,gsr bahasa. Siapa vang menggunakan bahasa itu, dan apa _v"ang hendak dicapai oieh penutur depgan tuturannya. Misalnya, apabila dua orang pernuda berkenalan dengan saling menggunakan sapaen anclu, aia'.r suutluru kepada larvan tuturnta. Seteiah pernbicaraan langsung beberapa waktu sehingga tercipta suasana akrab. biasanya salah seoranu berinisiatif untuk ,menggantikan sapaan ,tndu atau suurlrtru iuntuk 6l Iiil. 20, Nct. 2, 15 Agyst 200J (I'ahun ke I0) : 61_79 menghapus jarak; dengan nama ntu,t, lu dan sebagainya. penggunaan mqs, lu, u, ente, merupakan peristiwa campur toae beiupu p"nyirlpun unsur-unsur yang berrvujud kata. Bentuk sapaan ialah sejumlah kata yang dipakai untuk menyapa seseorang (Ayub, 1984:3 ). Menurut Il. Kridalaksana (Ig8:3 47) sapaan ialah rnorfeffr, kata, frase., yang diperlukan untuk saling merujuk dalam situasi pernbicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antara pembicara itu. Berdasarkan kedua pendapat tersebut penulis mengarnbil kesirnpulan bahrva kata sapaan ialah kata atau ungkapan yang digunakan untuk rnerujuk (menegurirnen.vapa) larvan tutur bengan dernikian kata sapaan ialah kata ganti orang kedua ((]2) dan berfungsi untuk menvapa lawan tutur (bandingkan, Kridalaksana, I 9g5: l9). Harnpir pada senrua perrstrwa tatap muka kata sapaan menregang peranan penting menyapa teman cenderung lebih bervanasi misalnva kuu, kanru, lu, enre dan sebagainva. I)emakaian kata-kata tcr,seir,.rt menyiratkan makna tertentu pada proses komunikasi verbal antara lain makna honnat, akrab dan larn-lain. Penggunaan kata sapaan sangat tergantung kepada penutur dan larvan tutur serta faktor-faktor rain yang uerperan aalam peristiu,a tutur. Bentuk-bentuk tersebut dapat diidentifikasi pemakaiannya rnelalui faktor-faktor sosial yang melatarbelakangi penutur (o1) dan lau,an rutur (o2), serta faktor situasional yang rneringkupi komunikasi Hal ini menggambarkan sifbt hubungan/relasi antara ol dan c2 (akrab/ticjak akab, horrnat/tidali hormat) serta situasi yang nrelingkupi korrrunikiisi (fo'nal/informai) dan srarus sosial partisipan lt.uit, tLggirsetaraf iebih rendah). Keseluruhan iaktor'rersebut sangat mempengaruhi pr,nLltur cialain rnemiiih dan rrernprergunakan bentuk-trentuk sapaan sr-sLlai dengan kontel-s situasr nyr Pada situasi fonnallresmi (rapai drnas, sldang MpR. srmposium dan sebagainya penutur rnenggunakan varian batasa resnri/standar. Demikian pula jika penutur hendak rnenvapa lau,an iutur dalan.r situasi tersebut penutur akan nremilih dan rnenggunakan sapaan hctpttA, thu, .suudara dan bukan lu, kttfiitt. kc;u. pada situasi inlormal seperti .\ r s I t' t t t .\i,tt l.tL t L t t r L I' t It t t il J J t t I t, t.:,. t It ttli t t t t'.t i t r (,\ lttr'.sttt l ,koruri j pcrcakapan anlar tclran. penutur akan rtrernilrh dan lnenggunakalt sapaan tertcniu sesuai dcngan sitat relasinya dengan la,uvan tutur (akrab biasa,irrtrnri l)ada rna:;\'arakat dri,rbahasa bahkan nrultibahasa di lndonesra:islcrn sapaan dan kata \apaan dalant bahasa lndoncsia tidak tcrlepas dari pcnuaruh kontak bahasa Kontak bahasa lre nurul Mackel' (dalanr Surl'r1o. lglJ-i.9) arlalah pengaruh hahasa vang satu ke bahasa,vang lain baik lanssunu rnaupun tidak langsung sehingga meninrbulkan bark kata sapaan )'ang drclisplrsrtkan rnaupun kata sapaarl yang terintplisit l)ettguunaan sistetn saflaan rnenunjukkan ideologi" rnobilitas sosial