PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN KANDUNGAN
PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN
BANDENG (Chanos chanos)
Effect of Different Feed Protein Levels on Growth of Milk Fish (Chanos chanos)
Muhammad Ambia1, Eriyusni2, Irwanmay2
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, (Email :[email protected])
2
Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Chanos chanos is one of the consumed fish, and very populer in Indonesia
populated, easy to growth and very cheap. These studies were give different of
protein levels. The protein feed were used comercial feed with 30 % and 16 %
composition of protein, the growth of fish were observed from june-august 2014 in
the Rawamas village Nurusalam subdistrict Aceh Timur regency. The analysis of data
were used SPSS Versi 22. The results showed that fish feed with protein 30 % highest
body weight than fish feed with protein 16 %, with regard to growth and
conformation. Mean and standart error of growth highest body weight 56,4cm, length
of 20,9 cm and water temperature range 28 – 29 c, ph 7 – 7,2 salinity 29,3 – 30 ppt
and do 6,66 – 6,79 mg/l.
Keywords : Chanos chanos, Feed, Growth.
PENDAHULUAN
Usaha perikanan bukanlah
usaha yang hanya sekedar melakukan
kegiatan pemeliharaan ikan di kolam,
di danau, atau di laut, melainkan usaha
yang mencakup berbagai aspek
organisme (sumber hayati) di perairan
secara keseluruhan. Usaha perikanan
bertujuan memanfaatkan hasil perairan
air tawar, perairan payau dan perairan
laut, baik dengan cara memelihara
maupun dengan cara menangkap dan
mengelola. Ruang lingkup budidaya
ikan mencakup pertumbuhan dan
pengembangbiakan. Budidaya ikan
bertujuan memperoleh hasil yang lebih
banyak atau lebih tinggi dan lebih baik
dari pada apabila ikan itu dibiarkan
secara alami (Evy, dkk., 2001).
Bandeng (Chanos chanos)
merupakan salah satu ikan konsumsi
yang populasinya tersebar di seluruh
perairan Indonesia. Ikan ini termasuk
dalam katagori ikan ekonomis penting
karena permintaan untuk wilayah
domestik
saja
cukup
tinggi.
Kandungan gizinya yang tinggi
membuatnya digemari oleh berbagai
kalangan. Hal itu membuat banyak
pihak ingin membudidayakannya.
Walaupun demikian, perkembangan
teknologi budidaya bandeng di
Indonesia belum secepat budidaya
udang windu, oleh karena itu, perlu
dilakukan banyak pengembangan agar
produksinya dapat ditingkatkan secara
maksimal, dengan cara penanganan
tambak yang baik, pemberian pakan
yang berkualitas serta pengendalian
hama penyakit (Sudradjat, 2011).
Dalam suatu usaha budidaya
ikan, untuk mendapatkan hasil yang
maksimal terdapat beberapa faktor
yang perlu diperhatikan yaitu dengan
cara pemberian pakan yang berkualitas
agar pertumbuhan ikan cepat. Dalam
kegiatan budidaya ikan, pakan
memiliki peranan penting dalam
peningkatan produksi. Pakan yang
diberikan harus berkualitas tinggi,
bergizi dan memenuhi syarat untuk
dikonsumsi ikan yang dibudidayakan,
serta tersedia secara terus menerus
sehingga tidak mengganggu proses
produksi dan dapat memberikan
pertumbuhan yang optimal (Kordi,
2009).
Pakan alami yang terdapat di
kolam tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan, sudah saatnya dipikirkan
penyadiaan
pakan
komersil.
Pembuatan pakan ikan pada prinsipnya
adalah pemanfaatan sumber daya alam
yang tidak layak dikonsumsi secara
langsung
oleh
manusia
atau
pemanfaatan surplus yang memiliki
nilai nutrisi dan nilai ekonomi lebih
kecil dari pada bahan pangan hewani
yang akan dihasilkan (Afrianto dan
Lifiawaty, 2005).
