Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi Oleh: Ayu Kartika Sari (0806347662) Dini Khorinnisa A. (0806347725) Dimensi-dimensi dari Pembangunan Alternatif Membahas “pembangunan” selama ini tidak dapat dilepaskan dari pihak state, market, economic corporations, dan civil society dalam makna yang luas. Namun dalam pembahasan tentang pembangunan alternative ini akan ditekankan pentingnya civil society dalam proses pembangunan. Inti dari civil society adalah household (rumah tangga), dimana konsep tersebut diartikan sebagai kehidupan sosial warga dalam rumah tangga, interaksi antar rumah tangga dalam komunitas lokal dan berbagai bentuk organisasi sosial diluar sistem politik formal dan ekonomi perusahaan. Artinya, pembahasan konsep household menekankan pada pola atau bentuk dari organisasi civil society serta korelasinya dengan proses pembangunan politik dan ekonomi (khususnya dampak dari pembangunan ekonomi dan pola-pola perubahan politik dalam kelompok sosial yang berbeda). Pendekatan alternative (menekankan penggunaan pendekatan civil society) nampak lebih normatif dibanding dengan teori-teori arus utama/ teori pembangunan sebelumnya. Pembangunan alternatif pada dasarnya tidak hanya terbatas pada hubungan causal tetapi melihat pembangunan yang sesuai dengan keberagaman kelompok sosial dengan menekankan pada perspektif kesetaraan, keadilan, lingkungan yang berkelanjutan atau keberagaman kultur. Dalam konteks pembahasan ini, pendekatan alternatif dengan cara khasnya menambah pemahaman tentang pembangunan dan menggambarkan pola-pola alternatif yang dimungkinkan untuk melakukan perubahan sosial. Dalam tindakan strategis, pendekatan ini bisa mempengaruhi perubahan ekonomi, sosial, dan politik di beberapa Negara. Selain itu, pendekatan pembangunan altenatif juga dapat menggambarkan dinamika dan hal-hal penting dari tradisi dan isntitusi baik tingkat nasional maupun lokal. Pada tahap awal, pembangunan alternatif mengedepankan beberapa keyakinan: Pertama, negara merupakan bagian dari problem pembangunan, sehingga pembangunan alternatif harus mengeluarkan dan bahkan melawan negara; Kedua, rakyat tidak bisa berbuat salah dan bahwa masyarakat adalah perkumpulan yang mandiri; dan Ketiga, tindakan masyarakat telah mampu dan mencukupi untuk mewujudkan pembangunan alternatif tanpa pg. 1 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi campur tangan negara. Akan tetapi salah satu penggagas pembangunan alternatif, seperti John Friedmann, mengkritik pemikiran-pemikiran yang menyatakan bahwa pembangunan alternatif bisa dibentuk dan berkelanjutan dalam komunitas lokal dan beroposisi dengan pemerintah. Bagi Friedmann (1992) pembangunan alternatif sangat berpusat pada komunitas lokal dan beroposisi dengan pemerintah. Friedmann sama sekali tidak menafikkan peran negara, dimana negara harus kuat dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakannya. Artinya, Negara yang kuat didukung kuat oleh demokrasi inklusif, dimana kekuasaan negara untuk mengelola problem lebih baik bersifat lokal. Ini membutuhkan desentralisasi politik dari pemerintah nasional ke pemerintah lokal, khususnya lagi kepada masyarakat setempat yang terorganisir dalam komunitas mereka sendiri. Gagasan Friedmann tersebut digambarkan dalam suatu bagan “four domains of social practice” yang menjelaskan praktek sosial dan institusi-institusi yang saling overlaping dari 4 domain berbeda, yakni state, corporate economy, politik, dan civil society. Masing-masing domain memiliki institusi vital yang membentuk perilaku di dalamnya. State dijelaskan merupakan institusi yang penting karena sebagai institusi birokrasi