HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA
AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014
Oleh:
Inna Antriana, S.SiT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA
ABSTRAK
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah
deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang akan lebih
efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebab 85% kelainan di payudara justru
pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan secara massal.
Hasil studi pendahuluan 40% mahasiswa tidak pernah melakukan SADARI dengan
rutin setelah haid. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka.
Jenis penelitian yang digunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional. Sampel penelitiannya yaitu seluruh Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes
YPIB Majalengka sebanyak 51 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (56,9%) perilaku
mahasiswa dalam pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik, lebih dari
setengah (60,8%) pengetahuan mahasiswa baik dan lebih dari setengah (54,9%)
sikap mahasiswa positif. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I
STIKes YPIB Majalengka.
Disarankan perlu adanya upaya dari pihak kampus selain pemberian mata
kuliah juga perlu adanya kegiatan seminar atau diskusi ilmiah mengenai kesehatan
reproduksi pada remaja khususnya mengenai SADARI sebagai upaya mendeteksi
dini kanker payudara.
Kata kunci
Literatur
: Pengetahuan, Sikap, SADARI
: 19 Sumber
A. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional pada
hakikatnya
bertujuan
untuk
menumbuhkan sikap dan tekad
kemandirian
manusia
dan
masyarakat Indonesia dalam rangka
meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) guna mewujudkan
kesejahteraan lahir dan batin yang
lebih selaras. Untuk mencapai tujuan
tersebut, bangsa Indonesia telah
melakukan berbagai upaya salah
satunya
adalah
upaya
dalam
pembangunan kesehatan. Salah satu
sasaran pembangunan kesehatan
adalah mewujudkan generasi muda
yang sehat sebagai SDM yang
produktif dan berkualitas. Upaya
untuk mewujudkan hal tersebut
adalah dengan
meningkatkan
kesehatan remaja (Ikatan Dokter
Indonesia, 2012).
Kesehatan remaja merupakan
salah satu parameter penentu
keberhasilan pembangunan bangsa.
Remaja
termasuk
salah
satu
kelompok masyarakat yang hampir
selalu diasumsikan dalam keadaan
sehat. Padahal banyak remaja yang
meninggal sebelum waktunya, salah
satunya akibat penyakit yang
sebenarnya bisa dicegah atau diobati.
Pada masa remaja terjadi perubahan
baik fisik maupun psikis yang
menyebabkan remaja dalam kondisi
rawan pada proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
Masa
ini
merupakan masa terjadinya proses
awal pematangan organ reproduksi
dan perubahan hormonal yang nyata.
Remaja
menghadapi
berbagai
masalah yang kompleks terkait
dengan perubahan fisik, kecukupan
gizi,
perkembangan
psikososial,
emosi dan kecerdasan yang akhirnya
menimbulkan konflik dalam dirinya
yang
kemudian
memengaruhi
kesehatannya. Salah satu penyakit
yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup remaja khususnya perempuan
adalah
2008).
kanker
payudara
(Wong,
Kanker payudara merupakan
kanker yang paling sering pada
perempuan
dan
merupakan
penyebab kematian kedua akibat
kanker pada wanita, setelah kanker
leher
rahim.
Menurut
WHO,
diperkirakan sekitar 519.000 wanita
meninggal di tahun 2010 karena
kanker payudara. Sedangkan data
dari American Cancer Society, sekitar
1,3 juta wanita terdiagnosis kanker
payudara, dan tiap tahunnya di
seluruh dunia kurang lebih 465.000
wanita meninggal karena penyakit ini
(American Cancer Society, 2013).
Insidens kanker di Indonesia
masih belum diketahui secara pasti,
karena belum ada registrasi kanker
berbasis populasi yang dilaksanakan.
Data dari International Agency
Research on Cancer (IARC) Globocan
2011, didapatkan estimasi insidens
kanker payudara di Indonesia
sebesar 36 per 100.000 perempuan.