Pakan merupakan faktor yang
sangat penting dalam menunjang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan bandeng. Pemberian pakan buatan
berupa pelet sangat diperlukan dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan
bobot dalam usaha budidaya ikan
bandeng.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
selama 3 bulan yaitu bulan Juni sampai
dengan Agustus 2014, dilakukan di
Desa
Rawamas,
Kecamatan
Nurusalam, Kabupaten Aceh Timur.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan adalah Jaring 1/5
inc, selang udara, gergaji, gunting,
timbangan, bambu, terpal, lem, kertas
milimeter
blok,
pipa
paralon,
termometer, DO meter, tangguk, pH
meter, refraktometer, baskom, kamera,
pisau, alat tulis. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam penelitian
adalah bibit bandeng (Chanos chanos)
300 ekor, bibit berasal dari hatchery.
Pada masing-masing tambak berisi 50
ekor, form data biometrik bandeng
untuk mencatat pertumbuhan panjang
dan berat bandeng pemeliharaan ikan
bandeng adalah tambak air payau.
Pakan bandeng adalah pakan buatan
berupa pelet (komersil).
Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
metode
eksperimen
yang
dilakukan
menggunakan
Rancangan
Acak
Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan,
masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali ulangan, dimana
dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemberian pakan dengan kandungan
protein 30 %.
2. Pemberian pakan dengan kandungan
protein 16 %.
Perlakuan
pertama
dalam
tambak dengan ukuran 3 x 3 meter
sebanyak 3 tambak yang berisi 50 ekor
ikan bandeng per tambak, pemberian
dengan kandungan protein sebanyak
30 %. Pada perlakuan kedua dalam
tambak dengan ukuran 3 x 3 meter
sebanyak 3 tambak yang berisi 50 ekor
ikan bandeng, dengan kandungan
protein sebanyak 16 %. Pemeliharaan
ikan bandeng selama 3 bulan dengan
pemberian pakan 5 % x berat bobot
ikan, pemberian pakan dilakukan
sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pagi
dan sore hari. Kemudian pengukuran
berat dan panjang ikan. Prosedur
penelitian ini meliputi persiapan
tambak, penebaran benih, pemberian
pakan dan pengelolaan kualitas air,
serta analisis data.
Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bibit ikan
bandeng berukuran 4,1 gram per ekor,
bibit berasal dari hasil hatchery.
Bandeng dalam keadaan sehat dan
tidak terserang penyakit. Bandeng
yang terseleksi dimasukan pada setiap
unit percobaan dengan jumlah 50 ekor
per tambak.
Pakan Uji
Pakan yang digunakan adalah
pakan jenis pelet (komersil) yang
memiliki kandungan protein (30 %)
dan (16 %) berdiameter 2 mm
disesuaikan dengan bukaan mulut bibit
bandeng. Fungsi dari penyesuaian ini
agar hewan uji dapat memakan
makanan yang diberikan dengan
mudah.
Pengukuran Kualitas Air
Pada tambak yang digunakan
untuk penelitian dilengkapi dengan
sistem pemasukan air dan pengeluaran
air (inlet dan outlet) yang berfungsi
mensirkulasi kandungan oksigen agar
dalam kisaran yang baik untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup
bandeng. Pengukuran kualitas air di
lokasi penelitian meliputi:
Tabel 1. Parameter Kualitas Air.
Parameter
Satuan
Suhu
pH
Salinitas
DO
0
C
−
ppt
mg/l
Analisis Data dan Pengukuran
Pada uji pemberian pakan
dengan kadar protein yang berbeda
dilakukan
pengamatan
terhadap
pertumbuhan panjang total ikan
bandeng yang dilakukan 1 kali dalam
dua minggu.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan
setiap 14 hari pada pagi hari melalui
pengamatan sampel bandeng 50
ekor/sekat dalam tambak untuk
melihat pola pertumbuhan (panjang
dan bobot) dan kelangsungan hidup
bandeng
pada
masing-masing
perlakuan yang diujikan. Bandeng
diambil menggunakan pukat secara
perlahan
kemudian
dimasukan
kedalam jaring kantong yang telah
disediakan.
Untuk
pengamatan
panjang bandeng menggunakan kertas
milimeter blok. Untuk pengamatan
bobot
bandeng
menggunakan
timbangan. Data yang diperoleh
kemudian dicatat untuk mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan serta
kelangsungan
hidup
bandeng.