dan hukum. Corporate economy dengan institusi yang penting adalah coporations dan market. Dalam domain politik hal yang menjadi penting adalah organisasi politik dan gerakan-gerakan sosial, dan untuk civil society yang menjadi penting adalah household (rumah tangga). Inti dari gagasan yang digambarkan melalui bagan tersebut adalah adanya perubahan pada fokus pembangunan yang awalnya digambarkan dari sisi vertical, yakni pembangunan yang fokus pada pemerintah dan corporate economy beralih ke sisi horizontal yakni pembangunan yang berdasar pada komunitas politik dan civil society. Hal ini dilakukan agar isu-isu seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, gender, dan lingkungan dapat tergambarkan dalam pendekatan pembangunan alternatif tersebut. The Political Economy of Civil Society Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pendekatan alternative meletakkan komunitas lokal sebagai fokus kajiannya. Namun sebelum membahas proposisi-preposisi pendekatan atas pembangunan alternative maka akan diuraikan terlebih dahulu kritik-kritik teori makro- pg. 2 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi ekonomi yang ada dalam literatur politik ekonomi dari civil society, dimana kritik tersebut selanjutnya menjadi dasar pijakan pendekatan alternative. Kritik atas teori ekonomi makro meliputi 2 point penting. Pertama, perhitungan pendapatan nasional atau GNP tidak dapat mengungkapkan bagaimana pendapatan didistribusikan ulang secara sosial maupun territorial. Implikasinya adalah perhitungan tersebut tidak dapat menunjukkan bagaimana pertumbuhan agregat mempengaruhi berbagai kelompok orang atau daerah yang berbeda di suatu negara. Kedua, ukuran konvensional pertumbuhan ekonomi seringkali tidak menyajikan gambaran yang akurat dari keseluruhan produksi masyarakat. Artinya, tiga bentuk aktivitas produksi tidak secara akurat tergambar dalam perhitungan statistik nasional, diantaranya aktivitas subsisten di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan, aktivitas yang disebut dengan sektor informal, dan kegiatan produksi rumah tangga. Akibatnya ukuran konvensional tidak dapat menghitung biaya dari perusakan lingkungan atau konsumsi dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui serta sumber energi yang tidak tahan lama. Dua point penting tersebut selanjutnya menjadi dasar pijakan pendekatan alternative yang mendefinisikan rumah tangga (house hold) tidak hanya sebagai unit konsumsi akan tetapi keberadaannya pun penting sebagai unit produksi. Households and the whole-economy model: Friedmann Karl Polanyi dan John Friedman merupakan dua pemikir yang dikenal memiliki perhatian pada hubungan antara relasi dan aktivitas ekonomi yang kemudian menyatu dengan hubungan-hubungan sosial dan politik. Berbeda dengan pendekatan arus utama, Polanyi dan Friedmann mengasumsikan bahwa karakter khusus dari hubungan masyarakat adalah pentingnya deterministik tingkah laku manusia daripada struktur ekonomi yang mencakup utilitas dan maksimalisasi profit dalam keseluruhan aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, dalam memahami proses ekonomi, penting untuk memasukkan institusi sosial dan budaya dari civil society, khususnya household (rumah tangga). Baik Polanyi maupun Friedmann menyatakan bahwa rumah tangga merupakan unit dasar pengorganisasian civil society, dimana melalui rumah tangga maka individu berhubungan dengan masyarakat, dan dimana hubungan pasar dan non pasar diartikulasikan. Menurut Friedmann, waktu merupakan sumberdaya dasar bagi rumah tangga terkait hubungannya dengan produksi material dan sosial. Aktivitas rumah tangga memiliki