dan karaktcr suatu rnasvarakat. \'aitu masvarakat lans dinarnis alau rnas\arakat f,ang statrs Kudrnanrisan suatri ,-,''rruuruio,ln.rupaka,r salah satu f-aktor i-ans nrelahrrkart hubungan vanu letrrh sirnetris Sedangkan rnasvarakat vang statis biasanva rncnerapkan sislem hubungan 1'ang asirnetns Karaklcr suaiLl lllasvarakat berpengaruh dalarl penggunaan kata sapaan. l]. \,tE't'oDu Metode yang digunakan dalarn penelitian ini ialah rnetode kualitatif \ang bercorak deskriptit. l-akta-fakta vang dideskripsikan adalah ujaranu.iaran terlulis dari berbagai sumber penelitian sepeni persidangan MPR, surat-surat fbrrrral dan nonfbnnal- karya sastra, spanduk, pengulnumaniklan. prdato. serta komunikasi lisan. siaran berita dari rnedla elektronik. rvatvancara. " Metodc padan.'identitas dipergunakan untul: rnenganalisrs data. Mctodc rrri dipergunalian untuk ;nengk-ajr atau lnenentukan identitas satrr,rn linguai tenentrr dengan nrenggunakan alat peneittu yang beiada di iuar bahasa, terlepas dari bahasa dan tidak rnenladi bagian <iari bahasa ber:;angkutan (Suodlanto i985 penentu yang dilrergunakan ialah referen bahasa. Rei'eren bahasa atau segala sesuaru vans ,Jrtunj uk bahasa (benda- barang, objck, tindakan, perrstiw,e. \3ng 2). Alat pcrt)uatan. ke-1adian. silat, kualltas. keadaan, derajat, jurnlah dan sebagainl,a) benar-bcnar di tuar baliasa dan tidak rnenladi bagian dari bahasa (Subroro, 1986: 15 ). Misalnya, anda rnenunjuk pada suatu 65 Iiil. ]tt,,\o. ). l-i .lgrrrt 200J (ltthurr ke til) . 6l--9 ref'eren, rnanusia, laki-lakirperempuan" tua. muda cian Demikian pula dengan saudara, ibu, bapak. sebagain_va SISI.E,\{ SAPAAN BAHAS-\ INDO;T*}.SIA Dapar nona SAPAAN UMUi,I tuan rendral sersan raden )agrnlc 0an0eran dokler SAPAAI..l PROFES] JUrll nenel( xakek ayah rbLr Damar adik KETERANGAN E - Ego' TT DK SS Lebih Tinggi,''1'ua SetaraflSebar a LP- RM LObilr Ren<lah, \lucla t_M Lebih Tua I-ebih N4uda DR.. [)alarn Runrpulr I_R ,,. i-uai Runrpurr -. Dalam Kerabal - i-utu. Kerabat N : Netral F ,. Fonrral ll- .- llltbrntal LK 'lt' 66 t- t. I-aki-laki i)eretnpuan 'f unsral .lalrak ,\i.\t(tn S;ulxtLtil duldm Btthu,sLr I nth it ta.trtt ( 4.1 tt t .s t tr ]'.kuvtt t i ) Met<lde agih dengan reknrk qanrr dan leknik perrLras dipergunakan untuk nienganalisis sapaan rang tcrimplisit pa<Ja dralog .. t\4au t,uri ;tuptil, ada sapaan tertentu iang trdak tcreksnlisit. Ilagian dialog itu dapat diperluas dt:ngan Nldu L.ut't ,\tttpu. riu 'l atau drganti dengan-l,,luu L ttt't ttttpu | )tk l . IJntuk mempcroleh data kata-kala sapaat] \ang sangal t,anatil dan beragarn, penulis rncnguunakan pcngantbrlan sampel secara proporsional'feknik tcrsebut dipergunakan unluk rnengambil sampel dari tiap-trap sub populasi ranpa lnsmpcrhitunukan bcsar kecilnya sub populasi tcrscbut 'l'eknik vang dipergunakan untuk rnenrunrp,rlkan Jata vaitu teknik kepustakaan- tekntk sadap (untuk rncrr.jarrng clata clarr kornunikasi lisanl. scrta teknik catat. (" TIASII, DAN PI.]STItAtI.