Selanjutnya analisis data dilakukan
setelah eksperimen ini berakhir dengan
mengunakan statistical package for the
social science (SPSS) Versi 22 dengan
Uji analysis of variance (ANOVA).
No
Parameter Pertumbuhan
Pada uji pemberian pakan
dilakukan
pengamatan
terhadap
pertumbuhan bobot, panjang dan laju
pertumbuhan berat harian
yang
dilakukan 1 kali dalam dua minggu.
1. Pertumbuhan berat harian (Daily
Weight Gain). Untuk menghitung laju
pertumbuhan
berat
harian
menggunakan rumus berikut:
FCR =
W2 (g) – W1 (g)
DWG =
T2 – T1
Keterangan :
DWG = Laju Pertumbuhan Berat
Harian
W1
= Bobot ikan uji pada awal
penelitian (g)
W2
= Bobot ikan uji pada akhir
penelitian
T1
= Waktu awal penelitian
(hari)
T2
= Waktu akhir penelitian
(hari).
2. Tingkat
Kelangsungan
Rumus Effendi, (1997).
= Jumlah ikan yang hidup pada
awal penelitian.
Konversi Pakan
FCR (feed convertion ratio)
menurut Kordi, (2013) menggunakan
rumus berikut :
Pakan yang diberikan
penambahan bobot ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan
Panjang
Ikan
Bandeng
Pertumbuhan panjang ikan
bandeng selama 70 hari pemeliharaan
dalam tambak, kemudian diukur
selama 14 hari sekali diperoleh hasil
sebesar 20,9 cm pada tambak
perlakuan pertama dengan pemberian
pakan protein 30 %, dan pada tambak
perlakuan kedua diperoleh hasil
sebesar 18 cm dengan pemberian
pakan protein 16 %.
Untuk
melihat
grafik
pertumbuhan panjang ikan bandeng
selama 70 hari pemeliharaan dapat
dilihat pada Gambar 1. Terlihat pada
gambar, setiap minggu pertumbuhan
panjang ikan bandeng semakin
meningkat, hal ini dipengaruhi oleh
pemberian pakan yang memiliki kadar
protein yang berbeda.
Hidup
SR (%) = (Nt / No) x 100
Keterangan :
SR
= Tingkat Kelangsungan
Hidup
Nt
= Jumlah ikan yang hidup
pada akhir penelitian
Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng
Ikan
bandeng
mengalami
pertumbuhan berat selama 70 hari
pemeliharaan diketahui dari data berat
ikan
bandeng
bahwa
terjadi
peningkatan berat pada tambak
perlakuan pertama dari 13,1 gr
menjadi 56,4 gr, dan pada tambak
perlakuan kedua dari 8 gr menjadi 31,8
gr dapat dilihat pada Gambar 2.
Pertumbuhan Panjang Ikan Bandeng
(cm)
25
20.9
20
15
16.1
14.3
14.3
12.3
11.3
10
10
18.1
16.6
18
PELET 30%
PELET 16%
5
0
2
4
6
Minggu ke-
8
10
Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng
(gram)
Gambar 1. Pertumbuhan Panjang Ikan Bandeng
60
56.4
50
45
40
34.7
30
24.1
20
PELET 30%
20.2
PELET 16%
14
13.1
8
10
31.8
25.6
0
2
4
6
Minggu ke-
8
10
Gambar 2. Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng
Berdasarkan gambar di atas
menunjukkan pertumbuhan berat ikan
bandeng secara maksimal pada pakan
30% kadar protein, sehingga ikan
bandeng memiliki pertumbuhan yang
cepat.
Pertumbuhan Berat Harian Ikan
Bandeng
Pertumbuhan berat harian yang
diukur selama 70 hari masa
pemeliharaan pada masing-masing
tambak dengan perlakuan pemberian
kandungan protein pakan yang
berbeda. Pada tambak perlakuan
Pertumbuhan Berat Harian
Ikan Bandeng
pertama dengan pemberian pakan
kandungan protein 30 % diperoleh
hasil lebih bagus dari pada perlakuan
kedua
dengan pemberian pakan
kandungan protein 16 %. Pertumbuhan
berat harian dapat dilihat pada Gambar
3.