fungsi pg. 3 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi khusus dalam memecahkan masalah tentang alokasi waktu (bagi individu sebagai anggota rumah tangga) dalam tugas yang berbeda, tempat hidup, dan ruang praktek sosial. Namun pemilihan alokasi yang dilakukan oleh rumah tangga tidak bersifat bebas, yakni dibatasi oleh kebutuhan menghasilkan penghidupan bagi anggotanya. Oleh karena itu terdapat perbedaan penempatan posisi dari rumah tangga miskin dan kaya, dimana rumah tangga miskin terkonsentrasi mengalokasikan waktunya ke dalam pekerjaan produktif (cenderung pada aktivitas ekonomi informal yang berada di luar ekonomi pasar). Menjelaskan gagasannya tersebut, Friedmann menggambarkannya dalam bagan “whole-economy model” yang menempatkan rumah tangga dalam keseluruhan aktivitas ekonomi. Diawali dari penggambaran alokasi waktu rumah tangga dalam dua domain, yakni state dan political community seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya Friedmann langsung menjelaskan tentang 2 hubungan tipe ekonomi, yakni akumulasi ekonomi dan ekonomi subsisten. Ia menggambarkan adanya area yang overlapping dalam sektor informal, dimana produksi diorganisasikan kepada ekonomi pasar dan masyarakat sipil. Sektor informal memiliki karakter unit kecil produksi, memperbaiki pelayanan ke sektor lain, ke unit dalam sektor informal itu sendiri, atau secara langsung ke rumah tangga. Garis pembatasan tersebut tampak tidak jelas antara ke atas organisasi ekonomi berdasarkan communal/community work dan domestic work. Friedmann juga menjelaskan bahwa produksi rumah tangga mengimplikasikan penggabungan kegiatan ekonomi dan gaya hidup lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa bagian dari kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang tidak diarahkan untuk membatasi akumulasi ekonomi, tetapi untuk menciptakan mata pencaharian bagi produsen dan rumah tangga mereka. Hal ini dilakukan diantara rumah tangga sendiri dengan mengalokasikan bagian waktu anggota dalam pekerjaan komunitas dan pekerjaan informal di luar rumah tangga. Artinya, sebagai produsen kehidupannya sendiri dan mata pencaharian, rumah tangga dilihat sebagai proaktif dan mampu mengejar kepentingannya sendiri, berbeda dengan ekonomi neo klasik yang mendefinisikan peran rumah tangga sebagai konsumsi dan reproduksi tenaga kerja. Proposisi tersebut memberikan gambaran bagaimana individu mampu memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia sebagai bagian dari strategi kelangsungan hidup mereka. pg. 4 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi Dengan demikian, rumah tangga dengan sumber daya lemah dan miskin, walaupun tidak dapat sukses dalam mendapatkan tingkat kehidupan layak namun mampu membuat kemungkinan terbaik untuk keluar dari situasi hidup mereka. sebagai aktor, rumah tangga dalam bentyk lokal dibatasi unit yang masuk dalam wilayah aktivitas, melalui jaringan sosial dimana interaksi berdsarkan mutual trust dan kesepakatan sosial, yang berbeda jika ada dalam bentuk ekonomi pasar. Friedmann menekankan bahwa ketidaktergantungan diantara rasionalitas alasan ekonomi dan hubungan moral melekat dalam hubungan persaudaraan, pertemanan, dan ketetanggaan. Hal ini merujuk pada interaksi rumah tangga yang berinteraksi dengan yang lain seperti ekonomi pasar dengan wilayah negara. The informal sector and jobless growth Satu hal yang menjadi permasalahan selama ini adalah cepatnya pertumbuhan pekerja dibandingkan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Implikasinya masyarakat harus dapat mempertahankan kehidupan mereka melalui pemilihan pekerjaan informal sebagai ranah ekonomi