Jurnal Pendidikan Volume I No. 1 Edisi Maret 2016 / ISSN 1

advertisement
Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Melalui Layanan Konseling
Kelompok Pada Siswa Kelas VIII D Di SMP Negeri 3 Ngrambe
Oleh :
Endah Rahayuningdyah
SMP Negeri 3 Ngrambe, Kabupaten Ngawi
ABSTRAK
Kepercayaan diri merupakan salah satu kunci untuk dapat mengoptimalkan
potensi yang ada pada diri siswa. Kurangnya rasa percaya diri dapat menghambat
prestasi siswa, sehingga merupakan kewajiban bagi konselor/ guru BK untuk
memberikan bimbingan terhadap siswa yang kurang percaya diri, mencari
penyebabnya serta memberikan solusi guna meningkatkan rasa percaya diri
sehingga siswa dapat lebih berprestasi. Dalam hal ini, peneliti melakukan layanan
konseling kelompok terhadap siswa kelas VIII D SMP N 3 Ngrambe Tahun
Ajaran 2014/2015, yang dinilai kurang percaya diri dalam kesehariannya.
Layanan konseling kelompok ini merupakan suatu proses antar pribadi yang
melibatkan seorang konselor dan beberapa anggota kelompok yang
mengeksplorasi diri mereka sendiri dan situasi mereka dalam upaya mengubah
sikap dan perilaku mereka, dalam hal ini untuk dapat lebih percaya diri.Terdapat 2
Siklus dalam pelaksanaan layanan ini, yang pertama diberikan kesempatan
membahas topik bebas mengenai permasalahan setiap siswa, siklus kedua
melaksanakan kegiatan dengan topik tugas yang telah ditentukan.
Hasil dari penelitian ini, setelah dilakukan layanan konseling kelompok
secara optimal dari bulan februari hingga juni 2015, ternyata indikator
kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke
siklus II. Keberanian siswa menyampaikan masalah pribadi dengan jujur
meningkat 25.6 %, keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu terhadap
teman dengan jujur meningkat 12.5%. , Memahami masalah yang disampaikan
anggotanya meningkat 20%, empati meningkat 11.7%, tenggang rasa dan simpati
meningkat 20.8%. sehingga dapat dikatakan bahwa layanan konseling kelompok
ini berhasil meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII D SMP N 3 Ngrambe
tahun ajaran 2014/2015.
Kata kunci : Percaya Diri, Layanan konseling kelompok.
A. PENDAHULUAN
Rasa percaya diri pada siswa
menjadi penting karena siswa yang
memiliki kepercayaan diri yang bagus
akan berpeluang untuk meraih prestasi
di sekolah semakin tinggi. Hal ini perlu
menjadi perhatian bagi guru BK di
sekolah. Percaya diri Menurut Pradipta
Sarastika (2014:50) dapat di artikan
bahwa suatu kepercayaan akan
kemampuan sendiri yang memadai
dan menyadari kemampuan yang
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
1
dimiliki dapat di manfaatkan secara
tepat. Menurut Luster (2003:21)
mengemukakan bahwa orang yang
mempunyai kepercayaan diri memiliki
karakteristik sebagai berikut : tidak
perlu dorongan orang lain, tidak
pemalu, yakin dengan pendapat
sendiri, tidak mementingkan diri,
cukup toleran, cukup ambisius, tidak
berlebihan , optimis, mampu bekerja
secara efektif, dan bertanggung jawab
atas pekerjaannya.
Sedangkan jika siswa tidak
mempunyai rasa percaya diri yang baik
maka akan berakibat kurang baik
terhadap prestasi siswa, menurut
Swallow (2000) menyebutkan ciri-ciri
seseorang yang pemalu dan kurang
percaya diri adalah sebagai berikut:
Menghindari kontak mata, tidak mau
melakukan
apa-apa,
terkadang
memperlihatkan perilaku mengamuk/
tempertantrums
(dilakukan
untuk
melepaskan kecemasannya), tidak
banyak bicara, menjawab secukupnya
saja. Begitu juga yang terjadi di SMPN
3 Ngrambe, terdapat permasalahan
yang menghambat siswa untuk
berprestasi dikarenakan rendahnya
sikap percaya diri yang dimiliki.