1
0.8
0.78
0.76
0.74
0.43
0.44
0.41
0.81
0.64
0.6
0.4
0.41
0.29
0.2
PELET 30%
PELET 16%
0
2
4
6
8
10
Minggu ke-
Gambar 3. Pertumbuhan Berat Harian Ikan Bandeng
Tingkat Kelangsungan Hidup
(SR %)
Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng
Tingkat kelangsungan hidup
ikan bandeng selama 70 hari
pemeliharaan dapat dilihat pada
(Gambar 4.) pada setiap perlakuan
berjumlah 150 ekor, pada setiap
perlakuan mengalami kematian atau
mortalitas pada perlakuan dengan
150
160
pakan 30 % pertsentase ikan yang
hidup berjumlah 84 %, dan pakan 16
% persentase ikan yang hidup
berjumlah 84,7 %.
Untuk melihat grafik tingkat
kelangsungan hidup ikan bandeng
selama 70 hari pemeliharaan dapat
dilihat pada Gambar 4.
150
140
120
100
84
84.7
80
60
Tingkat kelangsungan hidup
SR (%)
Jumlah (Ekor)
40
20
0
Pakan 30%
Pakan 16%
Perlakuan
Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Pada Perlakuan 1 dan 2.
Terlihat pada gambar diatas bahwa
terjadi mortalitas atau kematian ikan
bandeng pada perlakuan pertama dan
perlakuan kedua.
Rasio Konversi Pakan (Feed
Convertion Ratio)
Rasio
konversi
pakan
merupakan banyaknya jumlah pakan
yang di berikan selama 70 hari masa
pemeliharaan untuk menunjang
pertumbuhan panjang dan berat ikan
bandeng. FCR (Feed Convertion
Ratio) dapat dihitung dengan cara
pakan yang diberikan dalam masa
pemeliharaan dibagi dengan jumlah
penambahan bobot ikan bandeng.
Pada tambak perlakuan pertama
dengan pemberian pakan kandungan
protein 30 % selama pemeliharan
ikan, jumlah pakan yang telah
diberikan sebanyak 11627,1 g, berat
ikan keseluruhan pada
akhir
penelitian sebesar 7107 g, setelah
dibagi diperoleh angka FCR sebesar
1,64 kg.
Pada tambak perlakuan kedua
dengan pemberian pakan kandungan
protein 16 % selama pemeliharan
ikan, jumlah pakan yang telah
diberikan sebanyak 7029,75 g, berat
ikan keseluruhan pada
akhir
penelitian sebesar 4034,6 g, setelah
dibagi diperoleh nilai FCR sebesar
1,74 kg. Angka konversi pakan
(FCR) ikan bandeng selama masa
pemeliharaan merupakan angka yang
diperoleh dari hasil pembagian
jumlah pakan yang diberikan dibagi
dengan bobot ikan pada akhir
penelitian, grafik rasio konversi
pakan ikan bandeng (FCR) selama
70 hari pemeliharaan disetiap
perlakuan dapat
dilihat pada
Gambar 5.
1.76
1.74
Rasio Konversi Pakan
1.74
1.72
1.7
1.68
1.66
1.64
1.64
1.62
1.6
1.58
pakan 30%
Gambar 5. Rasio Konversi Pakan
pakan 16 %
Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air
selama 70 hari pemeliharaan ikan
bandeng diperoleh kisaran suhu
antara 28 – 29 0C, angka pH
berkisaran antara 7 – 7,2, angka
kelarutan oksigen (DO) berkisaran
antara 6,66 – 6,79 mg/l, serta angka
salinitas berkisaran antara 29,3 – 30
ppt.
Pembahasan
Pertumbuhan
Panjang
Ikan
Bandeng
Selama pemeliharaan, ikan
bandeng mengalami pertumbuhan
panjang. Hal ini menunjukan bahwa
ikan bandeng dapat memanfaatkan
pakan yang diberikan sebagai
sumber energi untuk pertumbuhan.