alternative dalam strategi kebertahan hidup. Gaji tetap dari pekerjaan formal sebagai suatu sumberdaya hanya dapat dijangkau oleh sebagian kecil rumah tangga. Oleh karena itu kombinasi produksi subsisten, penjualan dalam skala kecil, atau bentuk lain yang tidak terdaftar menjadi aktivitas informal yang penting sebagai untuk peningkatan pendapatan dalam mempercepat pertumbuhan rumah tangga. Perhatian lainnya adalah fungsi ekonomi sektor informal terkait hubungannya dengan ekonomi formal yang dijelaskan dalam penjelasan teori jaringan. Konteks pembahasan ini menjelaskan ketergantungan hubungan antara perusahaan besar dengan jaringan produsen jasa dan komoditas skala kecil. Produktivitas dan harga rendah dalam perusahaan besar tergantung dari kemungkinan mendapatkan suppier yang berasal dari produsen dan penyedia layanan di sektor informal. Paul Steeten memiliki argumentasi terkait dengan menciptakan pekerjaan, yakni mempekerjakan diri sendiri dalam skala kecil dan sektor informal. Menurut Streeten, sektor informal terdiri dari minimal 4 kelompok bentuk kondisi pekerja: a) mempekerjakan diri sendiri, kadangkala menggunakan pekerja yang tidak dibayar dari keluarga mereka sendiri, b) casual worker, digaji dengan sistem harian, c) pekerja yang dipekerjakan oleh firma skala kecil tidak diatur dan dikenai pajak melalui otoritas, d) outworkers, orang yang bekerja pg. 5 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi dirumah diluar sistem yang ada. Streeten membuat observasi menarik dimana aktivitas dalam sektor informal bersifat anticyclical, dimana berkembang saat permintaan menurun dan menurun disaat permintaan meningkat. Fenomena tersebut berhubungan dengan tingkat penawaran dan permintaan pekerja. Ketika permintaan meningkat maka penawaran pekerja di sektor formal meningkat. Oleh karena itu terjadi kekosongan di sektor informal, sebaliknya, ketika permintaan menurun maka sektor formal mengurangi pekerjanya yang kemudian memilih pada sektor informal. Citizen resistence: Bailey and Scott Friedmann mengungkapkan otonomi yang dimiliki oleh institusi-institusi civil society dan kebebasan individu dalam kegiatan produksi, bekerjasama dan terikat dalam suatu tindakan bersama tanpa bantuan dari kelompok lain. Kontribusi gagasan Friedmann tersebut terutama mengenai usaha untuk menghubungkan ekonomi politik oleh household dan organisasi ekonomi komunitas lokal dengan Negara. Selain itu Friedmann juga memasukan karakteristik yang berbeda dari pemikiran pembangunan alternative, yakni asal-usul komunitas lokal dan resistensi mereka terhadap aturan-aturan yang mendominasi di level makro. Hal tersebut digambarkan dalam studi F. G Baileys di India pada tahun 1963. Ia menjelaskan bagaimana petani di desa-desa cenderung melakukan resistensi dengan orangorang yang datang (petugas polisi, politikus, pekerja pembangunan daerah, atau kelompok organisasi perdagangan) dari luar daerah mereka. kondisi tersebut terjadi lantaran para petani memandang bahwa orang-orang luar dari kelompok mereka tidak dapat dipercaya. Bahkan para petani akan percaya pada patron lokal sekalipun patron mereka tersebut menekan dan mengeksploitasi mereka. (Bailey, 1963). Hasil studi Bailey tersebut mendorong literature-literatur selanjutnya membahas tentang resistensi yang muncul dari kelompok-kelompok sosial dalam civil society. Seperti studi dari James Scott pada tahun 1985 yang menggambarkan bagaimana perasaan atau kondisi masyarakat miskin di pedesaan Malaysia dan bagaimana perilaku mereka dalam lingkup tempat tinggal. Scott membuat perbedaan dalam tiga level. Pertama, level dimana ekonomi makro dan proses politik