Layanan konseling kelompok
merupakan suatu proses antar pribadi
yang melibatkan seorang konselor dan
beberapa anggota kelompok yang
mengeksplorasi diri mereka sendiri dan
situasi mereka dalam upaya mengubah
sikap dan perilaku mereka (Hansen,
Warner, & Smith, 1980). Harper
(1981)
mengemukakan
bahwa
konseling kelompok adalah suatu jenis
aktivitas kelompok yang memberikan
layanan konseling terhadap dua orang
konseli atau lebih dengan tujuan
menangani masalah-masalah penyesuai
an
diri
dan
masalah-masalah
perkembangan. Proses pemberian
bantuan yang diberikan konselor
(pemimpin
kelompok)
terhadap
beberapa konseli (anggota kelompok)
melalui suasana kelompok dengan
tujuan membantu mereka baik yang
bersifat pencegahan maupun pengentas
an masalah yang dihadapi sehingga
mereka dapat mengubah perilaku untuk
mencapai
perkembangan
optimal
dalam bidang kehidupan pribadi sosial,
akademik, dan karir mereka.
Penelitian ini dimaksudkan
untuk memecahkan permasalahan
tentang Apakah dengan menggunakan
layanan konseling kelompok dapat
membantu meningkatkan percaya diri
siswa agar lebih berprestasi?”
Dengan
penelitian
ini
diharapkan dapat membentuk rasa
percaya diri siswa yang kuat sehingga
akan mampu memaksimalkan potensi
yang ada di dalam diri siswa.
B. KAJIAN TEORI
1. Percaya Diri
Pengertian Percaya Diri
Menurut Pradipta Sarastika
(2014:50) Percaya diri dapat di artikan
bahwa suatu kepercayaan akan
kemampuan sendiri yang memadai
dan menyadari kemampuan yang
dimiliki dapat di manfaatkan secara
tepat.
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
2
Menurut Hendra Surya (2009
:64 ) Percaya diri adalah sebagai cara
pandang seseorang atau gambaran
pemikiran dan perasan keyakinan,
kesanggupan
maupun
keberanian
seseorang terhadap segenap aspek
kemampuan yang dimilikinya. Aspek
kemampuan
tersebut,
meliputi
kemampuan
intelektual,
sikap,
peasaan,
kekuatan
fisik,
dan
penempilan diri.
Menurut Willis (dalam M. Nur
Ghufron,
2010:)
percaya
diri
merupakan keyakinan bahwa seseorang
mampu mengulangi suatu masalah
dengan situasi terbaik dan dapat
membrikan
sesuatu
yang
menyenangkan bagi orang lain.
Aspek – Aspek Percaya Diri
Menurut Lauster (dalam Gufron dan
Risnawati: 2012:35) mengemukakan
bahwa orang yang memiliki rasa
percaya diri yang positif adalah yang di
debitkan sebagai berikut :
1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah
sikap positif seseorang tentang
dirinya yang mampu secara
sungguh – sungguh akan apa yang
dilakukannya. Sehingga dengan
keyakinan yang dia miliki dapat
menimbulkan kepercayaan diri apa
adanya.
2. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang
dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan
baik
dalam
menghadapi segala hal tentang diri
dan kemampuannya sehingga
dengan mempunyai sikap yang
optimis akan memberikan pikiran
– pikiran yang positif pada dirinya.
3. Objektif
Orang
yang
memandang
permasalahan atau sesuatu sesuai
dengan kebenaran yang semesti
nya bukan menurut kebenaran
pribadi atau menurut dirinya
sendri. Seseorang yang memiliki
sikap objektif akan berarti orang
tersebut memiliki kejujuran dalam
hidupnya. Jadi individu akan
menilai suatu hal apapun melihat
dengan apa mestinya.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung
jawab
adalah
kesediaan orang untuk menang gung segala sesuatu yang telah
menjadi konsekuensinya, jadi
sikap ini memberikan dampak
positif bagi diri.