Pemberian pakan dengan kandungan
protein yang berbeda berpengaruh
terhadap
tingkat
pertumbuhan
panjang ikan bandeng (Chanos
chanos). Hasil analysis of variance
(ANOVA),
menunjukan bahwa
pemberian pakan dengan kandungan
protein yang berbeda berpengaruh
sangat nyata (p < 0,01) terhadap
pertumbuhan panjang ikan bandeng.
Berdasarkan hasil penelitian
perlakuan
pertama
bahwa
pertumbuhan panjang ikan bandeng
pada pakan dengan kandungan
protein 30 % memperoleh hasil
sebesar 11,3 cm menjadi 20,9 cm.
Sedangkan perlakuan kedua pada
pakan dengan kandungan protein 16
% memperoleh hasil sebesar 10 cm,
menjadi 18 cm. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertumbuhan
panjang tertinggi pada perlakuan
pertama yaitu sebesar 20,9 cm
dengan kandungan protein 30 %, dan
pertumbuhan panjang terendah pada
perlakuan kedua yaitu sebesar 18 cm
dengan
pemberian
kandungan
protein pakan 16 %.
Menurut Effendie (2002)
menyatakan bahwa pertambahan
panjang ikan tidak secepat dengan
pertambahan berat ikan. Berdasarkan
hasil penelitiaan, ikan bandeng yang
diukur panjang dan berat tubuhnya,
memiliki ukuran yang berbeda beda
antara ikan yang satu dengan ikan
yang lain. Perbedaan ukuran berat
dan panjang antara tiap ikan tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor,
seperti
yang
telah
dikemukakan oleh Fujaya (1999),
dimana ada dua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan
yaitu faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam diantaranya adalah
keturunan, jenis kelamin, umur,
parasit dan penyakit. Sedangkan
yang termasuk faktor luar adalah
makanan dan kualitas perairan pada
media pemeliharaan.
Hal ini juga disebabkan
karena pakan merupakan salah satu
faktor
yang
berperan
dalam
pertumbuhan ikan bandeng, semakin
tinggi kandungan protein pakan
maka akan semakin cepat laju
pertumbuhan. Menurut Noegroho
(2000) protein memegang peranan
penting dalam penyusunan jaringan
dan organ tubuh ikan. Dalam pakan
yang diberikan kepada ikan, protein
harus tersedia dalam jumlah yang
cukup. Protein yang rendah akan
mengakibatkan pertumbuhan ikan
akan menjadi lambat. Kisaran
kebutuhan protein dalam pakan ikan
untuk ikan didaerah tropis, kadar
protein antara 20 – 60 %.
Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng
Hasil analysis of variance
(ANOVA),
menunjukan bahwa
pemberian pakan dengan kandungan
protein yang berbeda berpengaruh
sangat nyata (p < 0,01) terhadap
pertumbuhan berat ikan bandeng,
berdasarkan hal tersebut perlakuan
pertama menunjukan bahwa pada
pakan dengan kandungan protein 30
% memperoleh hasil sebesar 13,1 g
menjadi 56,4 g.
Pada pakan perlakuan kedua
dengan kandungan protein 16 %
memperoleh hasil sebesar 8 g,
menjadi 31,8 g. Pertumbuhan berat
tertinggi terdapat pada perlakuan
pertama yaitu sebesar 56,4 g dengan
pemberian kandungan protein pakan
30 %, dan pertumbuhan berat
terendah terdapat pada perlakuan
kedua yaitu sebesar 31,8 g, dengan
pemberian kandungan protein pakan
16 %.
Perbedaan pertumbuhan berat
ikan bandeng tersebut diduga karena
adanya perbedaan protein dari jenis
pakan tersebut. Protein merupakan
sumber energi bagi ikan dan protein
mutlak diperlukan oleh ikan. Protein
dapat berguna untuk memperbaiki
sel-sel yang rusak, sebagai salah satu
pembentuk membran sel, juga dapat
menjadi sumber energi bagi ikan.
