BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit sebagai sebuah organisasi bisnis non profit dituntut
untuk mampu menjalankan proses operasional, teknis dan strategis yang
lebih efisien dan efektif. Salah satu upaya untuk dapat menjalankan
proses ini dengan efisien dan efektif adalah dengan memanfaatkan
teknologi informasi (Soliman & Janz, 2004).
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan harus dilengkapi dengan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) untuk mengoptimalkan proses
bisnis (Handayani et al., 2013). Undang-undang no 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit pada pasal 52 ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap
Rumah sakit wajib melaksanakan pencatatan dan pelaporan tentang
semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem
Informasi Rumah Sakit”. Pelaksanaan SIRS juga tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1171/Menkes/Per/VI/2011 yang
menyatakan “Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS)”.
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) menjadi pendukung program
pemerintah sejak pemerintah memulai program universal health
coverage pada awal tahun 2014. Hal ini menjadikan universal health
coverage sebagai sebuah isu kesehatan yang menarik karena program
tersebut menjadi bagian penting dari agenda organisasi kesehatan dunia
(Handayani et al., 2015). Model universal health coverage secara resmi
diluncurkan di Indonesia oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS) dalam bentuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah
dilaksanakan sejak 1 Januari 2014, yang bertujuan untuk memberikan
jaminan kesehatan kepada seluruh warga Indonesia dengan populasi
sekitar 250 juta orang dalam waktu lima tahun (The Economist
Intelligence Unit, 2015). Dalam pelaksanaan JKN, pengembangan
1
2
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) menjadi salah satu
bagian penting dalam meningkatkan mutu layanan kepada peserta BPJS
(BUK, 2015).
Sistem Informasi Manajemen (SIM) harus bisa mendukung
bermacam-macam informasi untuk kebutuhan pengambilan keputusan
oleh manajer dan profesional bisnis (O’Brien & Marakas, 2007).
Peraturan Menteri Kesehatan No 82 tahun 2013 menyatakan bahwa
pengelolaan dan pengembangan SIM harus mampu meningkatkan dan
mendukung proses pengambilan keputusan, akurasi dan kecepatan
identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam
pelaksanaan aktivitas manajerial.
Keberhasilan suatu sistem informasi tidak hanya diukur dari
efisiensi dalam meminimalkan biaya, waktu dan penggunaan informasi,
kesuksesan juga harus diukur dari efektifitas informasi teknologi dalam
mendukung strategi bisnis organisasi, proses bisnis, meningkatkan
struktur dan budaya organisasi serta meningkatkan nilai pelanggan dan
bisnis perusahaan. Penting untuk dipahami bahwa kesalahan dalam
mengelola, mengaplikasikan teknologi informasi serta sistem informasi
dapat menyebabkan kegagalan teknologi informasi dan proses bisnis itu
sendiri (O’Brien & Marakas, 2007).
Sebuah penelitian dilakukan untuk mencari faktor-faktor penentu
keberhasilan pelaksanaan SIM di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di
2 Rumah Sakit Pusat, 2 RSUD dan 9 RS Swasta. Hasil penelitian
menunjukkan perlunya komitmen organisasi puncak, komunikasi
menyeluruh dan manajemen proyek untuk keberhasilan SIM di Rumah
sakit (Handayani et al., 2015).
Kesalahan dalam penerapan teknologi dapat dilihat dari faktorfaktor penghambat diantaranya faktor manusia. Sebuah penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Saudi Arabia dengan 158 responden didapat
hasil bahwa faktor penghambat terbesar adalah manusia dengan rerata
3
3,73, kedua yaitu keuangan sebesar 3,50, faktor penghambat selanjutnya
adalah faktor legal dan peraturan, faktor organisasi, faktor teknis dan
faktor profesional, faktor-faktor ini memiliki rerata antara 3,32-3,00
(Khalifa, 2013).
Faktor-faktor
penghambat
dapat
dikelompokkan
dengan
menggunakan pendekatan HOT (Human-Organization-Technology)
yang diperkenalkan oleh Yusof pada tahun 2006. HOT merupakan suatu
metode yang mengelompokkan komponen penting dari Sistem
informasi yaitu manusia, organisasi, teknologi dan kesesuaian diantara
komponen-komponen tersebut (Yusof et al., 2006).
Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto (RSUD Sawahlunto)
merupakan Rumah Sakit satu satunya di Kota Sawahlunto. RSUD
Sawahlunto merupakan Rumah Sakit tipe C dan sudah melaksanakan
SIM. SIM dilaksanakan sejak bulan April tahun 2014 yang pada
pelaksanaannya diserahkan kepada pihak ketiga secara KSO selama 5
tahun. KSO merupakan singkatan dari Kerja Sama Operasi yang sistem
kerjasamanya adalah investasi dan pemeliharaan ditanggung oleh pihak
ke 3 sedangkan nett profitnya dibagi berdasarkan kesepakatan bersama.