5. Rasional dan realistis
Rasional dan realstis adalah
analisis terhadap suatu masalah,
suatu hal, dan kejadian dngan
menggunakan pemikiran yang
dapat di terima oleh akal dan dapat
di terima akal dan sesuai dengan
kenyataan. Dengan pemikiran
yang rasional dan realistis dapat
meningkatkan karakter – karakter
positif yang dapat mengubah cara
pandang seseorang menjadi positif
pula.
Ciri – Ciri Individu Yang Percaya
Diri
Luster (2003:21) mengemuka
kan bahwa orang yang percaya diri
mempunyai karakteristik–karakteristik
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
3
sebagai berikut : tidak perlu dorongan
orang lain, tidak pemalu, yakin dengan
pendapat sendiri, tidak mementingkan
diri, cukup toleran, cukup ambisius,
tidak berlebihan, optimis, mampu
bekerja secara efektif, dan bertanggung
jawab atas pekerjaannya.
Menurut Hakim (2005:5) Orang
yang mempunyai rasa percaya diri
antara lain memiliki ciri – ciri sebagai
berikut:
1. Selalu bersikap tenang dalam
mengerjakan sesuatu
2. Mempunyai
potensi
dan
kemampuan yang memadai
3. Mampu menetralisir ketegangan
yang muncul
didalam berbagai
situasi
4. Memiliki kondisi mental dan fisik
yang menunjang penampilannya
5. Memiliki kesadaran yang cukup
6. Memiliki tingkat pendidikan formal
yang cukup
Menurut Peradipta Sarastika
(2014:7) Ciri ciri orang yang tidak
percaya diri adalah menghindari
kontak mata, tidak mau melakukan
apa- apa, terkadang memperlihatkan
perilaku mengamuk, dan tidak banyak
berbicara.
2. Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok
merupakan suatu proses antar pribadi
yang melibatkan seorang konselor dan
beberapa anggota kelompok yang
mengeksplorasi diri mereka sendiri dan
situasi mereka dalam upaya mengubah
sikap dan perilaku mereka (Hansen,
Warner, & Smith, 1980). Harper
(1981)
mengemukakan
bahwa
konseling kelompok adalah suatu jenis
aktivitas kelompok yang memberikan
layanan konseling terhadap dua orang
konseli atau lebih dengan tujuan
menangani masalah-maslah penyesuai
an
diri
dan
masalah-masalah
perkembangan.
Dari beberapa definisi tersebut
dan definisi konseling kelompok yang
lain dapat dikemukakan bahwa
konseling kelompok adalah Proses
pemberian bantuan yang diberikan
konselor
(pemimpin
kelompok)
terhadap beberapa konseli (anggota
kelompok) melalui suasana kelompok
dengan tujuan membantu mereka baik
yang bersifat pencegahan maupun
pengatasan masalah yang dihadapi
sehingga mereka dapat mengubah
perilaku
untuk
mencapai
perkembangan optimal dalam bidang
kehidupan pribadi sosial, akademik,
dan karir mereka.
Tujuan Konseling kelompok
Menurut
(Corey,
2009)
tujuan
konseling kelompok secara umum
sebagai berikut :
1. Belajar mempercayai diri sendiri
dan orang lain
2. Meningkatkan kesadaran dan
pemahaman
diri
serta
mengembangkan rasa identitas diri
yang unik
3. Menyadari kesamaan, kebutuhan
dan masalah anggota kelompok
serta
mengembangakan
rasa
universalitas
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
4
4.
