Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas VIII D Di SMP Negeri 3 Ngrambe Oleh : Endah Rahayuningdyah SMP Negeri 3 Ngrambe, Kabupaten Ngawi ABSTRAK Kepercayaan diri merupakan salah satu kunci untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada diri siswa. Kurangnya rasa percaya diri dapat menghambat prestasi siswa, sehingga merupakan kewajiban bagi konselor/ guru BK untuk memberikan bimbingan terhadap siswa yang kurang percaya diri, mencari penyebabnya serta memberikan solusi guna meningkatkan rasa percaya diri sehingga siswa dapat lebih berprestasi. Dalam hal ini, peneliti melakukan layanan konseling kelompok terhadap siswa kelas VIII D SMP N 3 Ngrambe Tahun Ajaran 2014/2015, yang dinilai kurang percaya diri dalam kesehariannya. Layanan konseling kelompok ini merupakan suatu proses antar pribadi yang melibatkan seorang konselor dan beberapa anggota kelompok yang mengeksplorasi diri mereka sendiri dan situasi mereka dalam upaya mengubah sikap dan perilaku mereka, dalam hal ini untuk dapat lebih percaya diri.Terdapat 2 Siklus dalam pelaksanaan layanan ini, yang pertama diberikan kesempatan membahas topik bebas mengenai permasalahan setiap siswa, siklus kedua melaksanakan kegiatan dengan topik tugas yang telah ditentukan. Hasil dari penelitian ini, setelah dilakukan layanan konseling kelompok secara optimal dari bulan februari hingga juni 2015, ternyata indikator kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Keberanian siswa menyampaikan masalah pribadi dengan jujur meningkat 25.6 %, keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu terhadap teman dengan jujur meningkat 12.5%. , Memahami masalah yang disampaikan anggotanya meningkat 20%, empati meningkat 11.7%, tenggang rasa dan simpati meningkat 20.8%. sehingga dapat dikatakan bahwa layanan konseling kelompok ini berhasil meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII D SMP N 3 Ngrambe tahun ajaran 2014/2015. Kata kunci : Percaya Diri, Layanan konseling kelompok. A. PENDAHULUAN Rasa percaya diri pada siswa menjadi penting karena siswa yang memiliki kepercayaan diri yang bagus akan berpeluang untuk meraih prestasi di sekolah semakin tinggi. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi guru BK di sekolah. Percaya diri Menurut Pradipta Sarastika (2014:50) dapat di artikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 1 dimiliki dapat di manfaatkan secara tepat. Menurut Luster (2003:21) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri memiliki karakteristik sebagai berikut : tidak perlu dorongan orang lain, tidak pemalu, yakin dengan pendapat sendiri, tidak mementingkan diri, cukup toleran, cukup ambisius, tidak berlebihan , optimis, mampu bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Sedangkan jika siswa tidak mempunyai rasa percaya diri yang baik maka akan berakibat kurang baik terhadap prestasi siswa, menurut Swallow (2000) menyebutkan ciri-ciri seseorang yang pemalu dan kurang percaya diri adalah sebagai berikut: Menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa, terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/ tempertantrums (dilakukan untuk melepaskan kecemasannya), tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja. Begitu juga yang terjadi di SMPN 3 Ngrambe, terdapat permasalahan yang menghambat siswa untuk berprestasi dikarenakan rendahnya sikap percaya diri yang dimiliki. Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses antar pribadi yang melibatkan seorang konselor dan beberapa anggota kelompok yang mengeksplorasi diri mereka sendiri dan situasi mereka dalam upaya mengubah sikap dan perilaku mereka (Hansen, Warner, & Smith, 1980). Harper (1981) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah suatu jenis aktivitas kelompok yang memberikan layanan konseling terhadap dua orang konseli atau lebih dengan tujuan menangani masalah-masalah penyesuai an diri dan masalah-masalah perkembangan. Proses pemberian bantuan yang diberikan konselor (pemimpin kelompok) terhadap beberapa konseli (anggota kelompok) melalui suasana kelompok dengan tujuan membantu mereka baik yang bersifat pencegahan maupun pengentas an masalah yang dihadapi sehingga mereka dapat mengubah perilaku untuk mencapai perkembangan optimal dalam bidang kehidupan pribadi sosial, akademik, dan karir mereka. Penelitian ini dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan tentang Apakah dengan menggunakan layanan konseling kelompok dapat membantu meningkatkan percaya diri siswa agar lebih berprestasi?” Dengan penelitian ini diharapkan dapat membentuk rasa percaya diri siswa yang kuat sehingga akan mampu memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri siswa. B. KAJIAN TEORI 1. Percaya Diri Pengertian Percaya Diri Menurut Pradipta Sarastika (2014:50) Percaya diri dapat di artikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat di manfaatkan secara tepat. JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 2 Menurut Hendra Surya (2009 :64 ) Percaya diri adalah sebagai cara pandang seseorang atau gambaran pemikiran dan perasan keyakinan, kesanggupan maupun keberanian seseorang terhadap segenap aspek kemampuan yang dimilikinya. Aspek kemampuan tersebut, meliputi kemampuan intelektual, sikap, peasaan, kekuatan fisik, dan penempilan diri. Menurut Willis (dalam M. Nur Ghufron, 2010:) percaya diri merupakan keyakinan bahwa seseorang mampu mengulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat membrikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Aspek – Aspek Percaya Diri Menurut Lauster (dalam Gufron dan Risnawati: 2012:35) mengemukakan bahwa orang yang memiliki rasa percaya diri yang positif adalah yang di debitkan sebagai berikut : 1. Keyakinan kemampuan diri Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya yang mampu secara sungguh – sungguh akan apa yang dilakukannya. Sehingga dengan keyakinan yang dia miliki dapat menimbulkan kepercayaan diri apa adanya. 2. Optimis Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya sehingga dengan mempunyai sikap yang optimis akan memberikan pikiran – pikiran yang positif pada dirinya. 3. Objektif Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semesti nya bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendri. Seseorang yang memiliki sikap objektif akan berarti orang tersebut memiliki kejujuran dalam hidupnya. Jadi individu akan menilai suatu hal apapun melihat dengan apa mestinya. 4. Bertanggung jawab Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menang gung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya, jadi sikap ini memberikan dampak positif bagi diri. 5. Rasional dan realistis Rasional dan realstis adalah analisis terhadap suatu masalah, suatu hal, dan kejadian dngan menggunakan pemikiran yang dapat di terima oleh akal dan dapat di terima akal dan sesuai dengan kenyataan. Dengan pemikiran yang rasional dan realistis dapat meningkatkan karakter – karakter positif yang dapat mengubah cara pandang seseorang menjadi positif pula. Ciri – Ciri Individu Yang Percaya Diri Luster (2003:21) mengemuka kan bahwa orang yang percaya diri mempunyai karakteristik–karakteristik JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 3 sebagai berikut : tidak perlu dorongan orang lain, tidak pemalu, yakin dengan pendapat sendiri, tidak mementingkan diri, cukup toleran, cukup ambisius, tidak berlebihan, optimis, mampu bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Menurut Hakim (2005:5) Orang yang mempunyai rasa percaya diri antara lain memiliki ciri – ciri sebagai berikut: 1. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu 2. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai 3. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi 4. Memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya 5. Memiliki kesadaran yang cukup 6. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup Menurut Peradipta Sarastika (2014:7) Ciri ciri orang yang tidak percaya diri adalah menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa- apa, terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk, dan tidak banyak berbicara. 2. Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses antar pribadi yang melibatkan seorang konselor dan beberapa anggota kelompok yang mengeksplorasi diri mereka sendiri dan situasi mereka dalam upaya mengubah sikap dan perilaku mereka (Hansen, Warner, & Smith, 1980). Harper (1981) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah suatu jenis aktivitas kelompok yang memberikan layanan konseling terhadap dua orang konseli atau lebih dengan tujuan menangani masalah-maslah penyesuai an diri dan masalah-masalah perkembangan. Dari beberapa definisi tersebut dan definisi konseling kelompok yang lain dapat dikemukakan bahwa konseling kelompok adalah Proses pemberian bantuan yang diberikan konselor (pemimpin kelompok) terhadap beberapa konseli (anggota kelompok) melalui suasana kelompok dengan tujuan membantu mereka baik yang bersifat pencegahan maupun pengatasan masalah yang dihadapi sehingga mereka dapat mengubah perilaku untuk mencapai perkembangan optimal dalam bidang kehidupan pribadi sosial, akademik, dan karir mereka. Tujuan Konseling kelompok Menurut (Corey, 2009) tujuan konseling kelompok secara umum sebagai berikut : 1. Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain 2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman diri serta mengembangkan rasa identitas diri yang unik 3. Menyadari kesamaan, kebutuhan dan masalah anggota kelompok serta mengembangakan rasa universalitas JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 4 4. Meningkatkan penerimaan diri, kepercayaan diri, penghargaan diri, dan memperoleh pandangan baru tentang diri sendiri dan orang lain 5. Mengembangkan perhatian dan kasih saying kepada orang lain 6. Menanamkan alternatif cara penanganan masalah-masalah pengembangan normal dan pengatasan konflik tertentu 7. Meningkatkan pengarahan diri kesaling bergantungan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain 8. Menyadari pilihan diri sendiri dan membuat pilihan dengan bijak 9. Membuat rencana spesifik untuk mengubah perilaku tertentu dan berkomitmen untuk melaksanakan rencana tersebut 10. Mempelajari keterampilan social yang lebih efektif 11. Menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain 12. Belajar menghadapi orang lain dengan perhatian, kejujuran dan arahan. 13. Memperjelas nilai-nilai diri dan memutuskan akan mengubahnya atau tidak serta bagaimana cara mengubahnya jika memang di perlukan Uma (dalam Sugiyono, 2009) mengatakan bahwa kerangka berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Berdasarkan studi pustaka di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka berpikir untuk mengetahui upaya meningkatkan kepercayaan diri melalui layanan konseling kelompok. Gambar Bagan kerangka berfikir JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 5 Berdasarkan bagan kerangka berfikir diatas uraian dari setiap proses adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Awal a. Guru bimbingan konseling belum melaksanakan layanan konseling kelompok secara optimal untuk membantu siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri. b. Guru bimbingan konseling belum melaksanakan layanan konseling kelompok secara optimal untuk meningkatkan kepercayaan diri agar dapat meningkatkan prestasi di SMP Negeri 3 Ngrambe Kabupaten Ngawi. c. Berdasarkan hasil observasi ditemukan rendahnya rasa percaya diri dalam proses belajar kelas VIII D SMP Negeri 3 Ngrambe Kabupaten Ngawi. 2. Tindakan Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri pada siswa adalah dengan mengoptimalkan layanan konseling kelompok dengan cara melakukan konseling kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tindakan dalam penelitian mempunyai 2 siklus / tindakan, uraian dari setiap siklus yang ada adalah sebagai berikut : a. Siklus I Memanfaatkan konseling kelompok berjumlah 8 orang dalam setiap kelompok Aktif membahas permasalahan (masalah yang membuat rasa percaya diri rendah) b. Siklus II Dalam kelompok setiap anggota kelompok aktif membahas permasalahan dalam membantu memecahkan masalah kawan sekelompok. 3. Kondisi Akhir Diharapkan dengan memberikan layanan konseling kelompok Dengan melakukan konseling kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa yang berpengaruh pada prestasi siswa Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesa tindakan adalah sebagai berikut : “ dengan melakukan konseling kelompok secara optimal dapat mengetahui permasalahan yang menyebabkan seorang siswa merasa kurang percaya diri sehingga guru pembimbing dapat memberikan solusi agar dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa agar dapat meningkatkan prestasi siswa ” C. METODOLOGI PENELITIAN Setting Penelitian 1. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Ngrambe yang beralamat di Jl. Bantar no 38 Ngrambe Kab. Ngawi , Adapun waktu penelitian dimulai Februari- Juni 2015 2. Subjek Penelitian Subyek Penelitian adalah siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 24 JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 6 siswa dengan 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, sedangkan sampel yang digunakan untuk penelitian adalah semua siswa kelas 8 D terbagi menjadi 3 kelompok. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari 2 siklus atau lebih dan masing-masing siklus terdiri dari 4 kegiatan utama yaitu: Planning (perencanaan), Action (tindakan), observation (observasi), Reflection (Refleksi). Adapun alur kerja Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Zainal Akib (2004 : 6) dapat di gambarkan dalam bagan berikut Siclus I Planning Reflection Siclus II Action Observation Replaning Reflection Action Observation D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diperoleh beberapa data setelah melakukan beberapa kali observasi terhadap siswa dan guru pada saat pelajaran berlangsung di kelas berupa data masalah banyaknya ditemukan siswa pada kelas VIII D yang pasif dalam proses pembelajaran di kelas. Sebagai contoh siswa yang pasif tersebut adalah siswa yang berbicara dengan teman sebangku, siswa yang tidak mau bertanya, siswa yang hanya diam, jika guru memberikan pertanyaan siswa hanya diam dan tidak mau bertanya. dan pengamatan proses belajar mengajar bagi guru, yang digunakan untuk mengetahui penggunaan metode langsung dalam bagaimana proses guru dalam memberikan pelajaran di kelas. Dalam tindakan layanan konseling kelompok, kegiatan yang dilakukan adalah berdiskusi mengenai perma salahan dan juga menemukan solusi untuk mengatasi rasa kurang percaya diri pada siswa. Refleksi awal dari study pendahuluan ini diperoleh identifikasi masalah yang kemudian JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 7 ditetapkan fokus penelitian sebagai Rekapitulasi hasil observasi dasar penentuan tindakan. Konseling Kelompok siklus I tertera pada tabel sebagai berikut: Siklus I Tabel 1 : Hasil Observasi Konseling Kelompok pada Siklus I Sasaran Observasi Jumlah Prosentase 16 66 17 70.8 Memahami masalah yang disampaikan anggota lainya 15 62.5 Empati, 17 70.8 Tenggan rasa dan simpati antar teman 18 75 Keberanian siswa menyampai kan masalah pribadi dengan jujur, Keberanian siswa menyampai kan penyebab rasa malu terhadap teman dengan jujur, Dari hasil observasi tersebut di menyampaikan penyebab rasa malu atas dapat dijelaskan bahwa dari 24 terhadap teman dengan jujur, ada 17 siswa kelas VIII D yang mengikuti anak atau 70.8%, Memahami masalah layanan konseling kelompok yang telah yang disampaikan anggota lainya ada dilakukan dapat dijelaskan sebagai 15 anak atau 62.5%, Empati ada 17 berikut: Keberanian siswa menyampai anak atau 70.8%, dan Tenggang rasa kan masalah pribadi dengan jujur, ada dan simpati antar teman ada 18 anak 16 anak atau 66%, Keberanian siswa atau 75%. Tabel 2 : Target yang harus dicapai dan pencapaian Hasil Observasi saat Konseling Kelompok pada Siklus I Sasaran Observasi Target siklus I Pencapaian pada siklus I Keberanian siswa menyampaikan 65% 66% 65% 70.8% 70% 62.5% Empati, 65% 70.8% Tenggan rasa dan simpati antar teman 65% 75% masalah pribadi dengan jujur, Keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu terhadap teman dengan jujur, Memahami masalah yang disampaikan anggota lainya JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 8 1) Keberanian siswa menyampaikan kan masalah orang lain. masalah pribadi dengan jujur, 4) Empati target keberhasilan 65%, targetnya 65% ternyata setelah ternyata hasil yang dicapai 70.8% melakukan kosneling kelompok artinya siswa mapmpu merasakan pada siklus 1 pencapaiannya 66 % apa yang dirasakan temannya. artinya melebihi target yang 5) Tenggan rasa dan simpati antar diharapkan pada siklus I, hal ini teman target keberhasilan 65%, hasil disebabkan oleh karena siswa yang dicapai 75% siswa mempunyai tertarik dengan layanan konseling rasa tenggang rasa dan kelompok dan mau mengutarakan simpati antar teman lumayan tinggi. maslahnya dengan jujur, namun masih ada beberapa siswa masih Upaya perbaikan belum berani untuk mengutarakan Untuk memperbaiki proses konseling masalahnya dengan jujur. kelompok agar dapat tercapai pada 2) Keberanian siswa menyampaikan target sesuai dengan yang diinginkan penyebab rasa malu terhadap teman maka pertemuan berikutnya upaya dengan jujur,, targetnya 65% perbaikan yang akan dilakukan adalah ternyata setelah melakukan sebagai berikut: kosneling kelompok pada siklus 1 1. Memberikan arahan pada semua pencapaiannya 70.8 % artinya kelompok agar