Sedangkan data dari Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia pada
tahun 2012 diketahui bahwa kanker
payudara menempati urutan pertama
pasien rawat inap (16,85%) dan
pasien rawat jalan (21,69%) atau
lebih tinggi dibandingkan dengan
kanker
leher
rahim
(17%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Kasus kanker payudara di
beberapa rumah sakit di Jawa Barat
juga terus meningkat, pada tahun
2005 tercatat ada 221 kasus, lalu
pada tahun 2011 naik tiga kali lipat
menjadi 812 kasus. Penatalaksanaan
keganasan kanker payudara telah
mengalami kemajuan yang sangat
pesat, walaupun demikian angka
kematian
dan angka keganasan
kanker payudara masih tetap tinggi,
hal ini disebabkan
penderita
ditemukan pada stadium lanjut, maka
dalam hal ini deteksi dini dan
diagnosis keganasan memegang
peranan sangat penting untuk
memperbaiki prognosis disamping
faktor
klinis
lainnya
(Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
2012).
Survei yang dilakukan Yayasan
Kesehatan Payudara Jakarta pada
tahun 2008 menunjukkan 80%
masyarakat
tidak
mengerti
pentingnya
pemeriksaan
dini
payudara. Sebanyak 70% kasus
kanker payudara ditemukan dalam
stadium lanjut sehingga angka
kesintasannya rendah. Hal ini
dikarenakan
masih
rendahnya
kesadaran,
pengertian,
dan
pengetahuan masyarakat tentang
kanker
payudara,
sementara
penanganan kanker payudara secara
lintas sektoral
belum mendapat
prioritas dari pemerintah (Soejipto,
2008).
Prognosis kanker payudara
tergantung
pada
tingkat
pertumbuhan. Pada tumor ukuran
kecil tindakan bedah kuratif dapat
diharapkan, sekalipun kemungkinan
sifat unpredictable tidak dapat
diabaikan.
Oleh
sebab
itu,
penanggulangan kanker payudara
dititikberatkan pada deteksi tumor
stadium
dini
yang
biasanya
berukuran kecil (Manuaba, 2010).
SADARI merupakan salah satu
langkah
deteksi
dini
untuk
menemukan
kanker
payudara
stadium awal yang akan lebih efektif
jika dilakukan sedini mungkin, sebab
85% kelainan di payudara justru
pertama kali dikenali oleh penderita
bila tidak dilakukan penapisan secara
massal (Suririnah, 2009).
SADARI sebaiknya dilakukan
setiap kali selesai menstruasi yaitu
hari ke-7 sampai ke-10 terhitung
hari pertama haid, karena pada saat
ini pengaruh hormonal estrogen dan
progesteron sangat rendah dan
jaringan kelenjar payudara saat itu
tidak membengkak sehingga lebih
mudah meraba adanya tumor
ataupun kelainan pada payudara
(Dwi, 2009).
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada mahasiswa Akbid
Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
dari 10 orang diketahui bahwa yang
menyatakan tidak pernah melakukan
pemeriksaan
payudara
sendiri
(SADARI) dengan rutin sebanyak 4
(40%) dan yang kadang-kadang
sebanyak 4 orang (40%) dan 3 orang
(30%)
sering
melakukan
pemeriksaan
payudara
sendiri
(SADARI).
Berdasarkan
hal
tersebut
penulis
melakukan
penelitian
tentang hubungan pengetahuan dan
sikap dengan perilaku pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada
Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes
YPIB
Majalengka.
Sehingga
diharapkan
dengan pengetahuan
yang baik, terutama bagi usia
remaja bisa melakukan pencegahan
dan deteksi dini kanker payudara
dengan
pemeriksaan
payudara
sendiri (SADARI).
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini
menggunakan
jenis
penelitian
kuantitatif dengan desain cross
sectional. Pendekatan cross sectional
yaitu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktorfaktor dengan efek dengan cara
pendekatan
observasi
atau
pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat artinya tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali
saja (Notoatmodjo, 2010:86). Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh
Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes
YPIB Majalengka tahun ajaran
2013/2014 berjumlah sebanyak 55
orang. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah total sampling.
Namun, pada saat pengumpulan data
jumlah mahasiswa yang hadir hanya
ada 51 orang. Analisis bivariat
menggunakan uji hipotesis yaitu uji
chi square pada nilai α = 0,05.
C. HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
a.
Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada
Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
No
1
2
Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI)
Baik
Kurang
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui
bahwa perilaku mahasiswa dalam
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dengan kategori baik
sebanyak 29 orang (56,9%) dan
mahasiswa
yang
berperilaku
kurang sebanyak 22 orang (43,1%).
f
%
29
22
51
56.9
43.1
100,0
Hal ini menunjukkan bahwa lebih
dari setengah (56,9%) perilaku
mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes
YPIB
Majalengka
dalam
pemeriksaan payudara sendiri
berkategori baik.
b. Gambaran Pengetahuan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
No
1
2
Pengetahuan tentang
Pemeriksaan Payudara
Sendiri (SADARI)
Baik
Kurang
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui
bahwa pengetahuan mahasiswa
tentang pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dengan kategori
baik sebanyak 31 orang (60,8%)
dan
mahasiswa
yang
berpengetahuan kurang sebanyak
f
%
31
20
51
60.8
39.2
100,0
20 orang (39,2%).
Hal ini
menunjukkan bahwa lebih dari
setengah (60,8%) pengetahuan
mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes
YPIB
Majalengka
tentang
pemeriksaan
payudara
sendiri
berkategori baik.
c. Gambaran Sikap tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada
Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
No
1
2
Sikap tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI)
Positif
Negatif
Jumlah
f
%
28
23
51
54.9
45.1
100,0
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui
bahwa sikap mahasiswa tentang
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dengan kategori positif
sebanyak 28 orang (54,9%) dan
mahasiswa yang bersikap negatif
sebanyak 23 orang (45,1%). Hal ini
menunjukkan bahwa lebih dari
setengah (54,9%) sikap mahasiswa
Akbid Tingkat I STIKes YPIB
Majalengka tentang pemeriksaan
payudara
sendiri
berkategori
positif.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
No
1
2
Pengetahuan
mahasiswa
Baik
Kurang
Jumlah
Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri
(SADARI)
Baik
Kurang
n
%
n
%
22 71,0
9
29,0
7
35,0 13 65,0
29 56,9 22 43,1
Berdasarkan tabel 4.4, dapat
diketahui
bahwa
proporsi
mahasiswa yang berpengetahuan
baik dengan perilaku baik dalam
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)
sebesar
71,0%,
sementara proporsi mahasiswa
yang berpengetahuan baik dengan
perilaku
kurang
dalam
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebesar 35,0%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa
proporsi
mahasiswa
yang
berpengetahuan
baik
dengan
perilaku baik dalam pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) lebih
Jumlah
n
31
20
51
%
100
100
100

value
0.025
tinggi
dibanding
proporsi
mahasiswa yang berpengetahuan
baik dengan perilaku kurang dalam
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI). Perbedaan proporsi
tersebut menunjukkan hubungan
yang bermakna yang terbukti dari 
value = 0,025 ( value < α) sehingga
hipotesis nol ditolak yang berarti
ada hubungan antara pengetahuan
dengan
perilaku
pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada
Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes
YPIB Majalengka.
b. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri
Jumlah
Sikap

(SADARI)
No
mahasiswa
value
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
%
1 Positif
20 71.4
8
28.6
28
100
2 Negatif
9
39.1 14 60.9
23
100
0.042
Jumlah
29 56.9 22 43.1
51
100
Berdasarkan tabel 4.4, dapat
mahasiswa yang bersikap positif
diketahui
bahwa
proporsi
dengan perilaku baik dalam
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)
sebesar
71,4%,
sementara proporsi mahasiswa
yang bersikap positif dengan
perilaku
kurang
dalam
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebesar 39,1%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa
proporsi mahasiswa yang bersikap
positif dengan perilaku baik dalam
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) lebih tinggi dibanding
proporsi mahasiswa yang bersikap
positif dengan perilaku kurang
dalam pemeriksaan payudara
sendiri
(SADARI).
Perbedaan
proporsi tersebut menunjukkan
hubungan yang bermakna yang
terbukti dari  value = 0,042 (
value < α) sehingga hipotesis nol
ditolak yang berarti ada hubungan
antara sikap dengan perilaku
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) pada Mahasiswa Akbid
Tingkat I STIKes YPIB Majalengka.
D. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes
YPIB Majalengka. Adanya hubungan hal ini dapat dikarenakan bahwa semakin baik
pengetahuan mahasiswa maka dia akan melakukan cara SADARI sesuai dengan teori.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003:127) yang menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan domain yang penting akan terbentuknya tindakan
seseorang. Demikian pula menurut teori Sudarma (2008:29) yang menyatakan bahwa
pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku.
Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan
perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel
perilaku telah banyak diperlihatkan.
Menurut Bambang (2008) bahwa pengetahuan merupakan justified true believe.
Seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan
hasil observasinya. Hasil pengetahuannya tersebut akan menjadi dasar bagi
tindakannya.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2008) mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku para wanita dewasa awal
dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan
Klaten yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku para
wanita dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Putri (2011) mengenai hubungan
pengetahuan dan sikap remaja putri tentang sadari terhadap perilaku SADARI di MA KMI
Diniyyah Puteri Padang Panjang Bulan FebruarI 2011 menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku SADARI.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nugrahini (2011) mengenai
hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku SADARI pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjadjaran yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak
berhubungan dengan perilaku SADARI pada mahasiswa.
Adanya kaitan pengetahuan dengan perilaku SADARI, maka penting setiap
mahasiswamempunyai pengetahuan yang baik tentang SADARI. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan informasi secara informal melalui diskusi atau seminar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB
Majalengka. Hal ini dapat dikarenakan semakin positif sikap mahasiswa tentang SADARI
maka semakin besar kecenderungan mahasiswa untuk melakukan SADARI.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Azwar (2010) bahwa sikap seseorang
tentang sesuatu hal akan mempengaruhi tindakannya. Sikap baik positif maupun negatif
tergantung dari pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga sikap ini
selanjutnya akan mendorong individu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan,
tetapi kalau sikapnya negatif, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Septiani (2012) mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada
siswa SMAN 62 Jakarta 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan sikap dengan perilaku
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2008) mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku para wanita dewasa
awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan
Pedan Klaten yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku para
wanita dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
Sikap yang positif terhadap SADARI sangat penting karena akan mempengaruhi
tindakan SADARI oleh mahasiswa, sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara
memberikan informasi yang baik pada mahasiswa dengan cara-cara yang efektif seperti
diskusi kelompok remaja dan sebagainya.
E. KESIMPULAN
1. Lebih dari setengah (56,9%) perilaku mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
dalam pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik.
2. Lebih dari setengah (60,8%) pengetahuan mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB
Majalengka tentang pemeriksaan payudara sendiri berkategori baik.
3. Lebih dari setengah (54,9%) sikap mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka
tentang pemeriksaan payudara sendiri berkategori positif.
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka.
5. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
pada Mahasiswa Akbid Tingkat I STIKes YPIB Majalengka.
B. SARAN
Profesi kebidanan diharapkan dapat memberikan perhatian kepada pendidikan
kesehatan wanita khususnya mengenai deteksi dini kanker payudara. Pemberian informasi
atau pendidikan kesehatan tentang metode deteksi dini kanker payudara dan manfaatnya
kepada bidan dalam membantu memajukan keterampilan mereka dalam melakukan
pemeriksaan payduara sendiri serta memperluas peran mereka sebagai pendidikan klien,
dan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa mengenai SADARI maka perlu adanya upaya
dari pihak kampus selain pemberian mata kuliah juga perlu adanya kegiatan seminar atau
diskusi ilmiah mengenai kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai SADARI
sebagai upaya mendeteksi dini kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Sociaty. (2013). Breast cancer : Statistic of breast cancer 2013.
Available
at: http://www.cancer.org/cancer/detailuide/breast-cancer-statistic-2013.
Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar. (2010). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Setia.
Bambang. (2008). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Dwi, dkk. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2012). Pembangunan Remaja sebagai Sumber Daya Manusia.
http://www.idai.or.id/saripediatri/abstrak.asp?q=678,
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Menuju Indonesia Sehat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Intan, dkk (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Suririnah. (2009). Faktor Yang Mempengaruhi remaja dalam SADARI.
Sutjipto. (2008). Permasalah Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Payudara.
Varney (2007). Asuhan Kebidanan Buku 2 Volume 4. Jakarta:EGC
Wawan, A. dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Jakarta. Nuha Medika.
Yani, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Download