Meningkatkan penerimaan diri,
kepercayaan diri, penghargaan
diri, dan memperoleh pandangan
baru tentang diri sendiri dan orang
lain
5. Mengembangkan perhatian dan
kasih saying kepada orang lain
6. Menanamkan
alternatif
cara
penanganan
masalah-masalah
pengembangan
normal
dan
pengatasan konflik tertentu
7. Meningkatkan pengarahan diri
kesaling
bergantungan
dan
tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan orang lain
8. Menyadari pilihan diri sendiri dan
membuat pilihan dengan bijak
9. Membuat rencana spesifik untuk
mengubah perilaku tertentu dan
berkomitmen untuk melaksanakan
rencana tersebut
10. Mempelajari keterampilan social
yang lebih efektif
11. Menjadi peka terhadap kebutuhan
dan perasaan orang lain
12. Belajar menghadapi orang lain
dengan perhatian, kejujuran dan
arahan.
13. Memperjelas nilai-nilai diri dan
memutuskan akan mengubahnya
atau tidak serta bagaimana cara
mengubahnya jika memang di
perlukan
Uma (dalam Sugiyono, 2009)
mengatakan bahwa kerangka berpikir
adalah suatu model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai
faktor
yang
telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang
penting. Berdasarkan studi pustaka di
atas,
maka dapat dibuat suatu
kerangka berpikir untuk mengetahui
upaya meningkatkan kepercayaan diri
melalui layanan konseling kelompok.
Gambar Bagan kerangka berfikir
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
5
Berdasarkan bagan kerangka
berfikir diatas uraian dari setiap proses
adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Awal
a. Guru bimbingan konseling belum
melaksanakan layanan konseling
kelompok secara optimal untuk
membantu
siswa
dalam
meningkatkan kepercayaan diri.
b. Guru bimbingan konseling belum
melaksanakan layanan konseling
kelompok secara optimal untuk
meningkatkan kepercayaan diri
agar dapat meningkatkan prestasi
di SMP Negeri 3 Ngrambe
Kabupaten Ngawi.
c. Berdasarkan hasil observasi
ditemukan
rendahnya
rasa
percaya diri dalam proses belajar
kelas VIII D SMP Negeri 3
Ngrambe Kabupaten Ngawi.
2. Tindakan
Tindakan
yang dilakukan
untuk meningkatkan rasa percaya
diri pada siswa adalah dengan
mengoptimalkan layanan konseling
kelompok dengan cara melakukan
konseling kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari 8 orang.
Tindakan
dalam
penelitian
mempunyai 2 siklus / tindakan,
uraian dari setiap siklus yang ada
adalah sebagai berikut :
a. Siklus I
Memanfaatkan konseling
kelompok berjumlah 8 orang
dalam setiap kelompok Aktif
membahas
permasalahan
(masalah yang membuat rasa
percaya diri rendah)
b. Siklus II
Dalam kelompok setiap
anggota
kelompok
aktif
membahas permasalahan dalam
membantu
memecahkan
masalah kawan sekelompok.
3. Kondisi Akhir
Diharapkan
dengan
memberikan layanan konseling
kelompok
Dengan
melakukan
konseling
kelompok
dapat
meningkatkan rasa percaya diri
siswa yang berpengaruh pada
prestasi siswa
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir
di atas maka hipotesa tindakan adalah
sebagai berikut : “ dengan melakukan
konseling kelompok secara optimal
dapat mengetahui permasalahan yang
menyebabkan seorang siswa merasa
kurang percaya diri sehingga guru
pembimbing dapat memberikan solusi
agar dapat meningkatkan rasa percaya
diri siswa agar dapat meningkatkan
prestasi siswa ”
C. METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 3 Ngrambe yang beralamat
di Jl. Bantar no 38 Ngrambe Kab.
Ngawi , Adapun waktu penelitian
dimulai Februari- Juni 2015
2. Subjek Penelitian
Subyek Penelitian adalah siswa
kelas VIII D tahun pelajaran
2014/2015 yang berjumlah 24
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
6
siswa dengan 14 siswa laki-laki
dan
10
siswa
perempuan,
sedangkan sampel yang digunakan
untuk penelitian adalah semua
siswa kelas 8 D terbagi menjadi 3
kelompok.