mengutarakan melebihi target yang diharapkan semua masalah dengan sebenarpada siklus I, hal ini disebabkan oleh benarnya karena siswa tertarik dengan 2. Memberikan pengertian bagi ketua layanan konseling kelompok dan kelompok dan semua anggota agar mau mengutarakan penyebab rasa dapat memecahkan dan malu terhadap teman lain dengan merumuskan masalah bagi setiap jujur, namun masih ada beberapa kelompok agar dapat menemukan siswa masih belum berani untuk solusi bagi semua anggota mengutarakan penyebab kenapa kelompok yang mempunyai siswa malu dengan jujur. masalah 3) Memahami masalah yang disampaikan anggotanya target 65%, Siklus II Rekapitulasi hasil pengamatan pencapaian ternyata baru 62.5%, hal ini disebabkan oleh sifat egoisme siklus II tertera pada tabel berikut: dan individu siswa masih tinggi sehingga siswa kurang memperduli Tabel 3 : Hasil Observasi Ketika Konseling Kelompok pada Siklus II Sasaran Observasi Keberanian siswa menyampaikan masalah pribadi JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 Jumlah prosentase 22 91.6 9 dengan jujur, Keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu 20 83.3 Memahami masalah yang disampaikan anggota lainya 21 82.5 Empati, 22 87.5 Tenggan rasa dan simpati antar teman 23 95.8 terhadap teman dengan jujur, Dari hasil observasi tersebut di atas dengan jujur, 91.5%, Keberanian siswa dapat dijelaskan bahwa dari 24 siswa menyampaikan penyebab rasa malu kelas VIII D yang mengikuti layanan terhadap teman dengan jujur, 83.3%, konseling kelompok dengan dapat Memahami masalah yang disampaikan dijelaskan sebagai berikut : Keberanian anggota nya 82.5%, Empati 87.5%, siswa menyampaikan masalah pribadi Tenggan rasa dan simpati antar 95.8% Tabel 4 : Target yang harus dicapai dan pencapaian Hasil Observasi Ketika Konseling Kelompok pada Siklus II Sasaran Observasi Target siklus II Pencapaian pada siklus II Keberanian siswa menyampaikan masalah 65% 91.6% 65% 83.3% 70% 82.5% Empati, 65% 87.5% Tenggan rasa dan simpati antar teman 65% 95.8% pribadi dengan jujur, Keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu terhadap teman dengan jujur, Memahami masalah yang disampaikan anggota lainya 1) Keberanian siswa menyampaikan masalah pribadi dengan jujur, targetnya 65% ternyata setelah melakukan kosneling kelompok pada siklus 1 pencapaiannya 91.6 % artinya melebihi target yang diharapkan pada siklus I, hal ini disebabkan oleh karena siswa tertarik dengan layanan konseling kelompok dan mau mengutarakan masalahnya dengan jujur. 2) Keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu terhadap teman dengan jujur,, targetnya 65% ternyata setelah melakukan kosneling kelompok pada siklus 1 pencapaiannya 83.3 % artinya melebihi target yang diharapkan JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 10 pada siklus I, hal ini disebabkan oleh karena siswa tertarik dengan layanan konseling kelompok dan mau mengutarakan penyebab rasa malu terhadap teman lain dengan jujur 3) Memahami masalah yang disampaikan anggotanya target 70%, pencapaian ternyata baru 82.5%, berarti siswa mulai mau memahami masalah yang disampaikan oleh teman anggotanya. 4) Empati target keberhasilan 65%, ternyata hasil yang dicapai 87.5% artinya siswa mapmpu merasakan apa yang dirasakan temannya. 5) Tenggan rasa dan simpati antar teman target keberhasilan 65%, hasil yang dicapai 95.8% siswa mempunyai rasa tenggang rasa dan simpati antar teman tinggi. Pembahasan Hasil penelitian siklus I dan II akan dirangkum dalam tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 5: Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II Siklus Sasaran Observasi Siklus I Siklus II Keterangan Keberanian siswa menyampai kan masalah 66% 91.6% Naik 25.6% 70.8% 83.3% Naik 12.5% 62.5% 82.5% Naik 20% 70.8% 82.5% Naik 11.7% 75% 95.8% Naik 20.8% pribadi dengan jujur, Keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu terhadap teman dengan jujur, Memahami masalah yang disampaikan anggota lainya Empati, Tenggan rasa dan simpati antar teman Peningkatan antusiasme konseli dalam konseling kelompok siklus I sampai dengan siklus II dapat digambarkan sebagai mana tertera dalam diagram 4.4 sebagai berikut: JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 11 120 100 80 60 40 20 0 A B C D E SIKLUS I 66 70.8 62.5 70.8 75 SIKLUS II 91.6 83.3 82.5 87.5 95.8 Dari hasil observasi tersebut 4. Empati siklus I 570.8% dan