\S,\\ Sistern sapaan yang tcrdapat di dalarn sLlaru rnasyarakat bergantung pada bentuk hubungan antara orang \/an!l menyapa dengan orang vang disapa. I{ubungan tersebut beraneka ragarn curaknra sesuai dengan kondisi sosial budaya suatu rnas1,'arakat, anrara lain hubungan kekcrabatan dan hubungan di luar kekerabaian vang dihubungkan dengan gelar, pangkat dan proltsi. Gelar jabatan , pekerjaan menunjukkan posisi seseorans dalam bidang pemerintahan, profesi atau ketrarnpilan. ' Penggunaan istilah kekerabatan tidak terbatas pada lingkungan keratrat tetapl juga dipergunakarr untuk inenyapa seseorang i,ang tidak mcrniliki hubungan keke'rabaran dengan egu. Hat ini rnerupakan salah satu keunikan sistem saptarr dalarn bahasa Indcnesia.. Na'a diri penggu'a'qp1'u sebagai kata ganti orang kedua (kata :;apaan) dapat merupakan narna lengkap atua penggalan narna Sebagian lieltrrnpok etnik di Indgnesra rnerrriliki nama-nAlnA tertentu yang bcrlungsi sebagai nama panqgiian/bukan nalra sebenarnva (Sadtono. te77 s7) Berdasarkan hasil p"n.liriun- penulis rnenggolongkan lenis kata sapaan dalarn bahasa Indonesia scbagar berikut. 67 L7tl. 20. No. 2. l_i Agust 2001 ('lcthutr kc l0) .6t_29 Jenis-.jenrs Sapaan a. Sapaan Umum I)alarn bahasa indonesia kata sapaan yang dipakai dalarn kekerabatan pada umumnva Aipat ai untuk .;ula rxen'apa orang rain di ruar kerabat. c)rang di ruar kerabat dr sapa den-qarr sapaan kekerabatan biasanva disesuarkan dengan lingkat dera.;at anggota kerabat. Misalnra untuk lnenvapa teman kakak .gcin.,"nggunakan kata sapaan kakak "Sebaya" iarah sarrra atau hampir sarna dari sesi usra. sedangkan "sedera.lat'' rnenun-iukkan 1aral. ]:anq (dcra-tat ) 1'ang disamakan clenqan stalusi,kedudukan di dalarn kcrabat. Sapaan ulnurn ialah sapaan \:ang la-linr <ligunakan dan sebagar pernbeda terhadap sapaan "khusus" _vang clikaitkarr dengan gelar, prolesi dan pangkat. sescr)mng Sapaan kekerabatan I Sapaan kekerabatan ) digunakan untuk lnenyapa oriing \/ans lnempunyai hubungan kerabat dengan ego. Kata sapaan kekerabatan dalam bahasa Indonesia 2) ' b. misaln'a bupak, ibu, udik, kuknk, ut,ttlt, kukek, nr,nck, otnu, l)up{1, tnuntu, ()pu, ()nt, lanle, pot?tLt.t, htht dan yang lain. Sapaan di luar kelierabatan. Untuk menvapa seseorang cii luar kerabat dr sarlprnu dapat dipelgunakan kata*sapaan kekerabatan (lramptr semua istilah kekerabaian dapat dipal:a; dl luar ^ kekeqabatan), Juga drgunakan sapaan di luar l;ekerabatan misalnya lttr,1,,:ndtt,,otrLt hrit7.g. tt,,.itr\.,,-t dan sebagainya. Saltaan Gelai Sapaan gelar digunakan untul: nrenvapa sr.seoran_q vang ciikaiikiln dcngirn fungsi rrerar 1'ang disandangn.,'.. Gelar rni masih dapat digolongkan ke daram bebcrapalenrs gclar sesuai d.ngan kondisr sosiar butia'a 68 rnasyaiakat Si.\ten Sdpuutt dulanr ]Jultusu Itrkttrcsitt . (M u r.strr l',kat'ttl j ) lndonesia. Pernbagian ini rneliputi gelar kebangsawanan. gelar jabatan, gelar diri. gelar keagamaan, gelar temporal dan gclar adat. I) Gelar Kebangsa*anan Sapaan ini. untuk rxen\:apa orang )/ang lxernilikr gelar bangsawan Yang tennasuk ke dalam golonuan ini antara lain ruden. tencku, pungarun dan lain-lain Cclar Dirr Gelar tergantung ,yang drbe rikan masyarkaat kepada seseorans dapat.juga dipakai sebagai kala sapaan untuk rnenvapa orelng ),ang bersangkutan. Sapaan itu berfungsi sebagai identitas sescorang di kalangan kelornpoknya. atau di lingkungan oranq-orang yang mengetahui gelar tersebut Yang tennasuk dalam kelompok ini rnisalnva hotuk, kuru,s dan lain sebagainya. (ielar Keagamaarr 11 Sapaan ini untuk lrenl,apa orang yang rnenyandang gelar tertentu di bidang keagamaan. rnisalnya ltu1t, ustud:, p(l.;tor, v,iku, pendetu, dan lain sebagainya. Kata sapaan ini serrng dipergunakan bersamaan dengan sapaan kekerabatan antara lain hupak. C--ontoh ' hupuk puk hu1i, httpuk pendctu. 