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas,
yang terdiri dari 2 siklus atau lebih dan
masing-masing siklus terdiri dari 4
kegiatan utama yaitu: Planning
(perencanaan), Action (tindakan),
observation (observasi), Reflection
(Refleksi).
Adapun
alur kerja Penelitian
Tindakan Kelas menurut Kemmis dan
Mc. Taggart dalam Zainal Akib (2004
: 6) dapat di gambarkan dalam bagan
berikut
Siclus I
Planning
Reflection
Siclus II
Action
Observation
Replaning
Reflection
Action
Observation
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini diperoleh beberapa data
setelah melakukan beberapa kali
observasi terhadap siswa dan guru pada
saat pelajaran berlangsung di kelas
berupa data masalah banyaknya
ditemukan siswa pada kelas VIII D
yang pasif dalam proses pembelajaran
di kelas. Sebagai contoh siswa yang
pasif tersebut adalah siswa yang
berbicara dengan teman sebangku,
siswa yang tidak mau bertanya, siswa
yang
hanya
diam,
jika
guru
memberikan pertanyaan siswa hanya
diam dan tidak mau bertanya. dan
pengamatan proses belajar mengajar
bagi guru, yang digunakan untuk
mengetahui
penggunaan
metode
langsung dalam bagaimana proses guru
dalam memberikan pelajaran di kelas.
Dalam tindakan layanan konseling
kelompok, kegiatan yang dilakukan
adalah berdiskusi mengenai perma
salahan dan juga menemukan solusi
untuk mengatasi rasa kurang percaya
diri pada siswa. Refleksi awal dari
study pendahuluan ini diperoleh
identifikasi masalah yang kemudian
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
7
ditetapkan fokus penelitian sebagai
Rekapitulasi hasil observasi
dasar penentuan tindakan.
Konseling Kelompok siklus I tertera
pada tabel sebagai berikut:
Siklus I
Tabel 1 : Hasil Observasi Konseling Kelompok pada Siklus I
Sasaran Observasi
Jumlah
Prosentase
16
66
17
70.8
Memahami masalah yang disampaikan anggota lainya
15
62.5
Empati,
17
70.8
Tenggan rasa dan simpati antar teman
18
75
Keberanian siswa menyampai kan masalah pribadi
dengan jujur,
Keberanian siswa menyampai kan penyebab rasa
malu terhadap teman dengan jujur,
Dari hasil observasi tersebut di menyampaikan penyebab rasa malu
atas dapat dijelaskan bahwa dari 24 terhadap teman dengan jujur, ada 17
siswa kelas VIII D yang mengikuti anak atau 70.8%, Memahami masalah
layanan konseling kelompok yang telah yang disampaikan anggota lainya ada
dilakukan dapat dijelaskan sebagai 15 anak atau 62.5%, Empati ada 17
berikut: Keberanian siswa menyampai anak atau 70.8%, dan Tenggang rasa
kan masalah pribadi dengan jujur, ada dan simpati antar teman ada 18 anak
16 anak atau 66%, Keberanian siswa atau 75%.
Tabel 2 : Target yang harus dicapai dan pencapaian Hasil Observasi saat
Konseling Kelompok pada Siklus I
Sasaran Observasi
Target siklus I
Pencapaian pada siklus
I
Keberanian
siswa
menyampaikan
65%
66%
65%
70.8%
70%
62.5%
Empati,
65%
70.8%
Tenggan rasa dan simpati antar teman
65%
75%
masalah pribadi dengan jujur,
Keberanian
siswa
menyampaikan
penyebab rasa malu terhadap teman
dengan jujur,
Memahami masalah yang disampaikan
anggota lainya
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
8
1) Keberanian siswa menyampaikan
kan masalah orang lain.
masalah pribadi dengan jujur, 4) Empati target keberhasilan 65%,
targetnya 65% ternyata setelah
ternyata hasil yang dicapai 70.8%
melakukan kosneling kelompok
artinya siswa mapmpu merasakan
pada siklus 1 pencapaiannya 66 %
apa yang dirasakan temannya.
