(Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan infeksi yang berkembang pesat
W
D
K
U
di dunia, begitu pula di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia, hingga tahun 2015 akumulasi kasus
infeksi HIV berjumlah 184.929. DKI Jakarta memiliki jumlah kasus HIV
tertinggi yaitu 38.464, diikuti Jawa Timur dengan jumlah 24.104 serta
Papua dengan jumlah 20.147. Kasus AIDS sendiri memiliki jumlah
kumulatif sebanyak 68.197. Jawa timur memiliki jumlah kasus terbanyak
dengan 13.043, Papua menempati urutan kedua dengan jumlah 12.117,
©
serta DKI Jakarta mengikuti dengan jumlah kasus 8.077. Sedangkan,
jumlah kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk (case rate) hingga
September 2015 menunjukkan bahwa Papua menempati urutan pertama
(378,14) dan diikuti Papua Barat (216,46). Jika dilihat dari jenis
pekerjaannya, ibu rumah tangga memiliki jumlah kasus AIDS tertinggi
dibandingkan pekerjaan lainnya (Kemenkes, 2015)
Merauke merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi
Papua. Kabupaten Merauke mengalami persoalan yang cukup serius
dengan HIV&AIDS. HIV diperkirakan masuk Kabupaten Merauke sekitar
tahun 1990-an oleh pelaut asal Thailand. Menurut data dari Dinas
1
2
Kesehatan Kabupaten Merauke, hingga Juni 2007 terdapat 934 pengidap
HIV&AIDS. Jumlah tersebut tebagi menjadi 480 kasus HIV dan 454 kasus
AIDS, dengan jumlah orang yang meninggal mencapai 227 orang.
Sedangkan hasil Voluntary Counseling Test (VCT) yang dilakukan pada
periode Januari – Juli 2007 menunjukkan 11 dari 380 ibu rumah tangga
positif terjangkit HIV&AIDS (Kompas, 2008)
W
D
K
U
Jumlah kumulatif kasus AIDS di seluruh Indonesia untuk ibu
rumah sebanyak 9.096 kasus. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan
tenaga kerja non-profesional/karyawan yang berjumlah 8.287, wiraswasta
dengan jumlah 8.037 dan berbagai jenis pekerjaan lainnya yang memiliki
jumlah kasus lebih rendah. Tingginya kasus AIDS pada ibu seperti yang
ditunjukkan data di atas, akan meningkatkan resiko transmisi HIV&AIDS
kepada anak baik pada saat kehamilan, proses persalinan maupun saat
©
menyusui.
Resiko terjadinya transmisi dari ibu ke anak ditunjukkan dengan
adanya peningkatan jumlah kasus HIV pada anak berusia ≤ 4 tahun yang
mengalami puncaknya pada tahun 2014 dengan jumlah 1.030 kasus atau
3,1%. Pada tahun 2015, jumlah tersebut mengalami penurunan menjadi
627 kasus atau 2,5%. Sedangkan anak berusia 5-14 tahun dengan jumlah
kasus 405 atau 1,9% mengalami penurunan hingga 253 kasus atau 1,0%
jika dibandingkan kelompok umur lainnya pada tahun 2015.
Pada anak akan lebih cepat terjadi perkembangan kelainan sistem
imun, serta dalam sepuluh tahun pertama kehidupan akan muncul berbagai
3
gejala klinis. Gejala klinis pada anak yang muncul pertama kali adalah
penyakit infeksi berulang. Biasanya infeksi ini terjadi pada bayi berusia 4
bulan dengan batas usia berkisar 1-42 bulan. Pada usia 7 bulan dapat
terjadi limfadenopati (40%), sedangkan pada usia 3 bulan kemungkinan
terjadi splenomegali (31%) dan hepatomegali (29%) (Setiawan, 2009)
Melihat tingginya kasus HIV&AIDS di kalangan wanita usia
W
D
K
U
produktif, terutama ibu rumah tangga, serta dampak transmisi HIV&AIDS
kepada anak, maka dibutuhkan sebuah program yang dapat melindungi ibu
dan anak. Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) atau
yang disebut dengan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA)
merupakan upaya penanggulangan HIV&AIDS yang terintegrasi dan
meliputi beberapa kegiatan, yaitu pencegahan penularan virus HIV pada
wanita usia reproduksi, pencegahan kehamilan tidak direncanakan pada
©
ibu dengan HIV&AIDS, pencegahan penularan dari ibu hamil yang positif
kepada anak yang dikandungnya serta pemberian dukungan psikologis,
sosial dan perawatan kepada ibu beserta anak dan keluarganya
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Menurut pedoman
yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO), PPIA dapat
meningkatkan ketahanan hidup anak dan kesehatan ibu, mengurangi resiko
transmisi dari ibu ke anak hingga 5% atau bahkan lebih rendah (LeachLemens, 2009)
Dalam penelitian yang dilakukan kepada bayi yang lahir dan
terpapar virus HIV dari ibu yang positif oleh Muktiarti, et al tahun 2012,
4
menunjukkan bahwa dari 238 bayi, 6 diantaranya positif terinfeksi HIV,
170 tidak terinfeksi, dan 62 tidak dapat ditindaklanjuti. Ibu yang mengikuti
program PPIA tidak menularkan virus HIV kepada anak (Muktiarti, 2012).