untuk petani sudah diberikan namun berjarak dan hanya menjadi kerangka berpikir yang samar-samar untuk kehidupan sehari-hari mereka. Kedua, pg. 6 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi mengenai intervensi langsung dari masyarakat sekitar termasuk intervensi pemerintah. Ketiga, mengenai kejadian-kejadian di tingkat lokal dan kondisi di pedesan sebagaimana apa yang para petani rasakan dan alami secara langsung. Scott memotret bagaimana kehidupan sehari-hari dari masyarakat pedesaan dan sejarah mereka dan menunjukan bagaimana resistensi atau penolakan mereka terhadap intervensi dari pemerintah dan aktor-aktor dari perusahaan. Bentuk-bentuk dari resistensi tersebut adalah teknik-teknik yang sederhana, sebagian tersembunyi dari yang lain dan dikarakterisitikkan dengan penghindaran dan ketidakpedulian, bukan dengan penolakan yang terbuka atau perjuangan secara nyata. Namun, bentuk resistensi ini bukan merupakan cara yang efektif bagi household dan komunitas lokal yang tidak ingin mengadopsi norma-norma atau menyatu dengan pola-pola yang dimiliki kapitalis. Proposisi yang kemudian dapat diambil dari Scott dan studi-studi terkait lainnya adalah adanya sifat yang berbeda dari penelitian ekonomi makro dan politik makro. Fokus mereka pada masyarakat pedesaan dan bentuk-bentuk uniknya serta interpretasi peneliti yang dikhawatirkan akan terlalu luas dan subjektif sehingga jarang terdapat hasil penelitian yang memberikan konsep atau teori untuk dapat diterapkan di setting masyarakat lain. Tidak ada yang menyangkal bahwa pemahaman dari dinamika pembangunan di daerah yang tertentu akan sangat tinggi bila studi struktur dan institusi di level makro dikombinasikan dengan investigasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang nyata serta motif dan paksaan yang membentuk perilaku mereka. Observasi tersebut juga akan relevan untuk menjadi pertimbangan dalam diskursus politik. Politics as discourse Tidak dapat dipungkiri bahwa teori-teori yang banyak dipakai dalam pembangunan politik di Negara-negara dunia ketiga adalah teori yang berasal dari Barat. Konsekuensinya muncul kekawatiran akan terjadi kesalahan interpretasi karena perbedaan masyarakat beserta tradisi-tradisinya antara Negara-negara Barat dengan Negara-negara dunia ketiga. Kondisi dan perilaku politik sangat terkait dengan kondisi khusus yang hanya bisa dipahami secara mendalam dengan pengetahuan yang juga rinsi, bukan hanya model-model dari masyarakat secara umum tapi juga pemahaman dan perilaku politik dari masyarakat dalam kelompok sosial-budaya tertentu. Oleh karena itu penting menggunakan metode observasi dari suatu pg. 7 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi perilaku politik dan politik pembangungan di suatu daerah tertentu, bukan hanya menggunakan teori-teori yang umum (berasal dari Barat) untuk kemudian diterapkan pula di Negara-negara dunia ketiga. Beberapa contoh yang menunjukkan beberapa keterbatasan dari pendekatan ilmu politik arus utama. Studi Michel Foucault pada tahun 1960an hingga 1970an mengenai interelasi antara pengetahuan dan kekuasaan dalam institusi sosial. Seperti penjara dan rumah sakit jiwa yang menggeser perhatian dari isyarat bahasa menjadi hubungan antara isyarat bahasa dengan arah isyarat tersebut ditujukan dan ekspresi bahasa tersebut (Foucault, 1980). Pemakaian bahasa tertentu menunjukkan otoritas dan kekuasaan. Hak istimewa dan naturalisasi dari bahasa tertentu, hukum, sosil dan diskursus ilmiah merupakan proses normative yang mengeksklusi orang-orang yang dinyatakan menyimpang. Dari perspektif ini perbedaan bahasa yang digunakan dan sistem pengetahuan