3) Gelar Temporal Sapaan ini dipertunakan untuk menyapa seseorang atatr sekelonrpok orang dan hani,a berlaku 'pada temilat^ *,aktu dan situasi tertentu vang silatnya teuporal Biasanl,s kata sapaan ini intincul upacara-upatara teitentu- arau pada rapar- serninar, stdang, maupun kata percakapan biasa. Yang termasuk jenis katd sapaan gelar ternporal ini adalah nru1clis, p r ( fi t(.) v e n d u,r,.. h u tl i r t n dan scba gai n1,a Celar Adat ' Sapaan ini digunakan untuk lnen)/apa- oraug yang ) 4) pada (::.) L?tl. 20. No. 2, l5..4gusr 200J ('|ahun ke t0);61_29 rnenvandang gelar adat dalarn suatu kelornpok masyarakat tertentu. Bagi masyarakat yang peranan adanva masih kuat. biasanva di dalam kelompok masvarakat terse but ada seseorang ).ang diangkat sebagai pirnpinan adat alau kepadanl,a diberrkan selar sccara adat Yang terrnasuk dalam Jcnls sapaan lnr antara lain dulttuk ftlutuk), ytttttgulu, rungkul,,t- dan lainlain scbagainva. c SapaanPro{esiil)ekerjaan Sapaarr profbsir'pekerjaan merupakan kata sapaan 1,ang berhubungan atau dikaitkan dengan prolbsiipekcrjaan oranq vang disapa Kata tersebut antara lain ialah ,gut-tt. Ll()ktL,t., I ttku ttg, .stt I punt dan sebagainl,a d Sapaan Pangkat (Kerniliteran) Sapaan ini digunakan uutuk lnen\,apa seseoranu vang nrenvandang pangl<at tertentu. biasanya dalanr brdang kernihteran Kata sapaan ini digunakan dalam hubunsannva dengan kedinasan, atau apabila digunakan di luar kedinasan si penvapa tahu persis pangkat (rniliter) orang yang disapa. Yang tennasuk ke dalarn jenis rni rnisalnya ntuvor,lt'ntlrt.tl, kop ra l, s' L: r,\ utl dan sebagarnya. Faktor-l'aktor yang Mempenganrhi Penggunaan Kata Sapaan a. Faktor Sosio Situasional Di dalarn setiap peristirva interaksi verbal selalu ' terdapat beberapa fakior'(unsur) vang men_ltarnbil per:lnan dalarn peristlrva .itu (Survito 198_s.30) Faktor-faktcr terscbut iplah penutui, larvan,penanggap tutur^ tonlk, seling, situasi dan sebagainl,a. Penlaku budal,a nranusia termasuk inreraksr (korriuntkasi) verbal ticiak ter.ladi dalarn krlaclaan vakurr. tetapi pada naktu dan ternpat iertentu Mengobrrrl bisa sarnbil berdiril duduk dl n'arung dan sebagarnva Rerdiskusi bisa cii ruangan sekolah. mesjiC. gereia. scrt,r antar teman atau bukan fertran 70 Sistem SapuLm dolem lJahav Indotresiu (Mur.;itt I',kta,uti) lJntuk dapat menempatkan sistem kata sapaan yang sesuai dengan fungsinya perlu diperhatikan faktor_faktor yang berperan dalam suatu komunikasi, terutama vang rrrenyangkut keadaan peristirva yaitu kondisi antar penutur dan lawan tutur. Keadaan tersebut ciapat dibedakan atas dua bagian. l) Kondisi Intern" rnelingkupi hal-hal yang bersifar tetap vaitu status sosial, usia, jenis kelarnin. Umur, menunjukkan hubungan kronologis, sarna halnya dengan hubUngan genetis. Bisa saja penuturan secara kronologis lebih tua, tetapi secara genetis lebih rnuda dari pada lawan tutur. LJntuk rnenl,apa larvan tutur yang usianya lebih muda dari pada ego, dapat digunakan kata sapaan dik atau nama diri dan sebagainya. Untuk menyapa orang yang status sosialnya lebrh tinggi, penutur bisa menggunakan sapaan hupuk, nyonva, tLretl, ibu dan sebagainya Sedangkan untuk ' ' - menyapa orang yang status sosialnya sama dengan egc) bisa digunakan sapaan sauclara, anclu di samping bupuk' i bu secara resiprokal. Jenis kelarnin Juga merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan kata sapaan, misalnya untuk menyapa seorang wanita kita rnernpergunakan sapaan nona atau nyon.vd, bukan luun atau burtg. Pelmilihan terhadap suatu kata ganti orang kedua harus ciisesuaikan dengan tipe hubungan yang berlaku diantara pgnutur dan lawan tutur pada rvaktu pcrilaku tutur rnemcgang peranarr (Brou,n & Cilman. i968.253)76) Penggunaan sapaan disesuaikan rnenurut kondisi sosiosituasional perilaku tutur. Kapan penutur rnen1.apa larvan'iuturnl'a dengan bupuk, rhu, ur.lik, kukuk dan lain sebagainya. Norma-norma yang dernikian pada dasarnya telah menjadi konvensi masyarakat Indonesia 7t tr'tt|.20. vang Mr2, l5 mencermtnkan Agtrst 2001 ('l'ahunke 10,1 sistem sosial .61-79 budaya rnasyarakatnva. Penyirnpangan terhadap nonna-nonna tersebut akan merusak hubungan komuntkasi dan interaksi sosial. Penggunaan kata sapaan yang tidakkurang tepat, dapat rnenirnbulkan kesan negattf bagi orang yang disapa terhadap orang yang menvapan],'a. Misalnya jika dalanr situasi fbnnal di ruang kelas scorang rnurid rnenyapa gurunva dengan undu bukan dengan bupuk atau tbu, gLlru yang bersangkutan akan menanggapi hal itu sebagai suatu ketidak sopanan atau kdiancangan mundnva. Demikian 3uga seandainva krta menyapa orang tua kita dengan namanya. penutur akan dianggap "kurang ajar" karena telah rlelanggar nonna l'ang berlaku dalarn masyarakat Indonesia Berbeda l"ralnva dengan di Atnerika sebagaimana vang oleh S.M. Ervin Trip dalarn Stxiolingut.stik llulet^ rl Adelre.t,r, seorang anak pada dikemukakan keluarga Arnerika bisa menyapa orangluanva dengan nanla kecilnva (First Narne) di samping daddl' Berdasarkan uraian tersebut dapat disinrpulkan bahwa (l ) bahasa lndonesia adalah bahasa yang sesuai dengan sistem sosial budaya lndonesia, (2) penggunaan kata' sapaan merupakan salah satu cirr adanr a perbedaan golongan sosial, (3) sisr.enr dan berrtuk s,rpaan dalarn bahasa Indclnesia adalah salah satu urlslir bairaSa 2) yang hertungsi seba{rai alal pemelilrara hubungan sosral Kor1disi,lkflS11l-" nrerrrpakan hal-hal I'ang bersitlr s(jnrcntara yang tirnbui akrtrar interaksi pada perisiiria tutur aniara lairi selting. topik, situasi ilan l'aktor jaral. (tingkat keakraban;, Kondisi iiri muncul dari rnteral:si kornunikasi yang' berperan rneryeiaskan kete rlibatan 72 \ t.\ I t' t t t :;( q rulu t d( t It t m lJt t hu stt I r tt| t tr n'.s. t I \ ltrt .tt,t L|,tlr tttt) f'aktor larak (tingkat keakraban) antar paflrsipan pada interaksi tcr\ehut (Sadtono- 1977 547 .larak ralah tingkat keakraban antara pernbicaraan dan lan'an brcara. apakah berada pada ;alur hui-runuan \,crtikal atau horisonlal l)irne nsr rerlrkal nteltuniukkiln kedudukan pcrnbicara terhadap law,an bicara. lcbih linggi atau lebrh rendah lJorisontal rnenunlukkan kadar keakraban antirra parllsipan sc'su3i detrgan hubunsan sosialnra (sadtuntt. 1977 56 Setttng lncruprakan siluasr ),ang rlelinukLrpr pe rilaku lutur. fbrnral atau irrlirrnral l)ada srluasi lirrnral pcnrrluran akarr mcnrrlrh dan nrcrrguunakan sapaan sepcrti lrultuk, rhtr, .ttrutlut'u, n.\,()tt.|u dan lain-[ain. l:rvin I rip dengan kaidah allernasinva rncngidentiflkii-srkan kondisr sttsial scbauai '-Situasr \ang drtandar olch slatus'- scF.-rtt situasi di ruang pengadilan- kongres dan lain-lain. llerdasarkan hal tersebut akan di.lunrpai sapaan )'utt,q r\lulrtt, llupuk Kclutt, ltukrnt \.