Tidak jauh berbeda dengan penelitian tersebut, Soeiro, et al pada tahun
2011 di dalam penelitiannya memberikan hasil 48 kasus transmisi HIV
dari ibu ke anak (9,9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat
W
D
K
U
resiko terjadinya transmisi vertikal virus HIV dari ibu ke anak, namun
persentase sangat rendah dibandingkan jika tidak dilakukan PPIA.
Penelitian ini masih perlu dilakukan terutama dengan melihat serta
mempertimbangkan tingginya kasus HIV&AIDS di Provinsi Papua, salah
satunya di Kabupaten Merauke, Papua. Jika terdapat ibu rumah tangga
yang mengidap virus HIV&AIDS, maka dapat menyebabkan resiko
terjadinya transmisi virus tersebut kepada anaknya. Jika jumlah transmisi
©
virus kepada anak dapat diketahui, maka kita dapat menilai keterlibatan
ibu dalam efektivitas PPIA.
1.2
Rumusan Masalah :
1.2.1
Berapakah jumlah kejadian transmisi virus HIV-AIDS dari
ibu ke anak di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Merauke, Papua pada tahun 2010 hingga 2014?
1.2.2
Bagaimanakah karakteristik ibu dengan HIV&AIDS yang
memiliki anak positif HIV?
5
1.2.3
Bagaimana keterlibatan ibu dalam pelaksanaan program
PPIA?
1.3
Tujuan :
1.3.1
i.
Tujuan Umum :
Mengetahui jumlah kejadian transmisi virus HIV-AIDS
dari ibu ke anak di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
W
D
K
U
Merauke, Papua.
ii.
Mengetahui karakteristik ibu dengan HIV&AIDS yang
memiliki anak positif HIV.
iii.
Mengetahui keterlibatan ibu dalam pelaksanaan program
PPIA.
©
1.3.2
Tujuan Khusus :
i. Mendeskripsikan jumlah kejadian transmisi virus HIVAIDS dari ibu ke anak di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Merauke, Papua.
ii. Menganalisis
keterlibatan
ibu
dalam
keberhasilan
pelaksanaan program PPIA.
1.4
Manfaat penelitian :
1.4.1
Manfaat teoritis :
Menambah wawasan dalam penelitian tentang kejadian
transmisi virus HIV-AIDS secara vertikal dari ibu ke anak.
6
1.4.2
Manfaat praktis :
i. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke
Sebagai masukan untuk dapat menigkatkan programprogram yang berhubungan dengan tindakan promotif dan
preventif untuk menegah transmisi HIV&AIDS dari ibu ke
anak.
W
D
K
U
ii. Bagi peneliti
Menambah ilmu dan pengetahuan tentang jumlah kejadian
transmisi virus HIV-AIDS secara vertical dari ibu ke anak,
terutama
©
di
Kabupaten
Merauke,
Papua
1.5 Keaslian penelitian :
W
D
Tabel 1 Keaslian penelitian
Peneliti
Muktiarti
2012
Desain
penelitian
al, Outcomes
of Studi
prevention of HIV retrospektif
mother-to-child
transmission
in
Cipto
Mangunkusumo
Hospital
Judul penelitian
et
Soeiro, et al. 2011
Subjek penelitian
Semua bayi
yang lahir dengan
yang
terpapar HIV yang
dilahirkan dari ibu
yang
HIV
positif
di
Departemen
Kesehatan
Anak,
Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo
©
K
U
Mother-to-child
Studi
transmission
of deskriptif
HIV infection in
Manaus, State of
Amazonas, Brazil
Wanita hamil pada
sistem
data
di
Amazonas,
Brazil
tahun 2007 hingga
2009.