Menurut Sudarman (1988) diacu
oleh sabriah dan sunarto (2009),
bahwa
kecepatan
pertumbuhan
tergantung pada jumlah pakan yang
dikonsumsi,
jumlah kandungan
protein yang terkandung dalam
pakan, kualitas air dan faktor lainnya
seperti keturunan, umur dan daya
tahan serta kemampuan ikan tersebut
memanfaatkan pakan.
Berdasarkan hasil penelitian,
pertumbuhan berat lebih tinggi dari
pada pertumbuhan panjang dalam
waktu
yang
sama,
hal
ini
menunjukan ikan bandeng tumbuh
gemuk. Menurut Saparinto (2009)
diacu oleh Mashuri dkk., (2012),
menyatakan
bahwa
apabila
pertumbuhan berat lebih tinggi dari
pada pertumbuhan panjang maka
akan membentuk tubuh ikan bandeng
menjadi gemuk, hal ini disebabkan
oleh asupan nutrisi yang cukup dan
lingkungan yang baik.
Pertumbuhan Berat Harian
Peningkatan
pertumbuhan
ikan bandeng dapat diketahui melalui
peningkatan pertumbuhan berat
harian. Pada perlakuan pemberian
pakan kandungan protein 30 %
memperoleh hasil tertinggi pada
minggu ke sepuluh sebesar 0,81 dan
hasil terendah terdapat pada minggu
ke dua sebesar 0,29, dan pada
perlakuan
pemberian
pakan
kandungan
protein
16
%
memperoleh hasil tertinggi pada
minggu ke enam sebesar 0,44 dan
hasil terendah terdapat pada minggu
ke dua sebesar 0,29. Berdasarkan
hasil penelitian, laju pertumbuhan
harian
ikan bandeng
dengan
pemberian pakan kandungan protein
30 % memberikan hasil lebih baik
dari pemberian pakan kandungan
protein 16 %, hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan terhadap laju
pertumbuhan harian ikan bandeng.
Untuk Laju Pertumbuhan Harian
Ikan Bandeng dapat dilihat pada
(Gambar 3). Dimana pertumbuhan
ikan bandeng mengalami fluktuasi.
Hal ini di sebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya faktor internal dan
eksternal.
Menurut Anggraeni dan
Nurlita (2013) bahwa pertumbuhan
ikan
erat
kaitannya
dengan
ketersediaan protein dalam pakan,
karena protein merupakan sumber
energi bagi ikan bandeng dan protein
juga merupakan nutrisi yang sangat
dibutuhkan oleh ikan bandeng untuk
pertumbuhan, bahwa jumlah protein
akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan bandeng. Dalam
Penelitian Sumpeno (2010), diacu
oleh yeni dkk., (2014), menjelaskan
pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor internal yang
meliputi sifat genetik dan kondisi
fisiologis ikan serta faktor eksternal
yang berhubungan dengan pakan dan
lingkungan.
tebar merupakan suatu faktor yang
sangat
penting
yang
dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup
dan pertumbuhan ikan dalam
persaingan ruang gerak,
dan
konsumsi oksigen.
Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng
Dari
hasil
penelitian
pengaruh pemberian pakan kadar
protein yang berbeda menujukkan
bahwa tingkat kelangsungan hidup
ikan bandeng selama 70 hari
pemeliharaan mengalami mortalitas
atau kematian yang disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain kualitas
air dan padat tebar. Tingkat
kelangsungan hidup ikan bandeng
pada perlakuan dengan pemberian
pakan kandungan protein 30 %
sebesar 84 % dan pada perlakuan
dengan pemberian pakan kandungan
protein 16 % sebesar 84,7 %, dapat
dilihat pada (Gambar 4). Menurut
Yurisman dan Heltonika (2010),
diacu oleh yeni dkk., (2014), faktor
yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya kelulus hidupan suatu
organisme adalah faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik antara lain
kompetitor, kepadatan populasi,
umur dan kemampuan organisme
dengan lingkungan sedangkan faktor
abiotik seperti suhu, oksigen terlarut,
pH.