yang tidak bersambungan membentuk sturktur distribusi atas kekuasaan dalam masyarakat dan akses dari kelompok sosial lain atas kekuasaan tersebut. Dalam perspektif ilmu sosial diskursus analisis merupakan alat untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai budaya politik dari masyakarat atau sebuah kelompok sosial tertentu. Diskursus analisis bisa menangkap secara historis kondisi mental dari identitas politik dan perilaku dari kelompok-kelompok sosial. Kelompok ini dapat diartikan sebagai Negara, etnisitas atau agama, dsb. Diskursus juga bisa menjadi bagian dari sistem yang lebih luas dari pemikiran yang mengatur kondisi-kondisi umum menuju akses dan konstruksi dari ilmu pengetahuan (kondisi untuk mencapai pemahaman realita. Misalnya saja Edward Said dengan Orientalismenya, dimana ia menganalisa bagaimana konsepsi dan konstruksi Barat terhadap Timur atau ‘Oriental’ dapat memmberi dampak pada ilmu pengetahuan, seni dan budaya di India dan Timur Tengah (Said, 1978). Selanjutnya adalah mengenai politik identitas dan politisasi identitas yang banyak terjadi di Negara-negara dunia ketiga (akan dibahas lebih lanjut pada chapter berikutnya). Inti penjelasan dari pembahasan terkait analisis diskursus adalah kegunaannya dalam menjelaskan pihak yang memiliki kekuasaan dan tidak memiliki kekuasaan serta pengaruhnya dalam politik indentitas dan politisasi identitas di sebuah Negara. Responsi pg. 8 Pembangunan Alternatif Sosiologi Pembangunan dan Ekonomi Pembahasan pada bab ini mengacu pada pendekatan alernatif yang menekankan bahwa aktor pembangunan tidak lagi berfokus dalam domain Negara dan perusahaan besar, melainkan beralih ke domain civil society. Artinya, pembangunan dalam konteks ini tidak lagi menekankan adanya kemajuan di bidang infraksturtur atau fisik saja, akan tetapi pembangunan terhadap sumber daya manusia dimana individu merupakan anggota dari household yang menjadi inti dari civil society. Kritik dasar dari pembangunan alternative adalah keberlakuannya dimungkinkan dalam kondisi suatu masyarakat dengan stabilitas politik sosial tinggi. Fokus utama yang menempatkan civil society dan partai politik sebagai domain pembangunan mensyaratkan adanya kemandirian dan rendahnya konflik sosial. Dengan demikian pembangunan dapat diwujudkan dengan mengacu pada pendekatan alternative. Hal ini sesuai dengan gagasan Friedmann yang menjelaskan bahwa dalam pembangunan alternative tidak mungkin menghindarkan pembangunan dari peranan negara karena dalam konteks ini stabilitas politik dan sosial hanya dapat diwujudkan oleh otonomi yang dimiliki oleh negara. Lebih jauh lagi kondisi yang dijelaskan diatas seringkali menjadi hambatan utama yang dialami oleh negara dunia ketiga. Pasalnya, civil society dengan heterogenitas cultural tinggi cenderung menimbulkan konflik politik dan sosial. Artinya, dalam sisi stabilitas politik yang rendah tidak memungkinkan munculnya kemandirian civil society baik di dalam domain politik dan sosial maupun ekonomi. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan dalam pendekatan alternative Friedmann bahwa rumah tangga miskin cenderung mengalokasikan waktunya ke dalam ranah sektor informal. Bertolak dari kondisi tersebut, jika mayoritas rumah tangga miskin mengalokasikan waktunya ke dalam ranah sektor informal lantas bagaimanakan mereka dapat berperan serta atau aktif dalam domain politik komunitas. Hal ini yang tidak dijelaskan secara mendetail dalam konteks pembangunan oleh pendekatan alternative. Sumber Bacaan : Martinussen, John. Society, State and Market: A Guide to Competing Theories of Development. London: Zed Books, Ltd., 2003. pg. 9