{n1{ 'l crh( )rnut dan lain-lain. Scdera.lat rnenunjukkan hubungan partisipan \ ang sedera.lat (dalarn kekuasaan,,rvcwenang) dengan larvan bicara Apabrla dalam suatu penstilva tulur (kornunikasi) l,enulur lngln lnenyampaikan sesuatu infbnlasi dengan rasa akrab aiau honnal dan sebagainva, malia apa rang . ' ' rrcni'erlai pcrasaan rtu diekspresikan rlelalui tuturannva \altu derrsan rrnskapan-ungkapan terteniu dan penguunaan kata sap33n vang scsual Sistcrri sapaan cialarn bahasa _ lndonesia dipcngaruhr oleh budava )'ang berlaku di daianr nrasr,arakht hahasa Inclonesia. (ioi vs Keral. n,e negaskan. -" nilai ritsil itu tei-gantung dari tiapr masvarakat bahasa vang bcrsangkutan. Mungkin suatrr kala vang rncnerbitkan niiai rasa vang berlainan pada l7tl. 20, ilo. 2. /5 Agrtst 2001 (TZthun ka I0). 6t-7g suatu masyarakat bahasa yang berbeda. Juga nilai rasa itu tergantung pada jamannya (Keraf, l9g0:l3t ). Di jalan orde lama rnisalnya. bangsa Indonesia rxenvapa kepala negara dengan sapaan lrutluktt f.ttng ttt. Perubahan .jarnan tran kondisi sosiar rnasvarakat lndonesia. rnenyebabkan penggunaan sapaan tlrsebut -Kutu '\''lul dirasakan kurang sesuai. sapaan tersebut rnengandung nilai rasa yang berbau t-eodal dan tidak sesuai dengan alarn dernokrasi. Kata sapaan itu berubah rnenladr hupuk, karena kepala nesara telah di identiikkan dengan kepala keluarga. Ilerdasarkan hal tersebut clapat clsirnpulkan bahwa. (l ) nilai rasa bahasa bersiiat sub.lektit. (2) konvensiorral, sesuai dengan latar belakang *riui budava (3) nilai rasa mengalarni perubahan sesuai dengan perubahan nilai sosial nrasyarakat. (4) penggunaan kata sapaan sebagai ekspresi nilar rasa bahasa. IJarirnurti Kridalaksana mengenrukakan empat dimensi dalam penggunaan kata ,upuun dalanr bahasa Indonesia, yaitu ( | ) sifat hubungan yang berupa hubungan santai dan hubungun non_suntai .1Zl lurut sosial yang terdiri dari jarak jauh, sedang, dan aekat (3).dalam kelornpok (in-group_ness) (4) identitas. , karvan bicara (dalanr Sutamin, lgg7.6). Dalam siluasi santai, penutrlr,akan menyesuaikan penggunaan sapaan dengan situasi'ujar. .tdikalanya penutur iidak perlu inenrperhatikan dirnensi lau,an tutur, sehingga muncu! irenttrk zero seperli pada kalirnat ..O mau kernana?.atau "ntau kerrrana O?". Dalain hutrungan non_szt'tai penutur harus memperlihatkan .jarak sosialnva terhadap larvan tutur, identitas larvan tutur- tenlasuk daiarl kelonipok atau di Iuar kelornpok pc,nL.,tur '/1 Sistem Supaatt dalcm lJqhasa lndone.sia ..(Mursia Eka+'eili) Bror.rn dan Gilman (1968:252-275) memberikan sistem sapaan pronomina kedua tunggal yang terdapat dalam bahasa-bahasa di Eropa yaitu bahasa Inggiis, Perancis, Jennan, Italia, dan Spanyol. Ada dua buah pronomina yang digunakan untuk menyapa orang kedua tunggal. Kedua pronomina itu berasal dari bahasa Latin tu (T) dan vous (V1. Hal yang menarik tentang pronomina ini adalah asosiasi (konotasi) yang erat dengan dua dimensi mendasar terhadap 'analisis kehidupan sosial, yaitu dimensi kekuasaan (power) darr solidaritas (solidarity). Seseorang dapat dikatakan memiliki kekuasaan terhadap yang lain karena ia mampu mengontrol perilaku yang lain. Kekuasaan ialah hubungan antara dua orang atau lebih dan sif-at hubungan tersebut nonresiprokal, yang berarti keduanya tidak memiliki kekuasan yang sama pada rvaktu yang sama. Relasi semantik hubungan tersebut bersifat nonresiprokal. Orang yang