Menurut Badare (2001) diacu
oleh Reksono dkk., (2012), bahwa
kualitas air turut mempengaruhi
tingkat kelangsungan hidup dan
pertumbuhan dari organisme perairan
yang dibudidayakan, dan didukung
oleh pernyataan Effendie (1997)
diacu oleh Serdiati dkk., (2011),
menyatakan bahwa kelangsungan
hidup ikan disebabkan oleh banyak
faktor, satu diantaranya adalah padat
tebar ikan yang terlalu tinggi. Padat
Rasio Konversi Pakan (Feed
Convertion Ratio)
Konversi pakan merupakan
penghitungan seberapa banyak ikan
mampu merubah pakan menjadi
daging ikan, dan konversi pakan
tersebut sebagai acuan atau sebagai
tolak ukur sampai sejauh mana
efesiensi usaha pembesaran ikan
tersebut.
Pada penelitian ini pemberian
pakan pada ikan bandeng sebanyak 5
% dari berat tubuh ikan bandeng,
pemberian pakan dilakukan dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore.
Berdasarkan hasil penelitian,
pemberian pakan kandungan protein
30 % memperoleh angka FCR
sebesar 1,64, pada pemberian pakan
kandungan
protein
16
%
memperoleh angka FCR sebesar
1,74. Rasio konversi pakan, dapat
dilihat pada (Gambar 5), hal ini
disebabkan
oleh
pertumbuhan
panjang dan berat ikan bandeng.
Perbedaan angka FCR dari setiap
perlakuan
memperlihatkan
perbedaan berat ikan bandeng.
Menurut Effendi (1979) diacu oleh
Serdiati dkk., (2011), semakin
rendah angka konversi pakan,
semakin
sedikit
pakan
yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg
daging ikan. Artinya, semakin
efesien pakan tersebut diubah
menjadi daging.
Tingkat efesiensi penggunaan
pakan pada ikan bandeng ditentukan
oleh pertumbuhan dan jumlah pakan
yang diberikan. Menurut Uktolseja
(2008) diacu oleh Handajani (2011),
menyatakan bahwa keefesienan
penggunaan pakan menunjukan nilai
pakan yang dapat merubah menjadi
pertambahan pada berat badan ikan.
Efesiensi pakan dapat dilihat dari
beberapa faktor dimana salah satu
diantaranya adalah rasio konversi
pakan.
Kualitas Air
Berdasarkan
analisis
parameter kualitas air yang diukur
pada tambak pemeliharaan ikan
bandeng, kisaran suhu 28 – 29 oC
berada dalam kisaran normal.
Menurut mulyanto (1992)
diacu oleh reksono dkk., (2012),
menyatakan bahwa suhu 20 – 29 oC
dapat mendukung pertumbuhan ikan
bandeng. Derajat keasaman (pH)
selama pemeliharaan ikan bandeng,
kisaran 7 – 7,2 Wardoyo (1975)
diacuh oleh sabriah dan sunarto
(2009), bahwa untuk mendukung
kehidupan ikan secara wajar
diperlukan perairan dengan nilai pH
berkisar 6 – 8,5.
Kandungan oksigen terlarut
selama pemeliharaan ikan bandeng,
kisaran 6,66 – 6,79 mg/L Menurut
Puslitbangkan (1992) diacuh oleh
sabriah dan sunarto (2009), kisaran
oksigen terlarut yang baik untuk
pertumbuhan ikan bandeng antara 3
– 6 mg/L. Salinitas selama
pemeliharaan ikan bandeng, kisaran
29,3 – 30 ppt. Menurut karina dkk.,
(2011), salinitas 30 ppt adalah
tingkat kadar garam normal pada air
laut, pada salinitas ini induk ikan
bandeng dipelihara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil yang
diperoleh dari perlakuan pertama
pemberian pakan dengan kadar
protein
30
%
terhadap
pertumbuhan panjang (L) sebesar
20,9 cm, pertumbuhan berat (W)
sebesar 56,4 g. Hasil penelitian
yang diperoleh dari perlakuan
kedua pemberian pakan dengan
kadar protein 16 % terhadap
pertumbuhan panjang (L) sebesar
18 cm, pertumbuhan bobot (W)
sebesar 31,8 g.