artinya melebihi target yang 5) Tenggan rasa dan simpati antar
diharapkan pada siklus I, hal ini
teman target keberhasilan 65%, hasil
disebabkan oleh karena
siswa
yang dicapai 75% siswa mempunyai
tertarik dengan layanan konseling
rasa tenggang rasa dan
kelompok dan mau mengutarakan
simpati antar teman lumayan tinggi.
maslahnya dengan jujur, namun
masih ada beberapa siswa masih Upaya perbaikan
belum berani untuk mengutarakan Untuk memperbaiki proses konseling
masalahnya dengan jujur.
kelompok agar dapat tercapai pada
2) Keberanian siswa menyampaikan target sesuai dengan yang diinginkan
penyebab rasa malu terhadap teman maka pertemuan berikutnya upaya
dengan jujur,,
targetnya 65% perbaikan yang akan dilakukan adalah
ternyata
setelah
melakukan sebagai berikut:
kosneling kelompok pada siklus 1 1. Memberikan arahan pada semua
pencapaiannya 70.8 % artinya
kelompok agar mengutarakan
melebihi target yang diharapkan
semua masalah dengan sebenarpada siklus I, hal ini disebabkan oleh
benarnya
karena
siswa tertarik dengan 2. Memberikan pengertian bagi ketua
layanan konseling kelompok dan
kelompok dan semua anggota agar
mau mengutarakan penyebab rasa
dapat
memecahkan
dan
malu terhadap teman lain dengan
merumuskan masalah bagi setiap
jujur, namun masih ada beberapa
kelompok agar dapat menemukan
siswa masih belum berani untuk
solusi
bagi
semua
anggota
mengutarakan penyebab kenapa
kelompok
yang
mempunyai
siswa malu dengan jujur.
masalah
3) Memahami
masalah
yang
disampaikan anggotanya target 65%, Siklus II
Rekapitulasi hasil pengamatan
pencapaian ternyata baru 62.5%, hal
ini disebabkan oleh sifat egoisme siklus II tertera pada tabel berikut:
dan individu siswa masih tinggi
sehingga siswa kurang memperduli
Tabel 3 : Hasil Observasi Ketika Konseling Kelompok pada Siklus II
Sasaran Observasi
Keberanian
siswa
menyampaikan
masalah
pribadi
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Jumlah
prosentase
22
91.6
9
dengan jujur,
Keberanian siswa menyampaikan penyebab rasa malu
20
83.3
Memahami masalah yang disampaikan anggota lainya
21
82.5
Empati,
22
87.5
Tenggan rasa dan simpati antar teman
23
95.8
terhadap teman dengan jujur,
Dari hasil observasi tersebut di atas dengan jujur, 91.5%, Keberanian siswa
dapat dijelaskan bahwa dari 24 siswa menyampaikan penyebab rasa malu
kelas VIII D yang mengikuti layanan terhadap teman dengan jujur, 83.3%,
konseling kelompok dengan dapat Memahami masalah yang disampaikan
dijelaskan sebagai berikut : Keberanian anggota nya 82.5%, Empati 87.5%,
siswa menyampaikan masalah pribadi Tenggan rasa dan simpati antar 95.8%
Tabel 4 : Target yang harus dicapai dan pencapaian Hasil Observasi Ketika
Konseling Kelompok pada Siklus II
Sasaran Observasi
Target siklus II Pencapaian pada
siklus II
Keberanian siswa menyampaikan masalah
65%
91.6%
65%
83.3%
70%
82.5%
Empati,
65%
87.5%
Tenggan rasa dan simpati antar teman
65%
95.8%
pribadi dengan jujur,
Keberanian
siswa
menyampaikan
penyebab rasa malu terhadap teman dengan
jujur,
Memahami masalah yang disampaikan
anggota lainya
1) Keberanian siswa menyampaikan
masalah pribadi dengan jujur,
targetnya 65% ternyata setelah
melakukan kosneling kelompok
pada siklus 1 pencapaiannya 91.6
% artinya melebihi target yang
diharapkan pada siklus I, hal ini
disebabkan oleh karena
siswa
tertarik dengan layanan konseling
kelompok dan mau mengutarakan
masalahnya dengan jujur.