mernpunyai kedudukan tebih tinggi rnenyapa T kepada orang yang kedudukannl'a lebih rendah dan ia menerima V dari orang tersebut, penerima V berbeda dengan penerima'[ dalam hal kekuasaan. utnur, kekayaan, kelahiran, jenis kelamin atau profesi. Adakalanya V dipakai oleh penutur dan larvan tutur jika status mereka sederajat. Rclasi yang lebih tua, lebih kaya, iebih kuat, lebih . rnrrlia dari ego rnerupakan relasi vang asimctris. Relasi inr ciiscbut .'lebih tinggi ciari pada" dan identik dengan penggunaan sapaan secara non resiprokal. R.eiapi simetris, bersekolah di sekolah yang sama atau rnemiliki orang tua yang sama derajatnya atau memiliili profest yang sama. Solidaritas merupakan nama dari bentuk relasi seperti ini T sebagai kata ganti 75 L'o|.20, No.2, 15 Agusr 2001(7'uhun ke I0): 61-79 yang berrnanka akrab, sedangkan V sebagai kata ganti hormat (formal). Dimensi solidaritas dipergunakan kepada semua orang baik yang merupakan relasi asinretris (antara orang tua dan anak) maupun pada relasi yang sirnetrr. Relasi asimetris bisa solider (anlara orang tua dan anak). bisa juga tidak solider (pegawai 1'ang jarang bertemu). Pada keluarga Arnerika tidak ada diskrirninasi kata ganti, narnun terdapat nonrta sapaan nonresiprokal. Di Anrerika dan Eropa terdapat bentuk-bentuk sapaan nonresiprokal untuk semua relasi asirnetris. pengunjung dan pelayan, guru dan tnurid. ayah dan anak, majikan dan pekcrja. dan sebagainva. Perbedaan arti dalarn dtrnensi penggunaan sapaan tersebut ditentukan oleh perbedaan tipe hubungan 1'ang dipilih penutur untuk rnemperlihatkan kepada larvan tutur. Hubungan itu bisa horisontal yang berlaku diantara orang yang berderajat sama atau relasi yang rnenurun, rnisalnya ditujukan kepada lawan tutur yang statusnya lebih rendah, atau relasi yang naik ketrka ditujukan kepada pernbicara yang bersatus lebih tinggi (Suharno, l98l .91 ). Hubungan itu ditunjukkan oleh peilggunaan sapaan terhadap larvan tutur. Hubungan penutur dengan lawan trttur jelaslah sebagiii f-enolncna yang tcrciapat dalarn selrua bahasa di duitia. Penlvutudan daiam penggunaan bahasa. bagaimanapun rnerupakan suatu.crri khas hahasa (Suharnc. 1981:l i l) [{al itu rnentinjukkan hampir pada scttap .ituasi data linguistik drtandai oleh fuktor-faktor nonlir.iguistik vang ter]ibat dalam penggunaan bahasa. Berdasarkart - dirnensi kata :;apaan ) ang dikernukakan paia ahli tersebut, maka dapal drarnbil kesirrpulan bah.,va relasi antara penutur dan larvan tutur l6 Sisttn Saputur dalut Ruhustt ltrfunesitt .. ( A4 u r.si tt l'.kcavut i ) dalarn bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. (i) Relasi sirnetris" 1,aitu relasi yang menggambarkan kedudukan yang sama antara penutur dan laivan tutur (ii) Relasi asimetris, yairu relasi yang menggambarkan kedudukan lebih tinggi atau lebih rendah antar penutur. yang dapaf artlnut dari penggunana kata sapaan dalarn situasr ujar Kedua relasi' tersebut rnenimbulkan pola pe nggunaan sapaan .vang berbeda. Relasi srmetris rnempergunakan pola resiprokal sedangkan relasl asimelris mempergunakan pola nonresiprokal. pola hubungan resiprokal dapat disebut garis horisontal dari hubungan s<lsial, dan pola nonresiprokal merupakan garis vertikal dari hubungan sosial. Sisteln sapaan dalam bahasa tndonesia dapat dijabarkan ke dalarn bagan Sistem Supuan Ruhu,su lndonesiu berikut. D. SIMPT]LAN Dari uraian tentang sistem sapaan