di atas dapat dijelaskan bahwa 24 siklus II 87.5%, berarti dari siswa kelas VIII D yang mengikuti siklus I ke siklus II meningkat layanan konseling kelompok dapat 11.7%. dijelaskan sebagai berikut: 5. Tenggang rasa dan simpati 1. Keberanian siswa menyampai siklus I 75% dan siklus II kan masalah pribadi dengan 95.8%, berarti dari siklus I ke jujur, siklus I siklus II meningkat 20.8% 66% dan siklus II 91.6%, berarti Dengan demikian hipotesis dari siklus I ke siklus II yang berbunyi Jika konseling meningkat 25.6% kelompok diterapkan pada siswa 2. Keberanian siswa menyampai Kelas VIII D SMP Negeri 3 kan penyebab rasa malu Ngrambe tahun pelajaran terhadap teman dengan jujur, 2014/2015, maka konseling siklus I 70.8 % dan siklus II kelompok untuk meningkatkan 83.3%,berarti dari siklus I ke rasa percaya diri adalah terbukti siklus II meningkat 12.5%. kebenarannya 3. Memahami masalah yang disam paikan anggotanya siklus I E. KESIMPULAN DAN SARAN 62.5% dan siklus II 82.5%, Kesimpulan berarti dari siklus I ke siklus II Berdasarkan pada pembahasan meningkat 20%. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : konseling kelompok yang JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 12 diterapkan pada siswa Kelas VIII D SMP Negeri 3 Ngrambe tahun pelajaran 2014/2015, dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal ini Sesuai dengan hasil observasi bahwa indikator kepercayaan diri dari siklus I sampai dengan siklus II terus meningkat sebagai berikut: a. Keberanian siswa menyampaikan masalah pribadi dengan jujur, siklus I 66 % dan siklus II 91.6 %, berarti dari siklus I ke siklus II meningkat 25.6 %. b. Keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu terhadap teman dengan jujur, siklus I 70.8 % dan siklus II 83.3%,berarti dari siklus I ke siklus II meningkat 12.5%. c. Memahami masalah yang disampaikan anggotanya siklus I 62.5% dan siklus II 82.5%, berarti dari siklus I ke siklus II meningkat 20%. d. Empati siklus I 570.8% dan siklus II 87.5%, berarti dari siklus I ke siklus II meningkat 11.7%. e. Tenggang rasa dan simpati siklus I 75% dan siklus II 95.8%, berarti dari siklus I ke siklus II meningkat 20.8% membuat konseling kelompok dibuat senyaman mungkin. b. materi untuk konseling kelompok harus sesuai dengan tujuan yang dituju . 2. Saran kepada Konseling a. mengikuti layanan konseling dengan tertib dan teratur b. Dapat menghormati pendapat dari teman sekelompok c. Diharapkan tidak mengejek baik itu permasalahan ataupun persoalan yang dihadapi teman seanggota DAFTAR PUSTAKA Akib . Z, 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung : Yrama Widya Bimo Walgito, 2004. Bimbingan dan Konseling. Yogjakarta: Andi Centi, Paul J. 1993. “Mengapa Rendah Diri?”. Yogyakarta: Kanisius. Collins, Gary R. Christian Counseling. A Comprehensive Guide (Waco, Texas: Word Books, 1980). Corey, G.2009.”Teory and practice of counseling and Psychotherapy. Belmont, CA:Brooks/Cole Depdikbud, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud Saran Depdiknas, 2005. Pedoman evaluasi, 1. Saran untuk Guru BK Jakarta : Depdiknas a. Dengan menggunakan konseling kelompok dapat membantu Ghufron, M, N dan Risnawita, R. 2012. meningkatkan diri siswa sehingga Teori-teori psikologi. dalam proses pembelajaran siswa Jogjakarta: AR-Ruz Media. akan lebih aktif disarankan agar JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 13 Glasser Crabb, Lawrence J. Effective Saiful Rahman, 2006. Konseling dan Biblical Counseling (Grand Psikoterapi. Jakarta: BPK Rapids-Michigan: Zondrvan Gunung Mulia Pub. House, 1984). Sayekti. 1997. Berbagai Pendekatan Ramli, M. 2012. Modul Pelayanan dalam Konseling. Yogyakarta: Bimbingan dan Konseling di Menara Mass Offset Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang. Slameto, 1988. Bimbingan di Sekolah, Jakarta: Bina Aksara Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1984. Qualitative Data Sofyan S. Willis. 2007. Konseling Analysis. London: Sage Individual; Teori dan Praktek. Publication Bandung: Alfabeta Pradipta Sarastika. 2014. Buku Pintar Sumantri, 1997. Konseling Kelompok. Tampil Percaya Diri. Surabaya: Depdikbud Yogyakarta: Araska. Supriyo. 2008. Studi Kasus bimbingan Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Dan Konseling Kelompok Setapak Dasar Dan Profil. Jakarta: Rineka Cipta. W. Gulo , 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 14