Hasil penelitian
-
-
-
-
Terdapat 238 bayi dalam
penelitian ini. 6 (2.5%)
diantaranya positif terinfeksi
HIV, sementara 170 (71.4%)
tidak terinfeksi HIV, dan 62
(26.1%) subjek tidak dapat
dihubungi
untuk
ditindak
lanjuti.
Semua
subjek
yang
menjalankan
managemen
PMTCT secara lengkap tidak
terinfeksi.
Faktor resiko orang tua yang
paling sering diamati adalah
penyalahgunaan obat secara
intravena.
Terdapat 509 wanita hamil
yang positif mengidap HIV
Transmisi vertical 9.9% (95%
CI: 7.2-12.6%)
Rata-rata usia wanita 27 tahun
(SD: 5.7), dan kebanyakan dari
7
mereka
(54.8%)
tidak
menyelesaikan sekolah dasar
(tingkat 8)
Secara seropositif diagnosis
HIVsudah di tetapkan sebelum
kehamilan pada 115 wanita
(22.6%),
saat
perawatan
kehamilan pada 302 wanita
(59.3%), saat proses persalinan
pada 70 wanita (13.8%), dan
setelah persalinan pada 22
wanita (4.3%).
Empat ratus empat dari seluruh
wanita tersebut (79.4%), telah
menerima
perawatan
kehamilan, dengan 79.4%
mendapatkan
antiretroviral
selama kehamilan dan 61.9%
bayi baru lahir menerima
profilaksis.
Dengan metode multivariate
regresi, yang hidup di daerah
urban [OR = 0.7 (95% CI:
0.35-0.89)], dan memiliki
perawatan kehamilan [OR
= 0.1 (95% CI: 0.04-0.24)],
tetap jadi faktor proteksi
transmisi vertical di populasi
ini.
W
D
-
©
K
U
-
-
-
8
Purnaningtyas dan Persalinan
Studi kasus Ibu dengan HIV yang
Dewantiningrum. pervaginam
dan kontrol
datang ke klinik VCT
2011.
menyusui sebagai
RSUP Dr. Kariadi
faktor
risiko
tahun 2002 – 2011
kejadian HIV pada
bayi.
-
Sebanyak 28 subjek penelitian
terbagi dalam kelompok HIV
16 subyek dan non HIV 12
subyek. Analisis berbagai
faktor menunjukkan bahwa
pemberian ASI (OR 13,00,
95% CI 2,12-79,59) dan
persalinan pervaginam (OR
6,07, 95% CI 1,11-3,24)
merupakan faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadian
HIV pada bayi.
Nilai CD4 serum ibu >400
sel/mm 3 menjelang persalinan
(OR 0,33; 95% CI 0,03-4,019),
pemberian ARV profilaksis
neonatus (OR 0,20; 95% CI
0,02-2,23) dan pemberian ARV
pada ibu hamil (OR 0,13, 95%
CI 0,01-1,40), tidak merupakan
determinan terhadap penularan
HIV dari ibu ke janin.
Studi
ini
memperkirakan
tentang
tingkat
transmisi
vertical,
faktor
yang
berhubungan dengan transmisi
vertical, dan penggunaan ARV.
Terdapat 276 wanita dengan
HIV positif (322 kehamilan),
W
D
Marília D. Turchi,
Lucélia da Silva
D, Celina M. T.
Martelli. 2007
©
K
U
Mother-to-child
Studi Kohort
transmission
of
HIV: risk factors
and
missed
opportunities for
prevention among
pregnant
women
Wanita hamil postif
HIV pada tahun 1995
- 2001
-
-
-
9
attending
health
services in
Goiânia,
Goiás
State, Brazil
-
dan terdapat 70 anak dengan
HIV positif.
Keseluruhan resiko transmisi
vertical adalah 27.8% (95%CI:
22.3-33.7).
Tingkat transmisi vertical
adalah 40.8%; 62/152 pada
kelompok tanpa profilaksis dan
1 % pada kelompok dengan
profilaksis yang menunjukkan
penurunan resiko transmisi
vertical sebesar 97.5%.
W
D
-
K
U
©
10
Download