Selama ini pemanfaatan SIM baru dalam taraf manajemen tingkatan
bawah saja, belum menjangkau pada manajemen tingkatan menengah
dan atas. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1 Daftar Aplikasi atau Modul di RSUD Sawahlunto
No
Nama modul
1
Modul Rekam
Medis
2
Modul
Perawatan
Rawat Jalan
Modul
Perawatan
Rawat Inap
3
Kondisi
Status
Kendala
Jalan Belum (%)
Jalan
90
Laporan belum cocok,
masih dalam
pengecekan
Jalan
100
Jalan
90
Sebagian ruangan
Jarang input secara
realtime
4
No Nama modul
4
5
6
7
Modul Gawat
Darurat
Modul
Laboratorium
Modul
Radiologi
Modul Logistik
Apotek
Kondisi
Status Kendala
Jalan Belum (%)
Jalan
100
Jalan
90
Jalan
90
Jalan
80
8
Modul Logistik
Umum
9
Modul Logistik
Farmasi
Jalan
70
10
Modul Kasir
Sentral
Jalan
90
11
Modul Gizi
Belum 70
12
Modul Sumber
Daya Manusia
Modul
Pemasaran,
Informasi dan
Humas
Modul Bedah
Sentral
Modul
Anggaran dan
Akuntansi
Modul Sistem
Pelaporan
Manajemen
Belum
13
14
15
16
Belum 70
Belum
Jalan
100
Belum
Belum
Masih dalam
penyocokan format
laporan
User sering entry
tindakan double
Masih dalam
penyocokan format
laporan
Aplikasi sudah
diinstal, dan data
sudah
dilengkapi,hanya user
yang pasti belum di
tentukan
Aplikasi sudah di
instal dan sudah di
implementasikan,
hanya masih dalam
pendampingan
Masih dalam
penyocokan format
laporan
User untuk ruangan
gizi belum ditentukan
5
No Nama modul
Kondisi
17
Jalan
Status Kendala
(%)
100
Jalan
100
18
Modul Sistem
Administrator
Modul
Rehabilitasi
Medik
(Fisioterapi )
Tabel 1 dapat dilihat beberapa modul belum dilaksanakan termasuk
modul eksekutif. dan menggambarkan adanya format laporan yang
belum sempurna, hal ini menjadi salah satu kendala belum
terlaksananya modul-modul eksekutif. Ada juga beberapa hambatan
yang terjadi seperti user yang belum ditetapkan, mungkin ini
disebabkan sering terjadinya mutasi antar bidang atau user merasa
beban kerja menjadi bertambah dengan dilaksanakannnya SIM ini.
Sehingga hal ini menjadi perhatian dan peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
dalam pelaksanaan keefektifan SIM di RSUD Sawahlunto.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat
keefektifan pengunaan Sistem Informasi Manajemen di RSUD
Sawahlunto?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menjabarkan faktor yang berhubungan dengan implementasi
pengunaan Sistem Informasi Manajemen RSUD Sawahlunto
2. Tujuan Khusus:
a. Mengidentifikasi faktor manusia dalam implementasi sistem
informasi manajemen di RSUD Sawahlunto
b. Mengidentifikasi faktor teknologi dalam implementasi sistem
informasi manajemen di RSUD Sawahlunto
6
c. Mengidentifikasi faktor organisasi dalam implementasi sistem
informasi manajemen di RSUD Sawahlunto
d. Mengukur hubungan Sumber Daya Manusia (SDM), organisasi,
dan teknologi dengan keefektifan sistem manajemen informasi di
RSUD Sawahlunto
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Dapat mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas SDM agar penggunaan SIM RS lebih efektif.
2. Meningkatkan mutu pelayanan melalui pelayanan yang cepat dan
tepat dari segi pemanfaatan sistem teknologi informasi.
3. Menjadi acuan bagi manajemen dapat memberikan dukungan dalam
upaya meminimalkan hambatan dalam penggunaan SIM.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain
Penulis (tahun)
Albertus
Widawan Heri
Prasetyo
(2009)
Tujuan
Untuk memperoleh
gambaran
tentang
implementasi SIM di
RSUD
Kota
Yogyakarta
dan
mengidentifikasi 10
atribut
penilaian
kualitas
informasi
dari SIM yang ada
serta
mengkaji
penggunaan
output
laporan SIM RS
sebagai
bahan
pengambilan
keputusan oleh pihak
manajemen
Ade Dita Putri Mengevaluasi
(2013)
penerapan SIM RS di
RS Jiwa Grahsia
Provinsi Yogyakarta
Lokasi
RSUD Kota
Yogyakarta
Rumah Sakit
Grahsia
Yogyakarta
7
Rancangan
Penelitian
Studi Kasus
Sampel
Hasil Utama
20 orang
Aplikasi SIM di RSUD
Kota Yogyakarta dalam
tataran praktisnya baru
digunakan
untuk
transaksi pembayaran
dan pendaftaran pasien.
Kualitas data
yang
dihasilkan belum baik
dilihat dari relevancy,
accuracy, completeness,
timelines,
realibility,
accessibility,
understandable,
currency, security dan
format
Kualitatif
11 orang
Penerapan SIM RS di
Yogyakarta
dalam
kondisi tidak optimal ini
dikarenakan
berbagai
hambatan dan aspek
8
Penulis (tahun)
Tujuan
Lokasi
Rancangan
Penelitian
Sampel
Hasil Utama
teknologi,
manusia,
organisasi
yang
mempengaruhi kualitas
informasi
yang
dihasilkan
belum
seluruhnya
dijadikan
bahan
pengambilan
keputusan.
Download