2. Dari setiap perlakuan perbedaan
pakan yang diujikan hasil
ANOVA menunjukan adanya
pengaruh yang sangat signifikan
dari setiap perlakuan dengan nilai
signifikan (p < 0,01).
Saran
Petani disarankan untuk
menentukan dengan tepat pakan
komersil yang digunakan dalam
pemeliharaan ikan bandeng.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. Lifiawati, E. 2005.
Pakan
Ikan.
Kanisius.
Yogyakarta.
Anggraeni, N. M dan Nurlita, A.
2013. Pengaruh Pakan Alami
Dan Pakan Buatan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Betutu
(Oxyeleotris
Marmorata)
Pada Skala Laboratorium.
Jurnal Sains dan Seni Pomits
II (1) : 2337-3520
Effendie, I. 2002. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.
Effendi, M. I., 1997. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara, Yogyakarta.
Effendi,
I.
2009.
Pengantar
Akuakultur.
Penebar
Swadaya. Depok.
Evy, R. K., Mujiutami, E., dan
Sujono, K. 2001. Usaha
Perikanan di Indonesia. PT.
Mutiara Sumber Widya.
Jakarta.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan.
Rineka Cipta. Yakarta.
Handajani, H, 2011. Optimalisasi
Subsitusi Tepung Azolla
Terfermentasi Pada
Pakan
Ikan Untuk Meningkatkan
Produktivitas Ikan Nila Gift.
Jurnal Teknik Industri, Vol.
12, No. 2, Agustus 2011: 177
-181.
Karina, S. Rizwan dan Khairunnisak,
2011. Pengaruh Salinitas Dan
Daya Apung Terhadap Daya
Tetas Telur Ikan Bandeng.
Jurnal Unsyiah. 1 (1) : 22-26.
Kordi, K.M.G.H., 2013. Budidaya
Belut Di Pekarangan, Lahan
Sempit, Lahan Kritis dan
Minim Air. Sulawesi Selatan.
Kordi dan Ghufran. 2009. Budi Daya
Perairan Jilid 2. PT Citra
Aditya Bakti. Bandung.
Mashuri, Sumarjan, Z. Abidin, 2012.
Pengaruh Jenis Pakan Yang
Berbeda Terhadap Belut
Sawah (Monopterus albus
zuieuw).Jurnal
Perikanan
Unram, Volume 1 No 1.
Noegroho, F, P. 2000. Pengaruh
Penggunaan Tepung Terigu
Tepung
Singkong
Dan
Campuran Keduannya Dalam
Pakan
Terhadap
Pertumbuhan Ikan Patin
(Pangasius Sp). [Skripsi]
IPB. Bogor.
Reksono, B. H. Hamdani, dan
Yuniarti, 2012. Pengaruh
Padatan
Penebaran
Gracilaria
Sp
Terhadap
Pertumbuhan
Dan
Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng Pada Budidaya
Sistem Polikultur. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan. Vol
3 (3) : 41-49.
Sabariah dan Sunarto. 2009.
Pemberian Pakan Buatan
Dengan Dosis Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Dan
Konsumsi Pakan Benih Ikan
Semah
Dalam
Upaya
Domestikasi.
Jurnal
Akuakultur Indonesia 8(1) :
67-76.
Serdiati, N., Yoel, Madinawati,
2011. Pemberian Pakan Yang
Berbeda
Terhadap
Pertumbuhan
dan
Kelangsungan Hidup Benih
Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Media
Litbang Sulteng IV (2) : 83 –
87, Desember 2011. ISSN
1979 -5971.
Sudradjat, A. 2011. Panen Bandeng
50 Hari. Penebar Swadaya.
Depok.
Yeni, T. Sudaryono, A. Suminto.
2014. Pengaruh Kombinasi
Pakan Buatan Dan Cacing
Tanah (Lumbricus Rubellus)
Terhadap
Efisiensi
Pemanfaatan
Pakan,
Pertumbuhan
Dan
Kelulushidupan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Journal
of Aquaculture Management
and Technology UNDIP
Volume 3, Nomor 2, Tahun
2014, Halaman 86-93.
Download