dalam bahasa Indonesia tersebut, penulis dapat rnenyimpulkan beberapa cararan pentrng. Kata sapaan dalanr bahasa Indonesia terdiri dari bentuk standar, ntttslandut" dan _ero Sapaan kekerabatan umurnnya digunakan juga unluk menyapa orang di luar _kerabat, 'terutama rnereka yang dianggap dalarn satu rumpun keluarga besar bangsa Indonesia. Sapaun dalaL'kerabat tidak terpengaruh oleh taktor-faktgr kronologis antara perrutur dan larvan tutur rnelainkan faktor genetislai) yang sangat menentukan sapaa.n vang digunakan Dr lingkungan generasi muda sering dijurnpai penggunaan sapaan baru (dalarn bahasa Indonesia) baik yang beraial dari-6ahasa daerah maupun bahasa asing. Penggunaan sapaan tersebut celrderung bersifat netral tanpa rnembedakan jarak sosral antara usia antara penutur dan lbt. 20, Atr. l, 1-i .4gust 200J ('l uhttn kc t0t 6t_-1) larvan tutur. Penggunaan sapaan secara resiprokal dijurnpar pada interaksi kornunikasi anlar penutur yang sejenis (kelamrn). selaraf (status). dan sebaya (usia1. Semua jenis sapaan dapat diikuti narra drri terkecuali uelar giri, gelar temporal dan kata ganti murni. Pengc-tahuan tentang sapaan suatu bahasa amatlah pcntrn-u I)arr kita dapat memahami karakter burjava suatu rnasr arakat Penelrtian yang mendalam tentang aspek-aspek \ ans sapaan lebih mempengaruhi penggantian, penambahan, serta perubahan ,up".n tertentu suatu bahasa perlu dilakukan DAFTAR PUS-I'AKA Avub, Asni. Dkk.' 1984. Sislent Suptrttn fJulut.su Alinurtgkuhrzr puslt Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen pen<Jidikan dan Kebud ay aan. .Iak arta. [3rorrn, R da' A. Gilrnan. 1977. "'flte pronoun of porver and Solidaritr." dalarn Josuha A.Fishrnan. Reutling rn the srrc,trlogv, ol Lungttugc. Thc Hague Paris. chaedar Alrvasilah- A. 1985 sosrologi lJahu.ru penerbrt Angkasa Jakafta. r.di Subroto, D. 1985 Mert;tle penelitirut Lrrtgur,rrtk 1. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. . 1986. A4et'ttle Pcnelrrttrt Lr:iguisttk Il. uni.ersrtas sebeias Maret. Suraka(a. En'in T'rip. :l.N'i 1969. ''Sociohngiristic Rules of Address dalarn J B P ri de ( cd ). 1 972. soc' rct l i ngu i., t r r.. pengrr in Book s. lJanrondsri,orth Hadi. Sutrisnc 1983 A,lerodoligr Ire,search I yar.asan lrenerbitan Fakultas Psikoloei Universitas G-ad1ah Mada yogl,akarta. Kridalaksana, Harimurti. 1982 "DrLrnika Tutur sapa <lalarn llahasa Indonesia" dalam I{. Kricaiaksana dan Antrin 78 M. N{oeliono \ttten ,fupdutt dalam lJeha:;a Indonesicr ..(Mursia Ekau,ati) (pen5'unting) l'elungt lJulusa. penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 1982. l.'ung,rt Ruhasa dan Sikop Ra|rusa. Nusa Indah. Ende Flores. Sadtono. l:.ugenius 1977 "'l'he second prorninal in Sociolinguistic lnleraction"' dalarn Arthur YAP (ed). Language Education tn ' A'lulttlrnguulsircrclr..s Singapore universitypiesi. Singapore. Suharno. I 1981. ''speaker-lnterlocirtor Relationship: some Notes on the comrnunicatires Aspects of Language with Ref-erence to Javanese" dalarn Arnran Halirn (ed). Brthusa dan pentbqngm.tun Ba,gstt. Pusat Pemtrinaan dan Pengernbangan Bahasa Departemen Pendiii kan dan Kebudayaan. Jaiarta sutalni, Flennin. 1987. "Penggunaan Kata Sapaan untuk pelaku Kedua dalam Mas'arakat Keturunan crna" dalam Majalah Masyarakttt Ltnguistik In&ma.siu (lt41,lt edisi Nomor 9 Tahun V. Survito. 1985 sr,,rroltngut.sttk I'cngunrur Av,ul.l{enary offset. Surakarta. 79