2) Keberanian siswa menyampaikan
penyebab rasa malu terhadap
teman dengan jujur,, targetnya
65% ternyata setelah melakukan
kosneling kelompok pada siklus 1
pencapaiannya 83.3 % artinya
melebihi target yang diharapkan
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
10
pada siklus I, hal ini disebabkan
oleh karena siswa tertarik dengan
layanan konseling kelompok dan
mau mengutarakan penyebab rasa
malu terhadap teman lain dengan
jujur
3) Memahami
masalah
yang
disampaikan anggotanya target
70%, pencapaian ternyata baru
82.5%, berarti siswa mulai mau
memahami
masalah
yang
disampaikan
oleh
teman
anggotanya.
4) Empati target keberhasilan 65%,
ternyata hasil yang dicapai 87.5%
artinya siswa mapmpu merasakan
apa yang dirasakan temannya.
5) Tenggan rasa dan simpati antar
teman target keberhasilan 65%,
hasil yang dicapai 95.8% siswa
mempunyai rasa tenggang rasa dan
simpati antar teman tinggi.
Pembahasan
Hasil penelitian siklus I dan II akan
dirangkum dalam tabel 4.5 sebagai
berikut:
Tabel 5: Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II
Siklus
Sasaran Observasi
Siklus I
Siklus II
Keterangan
Keberanian siswa menyampai kan masalah
66%
91.6%
Naik 25.6%
70.8%
83.3%
Naik 12.5%
62.5%
82.5%
Naik 20%
70.8%
82.5%
Naik 11.7%
75%
95.8%
Naik 20.8%
pribadi dengan jujur,
Keberanian siswa menyampaikan
penyebab rasa malu terhadap teman
dengan jujur,
Memahami masalah yang disampaikan
anggota lainya
Empati,
Tenggan rasa dan simpati antar teman
Peningkatan
antusiasme
konseli dalam konseling kelompok
siklus I sampai dengan siklus II
dapat digambarkan sebagai mana
tertera dalam diagram 4.4 sebagai
berikut:
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
11
120
100
80
60
40
20
0
A
B
C
D
E
SIKLUS I
66
70.8
62.5
70.8
75
SIKLUS II
91.6
83.3
82.5
87.5
95.8
Dari hasil observasi tersebut
4. Empati siklus I 570.8% dan
di atas dapat dijelaskan bahwa 24
siklus II 87.5%, berarti dari
siswa kelas VIII D yang mengikuti
siklus I ke siklus II meningkat
layanan konseling kelompok dapat
11.7%.
dijelaskan sebagai berikut:
5. Tenggang rasa dan simpati
1. Keberanian siswa menyampai
siklus I 75% dan siklus II
kan masalah pribadi dengan
95.8%, berarti dari siklus I ke
jujur, siklus I
siklus II meningkat 20.8%
66% dan siklus II 91.6%, berarti
Dengan demikian hipotesis
dari siklus I ke siklus II
yang berbunyi Jika
konseling
meningkat 25.6%
kelompok diterapkan pada siswa
2. Keberanian siswa menyampai
Kelas VIII D SMP Negeri 3
kan penyebab rasa malu
Ngrambe
tahun
pelajaran
terhadap teman dengan jujur,
2014/2015,
maka
konseling
siklus I 70.8 % dan siklus II
kelompok untuk meningkatkan
83.3%,berarti dari siklus I ke
rasa percaya diri adalah terbukti
siklus II meningkat 12.5%.
kebenarannya
3. Memahami masalah yang disam
paikan anggotanya siklus I E. KESIMPULAN DAN SARAN
62.5% dan siklus II 82.5%, Kesimpulan
berarti dari siklus I ke siklus II
Berdasarkan pada pembahasan
meningkat 20%.
dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : konseling kelompok yang
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
12
diterapkan pada siswa Kelas VIII D
SMP Negeri 3 Ngrambe tahun
pelajaran
2014/2015,
dapat
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Hal ini Sesuai dengan hasil observasi
bahwa indikator kepercayaan diri dari
siklus I sampai dengan siklus II terus
meningkat sebagai berikut:
a. Keberanian siswa menyampaikan
masalah pribadi dengan jujur,
siklus I 66 % dan siklus II 91.6 %,
berarti dari siklus I ke siklus II
meningkat 25.6 %.
b. Keberanian siswa menyampaikan
penyebab rasa malu terhadap
teman dengan jujur, siklus I 70.8 %
dan siklus II 83.3%,berarti dari
siklus I ke siklus II meningkat
12.5%.
c. Memahami
masalah
yang
disampaikan anggotanya siklus I
62.5% dan siklus II 82.5%, berarti
dari siklus I ke siklus II meningkat
20%.
d. Empati siklus I 570.8% dan siklus
II 87.5%, berarti dari siklus I ke
siklus II meningkat 11.7%.
e. Tenggang rasa dan simpati siklus I
75% dan siklus II 95.8%, berarti
dari siklus I ke siklus II meningkat
20.8%
membuat konseling kelompok
dibuat senyaman mungkin.
b. materi untuk konseling kelompok
harus sesuai dengan tujuan yang
dituju .
2. Saran kepada Konseling
a. mengikuti layanan konseling
dengan tertib dan teratur
b. Dapat menghormati pendapat dari
teman sekelompok
c. Diharapkan tidak mengejek baik
itu
permasalahan
ataupun
persoalan yang dihadapi teman
seanggota
DAFTAR PUSTAKA
Akib . Z, 2006. Penelitian Tindakan
Kelas.Bandung : Yrama Widya
Bimo Walgito, 2004. Bimbingan dan
Konseling. Yogjakarta: Andi
Centi, Paul J. 1993. “Mengapa Rendah
Diri?”. Yogyakarta: Kanisius.
Collins, Gary R. Christian Counseling.
A Comprehensive Guide (Waco,
Texas: Word Books, 1980).
Corey, G.2009.”Teory and practice of
counseling and Psychotherapy.
Belmont, CA:Brooks/Cole
Depdikbud, 1988. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Depdikbud
Saran
Depdiknas, 2005. Pedoman evaluasi,
1. Saran untuk Guru BK
Jakarta : Depdiknas
a. Dengan menggunakan konseling
kelompok
dapat
membantu Ghufron, M, N dan Risnawita, R. 2012.
meningkatkan diri siswa sehingga
Teori-teori
psikologi.
dalam proses pembelajaran siswa
Jogjakarta: AR-Ruz Media.
akan lebih aktif disarankan agar
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
13
Glasser Crabb, Lawrence J. Effective Saiful Rahman, 2006. Konseling dan
Biblical Counseling (Grand
Psikoterapi.
Jakarta:
BPK
Rapids-Michigan:
Zondrvan
Gunung Mulia
Pub. House, 1984).
Sayekti. 1997. Berbagai Pendekatan
Ramli, M. 2012. Modul Pelayanan
dalam Konseling. Yogyakarta:
Bimbingan dan Konseling di
Menara Mass Offset
Sekolah. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Slameto, 1988. Bimbingan di Sekolah,
Jakarta: Bina Aksara
Milles, M.B. and Huberman, M.A.
1984.
Qualitative
Data Sofyan S. Willis. 2007. Konseling
Analysis.
London:
Sage
Individual; Teori dan Praktek.
Publication
Bandung: Alfabeta
Pradipta Sarastika. 2014. Buku Pintar Sumantri, 1997. Konseling Kelompok.
Tampil
Percaya
Diri.
Surabaya: Depdikbud
Yogyakarta: Araska.
Supriyo. 2008. Studi Kasus bimbingan
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw
Dan
Konseling
Kelompok Setapak
Dasar Dan Profil. Jakarta:
Rineka Cipta.
W. Gulo , 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Grasindo
JIPE Vo. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
14
Download